BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Tinjauan Tentang Hasil Belaja Menuut Slameto ( 99:78 ) secaa psikologis, belaja dapat didefinisikan sebagai suatu usaha ang dilakukan oleh seseoang untuk mempeoleh suatu peubahan tingkah laku secaa sada dai hasil inteaksina dengan lingkungan. Definisi ini meniatkan dua makna: petama, bahwa belaja meupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tetentu aitu untuk mendapatkan peubahan tingkah laku. Kedua, seseoang dikatakan belaja apabila setelah melakukan kegiatan belaja ia menadai bahwa dalam diina telah tejadi suatu peubahan. Maka kegiatan dan usaha untuk mencapai peubahan tingkah laku meupakan poses belaja sedangkan peubahan tingkah laku itu sendii meupakan hasil belaja. Gagne ( dalam Sudjana, 00: ) mengemukakan bahwa hasil belaja adalah kapabilitas oang ang mungkin beagam penampilan. Bentuk penampilan dai siswa siswa dapat dilihat sebagai bukti belaja tentang suatu pogam pembelajaan meskipun demikian banak agam penampilan siswa ang meupakan hasil belaja. Sedangkan Dimati(994:09) mengatakan bahwa Hasil belaja adalah sebuah kegiatan belaja ang menghendaki tecapaina tujuan pengajaan ang ditandai dengan skala nilai. Sementaa Hamalik (999:5) mendefinisikan bahwa Hasil belaja bukanlah penguasaan hasil latihan, melainkan sebuah peubahan kelakuan. Bloom (dalam Sudjana,00:) mengklasifikasikan hasil belaja intelektual ang tedii dai 6 aspek kognitif akni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif bekenaan dengan sikap ang tedii dai 5 aspek aitu peneimaan, pembeian espon, penilain, pengoganisasian, dan kaakteistik ( intenalisasi ). Ranah psikomotoik bekenaan dengan hasil belaja keteampilan dan kemampuan betindak

2 ang tedii dai 6 aspek akni: geakan efleks, keteampilan geakan dasa, pesepsi, kehamonisan atau ketepatan, keteampilan kompleks, dan intepetatif. Sudjana (00:) mengemukakan bahwa hasil belaja adalah kemampuankemampuan ang dimiliki siswa setelah ia meneima pengalaman belajana. Dengan demikian, poses belaja siswa meupakan penunjang hasil belaja ang dicapaina. Semakin baik poses ang dilakukan oleh siswa, semakin tinggi pula hasil belajana. Sehingga tecapai tujuan pengajaan melalui kebehasilan dalam poses belaja mengaja. Dai uaian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belaja meupakan bentuk peubahan pilaku bau ang diakibatkan oleh pengalaman individu dalam beinteaksi dengan lingkunganna ang dapat beupa sesuatu ang konkit maupun non konket.. Tinjauan Tentang Pembelajaan Koopeatif Model pembelajaan koopeatif dalam Muslimin ( dalam Abdullah:0 ) diatikan sebagai suatu pendekatan mengaja ang tidak hana membantu siswa mempelajai isi akademik dan keteampilan semata, namun juga melatih siswa untuk mempeoleh tujuantujuan hubungan sosial dan manusia. Apabila inteaksi sosial telah tewujud, maka akan tumbuh adana kebesamaan dan pembelajaan dapat belangsung dengan baik. Roge dan David Johson (dalam Anita lie, 004: ) mengatakan bahwa tidak semua keja kelompok biasa dianggap pembelajaan koopeatif. Ada lima unsu ang membedakan model pembelajaan koopeatif dengan keja kelompok biasa, akni: a. Saling ketegantungan positif; b. Tanggung jawab peoangan; c. Tatap muka; d. Komunikasi anta kelompok; e. Evaluasi poses kelompok.

3 Pembelajaan koopeatif mencakup suatu kelompok kecil ang bekeja sebagai satu tim untuk menelesaikan sebuah masalah, menelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan besama. Hal ini dapat melatih siswa untuk mendengakan pendapat-pendapat oang lain, bekeja sama dan saling membantu satu sama lain. Stuktu tujuan koopeatif menciptakan suatu situasi bahwa tujuan pibadi dapat tecapai apabila kelompok itu behasil. Pembelajaan koopeatif meupakan model pembelajaan ang mengutamakan kejasama diantaa siswa untuk mencapai tujuan pembelajaan. Menuut Aends (997 : ) Pembelajaan koopeatif memiliki cii-cii: untuk memuntaskan matei belajana, siswa belaja dalam kelompok secaa bekeja sama kelompok dibentuk dai siswa ang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan endah jika dalam kelas tedapat siswa-siswa ang heteogen as, suku, budaa, dan jenis kelamin, maka diupaakan aga tiap kelompok tedapat keheteogenan tesebut. penghagaan lebih diutamakan pada keja kelompok daipada peoangan. Tujuan Pembelajaan Koopeatif Hasil belaja akademik, aitu untuk meningkatkan kineja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaan model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep ang sulit. Peneimaan tehadap keagaman, aitu aga siswa meneima teman-temanna ang mempunai bebagai macam lata belakang. Pengembangan keteampilan social, aitu untuk mengembangkan keteampilan social siswa diantaana: bebagi tugas, aktif betana, menghagai pendapat oang lain, memancing teman untuk betana, mau mengungkapkan ide, dan bekeja dalam kelompok. Fase-fase Model Pembelajaan Koopeatif :

4 Fase Indikato Aktivitas Guu Menampaikan tujuan dan Guu menampaikan semua tujuan pelajaan ang ingin memotivasi siswa dicapai pada pelajaan tesebut dan memotivasi siswa Menajikan infomasi Guu menajikan infomasi kepada siswa dengan jalan demonstasi atau lewat bahan bacaan Mengoganisasikan siswaguu menjelaskan kepada siswa bagaimana caana ke dalam kelompok- membentuk kelompok belaja dan membantu setiap kelompok belaja kelompok aga melakukan tansisi efisien 4 Membimbing kelompok Guu membimbing kelompok-kelompok belaja pada saat bekeja dan belaja mengejakan tugas 5 Evaluasi Guu mengevaluasi hasil belaja tentang matei ang telah dipelajai atau masing-masing kelompok mempesentasikan hasil kejana 6 Membeikan penghagaan Guu mencai caa untuk menghagai upaa atau hasil belaja siswa baik individu maupun kelompok. Pelaksanaan Pembelajaan Koopeatif di Kelas Yang pelu dipesiapkan sebelum melakukan model pembelajaan koopeatif di kelas, diantaana:. pilih pendekatan apa ang akan digunakan, misal STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok, dll.. Pilih matei ang sesuai untuk model ini. mempesiapkan kelompok ang heteogen 4. meniapkan LKS atau panduan belaja siswa 5. meencanakan waktu, tempat duduk ang akan digunakan.

5 Menuut Suheman (00:60) mengemukakan bahwa coopeative leaning mencakup suatu kelompok kecil ang bekeja sebagai sebuah tim untuk menelesaikan sebuah masalah, menelesaikan suatu tugas, atau mengejakan sesuatu untuk mencapai tujuan besama. Tidaklah cukup menunjukkan sebuah coopeative leaning jika paa siswa duduk besama di dalam kelompok-kelompok kecil tetapi menelesaikan masalah secaa sendii-sendii. Ada bebeapa hal ang haus dipenuhi dalam coopeative leaning aga lebih menjamin paa siswa bekeja secaa koopeatif. Hal-hal tesebut meliputi : petama, paa siswa ang tegabung dalam suatu kelompok haus measa bahwa meeka adalah bagian dai sebuah tim dan mempunai tujuan besama ang haus dicapai. Kedua, paa siswa ang tegabung dalam kelompok haus menadai bahwa masalah ang meeka hadapi adalah masalah kelompok dan behasil tidakna kelompok menjadi tanggung jawab besama. Ketiga, untuk mencapai hasil ang maksimum, paa siswa ang tegabung dalam kelompok haus bebicaa satu sama lain dalam mendiskusikan masalah ang dihadapina. Akhina, paa siswa ang tegabung dalam suatu kelompok haus menadai bahwa setiap pekejaan siswa mempunai akibat langsung pada kebehasilan kelompokna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaan koopeatif dapat membentuk keteampilan sosial, tanggung jawab seta kemandiian siswa dalam pembelajaan.. Tinjauan Tentang Tipe Think Pai Shae Think-Pai-Shae (TPS) petama kali dikembangkan oleh Lman pada tahun 98.Resiko dalam pembelajaan TPS elatif endah dan stuktu pembelajaan kolaboatif pendek, sehingga sangat ideal bagi guu dan siswa ang bau belaja kolaboatif. TPS meupakan jenis pembelajaan koopeatif ang diancang untuk mempengauhi pola inteaksi siswa.tps menghendaki siswa bekeja saling membantu dalam kelompok kecil (-6 anggota).

6 Think pai shae meupakan salah satu tipe pembelajaan koopeatif ang dikembangkan oleh Fank Lman, dkk dai Univesitas Maland pada tahun 985 sebagai salah satu stuktu kegiatan coopeative leaning. Think pai shae membeikan waktu kepada paa siswa untuk bepiki dan meespon seta saling bantu satu sama lain. Think pai shae membei siswa kesempatan untuk bekeja sendii seta bekeja sama dengan oang lain. Keunggulan lain dai pembelajaan ini adalah optimalisasi patisipasi siswa. Model pembelajaan koopeatif tipe Think-Pai-Shae (TPS) meupakan salah satu model pembelajaan koopeatif ang mampu mengubah asumsi bahwa metode esitasi dan diskusi pelu diselenggaakan dalam setting kelompok secaa keseluuhan.kaakteistik model TPS siswa dibimbing secaa mandii, bepasangan, dan saling bebagi untuk menelesaikan pemasalahan. Model ini selain dihaapkan dapat menjebatani dan mengaahkan PBM juga mempunai dampak lain ang sangat bemanfaat bagi siswa. Bebeapa akibat ang dapat ditimbulkan dai model ini adalah siswa dapat bekomunikasi secaa langsung oleh individu lain ang dapat saling membei infomasi dan betuka pikian seta mampu belatih untuk mempetahankan pendapatna jika pendapat itu laak untuk dipetahankan. Menuut Lie (00), beikut kelebihan dan kelemahan model pembelajaan koopeatif tipe TPS: Kelebihan model koopeatif tipe TPS aitu:. Meningkatkan kemandiian siswa. Meningkatkan patisipasi siswa untuk menumbangkan pemikian kaena measa leluasa dalam mengungkapkan pendapatna.. Membentuk kelompokna lebih mudah dan lebih cepat 4. Melatih kecepatan bepiki siswa Kelemahan model koopeatif tipe TPS aitu:

7 . Tidak selamana mudah bagi siswa untuk mengatu caa bepiki sistematik. lebih sedikit ide ang masuk. Jika ada peselisihan, tidak ada penengah dai siswa dalam kelompok ang besangkutan sehingga banak kelompok ang melapo dan dimonito. Langkah-langkah belaja model TPS menuut Tianto (007): Langkah. Think (bepiki) Guu mengajukan suatu petanaan ang dikaitkan dengan pelajaan, dan meminta siswa menggunakan waktu bebeapa menit untuk bepiki sendii Langkah. Paiing (bepasagan) Guu meninta siswa untuk bepasangan dan bediskusi dengan teman sebangku untuk menatukan jawaban ang sudah meeka poleh. Secaa nomal guu membei waktu tidak lebih dai 4 atau 5 menit untuk bepasangan. Langkah. Shae (bebagi) Langkah teakhi guu meminta pasangan-pasangan untuk bebagi dengan keseluuhan ang telah meeka bicaakan.hal ini efektif untuk bekeliling uangan dai pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekita sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melapokan. Kagan dalam (Atik Widati :007) menatakan manfaat think pai shae sebagai beikut:. Paa siswa menggunakan waktu ang lebih banak untuk mengejakan tugasna dan untuk mendengakan satu sama lain, ketika meeka telibat dalam kegiatan think pai shae lebih banak siswa ang mengangkat tangan meeka untuk menjawab setelah belatih dalam pasanganna. Paa siswa mungkin mengingat secaa lebih seiing penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.

8 . Paa guu juga mempunai waktu ang lebih banak untuk bepiki ketika menggunakan think pai shae. Meeka dapat bekonsentasi mendengakan jawaban siswa, mengamati eaksi siswa, dan mengajukan petanaan tingkat tinggi. Fogat dan Robin (996) menatakan bahwa teknik belaja mengaja think pai shae mempunai bebeapa keuntungan sebagai beikut: Mudah dilaksanakan dalam kelas ang besa, Membeikan waktu kepada siswa untuk meefleksikan isi matei pelajaan, Membeikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluakan pendapat sebelum bebagi dengan kelompok kecil atau kelas secaa keseluuhan. Dengan teknik belaja mengaja think pai shae ang disebutkan Fogat dan Robin siswa dilatih untuk banak befiki dan saling tuka pendapat baik dengan teman sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belaja anah kognitif siawa kaena siswa dituntut untuk mengikuti poses pembelajaan aga dapat menjawab setiap petanaan dan bediskusi. Kaakteistik pembelajaan Cii utama pada model pembelajaan koopeatif tipe think pai shae adalah tiga langkah utamana ang dilaksanakan dalam poses pembelajaan. Yaitu langkah think (bepiki secaa individual), pai (bepasangan dengan teman sebangku), dan shae (bebagi jawaban dengan pasangan lain atau seluuh kelas) Adapun langkah-langkah dalam pembelajaan ang digunakan dalam pembelajaan koopeatif tipe Think Pai Shae (Ibahim dkk, 000) adalah sebagai beikut: Tahap : Thinking (bepiki), guu mengajukan petanaan, isu atau masalah ang behubungan dengan pelajaan. Kemudian siswa diminta untuk memikikan petanaan atau masalah tesebut secaa mandii untuk bebeapa saat.

9 Tahap : Paiing (bepasangan), guu meminta siswa bepasangan dengan siswa ang lain untuk mendiskusikan apa ang telah dipikikanna pada tahap petama. Inteaksi pada tahap ini dihaapkan dapat bebagi jawaban jika telah diajukan suatu petanaan atau masalah dan bebagi ide jika suatu pesoalan itu telah diidentifikasi.biasana guu membei waktu 4 5 menit untuk bepasangan. Tahap : Shae (saling menuka ide), guu meminta kepada pasangan kelompok untuk bebagi dengan seluuh kelas tentang apa ang telah meeka bicaakan. Ini efektif dilakukan dengan caa begilian pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekita sepeempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melapokan. Model pembelajaan koopeatif tipe think pai shae, dibagi atas 5 fase, akni: () penajian matei, () bepiki besama, () tansisi ke pasangan/tim, (4) monitoing dan (5) bebagi jawaban. Adapun kaakteistik model pembelajaan koopeatif tipe Think Pai Shae antaa lain: a. Kelompok dibentuk dai siswa ang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan endah. Sedangkan pasangan dibentuk dai siswa ang memiliki kemampuan tinggi dipasangkan dengan endah, tinggi dengan sedang, dan sedang dengan endah bedasakan infomasi ang dipeoleh dai guu dan hasil tes awal. b. Penghagaan lebih beoientasi peoangan dai pada kelompok atau pasangan. Kelebihan dai pembelajaan koopeatif Think Pai Shae adalah sebagai beikut:. Meningkatkan daa piki siswa, mempeoleh kedalaman tingkat pengetahuan dan menciptakan kemampuan bepiki kitis siswa. Meningkatkan kemampuan bekeja dan menelesaikan masalah secaa besama-sama. Mendoong siswa untuk mempehatikan pendapat oang lain 4. Menenangkan siswa dalam belaja 5. Mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, dan

10 6. Mengembangkan asa pecaa dii siswa. Langkah-langkah (sntaks) model pembelajaan koopeatif tipe think pai shae Langkah-langkah (sntaks) model pembelajaan koopeatif tipe think pai shae tedii dai lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai cii khas aitu think, pai, dan shae. Kelima tahapan pembelajaan dalam model pembelajaan koopeatif tipe think pai shae dapat dilihat pada tabel beikut. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaan Guu menjelaskan atuan main dan batasan waktu Tahap Pendahuluan untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa telibat pada aktivitas pemecahan masalah Guu menjelaskan kompetensi ang haus dicapai oleh siswa Guu menggali pengetahuan awal siswa melalui Tahap Think kegiatan demonstasi Guu membeikan Lemba Keja Siswa (LKS) kepada seluuh siswa Siswa mengejakan LKS tesebut secaa individu Tahap Pai Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkuna Siswa bediskusi dengan pasanganna mengenai

11 jawaban tugas ang telah dikejakan Tahap4 Shae Tahap 5 Penghagaan Satu pasang siswa dipanggil secaa acak untuk bebagi pendapat kepada seluuh siswa di kelas dengan dipandu oleh guu. Siswa dinilai secaa individu dan kelompok Penjelasan dai setiap tahap adalah sebagai beikut: a.tahap pendahuluan Awal pembelajaan dimulai dengan penggalian apesepsi sekaligus memotivasi siswa aga telibat pada aktivitas pembelajaan.pada tahap ini, guu juga menjelaskan atuan main seta menginfomasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan. b. Tahap think (bepiki secaa individual) Poses think pai shae dimulai pada saat guu melakukan demonstasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa dibei batasan waktu ( think time ) oleh guu untuk memikikan jawabanna secaa individual tehadap petanaan ang dibeikan.dalam penentuanna, guu haus mempetimbangkan pengetahuan dasa siswa dalam menjawab petanaan ang dibeikan. c. Tahap pai (bepasangan dengan teman sebangku) Pada tahap ini, guu mengelompokkan siswa secaa bepasangan. Guu menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkuna. Hal ini dimaksudkan aga siswa tidak pindah mendekati siswa lain ang pinta dan meninggalkan teman sebangkuna. Kemudian, siswa mulai bekeja dengan pasanganna untuk mendiskusikan mengenai

12 jawaban atas pemasalahan ang telah dibeikan oleh guu.setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan bebagai kemungkinan jawaban secaa besama. d. Tahap shae (bebagi jawaban dengan pasangan lain atau seluuh kelas) Pada tahap ini, siswa dapat mempesentasikan jawaban secaa peseoangan atau secaa koopeatif kepada kelas sebagai keseluuhan kelompok.setiap anggota dai kelompok dapat mempeoleh nilai dai hasil pemikian meeka. e. Tahap penghagaan Siswa mendapat penghagaan beupa nilai baik secaa individu maupun kelompok. Nilai individu bedasakan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok bedasakan jawaban pada tahap pai dan shae, teutama pada saat pesentasi membeikan penjelasan tehadap seluuh kelas. Teoi belaja ang melandasi model pembelajaan koopeatif tipe think pai shae Model pembelajaan koopeatif tipe think pai shae dilandasi oleh teoi belaja konstuktivisme. Teoi konstuktivisme menatakan bahwa siswa haus menemukan sendii dan mentansfomasikan infomasi kompleks, mengecek infomasi bau dengan atuan-atuan lama dan meevisina apabila atuan-atuan itu tidak lagi sesuai.bagi siswa aga bena-bena memahami dan meneapkan pengetahuan, meeka haus bekeja memecahkan masalah dan menemukan segala sesuatu untuk diina. Menuut teoi konstuktivisme, siswa sebagai pemain dan guu sebagai fasilitato. Guu mendoong siswa untuk mengembangkan potensi secaa optimal. Siswa belaja bukanlah meneima paket-paket konsep ang sudah dikemas oleh guu, melainkan siswa sendii ang mengemasna. Bagian tepenting dalam teoi konstuktivisme adalah bahwa dalam poses pembelajaan, siswalah ang haus aktif mengembangkan kemampuan meeka, bukan guu atau oang lain.meeka haus betanggung jawab tehadap hasil belajana.

13 Dalam Implementasina secaa teknis Howad (006) mengemukakan lima langkah utama dalam pembelajaan dengan teknik TPS, sebagai beikut: Step : Guu membeitahukan sebuah topik dan menatakan beapa lama setiap siswa akan bebagi infomasi dengan pasangan meeka. Step : Guu akan menetapkan waktu bepiki secaa individual. Step : Dalam pasangan, pasangan A akan bebagi; pasangan B akan mendenga. Step 4 : Pasangan B kemudian akan meespon pasangan A. Step 5 : Pasangan beganti pean..4 Tinjauan Tentang Pembelajaan Menggunakan Model Pembelajaan Diect Instuction Model pengajaan langsung (diect intuction). Menuut Aends (00): A teaching model that is aimed at helping student lean basic skills and knowledge that can be taught in a step-b-step fashion. Fo ou puposes hee, the model is labeled the diect instuction model. Atina: Sebuah model pengajaan ang betujuan untuk membantu siswa mempelajai keteampilan dasa dan pengetahuan ang dapat diajakan langkah-demilangkah. Aends (997) menatakan: The diect instuction model was specificall designed to pomote student leaning of pocedual knowledge and declaative knowledge that is well stuctued and can be taught in a step-b-step fashion. Atina: Model pengajaan langsung secaa khusus diancang untuk mempomosikan belaja siswa dengan pengetahuan posedual dan pengetahuan deklaatif ang testuktu dengan baik dan dapat diajakan secaa langkahdemi-langkah. Lebih lanjut Aends (00) menatakan: Diect instuction is a teachecenteed model that has five steps: establishing set, eplanation and/o demonstation, guided pactice, feedback, and etended pactice a diect instuction lesson equies caeful ochestation b the teache and a leaning envionment that businesslike and task-oiented.

14 Atina: Pengajaan langsung adalah model bepusat pada guu ang memiliki lima langkah: menetapkan tujuan, penjelasan dan/atau demonstasi, panduan paktek, umpan balik, dan peluasan paktek. Pelajaan dalam pengajaan langsung memelukan peencanaan ang hatihati oleh guu dan lingkungan belaja ang menenangkan dan beoientasi tugas. Kaakteistik: Salah satu kaakteistik dai suatu model pembelajaan adalah adana sintaks/tahapan pembelajaan. Selain haus mempehatikan sintaks, guu ang akan menggunakan pengajaan langsung juga haus mempehatikan vaiabel-vaiabel lingkungan lain, aitu fokus akademik, aahan dan kontol guu, haapan ang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu dan dampak dai pembelajaan. Fokus akademik meupakan pioitas pemilihan tugas-tugas ang haus dilakukan siswa selama pembelajaan, aktivitas akademik haus ditekankan.pengaahan dan kontol guu tejadi ketika memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan pembelajaan, menentukan kelompok, bepean sebagai sumbe belaja selama pembelajaan dan meminimalkan kegiatan non akademik.kegiatan pembelajaan diaahkan pada pencapaian tujuan sehingga guu memiliki haapan ang tinggi tehadap tugas-tugas ang haus dilaksanakan oleh siswa. Sintaks model pengajaan langsung memiliki 5 tahapan, sebagai beikut: Fase : Fase Oientasi Pada fase ini guu membeikan keangka pelajaan dan oientasi tehadap matei pelajaan ang meliputi: Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan ang elevan dengan pengetahuan ang telah dimiliki siswa Mendiskusikan atau menginfomasikan tujuan pembelajaan Membei penjelasan atau aahan mengenai kegiatan ang akan dilakukan

15 Menginfomasikan matei atau konsep ang akan digunakan dan kegiatan ang akan dilakukan selama pembelajaan Menginfomasikan keangka pelajaan Memotivasi siswa Fase : Fase Pesentasi/Demonstasi Pada fase ini guu menajikan matei pelajaan baik beupa konsep atau keteampilan ang meliputi: Penajian matei Pembeian contoh konsep Pemodelan/peagaan keteampilan Menjelaskan ulang hal ang dianggap sulit atau kuang dimengeti oleh siswa Fase : Fase Latihan Testuktu Dalam fase ini, guu meencanakan dan membeikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan latihan-latihan awal. Guu membeikan penguatan tehadap espon siswa ang bena dan mengoeksi ang salah Fase 4 : Fase Latihan Tebimbing Pada fase ini, siswa dibei kesempatan untuk belatih konsep dan keteampilan seta meneapkan pengetahuan atau keteampilan tesebut ke situasi kehidupan nata.latihan tebimbing ini dapat digunakan guu untuk mengakses kemampuan siswa dalam melakukan tugas, mengecek apakah siswa telah behasil melakukan tugas dengan baik atau tidak, seta membeikan umpan balik. Guu memonito dan membeikan bimbingan jika pelu. Fase 5 : Fase Latihan Mandii Siswa melakukan kegiatan latihan secaa mandii, dan guu membeikan umpan balik bagi kebehasilan siswa.

16 C. Kelebihan dan Kelemahan Secaa umum setiap model pembelajaan mempunai kelebihan-kelebihan ang membuat model pembelajaan tesebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaan ang lainna.tetapi selain mempunai kelebihan-kelebihan pada setiap model pembelajaan juga ditemukan ketebatasan-ketebatasan ang meupakan kelemahanna. Model pengajaan langsung mempunai bebeapa kelebihan sebagai beikut:. Dalam model pengajaan langsung, guu mengendalikan isi matei dan uutan infomasi ang diteima oleh siswa sehingga dapat mempetahankan fokus mengenai apa ang haus dicapai oleh siswa.. Meupakan caa ang paling efektif untuk mengajakan konsep dan keteampilanketeampilan kepada siswa ang bepestasi endah sekalipun.. Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaan dalam bidang studi tetentu. Guu dapat menunjukan bagaimana suatu pemasalahan dapat didekati, bagaimana infomasi dianalisis, bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan. 4. Model pengajaan langsung menekankan kegiatan mendengakan (melalui ceamah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstasi), sehingga membantu siswa ang cocok belaja dengan caa-caa ini. 5. Model pengajaan langsung dapat membeikan tantangan untuk mempetimbangkan kesenjangan antaa teoi dan fakta. 6. Model pengajaan langsung dapat diteapkan secaa efektif dalam kelas besa maupun kelas ang kecil. 7. Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaan dengan jelas. 8. Waktu untuk bebagi kegiatan pembelajaan dapat dikontol dengan ketat. 9. Dalam model ini tedapat penekanan pada pencapaian akademik.

17 0. Kineja siswa dapat dipantau secaa cemat.. Umpan balik bagi siswa beoientasi akademik.. Model pengajaan langsung dapat digunakan untuk menekankan buti-buti penting atau kesulitan-kesulitan ang mungkin dihadapi siswa.. Model pengajaan langsung dapat menjadi caa ang efektif untuk mengajakan infomasi dan pengetahuan faktual dan testuktu. Model pengajaan langsung mempunai bebeapa kelemahan sebagai beikut:. Kaena dalam model ini bepusat pada guu, maka kesuksesan pembelajaan begantung pada guu. Jika guu kuang dalam pesiapan, pengetahuan, kepecaaan dii, antusiasme maka siswa dapat menjadi bosan, tealihkan pehatianna, dan pembelajaan akan tehambat.. Model pengajaan langsung sangat begantung pada caa komunikasi guu. Jika guu tidak dapat bekomunikasi dengan baik maka akan menjadikan pembelajaan menjadi kuang baik pula.. Jika matei ang disampaikan besifat kompleks, inci atau abstak, model pembelajaan langsung tidak dapat membeikan kesempatan pada siswa untuk cukup memposes dan memahami infomasi ang disampaikan. 4. Jika telalu seing menggunakan modelpengajaan langsung akan membuat beanggapan bahwa guu akan membeitahu siswa semua infomasi ang pelu diketahui. Hal ini akan menghilangkan asa tanggung jawab mengenai pembelajan siswa itu sendii. 5. Demonstasi sangat begantung pada keteampilan pengamatan siswa. Kenataanna, banak siswa bukanlah pengamat ang baik sehingga seing melewatkan hal-hal penting ang sehausna diketahui.

18 .5 Tinjauan Tentang Matei Pebandingan Dan Fungsi Tigonometi A.Pebandingan Tigonometi Suatu Sudut pada Segitiga Siku-Siku.Memahami Pebandingan Tigonometi Suatu Sudut pada Segitiga Siku-Siku Ambil ketas bepetak 0,5 cm. buatlah tiga buah segitiga siku-siku ang panjan sisi siku-sikuna masing-masing cm dan 4 cm namakan ABC,6 cm dan 8 cm namakan DEF,seta 9 cm dan cm namakan PQR. R C F 6 9 A 4 B D 8 E P Q (a) (b) (c) Dengan menggunakan teoema Pthagoas tentu kalian dapat menghitung panjang sisi AC, panjang sisi DF,dan panjang sisi PR (ang disebut hipotenusa),masing-masing aitu 5 cm, 0 cm,, dan 5 cm.selanjutna, bandingkan besa A, D, dan P. tenata besa A = D = P. pebandingan tigonometi untuk A pada segitiga siku-siku ABC didefinisikan sebagai beikut: BC a. disebut sinus A disingkat sin A AC AB b. disebut kosinus A disingkat cos A AC BC c. disebut tangen A disingkat tan A AB R F

19 AB d. disebut kotangen A disingkat cot A BC AC e. disebut sekan A disingkat sec A AB C 6 9 AC f. disebut kosekan A disingkat csc A BC A A=B=C B E Q Cobalah kalian hitung nilai-nilai pebandingan tigonometi untuk A pada segitiga sikusiku ABC,demikian juga nilai-nilai pebandingan tigonometi untuk D pada segitiga siku-siku DEF,dan nilai-nilai pebandingan tigonometi untuk P pada segitiga siku-siku PQR,kalian akan mempeoleh hasil ang sama untuk masing-masing nilai-nilai pebandingan tigonometi dai A, D,dan P,misalna : tan A 4,tan D dan tan P 9 4 Hal ini mennjukan bahwa besana nilai-nilai pebandingan tigonometi suatu sudut tidak begantung pada besa kecilna segitiga tetapi begantung pada nilai-nilai pebandingan pada sisi-sisina. sudut. Kaena besa A = D = P maka dapat diwakili oleh sebuah sudut,sebut saja Secaa keseluuhan, nilai-nilai pebandingan tigonometi sudut pada ketiga segitiga tesebut sebagai beikut : a. sin 5 b. cos 4 5 c.tan 4 e. sec 5 4 d. cot 4 f. csc 5 Secaa umum,jika dibeikan UVW sepeti gamba beikut: W

20 V U U W V Nilai-nilai pebandingan tigonometi untuk sudut pada UVW sebagai beikut: a. sin U V d. cot W U b. cos W V e. sec V W c. tan U W f. csc V U Dai pebandingan-pebandingan itu, dipeoleh hubungan sebagai beikut: sin csc atau csc sin cos sec atau sec cos tan cot atau cot tan tan sin cos atau cot cos sin Hubungan dalam umus-umus diatas disebut umus kebalikan. Nilai pebandingan tigonometi suatu sudut meupakan pebandingan panjang sisisisi segitiga siku-siku.oleh kaena itu, nilai pebandingan tigonometi tidak mempunai satuan.. Pebandingan Tigonometi Pada Sistem Koodinat Y

21 Pehatikan gamba disamping! Gamba disamping adalah sebuah lingkaan dengan pusat α X antaa O O(0,0) dan panjang jai-jai.sudut α adalah sudut Sumbu X positif dan gais OP.Gais OP dapat diputa Sepanjang lingkaan sehingga besa sudut α bekisa Antaa 0 sampai dengan 60. Koodinat titik P adalah P (,).panjang jai-jai lingkaan itu adalah sehingga Pebandingan tigonometi untuk sudut α didefinisikan sebagai beikut : a. sin c. tan e. sec b. cos d. cot f. csc Jika sudut 0 0 maka koodinat titik P(,) adalah P(,0) beati 0 sin 0 0; cos 0 ; 0 dan tan Jika sudut 90 0 maka koodinat titik P(,) adalah P(0,) beati: sin ;cos ; dan tan (tak tedefinisi)..pebandingan Tigonometi Sudut Khusus a. Nilai Pebandingan Tigonometi untuk Sudut 45 0 Pehatikan gamba disamping, Tampak bahwa sudut XOY meupakan sudut siku-siku.

22 Oleh kaena itu,jika sudut XOP= 45 0 maka sudut YOP= Akibatna panjang OP = panjang OQ. Tetapi kaena panjang OR = panjang PQ maka, Panjang OQ = panjang PQ.selanjutna, OQ PQ OP OQ PQ PQ OP OP PQ PQ PQ Jadi, koodinat P adalah, Dengan demikian dipeoleh :.) sin 45 0.) cos45 0.) tan45 0 b. Nilai Pebandingan Tigonometi Untuk Sudut 0 0

23 Pehatikan gamba disamping.jika gais PQ tegak luus OX dan sudut XOP = 0 0 maka sudut OPQ = 60 0.kaena OP=OQ maka segitiga OPQ sama sisi sehinngga panjang OP = OQ = PQ. Jika R adalah titik potong PQ dan OX maka: PR RQ OR OP PR 4 4 Jadi,koodinat titik P(,)= P,.oleh kaena itu, ). sin 0 0 ;

24 ). cos0 0 ; ). tan0 0 ; c. Nilai Pebandingan Tigonometi untuk Sudut 60⁰ Pehatikan gamba dibawah.misalkan XOP = 60⁰.dengan mempehatikan gamba pada pehitungan nilai pebandingan tigonometi untuk sudut 0⁰,dapat diketahui bahwa OR dan PR.jadi koodinat P adalah,. Dengan demikian,di peoleh: ). sin 60 0 OR ; OP ). cos60 0 PR ; OP ). tan60 0 OR ; PR Y P P(X,Y) 60⁰ X O 60⁰ R

25 Hasil pebandingan tigonometi sudut istimewa untuk sin,cos,dan tan selengkapna teangkum dalam tabel beikut. Tabel 6. Pebanding an Sudut-Sudut Istimewa 0⁰ 0⁰ 45⁰ 60⁰ 90⁰ tigonometi Sin 0 Cos 0 Tan 0 tidak tedefinisi Nilai nilai pebandingan tigonometi ang lain,aitu sec,csc,dan cot sudut-sudut istimewa,dapat dipeoleh dengan menggunakan umus kebalikan ang telah kita pelajai sebelumna. 4.Pebandingan Tigonometi Suatu Sudut dibebagai Kuadan Y Kuadan II Kuadan I Kuadan III O X Kuadan IV

26 Gamba 6. Pada suatu bidang catesius diketahui op adalah sudut ang diuku dai sumbu X positif belawanan dengan aah puta jaum jam kegais OP.hal ini beati bahwa besa sudut dapat beubah-ubah dai 0⁰ sampai 60⁰, aitu jika gais OP diputa dengan pusat pangkal koodinat sampai satu putaan. Pehatikan gamba 6.. Sumbu-sumbu koodinat pada gamba 6. membagi bidang koodinat menjadi empat daeah,ang selanjutna disebut kuadan.dengan demikian, besa sudut dapat dikelompokkan menjadi empat daeah,aitu: a. Kuadan I : 0⁰< 90⁰; b. Kuadan II : 90⁰< 80⁰; c. Kuadan III : 80⁰< 70⁰; d. Kuadan IV : 70⁰< 60⁰; a. Kuadan I ( 0⁰< 90⁰ ) Jika teletak dikuadan I maka X positif dan Y positif sehingga: sin, benilai positif ; Y P (,) cos, benilai positif ; tan, benilai positif ; O X

27 b. Kuadan II ( 90⁰< 80⁰ sin Jika teletak dikuadan II maka X negatif dan Y positif sehingga: Y, benilai positif P (-,) cos, benilai negatif ; tan, benilai negatif ; X c. Kuadan III ( 80⁰< 70⁰ ) Jika teletak dikuadan III maka X negatif dan Y negatif sehingga: sin cos, benilai negatif ;, benilai negatif ; - - O X tan, benilai positif ; P (-,-) d. Kuadan IV ( 70⁰< 60⁰ ) Jika teletak dikuadan IV maka X positif dan Y negatif sehingga: sin, benilai negatif ; Y cos, benilai positif; O X tan, benilai negatif ; - P (,-)

Perbandingan dan Fungsi Trigonometri

Perbandingan dan Fungsi Trigonometri Pebandingan dan Fungsi Tignmeti Standa Kmpetensi Memahami knsep pebandingan, fungsi, pesamaan dan identitas tignmeti, atuan sinus dan ksinus seta menggunakan dalam pemecahan masalah Kmpetensi Dasa. Melakukan

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. fakta-fakta yang sebelumnya telah dimiliki. Menurut Slameto(1998:2),

BAB II KAJIAN TEORI. fakta-fakta yang sebelumnya telah dimiliki. Menurut Slameto(1998:2), 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Diskipsi Teoi 1. Pengetian Hasil Belaja Belaja dapat digambakan sebagai inteaksi aktif dengan lingkunganna melalui pengamatan, pencaian, pemikian, dan penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Mata Pelajaan : Matematika Kelas/Semeste :X/ Matei pokok : Identitas Tigonometi Alokasi Waktu : JP ( @ 45 menit ) A. Kompetensi Inti Kompetensi Sikap

Lebih terperinci

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri tigonometi 4.1 Pebandingan Tigonometi 0 Y x P(x,y) y X x disebut absis y disebut odinat jai-jai sudut positif diuku dai sumbu X belawanan aah putaan jaum jam Definisi : = x + y sin = y cos = x tan = y

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON TRIGONOMETRI disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhi Semeste Pendek mata kuliah Tigonometi Dosen : Fey Fedianto, S.T., M.Pd. Oleh Nia Apiyanti (207022) F PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dapat berasal dari mana saja seperti guru, buku, teman, atau lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dapat berasal dari mana saja seperti guru, buku, teman, atau lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskipsi Teoi. Pembelajaan Matematika Menuut Kamus Besa Bahasa Indonesia (2008: 24) pembelajaan beasal dai kata belaja ang beati beusaha mengetahui sesuatu, beusaha mempeoleh ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2. Identitas Trigonometri

Kegiatan Belajar 2. Identitas Trigonometri Kegiatan Belaja A. Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai kegiatan belaja, dihaapkan siswa dapat a. Menggunakan identitas tigonometi dalam penelesaian b. Membuktikan identitas tigonometi sedehana dengan

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR) TAHUN ANGGARAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR) TAHUN ANGGARAN UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR) TAHUN ANGGARAN 2012 MEI 2012 Nama file: G:\hibah PBR\PANDUAN hibah-rbl2012.doc (382 Kb) Dafta Isi Dafta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 HUBUNGAN KINERJA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN IPA DI SD PADA MAHASISWA PROGRAM D PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FKIP UNS TAHUN AKADEMIK 009 / 00 Wasiti Dosen PGSD FKIP

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi para siswa SMA/SMK. Cirebon, Oktober 2013.

Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi para siswa SMA/SMK. Cirebon, Oktober 2013. Kata Penganta Puji suku kami panjatkan ke hadiat Tuhan Yang Maha Esa atas kaunia dan hidaah-na, sehingga kami dapat menusun modul ini. Modul ini disusun semaksimal mungkin untuk memenuhi tugas mata kuliah

Lebih terperinci

DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA SMK JENJANG DASAR TAHUN

DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA SMK JENJANG DASAR TAHUN I TU URI HANDAY AN TW DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA SMK JENJANG DASAR TAHUN 009 Tigonometi Matiks GY A Y O M AT E M A T AK A R Makaban, M.Si. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 PM -7 Hubungan Fasilitas, Kemandiian, dan Kecemasan Belaja tehadap Pestasi Belaja Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Puing Tahun

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA Papes semina.uad.ac.id/index.php/quantum Semina Nasional Quantum #5 (018) 477-1511 (7pp) Pengembangan instumen penilaian kemampuan befiki kitis pada pembelajaan fisika SMA Suji Adianti, dan Ishafit Pogam

Lebih terperinci

6. Fungsi Trigonometri Sudaryatno Sudirham

6. Fungsi Trigonometri Sudaryatno Sudirham 6. Fungsi Tignmeti Sudaatn Sudiham 6.. Peubah Bebas Besatuan Deajat Beikut ini adalah fungsi-fungsi tignmeti dengan sudut θ sebagai peubah-bebas. = sin θ; = cs θ sin θ cs θ 3 = tan θ = ; 4 = ct θ = cs

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga ab 7 Sumbe: www.homepages.tesco Gais Singgung Lingkaan Lingkaan mungkin meupakan salah satu bentuk bangun data yang paling tekenal. Konsep lingkaan yang meliputi unsu-unsu lingkaan, luas lingkaan, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Hifzhil. Yayasan Islamic Centre Medan yang terletak di Jl.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Hifzhil. Yayasan Islamic Centre Medan yang terletak di Jl. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah Madasah Hifzhil Yayasan Islamic Cente Medan yang teletak di Jl. Pancing Quan Medan. Secaa geogafis dapat dikatakan

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci

PENGUKURAN. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika

PENGUKURAN. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika PENGUKURAN Disampaikan pada Diklat Instuktu/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 9 Agustus 004 di PPPG Matematika Oleh: Da. Pujiati,M. Ed. Widyaiswaa PPPG Matematika Yogyakata =================================================================

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES Posiding Konfeda dan Semina Nasional BK PD ABKIN Sulawesi Selatan Optimalisasi Pean Pendidik Dalam Membangun Kaakte Bangsa Di Ea MEA 30 Makassa, 4-5 Maet 017 PENGARUH CONTRACTING CONTINU SEBUAH PENDEKATAN

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

SMK NEGERI 3 PURWOREJO KOMPETENSI KEAHLUIAN JASA BOGA SILABUS. : Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Kerja. Kelas /Semeste : X/ 1 dan 2

SMK NEGERI 3 PURWOREJO KOMPETENSI KEAHLUIAN JASA BOGA SILABUS. : Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Kerja. Kelas /Semeste : X/ 1 dan 2 Nama Sekolah Mata Pelajaan : SMK/SMAK Kelas /Semeste : X/ 1 dan 2 SILABUS : Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Keja Kompetensi Inti: KI :Menghayati dan mengamalkanajaan agama yang dianutnya KI 2 :Mengembangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

PENURUNAN FORMULA LUAS PERMUKAAN BOLA; DARI BERPIKIR TINGKAT RENDAH HINGGA BERPIKIR TINGKAT TINGGI Oleh: Purwoko* puwokomsi@yahoo.

PENURUNAN FORMULA LUAS PERMUKAAN BOLA; DARI BERPIKIR TINGKAT RENDAH HINGGA BERPIKIR TINGKAT TINGGI Oleh: Purwoko* puwokomsi@yahoo. PENURUNAN FORMULA LUAS PERMUKAAN BOLA; DARI BERPIKIR TINGKAT RENDAH HINGGA BERPIKIR TINGKAT TINGGI Oleh: Puwoko* puwokomsi@yahoo.com Abstak Bangun uang sisi lengkung meupakan pokok bahasan yang elatif

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal ii Dapublic BAB 7 Koodinat Pola Sampai dengan bahasan sebelumna kita membicaakan fungsi dengan kuva-kuva ang digambakan dalam koodinat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Seambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 016 ISSN : 337-8085 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Tamizi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di madasah Aliyah Negei (MAN) Model Medan yang bealamat di Jalan Williem Iskanda No. 7A Keluahan Sidoejo, Kecamatan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) B. Vey Chistioko 1,, Dian Ti Wiyanti 2 Pogam Studi Teknik Infomatika Juusan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA)

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) Da.Heny Mahmudah Dosen unisla ABSTRAK Pada hakekatnya suatu peusahaan didiikan untuk

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GAVITASI DAN GEAK PLANET Kompetensi Dasa 3. Mengevaluasi pemikian diinya tehadap keteatuan geak planet dalam tatasuya bedasakan hukum-hukum Newton Penahkah Anda mempehatikan dan memikikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN. Data Identitas Responden Fekuensi identitas esponden dalam penelitian ini tedii dai jenis kelamin dan pendidikan guu yang dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian meupakan stategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipelukan, guna menjawab pesoalan yang dihadapi. Metode

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya PEA KONSEP Bab Gavitasi Planet dalam Sistem ata Suya Gavitasi Gavitasi planet Hukum Gavitasi Newton Hukum Keple Menentukan massa bumi Obit satelit bumi Hukum I Keple Hukum II Keple Hukum III Keple 0 Fisika

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif kuantitatif, sepeti yang dikemukakan oleh Ali (1985: 84), Metode deskiptif digunakan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaan Objek Penelitian Obyek pada penelitian ini bejumlah 43 siswa kelas VIIA dan VIIB SMP Mate Alma Ambaawa tahun ajaan 2011/2012. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI. Untuk SMA dan Sederajat. Penerbit. Husein Tampomas

TRIGONOMETRI. Untuk SMA dan Sederajat. Penerbit. Husein Tampomas TRIGONOMETRI Untuk SM dan Sedeajat Husein Tampomas Penebit 0 Husein Tampomas, Tigonometi, Unntuk SM dan Sedeajat, 018 PENGERTIN 1 PENGNTR KE FUNGSI TRIGONOMETRI Dalam bahasa Yunani, tigonometi tedii dai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif pendekatan asosiatif simetis, yaitu hubungan yang besifat sebab-akibat

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal oleh Sudaatno Sudiham i Dapublic Hak cipta pada penulis, 010 SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Gafik, Difeensial dan Integal Oleh: Sudaatmo

Lebih terperinci

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT Sudianto Manullang Yasifati Hia Abstak Pengelolaan dana pensiun dapat menentukan dan mendoong peningkatan poduktivitas angkatan keja.

Lebih terperinci

BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MGMP MATEMATIKA SMP KOTA MALANG BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MODUL/BAHAN AJAR KELAS 9 PENYUSUN Ds.WIJANARKO EDITOR ANIK SUJIATI,S.Pd. MM BANGUN RUANG SISI LENGKUNG BAB 2BANGUN RUANG SISI LENGKUNG Setelah

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika Univesitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Kompute Teknik Infomatika Integal Gais Integal Gais Definisi Integal gais Integal gais di bidang Misalkan pesamaan paamete kuva mulus ( di bidang (t (t ; a

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN KABUPATEN SUMENEP

HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN KABUPATEN SUMENEP Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal 454-468 HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekspeimental. Pada penelitian ini akan ada kelompok ekspeimen dan kelompok

Lebih terperinci

Bab. Bangun Ruang Sisi Lengkung. A. Tabung B. Kerucut C. Bola

Bab. Bangun Ruang Sisi Lengkung. A. Tabung B. Kerucut C. Bola Bab Sumbe: www.contain.ca Bangun Ruang Sisi Lengkung Di Sekolah Dasa, kamu telah mengenal bangun-bangun uang sepeti tabung, keucut, dan bola. Bangun-bangun uang tesebut akan kamu pelajai kembali pada bab

Lebih terperinci

(A) (B) (C) (D) (E) Nilai... (A) 5 (B) 4 (C) 3

(A) (B) (C) (D) (E) Nilai... (A) 5 (B) 4 (C) 3 p 01 Jika p dan maka 5 0. 0. 04. (A) 5/7 5/6 4/7 (D) 4/6 (E) /4 (A) 0 (D) (E) (A) (D) (E) p Nilai... (A) 5 4 (D) (E) 1 0,65 Hasil dai adalah... 0,875 0,5 0,15 16 0,5... / /4... / 4/ a b a b ab a ab b ab

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian meupakan sesuatu yang menjadi pehatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaan dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN Asuni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia Banjamasin Jl. A Yani Km. 5,5 Banjamasin,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER

KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER SOVIA ANGGRAINI SETIONO Pogam Studi Ilmu Administasi Bisnis, Sekolah Tinggi Ilmu Administasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih obyek penelitian UD. Usaha Mandii Semaang, yang betempat di Jalan Semaang Indah C-VI No 20. UD. Usaha

Lebih terperinci

Vol. 3, No. 1, Juni 2007: INVERSI DAN TITIK-TITIK HARMONIS

Vol. 3, No. 1, Juni 2007: INVERSI DAN TITIK-TITIK HARMONIS Vol. 3, No. 1, Juni 007: 7884 INVERSI DAN TITIK-TITIK HARMONIS Himmawati P.L dan Catuiyati Juusan Pendidikan Matematika FMIPA Univesitas Negei Yogyakata Abstact Given a cicle cente O and adius in R, the

Lebih terperinci

ρ mempunyai koefisien sebesar 0,789 dan nilai F sebesar 33,290. Pada

ρ mempunyai koefisien sebesar 0,789 dan nilai F sebesar 33,290. Pada 5 g. Jalu e mempunyai koefisien sebesa 0,789 dan nilai F sebesa 33,90. Pada taaf signifikansi 5% dengan db = 3 lawan 65, F tabel adalah,66 sehingga p

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

Penggunaan Hukum Newton

Penggunaan Hukum Newton Penggunaan Hukum Newton Asumsi Benda dipandang sebagai patikel Dapat mengabaikan geak otasi (untuk sekaang) Massa tali diabaikan Hanya ditinjau gaya yang bekeja pada benda Dapat mengabaikan gaya eaksi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LAPTOP ABSTRAK

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LAPTOP ABSTRAK PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LAPTOP Devi Yunita 1, Eka Ridhawati 2 Juusan Sistem Infomasi, STMIK Pingsewu Lampung Jl.Wisma Rini No. 09 Pingsewu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Miko 5 Gelombang Miko 6 Gelombang lektomagnetik Gelombang elektomagnetik (em) tedii dai gelombang medan listik dan medan magnit ang menjala besama dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaa.

Lebih terperinci

IV. STABILITAS LERENG. I. Umum Lereng alam Bukit Galian Basement Lereng buatan Timbunan tanggul jalan bendung. Dorong membuat tanah longsor

IV. STABILITAS LERENG. I. Umum Lereng alam Bukit Galian Basement Lereng buatan Timbunan tanggul jalan bendung. Dorong membuat tanah longsor IV. STABILITAS LERENG I. Umum Leeng alam Bukit Galian Basement Leeng buatan Timbunan tanggul jalan bendung Gaya-gaya d o o n g Doong membuat tanah longso Lawan kuat gese tanah - Beat sendii tanah (γ b,

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci