Pengaruh Konsentrasi Garam dan Gula dalam Pengolahan Pikel Bunga Pisang Ambon ( Musa Paradisiaca L.) Oleh : Nataliningsih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Konsentrasi Garam dan Gula dalam Pengolahan Pikel Bunga Pisang Ambon ( Musa Paradisiaca L.) Oleh : Nataliningsih"

Transkripsi

1 Pengaruh Konsentrasi Garam dan Gula dalam Pengolahan Pikel Bunga Pisang Ambon ( Musa Paradisiaca L.) Oleh : Nataliningsih Abstrak Proses fermentasi dapat mengurangi kadar tanin dalam bunga pisang ambon, sehingga bunga pisang ambon yang telah mengalami fermentasi mempunyai rasa yang tidak sepat. Penggunaan konsentrasi garam dan gula merupakan perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini. Pembuatan pikel bunga pisang ambon (Musa paradisiaca L.), merupakan salah satu cara pemanfaatan bunga pisang ambon. Tujuan penelitian untuk mendapatkan konsentrasi garam dan gula yang tepat agar menghasilkan pikel bunga pisang ambon yang berkarakteristik baik yang disukai panelis. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang perlakuannya disusun secara faktorial dengan pengulangan tiga kali. Sebagai faktor pertama adalah konsentrasi garam yang terdiri atas 3 taraf yaitu 10 %, 12,5%, dan 15 %, sedangkan faktor ke dua, adalah konsentrasi gula yang terdiri dari 3 taraf yaitu 0,5 %, 1 %, dan 1,5 %. Pengujian perlakuan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara konsentrasi garam dan konsentrasi gula terhadap karakteristik pikel bunga pisang ambon. Konsentrasi garam terbaik dihasilkan pada perlakuan penambahan garam 12,5 %, dan konsentrasi gula terbaik dihasilkan pada penambahan gula 1,5 %. Konsentrasi garam dan gula terbaik menghasilkan penurunan kadar tanin tertinggi selama berlangsungnya proses fermentasi. Pendahuluan 1.Latar belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan tanaman asli Asia Tenggara termasuk Indonesia, yang dimanfaatkan mulai dari bonggol sampai bunganya. Bunga pisang belum banyak dimanfaatkan karena rasanya sepat sehingga kurang disukai masyarakat. Bunga pisang yang telah dimanfaatkan adalah bunga pisang klutuk yang dikonsumsi dengan cara direbus atau dibuat abon sedangkan bunga pisang yang lain kurang disukai masyarakat. Tingginya kadar tanin pada bunga pisang menyebabkan rasa sepat pada olahan bunga pisang, permasalahan ini dapat diatasi dengan mengurangi kadar tanin dari produk olahan bunga pisang. Fermentasi merupakan salah satu cara mengurangi kadar tanin dari hasil oalahan bunga pisang sehingga dapat meningkatkan kesukaan masyarakat serta meningkatkan nilai ekonomi bunga pisang. 1

2 Proses fermentasi sayuran dilakukan dengan penambahan garam baik berupa larutan garam maupun garam kristal, yang menyebabkan terjadinya seleksi mikroflora yang tumbuh pada media fermentasi. Diharapkan dengan kadar garam tertentu yang sesuai maka mikroflora yang tumbuh adalah jenis bakteri asam laktat yaitu Leuconostoc mesenteroides, Pediococcus acidilactici, Pseudomonas pentoaceticus, Lactobacillus brevis dan Lactobacillus plantarum (Rahayu dan Slamet, 1988). Menurut Buckle (1985), pada pembuatan pikel kadang-kadang ditambahkan 1 % glukosa untuk membantu fermentasi, jika bahan yang digunakan berkadar gula rendah. Fungsi gula adalah merupakan sumber energi bagi mikroflora pada tahap adaptasi, sehingga mikroflora dapat beradaptasi secara cepat dan tumbuh dengan baik. Pembuatan pikel pada dasarnya dilakukan dengan 2 cara, yaitu fermentasi spontan (mikroba alami) dan dengan penambahan mikroba murni (kultur murni), mikroba kultur murni dapat diperoleh di laboratorium mikrobiologi. Pada penelitian ini dilakukan fermentasi spontan karena hasil penelitian ini akan dimasyarakatkan pada petani. Pada fermentasi spontan bahan direndam dalam larutan garam, dengan konsentrasi tertentu antara 6-15 % sehingga terjadi fermentasi oleh bakteri yang toleran terhadap kadar garam tersebut ( Gatot Priyanto, 1988). 2.Rumusan masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Berapa konsentrasi garam yang tepat yang menghasilkan pikel bunga pisang ambon berkarakteristik terbaik? 2. Berapa konsentrasi gula yang tepat yang menghasilkan pikle bunga pisang ambon berkarakteristik terbaik? 3. Adakah interaksi antara konsentrasi garam dan gula terhadap karakteristik pikel bunga pisang ambon? 2

3 3.Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menentukan konsentrasi garam yang tepat yang menghasilkan pikel bunga pisang ambon dengan karakteristik terbaik. 2. Menentukan konsentrasi gula yang tepat yang menghasilkan pikel bunga pisang ambon dengan karakteristik terbaik. 3. Mengetahui interaksi antara garam dan gula dalam proses fermentasi. 4.Kegunaan penelitian Hasil penelitian ini merupakan salah satu cara defersifikasi pengolahan bunga pisang yang dapat dimasyarakatkan pada petani pisang sehingga dapat menambah penghasilan melalui pengolahan pikel bunga pisang. Tinjauan Pustaka Bunga pisang merupakan bunga majemuk pada ujung batang yang panjang dan kuat. Bunga jumlahnya banyak dengan daun pelindung berwarna coklat kemerah-merahan dan saling menutup satu sama lain. Bunga berkumpul pada tiap-tiap ketiak daun pelindung dan jika telah menjadi buah disebut dengan sisir. Bunga pisang muncul akan membuka kelopaknya setiap 1-2 hari sekali selama 7-10 hari. Bunga pisang sisa atau bunga pisang yang tidak dibuahi dapat diambil setelah hari atau setelah terbentuk tangkai bunga sepanjang Cm ( Munajim, 1988). Kandungan zat gizi pada bunga pisang perseratus gram menurut Munajim (1988), adalah protein 1,38 gr; lemak 0,43 gr; karbohidrat 7,77 gr; mineral Ca 4 mg; Fe 0,2 mg; F 60 mg; kandungan vitamin A 160 SI; B 0,04 mg dan C 8 mg. Senyawa lain yang terkandung dalam bunga pisang adalah tanin terdiri atas katekin, leucoantosianin, dan asam hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan warna bila bereaksi dengan ion logam (Winarno, 1984). Tanin adalah komponen senyawa organik yang sangat komplek dan banyak terdapat pada tanaman seperti pada kulit, daun, akar dan buah ( Winarno dan Laksmi, 3

4 1979). Tanin menyebabkan rasa sepat, selama periode pematangan terjadi depolimerisasi dan oksidasi tanin yang menghasilkan unit-unit kecil dari tanin. Pikel adalah sejenis makanan yang berasal dari sayuran atau buah-buahan yang rasanya asam. Rasa asam dapat berasal dari proses fermentasi atau ditambahkan dari luar dalam bentuk cuka makan atau asam cuka. Menurut Bender (2002), pikel adalah produk makanan hasil perendaman dalam larutan garam 6-10 % sehingga mengalami fermentasi asam laktat. Gula dalam bahan yang difermentasi akan diubah menjadi asam laktat dalam waktu tertentu sampai kadar asam mencapai 1 %. Sayuran atau buah hasil fermentasi yang menyerupai pikel adalah sawi asin atau sauerkraut, pikel bawang merah, pikel bawang putih, pikel keciwis atau kobis tunas. Fermentasi adalah perubahan atau pemecahan yang terjadi pada bahan organik dengan bantuan mikroorganisme yang sesuai, yang kontak langsung dengan substrat atau bahan pangan. Proses fermentasi ini akan mengakibatkan perubahan kimia maupun fisik pada bahan pangan ( Dahlan dan Handono, 2005). Perubahan kimia yang terjadi adalah merubah gula menjadi asam laktat, sedang perubahan fisik yang terjadi adalah bahan pangan menjadi lebih mudah dicerna. Bakteri asam laktat yang aktif dalam fermentasi karbohidrat adalah Leuconostoc mesenteroides, pediococcus cereviceae, Laktobacillus plantarum dan laktobacillus brevis. Fungsi garam menurut Apriantono (2004), adalah sebagai garam yang menarik air dari jaringan bahan sehingga akan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri asam laktat, timbulnya asam laktat akan menghambat timbulnya bakteri perusak yang merugikan. Konsnetrasi garam yang digunakan dalam fermentasi asam laktat mempengaruhi jenis mikroorganisme yang tumbuh. Bila konsentrasi garam kurang dari 5 %, maka bakteri proteolitik dapat tumbuh yang menyebabkan peruraian protein yang ditandai adanya aroma busuk. Sedangkan bila konsentrasi garam lebih dari 15 % maka dapat menghambatkan pertumbuhan bakteri asam laktat dan membiarkan bakteri halofilik tumbuh sehingga proses fermentasi menjadi gagal ( Hudaya dan Drajat, 2000). Gula yang terdapat dalam bahan makanan berbentuk glukosa akan dirubah oleh mikroba menjadi asam laktat. Kandungan gula yang rendah dari bahan 4

5 mengakibatkan proses fermentasi berjalan lambat, penambahan gula dari luar dilakukan jika kandungan gula bahan sangat rendah ( Buckle, 1985). Gula merupakan sumber energi bagi mikroba, penambahan pada awal fermentasi membantu menyediakan energi bagi mikroba pada masa adaptasi sehingga dapat segera tumbuh, dan mikroba yang merugikan terseleksi. Pada proses kegagalan fermentasi terjadi kerusakan pada pikel yang dihasilkan antara lain pelunakan pikel, pembengkakan pikel, pengeriputan pikel dan penghitaman pikel. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan perlakuan yang disusun pola faktorial sebagai berikut : 1. Faktor konsentrasi garam (G) terdiri atas 3 taraf yaitu : G 1 = konsentrasi garam 10 % G 2 = konsentrasi garam 12,5 % G 3 = konsentrasi garam 15 % 2. Faktor konsentrasi gula terdiri atas 3 taraf yaitu : S 1 = konsentrasi gula 0,5 % S 2 = konsentrasi gula 1 % S 3 = konsentrasi gula 1,5 % Parameter yang diamati adalah : 1. Analisis kimia meliputi kadar tanin, kadar asam laktat, kadar garam, ph. 2. Analisis mikrobiologi yaitu total bakteri. 3. Analisis organoleptik yang meliputi rasa sepat, warna, aroma dan tektur Skema tahapan pengolahan pikel bunga pisang adalah : BUNGA PISANG AMBON Pemotongan Blanching I 5

6 Pembotolan I garam gula Fermentasi Larutan garam+gula Desalting Blanching II Pembotolan II PIKEL BUNGA PISANG AMBON Gambar 1. Tahapan pengolahan pikel bunga pisang ambon Hasil dan Pembahasan 1.Kadar tanin Pada penelitian ini fokus utama penilaian hasil fermentasi bunga pisang ambon adalah efek terhadap kandungan tanin. Hasil penelitian menunjukkan kandungan tanin berkurang selama periode waktu fermentasi. Hasil analisis statistik menunjukan konsentrasi garam dan gula tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar tanin pikel bunga pisang ambon, dan tidak terjadi interaksi diantara kedua perlakuan. Keseluruhan hasil analisis dapat dilihat pada tabel dibawah : Tabel 1. Pengaruh konsentrasi garam dan gula terhadap kadar tanin pikel bunga pisang ambon pada hari ke 0, ke 9, dan hari ke 18 (%) Perlakuan Hari ke 0 Hari ke 9 Hari ke 18 7,94 a 7,83 a 7,71 a 7,89 a 7,79 a 7,79 a 6,48 a 6,42 a 6,36 a 6,45 a 6,41 a 6,40 a 5,50 a 5,39 a 5,27 a 5,45 a 5,35 a 5,35 a tidak berbeda nyata menurut UJI Jarak Berganda Duncan pada taraf 95 % 6

7 Dari tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata kadar tanin terendah diperoleh pada perlakuan konsentrasi garam 15 % dan rata-rata kadar tanin tertinggi diperoleh pada perlakuan konsentrasi garam 10 %. Semakin tinggi konsentrasi garam yang ditambahkan kadar tanin yang dihasilkan semakin rendah hal ini disebabkan karena konsentrasi garam yang ditambahkan akan meningkatkan tekanan osmosis dalam cairan yang mengakibatkan tanin dalam bahan keluar sehingga kadar tanin dalam pikel bunga pisang ambon berkurang. Menurut Munajim (1988), adanya larutan garam mengakibatkan tekanan osmosis sehingga zat gizi yang ada dalam bahan akan keluar dan digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri fermentasi. 2.Kadar asam laktat Berdasarkan hasil analisis statistik konsentrasi garam dan gula tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar asam laktat pikel bunga pisang ambon, dan tidak ada interaksi diantara keduanya. Hasil keseluruhan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Pengaruh konsentrasi garam dan gula terhadap kadar asam laktat pikel bunga pisang ambon. Perlakuan rataan 0,54 a 0,53 a 0,49 a 0,49 a 0,51 a 0,56 a tidak berbeda nyata menurut UJI Jarak Berganda Duncan pada taraf 95 % Dari tabel 2 tampak bahwa penggunaan konsentrasi garam 15 % mempunyai nilai rata-rata kadar asam laktat terendah yaitu 0,49 % dan penggunaan konsentrasi gula 1,5 % menghasilkan kadar asam laktat tertinggi yaitu 0,56 %. Asam laktat tertinggi diperoleh pada kadar gula tinggi, hal ini terjadi karena adanya gula yang tinggi memberi energi atau makanan yang siap digunakan oleh mikroba pada fase adaptasi, sehingga mikroba cepat tumbuh dan segera 7

8 menghasilkan perubahan dari glukosa menjadi asam laktat yang menunjukkan telah terjadi proses fermentasi pada bunga pisang ambon. 3.Kadar garam Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi garam memberikan pengaruh yang berbeda nyata, sedangkan perbedaan konsentrasi gula tidak memberi pengaruh nyata pada kadar garam yang dihasilkan, tetapi tidak terjadi interaksi antara keduanya. Hasil analisis secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Pengaruh konsentrasi garam dan gula terhadap kadar garam pikel bunga pisang ambon. Perlakuan rataan 2,56 a 2,72 a 2,97 a 2,81 a 2,75 a 2,69 a tidak berbeda nyata menurut UJI Jarak Berganda Duncan pada taraf 95 % Dari tabel 3 meunujukkan bahwa perbedaan konsentrasi garam memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar garam yang dihasilkan, kadar garam terendah dihasilkan oleh pikel dengan konsentrasi garam 10 %, sedangkan kadar garam tinggi tertinggi dihasilkan dihasilkan oleh pikel dengan konsentrasi garam 15 %. Hal ini terjadi karena penambahan konsentrasi garam akan meningkatkan tekanan osmosis dalam cairan sehingga cairan bahan keluar dan larutan garam masuk ke dalam bahan yang mengakibatkan kadar garam pikel menjadi tinggi, semakin tinggi konsentrasi garam, semakin banyak larutan garam yang berdifusi ke dalam bahan pangan. Perbedaan konsentrasi gula tidak memberi pengaruh yang nyata pada kadar garam pikel bunga pisang ambon yang dihasilkan yang ditunjukkan jumlah kadar garam hampir sama. 4.pH 8

9 Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan konsentrasi garam memberi pengaruh tidak berbeda nyata pada derajat keasaman pikel yang dihasilkan, sedangkan perbedaan konsentrasi gula memberi pengaruh yang nyata dan tidak terjadi interaksi yang nyata pada keduanya. Hasil keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Pengaruh konsentrasi garam dan gula terhadap kadar ph pikel bunga pisang ambon. Perlakuan Rataan 0,54 a 0,53 a 0,49 a 0,49 a 0,51 a 0,56 a tidak berbeda nyata menurut UJI Jarak Berganda Duncan pada taraf 95 % Menurut Munajim, 1988, selama proses fermentasi, konsentrasi gula dalam larutan akan turun, gula akan berubah menjadi asam laktat yang diikuti oleh penurunan ph larutan. Peristiwa ini diiringi dengan peningkatan jumlah asam laktat yang merupakan produk hasil perubahan kimia selama proses fermentasi, proses fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya penurunan ph media 5.Total mikroba Berdasarkan analisis statistik perlakuan konsentrasi garam dan gula tidak berpengaruh nyata pada total mikroba yang dihasilkan setelah difermentasi selama 18 hari, dan tidak terjadi interaksi anatara keduanya. Hasil secara keseluruhan 10 4 a Tabel 5. Pengaruh konsentrasi garam dan gula terhadap total mikroba pada pikel bunga pisang ambon. Perlakuan Total mikroba hari Ke 0 (mo/ml) 90,22 x 10 4 a 90,11 x 10 4 a 88,33 x 10 4 a Total mikroba hari Ke 18 (mo/ml) 52,22 x 10 4 a 40,70 x 10 4 a 47,89 x 10 4 a 9

10 88,22 x 10 4 a 89,11 x 10 4 a 91,33 x 10 4 a 48,00 x 10 4 a 48,09 x 10 4 a 52,00 x 10 4 a tidak berbeda nyata menurut UJI Jarak Berganda Duncan pada taraf 95 % Berdasarkan tabel 5, dapat diperoleh jumlah mikroba tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi garam 10 % dan konsentrasi gula 1,5 % tetapi tidak terjadi interaksi keduanya. Hal ini terjadi karena pada konsentrasi garam 10 % adalah konsentrasi garam yang optimum bagi pertumbuhan mikroba penghasil asam laktat yang membantu dalam proses fermentasi, penambahan gula 1,5 % adalah penambahan gula optimum yang dibutuhkan mikroba untuk mempercepat pertumbuhan awal bersaing dengan mikroba lain yang tidak dikehendaki. 6.Uji organoleptik terhadap rasa sepat Uji organoleptik adalah uji inderawi yang dilakukan terhadap suatu makanan yang dilakukan panelis. Panelis adalah seseorang yang telah belajar mata kuliah uji organoleptik sehingga memahami tatacara pengujian inderawi. Konversi nilai yang digunakan dalam penilaian dengan menggunakan uji Hedonik oleh 25 panelis adalah sangat suka (5), suka (4), netral (3), tidak suka (2), dan sangat tidak suka (1). Hasil uji organoleptik terhadap rasa sepat pikel bunga pisang ambon menunjukkan bahwa secara analisis statistik tidak terjadi perbedaan yang nyata antar perlakuan dan tidak terjadi interaksi anatara garam dan gula dalam mengurangi rasa sepat pikel yang dihasilkan. Hasil secara keseluruhan dapat dilihat pada t Tabel 6. Pengaruh konsentrasi garam dan gula terhadap rasa sepat pikel bunga pisang ambon. Perlakuan Rataan 3,28 a 3,24 a 3,22 a 10

11 3,20 a 3,27 a 3,28 a tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 95 % Penilaian panelis menunjukkan nilai yang hampir sama yaitu kriteria netral yang artinya rasa sepat sudah tidak ada lagi pada pikel bunga pisang yang dihasilkan, hal ini menunjukkan selama proses fermentasi terjadi penurunan kadar tanin dalam bunga pisang yang difermentasi sehingga rasa sepat menjadi berkurang dan hilang tidak terdeteksi atau berkesan oleh panelis 7.Uji organoleptik terhadap warna Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan yang artinya pengaruh perbedaan konsentrasi garam dan konsentrasi gula menghasilkan warna yang sama dan tidak terjadi interaksi diantara kedua perlakuan tersebut. Hasil secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Pengaruh konsentrasi garam dan gula terhadap warna pikel bunga pisang ambon. Perlakuan Rataan 1,88 a 1,75 a 1,87 a 1,88 a 1,84 a 1,78 a tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 95 % Dari tabel 7 menunjukkan tingkat kesukaan pada warna pikel bunga pisang ambon adalah tidak suka, hal ini terjadi karena warna pikel bunga pisang ambon adalah coklat keruh yang merupakan hasil peruraian zat tanin dari bunga pisang ambon. Sebagai perbandingan air teh yang kandungan taninnya tinggi warnanya semakin coklat, demikian pula dengan pikel ini semakin banyak zat tanin yang terurai warnanya semakin coklat dan kurang disukai panelis, dengan demikian 11

12 perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki warna pikel yang dihasilkan. 8.Uji organoleptik terhadap aroma Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan yang artinya pengaruh perbedaan konsentrasi garam dan konsentrasi gula menghasilkan aroma yang sama dan tidak terjadi interaksi diantara kedua perlakuan tersebut. Aroma pikel mengindikasikan proses fermentasi yang terjadi, jika proses fermentasi berjalan baik, maka aroma yang muncul adalah aroma wangi yang merupakan aroma ester yang dihasilkan, sedangkan fermentasi yang gagal akan menimbulkan aroma busuk, karena mikroba yang bekerja adalah mikroba yang merugikan. Hasil secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 8 Tabel 8. Pengaruh konsentrasi garam dan gula terhadap aroma pikel bunga pisang ambon. Perlakuan Tingkatan penilaian skala numerik 1-5 3,26 a 3,30 a 3,27 a 3,23 a 3,29 a 3,31 a tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 95 % Dari tabel 8, menunjukkan tingkat penilaian panelis terhadap aroma pikel bunga ambon adalah netral artinya tidak tercium aroma busuk yang merupakan penyimpangan dari proses fermentasi yang mengindikasikan adanya mikroba yang merugikan dan tidak dikehendaki. Aroma pikel bunga pisang ambon adalah wangi yang merupakan hasil fermentasi yaitu timbulnya ester yang aromanya wangi 9.Uji organoleptik terhadap tekstur Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan yang artinya pengaruh perbedaan konsentrasi garam dan konsentrasi 12

13 gula menghasilkan tekstur yang sama dan tidak terjadi interaksi diantara kedua perlakuan tersebut. Keuntungan proses fermentasi adalah terjadinya perubahan tekstur dari bertekstur keras menjadi lebih lunak. Pada pengolahan pikel tekstur yang sangat lunak menunjukkan adanya penyimpangan sehingga diharapkan tekstur yang dihasilkan dapat disukai panelis, hasil secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Pengaruh konsentrasi garam dan gula terhadap tekstur pikel bunga pisang ambon. Perlakuan Tingkat penilaian skala numerik 1-5 3,25 a 3,29 a 3,31 a 3,28 a 3,28 a 3,30 a tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 95 % Dari tabel 9 diatas menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur pikel bunga pisang ambon adalah netral yang artinya tekstur yang dihasilkan tidak keras dan tidak lembek. Pikel yang keras menunjukkan fermentasi kurang berhasil karena salah satu keuntungan fermentasi adalah tekstur makanan menjadi lebih empuk contoh dari kedele menjadi tempe, sedangkan pikel yang lembek kurang disukai panelis, karena teksturnya menjadi seperti bubur dan bentuk dari bunga pisang itu menjadi hilang atau berubah. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah : 1. Konsentrasi garam terbaik adalah pada perlakuan penambahan konsentrasi 12,5 %. Faktor konsentrasi garam berbeda nyata terhadap kadar garam dan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar asam laktat, kadar tanin, ph, jumlah mikroba, tingkat kesukaan terhadap rasa sepat, warna, aroma dan tekstur pikel bunga pisang ambon. 13

14 2. Konsentrasi gula terbaik pada penambahan gula 1,5 %. Konsentrasi gula berpengaruh nyata pada ph pikel, dan tidak berpengaruh nyata pada kadar garam, kadar asam laktat, kadar tanin, jumlah mikroba, dan tingkat kesukaan terhadap rasa, warna, aroma, tekstur pikel yang dihasilkan. 3. Tidak terjadi interaksi antara konsentrasi garam dan konsentrasi gula terhadap karakteristik pikel bunga pisang ambon Saran Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian adalah : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara mengurangi reaksi pencoklatan pada pikel yang dihasilkan sehingga warnanya lebih menarik. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan lama fermentasi yang tepat Daftar pustaka Apriantono, Pengolahan Berbagai Makanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor Bender, Dictionary of Nutrions and Food Technologi, Butter worth scientific London. Buckle, Food Science, diterjemahkan oleh Hari Purnomo dan Adiono, UI Press, Jakarta Dahlan dan Sriwulan Handono,2005. Fermentasi Sayur dan Buah, Departemen Perindustrian Bogor Gatot Prianto, Teknik Pengawetan Pangan, PAU Pangan Gizi UGM Jogjakarta Kapti Rahayu dan Slamet,1988. Mikrobiologi Pangan, PAU pangan Gizi, UGM Jogjakarta Munajim, Teknologi Pengolahan Pisang, PT Gramedia, Jakarta. Saripah Hudaya dan Setiasik Darajat, Dasar-dasar Pengawetan, Depdikbud Jakarta Winarno, 1984, Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia jakarta Winarno dan Sri lakmis, Pigmen dalam Pengolahan Pangan, Dept Teknologi Hasil pertanian, Fatemeta IPB Bogor Riwayat penulis : Ir Hj. Nataliningsih MPd, adalah dosen kopertis wilayah IV Jabar dan Banten yang di perbantukan di Universitas Bandung Raya. 14

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang TEKNIK PELAKSANAAN PERCOBAAN PENGARUH KONSENTRASI GARAM DAN BLANCHING TERHADAP MUTU ACAR BUNCIS Sri Mulia Astuti 1 Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang berpotensi ekonomi tinggi karena

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industry pengolahan pangan dalam menciptakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie basah merupakan produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, berbentuk khas mie (Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Organoleptik 1. Aroma Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar, agar menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan beberapa spesies digunakan sebagai terapi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan beberapa spesies digunakan sebagai terapi dalam proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan bakteri asam laktat di dunia pangan dan kesehatan sudah banyak diaplikasikan. Dalam pengolahan pangan, bakteri ini telah lama dikenal dan digunakan, yaitu

Lebih terperinci

APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU

APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU Suprihatin, Lucky Indrati Utami Progdi Teknik Kimia FTI UPN Veteran Jawa Timur RINGKASAN Dengan maraknya penggunaan formalin sebagai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis putih merupakan bahan pangan yang banyak ditemukan di Indonesia dan sudah tidak asing bagi masyarakat. Kubis putih dapat hidup pada dataran tinggi salah satunya

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus Populasi Kultur Starter HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Perhitungan populasi dilakukan untuk mendapatkan kultur starter yang terbaik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Pada tahap pendahulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung tersedianya sampah khususnya sampah organik. Sampah organik yang berpeluang digunakan

Lebih terperinci

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI 1 UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: FITA FINARSIH A 420 100 067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN KULIT CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN MANDAI STUDY ON MAKING USE OF SKIN CEMPEDAK MANDAI

STUDI PEMANFAATAN KULIT CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN MANDAI STUDY ON MAKING USE OF SKIN CEMPEDAK MANDAI STUDI PEMANFAATAN KULIT CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN MANDAI STUDY ON MAKING USE OF SKIN CEMPEDAK MANDAI Dewi Arianti (0806121082) Yusmarini and Usman Pato arianti07.dewi@gmail.com ABSTRACT This study aims

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang

Lebih terperinci

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan Baku Kerang. Kerang Anadara sp termasuk Kelas Pelecypoda (Bivalva) yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan Baku Kerang. Kerang Anadara sp termasuk Kelas Pelecypoda (Bivalva) yang mempunyai II. TINJAUAN PUSTAKA Bahan Baku Kerang Kerang Anadara sp termasuk Kelas Pelecypoda (Bivalva) yang mempunyai ciri-ciri: cangkang terdiri dari dua belahan atau katup yang dapat membuka dan menutup dengan

Lebih terperinci

Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptiknya

Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptiknya Catur Budi handayani, Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptiknya Catur Budi Handayani Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KULTUR BAKTERI DAN LAMA FERMENTAS1 TERHADAP MUTU PIKE1 JAHE

PENGARUH PENAMBAHAN KULTUR BAKTERI DAN LAMA FERMENTAS1 TERHADAP MUTU PIKE1 JAHE PENGARUH PENAMBAHAN KULTUR BAKTERI DAN LAMA FERMENTAS1 TERHADAP MUTU PIKE1 JAHE ( zi~i~iber o))iciaale ROSC.) Oleh SESIL INDERA KURNIA F 24.1075 1992 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat dibandingkan dengan buah yang lain. Buah pisang memiliki kandungan gizi yang tinggi, diantaranya mengandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. laut maupun ikan air tawar. Menurut Arias dalam Fernandes (2009) ikan

I. PENDAHULUAN. laut maupun ikan air tawar. Menurut Arias dalam Fernandes (2009) ikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan bahan pangan hewani bernilai ekonomis tinggi dan banyak dikonsumsi masyarakat karena kandungan gizinya yang tinggi, baik ikan air laut maupun ikan air

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara dengan ciri khas masing-masing. Makanan fermentasi tersebut diolah

I. PENDAHULUAN. negara dengan ciri khas masing-masing. Makanan fermentasi tersebut diolah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Makanan hasil fermentasi sudah dikenal sejak lama dan terdapat di berbagai negara dengan ciri khas masing-masing. Makanan fermentasi tersebut diolah berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

Ulangan 1 Ulangan 2 (%) BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Deskripsi dan analisis data memuat penjelasan tentang hasil penelitian. Hasil yang diperoleh selama proses penelitian meliputi data sifat kimia, sifat fisik dan organoleptik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telur merupakan salah satu produk unggas yang memiliki kandungan gizi lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Telur yang banyak dikonsumsi

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG RAJA SERE. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG RAJA SERE. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PEMANFAATAN BONGGOL PISANG RAJA SERE (Musa paradisiaca) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN CUKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO Rahardyan Dina Natalia(L2C307052) dan Sulvia Parjuningtyas(L2C307061) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Singkong (Manihot utillisima) merupakan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah tropis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang kedelai (Glycine max) yang diolah melalui proses fermentasi oleh kapang. Secara umum,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan mentah merupakan komoditas yang mudah rusak sejak dipanen. Bahan pangan mentah, baik tanaman maupun hewan akan mengalami kerusakan melalui serangkaian reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yoghurt merupakan salah satu bentuk produk minuman hasil pengolahan susu yang memanfaatkan mikroba dalam proses fermentasi susu segar menjadi bentuk produk emulsi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI GARAM DAN PENAMBAHAN SUMBER KARBOHIDRAT TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK PRODUK SAWI ASIN

PENGARUH KONSENTRASI GARAM DAN PENAMBAHAN SUMBER KARBOHIDRAT TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK PRODUK SAWI ASIN 1 PENGARUH KONSENTRASI GARAM DAN PENAMBAHAN SUMBER KARBOHIDRAT TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK PRODUK SAWI ASIN Nur Fathonah Sadek, Mario Wibowo, Elvita Kusumaningtyas Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan pangan hewani (daging, telur, dan susu) dari waktu ke waktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan pola hidup,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG KEPOK. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG KEPOK. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PEMANFAATAN BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN CUKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman nangka merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang banyak digunakan masyarakat. Buah nangka

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai obat. Sekarang ini banyak sekali berbagai jenis obat yang dikemas

BAB I PENDAHULUAN. sebagai obat. Sekarang ini banyak sekali berbagai jenis obat yang dikemas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali dijumpai berbagai jenis sirup, dari asam sampai yang paling manis. Sirup itu sendiri merupakan sediaan minuman cair berupa larutan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN SARI TEBU DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN SARI TEBU DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN SARI TEBU DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: EMY PRIYANA A 420 100 079 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu merupakan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi masyarakat dan hampir setiap hari dijumpai dalam makanan sehari hari. Di Cina, tahu sudah menjadi daging

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Tempe Berbahan Baku Biji Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Perlakuan lama waktu fermentasi sangat berpengaruh nyata terhadap kualitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan bahan pangan. Kandungan gizi yang ada pada ikan sangatlah

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Kefir adalah susu yang difermentasi dengan Kefir Grains yang terdiri dari berbagai jenis bakteri asam laktat dan ragi. Kefir, sejenis susu fermentasi yang terbuat dari bakteri hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Musa paradisiaca. Pisang merupakan tanaman hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Musa paradisiaca. Pisang merupakan tanaman hortikultura BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pisang merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara termasuk Indonesia, dengan nama latin Musa paradisiaca. Pisang merupakan tanaman hortikultura yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Hampir seluruh

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam famili Brassicaceae, tumbuh di daerah yang berhawa sejuk, yaitu pada ketinggian 800-2000 m di atas permukaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6. 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terhadap Awal Kebusukan Daging Ayam Broiler Hasil penelitian pengaruh berbagai konsentrasi daun salam sebagai perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pisang di hutan asli pulau yang ada di seluruh Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pisang di hutan asli pulau yang ada di seluruh Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pisang merupakan tanaman asli Asia Tenggara, bahkan dari beberapa literatur menyebutkan bahwa pisang adalah tanaman asli dari Indonesia. Kuswanto (2003), menyebutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu kambing menurut hasil penelitian dalam Sodiq dan Abidin (2008) mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing dapat dikonsumsi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN. Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University

TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN. Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University SEJARAH FERMENTASI Berasal dr bahasa latin fervere artinya adalah merebus (to boil) Terkait

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Kadar gizi tahu biji cempedak diuji di laboratorium yang ada di daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas Obat dan Makanan)

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: FARHANA A420090154 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Hasil olahan fermentasi yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat

Lebih terperinci

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DIAN WIJAYANTI A 420 100 074 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Hampir semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Susunan nilai gizi yang sempurna ini

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mikroorganisme tersebar luas di alam seperti di udara, air, tanah, dalam saluran pencernaan hewan, pada permukaan tubuh dan dapat dijumpai pula pada pangan. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu adalah salah satu jenis makanan yang banyak digemari masyarakat Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan protein. Karena itu, tahu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang penting bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber

Lebih terperinci

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter 1 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

1) Mahasiswa Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar 2) Staf Pengajar Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar ;

1) Mahasiswa Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar 2) Staf Pengajar Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar  ; PENGARUH PENAMBAHAN GARAM TERHADAP KARAKTERISTIK PETIS BERBAHAN LIMBAH PADAT IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) Hernawati 1, Jawiana Saokani 2 dan Heriansah 2 1) Mahasiswa Program Studi THP STITEK Balik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Limbah Sayuran Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi. Salah satu limbah yang banyak terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lactobacillus merupakan salah satu mikroorganisme yang aman jika ditambahkan dalam bahan pangan karena sifatnya tidak tosik dan tidak menghasilkan toksik. Bahkan, Lactobacillus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan pangan yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, karbohidrat, serta kadar

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Deskripsi data merupakan pemaparan dan penggambaran data yang dihasilkan selama proses penelitian. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA FERMENTASI DAN KONSENTRASI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOMBUCHA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH LAMA FERMENTASI DAN KONSENTRASI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOMBUCHA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LAMA FERMENTASI DAN KONSENTRASI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOMBUCHA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : LUXITA DEWI MUTIARA A420 100 041 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering 33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Hasil penelitian mengenai pengaruh biokonversi biomassa jagung oleh mikroba Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseae,

Lebih terperinci

UJI ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGI TELUR ASIN MENGGUNAKAN PERENDAMAN LUMPUR SAWAH NASKAH PUBLIKASI

UJI ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGI TELUR ASIN MENGGUNAKAN PERENDAMAN LUMPUR SAWAH NASKAH PUBLIKASI UJI ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGI TELUR ASIN MENGGUNAKAN PERENDAMAN LUMPUR SAWAH NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

Pengawetan dengan garam, asam dan gula

Pengawetan dengan garam, asam dan gula Pengawetan dengan garam, asam dan gula Pengawetan dengan garam Garam berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Efek garam: saat aktivitas air menurun mikroorganisme terhambat.

Lebih terperinci

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT Laporan Tugas Akhir ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT (Analysis Of Optimum ph For Lactobacillus bulgaricus Growth In Glucose

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM

PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM Komariah Tampubolon 1), Djoko Purnomo 1), Masbantar Sangadji ) Abstrak Di wilayah Maluku, cacing laut atau laor (Eunice viridis)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio.

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Durian Lay (Durio kutejensis) atau dikenal juga dengan sebutan Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio. Buah durian lay tergolong

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tepung terigu di Indonesia saat ini terus meningkat. Asosiasi Produsen

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tepung terigu di Indonesia saat ini terus meningkat. Asosiasi Produsen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan tepung terigu di Indonesia saat ini terus meningkat. Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) melaporkan bahwa terjadi kenaikan konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar adalah salah satu komoditas pertanian yang bergizi tinggi, berumur

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar adalah salah satu komoditas pertanian yang bergizi tinggi, berumur I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar adalah salah satu komoditas pertanian yang bergizi tinggi, berumur relatif pendek, mudah diproduksi pada berbagai lahan dengan produktifitas antara 20-40 ton/ha

Lebih terperinci

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract The Effect of Addition of Tempe Powder on Consumer Acceptance, Protein, and NPN Composition of fish Protein Concentrate Prepared from Pangasius Catfish (Pangasiushypopthalmus) By M. Yogie Nugraha 1), Edison

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat adalah es krim. Produk ini banyak digemari masyarakat, mulai dari anak anak hingga dewasa karena rasanya

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Pada praktikum ini membahas mengenai Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Proses Aging Keju. Keju terbuat dari bahan baku susu, baik susu sapi, kambing, atau kerbau. Proses pembuatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan alami adalah bahan pangan yang berasal dari sumber hayati, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, dan diperuntukkan bagi konsumsi manusia. Manusia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan kalori sebesar 123 kalori per 100 g bahan (Rukmana, 1997). Berdasarkan kandungan tersebut, ubi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kerangka pemikiran, Hipotesis Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Kerangka pemikiran, Hipotesis Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan Penelitian, Kerangka pemikiran, Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA Disusun oleh: Sandwi Devi Andri 10.11.3934 S1 teknik informatika 2F JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH PISANG KEPOK. PEMBUATAN CUKA ORGANIK DENGAN PENAMBAHAN Acetobacter aceti DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH PISANG KEPOK. PEMBUATAN CUKA ORGANIK DENGAN PENAMBAHAN Acetobacter aceti DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN CUKA ORGANIK DENGAN PENAMBAHAN Acetobacter aceti DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh

Lebih terperinci