OPTIMALISASI PENGAJARAN MATEMATIKA DI SULAWESI TENGGARA MELALUI PROGRAM KUALIFIKASI
|
|
- Farida Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 39 OPTIMALISASI PENGAJARAN MATEMATIKA DI SULAWESI TENGGARA MELALUI PROGRAM KUALIFIKASI Kadir dan Safari Jurusan PMIPA /Matematika FKIP Unhalu, Kampus Bumi Tridharma, Anduonohu, Kendari, Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menggambarkan secara deskriptif mengenai kemampuan mahasiswa matematika program kualifikasi baik Diploma1, Diploma2 maupun Diploma3 di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unhalu Kendari yang dilihat dari hasil yang mahasiswa peroleh pada mata kuliah dasar, yaitu Kalkulus I, Kalkulus II, Statistik Dasar, Pengantar Dasar Matematika, Teori Bilangan dan Geometri. Dari hasil penelitian terhadap 272 mahasiswa kualifikasi tersebut diperoleh hasil bahwa kemampuan dasar matematika mereka sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan kualitas pembelajarannya. Untuk itu, dalam pemberlakuan pengajaran mahasiswa berorientasi pada penguasaan konsep serta prinsipprinsip dasar keilmuan, pembentukan pola pikir, serta ketajaman analisis sintesis, sehingga mampu mengembangkan segala hasil pembelajarannya lebih lanjut. Kata Kunci: Pengajaran matematika, program kualifikasi A. Pendahuluan 1. Latar belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Kualitas pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang baik pula. Sumber daya yang dapat menciptakan, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lian, pendidikan dapat dikatakan barkualitas apabila kemampuan dan pengetahuan para lulusannya dapat berguna untuk perkembangan selanjutnya. Mengingat pentingnya peran pendidikan, maka pemerintah berupaya meningkatkan kualitas layanan pendidikan melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga belajar, penyempurnaan materi pelajaran, pengadaan bukubuku penunjang proses belajar mengajar serta pengadaan alatalat peraga. Namun hasil yang dicapai dari usaha tersebut kurang memenuhi harapan yang diinginkan. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya nilai ratarata NEM SMU khususnya di Sulawesi Tenggara yang selalu berada di bawah nilai enam serta evaluasi keberhasilan dalam Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) di mana Sulawesi Tenggara selalu berada pada urutan 56 provinsi terakhir di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran yang dilaksanakan selama kurun waktu 612 tahun akhir pertumbuhannya relatif kecil (Maonde, 2001). Keadaan ini merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan khususnya guru matematika di setiap jenjang pendidikan formal. Setiap guru harus mampu menguasai bahan ajar secara mendalam, terstruktur, dan bermakna sehingga dapat mengarahkan dan membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajari matematika. Menurut Samana (1994:18), penyebab rendahnya daya serap siswa terhadap bahan ajar adalah faktor guru, yaitu guru kurang menguasai bahan ajar dan kurang cakap dalam membimbing siswa belajar. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap kelancaran belajar siswa, sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan
2 40 siswa untuk memahami pelajaran yang disajikan. Menurut Sudarminta (2000:261), rendahnya mutu guru tampak dari gejalgejala: (1) Lemahnya penguasaan bahan yang diajarkan; (2) Ketidaksesuaian antara bidang studi yang dipelajari dengan kenyataan lapangan yang diajarkan; (3) Kurang efektifnya cara pengajaran; dan (4) Kurangnya wibawa guru di hadapan murid. Sejalan dengan pernyataan di atas, Sudijarto (1993:113) menyatakan bahwa seba gian besar guru pada saat ini malaksanakan tugas tidak sesuai dengan kemampuannya. Hal ini ditunjukkan dengan hasil studi konsorsium ilmu pendidikan, bahwa pada tingkat SLTP, 60% guru berpendidikan PGSLTP dan SLTA, kualifikasi Diploma2 (D 2) 10%, kualifikasi Diploma3 (D 3) 3% dan sisanya di atas Diploma3 (D 3). Di antara para guru tersebut banyak yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Dalam hal pengajaran matematika, penguasaan bahan ajar masih relatif rendah. Seperti diungkapkan oleh Soedjadi (1994:302), bahwa: (i) pada umumnya bekal pengetahuan guru matematika yang diterima tidak memadai terutama kedalamannya; (ii) terdapat kelemahan yang sangat jelas dalam hal pengajaran geometri; dan (iii) tidak mengetahui secara baik bagai mana proses belajar matematika yang harus dikelolanya. Untuk mengatasi kelemahan di atas, Depatemen Pendidikan Nasional mengembangkan proyek kerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) dalam rangka meningkatkan kualitas guru SLTP di Sulawesi Tenggara dengan memberikan kesempatan kepada guru yang berkualifikasi D1, D2, dan D3 untuk belajar kembali guna meraih kualifikasi Sarjana (S 1). Melalui program tersebut, diharapkan setiap guru dapat meningkatkan kemampuan dasar keguruan dan penguasaan materi matematika sehingga dapat mengoptimalkan pembelajaran matematika. Menurut Cece Wijaya (1991:5), kemampuan dasar sangat penting dimiliki oleh setiap guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan belajar terdiri dari kemampuan merencanakan pembelajaran dan kemampuan mengadakan hubungan antar pribadi. Kemampuan inilah yang paling esensial yang harus dimiliki oleh setiap guru sebagai pengajar dan merupakan pencerminan dari penguasaan guru atas kompetensinya. Kemampuan ini harus selalu di mutakhirkan melalui pembinaan yang terus menerus dalam rangka mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Rumusan masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimaka tingkat kualifikasi guru matematika yang mengikuti program kualifikasi di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu? b. Bagaimana tingkat penguasaan konsep dasar matematika mahasiswa kualifikasi Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu? MIPMIPA, VOL. 1, NO. 1, Januari 2002: 3949
3 41 3. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. tingkat kualifikasi guru matematika di Sulawesi Tenggara yang mengikuti program kualifikasi pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu. b. gambaran tingkat penguasaan konsep dasar matematika mahasiswa program kualifikasi Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu. B. Kerangka Teoritis 1. Sistem pendidikan nasional Pengkajian teori tentang sistem pendidikan nasional dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa bagian, yaitu hakekat pendidikan nasional, peranan LPTK dalam meningkatkan kualitas tenaga kependidikan, dan kualifikasi tenaga kependidikan. a. Hakekat pendidikan nasional Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran dan atau latihan bagi peranan dimasa mendatang. Pendidikan bertujuan menghasilkan berbagai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kepribadian serta tingkah laku yang berkaitan dengan peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Pendidikan pada umumnya dapat diperoleh melalui jalur pendidikan sekolah melalui kegiatan belajar mengajar. Sudijarto (1993:38) menyatakan bahwa lahirnya Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional sebagai terjemahan amanat UndangUndang Dasar 1945 secara tegas memberikan peranan dan fungsi sistem pendidikan nasional untuk mengembangkan peserta didik secara utuh yang kemudian dikembangkan pendidikan sekolah yang mampu berperan secara efektif dan efisien sebagai lembaga pengembangan kemampuan peserta didik. Dengan demikian, tercapainya tujuan pendidikan nasional yang demikian komprehensif sangat tergantung pada kemampuan dan dedikasi tenaga kependidikan yang secara langsung berhadapan dengan peserta didik. b. Peranan LPTK dalam meningkatkan kualitas tenaga kependidikan Sudijarto (1993:105) mengemukakan bahwa LPTK merupakan lembaga utama yang bertanggung jawab atas keberhasilan guru yang mampu merencanakan dan mengelola terjadinya proses belajar mengajar yang bermutu, yaitu secara epistemologi, psikologi, dan moral yang relevan dengan tujuan pendidikan IPTEK. Untuk itu LPTK harus terus menata dan mengembangkan kemampuannya secara kelembagaan agar dapat terlaksana sistem dan proses pendidikan dengan kualifikasi profesional. Kualitas lulusan LPTK dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: kualitas input, kualitas kurikulum, kualitas dosen, kualitas sarana penunjang, kualitas pengeloloaan, kualitas penilaian (baik dalam proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran), dan pengaruh dari luar LPTK.
4 42 Dengan demikian, LPTK harus mampu menciptakan suasana yang bernuansa akademis agar mutu lulusan mendapatkan pengakuan masyarakat. Dalam rangka penyesuaian kurikulum Sailan (2000:11), menyatakan bahwa kurikulum LPTK disusun dengan mengacu pada pergeseran paradigma, yakni dari paradigma keilmuan ke paradigma kompetensi lulusan yang profesional. Pola kurikulum tersebut diadopsi dari pola pikir yang berkembang di dunia internasional seperti tersebut dalam 4 pilar pembelajaran UNESCO, yakni: (1) Learning to know; (2) Learning to do; (3) Learning to live together; dan (4) Learning to be. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebagai suatu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan mempunyai fungsi pokok dalam mempersiapkan tenaga kependidikan yang kelak mampu menjalankan tugas sebagai tenaga kependidikan yang profesional. Dengan demikian, keberhasilan sistem pendidikan nasional sangat ditentukan oleh peran LPTK dalam menciptakan tenaga profesional dengan kualitas keilmuan yang memadai. c. Kualifikasi tenaga kependidikan Menurut Sudijarto (1993:108), dalam menanggapi tantangan dan kesempatan sehingga dapat berperan melaksanakan misi dan fungsi sistem pendidikan nasional diperlukan tenaga kependidikan pada umumnya dan tenaga guru pada khususnya dengan tingkat kualifikasi dan kualitas kemampuan profesional yang memadai. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka keberhasilan pendidikan nasional sangat tergantung pada tenaga kependidikan baik sebagai pelaksanan kurikulum maupun sebagai pembimbing, pengawas, penyuluh, dan administrasi. Menurut Sudarminta (2000:263), guru yang berkualifikasi profesional, yaitu guru yang tahu secara mendalam apa yang diajarkan, cakap dalam cara mengajarkannya secara efektif dan efesien serta berkepribadian yang mantap. Kecakapan keguruan mengandalkan unsur kreativitas dalam penerapannya yang dalam nuansa emosional yang khas dari setiap guru dalam pengajarannya. Tindakan keguruan yang bersifat autentik (tindakan pendidik yang sebenarnya mesti bertolak dari keputusan nilai yang diyakini oleh guru yang bersangkutan) dan seluruh proses pengajaran hendaknya menyatu dalam diri guru yang bersangkutan. Sejalan dengan pernyataan di atas, Sudijarto (1993:105) mengemukakan bahwa guru adalah suatu jabatan profesional karena tugas guru yang sesungguhnya adalah tugas yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang secara khusus telah mengikuti pendidikan dan latihan pada tingkat pendidikan tinggi bidang pendidikan. Guru dengan kualifikasi ini diharapkan akan mampu: (a) menyusun rencana strategis kegiatan belajar mengajar; (b) mengembangkan program belajar mengajar; (c) memimpin dan membina proses belajar mengajar; (d) menilai dan mengkaji hasil belajar mengajar; dan (e) mendiagnosis kegiatan belajar dan menyusun program perbaikan belajar mengajar. MIPMIPA, VOL. 1, NO. 1, Januari 2002: 3949
5 43 Dalam hal pembelajaran matematika, segala upaya pembenahan matematika sekolah harus mendapat perhatian atau menjiwai proses pendidikan tenaga kependidikan matematika. Menurut Soedjadi (1994:11), tenaga kependidikan matematika adalah seorang yang berfungsi sebagai guru matematika sekolah atau pengawas matematika, peneliti matematika, pengembang model matematika atau pengelola atau koordinator matematika. Oleh karena itu, maka kualifikasi tenaga guru matematika dalam rangka meningkatkan kualitas pengajaran matematika merupakan sesuatu hal yang segera dilaksanakan seiring dengan tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Hakekat belajar dan konsep matematika Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan ilmu yang di dalamnya terdiri dari sistem yang selalu menggunakan konsepkonsep abstrak. Masingmasing sistem bersifat deduktif, sehingga dapat berlaku umum di dalam menyelesaikan segala persoalan yang memiliki dasardasar yang sama. Djaali (1979:97) menjelaskan bahwa matematika seringkali dilukiskan sebagai suatu kumpulan sistem yang masingmasing sistem mempunyai struktur tersendiri yang bersifat deduktif. Matematika berkenan dengan ide, struktur, dan hubungannya disusun menurut urutan yang logis yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk nyata. Dalam mempelajari matematika perlu diketahui karakteristik matematika. Menurut (Hudoyo:1989), karakteristik yang dimaksud antara lain: (i) dalam matematika banyak kesepakatan; (ii) sangat dipertahankan adanya konsistensi atau taat asas; (iii) objek matematika bersifat abstrak; (iv) materi matematika bersifat hirarkis. Dengan karakteristiknya yang sedemikian, maka dalam belajar matematika harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana. Hakekat dari belajar matematika itu adalah mempelajari atau memahami ideide yang terkandung dalam simbolsimbol dan hubungan antara ideide yang terkandung di dalamnya dengan alur pemikiran yang sistematis sebelum menempatkannya dalam situasi yang nyata. Dengan demikian, untuk mencapai keberhasilan dalam mempelajari matematika harus memulai tahapantahapan : (1) memahami makna yang terkandung di dalam simbol; (2) memahami makna dari suatu konsep yang berupa gabungan dari simbol simbol; dan (3) menerapkan dalam situasi nyata (Djaali, 1979). Konsep merupakan objek yang sangat mendasar. Oleh sebab itu pemahaman akan suatu konsep sangat penting dalam mempelajari matematika. Dienes dalam Muhammad (1995:1), menyatakan bahwa ada tiga jenis konsep dalam matematika yaitu: (i) konsep murni matematika; (ii) konsep notasi, dan (iii) konsep terapan. Konsep murni matematika merupakan gagasa ngagasan matematika, yaitu mengenai klasifikasi objek matematika dan relasirelasinya yang dapat disajikan
6 44 dengan cara yang bebas, misalnya : 6, 8, XII, 1120 (basis dua). Konsep notasi matematika adalah sifatsifat objek matematika sebagai akibat langsung dari cara objek itu disajikan, misalnya dalam sistem bilangan desimal 275, artinya 2 ratusan, ditambah 7 puluhan, ditambah 5 satuan, adalah akibat langsung dari notasi posisi yang menentukan bilangan 275. Sedangkan konsep terapan matematika adalah aplikasi konsep murni dan konsep notasi matematika untuk memecahkan soal matematika dan bidang studi lain yang bersangkutan. Konsep dalam matematika pada umumnya disusun dari konsepkonsep terdahulu dan juga faktafakta. Sedangkan untuk menjelaskan suatu konsep digunakan definisi. Objek matematika terdiri atas fakta, konsep, operasi dan prinsip. Semuanya bersifat abstrak. Karena objek matematika bersifat abstrak, dalam mengajar matematika perlu diperhatikan taraf berpikir siswa, misalnya siswa yang masih berada dalam taraf operasi konkrit atau siswa yang berada pada taraf operasi formal. Untuk siswa yang masih berada dalam taraf operasi konkrit, sangat diperlukan bendabenda konkrit untuk menjelaskan konsep matematika yang bersifat abstrak. Misalnya untuk menjelaskan konsep matematika dalam geometri diperlukan alat peraga. Sebaliknya, bagi siswa yang telah berada dalam taraf operasi formal, mungkin saja tidak dibutuhkan lagi alat peraga. Demikian pula dengan siswa yang belajar matematika, karena objeknya yang abstrak, maka diperlukan tingkat pemahaman dan ketelitian yang tinggi serta butuh latihan untuk menambah pemahaman suatu konsep matematika. Karena materi matematika bersifat hirarkis, maka dalam belajar matematika harus dilaksanakan secara kontinu, artinya belajar matematika harus dilakukan secara berkesinambungan dalam urutan yang logis. Misalnya konsep A mendasari konsep B, maka konsep A harus di kuasai lebih dahulu baru mempelajari konsep B. Demikian pula jika konsep B mendasari konsep C, maka tidak boleh mempelajari konsep C tanpa menguasai konsep B terlebih dahulu. Itulah sebabnya, dalam mengajarkan suatu topik matematika harus memperhatikan materi prasyaratnya. Materi prasyarat itu harus disampaikan dahulu sebelum materi inti diajarkan. 3. Metode pengajaran matematika Dalam interaksi kegiatan belajar mengajar terdapat teori mengajar secara umum. Namun dengan ciri khas matematika sebagai suatu ilmu, maka metode pengajaran matematika juga menghendaki bentukbentuk metode tertentu yang digunakan. Menurut Irwan (2000:23), metode adalah berkaitan dengan cara mengajar guru untuk mencapai tujuan pengajaran. Hal ini merupakan jawaban terhadap pertanyaan kurikulum matematika, yakni bagaimana materi pelajaran itu diajarkan sehingga terjadi proses belajar mengajar yang efektif. Mengajar matematika merupakan suatu kegiatan mengajar agar siswa dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan sikap khususnya dalam bidang matematika. Untuk MIPMIPA, VOL. 1, NO. 1, Januari 2002: 3949
7 45 meningkatkan kemampuan, keterampilan dan sikap, maka guru harus pandaipandai mencari relevansinya dengan tujuan belajar dan disesuaikan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Dalam rangka peningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan matematika, maka guru dituntut menguasai bahan yang akan diajarkan dan metode pengajarannya. Dalam memilih suatu metode mengajar ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: (a) metode mengajar hendaknya sesuai dengan tujuan instruksional; (b) metode mengajar hendaknya disesuaikan dengan kemampuan siswa; (c) metode mengajar hendaknya disesuaikan dengan psikologi belajar. C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan dan studi dokumenter. Artinya, dalam mengumpulkan data sampai pada uraian pembahasan hanya mengkaji datadata, faktafakta, pendapatpendapat pada bukubuku perpustakaan yang relevan, yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam karya ilmiah ini. Sumber data dalam penelitian ini adalah nilai akhir mata kuliah dasar mahasiswa kualifikasi Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Tahun Pelajaran 1999/2000 yang diambil pada data Program Studi Pendidikan Matematika dan dari Pengelola Program kualifikasi FKIP Universitas Haluoleo Kendari. Data yang terkumpul dianalisis secara deskritif untuk melihat tingkat kualifikasi guru yang mengikuti program kualifikasi pada Program Studi Pendidikan Matematika serta untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep dasar matematika mahasiswa kualifikasi pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu. Penganalisasian data dan pembahasan hasil analisis dilakukan sehingga dimunculkan keberadaan mahasiswa program kualifikasi pendidikan Matematika FKIP Unhalu D. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Tingkat kualifikasi guru matematika Pada bagian ini penulis mengetengahkan jumlah mahasiswa program kualifikasi Diploma Satu (D1), Diploma Dua (D2), dan Diploma Tiga (D3) ke strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Tahun Pelajaran 1999/2000. Berdasarkan data BAAK FKIP Unhalu bahwa jumlah mahasiswa yang mengikuti program kualifikasi Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu pada Tahun pelajaran 1999/2000 sebanyak 272 orang dengan jenjang pendidikan masing masing D1 berjumlah 50 orang, D2 berjumlah 74 orang, dan D3 berjumlah 148 orang. Dari data tersebut, seluruh mahasiswa jenjang D3 telah menyelesaikan studinya. Sehingga jumlah mahasiswa matematika program kualifikasi saat penelitian ini dilaksanakan adalah sebanyak 124 orang.
8 46 2. Penguasaan konsep dasar matematika Untuk mengetahui tingkat penguasan konsep dasar matematika mahasiswa matematika program kualifikasi, penulis menggunakan data Akhir mahasiswa pada mata kuliah Kalkulus I, Kalkulus II, Pengantar Dasar Matematika, Geometri, Teori Bilangan, dan Statistik Dasar. Keenam mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah prasyarat dan menjadi dasar untuk mata kuliah selanjutnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudoyo dalam Muhammad (2000:4), bahwa dalam setiap mempelajari materi matematika harus mengetahui terlebih dahulu materi prasyaratnya. Tabel 1 Mata Kuliah Kalkulus I No Jenjang Diploma Satu Diploma Dua Diploma Tiga Dari Tabel 1 di atas, terlihat bahwa nilai akhir mahasiswa kualifikasi pada mata kuliah Kalkulus I untuk D1, nilai A sebanyak 11 orang, nilai B sebanyak 17 orang dan nilai C sebanyak 22 orang. Dengan demikian, kemampuan dasar matematika mahasiswa masih tergolong sedang. Mahasiswa pada jenjang D2 dan D3 tidak memprogramkan mata kuliah kalkulus I pada semester pertama, karena telah diprogramkan ketika mengikuti kuliah di Universitas Terbuka atau ketika kuliah program diploma, sehingga dalam tulisan ini nilai tersebut tidak dicantumkan. Tabel 2 Mata Kuliah Kalkulus II No. Jenjang Diploma Satu Diploma Dua Diploma Tiga Dari Tabel 2 di atas, terlihat bahwa nilai akhir mahasiswa kualifikasi pada mata kuliah Kalkulus II untuk mahasiswa jenjang D1 yang memperoleh nilai A sebanyak 1 orang, nilai B sebanyak 8 orang, nilai C sebanyak 35 orang, dan nilai D sebanyak 6 orang. Mahasiswa jenjang D2 mendapat nilai A sebanyak 7 orang, nilai B sebanyak 27 orang, nilai C sebanyak 35 orang, dan nilai D sebanyak 5 orang. Dengan demikian terlihat bahwa hasil belajar mahasiswa dengan kualifikasi D2 lebih baik dari D1. Sementara itu, mahasiswa D3 telah memprogramkan mata kuliah tersebut sebelum mengikuti program kualifikasi di program studi pendidikan matematika FKIP Unhalu. MIPMIPA, VOL. 1, NO. 1, Januari 2002: 3949
9 47 Tabel 3 Mata Kuliah Statistik Dasar No. Jenjang Diploma Satu Diploma Dua Diploma Tiga Dari Tabel 3 di atas, terlihat bahwa untuk mata kuliah Statistik Dasar, mahasiswa jenjang D2 dan D3 tidak memprogramkan mata kuliah tersebut, karena telah diprogramkan pada saat kuliah di Universitas Terbuka atau Universitas lain ketika mengikuti program diploma. Berdasarkan tabel 3 di atas juga, mahasiswa D1 yang memperoleh nilai A, B, C dan D berturutturut sebanyak 5 orang, 13 orang, 24 orang, dan 8 orang. Dengan demikian kemampuan mahasiswa kualifikasi untuk mata kuliah ini masih tergolong rendah. Tabel 4 Mata Kuliah Pengantar Dasar Matematika No. Jenjang Diploma Satu Diploma Dua Diploma Tiga Dari Tabel 4 di atas, mahasiswa kualifikasi jenjang D3 tidak memprogramkan mata kulia Pengantar Dasar Matematika, sebab telah diprogramkan sebelum mengikuti program kualifikasi di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu. Berdasarkan tabel tersebut juga, nilai akhir mahasiswa jenjang D1 yang memperoleh nilai A sebanyak 2 orang, nilai B sebanyak 18 orang, nilai C sebanyak 26 orang, dan nilai D sebanyak 4 orang. Sedangkan untuk mahasiswa jenjang D2 yang memperoleh nilai A, B, C, D berturutturut sebanyak 16, 20, 31, dan 7 orang. Tabel 5 Mata Kuliah Teori Bilangan No. Jenjang Diploma Satu Diploma Dua Diploma Tiga
10 48 Dari Tabel 5 di atas, mahasiswa jenjang D1 yang memperoleh nilai A, D dan E tidak ada, nilai B sebanyak 12 orang, dan nilai C sebanyak 38 orang. Untuk mahasiswa jenjang D2 yang memperoleh nilai A sebanyak 13 orang, nilai B sebanyak 36 orang, nilai C sebanyak 24 orang, dan nilai D sebanyak 1 orang. Untuk mahasiswa jenjang D3 nilai A sebanyak 28 orang, nilai B sebanyak 82 orang, nilai C sebanyak 34 orang, dan nilai D sebanyak 4 orang. Tabel 6 Mata Kuliah Geometri No. Jenjang 1. Diploma Satu Diploma Dua Diploma Tiga Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai mata kuliah Geometri untuk mahasiswa jenjang D1 yang memperoleh nilai A sebanyak 1 orang, nilai B sebanyak 14 orang, nilai C sebanyak 35 orang. Kemudian untuk mahasiswa jenjang D2 yang memperoleh nilai A, B, C dan D berturutturut sebanyak 3, 29, 37, dan 5 orang. Sedangkan untuk mahasiswa dengan jenjang D3 yang memperoleh nilai A sebanyak 5 orang, nilai B sebanyak 69 orang, nilai C sebanyak 72 orang, dan nilai D sebanyak 2 orang. Artinya, penguasaan mahasiswa terhadap mata kuliah Geometri masih tergolong sedang. Mengetahui berbagai hasil yang telah diperoleh dan dianalisis dapatlah dijelaskan bahwa pada prinsipnya kemampuan ratarata mahasiswa program kualifikasi yang merupakan guruguru matematika di Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap matematika dasar sudah cukup baik. Namun demikian, dengan masih banyaknya nilai para guru tersebut pada keenam mata kuliah dasar matematika yang mendapatkan nilai C dan D, maka kita masih perlu prihatin terhadap kenyataan ini khususnya pada proses pembelajaran matematika di kelas. Keprihatinan dimaksud mengarah pada apa yang dapat diajarkan pada siswa jika penguasaan terhadap materi yang diajarkan masih pada kategori maksimal sedang secara ratarata. Pada sisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin pesat. Penggunaan matematika sebagai dasar dari ilmuilmu tersebut juga semakin diperlukan. Permasalahan yang muncul sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menggunakan matematika sebagai alatnya juga semakin hari semakin kompleks. Dapat dibayangkan apa yang dapat dilakukan para anak didik jika matematika yang membangun pola pikir konstruktif, logis dan sistematis tidak diajarkan seoptimal mungkin akibat penguasaan materi matematika yang kurang oleh para pengajarnya. Walaupun ini tidak dapat disamaratakan untuk semua guru, namun hal ini berlaku secara merata di seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara tempat di mana para guru yang mengikuti program kualifikasi ini MIPMIPA, VOL. 1, NO. 1, Januari 2002: 3949
11 49 mengabdikan ilmunya dalam membina dan mendidik kaderkader penerus perjuangan bangsa. Oleh karena itu, kiranya sustainability dari program kualifikasi ini perlu terus dilaksanakan baik bagi guruguru matematika di SD, SLTP, maupun di SMU pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi baik pada taraf pendidikan formal maupun dalam bentuk pelatihan dan penataran. E. Kesimpulan Dari berbagai uraian di atas dapat dismpulkan bahwa: (1) Tingkat kualifikasi matematika yang mengikuti program kualifikasi pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Tahun Pelajaran 1999/2000 adalah diploma satu (D1) sebanyak 50 orang, diploma dua (D2) sebanyak 74 orang, dan diploma tiga (D3) sebanyak 148 orang. (2) guru Tingkat penguasaan konsep dasar matematika mahasiswa kualifikasi yang ditunjukkan oleh nilai akhir pada mata kuliah Kalkulus I, Kalkulus II, Statistik Dasar, Pengantar Dasar Matematika, Teori Bilangan dan Geometri, sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan kualitas pembelajarannya. Daftar Pustaka Cece, Wijaya dan Tabrani, Rusyan Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya. Djaali Pengaruh Kebiasaan Belajar, Sikap dan Kemampuan Dasar terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Sekolah Menengah Pertama di Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: FPMIPA IKIP. Hudoyo, H Penggunaan Kurikulum Matematika di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional. Irwan Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Memahami Konsep Matematika Melalui Metode Ekspositori. Unhalu Kendari. Tidak Dipublikasikan. Maonde, Faad Tinjauan Kurikulum Matematika dalam Pembelajaran Jenjang Persekolahan. Makalah dalam Seminar Pendidikan Matematika SeSulawesi Tenggara. Unhalu Kendari. Tidak Dipublikasikan. Muhammad Sudia Penguasaan Konsep dan Strategi Pembelajaran Matematika. Makalah dalam Seminar Pendidikan Matematika SeSulawesi Tenggara. Unhalu Kendari. Tidak Dipublikasikan. Sailan, Zalili Visi, Misi dan Strategi LPTK dalam Meningkatkan Kualitas Tenaga Kependidikan. Makalah pada Sarasehan Kualitas Pendidikan di Sulawesi Tenggara. Universitas Haluoleo Kendari. Samana, A Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius. Soedijarto Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia. Soedjadi Orientasi Kurikulum Matematika Sekolah di Indonesia. Makalah dalam Konvensi Nasional Pendidikan II di Medan. Jakarta: Grasindo. Sudarminta, J Citra Guru. Kumpulan Artikel BASIS. Zamroni Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke5 Nomor 020. Jakarta: Balitbang. Depdiknas.
2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang berfungsi memberikan kepada siswa bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan dasar, yang dewasa ini
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN
IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN Drs. Uep Tatang Sontani, M.Si 1 Dr. Suwatno, M.Si. Drs. Ade Sobandi, M.Si. Rasto, S.Pd., M.Pd. ABSTRAK
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN
IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN Suwatno, A. Sobandi, Rasto 1 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) tingkat implementasi
Lebih terperinciKOMPETENSI MENGAJAR MINIMAL BAGI GURU BARU
KOMPETENSI MENGAJAR MINIMAL BAGI GURU BARU Baso Intang Sappaile* Abstrak Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini yang meliputi: kompetensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman. Pendidikan yang merupakan
Lebih terperincipenekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak
BAB I PENDAHULUAN Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.
1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan merupakan salah satu masalah nasional dan bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mutu pendidikan merupakan salah satu masalah nasional dan bahkan telah lama menjadi bahan perdebatan publik terutama tentang tuntutan akan mutu pendidikan seiring
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks. Sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya untuk membentuk sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Selain itu, melalui pendidikan akan dibentuk manusia
Lebih terperinciKURIKULUM PROGRAM S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UPI
KURIKULUM PROGRAM S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UPI Oleh:Utari Sumarmo, FPMIPA UPI Makalah disajikan pada diskusi Himpunan Matematika Indonesia (HMI) di Departemen Matematika ITB tanggal 24 Mei 200 A.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang sangat berperan dalam perkembangan dunia. Matematika sangat penting untuk mengembangkan kemampuan dalam pemecahan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET
PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya berkembang sangat pesat. Perubahan yang sangat cepat dalam bidang ini merupakan fakta
Lebih terperinciSERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK
SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI Sugeng Muslimin 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Profesi guru adalah profesi yang terhormat, tidak semua orang dapat menjadi guru. Untuk menjadi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang mencakup
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang mencakup perubahan tingkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala lingkungan dan sepanjang hidup (Faturrahman, 2012: 2). Sedangkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada ranah dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses
Lebih terperinciKurikulum Berbasis TIK
PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Profil Lulusan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Tahun dan Relev Ansinya dengan Penyerapan Dunia Kerja
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, dunia telah memasuki era globalisasi, era dimana persaingan di dunia akan semakin ketat. Perlu banyak upaya untuk mempertahankan suatu bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia, sebagai mahluk sosial memerlukan pendidikan sebagai usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia, sebagai mahluk sosial memerlukan pendidikan sebagai usaha peningkatan kualitas diri dan masyarakatnya. Proses pendidikan dilakukan secara berkelanjutan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses kegiatan pembelajaran sangat terkait dengan berbagai komponen yang sangat kompleks. Komponen satu dengan lainnya dalam kegiatan pembelajaran memiliki hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan tengah mengalami pergeseran paradigma yang sangat cepat dan bersifat global. Hal ini diakibatkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi modern menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi peningkatan harkat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, persoalan yang berkaitan dengan guru. senantiasa menjadi salah satu topik perbincangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, persoalan yang berkaitan dengan guru senantiasa menjadi salah satu topik perbincangan yang begitu menarik. Sehubungan dengan tingkat
Lebih terperinciformal pertama yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan
BAB VI KESIMPULAN, EVfPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut. Sekolah Dasar yang berada di lingkungan Kecamatan Andir khususnya SD-SD
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Matematika Banyak sekali pengertian matematika yang dikemukakan oleh para ahli. Hudojo (2001: 45) 8, menyatakan bahwa matematika adalah merupakan suatu alat untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan institusional yang diemban oleh sebuah lembaga pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
Lebih terperinciPERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)
PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **) A. Pendahuluan Undang- Undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran akan mampu. menciptakan lingkungan akademis yang harmonis dan produktif, jika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan manajemen pembelajaran atau pengelolaan pembelajaran dimulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa, dapat dilihat dari segi Pendidikannya, sehingga jika suatu bangsa ingin maju tentunya yang pertama kali harus diprioritaskan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar tersebut, sudah dapat dipastikan pengetahuan-pengetahuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan dasar merupakan landasan dan wahana yang menjadi syarat mutlak yang harus dikuasai peserta didik untuk menggali dan menempa pengetahuan selanjutnya. Tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, memanfaatkan
Lebih terperinciII. Rangkuman Eksekutif
II. Rangkuman Eksekutif Konsistensi dan relevansi antara visi, misi, tujuan, dan sasaran yang dirumuskan UPI dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang dijabarkan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciUNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA
UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENDAHULUAN Kesuksesan pelaksanaan pembelajaran karena adanya rancangan pembelajaran yang dilakukan dengan baik. Hal ini menjadi kewajiban bagi para guru termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas di era seperti sekarang ini sangat penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang termuat dalam pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Mewujudkan masyarakat yang cerdas di era seperti
Lebih terperinciPENERAPAN DALIL TEORI BRUNER DALAM PENGAJARAN GRAFIK PERSAMAAN GARIS LURUS (DALIL KONSTRUKSI DAN DALIL KEKONTRASAN DAN KERAGAMAN
PENERAPAN DALIL TEORI BRUNER DALAM PENGAJARAN GRAFIK PERSAMAAN GARIS LURUS (DALIL KONSTRUKSI DAN DALIL KEKONTRASAN DAN KERAGAMAN Supriyono Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini disebabkan dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini kualitas pendidikan bangsa Indonesia intens diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat maupun pihak pengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu disiplin ilmu, Matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan struktur yang terorganisasi, sebab ilmu ini berkembang dari unsur yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan metode dan kerja ilmiah (Rustaman, dkk., 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas selalu diupayakan pemerintah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENILAIAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SAINS (PA) SMP NEGERI DI KABUPATEN SUKOHARJO RINGKASAN TESIS
HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SAINS (PA) SMP NEGERI DI KABUPATEN SUKOHARJO RINGKASAN TESIS Oleh: BAMBANG SUGIRI Q 100 040 112 PROGRAM STUDI MAGISTER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran di perguruan tinggi mempunyai tujuan pembelajaran. Menurut Subroto (2012: 15), tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru atau pendidik adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya akan sangat dibutuhkan peran serta
Lebih terperinciPenanaman Konsep Bilangan Real Melalui Tugas Terstruktur
Jurnal Algoritma, Vol. 1, No., Desember 006, hal. 169-178, ISSN 1907-788 Penanaman Konsep Bilangan Real Melalui Tugas Terstruktur Baso Intang Sappaile ) ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi yang penting dalam pembangunan karena. sasarannya adalah peningkatan kulitas Sumber Daya Manusia (SDM).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi yang penting dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kulitas Sumber Daya Manusia (SDM). Peningkatan SDM melalui pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat universal, terdapat dimana saja dan kapan saja dalam kehidupan masyarakat manusia. Pendidikan harus selalu progresif,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
Lebih terperinciPEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S1) BAGI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH (DUAL
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S1) BAGI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH (DUAL MODE SYSTEM) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DEPARTEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia yang cerdas, unggul dan berdaya saing. Kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru adalah aktor utama yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam proses kemajuan suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas sehingga
Lebih terperincimenerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Ruseffendi matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan ilmu lain
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan ilmu lain maupun dalam pengembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, karena pendidikan merupakan suatu proses untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciMENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DAN SERTIFIKASI GURU
MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DAN SERTIFIKASI GURU Oleh HASTUTI Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Makalah Disampaikan Pada Pengabdian Masyarakat Di Sentolo Kulon Progo 0 Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Keberhasilan pembangunan tidak lagi diukur dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraannya. pendidikan diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi pendidikan. Strategi pembelajaran dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna (user) pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup tidak lepas dari pendidikan. Untuk menghadapi tantangan IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara global. Oleh
Lebih terperinciOleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung
8 Siti Halimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SEMBON KECAMATAN KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan seolah-olah telah menjadi bagian yang mapan dari kehidupan masyarakat, sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur, seperti guru, sarana pembelajaran, aktivitas siswa, kurikulum dan faktor lain seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari Sekolah Dasar (SD) hingga SMU bahkan perguruan tinggi. Cornelius (dalam Abdurrahman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu diupayakan. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dikembang di SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Metode pembelajaran yang diterapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu mendapatkan perhatian khusus di Indonesia. Rendahnya kemampuan siswa di bidang matematika
Lebih terperinciSUPERVISI DAN PEMBIMBINGAN BAGI GURU SMK NEGERI 1 IDI DALAM MENYUSUN BUTIR TES
294 SUPERVISI DAN PEMBIMBINGAN BAGI GURU SMK NEGERI 1 IDI DALAM MENYUSUN BUTIR TES Fithri Angelia Permana Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Serambi Mekkah email: fith.angelia@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan sebuah. persoalan kompleks, karena untuk mewujudkannya dibutuhkan saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan sebuah persoalan kompleks, karena untuk mewujudkannya dibutuhkan saling ketergantungan antara semua sub-sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Dimana biasanya anak mulai memasuki dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia harus mampu untuk menjamin pemerataan pendidikan bagi semua pihak dan semua kalangan secara merata. Pemerataan pendidikan tentunya juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat. Pembangunan dilakukan secara menyeluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan rangkaian usaha yang berorientasi pada peningkatan kualitas masyarakat. Pembangunan dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan, berlandaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menghadapkan kita pada tuntutan akan pentingnya suatu kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi pendidikan yang dimiliki.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tantangan tentang peningkatan mutu, relevansi dan efektivitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan tentang peningkatan mutu, relevansi dan efektivitas pendidikan sebagai tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat, berimplikasi
Lebih terperincibidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang memiliki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang memiliki peranan penting dalam menentukan masa depan. Hal ini terbukti dengan diberikannya matematika di jenjang
Lebih terperinci