A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan ban

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan ban"

Transkripsi

1 Judul : Resiliensi Pada Remaja yang Mengalami Broken Home Nama/ NPM : Ivadhias Swastika / Pembimbing : Dra. Retnaningsih, MSi. ABSTRAK Salah satu masalah dalam kehidupan yang dianggap paling berat adalah masalah yang terjadi dalam keluarga. Keluarga inti atau nuclear family adalah suatu wadah dimana anak berkembang dan bertumbuh, baik secara fisik maupun psikologis. Dalam kebanyakan kasus broken home, anak selalu menjadi atau dijadikan korban. Menjadi korban karena haknya mendapat lingkungan keluarga yang nyaman telah dilanggar. Dijadikan korban karena orangtua kerap melibatkan anak dalam konflik keluarga. Kondisi ini, menimbulkan dampak yang sangat besar bagi remaja yang dalam proses perkembangannya merupakan saat-saat pembentukan karakter dan kepribadian, terutama untuk kehidupannya di masa yang akan datang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran resiliensi pada remaja yang mengalami broken home serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pencapaian resiliensi pada remaja yang mengalami broken home. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif berbentuk studi kasus. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja wanita berusia 20 tahun dan mengalami broken home sebanyak satu orang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa subjek memiliki resiliensi baik,hal ini dapat dilihat melalui kemampuan subjek untuk meregulasi emosi, mengendalikan impulsimpuls negatif yang muncul, seorang individu yang optimis, mampu berempati, memiliki harapan dan keyakinan yang kuat untuk bangkit, memiliki efikasi diri yang baik, serta aspek-aspek positif dalam hidupnya meningkat. Hal ini juga didukung oleh faktor-faktor dari dalam diri dan dari luar diri subjek yang mempengaruhi subjek untuk menjadi seorang yang resilien. Faktor-faktor dari luar diri subjek antara lain hubungan sosial yang baik antara subjek dengan orangtua dan lingkungan sekitarnya, mendapatkan dukungan yang positif dari orang-orang disekitarnya, sedangkan faktor dari dalam diri subjek yaitu memiliki perasaan dicintai dan mampu untuk mencintai orang lain, menjalin hubungan baru, dan mampu berempati. Subjek juga memiliki keyakinan dan harapan yang besar akan kehidupannya di masa yang akan datang, sehingga mampu bangkit dari kondisi sulit dan pengalaman emosional negatif yang dialaminya. Kata kunci : resiliensi, broken home, remaja

2 A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa fungsi keluarga adalah memberikan rasa aman, nyaman dan kasih sayang, maka dalam masa perkembangan ini remaja sungguhsungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut dari keluarganya, terutama orangtua yang dianggap sebagai contoh untuk membantunya dalam mengatasi masa-masa sulit yang mungkin muncul dalam masa perkembangan tersebut. Dalam setiap kehidupan yang dijalani, manusia pasti menemui banyak sekali rintangan atau kemalangan, baik yang ringan maupun yang berat. Bagi remaja, yang masih membutuhkan bimbingan dari kedua orang tuanya, rintangan yang dilalui dapat membentuk karakter, perilaku dan sifatnya dalam menjalani kehidupannya ke depan. Menurut Tugade & Frederickson (2005) setiap orang membutuhkan resiliensi, yaitu suatu kemampuan untuk melanjutkan hidup setelah ditimpa kemalangan atau setelah mengalami tekanan yang berat, karena satu hal yang harus kita ingat bahwa hidup penuh dengan rintangan dan cobaan. Faktanya, orang yang paling resilien mencari pengalaman baru dan menantang karena mereka telah mempelajari bahwa hanya melalui perjuangan, dengan memaksa diri mereka sendiri ke batas yang paling maksimal, maka mereka akan menambah batasan hidup mereka sendiri (Reivich & Chatte, 2002). Salah satu masalah dalam kehidupan yang dianggap paling berat adalah masalah yang terjadi dalam keluarga. Keluarga inti atau nuclear family adalah suatu wadah dimana anak berkembang dan bertumbuh, baik secara fisik maupun psikologis. Keadaan keluarga yang baik sangat dibutuhkan terutama dalam perkembangan remaja. Kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian disebut sebagai keluarga yang broken atau lebih dikenal dengan istilah broken home (Mihari & Wahyurini dalam Kompas cybermedia, 2006). Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan beradaptasi, menantang diri sendiri sampai batas yang paling maksimal dan dukungan dari orang-orang yang berarti dalam kehidupannya dapat membantu seseorang untuk melalui masa tersulit dalam kehidupan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai resiliensi pada remaja yang mengalami broken home. 2. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah : Bagaimana gambaran resiliensi pada remaja yang mengalami broken home?, Faktor apa saja yang membentuk pencapaian resiliensi? 3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran resiliensi pada remaja yang mengalami broken home, dan mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi pencapaian resiliensi pada remaja yang mengalami broken home. 4. Manfaat penelitian Adapun manfaat yang ingin disampaikan dalam penelitian ini, yaitu : a. Manfaat

3 Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa penambahan khasanah pengetahuan mengenai resiliensi dan hubungannya dengan kemampuan beradaptasi seseorang yang mengalami broken home. b. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan pandangan kepada orangtua dan remaja tentang resiliensi serta memberikan masukan kepada orangtua dan masyarakat mengenai gambaran broken home pada remaja dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan resiliensi, sehingga dapat membantu remaja yang mengalami broken home untuk bertahan dalam menghadapi permasalahannya. B. Tinjauan Pustaka 1. Resiliensi a. Pengertian Resiliensi Resiliensi secara psikologi dapat diartikan sebagai kemampuan merespon secara fleksibel untuk mengubah kebutuhan situasional dan kemampuan untuk bangkit dari pengalaman emosional yang negatif (Block & Block, Block & Kremen, Lazarus dalam Tugade, Fredrickson & Barret, 2005). Yang dimaksud dengan resiliensi dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dalam kondisi sulit dan bangkit kembali dari pengalaman emosional yang negatif. b. Komponen-komponen Resiliensi Menurut Reivich dan Shatte (2002), resiliensi dibangun dari tujuh kemampuan yang berbeda dan hampir tidak ada satupun individu yang secara keseluruhan memiliki kemampuan tersebut dengan baik. Kemampuan ini terdiri dari: 1) Regulasi emosi, 2) Pengendalian impuls, 3) Optimisme, 4) Empati, 5) Analisis penyebab masalah 6) Efikasi diri 7) Peningkatan aspek positif c. Karakteristik Orang yang Resilien Menurut Bernard (dalam Krovetz, 1988) anak-anak yang resilien biasanya memiliki empat sifat secara umum, yaitu : 1) Kompetensi sosial 2) Keahlian dalam menyelesaikan masalah 3) Autonomi 4) Kesadaran akan maksud tujuan dan masa depan d. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Menurut Grotberg (1995) untuk mengatasi rintangan, anak dibentuk melalui tiga sumber resiliensi yang diberi label : 1) I Have (Saya memiliki), merupakan sumber resiliensi yang berhubungan dengan pemaknaan individu terhadap besarnya dukungan yang diberikan oleh lingkungan sosial terhadap dirinya. 2) I Am (Diri Saya), merupakan sumber resiliensi yang berkaitan dengan kekuatan pribadi yang dimiliki oleh individu yang terdiri dari perasaan, sikap, dan keyakinan pribadi. 3) I Can (Saya Mampu), adalah sumber resiliensi yang berkaitan dengan apa saja yang dapat dilakukan oleh seorang resilien sehubungan dengan ketrampilan-ketrampilan sosial dan interpersonal. 2. Broken Home a. Pengertian Broken Home Broken home menurut penelitian ini adalah kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan dengan rukun, damai dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang

4 menyebabkan pertengkaran hingga diakhiri dengan perceraian. b. Faktor Penyebab Broken Home Penyebab timbulnya keluarga yang broken home menurut Asfriyati (2003) antara lain : 1) Orangtua yang bercerai 2) Kebudayaan bisu dalam keluarga 3) Perang dingin dalam keluarga c. Dampak Keluarga Broken Home Pada Remaja Menurut Dagun (1990), kondisi keluarga broken home yang mengalami perceraian dapat menyebabkan anak mengalami tekanan jiwa, aktivitas fisik menjadi agresif, k ur ang m e n ampilkan kegembiraan, emosi tidak terkontrol, dan lebih senang menyendiri. Sedangkan menurut Laver dan Laver (dalam Killis, 2003) remaja cenderung terlibat dalam aktivitas negatif, seperti menggunakan obat-obatan, minum minuman keras, dan merokok, selain itu juga remaja sering terlibat perkelahian fisik dan melakukan aktivitas beresiko tinggi antara lain kebutkebutan. Dampak perceraian terhadap anak-anak, dari hasil-hasil penelitian diketahui hampir selalu buruk. Meskipun demikian, perceraian yang terjadi pada keluarga broken home tidak selalu membawa pengaruh negatif terhadap a n a k - a n a k ( D e B o r d d a l a m Setyaningrum, 2007). Demo & Acock (dalam Killis, 2003) menyatakan bahwa remaja yang mengalami perceraian orang tua cenderung lebih matang. Hal ini disebabkan karena remaja telah mengalami proses pertumbuhan melalui peristiwa yang menyakitkan ini. 3. Remaja a. Pengertian Remaja Papalia dan Olds (2001) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Pengertian remaja dalam penelitian ini adalah masa transisi antara masa kanakkanak dan dewasa yang dimulai dari umur 12 tahun hingga 22 tahun. b. Tugas Perkembangan Remaja Menurut Hurlock (1997), tugas perkembangan remaja yaitu : a. Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita b. Mencapai peran sosial c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuh secara efektif d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab e. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya f. Mempersiapkan karir ekonominya g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga h. Memperoleh system nilai dan perangkat etnis. c. Ciri-ciri Remaja Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Pada remaja, wilayah-wilayah dalam lapangan psikologinya masih terus berkembang dan pagar-pagarnya masih belum kuat. Oleh karena itu dorongan - dorongan bergerak secara terus menerus. Hal ini terlihat dalam bentuk tingkah laku remaja yang gelisah dan meletup-letup. Lewin (dalam Sarwono, 2008) memandang diri seseorang sebagai bagian dan termasuk di dalam lapangan psikologi, bercampur dengan hal-hal yang berada diluar dirinya. Dengan kata lain diri dan dunia luar adalah suatu keutuhan, suatu gestalt.

5 C. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Poerwandari (1998) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif memiliki dasar filosofis yang berbeda, tidak menekankan pada upaya generalisasi (jumlah) melalui perolehan sampel acak, melainkan berupaya memahami sudut pandang dan konteks subyek penelitian secara mendalam. Menurut pandangan Stake (dalam Heru Basuki, 2006) studi kasus adalah suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particularity), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi kasus instrinsik yang digunakan untuk mempelajari secara intensif tentang resiliensi pada remaja yang mengalami broken home. 2. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek yang digunakan adalah berjumlah satu orang, dengan karakteristik : a. Remaja dengan usia antara 15 sampai 20 tahun. b. Mengalami kasus broken home dalam kurun waktu kurang lebih satu hingga dua tahun 3. Tahap Penelitian a. Tahap persiapan penelitian Peneliti melakukan persiapan dengan menyusun pedoman wawancara, panduan observasi, dan lembar data diri. Peneliti juga menyiapkan tape recorder untuk merekam jalannya wawancara agar tidak ada satupun isi wawancara yang terlupa. b. Tahap pelaksanaan penelitian Sebelum dilakukannya pengumpulan data, peneliti menghubungi dan membuat janji dengan subjek terlebih dahulu untuk melakukan wawancara. Setelah bertemu dengan subjek, peneliti memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari penelitian, mengajukan pertanyaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang akan diteliti. Peneliti melakukan observasi pada saat pelaksanaan, mencatat dan merekam semua jawaban yang diberikan oleh subjek. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan significant other untuk mengecek kebenaran data dan juga sebagai data sekunder. Setelah melakukan wawancara dan observasi, peneliti menganalisis data yang ada kemudian membuat laporan dari data yang diperoleh. 4. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan observasi. Jenis wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman umum dimana pedoman wawancara dibuat berupa pernyataan yang menyangkut isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan. Hal ini dilakukan agar peneliti lebih fleksibel untuk mengungkap isu-isu tentang resiliensi pada remaja yang mengalami broken home. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pengamatan tanpa berperan serta (non-participant) dimana peneliti dapat secara mudah langsung mengamati fenomena yang ada di lingkungan sekitar tanpa masuk ke dalam kegiatan subjek yang akan diteliti. 5. Alat Bantu Pengumpulan Data Istilah kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan

6 lapangan, gambar, foto, rekaman video, dan lain-lain. Berkaitan dengan hal tersebut maka peneliti akan menggunakan instrumen penelitian berupa : a. Pedoman wawancara b. Pedoman observasi c. Alat perekam (tape recorder) 6. Keabsahan Penelitian Dalam penelitian ini keabsahan penelitian diukur dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2002) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (dalam Moleong, 2002) membedakan empat triangulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu : triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan metode, triangulasi dengan peneliti atau pengamat, triangulasi dengan teori Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber dimana peneliti mencocokkan antara jawaban yang diberikan subjek dengan jawaban dari significant other, triangulasi dengan metode yaitu menggunakan pedoman wawancara untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk penelitian, triangulasi dengan peneliti atau pengamat yang dilakukan dengan melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing, dan triangulasi teori yaitu menggunakan beberapa teori. D. Hasil dan Analisa 1. Hasil Observasi dan Wawancara a. Gambaran Umum Subjek Subjek adalah seorang remaja dengan perawakan sedang, berambut tipis dan berwarna hitam sebahu. Subjek termasuk seorang yang ceria, cerdas, lebih menonjolkan sisi maskulinnya, sensitif, dan mudah tersinggung. Subjek tinggal bersama ibu dan adik lelakinya di sebuah flat sempit di kawasan padat penduduk daerah Bekasi. Rumah subjek terdiri dari 4 ruangan bersekat, ruang tamu, dapur dan kamar mandi, serta kamar tidur yang dibuat bertingkat menggunakan triplek dan kayu. Subjek berhubungan baik dengan adik lelakinya dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan adiknya daripada dengan ibu subjek, karena ibu subjek lebih sering berada di luar rumah untuk mencari tambahan uang. Subjek sudah jarang berhubungan dengan ayahnya, karena ayah subjek tinggal bersama istri ketiganya dan rumah kontrakannya terletak jauh dari tempat tinggal subjek. Ekspresi subjek secara umum terlihat tenang dan banyak tersenyum serta tegas dalam menjawab setiap pertanyaan. b. Pembahasan 1) Gambaran Resiliensi pada Remaja yang Mengalami Broken Home a) Regulasi Emosi Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada awalnya subjek merasa dirinya mengalami depresi akibat tekanan broken home yang dirasakannya sehingga membuat subjek memiliki pikiran untuk tidak menikah di kemudian hari. Subjek mengekspresikan kebenciannya terhadap pertengkaran kedua orangtuanya setelah perceraian dengan bersikap diam dan memikirkan permasalahan tersebut. Subjek mengekspresikan emosinya dengan diam apabila berada di rumah dan merealisasikannya dalam bentuk mencari teman sebanyak mungkin dengan berorganisasi dan berinteraksi dengan teman dikelasnya. Saat ini subjek cenderung tidak mampu bersikap tenang dan fokus apabila mendapatkan masalah b a r u, s e h i n g g a s u b j e k h a r u s menenangkan dirinya terlebih dahulu

7 dengan menyendiri, sebelum mengambil keputusan untuk menyelesaikan permasalahannya. b) Pengendalian Impuls Pada awalnya, subjek adalah seorang individu yang sensitif dan menggunakan kontak fisik dengan orangtuanya untuk mengekspresikan kekesalan. Kemudian, subjek mendapatkan dukungan dari teman-temannya sehingga subjek dapat mengendalikan impuls-impuls yang timbul dari berbagai tekanan yang dirasakannya. Lingkungan sosial subjek pun menerima subjek dengan baik serta memberikan dukungan yang positif terhadapnya, sehingga subjek mampu untuk mengendalikan impuls-impuls negatif yang muncul, tetapi apabila perasaan subjek sedang tidak enak atau sedang menghadapi suatu permasalahan yang penuh tekanan kemudian dihadapkan dengan permasalahan baru, subjek dapat menjadi impulsif dan mudah marah. c) Optimisme Setelah mengalami broken home subjek menyatakan mendapatkan hikmah dari kejadian tersebut yaitu menjadi lebih dewasa dan mandiri daripada temanteman seusianya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Subjek juga memiliki pandangan yang optimis mengenai masa depannya, bahwa masa depannya ada ditangannya dan ingin menjadi orangtua yang lebih baik bagi anak-anaknya kelak, serta memberikan hal-hal yang tidak ia dapatkan dari orangtuanya pada saat ini. Subjek merasa usaha yang ia lakukan saat ini untuk mewujudkan masa depannya hanyalah dengan belajar, karena melalui belajar ia memiliki banyak pengetahuan yang dapat ia gunakan pada masa yang akan datang dan menjadikan dirinya sukses. d) Empati Subjek cenderung mampu untuk berempati terhadap permasalahan yang dihadapi oleh orang lain, membantu orang lain dengan memberikan nasihat atau solusi dari permasalahannya atau sekedar memberikan dukungan dan semangat kepada orang lain meskipun sedang memiliki masalah pribadi. Subjek juga mau berbagi pengalaman pahit yang dialaminya dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut kepada orang lain yang memiliki permasalahan serupa. e) Analisis Penyebab Masalah Pengaruh broken home yang terjadi pada subjek menyebabkan subjek menjadi pribadi yang sensitif dalam bersikap serta dalam caranya memandang suatu permasalahan yang muncul dalam kehidupannya sehari-hari. Subjek cenderung memikirkan permasalahan yang dihadapinya dengan menyendiri dan termenung. Subjek juga cenderung menyalahkan keadaan mengenai kondisi broken home yang dialami. Meskipun demikian, subjek mampu bersikap optimis bahwa dirinya dapat berbuat lebih baik di masa yang akan datang. Selain itu juga, subjek tidak mencampuradukkan suatu permasalahan yang dialami dengan area lain dari kehidupannya. f) Efikasi Diri Subjek memiliki keyakinan pada dirinya sendiri untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya selama proses sebelum hingga sesudah perceraian kedua orangtuanya, meskipun subjek terkadang membutuhkan bantuan orang lain dalam memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut. Sekarang, subjek lebih mampu menerima suatu bentuk kegagalan dan akan mencari solusi lain untuk memecahkan permasalahan tersebut. Kegagalan yang dialaminya selalu ia

8 jadikan pelajaran agar lebih baik di masa yang akan datang. g) Peningkatan Aspek Positif Subjek menyatakan sisi positif dari pengalamannya menjadi seorang yang broken home membuatnya menjadi seorang yang lebih dewasa dalam berpikir dan mandiri dalam bertindak. Subjek menemukan suatu makna dari peristiwa broken home yang dialaminya bahwa tidak semua yang ia inginkan pasti akan didapatkan olehnya, dalam hal ini keluarga yang utuh. Kenyamanan dari kedua orangtua. Hal yang dapat dipetik dari broken home ini adalah ia menjadi individu yang memiliki tujuan hidup lebih realistis dan harapan-harapan untuk menjadikan kehidupan setelah ia memiliki rumah tangga lebih baik daripada yang dijalani orangtuanya. 2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi R e s i l i e n s i p a d a R e m a j a y a n g Mengalami Broken Home Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa subjek memiliki kemampuan resiliensi yang baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mendukung subjek untuk menjadi resilien seperti adanya dukungan dari lingkungan subjek yaitu hubungan yang baik dengan kedua orangtuanya meskipun lebih dekat dengan ibunya dimana ia merasa nyaman, maupun anggota keluarga yang lainnya terutama adik lelakinya. Selain itu juga, terdapat aturan-aturan yang secara lisan disebutkan oleh orangtua subjek agar subjek tidak melanggarnya dan menjaga kehormatan keluarga. Adanya sosok ayah temannya yang menjadi role model yang ia tiru cara pandang dan pola pikirnya, karena ayah temannya tersebut juga seorang broken home seperti dirinya. Subjek juga mendapatkan semua akses layanan pendidikan, kesehatan, keamanan, kesejahteraan yang diberikan oleh ibunya, sehingga merasa bahwa dirinya dilindungi, dicintai, diberikan bekal pendidikan yang cukup, dan mendapatkan kenyamanan yang ia butuhkan. Faktor berikutnya, subjek merasakan bahwa dirinya dicintai dan disukai dari banyaknya dukungan yang ia terima dari lingkungan disekitarnya. Subjek mampu untuk mencintai orang lain, berempati terhadap masalah-masalah yang dihadapi orang lain dan peduli terhadap orangorang disekitarnya. Subjek merupakan seorang individu yang mandiri, mampu menjaga kehormatan diri serta keluarganya, memiliki otonomi terhadap kehidupannya serta bangga akan diri sendiri yang penuh dengan pengalaman s e h i n gga m e m i l i k i n i l ai l e b i h dibandingkan anak seusianya. Subjek memiliki harapan, keyakinan dan kepercayaan dalam dirinya bahwa pengalaman emosional negatif yang dialaminya dari peristiwa broken home akan menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi kehidupannya kelak, dan ia mampu untuk mengubah masa depannya menjadi lebih baik seperti yang ia inginkan. Selain kedua faktor tersebut diatas faktor lainnya yaitu kemampuan subjek dalam berkomunikasi sangat baik di lingkungan sekitarnya. Subjek juga mampu menjalin hubungan baru dengan orang lain meskipun dirinya berada dalam tekanan akibat perceraian kedua orangtuanya. Selain itu juga, subjek cenderung mampu untuk mengelola impuls yang muncul sehingga mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekitarnya. Subjek mampu mengatasi masalah yang timbul, meskipun ia membutuhkan waktu untuk menenangkan diri terlebih dahulu sebelum menemukan solusi efektif dalam

9 menghadapi masalahnya. Hubungan yang dijalin subjek dengan teman-temannya selalu dilandasi dengan kepercayaan, dengan cara memilih dengan baik sebelum berteman dengan seseorang. E. Penutup 1. Kesimpulan Secara umum, subjek memiliki kemampuan resiliensi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan subjek untuk meregulasi emosi yang dimiliki, mengendalikan impuls-impuls negatif yang muncul, optimis dalam memandang hidup, mampu berempati terhadap masalah orang lain dan memiliki efikasi diri yang b aik serta mengal ami peningkatan aspek positif dalam hidup. Faktor-faktor dari luar diri subjek atau dapat juga dikatakan sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi resiliensi subjek penelitian antara lain, subjek memiliki hubungan yang baik dengan kedua orangtuanya meskipun kedua orangtua sudah bercerai, memiliki dukungan dari teman-teman dan lingkungan sekitarnya, memiliki akses layanan pendidikan, kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan yang membuat subjek merasakan bahwa dirinya dilindungi, dicintai, diberikan pendidikan yang cukup dan mendapatkan kenyamanan dari orangtuanya. Selain itu faktor-faktor dari dalam diri subjek atau faktor internal antara lain, subjek merasakan bahwa dirinya dicintai dan mampu mencintai orang lain, mampu untuk berempati sehingga mampu untuk peduli dengan lingkungan sekitarnya, bangga akan apa yang ada dalam dirinya, memiliki harapan dan keyakinan yang kuat bahwa dirinya mampu untuk bangkit dari kondisi sulit dan pengalaman emosional yang negatif. Subjek juga mampu untuk berkomunikasi dengan baik dilingkungannya, mampu untuk memecahkan masalah, mampu mengelola perasaan dan impuls-impuls negatif yang muncul, serta mampu menjalin hubungan dengan orang lain yang dilandasi kepercayaan. 2. Saran a) Untuk subjek, dianjurkan untuk lebih meningkatkan nilai-nilai positif yang dimiliki, membentengi diri dengan agama lebih baik lagi, membiasakan diri untuk menyampaikan apa yang dirasakan agar orang lain mengetahui apa yang subjek butuhkan, dan tetap meyakini bahwa setiap cobaan yang diberikan oleh Tuhan pasti tidak akan melebihi kemampuan setiap umat-nya. b) Untuk masyarakat terutama bagi yang sudah berkeluarga, dianjurkan untuk tidak melakukan pertengkaran ataupun tindakan kekerasan terhadap pasangan dihadapan anak, karena hal ini dapat menimbulkan hambatan bagi perkembangan anak dimasa yang akan datang serta meninggalkan trauma yang mendalam bagi anak dalam kehidupan berkeluarganya kelak. c) U ntuk pene lit i yang akan mengadakan penelitian dengan topik yang sama dianjurkan untuk menggali lebih dalam mengenai aspek-aspek lain yang mendukung terbentuknya resiliensi seperti peran komunikasi antara subjek dengan lingkungan sekitarnya dan pengaruh teman sebaya dalam membantu subjek untuk resilien. Peneliti juga menyarankan agar menggunakan lebih dari dua subjek dengan latar berbeda seperti gender, usia, dan status ekonomi sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih komprehensif mengenai resiliensi.

10 DAFTAR PUSTAKA Anjaswari, A. (2003). Dampak perceraian pada pembentukan nilai pernikahan remaja akhir putri : suatu penelitian kualitatif terhadap remaja akhir putri dari keluarga bercerai dengan keluarga utuh. (Skripsi). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Asrfiyati. (2003). Pengaruh keluarga terhadap kenakalan anak (pdf version). Retrieved July 30,2009 from m/2007/ 09/fkm-asfriyati1.pdf. Chaplin, J. P. (2002). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Dagun, M. (1990). Psikologi keluarga. Jakarta : Rineka Cipta. Daniel, B & Wassell, S. (2002). A d o l e sc e nc e : A s s e s s i n g a n d promoting resilience in vulnerable c hildre n 3. London : Jessica Kingsley Publishers Ltd. Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (1994). Handbook of qualitative research. London : SAGE Publication Inc. Dwyer, N. (2007). Strengthening the human spirit : The road to resilience. The Griffith Child Care Centre Inc. Strengthening the human spirit (fulltext publication). Bernard van Leer Foundation. Retrieved June 16, 2009 from 5b.html Grotberg, E. H. (1999). Taping your inner strength : How to find the resilience to deal with anything. Oakland, CA : New Harbinger Publications Inc. Gunadi, P. (2008). Dampak perceraian orangtua terhadap anak 2. Retrieved J u l y 1 5, f o r m _perceraian_orangtua_ terhadap_anak_2 Basuki, A. M. H. (2006). Pendekatan kualitatif. Depok : Universitas Gunadarma. Hurlock, E. B. (1997). P si kologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga. Ihromi, T. O. (1999). Bunga rampai sosiologi keluarga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Jacksond. (2009). Kasus perceraian di jakarta masih tinggi. Retrieved July 2 6, f r o m berita_detail.asp?idwil=0& nnewsid= Grotberg, E. H. (1995). A guide to promoting resilience in children:

11 Kimmel, D. C & Weiner I. B. (1995). Adolescence : A developmental transition. John Wiley & Son, Inc. Krovetz, M. L. (1998). Fostering resiliency : Expecting all students to use their minds and hearts well. California : Corwin Press Inc. Mihari, T. S., & Wahyurini, C. (2006). Broken home? so what gitu lho?!!! kompas cybermedia. Retrieved May 5, f r o m /Muda/0612/15/ htm. Miles, M.B. & Huberman, A.M (1992). Analisis data kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Moleong, L. J. (1997). Metode penelitian kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Moleong, L. J. (2000). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Moleong, L. J. (2002). Metode penelitian kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Narbuko, C. & Achmadi, A. (2002). Metodologi penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Neill, J. (2006). What is psychology resilience?. RetrievedMay 4, 2009 Papalia, W. E., Olds, S. W & Feldman, R. D. (2001). Human development (8 th edition). Boston : McGraw Hill. Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pnegukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Universitas Indonesia. Poerwandari, E.K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Psikologi-online. (2009). Keluarga single parent bukanlah keluarga broken home. Retrieved April 19, 2009 f r o m h t t p : / / p s i k o l o g i - online.com/index2.php?option=com_content&do_pdf =1&id=45 Reivich, K., & Chatte, A. (2002). The resilience faktor : 7 essential skills for overcoming life s inevitable obstacle. New York : Random House Inc. Sarwono, Sarlito W. (2008). Psikologi remaja. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

12 Killis, G. (2003). Dampak percaraian from orangtua pada anak remaja. (Skripsi). psychology/resilience/psychological Depok : Universitas Indonesia. Resilience.html# Books. Setyaningrum, E. (2007). Penerimaan diri pada remaja dengan orangtua bercerai. (S k r i p s i ). Depok : Universitas Gunadarma. Siebert, A. (2005). The resiliency advantage : Master change, thrive underpressure and bounce back from setback. San Fransisco : Berret Koehler Publisher Inc. The Resiliency Center. (2005). The road to resilience. Retrieved May 5, 2009 from road_to_resilience.pdf Tugade, M.M & Fredrickson, B.L.. (2004). Resilient individual use positive emotions to bounce back from negative emotional experiences. Journal of Personality and Social Psychology, Volume 24, no Tugade, M. M., Fredrickson, B. L., dkk. (2004). Psychological resilience and positive emotional granularity: Examining the benefits of positive emotions on coping and health. Re tri eved May 5, 2009 f rom ticlerender.fcgi?artid= Walsh, F. (2006). Strengthening family resilience, 2 nd edition. New York : The Guilford Press.

13 Yin, K. R. (2004). Studi kasus dan metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Resiliensi. bahasa resiliensi merupakan istilah bahasa inggris

BAB II LANDASAN TEORI. A. Resiliensi. bahasa resiliensi merupakan istilah bahasa inggris BAB II LANDASAN TEORI A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Resiliensi (daya lentur) merupakan sebuah istilah yang relatif baru dalam khasanah psikologi, terutama psikologi perkembangan (Desmita, 2010).

Lebih terperinci

RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN

RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN Rahayu Rezki Anggraeni Dosen Pembimbing Ibu Ni Made Taganing, Spsi., MPsi. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, 2008

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual. Retrivied From

DAFTAR PUSTAKA. Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual. Retrivied From DAFTAR PUSTAKA Aprilia, Nur Fitri, (2015). Resiliensi Pada Istri yang Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Retrivied from Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Impian setiap pasangan adalah membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Dalam menjalani rumah tangga setiap pasangan pasti memiliki berbagai keinginan yang

Lebih terperinci

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan memiliki keluarga yang bahagia. Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan

Lebih terperinci

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Diajukan oleh: ARYA GUMILANG PUTRA PRATHAMA F.100090190 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

RESILIENSI PENGUNGSI KONFLIK SAMPANG

RESILIENSI PENGUNGSI KONFLIK SAMPANG JURNAL MEDIAPSI VOLUME 1 NOMOR 1, DESEMBER 2015, HAL 51-58 RESILIENSI PENGUNGSI KONFLIK SAMPANG Bima Pusaka Semedhi, Sumi Lestari, Nur Hasanah bimapusakasemedhi@yahoo.com Program Studi Psikologi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang

BAB III METODE PENELITIAN. yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Prastowo) mendiskripsikan penelitian kualitatif sebagai sebuah metode

Lebih terperinci

Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT

Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT 13512371 Latar belakang 1. Perilaku Merokok & Minum Alkohol : Lebih banyak terjadi pada kaum laki - laki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

Perbedaan Resiliensi Antara Siswa Yang Aktif Berorganisasi Dengan Siswa Yang Tidak Aktif Berorganisasi di SMA Negeri 1 Pandaan Pasuruan

Perbedaan Resiliensi Antara Siswa Yang Aktif Berorganisasi Dengan Siswa Yang Tidak Aktif Berorganisasi di SMA Negeri 1 Pandaan Pasuruan Jurnal Psikologi Agustus 2011, Vol. 1, No.12, hal 35-49 Perbedaan Resiliensi Antara Siswa Yang Aktif Berorganisasi Dengan Siswa Yang Tidak Aktif Berorganisasi di SMA Negeri 1 Pandaan Pasuruan M. Jadid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu para remaja harus memiliki bekal yang baik dalam masa perkembangannya. Proses pencarian identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit terkecil masyarakat yang terjalin hubungan darah, ikatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Resiliensi. Sedangkan Hildayani (2005) menyatakan resiliensi atau ketangguhan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Resiliensi. Sedangkan Hildayani (2005) menyatakan resiliensi atau ketangguhan adalah suatu 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Reivich dan Shatte (2000) menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk bertahan, beradaptasi terhadap sesuatu yang menekan, mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makna hidup (the meaning of life) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Makna hidup (the meaning of life) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna hidup (the meaning of life) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan memilih dilahirkan dalam keluarga yang harmonis, hangat, dan penuh kasih sayang. Keluarga demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi ke masa dewasa. Masa ini dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan

Lebih terperinci

RESILIENSI REMAJA PENYANDANG TUNANETRA PADA SLB A RUHUI RAHAYU DI SAMARINDA. Masna

RESILIENSI REMAJA PENYANDANG TUNANETRA PADA SLB A RUHUI RAHAYU DI SAMARINDA. Masna ejournal Psikologi, 2013, 1 (1): 48-57 ISSN 0000-0000, ejournal.psikologi.fisip-unmul.org Copyright 2013 RESILIENSI REMAJA PENYANDANG TUNANETRA PADA SLB A RUHUI RAHAYU DI SAMARINDA Masna Abstrak Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah tempat di mana anak berkembang dan bertumbuh, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit terkecil dalam

Lebih terperinci

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung 1 Intan Pratitasari, 2 Muhammad Ilmi Hatta 1,2 Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu KEMANDIRIAN REMAJA YANG MEMILIKI ORANGTUA YANG BERCERAI STARLINA AULIA UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X

RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X Nama NPM : 13511208 Dosen Pembimbing : Hanum Inestya Putri : Dr. Hendro Prabowo, S.Psi. BAB I : PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angka perceraian di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut data 20 tahun lalu yang dinyatakan oleh Wakil Menteri Agama Prof.Dr. Nazaruddin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup didunia memiliki keinginan untuk saling berinteraksi. Interaksi social yang biasa disebut dengan proses sosial merupakan syarat utama terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya. Masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masa remaja senantiasa menarik untuk dibicarakan, hal ini dikarenakan kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,

Lebih terperinci

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik komunikasi interpersonal orang tua tunggal dalam mendidik

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik komunikasi interpersonal orang tua tunggal dalam mendidik KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA TUNGGAL DALAM MENDIDIK ANAK REMAJA AWAL BAB I A. Latar Belakang Komunikasi interpersonal merupakan suatu cara yang dilakukan orang tua tunggal dalam mendidik anak, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Sebagai makhluk sosial, manusia diharapkan mampu mengatasi segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Pada masa ini, individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan kondisi yang berbedabeda. Ada anak yang lahir dengan kondisi yang normal, namun ada juga anak yang lahir dengan membawa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dan negara-negara lain istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan Wanita Tuna Susila. Ini

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP A. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan saudara kandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi kedua terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah telah

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi kedua terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah telah BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Gempa bumi kedua terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah telah mengguncang dasar laut yang berjarak sekitar 150 km dari pantai Sumatera pada tanggal 26

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN RESILIENSI TERHADAP PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA. Vita Ristinawati Irwan Nuryana K INTISARI

PENGARUH PELATIHAN RESILIENSI TERHADAP PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA. Vita Ristinawati Irwan Nuryana K INTISARI PENGARUH PELATIHAN RESILIENSI TERHADAP PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA Vita Ristinawati Irwan Nuryana K INTISARI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh pelatihan resiliensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT NASKAH PUBLIKASI

RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT NASKAH PUBLIKASI RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh: RAYI DWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh keluarga. Karena tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh keluarga. Karena tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lestarinya perkawinan adalah harapan bagi setiap pasangan suami istri dan seluruh keluarga. Karena tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block dengan nama ego resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Mach (2004) mengungkapkan bahwa kasus gangguan perilaku eksternal lebih

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DENGAN MINAT MAHASISWA MENGIKUTI PROGRAM PROFESI NERS DI STIKES AISYIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DENGAN MINAT MAHASISWA MENGIKUTI PROGRAM PROFESI NERS DI STIKES AISYIYAH SURAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DENGAN MINAT MAHASISWA MENGIKUTI PROGRAM PROFESI NERS DI STIKES AISYIYAH SURAKARTA Tri Susilowati, Irma Mustika Sari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah

Lebih terperinci

DINAMIKA FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA REMAJA YANG PERNAH MENGALAMI KERUSUHAN DI AMBON TAHUN 1999

DINAMIKA FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA REMAJA YANG PERNAH MENGALAMI KERUSUHAN DI AMBON TAHUN 1999 DINAMIKA FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA REMAJA YANG PERNAH MENGALAMI KERUSUHAN DI AMBON TAHUN 1999 Affidina Chantal Yunus Denny Putra Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta denny.putra@ukrida.ac.id

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN RESILIENSI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR JURUSAN X FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN RESILIENSI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR JURUSAN X FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN RESILIENSI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR JURUSAN X FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Paundra Kartika Permata Sari, Endang Sri Indrawati

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi)

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi) INFORMED CONSENT Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden Tema Penelitian : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual Komersil (Prostitusi) Peneliti : Indah Rasulinta Sebayang NIM : 071301109

Lebih terperinci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahap perkembangan remaja, individu memiliki tugas perkembangan membangun hubungan intim dengan lawan jenis yang berguna untuk membentuk hubungan berpacaran pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamanya berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan, namun ternyata ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil didalam masyarakat tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil didalam masyarakat tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil didalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan yang pertama ditemui oleh setiap individu dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia. Keluarga menjadi struktur

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip definisi Gillian dan

Lebih terperinci

PROFIL RESILIENSI MANTAN PECANDU NARKOBA (Studi Kasus di Balai Besar Rehabilitasi Narkoba, BNN, Lido)

PROFIL RESILIENSI MANTAN PECANDU NARKOBA (Studi Kasus di Balai Besar Rehabilitasi Narkoba, BNN, Lido) 110 Profil Resiliensi Mantan Pecandu Narkoba PROFIL RESILIENSI MANTAN PECANDU NARKOBA (Studi Kasus di Balai Besar Rehabilitasi Narkoba, BNN, Lido) Uripah Nurfatimah 1 Dra. Retty Filliani 2 Karsih,M.Pd.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan berkeluarga atau menempuh kehidupan dalam perkawinan adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak-anak muda dan remaja dalam masa perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain tentunya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang melibatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus deskriptif. Bogdan & Taylor (dalam Moleong,

Lebih terperinci

Support Group Therapy Untuk Mengembangkan Potensi Resiliensi Remaja Dari Keluarga Single Parent di Kota Malang

Support Group Therapy Untuk Mengembangkan Potensi Resiliensi Remaja Dari Keluarga Single Parent di Kota Malang Psikobuana ISSN 2085-4242 2011, Vol. 3, No. 2, 135 140 Support Group Therapy Untuk Mengembangkan Potensi Resiliensi Remaja Dari Keluarga Single Parent di Kota Malang M. Salis Yuniardi dan Djudiyah Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak, dalam keluarga terjadi proses pendidikan orang tua pada anak yang dapat membantu perkembangan anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, terutama dalam gaya hidup masyarakat. Indonesia pun tidak luput dari perubahanperubahan

Lebih terperinci

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. [1] Alwilsol. (2009). Psikologi kepribadian. Edisi pertama. Malang : UMM Press. meninggal. Skripsi. Universitas Gunadarma.

Daftar Pustaka. [1] Alwilsol. (2009). Psikologi kepribadian. Edisi pertama. Malang : UMM Press. meninggal. Skripsi. Universitas Gunadarma. Daftar Pustaka [1] Alwilsol. (2009). Psikologi kepribadian. Edisi pertama. Malang : UMM Press [2] Bookfi.org [3] Cahyasari I, 2003. Grief pada remaja putra karena kedua orang tuanya meninggal. Skripsi.

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam

BAB I PENDAHULUAN. Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu tujuan hidup bagi setiap orang. Usia dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal tersebut merupakan salah

Lebih terperinci