IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR DAMPAK NEGATIF MENINGKATNYA KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN
|
|
- Farida Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR DAMPAK NEGATIF MENINGKATNYA KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN OLEH UTOMO, M. Pd TENAGA PENGAJAR PRODI PLB FKIP UNLAM BANJARMASIN ABSTRAK Peningkatan mutu/kualitas lembaga pendidikan tentu merupakan harapan semua orang. Peningkatan kualitas lembaga pendidikan akan berdampak signifikan terhadap kualitas lulusan. Disisi lain, peningkatan kulaitas lembaga pendidikan menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat diantaranya peningkatan biaya pendidikan, penerimaan siswa baru yang ketat, dan beban kurikulum yang memberatkan peserta didik. Dampak negatif tersebut dapat diminimalisir dengan implementasi paradigma pendidikan inklusif. Kata kunci: Kualitas lembaga pendidikan, dampak negatif, pendidikan inklusif. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan harapan setiap bangsa. Sejak Indonesia merdeka sampai sekarang, secara global tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan semakin meningkat kuantitas maupun kualitasnya. Kuantitas lembaga penyelenggara pendidikan semakin hari semakin meningkat jumlahnya, baik lembaga formal maupun lembaga non formal. Peningkatan kuantitas lembaga pendidikan memang tidak serta merta langsung berpengaruh terhadap peningkatan kualitas lembaga pendidikan. Secara umum keberadaan sebuah lembaga pendidikan bermula dari tuntutan kebutuhan masyarakat. Kajian kebutuhan masyarakat akan pentingnya sebuah lembaga pendidikan satu dengan lembaga pendidikan yang lain, biasanya berbeda-beda tergantung dari jenis kebutuhannya untuk menjembatani masa depan masyarakat. Misalnya berdirinya Sekolah Dasar di sebuah wilayah dikaji beradasarkan dari jumlah penduduk dan luas wilayah. Kajian tersebut dimaksudkan agar warga masyarakat yang ingin menyekolahkan putra putrinya dapat dengan mudah menjangkau sekolah tersebut. Begitu juga didirikannya Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menegah Atas, maupun jenisjenis sekolah lain, sudah barang tentu berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat sekitar. Jika tidak berdasarkan kajian tersebut, keberadaan sekolah akan tidak efektif untuk mengentaskan masyarakat akan kebutuhan pendidikan. Di Indonesia, keberadaan lembaga pendidikan baru, biasanya tidak langsung menunjukkan kualitas yang diharapkan oleh masyarakat. Peningkatan kualitas lembaga
2 pendidikan akan ditempuh seiring berjalannya waktu dan bahkan terkadang awal penyelenggaraannya di bawah standar pendidikan. Dalam perjalanannya, ada lembaga pendidikan yang sanggup eksis dan berkembang dengan baik, tetapi tidak sedikit yang akhirnya gulung tikar. Hal ini sering dialami oleh lembaga pendidikan swasta. Bagi lembaga pendidikan yang kualitasnya semakin meningkat, bukan berarti tidak berpotensi menimbulkan masalah. Salah satu permasalahan yang jarang diungkap oleh kalangan praktisi pendidikan adalah bahwa meningkatnya kualitas lembaga pendidikan ternyata menimbulkan dampak negatif yaitu membuat jarak yang semakin menjauh dengan masyarakat. Sebuah kenyataan yang dilematis bahwa disaat sebuah lembaga pendidikan meningkat kualitasnya justru berpotensi sebagian masyarakat merasakan dampak negatifnya. Permasalahan yang perlu diatasi adalah bagaimana peningkatan kualitas lembaga pendidikan tidak menimbulkan dampak negatif dan justru seharusnya diikuti oleh kemanfaatan yang sebesar-besarnya oleh masyarakat. B. Rumusan Masalah 1. Komponen peningkatan kualitas lembaga pendidikan apa saja yang berpotensi membuat jarak semakin menjauh dengan masyarakat? 2. Dampak negatif apa saja yang ditimbulkan oleh peningkatan kualitas lembaga pendidikan? 3. Bagaimana upaya meminimalisir dampak negatif akibat peningkatan kualitas lembaga pendidikan? PEMBAHASAN A. Komponen Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan yang Berpotensi Membuat Jarak Semakin Menjauh dengan Masyarakat Pemerintah menterjemahkan kualitas lembaga pendidikan terutama lembaga pendidikan formal ditentukan oleh delapan standar pendidikan. Kedelapan standar pendidikan tersebut adalah (1) Standar isi, (2) Standar Proses, (3) Standar kompetensi lulusan, (4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) Standar sarana dan prasarana, (6) Standar pengelolaan (7) Standar pembiayaan, dan (8) Standar penilaian. Kedelapan standar pendidikan dijadikan oleh pemerintah untuk menentukan sebuah lembaga pendidikan berada pada peringkat A, B, C atau tidak terakreditasi. Pemerintah melalui Badan Akreditasi mengadakan penilaian kepada setiap lembaga pendidikan formal setidaknya paling lama setiap lima tahun sekali.
3 Lembaga pendidikan selain dinilai dengan proses akreditasi sekolah, juga bisa mengajukan kepada lembaga lain untuk menilai kualitas lembaga. Salah satunya yaitu dengan standar ISO bidang pendidikan. Sudah barang tentu komponen-komponen yang dinilai mengarah kepada standar kualitas lembaga pendidikan. Tidak dipungkiri dan tidak ada seorangpun yang kontradiktif bahwa lembaga pendidikan harus menunjukkan peningkatan kualitasnya. Semakin lembaga pendidikan menunjukkan kualitasnya maka asumsinya akan menghasilkan lulusan yang berkualitas juga. Fenomena tersebut ternyata masih menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat. Beberapa komponen akibat dari meningkatnya kualitas lembaga pendidikan yaitu : 1. Semakin meningginya biaya yang dibebankan oleh masyarakat. 2. Lembaga pendidikan pada akhirnya memilih input peserta didik dengan seleksi yang semakin ketat, sehingga yang bisa memasuki lembaga pendidikan tersebut orangorang tertentu saja. 3. Beban tuntutan kurikulum berpotensi untuk semakin memberatkan peserta didik. B. Dampak-Dampak Negatif Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan 1. Semakin meningginya biaya yang dibebankan oleh masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa meningkatnya kualitas lembaga pendidikan membutuhkan biaya yang semakin besar. Fenomena ini berdampak kepada biaya yang dikeluarkan oleh orangtua anak. Banyak orangtua yang merasa berat membiayai pendidikan anaknya. Anak dari keluarga yang kurang mampu biasanya akan kalang kabut mencarikan biaya pendidikan anaknya. Kondisi ini berpotensi anak akan putus sekolah. 2. Lembaga pendidikan pada akhirnya memilih input peserta didik dengan seleksi yang semakin ketat. Semakin meningkatnya lembaga pendidikan dan berdampak kepada minat masyarakat yang semikin meninggi terhadap lembaga pendidikan maka lembaga pendidikan tersebut akan menerapkan seleksi calon peserta didik. Pada akhirnya lembaga tersebut tidak hanya menerapkan standar proses, akan tetapi menerapkan standar peserta didik yang semakin ketat. Pengetatan calon peserta didik tentu akan berdampak kepada masyarakat tidak bisa sembarangan menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan tertentu. Biasanya lembaga tersebut pada akhirnya akan dihuni oleh anak-anak dari keluarga yang mampu, anak dari keluarga pejabat/penguasa dan sebagian besar anak-
4 anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata tetapi yang berkemampuan secara ekonomi. Anak-anak yang berpotensi secara kognitif, tetapi dari keluarga yang tidak mampu biasanya mengalami kesulitan menginjakkan kaki di lembaga pendidikan yang unggul. 3. Beban tuntutan kurikulum berpotensi untuk semakin memberatkan peserta didik. Kualitas lembaga pendidikan akan berdampak kepada tuntutan kurikulum yang semakin tinggi. Hal ini berpotensi akan memberatkan peserta didik. Peserta didik akan dibebani mata pelajaran yang kuantitas maupun kualitasnya meninggi. Tidak menutup kemungkinan peserta didik akan menimbulkan stres, kurang bergaulan/sosialisasi dan berkurangnya waktu dewngan keluarga. C. Upaya Meminimalisir Dampak Negatif Meningkatnya Kualitas Lembaga Pendidikan Keberadaan lembaga pendidikan memang tidak etis jika hanya jalan di tempat. Lemabag pendidikan akan bisa eksis jika menunjukkan peningkatan kualitas yang ditunjang dengan peningkatan komponen-komponen yang dipersyaratkan. Untuk meminimalisir dampak negatif akibat dari peningkatan kualitas lembaga pendidikan, maka lembaga pendidikan dapat menempuh menerapkan prinsip-prinsip yang ada pada paradigm pendidikan inklusif. Langkah-langkah di bawah ini bisa menjadi referensi bagi sekolah yang ingin kualitas pendidikannya tetap terjaga, namun tetap berpihak kepada kebutuhan masyarakat sekitar, yaitu: 1. Lembaga pendidikan harus mempunyai visi dan misi yang konsisten untuk menjembatani semua anak bangsa menyiapkan masa depannya di lembaga pendidikan bersangkutan sesuai dengan tugasnya. Hal ini sesuai dengan prinsip education for All (EfA). EfA akan mulai merintis sekolah menerima peserta didik apa adanya yang ada di masyarakat sekitar. Peningkatan kualitas sebaiknya diorientasikan kepada kualitas proses, bukan kepada kualitas input. 2. Lembaga pendidikan menerapkan subsidi silang dengan tetap memberikan kuota kepada semua elemen anak bangsa. 3. Lembaga pendidikan tidak berorinetasi kepada kualitas kognitif saja, akan tetapi mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik secara seimbang. 4. Lembaga pendidikan menerapkan kurikulum diferiensiasi/kurikulum fleksibel. 5. Lembaga pendidikan mengembangkan konsep bina lingkungan, yaitu proiritas masyarakat sekitar mendapatkan akses pendidikan di lembaga pendidikan tersebut.
5 6. Lembaga pendidikan menumbuhkan kembali andil masyarakat sekitar untuk berperan aktif dalam pendidikan. Hal ini dapat mengurangi beban biaya yang harus ditanggung untuk membiayai peningkatan kualitas pendidikan. 7. Lembaga pendidikan terus menerus mengkaji kebutuhan masyarakat sekitarnya. Hal ini menjadi acuan lembaga tersebut menerapkan konsep pengabdian kepada masyarakat sekitar. 8. Lembaga pendidikan harus mulai menerapkan manajemen yang handal dengan manajemen yang akuntabel. Hal ini akan menjadi modal bahwa sekolah tersebut akan dipercaya oleh masyarakat. 9. Lembaga pendidikan terus menerus menerapkan anggaran berbasis kinerja untuk mengimpelementasikan efisiensiensi anggaran. Konsep ini akan meringankan beban masyarakat. KESIMPULAN DAN SARAN Lembaga pendidikan harus terus menerus menuju pendidikan yang berkualitas. Lembaga pendidikan yang berkualitas berpotensi besar meluluskan orang-orang yang mempunyai kualitas juga. Peningkatan kualitas lembaga pendidikan pada kenyataannya berpotensi menimbulkan permasalahan menjauhkan lembaga tersebut dari masyarakat. Fenomena tersebut dipicu oleh beban masyarakat yang ikut menanggung biaya dan dampak-dampak negatif lainnya akibat meningkatnya kualitas lembaga pendidikan. Untuk mengatasi dampak negatif akibat peningkatan kualitas pendidikan maka lembaga pendidikan harus berupaya mengantisipasi dengan menerapkan paradigm pendidikan inklusif. Paradigm pendidikan inklusif berupaya tetap memberikan kuota bagi masyarakat yang berpotensi terhambat aksesnya di dunia pendidikan. Program-program tersebut diantara Lembaga Pendidikan : (1) mempunyai visi dan misi yang konsisten untuk menjembatani semua anak bangsa menyiapkan masa depannya. (2) Menerapkan subsidi silang dengan tetap memberikan kuota kepada semua elemen anak bangsa. (3) Tidak berorinetasi kepada kualitas kognitif saja, akan tetapi mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik secara seimbang. (4) Menerapkan kurikulum diferiensiasi/kurikulum fleksibel. (5) Mengembangkan konsep bina lingkungan. (6) Menumbuhkan kembali andil masyarakat sekitar untuk berperan aktif dalam pendidikan. (7) Terus menerus mengkaji kebutuhan masyarakat sekitarnya. (8) Mulai menerapkan manajemen yang handal dengan manajemen yang akuntabel. (9) Terus menerus
6 menerapkan anggaran berbasis kinerja untuk mengimpelementasikan efisiensiensi anggaran. Konsep ini akan meringankan beban masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Bambang Basuki, (2002). Pendidikan inklusif sebagai Media Alami dan Manusia bagi Perolehan Hak Pendidikan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus, disampaikan dalam seminar Sosialisasi Pendidikan Luar Biasa (Jakarta: Mitranetra, 22 Oktober 2002) Direktorat PLB, Braillo Norway, dan Unesco. (2004). Buku seri: Menjadikan Lingkungan Inklusif, Ramah terhadap Pembelajaran (LIRP). Jakarta: Direktorat PLB, Braillo Norway dan UNESCO. Jhonsen B.H. &Skjorten MD, (2003), Menuju Inklusi, Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar, Bandung, Program Pasca Sarjana UPI Bandung. Yuwono, I & Utomo. (2015). Pendidikan inklusif Paradigma Pendidikan Ramah Anak. Banjarmasin: Bina Banua., (2003). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional : Jakarta : Restindo Mediatama., Standar Nasional Pendidikan (online). Tersedia: dowload 2015.
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting untuk mendapatkan Sumber Daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk mendapatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas untuk menjamin kelangsungan hidup dan kemajuan suatu bangsa.
Lebih terperinci1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan, karena dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang sudah
Lebih terperinciDaftar Pustaka. Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Daftar Pustaka Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Alawi, Z. (2005). Program Inklusi Perlu Dukungan Semua Pihak. [online]. Tersedia http://www.pikiranrakyat.com
Lebih terperinciMELURUSKAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF. OLEH : UTOMO, M. Pd TENAGA PENGAJAR DI PRODI PLB FKIP UNLAM BANJARMASIN
MELURUSKAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF OLEH : UTOMO, M. Pd TENAGA PENGAJAR DI PRODI PLB FKIP UNLAM BANJARMASIN E-mail : bekantan_mtp@yahoo.co.id ABSTRAK Indonesia telah mengenal dan mulai melaksanakan
Lebih terperinciAKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS MENEMPUH PENDIDIKAN TINGGI. OLEH : UTOMO PRODI PLB FKIP UNLAM
1 AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS MENEMPUH PENDIDIKAN TINGGI ABSTRAK OLEH : UTOMO PRODI PLB FKIP UNLAM Email : bekantan_mtp@yahoo.co.id Pendidikan merupakan hak setiap warga negara, tidak terkecuali
Lebih terperinciPOTENSI PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK UNTUK MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANJARMASIN
POTENSI PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK UNTUK MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANJARMASIN Utomo, Imam Yuwono, Agus Pratomo Andi Widodo Universitas Lambung Mangkurat ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep mutu telah menjadi suatu kenyataan dan fenomena dalam seluruh aspek dan dinamika masyarakat global memasuki persaingan pasar bebas dewasa ini. Jika sebelumnya
Lebih terperinciINOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO
INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan
Lebih terperinciMENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART
MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART GUNAWAN WIRATNO, S.Pd SLB N Taliwang Jl Banjar No 7 Taliwang Sumbawa Barat Email. gun.wiratno@gmail.com A. PENGANTAR Pemerataan kesempatan untuk memperoleh
Lebih terperinciINOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO
INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah Satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan merupakan bagian utama untuk suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Syahriandi Akbari Siregar, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Seiring dengan majunya perkembangan dunia pada saat ini diharapkan lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinciItem Penilaian INSTRUMEN AKRTEDITASI MANAJEMEN PEMBIAYAAN
INSTRUMEN AKRTEDITASI MANAJEMEN PEMBIAYAAN No Item Penilaian 1. Sekolah telah merumuskan dan menetapkan visi lembaga. A. Merumuskan dan menetapkan visi, mudah dipahami, dan sering B. Merumuskan dan menetapkan
Lebih terperinciPAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Paud Inklusi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Abstrak Sri Huning Anwariningsih, Sri Ernawati Universitas Sahid Surakarta, Jl Adi Sucipto 154 Surakarta
Lebih terperinciKERANGKA RANCANGAN BELAJAR BI-TANDUR-LS-MK SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN BAGI SISWA DI KELAS INKLUSIF
1 KERANGKA RANCANGAN BELAJAR BI-TANDUR-LS-MK SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN BAGI SISWA DI KELAS INKLUSIF 1. Abstrak Oleh Imam Yuwono,M.Pd Dosen Prodi PLB FKIP Unlam Banjarmasin Pengembangan kerangka pembelajaran
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah
141 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro untuk anak
Lebih terperinciPERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI
PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI (Program Pengabdian Masyarakat di SD Gadingan Kulonprogo) Oleh: Rafika Rahmawati, M.Pd (rafika@uny.ac.id) Pendidikan inklusi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHUL
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Paradigma baru telah mengantarkan perguruan tinggi (PT) pada orientasi persaingan, bukan hanya sekedar pada level nasional, tapi orientasi persaingan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijamin dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk bekal mengarungi samudera kehidupan yang semakin penuh dengan persaingan. Oleh karena itu pendidikan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adanya perubahan paradigma baru tentang pendidikan, yaitu pendidikan untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas usia, tingkat
Lebih terperinciMengelola Kelas Inklusif Dengan Pembelajaran yang Ramah Oleh Mohamad Sugiarmin
Mengelola Kelas Inklusif Dengan Pembelajaran yang Ramah Oleh Mohamad Sugiarmin Beberapa cara meningkatkan pembelajaran yang ramah (aktif dan inklusif) ; 1. Perencanaan Buat rencana jadwal mingguan kegiatan
Lebih terperinciVISI, MISI DAN PROGRAM KERJA
VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA Oleh Prof. Dr. Herri CALON DEKAN FEUA PERIODE TAHUN 2016-2020 Visi Menjadi Fakultas Ekonomi yang menghasilkan sumber daya insani yang kreatif, inovatif, profesional dan kompetitif,
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DAN SEKOLAH LUAR BIASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya maka, sangat dibutuhkan peran pendidik
Lebih terperinciPENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU
PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU Oleh : Dwi Yunanto Abstrak Pendidikan di Indonesia pada umumnya di artikan sebagai sebuah proses untuk memanusiakan manusia, sebagaimana
Lebih terperinciSistim Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun tentang pendidikan tinggi, Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun
KONDISI DAN ISU STRATEGIS BAB III Mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang pendidikan tinggi, Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif merupakan paradigma baru pendidikan kita dan merupakan strategi untuk mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan sekolah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. DAFTAR ISI 1 Lembar Pengesahan 2 Daftar Distribusi 2 Catatan Perubahan 2
Halaman : 1 dari 13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI 1 Lembar Pengesahan 2 Daftar Distribusi 2 Catatan Perubahan 2 KATA PENGANTAR 3 BAB I PENDAHULUAN 4 BAB II ARAH KEBIJAKAN 5 Umum 5 Pendidikan 5 Penelitian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Sekolah Sekolah adalah sistem interaksi sosial suatu organisasi keseluruhan terdiri atas interaksi pribadi terkait bersama dalam suatu hubungan
Lebih terperinciISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA
ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA Pengantar Keberadaan bangsa Indonesia dewasa ini dihadapkan persoalan-persoalan yang sangat kompleks. Secara eksternal, Globalisasi dengan segala konsekuensinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas (mutu) yang dapat diterima oleh masyarakat secara langsung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberlangsungan suatu satuan pendidikan tidak dapat lepas dari kualitas (mutu) yang dapat diterima oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Mutu
Lebih terperinciTabel Evaluasi Program Undiksha (Indikator dan Capaian Kinerja) Tahun 2013 dan Rencana Sasaran Target 2015
Tabel Evaluasi Undiksha ( dan Capaian Kinerja) Tahun 2013 dan Rencana Sasaran 2015 Strategi Umum P-1. Peningkatan Kontribusi Undiksha terhadap APK PT Realisasi Jumlah mahasiswa terdaftar 11308 12.031 12.156
Lebih terperinciKenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016
Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016 Oleh Sandi Aria Mulyana / FISIP UI 2012 Pada masa pemilihan Calon Rektor Universitas Indonesia pada tahun 2014 lalu, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA FAKULTAS / UNIT
LAPORAN KINERJA FAKULTAS / UNIT TAHUN 7 Capaian Kinerja Fakultas / Unit Tahun 7 RTM 7 ANALISIS RESIKO KINERJA KRITERIA STANDAR TARBIYAH SYARIAH KEDOKTERAN Standar Visi Misi Tujuan dan Sasaran, serta Strategi
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh dunia pendidikan terkait dengan masalah mutu pendidikan di Indonesia saat ini adalah tingkat mutu pendidikan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sesungguhnya bersifat terbuka, demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam konteks pendidikan untuk
Lebih terperinciREVITALISASI PROGRAM STUDI PLB DALAM MENGHADAPI PROGRAM INKLUSI *) Oleh Edi Purwanta **)
REVITALISASI PROGRAM STUDI PLB DALAM MENGHADAPI PROGRAM INKLUSI *) Pendahuluan Oleh Edi Purwanta **) Pendekatan pendidikan luar biasa dari waktu ke waktu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asalusul,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asalusul, status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anakanak yang mempunyai kelainan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia menuju ke kehidupan yang lebih baik. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Randi Rizali, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah pengangguran terdidik di Indonesia setiap tahun semakin meningkat seiring dengan terus bertambahnya sarjana baru lulusan berbagai perguruan tinggi (PT), baik
Lebih terperinciDirektorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional
SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LATAR BELAKANG PROGRAM SBI 1. Pada tahun 90-an, banyak sekolah-sekolah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik yang terjadi pada peradaban umat manusia sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan manusia untuk dapat menerima perbedaan yang terjadi diantara umat manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang secara tegas dikemukakan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Tujuan tersebut berlaku bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciPotensi Pendidikan Taman Kanak-kanak untuk Menyelenggarakan Pendidikan Inklusif di Kota Banjai masin
Riset Potensi Pendidikan Taman Kanak-kanak Ulomo, Imam, Agus Potensi Pendidikan Taman Kanak-kanak untuk Menyelenggarakan Pendidikan Inklusif di Kota Banjai masin Utomo, Imam Yuwono & Agus Pratomo A.W.
Lebih terperinciSTANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN. Studi, Serta Pihak-Pihak Yang Dilibatkan.
STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN 1.1 Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Serta Strategi Pencapaian. 1.1.1 Jelaskan Mekanisme Penyusunan Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Program
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana pemerintah daerah Kabupaten Lingga mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Upaya yang telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. A. Visi Menghasilkan tenaga kesehatan profesional dan kompetitif
2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I VISI,MISI, TUJUAN DAN SASARAN... 3 A. Visi... 3 B. Misi... 3 C. Tujuan... 3 D. Sasaran... 3 BAB II KEBIJAKAN,PROGRAM DAN KEGIATAN... 5 A. Kebijakan...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang. dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah adalah bagian dari kegiatan manajemen pendidikan yang sangat diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Seringkali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agar keberlangsungan hidup setiap manusia terjamin maka kebutuhan dasar akan pendidikan harus terpenuhi sehingga lebih bermartabat dan percaya diri. Oleh karena itu
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN
PROGRAM MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012-2017 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan
Lebih terperinciSTRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung)
STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung) INSTRUMEN PENELITIAN FUNDAMENTAL Tim Peneliti: Dr. Diding Nurdin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan penting dalam penentuan kualitas sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam penentuan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan merupakan usaha bersama dalam proses terpadu dan terorganisir
Lebih terperinciSTANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL
SM SPMI Hal : 1/10 1 Judul STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK-SPMI SM 07 SUMEDANG 2016 SM SPMI Hal : 2/10 2 Lembar Pengendalian STANDAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini non formal dipandang memiliki peran penting dalam pembentukan sumber daya manusia ke depan. Namun kesiapan tenaga pendidik di lembaga PAUD
Lebih terperinciPP 29/1990, PENDIDIKAN MENENGAH... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 29 TAHUN 1990 (29/1990)
PP 29/1990, PENDIDIKAN MENENGAH... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 29 TAHUN 1990 (29/1990) Tanggal: 10 JULI 1990 (JAKARTA) Sumber: LN 1990/37; TLN NO. 3413 Tentang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh
BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam UUD 1945 dijelaskan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke
IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.
Lebih terperinciBab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis
Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR A. Tujuan dan Sasaran Strategis Berdasarkan pada amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta misi dan visi Dinas
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika
LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : 4101409138 Prodi : Pendidikan matematika JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciKomentar dan Rekomendasi
Komentar dan Rekomendasi Nama Perguruan Tinggi Skema Reviewer : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara : Skema B : 1. Erlina Marfianti 2. Joko Mulyanto 1. Komentar Umum Selama dua hari visitasi, tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Sebagai dampak berkembangnya suatu organisasi dan teknologi, menyebabkan pekerjaan manajemen pendidikan semakin kompleks.
Lebih terperinciKOMPETENSI KEPALA SEKOLAH
KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan
Lebih terperinciMANAJEMEN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR HARAPAN NUSANTARA DENPASAR-BALI
MANAJEMEN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR HARAPAN NUSANTARA DENPASAR-BALI Retno Indah Rahayu Prodi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana (S2) Universitas Gresik ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia Indonesia yang rendah disebabkan oleh rendahnya kualitas pendidikan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling keterkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh banyak pihak, baik dilakukan oleh pemerintah maupun
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh banyak pihak, baik dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Upaya-upaya tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagaimana disebutkan dalam Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Berstandar Nasional Dan Internasional Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian SDN Se Kecamatan Bokan Kepulauan merupakan salah satu lembaga atau pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal (1) dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
Lebih terperincimengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (Septikasari, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejatinya bukan hanya sekedar proses transfer pengetahuan saja, atau melainkan juga mengembangkan aspek intelektual, tapi juga merupakan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia saat ini berkembang cukup maju dengan
Lebih terperinciBAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial
BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas jasa yang dihasilkan oleh institusi pendidikan tentunya tidak lepas dari quality assurance atau penjaminan kualitas terhadap terhadap lulusan yang dihasilkan,
Lebih terperinciSIKAP GURU SLB TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF. Nia Sutisna dan Indri Retnayu. Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK
SIKAP GURU SLB TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF Nia Sutisna dan Indri Retnayu Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Penelitian ini ingin menggambarkan sikap guru SLB sebagai partner kerja
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari keterangan dan data-data yang diperoleh dari berbagai nara sumber melalui wawancara, observasi langsung, study dokumentasi dan penggabungan dari ketiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Amandemen UUD 1945 Pasal 31 ayat 3 menyebutkan bahwa, Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN PEMIKIRAN
BAB II LANDASAN PEMIKIRAN 1. Landasan Filosofis Filosofi ilmu kedokteran Ilmu kedokteran secara bertahap berkembang di berbagai tempat terpisah. Pada umumnya masyarakat mempunyai keyakinan bahwa seorang
Lebih terperinciSTRATEGIS DAN SASARAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS USU
STRATEGIS DAN SASARAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS USU A. Program Kerja Strategis FEB USU Tahun 2015-2019 Menindak lanjuti program kerja USU melakukan Program Aksi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU, terlebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan. Pembangunan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan sepanjang sejarah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan
Lebih terperinci4/11/2016 RIP ITENAS AGENDA. Pendahuluan. Masa depan Itenas. Itenas. masa kini. Sejarah. Itenas
RIP ITENAS 2014-2030 RAPAT KERJA ITENAS 22 Desember 2014 H. Hilton - Bandung AGENDA PENDAHULUAN VISI ITENAS 2030 STRATEGI PENGEMBANGAN ITENAS 2014-2030 PROGRAM PENGEMBANGAN ITENAS 2014-2030 PROYEKSI POPULASI
Lebih terperinciIMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN M. Syaom Barliana Universitas Pendidikan Indonesia L A T A R B E L A K A N G Peningkatan kualitas
Lebih terperinciRENCANA OPERASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
RENCANA OPERASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 2015-2019 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO APRIL 2015 Rencana Strategis FMIPA-UHO, 2015-2019 1 KATA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA AUDIT OPERASIONAL DAN KEPUASAN PELANGGAN
II. KAJIAN PUSTAKA AUDIT OPERASIONAL DAN KEPUASAN PELANGGAN Audit operasional merupakan audit terhadap hasil operasi setiap bagian dalam perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari kinerja,
Lebih terperinci