PROFESIONALISME GURU DILIHAT DARI KUALIFIKASI KEILMUAN. Hariyanto Katjo. Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan. Fakultas Ilmu Sosial ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFESIONALISME GURU DILIHAT DARI KUALIFIKASI KEILMUAN. Hariyanto Katjo. Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan. Fakultas Ilmu Sosial ABSTRAK"

Transkripsi

1 PROFESIONALISME GURU DILIHAT DARI KUALIFIKASI KEILMUAN Hariyanto Katjo Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan Fakultas Ilmu Sosial ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Profesionalisme guru dilihat dari kualifikasi keilmuan dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi profesionalisme guru di SMP dan SMA Negeri se- Kota Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah kualitatif deskriptif yaitu untuk menggambarkan tentang Profesionalisme Guru dilihat dari Kualifikasi Keilmuan. Guru yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 8 guru PKn yang terbagi dalam beberapa sekolah yaitu (2) Guru PKn di SMP Negeri 3 Kota Gorontalo, (1) Guru PKn di SMP 2 Kota Gorontalo, (2) Guru PKn di SMA Negeri 3 Kota Gorontalo, (3) Guru PKn di SMA Negeri 2 Kota Gorontalo. Hasil penelitian menunjukan bahwa Guru yang Profesional adalah guru yang mengajar berdasarkan kualifikasi keilmuan yang dimiliki. Faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru juga yaitu adalah : fasilitas belajar mengajar, penggunaan perangkat pembelajaran yaitu RPP dan silabus, alokasi waktu mata pelajaran PKn masih agak minim dan factor yang terakhir yaitu pemahaman guru terhadap materi yang diajarkan karena menjadi guru PKn tidaklah mudah. Keywords : Profesionalisme guru, kualifikasi keilmuan. Ilmu pengetahuan atau materi bidang studi meliputi semua bidang studi yang akan menjadi keahlian atau pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Dalam hal ini, penguasaan atas pokok-pokok bahasan materi pelajaran yang terdapat dalam bidang studi yang menjadi bidang tugas guru, mutlak diperlukan.penguasaan guru atas materi-materi bidang studi itu seyogyanya dikaitkan langsung dengan pengetahuan kependidikan khusus terutama dengan metode khusus dan praktik keguruan. Akan tetapi perlu kita akui bahwa pada kenyataannya, masih ada guru kita yang belum mempunyai tingkat kualifikasi sesuai kebutuhan.latar belakang pendidikan guru sudah memenuhi kualifikasi, tetapi dalam aspek kualitas diri, ternyata masih banyak guru yang belum dapat memenuhi tuntutan.masih banyak guru yang mempunyai kualifikasi sebagaimana yang sudah disyaratkan, tetapi kualitas dirinya belum mencapai tingkatan yang dibutuhkan untuk setiap bidang 1

2 profesinya.masih banyak guru yang bertitel Sarjana Pendidikan (S.Pd), tetapi belum mampu merealisasikan setiap tuntutan dalam bidang keguruannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (2001: 603). Dalam definisi lain kualifikasi diartikan sebagai hal-hal yang dipersyaratkan baik secara akademis dan teknis untuk mengisi jenjang kerja tertentu ( Maka dari itu seseorang yang mempunyai pekerjaan tertentu harus memiliki keahlian khusus dalam bidang pekerjaannya.jadi, kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.dalam dunia pendidikan, kualifikasi dimengerti sebagian keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang pendidikan, baik sebagai pengajar mata pelajaran, administrasi pendidikan dan seterusnya.bahkan, kualifikasi terkadang dapat dilihat dari segi derajat lulusannya. Seperti dalam UU Sisdiknas 2003, ditetapkan bahwa untuk menjadi guru Sekolah Dasar (SD) harus lulusan Strara S-1, tentu saja jika ingin menjadi guru yang mengajar pada tingkat lebih tinggi (SMP/MTs, SMU/SMK/MA, Perguruan Tingggi). Terkait dengan profesionalisme guru dalam mengajar tidak lepas dari kualifikasi keilmuan yang dimiliki oleh guru dimana guru mampu melaksanakan tugas mengajar dikelas sesuai apa yang diharapkan oleh semua pihak.berdasarkan temuan hasil observasi dan diskusi dengan guru mata pelajaran PKn, dimana sepenuhnya penunjang proses belajar mengajar yaitu dari segi sarana prasarana termasuk fasilitas pembelajaran. Fasilitas pembelajaran masih kurangnya fasilitas penunjang dalam kegiatan belajar mengajar dari softwere, alat peraga/alat bantu pembelajaran maupun buku penunjang masih minim. Mencermati apa yang menjadi diskusi dengan guru mata pelajaran PKn bahwa mana fasilitas sebagai sarana dalm pelaksanaan pembelajaran sangat menunjang proses belajar mengajar karena siswa merasa bosan apabila guru hanya sring menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media pembelajaran. Banyak terdapat dalam perangkat pembelajaran, berbagai metode dan model pembelajaran akan tetapi ketika dalam pelaksanaan pembelajaran banyak yang tidak sesuai dengan perangkat pembelajaran, berbagai alasan yang dilontarkan oleh guru mata pelajaran PKn baik alasan dari segi alokasi waktu yang minim sampai pada media atau perangkat pembelajaran yang belum siap. Namun hal ini ketika ditelusuri ternyata bukan hanya alokasi waktu dan media pembelajaran yang menjadi alasan kurang optimalnya kegiatan belajar mengajar, akan tetapi kesiapan mengajar guru yaitu pemahaman dalam materi ajar. 2

3 Seperti yang dikemukakan oleh salah satu murid di SMP Negeri 2 Kota Gorontalo bahwa kebanyakan guru-guru hanya sering menggunakan metode ceramah terus bahkan hanya meninggalkan fotocopy kepada siswa untuk merangkum materi. Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana profesionalisme guru dilihat dari kualifikasi keilmuan?. Factorfaktor apa saja yang mempengaruhi profesionalisme guru dilihat dari kualifikasi keilmuan di SMP dan SMA Negeri se-kota Gorontalo. 1. Pengertian Guru LANDASAN TEORI Pengertian yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah bahwa guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru, dalam hal orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Mengutip pendapat Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya Thisis Teaching (2003:10) : Teacher is professional person who conducs classes (Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas).(http// jadi artinya untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah karena di dalam menjalankan tugasnya harus benar-benar memiliki kemampuan mengajar agar apa yang menjadi tujuan guru bisa terlaksana. Guru juga harus memiliki sifat atau pribadi yang baik karena guru merupakan teladan yang baik bagi siswa-siswanya. Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C Morris Mc Clare dalam Fondation of teaching, An Introduction to Modern Education (hal :141), teacher are those person who consciously direct the experiences and behaviour of an individual so that education take place. (Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat terjadi pendidikan). Artinya guru memiliki pengalaman dari latar pendidikan yang yang ditekuninya sehingga guru dengan mudah menjalankan tugasnya. Menurut Danim (2011:5) Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Artinya tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etika tertentu. Artinya Sebagai seorang guru, memang harus ada kemampuan khusus yang dimiliki dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada 3

4 jalur pendidikan formal.dengan adanya kemampuan khusus ini dapat dijadikan sebagai ujung tombak untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Berdasarkan beberapa pengertian guru di atas maka pengertian guru dalam penelitian ini adalah guru merupakan orang yang sangat berpengaruh terhadap masa depan anak bangsa karena ditangan gurulah keberhasilan pendidikan itu dapat terlaksana. Oleh sebab itu guru dituntut harus profesional dalam menjalankan tugasnya karena dengan adanya keprofesionalan seorang guru maka guru dengan mudah dapat menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan dari pada pendidikan. 2. Profesionalisme Guru Menurut Sutjipto dan Kosasi (2004:17) Istilah professional adalah kata sifat dari kata profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.sebagai kata benda, professional kurang lebih berarti orang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesiensi sebagai mata pencaharian.jadi artinya profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya, dengan kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan. a. Kompetensi Pedagogik Menurut Slamet PH (dalam Sagala:2006) yang mengatakan kompetensi pedagogik terdiri dari Sub-Kompetensi (1) berkontribusi dalam pengembangan KTSP yang terkait dengan meta pelajaran yang diajarkan; (2) mengembangkan silabus mata pelajaran berdasarkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD); (3) merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang telah dikembangkan; (4) merancang manajemen pembelajaran dan manajemen kelas; (5) melaksanakan pembelajaran yang pro-perubahan (aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif dan menyenangkan); (6) menilai hasil belajar peserta didik secara otentik; (7) membimbing peserta didik dalam berbagai aspek, misalnya: pelajaran, kepribadian, bakat, minat, dan karir; (8) mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru. b. Kompetensi Kepribadian Setiap perkataan, tindakan dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang, selama hal itu dilakukan dengan penuh kesadaran. Memang, kepribadian menurut Zakiah Daradjat (dalam Sagala:1980) disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu persoalan. Kepribadian mencakup semua unsure, baik fisik maupun psikis.sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian 4

5 seseorang. Apabila nilai kepribadian kepribadian seseorang naik, maka akan naik pula kewibawaan orang tersebut. Tentu dasarnya adalah ilmu pengetahuan dan moral yang dimilikinya. Kepibadian akan turut menentukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. c. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan menarik dengan peserta didik, sesame pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua wali peserta didik, masyarakat sekitar dimana pendidik itu tinggal dengan pihak-pihak berkepentingan dengan sekolah.kondisi objektif ini menggambarkan bahwa kemampuan sosial guru tampak ketika bergaul dan melakukan iteraksi sebagai profesi maupun sebagai sebagai masyarakat, dan kemampuan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. d. Kompetensi Profesional Kompetensi Profesional berkaitan dengan bidang studi menurut menurut Slamet (dalam Sagala:2006) terdiri dari Sub-Kompetensi (1) memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk mengajar; (2) memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran yang tertera dalam peraturan menteri serta bahan ajar yang ada dalam kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP); (3) memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi materi ajar; (4) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan (5) menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Pengertian Kualifikasi Keilmuan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (2001: 603). Dalam definisi lain kualifikasi diartikan sebagai hal-hal yang dipersyaratkan baik secara akademis dan teknis untuk mengisi jenjang kerja tertentu ( Maka dari itu seseorang yang mempunyai pekerjaan tertentu harus memiliki keahlian khusus dalam bidang pekerjaannya.jadi, kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.dalam dunia pendidikan, kualifikasi dimengerti sebagian keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang pendidikan, baik sebagai pengajar mata pelajaran, administrasi pendidikan dan seterusnya. Jadi kualifikasi keilmuan adalah bidang yang ditekuni seseorang harus memiliki ilmu pengetahuan sebagai syarat untuk menduduki jabatan tertentu dalam proses pelaksanaan tanggung jawab jabatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 5

6 Untuk memperoleh data dan informan yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik sebagai berikut: a. Observasi Teknik observasi digunakan sebagai teknik penunjang untuk mengamati persiapan mengajar guru seperti Silabus, RPP, Media, Metode dan proses belajar mengajar. b. Wawancara Sebagai teknik pelengkap yang digunakan untuk mewawancarai 23 orang yaitu 4 orang Kepala Sekolah, 8 Guru Bidang Studi PKn, dan 11 orang siswa-siswi yang ada di SMP dan SMA Negeri se-kota Gorontalo. c. Dokumentasi Dokumentasi yakni teknik dokumentasi yang dipakai untuk memperoleh data melalui bahan-bahan tertulis berupa proses belajar mengajar, kondisi fisik Sekolah. HASIL PENELITIAN Membahas tentang profesionalisme guru mata pelejaran PKn di SMP dan SMA Negeri se-kota Gorontalo, sangat berkaitan erat dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru mata pelajaran PKn dalam menjalankan kewajibannya sebagai pengajar dan pendidikan.kompetensi tersebut meliputi, kompetensi pedagogic, kometensi kepribadian, kometensi keprofesionalan, kometensi social dan terutama keilmuan yang dimiliki oleh semua guru mata pelejaran PKn yang telah tersertifikasi. Selain itu, kenyataan di lapangan menunjukan bahwa out-put LPTK (lembaga pendidikan tenaga kependidikan) seperti yang diakui oleh menteri pendidikan RI, belum memuaskan terbukti dengan tidak sesuainya kualifikasi keilmuan guru dengan bidang studi yang di ajarkan. Konteks realita yang ada berdasarkan survey, Di sekolah SMP dan SMA Negeri di Kota Gorontalo tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Banyak permasalahan yang timbul dilingkungan pendidikan diberbagai sekolah-sekolah misalnya SMP dan SMA Negeri se-kota Gorontalo. Salah satu contoh dari berbagai permasalahan yang timbul yaitu latar belakang pendidikan dari tenaga-tenaga pengajar itu sendiri, yang dianggap tidak relevan antara mata pelajaran yang diajarkan dengan bidang studi keahliannya, contohnya guru yang tidak berlatar belakang pendidikan PKn mengajar mata pelajaran PKn dan begitu pula sebaliknya. Sangat tidak logis jika bidang keahlian dari seorang guru hanya berlatar belakang Pendidikan Teknik Kriya, Bimbingan Konseling, dan Pendidikan Agama Islam, 6

7 kemudian mengajar PKn di depan kelas. Begitupun sebaliknya guru PKn mengajar mata pelajaran Sejarah, Seni Budaya, Bahasa Indonesia, Sosiologi, keterampilan dan kesenian.padahal untuk menjadi seorang guru PKn tidaklah mudah, diperlukan keterampilan khusus bagi guru PKn untuk memberikan gambaran tentang pancasila dan kewarganegaraan.sehingga siswa mempunyai gambaran dari pentingnya pancasila dan kewarganegaraan. Gambaran pentingnya nilai-nilai pancasila dan kewarganegaraan yang diterima siswa diharapkan dapat berpengaruh pada sikap dan perilakunya sesuai dengan tujuan dari pendidikan dan pembelajaran PKn. Sehingga apabila guru dari bidang keahlian lain yang mengajarkan akan semakin membingungkan bagi peserta didik. Berdasarkan permasalahan di atas maka guru tersebut belum bisa dikatakan profesional karena tidak relevan kualifikasi keilmuan yang dimiliki dengan bidang studi yang diajarkan oleh guru, untuk bisa dikatakan guru yang profesional maka guru tersebut juga harus memiliki empat kompetensi seperti pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social, kompetensi profesional. Berdasarkan temuan hasil observasi dan diskusi dengan guru mata pelajaran PKn, dimana sepenuhnya penunjang proses belajar mengajar yaitu dari segi sarana prasarana termasuk fasilitas pembelajaran. Fasilitas pembelajaran masih kurangnya fasilitas penunjang dalam kegiatan belajar mengajar dari softwere, alat peraga/alat bantu pembelajaran maupun buku penunjang masih minim. Di lihat dari perbedaan kualifikasi keilmuannya dengan tugas mengajarnya, untuk guru profesional yaitu guru yang mengajar mata pelajaran sesuai dengan kualifikasi keilmuannya kerena apa bila guru mengajar sesuai dengan disiplin ilmunya maka akan lebih mudah bagi guru untuk melaksanakan tugas profesionalnya dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Mencermati apa yang menjadi diskusi dengan guru mata pelajaran PKn bahwa mana fasilitas sebagai sarana dalm pelaksanaan pembelajaran sangat menunjang proses belajar mengajar karena siswa merasa bosan apabila guru hanya sering menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media pembelajaran. Banyak terdapat dalam perangkat pembelajaran, berbagai metode dan model pembelajaran akan tetapi ketika dalam pelaksanaan pembelajaran banyak yang tidak sesuai dengan perangkat pembelajaran, berbagai alasan yang dilontarkan oleh guru mata pelajaran PKn baik alasan dari segi alokasi waktu yang minim sampai pada media atau perangkat pembelajaran yang belum siap. Namun hal ini ketika ditelusuri ternyata bukan hanya alokasi waktu dan media pembelajaran yang menjadi alasan kurang optimalnya kegiatan belajar mengajar, akan tetapi kesiapan mengajar guru yaitu pemahaman dalam materi ajar. 7

8 Seperti yang dikemukakan oleh salah satu murid bahwa kebanyakan guruguru hanya sering menggunakan metode ceramah terus bahkan hanya meninggalkan fotocopy kepada siswa untuk merangkum materi. Siswa lebih senang ada praktek lapangan sehingga siswa tidak merasa bosan dengan apa yang diajarkan guru. Apalagi guru hanya sering menggunakan metode ceramah terus tidak fariasi pembelajaran. Banyak guru yang berkualifikasi pendidikan di luar dari mata pelajaran PKn yaitu senibudaya, berdasarkan apa yang ditemui dilapangan bahwa mana guru tersebut lebih professional mengajar dengan mata pelajaran senibudaya dibandingan dengan mata pelajaran PKn karena dilihat dari materi PKn lebih sullit dibandingkan mata pelajaran senibudaya, dimana mata pelajaran senibudaya lebih pada kegiatan praktek lapangan dan materinya tidak begitu sulit. Yang lebih menarik dari permasalahan ini yaitu sebelum mengajar di kelas pengajar diwajibkan mempunyai perangkat pembelajaran baik silabus maupun RPP, dalam penyusunan perangkat pembelajaran banyak guru mata pelajaran PKn mengalami kesulitan dalam penyusunannya. Selain itu banyak guru mengcopy paste silabus bahkan RPP dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini sesuai dengan pengakuan seorang guru mata pelajaran PKn mengatakan bahwa untuk penyuswunan perangkat pembelajaran baik itu silabus maupun RPP, masih menyalin atau mengcopy paste perangkat pembelajaran dari tahun-tahun sebelumnya dikarenakan kami sebagai pengajar PKn masih kurang kreatif dalam pengembangan dalam penyusunan perangkat pembelajaran yang baru karena dalam silabus harus mencantumkan integrasi nilai karakter bangsa ( pendikar ). Untuk itu diharapkan kepada pihak pemerintah untuk menyikapi keadaan ini dengan mengadakan pelatihan penyusunan perangkat pembelajaran khusus bagi pengajar mata pelajaran PKn Ini disebabkan oleh tuntutan profesionalisme guru, yaitu penambahan jam diluar dari kualifikasi yang dimiliki oleh guru.sehingga guru belum dikatakan professional karena guru belum mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, karena dilihat dari kualifikasi keilmuan yang dimiliki tidak sesuai dengan tuntutan mengajar. Dalam hal ini tugas mereka dalam mengajar dan bidang keahlian dari semua mata pelajaran belum relevan, karena masih ada beberapa guru ynag mengajar belum sesuai dengan kualifikasi keilmuan dengan tugas mengajar, akan tetapi pihak sekolah terus berupaya karena hanpir semua sekolah yang ada di SMP maupun di SMA Negeri se-kota Gorontalo berakreditas A. Sebagai sekolah yang sudah terakreditas A ini akan menjadi tuntutan bagi semua para guru untuk lebih meningkatkan keprofesionalan sesuai dengan kualifikasi keilmuanya dalam menjalankan tugas sebagai guru yang profesional dengan banyak 8

9 mengikuti kegiatan seperti MGMP, pelatihan-pelatihan/penataran dan seminar nasional, dengan mengikuti kegiatan tersebut akan memberikan bekal tambahan pengertahuan kepada guru untuk menjalankan tugasnya menjadi guru yang profesional, serta dengan adanya kurikulum dan sarana prasarana yang memadai akan menjadi penunjang terhadap peningkatan kemajuan sekolah dan memudahkan guru dalam mengajar, karena siswa akan lebih semangat belajar apabila ada media maupun metode baru yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Sebagai guru profesional maka semua guru mata pelajaran PKn dituntut untuk meningkatkan kompetensi dan kualifikasi keilmuannya karena guru yang manjadi ujung tombak untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri.oleh sebab itu tugas guru tidaklah mudah, seorang guru harus memiliki keahlian berdasarkan latar belakang pendidikannya sehingga dapat dikatakan guru yang profesional, yang mampu menjalankankan tugas dengan baik seperti yang diharapkan oleh semua pihak. Hal ini dapat diuraikan bardasarkan hasil wawancara yang diambil dari beberapa informan yakni kepala sekolah, guru PKn, dan siswa-siswa Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana profesionalisme guru dilihat dari kualifikasi keilmuan?. Factorfaktor apa saja yang mempengaruhi profesionalisme guru dilihat dari kualifikasi keilmuan di SMP dan SMA Negeri se-kota Gorontalo. 1.Pengertian Guru PEMBAHASAN Pengertian yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah bahwa guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru, dalam hal orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Mengutip pendapat Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya Thisis Teaching (2003:10) : Teacher is professional person who conducs classes (Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas).(http// jadi artinya untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah karena di dalam menjalankan tugasnya harus benar-benar memiliki kemampuan mengajar agar apa yang menjadi tujuan guru bisa terlaksana. Guru juga harus memiliki sifat atau pribadi yang baik karena guru merupakan teladan yang baik bagi siswa-siswanya. Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C Morris Mc Clare dalam Fondation of teaching, An Introduction to Modern Education (hal :141), teacher are those person who consciously direct the experiences and behaviour of an individual so that 9

10 education take place. (Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat terjadi pendidikan). Artinya guru memiliki pengalaman dari latar pendidikan yang yang ditekuninya sehingga guru dengan mudah menjalankan tugasnya. Menurut Danim (2011:5) Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Artinya tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etika tertentu. Artinya Sebagai seorang guru, memang harus ada kemampuan khusus yang dimiliki dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.dengan adanya kemampuan khusus ini dapat dijadikan sebagai ujung tombak untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Berdasarkan beberapa pengertian guru di atas maka pengertian guru dalam penelitian ini adalah guru merupakan orang yang sangat berpengaruh terhadap masa depan anak bangsa karena ditangan gurulah keberhasilan pendidikan itu dapat terlaksana. Oleh sebab itu guru dituntut harus profesional dalam menjalankan tugasnya karena dengan adanya keprofesionalan seorang guru maka guru dengan mudah dapat menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan dari pada pendidikan. 2. Profesionalisme Guru Profesionalismeadalah komitmen para profesional terhadap profesinya. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional, usaha terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan profesional, dst. profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dari seseorang yang professional. Untuk menjadi guru yang professional harus memiliki beberapa kompetensi. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen No. 14/2005 dan peraturan pemerintah No. 19/2005 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, kompetensi professional. a. Kompetensi pedagogik Menurut Slamet PH (dalam Sagala:2006) yang mengatakan kompetensi pedagogik terdiri dari Sub-Kompetensi (1) berkontribusi dalam pengembangan KTSP yang terkait dengan meta pelajaran yang diajarkan; (2) mengembangkan silabus mata pelajaran berdasarkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD); (3) merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan 10

11 silabus yang telah dikembangkan; (4) merancang manajemen pembelajaran dan manajemen kelas; (5) melaksanakan pembelajaran yang pro-perubahan (aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif dan menyenangkan); (6) menilai hasil belajar peserta didik secara otentik; (7) membimbing peserta didik dalam berbagai aspek, misalnya: pelajaran, kepribadian, bakat, minat, dan karir; (8) mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru. b. Kompetensi sosial Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan menarik dengan peserta didik, sesame pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua wali peserta didik, masyarakat sekitar dimana pendidik itu tinggal dengan pihak-pihak berkepentingan dengan sekolah.kondisi objektif ini menggambarkan bahwa kemampuan sosial guru tampak ketika bergaul dan melakukan iteraksi sebagai profesi maupun sebagai sebagai masyarakat, dan kemampuan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. c. Kompetensi kepribadian Setiap perkataan, tindakan dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang, selama hal itu dilakukan dengan penuh kesadaran. Memang, kepribadian menurut Zakiah Daradjat (dalam Sagala:1980) disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu persoalan. Kepribadian mencakup semua unsure, baik fisik maupun psikis.sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Apabila nilai kepribadian kepribadian seseorang naik, maka akan naik pula kewibawaan orang tersebut. Tentu dasarnya adalah ilmu pengetahuan dan moral yang dimilikinya. d. Kompetensi professional Kompetensi Professional menurut Usman (2004) meliputi; (1) penguasaan terhadap landasan kependidikan, dan kompetensi ini termasuk (a) memahami tujuan pendidikan, (b) mengetahui prinsip-prinsip psikologi pendidikan; (2) menguasai bahan pengajaran, artinya guru harus memahami dengan baik materi pelajaran yang diajarkan. Penguasaan terhadap materi pokok yang ada pada kurikulum maupun bahan pengayaan; (3) kemampuan menyusun program pengajaran, mencakup kemampuan menetapkan kompetensi belajar, mengembangkan bahan pelajaran dan mengembangkan strategi pembelajaran; dan (4) kemampuan menyusun perangkat penilaian hasil belajar dan proses pembelajaran. 11

12 Semua kompetensi tersebut harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan mengajar di sekolah.guru yang bermutu adalah guru yang professional dalam pekerjaannya karena guru yang professional senantiasa dapat meningkatkan kualitasnya. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menguasai kompetensi tersebut sehingga peserta didik dapat dengan mudah menyerap ilmu yang didapat dan memahami apa yang disampaikan guru, sehigga belajar dan pembelajaran bisa efektif dan efisien. 3. Pengertian Kualifikasi Keilmuan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (2001: 603). Dalam definisi lain kualifikasi diartikan sebagai hal-hal yang dipersyaratkan baik secara akademis dan teknis untuk mengisi jenjang kerja tertentu ( Maka dari itu seseorang yang mempunyai pekerjaan tertentu harus memiliki keahlian khusus dalam bidang pekerjaannya.jadi, kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.dalam dunia pendidikan, kualifikasi dimengerti sebagian keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang pendidikan, baik sebagai pengajar mata pelajaran, administrasi pendidikan dan seterusnya. Jadi kualifikasi keilmuan adalah bidang yang ditekuni seseorang harus memiliki ilmu pengetahuan sebagai syarat untuk menduduki jabatan tertentu dalam proses pelaksanaan tanggung jawab jabatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi, kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.dalam dunia pendidikan, kualifikasi dimengerti sebagian keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang pendidikan, baik sebagai pengajar mata pelajaran, administrasi pendidikan dan seterusnya.bahkan, kualifikasi terkadang dapat dilihat dari segi derajat lulusannya. Seperti dalam UU Sisdiknas 2003, ditetapkan bahwa untuk menjadi guru Sekolah Dasar (SD) harus lulusan Strara S-1, tentu saja jika ingin menjadi guru yang mengajar pada tingkat lebih tinggi (SMP/MTs, SMU/SMK/MA, Perguruan Tingggi). Ilmu dimulai dari aktivitas manusia, sebab hanya manusia yang memiliki kemampuan rasional dalam melakukan aktivitas kognitif yang menyangkut pengetahuan, dan selalu mendambakan berbagai tujuan yang berkaitan dengan ilmu.ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. 12

13 Jadi kualifikasi keilmuan adalah bidang yang ditekuni seseorang harus memiliki ilmu pengetahuan sebagai syarat untuk menduduki jabatan tertentu dalam proses pelaksanaan tanggung jawab jabatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. SIMPULAN Setelah menjelaskan dan menguraikan tentang Profesionalisme Guru Dilihat dari Kualifikasi Keilmuan. Maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Membahas tentang profesionalisme guru di SMP dan SMA Negeri se- Kota Gorontalo sangat berkaitan erat dengan kualifikasi keilmuan yang dimiliki oleh seorang guru dalam tugas mengajarnya. Guru yang professional yaitu guru yang memiliki kemampuan mengajar yang berdasarkan latar belakang pendidikan oleh seorang guru serta penguasaan terhadap empat kompetensi yaitu : Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Sosial, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional. 2. Factor yang mempengaruhi profesionalisme guru di SMP dan SMA Negeri se-kota Gorontalo Ada beberapa factor yang mempengaruhi profesionalisme guru dalam menjalankan tugasnya dalam mengajar antara lain, kurangnya fasilitas atau media pembelajaran untuk peserta didik, materi baru yang ada pada kuikulum sangat membingungkan, alokasi waktu dalam pembelajaran di kelas yang tersedia sangat minim. SARAN Kepada Guru Agar meningkatkan professionalisme dalam kegiatan pengajaran di kelas, sesuai dengan bekal/pengetahuan yang berdasarkan kualifikasi keilmuan yang dimiliki untuk itu guru harus mengikuti kegiatan pelatihan-pelatihan/pentaran, seminar Nasional, MGMP dan kegiatan lainnya yang berhubungan peningkatan profesionalisme guru. Dengan mengikuti kegiatan tersebut guru bisa memahami bagaimana cara menggunakan metode dan media dalam proses pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dengan mata pelajaran PKn.Proses pembelajaran PKn bukan hanya menggunakan metode ceramah terus, di harapkan menerapkan juga praktek, sehingga siswa cenderung bekerja lebih tinggi dibandingkan berbicara. Sehingga komunikasi guru dan siswa seimbang. 13

14 DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi. 2010, Prosedur Penelitian, Yogyakarta : PT. Rineka Cipta. Danim Sudarwan. 2011, Profesi Kependidikan, Bandung : Alfabeta Dimyati dan Mudjiono.2009, Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : PT. Rineka Cipta. Mulyasa E Menjadi guru profesional, menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan. Bandung: PT Rosdakarya University Prees. Jamil.2013, Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru.Jogyakarta : AR- Ruzz Media Makmur.2012, Efektifitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan.Jakarta : Alpabeta. Masaong. 2012, Supervise Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru. Bandung : Alpabeta. Muhammad Ali. 2008, Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo Mulyasa E. 2005, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT. Rosdakarya University Prees. Prastowo Andi. 2011, Memahami Metode-Metode Penelitian,Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Sagala Saiful.2009, Kemampuan Professional Guru Dan Tenaga Kependidikan.Bandung : Alpabeta. Sugiyono. 2007, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alpabeta. Supriyadi.2012, Strategi Belajar dan Mengajar.Surabaya : Cakrawala ilmu. Undang-undang Guru dan Dosen, UU RI No.14 Th.2005 : Sinar Grafika. 14

15 Usman, M. Uzer. 2005, Menjadi Guru Profesional.Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Jonathan dalam bukunya This is teaching ). ( PENGERTIAN%20PENGETAHUAN,%20ILMU,%20DAN%20ILMU%20P ENGETAHUAN.html ( 15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan realita atau kenyataan dari diri sendiri. pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsisten.

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan realita atau kenyataan dari diri sendiri. pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsisten. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap Prestasi Siswa di SMPN se Kabupaten Tulungagung. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Guru Profesional a. Pengertian Guru Definisi guru menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (1) bahwa Guru adalah pendidik profesional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan baik dilihat dari sudut pandang internal berhubungan dengan pembangunan bangsa maupun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU DALAM PEMBELAJARAN PADA TINGKAT SEKOLAH DASAR

KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU DALAM PEMBELAJARAN PADA TINGKAT SEKOLAH DASAR KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU DALAM PEMBELAJARAN PADA TINGKAT SEKOLAH DASAR COMPETENCE AND TEACHER PROFESSIONALISM IN LEARNING AT A BASIC SCHOOL LEVEL Septiana Hananti Putri Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KOMPETENSI PROFESIONAL GURU Makalah ini disusun sebagai tugas Mata Kuliah : Pengembangan Profesi Dosen Pengampu : Dr. Tasman Hamami, M.A DISUSUN OLEH: Heri Susanto (10411044) Mir atun Nur Arifah (10411057)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan institusional yang diemban oleh sebuah lembaga pendidikan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang bersertifikat pendidik di Kabupaten Kulon Progo dilihat dari segi. kesimpulan yang lebih rinci sebagi berikut:

BAB V PENUTUP. yang bersertifikat pendidik di Kabupaten Kulon Progo dilihat dari segi. kesimpulan yang lebih rinci sebagi berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kinerja guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri yang bersertifikat pendidik

Lebih terperinci

GURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd.

GURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd. GURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS 2045 Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd. Staff pengajar Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan (FITK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam kegiatan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat

Lebih terperinci

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DI SMA NEGERI 1 SRAGEN. Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DI SMA NEGERI 1 SRAGEN. Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DI SMA NEGERI 1 SRAGEN Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi Disusun

Lebih terperinci

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA Hari Amanto, Amat Mukhadis & Mardji, Pemetaan Kompetensi... 49 PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN 138 BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Kompetensi pedagogik dan profesional guru PAI yang belum tersertifikasi terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri se Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

PERAN KEDISIPLINAN GURU TERHADAP KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DI SMP TAMAN DEWASA KOTA PROBOLINGGO

PERAN KEDISIPLINAN GURU TERHADAP KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DI SMP TAMAN DEWASA KOTA PROBOLINGGO ISSN 2354-6948 PERAN KEDISIPLINAN GURU TERHADAP KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DI SMP TAMAN DEWASA KOTA PROBOLINGGO Ribut Prastiwi Sriwijayanti Staf Pengajar, Universitas Panca Marga, Probolinggo ribut_pras@upm.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal maupun informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara

Lebih terperinci

MOTIVASI MAHASISWA ANGKATAN JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG TERHADAP PROFESI GURU PKN

MOTIVASI MAHASISWA ANGKATAN JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG TERHADAP PROFESI GURU PKN MOTIVASI MAHASISWA ANGKATAN 2008-2011 JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG TERHADAP PROFESI GURU PKN Dedi Handriyanto Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si Yuni Astuti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sertifikasi guru banyak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia saat ini, banyak yang menulis tentang bagaimana pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru.

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH (Studi Kasus Pada Guru SMP Di Lingkungan Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klaten) NASKAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam setiap pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, guru merupakan sentral pelaksanaan kurikulum. Guru yang harus lebih mengenal, memahami,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur, seperti guru, sarana pembelajaran, aktivitas siswa, kurikulum dan faktor lain seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya akan sangat dibutuhkan peran serta

Lebih terperinci

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan Alkhafi Maas Siregar 1 dan Rahmansyah 2 1. Jurusan Fisika FMIPA Unimed dan 2. Jurusan Fisika FMIPA Unimed Jln.

Lebih terperinci

( Word Converter - Unregistered )

( Word Converter - Unregistered ) PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP PROFESIONALITAS MAHASISWA PPL (PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN) PRODI PKn di SMPN KOTA MALANG Wika Leny Setyowati, Drs. Edi Suhartono, S.H. M.Pd, Siti Awaliyah, S.Pd, M.Hum Universitas

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

PENGARUH PROFESIONALITAS GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS VII C DI SMPN 1 PULUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH PROFESIONALITAS GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS VII C DI SMPN 1 PULUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENGARUH PROFESIONALITAS GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS VII C DI SMPN 1 PULUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

KESIAPAN CALON GURU DALAM PELAKSANAAN PPL: DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE

KESIAPAN CALON GURU DALAM PELAKSANAAN PPL: DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE KESIAPAN CALON GURU DALAM PELAKSANAAN PPL: DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE Yenny Anwar Universitas Sriwijaya Abstrak : Penelitian ini dilakukan untuk melihat kesiapan mahasiswa calon

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dalam Mata Pelajaran IPS di. SMP Negeri Wilayah Eks. Kotip Kabupaten Cilacap.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dalam Mata Pelajaran IPS di. SMP Negeri Wilayah Eks. Kotip Kabupaten Cilacap. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dalam Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri Wilayah Eks.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum menjadi komponen acuan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, selain itu juga

Lebih terperinci

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

DEVELOPPING OF TEACHERS HP DEVELOPPING OF TEACHERS PROFESSIONALLITY By R. Gunawan S. Drs., S.E., M.M. M HP 08127922967 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui pengertian guru, profesional, kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting ditegakkan pada suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta pelindung bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN Fahmawati Isnita Rahma dan Ma arif Jamuin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penguasaan kemampuan pedagogik pada Mahasiswa Pendidikan Geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya ditentukan oleh keberhasilan Negara tersebut dalam mengelola pendidikan nasional. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan yang dicitacitakan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan yang dicitacitakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu unsur penting dari proses pendidikan adalah guru. Oleh karena itu guru mempunyai tanggung jawab mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 1 MAGELANG. Disusun oleh : Nama : Dewi Prasetyo Susanti NIM : Prodi : PPKn

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 1 MAGELANG. Disusun oleh : Nama : Dewi Prasetyo Susanti NIM : Prodi : PPKn LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 1 MAGELANG Disusun oleh : Nama : Dewi Prasetyo Susanti NIM : 3301409122 Prodi : PPKn FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan di Indonesia belum bisa dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan masih banyaknya lembaga pendidikan yang tenaga pengajarnya masih belum

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN (Studi Kasus Guru PKn Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa ditandai oleh sumber daya manusia yang bermutu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu, itu diperlukan suatu upaya melalui

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG. Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : Jurusan/Prodi : HKn/PPKn

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG. Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : Jurusan/Prodi : HKn/PPKn LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : 3301409100 Jurusan/Prodi : HKn/PPKn FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR 9 STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR Oleh: HUSNIA ARFAN Mahasiswa Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Makassar MUSTARI Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN)

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN) PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN) NASKAH PUBLIKASI RESTU NUGRAHENI A.220090147 PENDIDIKAN PANCASILA

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR SISWA. Oleh: Yayah Pujasari Nurdin. Abstrak

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR SISWA. Oleh: Yayah Pujasari Nurdin. Abstrak PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR SISWA Oleh: Yayah Pujasari Nurdin Abstrak Dengan telah digulirkannya Undang-undang mengenai sertifikasi guru dan dosen, maka system pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm. 63. 1 Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm. 63. 1 Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan unsure yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah, pendidik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN PAYUNG TAHUN ANGGARAN 2012 EVALUASI KESIAPAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI MENJADI GURU PROFESIONAL

HASIL PENELITIAN PAYUNG TAHUN ANGGARAN 2012 EVALUASI KESIAPAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI MENJADI GURU PROFESIONAL HASIL PENELITIAN PAYUNG TAHUN ANGGARAN 2012 EVALUASI KESIAPAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI MENJADI GURU PROFESIONAL DR. MUKMINAN SUPARMINI, M.Si MUHAMMAD NURSA BAN, M.PD LUSIANA INDRININGTIASTUTI

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK Oleh : Rita Mariyana, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 APA ITU KOMPETENSI? Istilah kompetensi (competence) dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan atau

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU Oleh : Lailatussaadah Dosen Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry Email: lailamnur27@gmail.com ABSTRAK Kinerja guru merupakan hasil, kemajuan dan prestasi kerja guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang RI No 14 Tahun 2005 menyatakan, Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting untuk pembangunan nasional dalam bidang pendidikan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kali gaji pokok pada tingkat, masa kerja dan kualifikasi yang sama. Sertifikasi

BAB II KAJIAN TEORI. kali gaji pokok pada tingkat, masa kerja dan kualifikasi yang sama. Sertifikasi BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Tinjauan Tentang Sertifikasi Profesi 2.1.1.1 Sertifikasi Profesi Guru Dalam UU RI No 14/2005 pasal 16 disebutkan bahwa pemerintah akan memberikan sertifikasi

Lebih terperinci

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Kompetensi Guru. E. Mulyasa menjelaskan bahwa kompetensi adalah komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku

Lebih terperinci

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 36, NO. 1, PEBRUARI 2013:1-8 PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK Hari Amanto Amat Mukhadis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan dan penghargaan kedudukan guru sebagai tenaga pendidik profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan guru sertifikasi. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian SMP Muhammadiyah 4 Sambi merupakan perubahan dari Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah Sambi yang berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pendidikan diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan meningkatkan pelayanan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Apalagi dengan adanya deregulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat penting di era sekarang ini, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga sangat pesat. Belum

Lebih terperinci

APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd (Pembimbing I) Agil Bachsoan. S.Ag, M.Ag (Pembimbing II)

APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd (Pembimbing I) Agil Bachsoan. S.Ag, M.Ag (Pembimbing II) PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TINANGKUNG KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan figure seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun

Lebih terperinci

Sri Wahyuningsih dan Satrijo Budiwibowo Pendidikan Akuntansi IKIP PGRI MADIUN

Sri Wahyuningsih dan Satrijo Budiwibowo Pendidikan Akuntansi IKIP PGRI MADIUN PERBEDAAN PERSEPSI SISWA DAN GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) IKIP PGRI MADIUN PENDIDIKAN AKUNTANSI TAHUN 2013 ADA SMK DI KABUPATEN MADIUN TAHUN AJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

KOMPETENSI PEDAGOGIK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FTK UIN AR-RANIRY

KOMPETENSI PEDAGOGIK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FTK UIN AR-RANIRY KOMPETENSI PEDAGOGIK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FTK UIN AR-RANIRY Eriawati Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia eiawati.az@gmail.com ABSTRACT Proses belajar-mengajar

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA Thin Ratulangi 1, Nurdin Arsyad 2.Djadir 3 1 Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

C. Tujuan. D. Profil Lulusan

C. Tujuan. D. Profil Lulusan A. Latar Belakang Upaya perbaikan di bidang pendidikan merupakan suatu keharusan untuk selalu dilaksanakan agar masyarakat dapat maju dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan mutu pendidikan dan oleh karena guru sendiri wajib memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan mutu pendidikan dan oleh karena guru sendiri wajib memiliki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal. Guru dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa. Upaya perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat maju dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru adalah aktor utama yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu, baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti laju

Lebih terperinci

Sri Wahyuningsih Prodi. Pend. Akuntansi IKIP PGRI Madiun

Sri Wahyuningsih Prodi. Pend. Akuntansi IKIP PGRI Madiun PERBEDAAN PERSEPSI SISWA DAN GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) IKIP PGRI MADIUN PENDIDIKAN AKUNTANSI TAHUN 2013 PADA SMK DI KABUPATEN MADIUN TAHUN AJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hal ini dapat terlihat dari tujuan nasional pendidikan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesional merupakan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SMA SE-KABUPATEN TORAJA UTARA

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SMA SE-KABUPATEN TORAJA UTARA IMPLEMENTASI STANDAR PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SMA SE-KABUPATEN TORAJA UTARA Silka Pendidikan Fisika Universitas Kristen Indonesia Toraja email: kapoorsilka@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI Sugeng Muslimin 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Profesi guru adalah profesi yang terhormat, tidak semua orang dapat menjadi guru. Untuk menjadi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN Drs. Uep Tatang Sontani, M.Si 1 Dr. Suwatno, M.Si. Drs. Ade Sobandi, M.Si. Rasto, S.Pd., M.Pd. ABSTRAK

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN 1 PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN 2005 Abstraks Oleh Sukanti, Sumarsih, Siswanto, Ani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di Indonesia sekarang ini. Pendidikan pada dasarnya merupakan, suatu proses untuk membantu

Lebih terperinci

PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN 38 Jurnal Hanata Widya, Vol. 5 No. 7 Tahun 2016 PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN COMPETENCY PROFESSIONAL TEACHER GUIDANCE BY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3, Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP PROFESIONALISME GURU DI MTs MUHAMMADIYAH BLIMBING TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP PROFESIONALISME GURU DI MTs MUHAMMADIYAH BLIMBING TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP PROFESIONALISME GURU DI MTs MUHAMMADIYAH BLIMBING TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Pandangan Proses pengamatan individu terhadap objek akan melibatkan pengalaman dan perasaannya dalam memberikan pandangan. Latar belakang dan wawasan

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal. 70-81 PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudakan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMK MELALUI KEBIJAKAN SERTIFIKASI Oleh: Louisa Nicolina Kandoli Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas TeknikUNIMA ABSTRAK Guru adalah suatu jabatan professional

Lebih terperinci

Hj. Yusida Gloriani & Teti Tresnawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

Hj. Yusida Gloriani & Teti Tresnawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 CILIMUS TAHUN AJARAN 013/014 Hj.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi ini ikut menuntut kemajuan dalam segala sektor. Hal ini terlihat dengan adanya persaingan

Lebih terperinci

NUR ENDAH APRILIYANI,

NUR ENDAH APRILIYANI, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fenomena globalisasi membuahkan sumber daya manusia yang menunjukkan banyak perubahan, maka daripada itu dalam menghadapi era globalisasi seperti sekarang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pustakawan, komite sekolah dan lain-lain yang satu sama lain harus saling. meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal pula.

BAB I PENDAHULUAN. pustakawan, komite sekolah dan lain-lain yang satu sama lain harus saling. meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posisi guru yang sangat strategis dalam upaya peningkatan mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel yang menyertainya seperti tingkat kompetensi yang

Lebih terperinci