PROFIL SANITASI KABUPATEN MAGELANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL SANITASI KABUPATEN MAGELANG"

Transkripsi

1 BAB 2 PROFIL SANITASI KABUPATEN MAGELANG 2.1. Gambaran Kondisi Umum Daerah Aspek Geografi Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai luas ha atau sekitar 3,34 persen dari luas Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Magelang mempunyai 21 kecamatan dan terdiri dari 367 desa dan 5 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Kajoran (83,41km 2 ), sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Ngluwar (22,44 km 2 ). Sumber: RTRW, Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Magelang II-1

2 Wilayah Kabupaten Magelang berbatasan dengan wilayah lain, yaitu: Sebelah utara : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang, Sebelah timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali, Sebelah selatan : Kabupaten Purworejo dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Sebelah barat : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo, sedangkan di tengahnya terdapat Kota Magelang. Letak Kabupaten Magelang yang strategis dapat dilihat dari posisi Kabupaten Magelang yang terletak di antara kota besar yaitu Kota Yogyakarta dan Kota Semarang. Selain itu letak strategis kabupaten tersebut juga dapat dilihat dari letaknya yang di antara jalur pantura dengan jalur selatan-selatan, jalur utaraselatan dan di tengah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Magelang juga berada di antara perlintasan jalur ekonomi yaitu Semarang-Magelang-Purwokerto dan Semarang-Magelang-Yogyakarta-Solo sehingga memudahkan aksesibilitas dan juga dapat mendorong perkembangan ekonomi Kabupaten Magelang. Adapun luas masing-masing kecamatan, luas daerah, jarak terdekat/termudah dari ibu kota kabupaten ke kecamatan dan ketinggian dari permukaan laut di Kabupaten Magelang disajikan sebagai berikut : Tabel 2.1. Luas Daerah, Jarak Terdekat/Termudah dari Ibu Kota Kabupaten ke Kecamatan se-kabupaten Magelang dan Ketinggian dari Permukaan Laut, Tahun 2013 No. Kecamatan Luas (km 2 ) Persentase Luas Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) Ketinggian dari Permukaan Laut (mdpl) 1. Salaman 68,87 6, Borobudur 54,55 5, Ngluwar 22,44 2, S a l a m 31,63 2, Srumbung 53,18 4, D u k u n 53,40 4, Muntilan 28,61 2, Mungkid 37,40 3, Sawangan 72,37 6, Candimulyo 46,95 4, Mertoyudan 45,35 4, Tempuran 49,04 4, Kajoran 83,41 7, Kaliangkrik 57,34 5, Bandongan 45,79 4, Windusari 61,65 5, Secang 47,34 4, Tegalrejo 35,89 3, Pakis 69,56 6, Grabag 77,16 7, II-2

3 No. Kecamatan Luas (km 2 ) Persentase Luas Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) Ketinggian dari Permukaan Laut (mdpl) 21. Ngablak 43,80 4, Total 1.085, Sumber : BPS Kabupaten Magelang, Letak dan Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Magelang terletak pada posisi Bujur Timur dan Lintang Selatan. Dengan posisi ini, Kabupaten Magelang terletak di tengah pulau Jawa, tepatnya di persilangan lalu lintas ekonomi dan wisata antara Semarang-Magelang-Yogyakarta dan Purworejo- Magelang-Temanggung. II-3

4 Sumber: Bappeda Kabupaten Magelang, 2011 Gambar 2.2. Posisi Kabupaten Magelang Diantara Jalur Transportasi Provinsi Jateng II-4

5 Jarak antara ibu kota Kabupaten Magelang dengan beberapa ibu kota kabupaten/kota lain di Jawa Tengah disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2.2. Jarak antara Ibu Kota Kabupaten Magelang (Kota Mungkid) ke Beberapa Ibu Kota Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Ibu Kota Kabupaten/Kota Jarak (km) Ibu Kota Kabupaten/Kota Jarak (km) Kab. Cilacap 182,0 Kab. Kudus 141,0 Kab. Banyumas 163,0 Kab. Jepara 161,0 Kab. Purbalingga 149,0 Kab. Demak 116,0 Kab. Bajarnegara 117,0 Kab. Semarang 64,5 Kab. Kebumen 92,7 Kab. Temanggung 33,7 Kab. Purworejo 53,3 Kab. Kendal 91,0 Kab. Wonosobo 77,3 Kab. Batang 108,0 Kab. Boyolali 48,4 Kab. Pekalongan 148,0 Kab. Klaten 62,0 Kab. Pemalang 181,0 Kab. Sukoharjo 94,5 Kab. Tegal 210,0 Kab. Wonogiri 134,0 Kab. Brebes 220,0 Kab. Karanganyar 114,0 Kota Magelang 13,2 Kab. Sragen 124,0 Kota Surakarta 94,1 Kab. Grobogan 154,0 Kota Salatiga 67,4 Kab. Blora 204,0 Kota Semarang 95,4 Kab. Rembang 219,0 Kota Pekalongan 148,0 Kab. Pati 164,0 Kota Tegal 210,0 Sumber : BPS Kabupaten Magelang, Topografi Wilayah Kabupaten Magelang secara umum merupakan dataran tinggi yang berbentuk basin (cekungan) dengan dikelilingi gunung-gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, dan Sumbing) dan pegunungan Menoreh. Dua sungai besar mengalir di tengahnya, yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo, dengan beberapa cabang anak sungai yang bermata air di lereng gunung-gunung tersebut. Topografi datar ha, bergelombang ha, curam ha dan sangat curam ha. Ketinggian wilayah antara meter di atas permukaan laut. Ketinggian rata-rata 360 m di atas permukaan laut. Kelerengan lahan dapat dilihat pada tabel berikut: II-5

6 Tabel 2.3. Kelerengan Lahan di Kabupaten Magelang No Kemiringan Klasifikasi Wilayah % Datar Kecamatan Mertoyudan, Secang, Windusari, Sawangan dan Salaman (kurang lebih 1,5% dari luas wilayah) % Bergelombang sampai berombak Sebagian besar kecamatan (17 kecamatan) atau 55% dari seluruh wilayah % Bergelombang sampai berbukit 4. > 40 % Berbukit sampai bergunung-gunung Sumber : RTRW Kabupaten Magelang Kecamatan Windusari, Kaliangkrik, Kajoran, Srumbung, sebagian Ngablak, Pakis, Sawangan dan sedikit di Kecamatan Dukun (meliputi 25,5% dari seluruh wilayah). Kecamatan Windusari, Kaliangkrik, Srumbung, Ngablak, Pakis, Sawangan dan Dukun (18% dari luas wilayah). Variasi wilayah dengan kemiringan lereng seperti yang ada di Kabupaten Magelang tersebut memberikan dampak positif dan dampak negatif bagi Kabupaten Magelang. Dampak positifnya adalah variasi tersebut merupakan faktor penunjang pengembangan kegiatan ekonomi yang bertumpu pada alam di Kabupaten Magelang seperti kegiatan pariwisata, pertanian dan perkebunan. Sedangkan dampak negatifnya adalah variasi kemiringan lereng tersebut merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya bencana alam yang sering terjadi di Kabupaten Magelang yaitu gerakan tanah (tanah longsor) Geologi Kabupaten Magelang di bagian barat daya (Salaman dan Borobudur bagian selatan) tersusun dari batuan breksi, andesit, dasit, tufa, tufa lapili, aglomerat dan lava andesit yang merupakan bagian dari formasi andesit tua. Batuan dari gunung berapi yang ada di sekeliling wilayah ini merupakan unsur batuan yang membentuk dataran Magelang berupa tanah endapan alluvial yang subur. Sementara itu, Kabupaten Magelang di bagian tengah merupakan tanah endapan/alluvial yang merupakan lapukan dari batuan induknya. Sedangkan di lereng dan kaki gunung merupakan tanah endapan vulkanis. Jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Magelang adalah: Alluvial kelabu, alluvial coklat, regosol coklat kelabu dan coklat tua yang banyak terdapat di daerah dataran seperti, Kecamatan Mertoyudan, Mungkid, Candimulyo, Salaman, Secang, Tegalrejo, Muntilan, Srumbung, Salam dan Ngluwar. II-6

7 Regosol kelabu dan coklat tua, andosol coklat, lithosol latosol coklat, banyak terdapat di daerah lereng pegunungan seperti, Kecamatan Windusari, Kajoran, Kaliangkrik, Ngablak, Grabag, Pakis, dan Bandongan. Latosol coklat kemerahan ada di Kecamatan Grabag dan Ngablak. Latosol coklat tua kemerahan ada di Kecamatan Salam, Kajoran, Kaliangkrik, Salaman, Tempuran, Bandongan dan Windusari. Latosol merah kekuningan ada di wilayah Kecamatan Salaman dan Borobudur. Kondisi fisiografi Kabupaten Magelang yang berbentuk cekungan yang dikelilingi oleh Gunung Sumbing, Gunung Merapi, Gunung Merbabu dan Pegunungan Bukit Menoreh memberikan manfaat positif bagi Kabupaten Magelang seperti berlimpahnya bahan tambang galian B dan C. Bahan tambang galian B dan C tersebut banyak tersebar di seluruh Kabupaten Magelang. Hanya saja jenis bahan tambang di Kabupaten Magelang yang menghasilkan produk dengan jumlah relatif banyak adalah sirtu dan marmer. Marmer selama ini hanya ditambang saja tetapi pengolahan menjadi barang lain tidak dilakukan di Kabupaten Magelang. Padahal apabila bisa diolah menjadi produk lain bisa mendatangkan tambahan PAD bagi Kabupaten Magelang dan juga akan mengurangi frekuensi kegiatan pertambangan marmer tersebut sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan. Tabel 2.4. Penyebaran Sumber Daya Mineral dan Kegunaannya No Jenis Bahan Galian Kegunaan 1. Trass Bahan baku pembuatan semen puzolan, bahan baku pembuatan batako, bahan bangunan konstruksi ringan/berat, semen alam, dan tanah urug. 2. Tanah Liat Bahan baku pembuatan batu bata, gerabah, genteng, semen, dan keramik. 3. Batu gamping Digunakan dalam berbagai macam bidang seperti aneka industri kimia, industri bangunan dan pertanian 4. Marmer Untuk pembuatan tegel, meja, patung, pilar dan perangkat toilet 5. Andesit Bahan pondasi: bangunan gedung, jalan raya, dan dam. Selain itu bisa digunakan sebagai batu split, pasir, dan abu batu sebagai bahan utama pembuatan beton Lokasi Kecamatan Salaman Desa Ngadiharjo Kecamatan Borobudur Desa Bawang Kecamatan Tempuran Kecamatan Salaman Desa Karanganyar Kecamatan Borobudur Desa Sidoagung dan Somoketro Kecamatan Salam Kecamatan Salaman Kecamatan Borobudur Kecamatan Salaman Kecamatan Borobudur Desa Gripurno Kecamatan Borobudur Desa Bawang Kecamatan Tempuran II-7

8 No Jenis Bahan Galian Kegunaan 6 Sirtu Bahan bangunan perumahan, jalan dan saluran air 7. Kaolin Bahan baku industri keramik, filler dalam industri kertas, karet, cat, dan plastik 8. Oker Sebagai pigmen dan serbuk poles, bahan pewarna cat, pembuatan semen, plester, campuran karet dan campuran plastik 9. Mangaan Menjadi bahan baku industri metalurgi maupun non metalurgi. Bahan non metalurgi bisa menjadi produksi baterai, kimia, keramik dan gelas, glasir dan frit, pertanian, dan proses produksi uranium Sumber : RTRW Kabupaten Magelang Tahun Lokasi Kecamatan Windusari Kecamatan Bandongan Kecamatan Borobudur Kecamatan Srumbung Kecamatan Dukun Kecamatan Sawangan Kecamatan Pakis Kecamatan Salam Kecamatan Candimulyo Desa Karanganyar Kecamatan Borobudur Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan Desa Giripurno Kecamatan Borobudur Desa Giripurno Kecamatan Borobudur Desa Ngargoretno Kecamatan Salaman Hidrologi Kabupaten Magelang mempunyai curah hujan tinggi dan memiliki sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian, rumah tangga, dan industri serta kebutuhan lainnya. Wilayah Kabupaten Magelang terletak pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo dan Bogowonto. DAS Progo bagian hulu terdapat sungai yang cukup besar, yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo. DAS Progo ini meliputi wilayah di Kecamatan Windusari, Secang, Bandongan, Mertoyudan, Tempuran, Borobudur, Mungkid, Tegalrejo, Muntilan, Salam, Ngluwar, Grabag, Sawangan, Dukun, dan Srumbung. Sedangkan DAS Bogowonto berada di sebagian kecil wilayah Kecamatan Salaman dan Kajoran. Wilayah Kabupaten Magelang mempunyai 10 (sepuluh) sungai besar/sedang dengan jumlah debit maksimum m 3 /detik dan minimum 110,5 m 3 /detik, serta 52 (lima puluh dua) mata air dengan jumlah debit liter/detik. Wilayah Kabupaten Magelang sebagai daerah yang dikelilingi gununggunung merupakan daerah tangkapan air hujan. Dalam neraca air Tahun 2000, cadangan air tanah dangkal/bebas yang dimanfaatkan 1.492,99 juta m 3 /tahun, dan untuk air tanah sedang/semi artesis 3.732,48 juta m 3 /tahun. Curah hujan potensial 4.067,14 juta m 3 /tahun atau dengan intensitas mm/tahun. Dan air hujan tertampung 78,32 juta m 3 /tahun. Potensi hidrologi yang dimiliki Kabupaten Magelang yang dapat dimanfaatkan adalah: II-8

9 Air Permukaan Yaitu air yang mengalir di sungai-sungai baik sungai besar maupun sungai kecil. Sungai yang melintas di Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut: Tabel 2.5. Sungai yang Melintas di Kabupaten Magelang No Sungai Debit (m 3 /detik) Maksimum Minimum 1 Progo ,0 2 Elo 113 7,0 3 Pabelan ,0 4 Blongkeng ,0 5 Lamat 66 5,5 6 Putih 125 8,0 7 Bebeng ,0 8 Batang 55 5,5 9 Krasak 145 9,5 10 Tangsi 125 8,0 Sumber : RTRW, Air Tanah Air Tanah di Kabupaten Magelang berdasarkan hidrologi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) mandala air tanah, yaitu: 1) Mandala Air Tanah Gunung Api Strato Air tanah jenis ini terletak diantara puncak sampai lereng Gunung Api Merbabu, Merapi dan Sumbing. 2) Mandala Air Tanah Antar Pegunungan Air tanah jenis ini berada diantara Gunung Api Merbabu, Merapi dan Sumbing yang terletak diketinggian berkisar antara meter di atas permukaan air laut. Air tanah didaerah ini tersedia cukup banyak dengan produktivitas aquifer yang tinggi dan muka air tanah ini cukup dangkal (<10 m) dan debit sumur mencapai 4 liter/detik. Posisi Kabupaten Magelang yang terletak di hulu DAS Progo dan dikelilingi oleh 3 (tiga) gunung api menyebabkan Kabupaten Magelang kaya akan mata air. Jumlah mata air di Kabupaten Magelang sebanyak 185 mata air. Mata air tersebut berada di sekitar kaki gunung api yang ada di Kabupaten Magelang. Berdasarkan data BPS Kabupaten Magelang Tahun 2014, jumlah mata air yang digunakan oleh PDAM adalah 18 mata air. Selain itu, ketiga gunung api yang ada di Kabupaten Magelang dengan kondisi fisiknya yang spesifik merupakan recharge area bagi DAS Kabupaten Magelang. Mata air yang bermunculan di kaki gunung Merapi, Merbabu, dan Sumbing tersebut merupakan discharge area. Berdasarkan kondisi tersebut maka II-9

10 dapat dikatakan bahwa recharge area dan discharge area di Kabupaten Magelang berada dalam satu wilayah administrasi. Hal tersebut akan mempermudah pengelolaan lingkungan utamanya dalam pengelolaan sumberdaya air sehingga akan terwujud tata kelola lingkungan yang lebih baik. Potensi sumberdaya air yang ada di Kabupaten Magelang selain mata air adalah sungai baik sungai besar maupun sungai kecil. Data LP2B Kabupaten Magelang menyebutkan bahwa Kabupaten Magelang mempunyai 261 sungai baik sungai besar maupun sungai kecil dengan jumlah debit maksimum m3/detik pada musim penghujan dan minimum 110,3/detik pada musim kemarau. Berdasarkan sebaran akuifer bisa menggambarkan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Magelang mempunyai akuifer dengan produktifitas sedang sampai dengan tinggi. Akuifer adalah suatu unit geologi yang dapat menyimpan dan melalukan air dalam jumlah banyak (Sudarmadji, 2012). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Magelang mempunyai banyak ketersediaan air tanah. Hal tersebut dibuktikan dari struktur geologinya yang mampu menyimpan dan melalukan air dalam jumlah cukup banyak sehingga sumber daya air memang merupakan salah satu sumber daya alam yang potensial untuk dikelola dengan baik. Sudarmadji (2013) menyebutkan bahwa mata air yang muncul di sekitar gunung api pada umumnya mempunyai kualitas sangat baik, airnya jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mengandung unsur kimia yang berbahaya sehingga bisa digunakan sebagai bahan baku air minum Klimatologi Suhu rata-rata di Kabupaten Magelang adalah 25,62 0 C, dengan kelembaban udara 82%. Sedangkan curah hujan rata-rata mm/th, dengan rata-rata hari hujan 121 hari, dan kecepatan angin 1,8 knot. Curah hujan merupakan salah satu sumber daya air yang juga mempengaruhi besaran debit mata air. Berdasarkan data BPS Kabupaten Magelang Tahun 2014, rata-rata curah hujan pada Tahun 2012 berkisar antara mm/bulan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Magelang mempunyai curah hujan yang tinggi. Kabupaten Magelang terbagi menjadi beberapa tipe iklim sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut: II-10

11 Tabel 2.6. Tipe Iklim di Kabupaten Magelang Kecamatan Ketinggian (dpl) Sc. Ferguson Mohr Oldeman Bandongan 431 B I C2 Borobudur 325 C III C3 Candimulyo 437 B I B2 Dukun 578 C I B3 Grabag 682 B I B2 Kajoran 578 B I B1 Kaliangkrik 823 B I B2 Mertoyudan 343 B I B2 Mungkid 325 B II C3 Muntilan 358 C I C3 Ngablak C I C2 Ngluwar Pakis 841 C I B3 Salam 336 B I B3 Salaman 208 B I B2 Sawangan 575 B I C3 Secang 407 B II C2 Srumbung 501 B I B1 Tegalrejo 478 B I B2 Tempuran 310 B I B2 Windusari 534 B I C2 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Magelang, Penggunaan Lahan Berdasarkan data BPS Tahun 2014, alokasi penggunaan lahan di Kabupaten Magelang mencakup luas 86,410 ha lahan pertanian, yang terdiri dari lahan sawah (wetland) seluas 36,892 ha dan lahan kering seluas 41,923 ha, adapun peruntukan lahan sawah diantaranya adalah sawah irigasi seluas 28,801 ha dan tadah hujan (reservation) seluas 8,091 ha. Sedangkan peruntukan lahan kering adalah tegal kebun seluas 32,679 ha, perkebunan seluas 394 ha, ditanami pohon/hutan rakyat seluas 6,312 ha, padang penggembalaan seluas 2 ha, sementara tidak ditanami/diusahakan seluas 107 ha, dan lainnya (kolam/empang/ hutan negara, dan lain-lain) seluas 10,024 ha. Sedangkan lahan bukan pertanian mencakup area seluas 22,163 ha. Komposisi penggunaan lahan pada Tahun 2014 disajikan dalam Gambar 2.3. II-11

12 Sumber: RTRW, Gambar 2.3. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kabupaten Magelang Tahun 2014 Variasi penggunaan lahan di Kabupaten Magelang merupakan salah satu potensi sumber daya lahan. Data menunjukkan bahwa penggunaan lahan terbesar adalah lahan pertanian (80 persen). Oleh karena itu sektor pertanian dijadikan unggulan, karena adanya daya dukung potensi/ketersediaan lahan. Berdasarkan profil penggunaan lahan tersebut maka lahan sawah merupakan sumber daya lahan paling besar (35 persen) di Kabupaten Magelang yang berarti menandakan bahwa kegiatan pertanian yang dominan berkembang adalah kegiatan usaha tani padi. Apabila diperbandingkan antara luasan lahan pertanian lahan basah dengan luasan lahan pertanian lahan kering, luasan lahan pertanian lahan kering lebih sempit dibandingkan luasan lahan pertanian lahan basah. Perkembangan penggunaan lahan selama kurun waktu selanjutnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.7. Penggunaan Lahan di Kabupaten Magelang Tahun (ha) Penggunaan Lahan Tahun A. Lahan Pertanian Lahan Sawah Berpengairan beririgasi Tadah Hujan Lahan Bukan Sawah Kebun Perkebunan Hutan Rakyat Padang Rumput Sementara tidak ditanami NA II-12

13 Tahun Penggunaan Lahan Kolam, Tambak, Empang B. Lahan Bukan Pertanian Jalan, Pemukiman, Kantor, dll Lahan Bukan Pertanian Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2014 Sumber: RTRW, Gambar 2.4. Peta Rencana Tata Guna Lahan Kabupaten Magelang Aspek Demografi Penduduk Kabupaten Magelang pada Tahun 2014 diperkirakan mencapai jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Magelang pada Tahun 2013 berdasarkan proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010 sebanyak jiwa atau sekitar 3,67% dari jumlah penduduk Jawa Tengah, terdiri dari laki-laki sebanyak 613,112 jiwa (50,19%) dan perempuan sebanyak 608,569 jiwa (49,81%), dengan sex ratio sebesar 101%, Sedangkan jumlah rumah tangga sebanyak 319,642 rumah tangga(tahun 2010) dan penduduk per rumah tangga 3,70. II-13

14 Dilihat dari sisi persebaran per kecamatan, pada Tahun 2013, terlihat bahwa penduduk tersebar hampir merata di semua kecamatan. Penduduk paling banyak berada di Kecamatan Mertoyudan (9 persen) dan Kecamatan Grabag (7 persen), sementara kecamatan yang jumlah penduduknya terkecil berada di Kecamatan Ngablak dan Ngluwar, masing-masing tiga persen. Data sebaran penduduk selengkapnya disajikan dalam gambar 2.6. Sumber: RTRW, Gambar 2.5. Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2013 Perkembangan jumlah penduduk dan sebaran per kecamatan Tahun , selengkapnya tersaji pada tabel berikut: No Tabel 2.8. Kecamatan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun (jiwa) Tahun * 2014* 1. Salaman 66,002 66,690 67,358 68,016 68, Borobudur 55,668 56,191 56,697 57,193 57,672 II-14

15 No Kecamatan Tahun * 2014* 3. Ngluwar 29,920 30,153 30,374 30,590 30, S a l a m 44,575 45,028 45,465 45,896 46, Srumbung 44,928 45,543 46,146 46,747 47, D u k u n 43,017 43,475 43,920 44,359 44, Muntilan 8. Mungkid 9. Sawangan 10. Candimulyo 11. Mertoyudan 12. Tempuran 13. Kajoran 14. Kaliangkrik 15. Bandongan 16. Windusari 17. Secang 18. Tegalrejo 19. Pakis 20. Grabag 21. Ngablak Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2014 *) angka sementara 74,991 75,783 76,549 77,306 78,043 68,836 69,763 70,672 71,574 72,464 53,730 54,320 54,892 55,458 56,010 45,459 45,971 46,471 46,963 47, , , , , ,248 46,526 47,030 47,520 48,003 48,475 51,589 51,878 52,146 52,403 52,644 52,409 52,912 53,399 53,875 54,339 54,636 55,158 55,661 56,156 56,636 46,404 46,994 47,571 48,144 48,707 74,889 76,014 77,123 78,230 79,325 53,307 53,993 54,665 55,332 55,989 52,342 52,689 53,015 53,330 53,628 81,686 82,440 83,166 83,878 84,567 37,997 38,170 38,326 38,475 38,611 1,184,091 1,196,917 1,209,375 1,221,681 1,233,695 Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa persentase laju pertumbuhan penduduk secara keseluruhan antara Tahun 2010 sampai dengan 2014 adalah 4,19. Sementara itu, jumlah penduduk Kabupaten Magelang berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.9. Jumlah Penduduk Kabupaten Magelang menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 (jiwa) No Kecamatan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio 1. Salaman 34,211 34,445 68, Borobudur 28,860 28,812 57, Ngluwar 15,189 15,606 30, II-15

16 No Kecamatan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio 4. S a l a m 23,096 23,218 46, Srumbung 23,592 23,748 47, D u k u n 22,275 22,512 44, Muntilan 39,019 39,024 78, Mungkid 36,002 36,462 72, Sawangan 28,350 27,660 56, Candimulyo 23,872 23,573 47, Mertoyudan 55,145 56, , Tempuran 24,542 23,933 48, Kajoran 26,547 26,097 52, Kaliangkrik 27,410 26,929 54, Bandongan 28,561 28,075 56, Windusari 24,843 23,864 48, Secang 39,665 39,660 79, Tegalrejo 29,160 26,829 55, Pakis 26,780 26,848 53, Grabag 42,568 41,999 84, Ngablak 19,438 19,173 38, Jumlah 619, ,570 1,233, Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2015 Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan (sex ratio) di Kabupaten Magelang pada Tahun 2013 sebesar 101, artinya setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Magelang terdapat 101 penduduk laki-laki. Sementara itu, terdapat 13 (tiga belas) kecamatan dengan Sex Ratio>100, ini menunjukkan 13 (tiga belas) kecamatan di Kabupaten Magelang yang jumlah penduduk laki-lakinya lebih banyak dari pada perempuan. Kecamatan Tegalrejo merupakan kecamatan yang memiliki sex ratio terbesar (109) yang artinya jumlah penduduk laki-laki adalah 9 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Sedangkan sex ratio terkecil terdapat di Kecamatan Ngluwar yaitu 97 yang berarti setiap 100 perempuan hanya ada 97 penduduk lakilaki. Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Muntilan, sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Kajoran. Hal ini terjadi karena penduduk di Kabupaten Magelang cenderung terkonsentrasi di kawasan strategis cepat tumbuh. Kawasan tersebut adalah Kecamatan Mertoyudan, Muntilan dan Secang. Kepadatan penduduk menurut kecamatan selengkapnya sebagaimana terlihat pada tabel. berikut: II-16

17 Tabel Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun No Kecamatan Luas Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) (km 2 ) Salaman Borobudur ,020 1,030 1,039 1,048 1,057 3 Ngluwar ,333 1,344 1,354 1,363 1,372 4 Salam ,409 1,424 1,437 1,451 1,464 5 Srumbung Dukun Muntilan ,621 2,649 2,676 2,702 2,728 8 Mungkid ,841 1,865 1,890 1,914 1,938 9 Sawangan Candimulyo ,000 1, Mertoyudan ,319 2,353 2,387 2,420 2, Tempuran Kajoran Kaliangkrik Bandongan ,193 1,205 1,216 1,226 1, Windusari Secang ,582 1,606 1,629 1,653 1, Tegalrejo ,485 1,504 1,523 1,542 1, Pakis Grabag ,059 1,068 1,078 1,087 1, Ngablak Kabupaten ,091 1,102 1,114 1,125 1,136 Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2014 II-17

18 Tabel No Kecamatan Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) Menurut Kecamatan di Kabupaten Magelang Tahun 2012 Usia Produktif (15-64 Thn) Usia Tidak Produktif (0-14 Th &>65 Th) Jumlah Dependency Ratio 1 Salaman Borobudur Ngluwar Salam Srumbung Dukun Muntilan Mungkid Sawangan Candimulyo Mertoyudan Tempuran Kajoran Kaliangkrik Bandongan Windusari Secang Tegalrejo Pakis Grabag Ngablak Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2014 Pada Tahun 2012, Kabupaten Magelang penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebesar 67%. Adapun penduduk usia non produktif Kabupaten Magelang adalah sebesar 33% dari total penduduk. Semakin besar proporsi penduduk usia tidak produktif, maka semakin besar pula beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif. Dengan rasio ketergantungan (dependency ratio) sebesar 49,54 menunjukkan secara rata-rata 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Kabupaten Magelang masih harus menanggung kurang lebih 50 penduduk usia non produktif. Komposisi jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini : II-18

19 Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Magelang Menurut Kelompok Umur Tahun (jiwa) Kelompok Umur Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Magelang, 2014 Secara lebih rinci luasan wialayah dan proyeksi penduduk dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Luas Administrasi Dan Luas Wilayah Terbangun Saat Ini Luas Wilayah NO Nama Kecamatan (Ha) Administrasi (%) thd total administrasi (Ha) Terbangun (%) thd luas administrasi 1 Salaman 6, , Borobudur 5, , Ngluwar 2, Salam 3, Srumbung 5, Dukun 5, Muntilan 2, Mungkid 3, Sawangan 7, Candimulyo 4, Mertoyudan 4, , Tempuran 4, Kajoran 8, , Kaliangkrik 5, Bandongan 4, Windusari 6, Scang 4, , Tegalrejo 3, Pakis 4, Grabag 7, , Ngablak 4, TOTAL Sumber: BPS 2014, RTRW II-19

20 NO Nama Kecamatan Tabel Jumlah Penduduk Saat Ini Dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun Jumlah Penduduk Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total Salaman Borobudur Ngluwar Salam Srumbung Dukun Muntilan Mungkid Sawangan Candimulyo Mertoyudan Tempuran Kajoran Kaliangkrik Bandongan Windusari Scang Tegalrejo Pakis Grabag Ngablak TOTAL Sumber: Instrumen Profil, 2015 II-20

21 NO Nama Kecamatan Tabel Jumlah Kepala Keluarga Saat Ini Dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun JUMLAH KK Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total Salaman Borobudur Ngluwar Salam Srumbung Dukun Muntilan Mungkid Sawangan Candimulyo Mertoyudan Tempuran Kajoran Kaliangkrik Bandongan Windusari Scang Tegalrejo Pakis Grabag Ngablak TOTAL Sumber: Instrumen Profil, 2015 II-21

22 Tabel Tingkat Pertumbuhan Penduduk Dan Kepadatan Saat Ini Dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun Nama Kecamatan Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (Orang/Ha) NO Salaman Borobudur Ngluwar Salam Srumbung Dukun Muntilan Mungkid Sawangan Candimulyo Mertoyudan Tempuran Kajoran Kaliangkrik Bandongan Windusari Scang Tegalrejo Pakis Grabag Ngablak Sumber: Instrumen Profil, 2015 Tabel Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan NO Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) 1 Salaman Borobudur Ngluwar Salam Srumbung Dukun Muntilan Mungkid Sawangan Candimulyo Mertoyudan 882 II-22

23 NO Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) 12 Tempuran Kajoran Kaliangkrik Bandongan Windusari Scang Tegalrejo Pakis Grabag Ngablak 916 TOTAL Sumber: BPS Aspek Pelayanan Umum Kondisi umum pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu yang mencakup layanan urusan wajib dan pilihan Pendidikan a. Angka Partisipasi Sekolah Angka partisipasi sekolah di Kabupaten Magelang pada Tahun 2014 pada jenjang SD/MI 95.10; pada jenjang SMP/MTs dan pada SMA/SMK/MA 41.82; sedangkan perkembangan APS selengkapnya disajikan pada table berikut. Tabel Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Magelang Tahun Indikator Tahun * SD/ MI (7 12 th) SMP/ MTs (13 15 th) SMA/SMK/MA (16-18 th) Sumber : BPS Kabupaten Magelang *) Dinas Dikpora Kab. Magelang 2015 b. Rasio Ketersediaan Sekolah Rasio ketersediaan sekolah menunjukkan jumlah sekolah per jumlah penduduk usia sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan jumlah sekolah dalam menampung penduduk usia pendidikan pada setiap II-23

24 jenjang. Perkembangan rasio ketersediaan sekolah di Kabupaten Magelang dapat dilihat dalam tabel berikut Tabel Perkembangan Rasio Ketersediaan Sekolah Tahun Indikator Tahun * SD/ MI SMP/ MTs SMA/SMK/MA Sumber : BPS Kabupaten Magelang *) Dinas Pendidikan. Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Magelang c. Rasio Guru dan Murid Rasio guru terhadap murid merupakan perbandingan jumlah guru per jumlah murid. yang mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Perkembangan rasio ketersediaan sekolah di Kabupaten Magelang dapat dilihat dalam tabel berikut Tabel Perkembangan Rasio Guru dan Murid Tahun Tahun Indikator SD/ MI SMP/ MTs SMA/SMK/MA Sumber : Dinas Pendidikan. Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Magelang Kesehatan Kinerja makro urusan kesehatan antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator yang mengacu pada SPM bidang kesehatan yaitu: 1. Cakupan pelayanan kesehatan dasar yang terdiri dari cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani. cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. cakupan kunjungan bayi. cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI). cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin. cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan. cakupan peserta KB aktif. cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit. cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin. II-24

25 2. Pelayanan kesehatan rujukan terdiri dari cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin. 3. Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa/KLB terdiri dari cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam dan 4. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat cakupan desa siaga aktif. Tabel Kinerja Makro Urusan Kesehatan Tahun Indikator 1. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Tahun a. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 100% 100% 100% 100% % b. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang 95.42% 100% 99.8% 99.81% 99.87% memiliki kompetensi kebidanan c. Cakupan kunjungan bayi 100% 92.90% 100% 96.50% % d. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 98.66% 100% 100% 100% 100% e. Cakupan pemberian makanan 100% pendamping ASI pada anak usia % 0 100% 100% 24 bulan keluarga miskin f. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100% 100% 100% 100% 100% g. Cakupan peserta KB aktif 79.14% 81.3% 78.3% 79.9% 79.70% h. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 1. Acute Flacid Paralysisrate per penduduk < 15 tahun 2. Penemuan Penderita Pneumonia Balita 3. Penemuan pasien baru TB BTA positif 4. Penderita DBD ditangani 5. Penemuan penderita diare i. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 2. Pelayanan Kesehatan Rujukan a. Rasio Rumah Sakit Pemerintah per satuan penduduk 3.90/ pddk 11.90% 100% 100% 94.59% 2.60/ pddk 9.30% 94.51% 100% 94.59% 1.64/ pddk 6.80% 84.94% 100% 100% 0/ pddk 12.80% 89.01% 100% 91.54% 1.31/ pddk 12.80% 28.30% 100% 91.54% 55.22% 74.7% 67.18% 62.77% 58.87% 1/ jiwa 1/ jiwa 1/ jiwa 1/ jiwa 1/ jiwa b. Rasio Puskesmas per satuan penduduk 3. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa/KLB Cakupan Desa/ Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan 100% 100% 100% 100% 100% epidemiologi < 24 jam 4. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Cakupan Desa Siaga Aktif 100% 100% 100% 100% 100% Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang II-25

26 Cakupan pelayanan kesehatan dasar sebagian besar terfokus kepada upaya pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak. penanganan penderita penyakit dan cakupan pelayanan untuk masyarakat miskin. Apabila diperhatikan. dalam kurun cenderung stabil. Perubahan signifikan terjadi biasanya pada Tahun 2010/2011 sebagai akibat adanya erupsi Gunung Merapi yang berpengaruh pada semua sendi kehidupan masyarakat. Hal yang hampir sama terjadi pada data cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit. Sedangkan mengenai cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin pada Tahun 2011 melonjak persentasenya karena pada tahun itu seluruh penduduk terdampak erupsi Gunung Merapi. Sesuai kebijakan Menteri Kesehatan. dijamin kesehatannya melalui jamkesmas pasca bencana. Pada Tabel 2.45 di atas rasio rumah sakit pemerintah tidak bergerak dari angka 1 karena Pemerintah Kabupaten Magelang hanya memiliki 1 rumah sakit tipe C yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muntilan. Demikian juga dengan rasio puskesmas per satuan penduduk yang cenderung stabil karena jumlah puskesmas tetap. Perubahan terjadi semata-mata jumlah penduduk yang bertambah. Sedangkan untuk penyelidikan epidemiologi. penanggulangan KLB. promosi kesehatan dan pemberdayaan bisa mencapai 100% Pekerjaan Umum Pembangunan dan peningkatan sarana prasarana dasar bagi warga masyarakat meliputi pembangunan dan peningkatan jalan. jaringan irigasi. bendung. penyediaan air bersih. perumahan layak huni dan sebagainya. Kinerja makro urusan pekerjaan umum antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu proporsi panjang jaringan dalam kondisi baik. rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk. rasio permukiman layak huni. panjang jalan dilalui roda 4. jalan penghubung dari ibu kota kecamatan ke kawasan permukiman penduduk. panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik. panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase. sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau bangunan rumah liar. sempadan sungai yang dipakai bangunan liar. drainase dalam kondisi baik. pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota. luas irigasi kabupaten dalam kondisi baik. dan lingkungan permukiman. Data historis pencapaian kinerja pekerjaan umum disajikan pada tabel berikut II-26

27 Tabel Kinerja Makro Urusan Pekerjaan Umum Tahun Indikator Tahun Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Panjang jalan dilalui roda (km) Panjang jalan Kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 KM/Jam ) Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/saluran pembuangan air ( minimal 1.5 m) Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik Rasio jaringan irigasi Sumber: Dinas Pekerjaan Umum. Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang Perumahan Kinerja makro urusan perumahan antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu rumah tangga pengguna air bersih. rumah tangga pengguna listrik. rumah tangga bersanitasi. lingkungan permukiman kumuh dan pembangunan rumah layak huni. Tabel Kinerja Makro Urusan Perumahan Tahun Indikator Tahun Rumah Tangga Rumah tangga pengguna air bersih (%) Rumah tangga pengguna listrik Rumah tangga bersanitasi (%) Lingkungan pemukiman kumuh (%) Rumah layak huni (%) Sumber: Dinas Pekerjaan Umum. Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni dilakukan dengan memberikan bantuan pada keluarga berumah tidak layak huni pada tahun 2011 sebanyak 24 unit. pada tahun 2012 sebanyak 363 unit dan pada 2013 sebanyak 554 unit; pada tahun 2014 sebanyak 527 unit dengan anggaran APBD Kabupaten.. II-27

28 Dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah memberikan bantuan dana rehab rumah tidak layak huni sebanyak 10 unit di tahun unit di tahun 2012 dan 35 unit di tahun 2013; pada tahun 2014 sebanyak 50 unit Usaha pemenuhan rumah layak huni di Kabupaten Magelang tidak hanya dari sumber APBD Kabupaten Magelang dan APBD Provinsi Jawa Tengah. namun juga dari sumber dana lain. yang salah satunya adalah dari Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Kementerian Perumahan Rakyat. sebanyak 125 unit di tahun unit di tahun 2012 dan 744 unit di tahun 2013; pada tahun 2014 sebanyak 788 unit. Berdasarkan data Permasalahan Kesejahteraan dan Penanganan Menurut Jenis Penanganannya didapat Data Jumlah Rumah Tidak Layak Huni sebagai mana tabel berikut: Tabel Perkembangan Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Tahun Indikator Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Sumber : BPS Kabupaten Magelang Kebutuhan rumah di Kabupaten Magelang berdasarkan Sensus Penduduk 2010 sebanyak unit atau 9.47% dari Keluarga yang ada. Dengan prosentase kebutuhan rumah tertinggi berada di Kecamatan Mertoyudan sebanyak 20.64% dan prosentase kebutuhan rumah terendah berada di kecamatan Windusari sebanyak 2.75 %. Tabel No Kecamatan Jumlah KK Kebutuhan Rumah Menurut Kecamatan Jumlah Rumah Kebutuhan Rumah Persentase Kebutuhan Rumah (%) 1 Salaman Borobudur Ngluwar Salam Srumbung Dukun Muntilan Mungkid Sawangan Candimulyo II-28

29 No Kecamatan Jumlah KK Jumlah Rumah Kebutuhan Rumah Persentase Kebutuhan Rumah (%) 11 Mertoyudan Tempuran Kajoran Kaliangkrik Bandongan Windusari Secang Tegalrejo Pakis Grabag Ngablak Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Magelang Lingkungan Hidup Kinerja urusan lingkungan hidup antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu persentase penanganan sampah. persentase luas pemukiman yang tertata. dan tempat pembuangan sampah per satuan penduduk. jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air. jumlah usaha dan atau kegiatan yang mentaati peryaratan administratif dan teknis pengendalian pencemaran udara. persentase luasan lahan yang telah ditetapkan status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa yang diinformasikan dan jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti. Dari data historis diketahui bahwa kinerja makro urusan lingkungan hidup selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Kinerja Makro Urusan Lingkungan Hidup Tahun Tahun Indikator Persentase penanganan sampah (%) Persentase penduduk berakses air minum (%) Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuanpenduduk (%) Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang menaati persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air (%) Jumlah usaha dan atau kegiatan yang II-29

30 Indikator menaati peryaratan administratif dan teknis pengendalian pencemaran udara (%) Persentase luasan lahan yang telah ditetapkan status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa yang diinformasikan (%) Jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindak lanjuti (%) Tahun Sumber: Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Pekerjaan Umum. Energi dan Sumber daya Mineral Kabupaten Magelang Pelayanan persampahan baru mampu menjangkau wilayah di 7 (tujuh) ibu kota kecamatan dari 21 (dua puluh satu) kecamatan. Sedangkan untuk status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa telah dilakukan identifikasi areal yang dipergunakan untuk produksi biomassa dalam RTRW (areal kerja efektif). Luas areal efektif untuk potensi kerusakan tanah untuk produksi biomassa di Kabupaten Magelang adalah ha dan sudah selesai dilakukan proses identifikasi kondisi awal tanah. overlay peta kondisi awal tanah. Verifikasi lapangan terbatas dan uji laboratorium. diharapkan bisa ditetapkan statusnya pada Th 2014 ini. Sementara itu dari sisi jumlah usaha/kegiatan yang mentaati peryaratan administratif dan teknis pengendalian pencemaran udara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan telah tercapai 80% pada Tahun begitu juga dengan pengendalian pencemaran air juga mencapai 80%. Sedangkan jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindak lanjuti pada Tahun 2012 mencapai 75%. Pelayanan persampahan di Kabupaten Magelang baru mampu menjangkau wilayah di 7 (tujuh) ibu kota kecamatan dari 21 kecamatan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kinerja makro urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu: Persentase Partisipasi Perempuan Di Lembaga Pemerintah. Rasio KDRT. Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan Dan Anak Dari Tindakan Kekerasan. Data historis kinerja makro urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak disajikan dalam tabel berikut II-30

31 Tabel Kinerja Makro Urusan Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Tahun Indikator Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah (%) Persentase partisipasi perempuan di lembaga swasta (%) Tahun NA Persentase keterlibatan perempuan di legislative (%) Indeks Pembangunan Perempuan (IPG) NA Indeks Pemberdayaan Perempuan (IDG) NA Jumlah Anak dengan Disabilitas (anak) Jumlah Anak Terlantar (anak) Jumlah Kasus Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH)(anak) Jumlah Anak PMKS (anak) Jumlah Kekerasan terhadap Anak (anak) Rasio KDRT Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan (%) Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat. Perempuan. dan Keluarga Berencana Kabupaten Magelang Dari tabel di atas persentase keterlibatan perempuan di lembaga legislatif menunjukkan angka yang tetap dari tahun ke tahun ini disebabkan selama periode waktu tersebut masa bakti anggota Dewan yang perempuan tidak ada pergantian antar waktu (PAW). Indeks Pemberdayaan Perempuan (IDG) menunjukkan penurunan. ini disebabkan adanya indikator sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja. dimana sebagian besar perempuan di Kabupaten Magelang adalah bekerja di sektor informal sebagai petani yang tidak terdata secara jelas. Angka kekerasan terhadap anak menunjukkan angka yang tinggi ini disebabkan masih kuatnya budaya patriarki. budaya assertive pada anak rendah. dan kebijakan perlindungan anak masih bersifat sektoral. Media hiburan yang tidak mendidik juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh disamping kurangnya promosi kebijakan dan kepedulian para pengambil kebijakan terhadap kerentanan anak. Data penyandang masalah sosial anak di Kabupaten Magelang sangat tinggi. namun penanganannya belum dapat dilaksanakan secara optimal ini disebabkan oleh beberapa masalah diantaranya belum adanya petugas/pekerja sosial yang akan mendampingi pola penanganan berbasis keluarga. Adapun pola penanganan PMKS berbasis panti. permasalahannya adalah Pemerintah Kabupaten II-31

32 Magelang belum mempunyai panti/lksa. Sebanyak 30 panti yang ada saat ini dikelola oleh masyarakat. Data anak berhadapan dengan hukum tiap tahunnya menunjukkan peningkatan yang signifikan. hal ini disebabkan oleh peran keluarga dan lingkungan masih rendah. dan kebijakan perlindungan anak yang belum berpihak Peribadatan Dari keseluruhan penduduk Kabupaten Magelang yang beragama Islam 97%. Selebihnya berturut-turut adalah agama Katholik (2.12%). Protestan (0.76%). Hindu (0.02%). Budha (0.03%). dan lainnya (0.007%). Walaupun terdapat banyak agama dan beragam aliran. namun di Kabupaten Magelang tidak pernah terjadi konflik terkait agama. Harmoni antar elemen masyarakat senantiasa terjaga. Hal ini terjadi karena tingginya sikap toleransi antar pemeluk agama. Sehingga menjadi kewajiban bagi semua pemangku kepentingan untuk menciptakan dan menjaga harmoni dan kondusifitas kehidupan beragama. Sebagai kabupaten dengan penduduk mayoritas beragama Islam maka wajar apabila di Kabupaten Magelang terdapat masjid. Jika dibagi jumlah desa/kelurahan sebanyak 372 maka setiap desa rata-rata terdapat 7 masjid. Ini artinya setiap 406 jama ah muslim tersedia satu masjid. Sementara itu jumlah mushola sebanyak buah (rata-rata per desa terdapat 9 mushola). Jika masjid dan mushola dijumlahkan. dengan asumsi bahwa antara masjid dan mushola bersifat kompatibel maka di setiap desa terdapat 16 masjid/mushola. Sedangkan sarana peribadatan bagi agama lain adalah Kristen (gereja) sejumlah 34. Katholik (gereja) 40. Hindu (pura) 1. Budha (vihara) 9. dan Klenteng 1. Sementara itu kondisi pendidikan keagamaan berbasis sekolah disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel Banyaknya Sarana Pendidikan Keagamaan Islam. Murid dan Guru Tahun No Jenjang Sekolah Murid Guru Bustanul Atfal/Raudhotul Atfal 2 Madrasah Diniyah Madrasah Ibtidaiyah Madrasah Tsanawiyah Madrasah Aliyah Sumber: BPS Kabupaten Magelang II-32

33 Kebudayaan Kinerja makro urusan kebudayaan antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu penyelenggaraan festival seni dan budaya. sarana penyelenggaraan seni dan budaya serta benda. situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan. Data historis kinerja makro urusan kebudayaan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Tabel Kinerja Makro Urusan Kebudayaan Tahun Indikator Tahun Penyelenggaraan festival seni dan budaya (kali) Sarana penyelenggaraan seni dan budaya (buah) Benda Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan (buah) Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Kepemudaan dan Olah Raga Kinerja makro urusan pemuda dan olahraga antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu jumlah organisasi pemuda. jumlah organisasi olah raga. jumlah kegiatan kepemudaan. jumlah kegiatan olah raga. jumlah gelanggang/balai remaja dan jumlah lapangan olah raga. Data historis kinerja makro Makro Urusan Pemuda dan Olah Raga Tahun disajikan dalam tabel berikut Tabel Kinerja Makro Urusan Pemuda dan Olah Raga Tahun Tahun Indikator Jumlah organisasi pemuda (buah) Jumlah organisasi olah raga (buah) Jumlah kegiatan kepemudaan (buah) Jumlah kegiatan olah raga (buah) Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta) Lapangan olah raga (buah) Sumber: Dinas Pendidikan. Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Magelang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dilaksanakan untuk meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan. pelaksanaan. II-33

34 pengendalian dan pengawasan pembangunan yang dilaksanakan antara lain melalui kegiatan perencanaan partisipatif pembangunan masyarakat desa. fasilitasi pengembangan masyarakat dan desa melalui pemberian bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa. pemasyarakatan dan pemanfaatan tekonologi tepat guna. peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan Posyandu dan PKK. serta Bulan Bhakti Gotong-Royong (BBGR). Tabel Perkembangan Pembentukan Kelembagaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Magelang Tahun No Uraian Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP 2 Pasar Desa Badan Usaha Milik Desa (BUMDes Cadangan Pangan Pemerintah Desa (CPPD) 5 Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2KPKK 6 Desa Berpartisipasi dalam PNPM-MP 7 Unit Pengaduan Masyarakat TKPKD Sumber: Bapermaspuan dan KB Kabupaten Magelang Tahun Komunikasi dan Informatika Pelayanan urusan komunikasi dan informatika di Kabupaten Magelang semakin ditingkatkan untuk mendukung semakin terbukanya jaringan komunikasi dan informasi masyarakat. melalui kegiatan antara lain fasilitasi pembentukan media tradisional (FK Metra). pemantauan isi siaran. pengembangan sumber daya informasi. fasilitasi peningkatan pelayanan informasi. penyampaian informasi hasil-hasil pembangunan melalui media massa serta penyelenggaraan dialog interaktif. Pelayanan komunikasi dan informatika di Kabupaten Magelang tahun dapat dilihat pada tabel berikut Tabel Pelayanan Komunikasi dan Informatika Tahun Tahun No Indikator Jumlah jaringan komunikasi Rasio wartel/warnet terhadap penduduk 3 Jumlah surat kabar nasional/lokal 9/3 9/3 9/3 9/3 9/3 4 Jumlah penyiaran radio/tv lokal Web site milik pemerintah daerah Ada Ada Ada Ada Ada 6 Pameran/expo Pengawasan isi siaran II-34

35 No Indikator (Lembaga Penyiaran Tahun Pelayanan Perijinan (Lembaga Penyiaran 9 Fasilitasi FK-METRA Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Magelang Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Ketersediaan Air Bersih Wilayah Kabupaten Magelang memiliki cukup banyak sumber air dari mata air yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber air bersih. Pemanfaatannya selama ini dilakukan oleh institusi maupun masyarakat sebagai sumber air bersih yang digunakan masyarakat sehari-hari maupun untuk keperluan pertanian dan peternakan. Akses air minum perpipaan tercatat untuk daerah perkotaan mencapai 88.31% dan di wilayah perdesaan mencapai 45.01%. Target cakupan akses air minum yang layak dan berkelanjutan sampai Tahun 2015 tercatat 75.80%. Pelayanan air minum perpipaan berasal dari PDAM. SPAM DAK dan Pamsimas. Peningkatan cakupan air minum diwilayah perkotaan disediakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak dibidang pelayanan air minum/bersih. PDAM Tirta Gemilang Kabupaten Magelang memberikan pelayanan air bersih di Kabupaten Magelang adalah sebesar 20.83% dengan jumlah pelanggan sampai dengan akhir Tahun 2013 adalah sebanyak Sambungan Rumah (SR). Perkembangan atau penambahan pelanggan/sambungan Rumah dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan yang signifikan sebagaimana tabel sebagai berikut : Tabel Perkembangan Pelanggan Air Minum PDAM Tahun Tahun Jumlah Pelanggan Sumber : PDAM Kabupaten Magelang Kualitas air selalu dibawah pengawasan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang sehingga aman untuk konsumen karena memenuhi baku mutu standar II-35

36 kualitas air minum dari Kementerian Kesehatan sebagaimana Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 492/Menkes/Per/IV/2010. Untuk melayani seluruh pelanggan yang ada saat ini PDAM Kabupaten Magelang memanfaatkan 15 (lima belas) mata air dan 1 (satu) unit sumur dalam sebagaimana tersebut dalam tabel berikut ini: Tabel Sumber/ Air Minum PDAM Kabupaten Magelang No Nama Sumber/Mata Air Lokasi Sumber/Mata Air 1 Sijajurang & Silincat Desa Bumirejo Kecamatan Kaliangkrik 2 Semaren Desa Sawangan Kecamatan Sawangan 3 Cotrosono Desa Citrosono Kecamatan Grabag 4 Tlogorejo Desa Tlogorejo Kecamatan Grabag 5 Blambangan Desa Mungkid Kecamatan Mungkid 6 Karangampel Desa Tampir Wetan Kecamatan Candimulyo 7 Banyutemumpang Desa Krogowanan Kecamatan Sawangan 8 Combrang Desa Paremono Kecamatan Mungkid 9 Sidandang Desa Tejosari Kecamatan Ngablak 10 Sidosari Desa Sidosari Kecamatan Salaman 11 Sipragak Desa Mangunrejo Kecamatan Salaman 12 Sigandulan Desa Sukorejo Kecamatan Kajoran 13 Kanoman Desa Sidomulyo Kecamatan Candimulyo 14 Nglimut/Rucah-Rucah Desa Pagergunung Kecamatan Ngablak 15 Sumur Bor Gento Desa Tegalrejo Kecamatan Tegalrejo Sumber : PDAM Kabupaten Magelang Peningkatan cakupan layanan air minum di wilayah perdesaan banyak dikelola oleh masyarakat baik melalui perpipaan maupun bukan perpipaan. Pelayanan air minum perpipaan diwilayah perdesaan dibangun melalui program PAMSIMAS dan SPAM DAK. Terdapat 86 desa Pamsimas sampai dengan Tahun Fasilitas Listrik Kemajuan pembangunan segala bidang di Kabupaten Magelang menuntut penyediaan kebutuhan listrik yang sangat besar. Lima tahun terakhir menunjukkan kebutuhan jaringan listrik bagi masyarakat meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menandakan adanya pertambahan pemasangan. baik bagi perumahan. perkantoran maupun industri. II-36

37 Tabel Banyaknya Pelanggan Listrik. Kwh dan Nilai Disalurkan Kabupaten Magelang Tahun Tahun Jumlah Pelanggan Pemakaian Listrik (kwh) Nilai Yang Disalurkan (Rp) Sumber: BPS Kabupaten Magelang Sebagian besar pemanfaatan listrik di Kabupaten Magelang adalah untuk keperluan rumah tangga. kemudian untuk keperluan sosial. untuk keperluan usaha. keperluan pemerintah dan keperluan industri Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Ketersedian fasilitas perdagangan dan jasa ikut menjadi salah satu faktor penunjang perkembangan suatu wilayah dan daya saing daerah. Sampai dengan Tahun di Kabupaten Magelang terdapat 5 hotel bintang. 34 hotel melati dan 287 homestay. Hotel dan homestay merupakan salah satu akomodasi pariwisata yang menjadi kebutuhan dasar bagi wisatawan selama berada di destinasi wisata. Tingkat hunian hotel tercatat berkisar lebih dari 28.10% pada Tahun Tabel Jumlah Hotel dan Homestay No Uraian Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun Hotel Bintang Hotel Bintang Hotel Bintang Hotel Melati Homestay Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang. Tahun 2015 Tabel Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kabupaten Magelang Tahun NO. URAIAN TAHUN a. PASAR TRADISIONAL Pasar Pemerintah Kabupaten Pasar Umum Pasar Hewan Pasar Ikan Pasar Kayu /Mebelair b. Pasar Desa II-37

38 NO. URAIAN TAHUN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN a. Minimarket b. Supermarket/Hypermarket/Dept. Store/Perkulakan (Grosir) c. Pusat Perbelanjaan/ Mal Sumber: Dinas Perdagangan dan Pasar Kabupaten Magelang Tinjauan RTRW Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun , menyebutkan bahwa Kabupaten Magelang masuk dalam Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dimana Kabupaten Magelang menjadi Kawasan Perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Kabupaten Magelang berdasarkan Struktur Ruang Provinsi Jawa Tengah dalam RTRW Jawa Tengah Tahun masuk dalam sistem perwilayahan Purwomanggung meliputi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi. Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah terdapat 5 (lima) kawasan di Kabupaten Magelang yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu Mungkid, Muntilan, Mertoyudan, Borobudur, Secang. Sedangkan menurut pola ruangnya Kabupaten Magelang dapat dijabarkan dalam beberapa fungsi kawasan sebagai berikut: - Kawasan lindung, Meliputi beberapa kawasan hutan lindung kawasan Merapi-Merbabu, kawasan hutan yang dikelola masyarakat, kawasan resapan air dan kawasan cagar budaya, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan letusan Gunung Merapi, kawasan rawan angin topan, kawasan perlindungan plasma nutfah. - Kawasan Budidaya, Meliputi kawasan hutan produksi tetap, kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan rakyat, kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan peternakan, kawasan perikanan, kawasan pertambangan bukan logam, kawasan pertambangan panas bumi, kawasan peruntukan industri, kawasan pengembangan pariwisata. II-38

39 Selain dari struktur ruang dan pola ruang, Kabupaten Magelang juga ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Provinsi. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) terkait Kabupaten Magelang adalah: - Kawasan Solo-Selo-Borobudur yang merupakan kawasan KSP dari sudut kepentingan ekonomi. - Kawasan Candi Borobudur merupakan KSP dari sudut kepentingan sosial budaya. - Kawasan Taman Nasional Merapi dan Kawasan Taman Nasional Merbabu sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Dalam perspektif inilah sekaligus untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Magelang dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 5 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Magelang Tahun menyebutkan bahwa wilayah Kabupaten Magelang dibagi dalam 2 (dua) kawasan, yaitu: Kawasan Lindung Kawasan lindung berfungsi utama untuk melindungi kelestarian sumber daya alam, sumber daya buatan seperti tanah, air, iklim, tumbuhan, keanekaragaman hayati, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam serta nilai budaya dan sejarah bangsa. Di dalam kawasan ini tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya yang dapat mengurangi atau merusak fungsi lindungnya, kecuali digunakan untuk meningkatkan fungsi lindungnya. Kawasan lindung tersebut terdiri dari: 1. Kawasan hutan lindung. Kawasan yang termasuk dalam kategori kawasan hutan lindung di Kabupaten Magelang adalah pada sebagian: Kecamatan Windusari, Kaliangkrik, Kajoran, Ngablak, Pakis, Dukun, Srumbung dan Sawangan dengan luas ha. 2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, berupa kawasan resapan air. Perlindungan terhadap kawasan resapan air berada di sebagian wilayah, Sawangan, Kaliangkrik, Windusari, Grabag, Ngablak, Pakis, Dukun, dan Srumbung. 3. Kawasan perlindungan setempat, meliputi: a. Kawasan sekitar mata air II-39

40 Kawasan ini merupakan kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Kriteria kawasan sekitar mata air adalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air. Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, terdapat 185 mata air yang perlu dilindungi. b. Kawasan sempadan sungai Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan terhadap sungai-sungai yang ada, maka kawasan perlindungan sempadan sungai di Kabupaten Magelang meliputi sungai-sungai pada tabel. berikut: Tabel Rencana Kawasan Lindung Sempadan Sungai di Kabupaten Magelang No Nama Sungai Keterangan 1 Sempadan sungai besar: Daerah perlindungan meliputi kawasan sepanjang kanan kiri sungai sekurang-kurangnya 100 meter a. Sungai Progo dari tepi sungai. b. Sungai Elo 2 Sempadan sungai kecil: Daerah perlindungan meliputi kawasan sepanjang a. Sungai Krasak, kanan kiri sungai sekurang-kurangnya 50 meter dari tepi sungai. b. Sungai Putih c. Sungai Nongko d. Sungai Blongkeng, e. Sungai Pabelan, f. Sungai Tangsi g. Sungai Kluban 3 Sempadan sungai di kawasan perkotaan Daerah perlindungan ditentukan menyesuaikan dengan kondisi di sekitar sungai. 4. Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya. Kawasan pelestarian alam dan cagar Budaya di Kabupaten Magelang, meliputi: a. Kawasan Taman Nasional. Kawasan taman nasional di Kabupaten Magelang adalah Taman Nasional Gunung Merapi Merbabu yang meliputi: II-40

41 Lokasi Taman Nasional Gunung Merapi yang berada dalam wilayah Kabupaten Magelang adalah Kecamatan Srumbung (yang meliputi Desa Ngargosoko, Kemiren, Kaliurang dan Ngablak) dan Kecamatan Dukun (yang meliputi Desa Ngargomulyo, Krinjing, Paten dan Keningar). Lokasi Taman Nasional Gunung Merbabu yang ada di Kabupaten Magelang mencakup 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Ngablak (meliputi Desa Tejosari, Desa Genikan, Desa Jogonayan), Kecamatan Pakis (meliputi Desa Petung, Desa Daleman Kidul, Desa Pogalan, Desa Ketundan, Desa Kenalan, Desa Kragilan, Desa Banyusidi, Desa Pakis, Desa Kaponan, Desa Gondangsari, Desa Munengwarangan, Desa Muneng, Desa Jambewangi), Kecamatan Sawangan (meliputi Desa Wulunggunung, Desa Wonolelo, Desa Banyuroto) dan Kecamatan Candimulyo (yang meliputi Desa Surodadi). b. Kawasan Cagar Budaya. Kawasan cagar budaya yang harus dilindungi di Kabupaten Magelang antara lain sebagaimana pada tabel. berikut : Tabel Kawasan Cagar Budaya di Kabupaten Magelang No Obyek Wisata Lokasi 1 Candi Borobudur Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur 2 Candi Pawon Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur 3 Candi Mendut Kelurahan Mendut, Kecamatan Mungkid 4 Candi Ngawen Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan 5 Candi Gunung Wukir/Canggal Desa Somokaton, Kecamatan Salam 6 Makam Gunung Pring Bukit Gunung Pring, Kecamatan Muntilan 7 Makam Kyai Raden Santri dan Mbah Bukit Gunung Pring, Kecamatan Muntilan Jogorejo 8 Makam Pasteur Van Lith Kecamatan Muntilan 9 Candi Asu Desa Sengi, Kecamatan Dukun 10 Candi Pendem Desa Sengi, Kecamatan Dukun 11 Candi Lumbung Desa Sengi, Kecamatan Dukun 12 Makam Ky. Condrobumi Kecamatan Candimulyo 13 Makam Sunan Geseng Desa Tirto, Kecamatan Grabag 14 Air Terjun Seloprojo Desa Seloprojo, Kecamatan Ngablak 15 Pemandian Kalibening Kecamatan Secang 16 Candi Selogriyo Desa Kembang Kuning, Kecamatan Windusari 17 Langgar Agung Pangeran Diponegoro Desa Menoreh, Kecamatan Salaman 18 Pesarean Pangeran Singosari (Gunung Desa Gulon, Kecamatan Salam Sari Salam) 19 Makam Kyai Mijil Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur 20 Makam Kyai Raden Syahid Desa Salam, Kecamatan Salam 21 Candi-candi (baru dalam proses penggalian) Kecamatan Salam II-41

42 5. Kawasan rawan bencana alam. Kawasan rawan bencana yang ada di Kabupaten Magelang antara lain: a. Kawasan Rawan Letusan Gunung Merapi, antara lain Kecamatan Srumbung, Dukun, Sawangan. b. Kawasan Rawan Gempa Bumi, terutama gempa vulkanik berada di Kecamatan Srumbung, Dukun, dan Ngluwar c. Kawasan Rawan Gerakan Tanah, Kawasan rawan gerakan tanah di Kabupaten Magelang ditunjukkan pada tabel. berikut: Tabel Kawasan Rawan Gerakan Tanah di Kabupaten Magelang Gerakan Tanah Lokasi Rawan gerakan tanah tinggi Kecamatan Borobudur, Kajoran bagian utara, Kalingkrik, Pakis, Windusari bagian tengah, Salaman, Tempuran, Secang bagian utara, Tegalrejo dan Candimulyo, Ngablak bagian utara. Rawan gerakan tanah menengah Kecamatan Borobudur dengan kemiringan > , Kajoran bagian timur, Kaliangkrik lereng bagian atas Gunung Sumbing, Windusari bagian utara, Salaman bagian timur, Tempuran bagian selatan, sebagian Tegalrejo, Candimulyo. Rawan gerakan tanah rendah Kecamatan Salam, Ngluwar, Muntilan, Srumbung bagian timur, Salaman bagian timur, Ngablak bagian timur dan Borobudur bagian utara dan timur. Rawan gerakan tanah sangat rendah Kecamatan Mertoyudan Sangat rendah Secang bagian barat, Mungkid, Mertoyudan 6. Kawasan lindung lainnya berupa kawasan perlindungan plasma nutfah. Kawasan perlindungan plasma nutfah di Kabupaten meliputi: 1. Lereng Gunung Merbabu; 2. Lereng Gunung Merapi; dan 3. Kecamatan Borobudur Kawasan budidaya Kawasan peruntukan hutan produksi Hutan peruntukan produksi di Kabupaten Magelang dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: Kawasan peruntukan hutan produksi tetap memiliki luas kurang lebih ha yang terletak di Kecamatan Grabag, Ngablak, Bandongan, Windusari, Kaliangkrik, Kajoran, dan Tempuran. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas memiliki luas kurang lebih ha yang terletak di Kecamatan Grabag, Ngablak, Bandongan, Windusari, Kaliangkrik, dan Kajoran. II-42

43 Kawasan hutan rakyat Kawasan hutan rakyat di Kabupaten Magelang mencapai luas ± ha yang tersebar di Kecamatan Borobudur, Ngluwar, Sawangan, Tempuran, Kajoran, Kaliangkrik, Bandongan, Windusari, Secang, Salaman dan Ngablak Kawasan peruntukan pertanian Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan basah kurang lebih ha yang persebaran lahan basah meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten Magelang meliputi Kecamatan Salaman, Borobudur, Ngluwar, Salam, Srumbung, Dukun, Muntilan, Mungkid, Sawangan, Candimulyo, Mertoyudan, Tempuran, Kajoran, Kaliangkrik, Bandongan, Windusari, Secang, Tegalrejo, dan Grabag. Kecamatan dengan luasan pertanian terbesar adalah Kecamatan Salaman, Mungkid, Mertoyudan, Secang, Grabag, Dukun, Bandongan dan Kajoran. Kawasan pertanian lahan kering Kawasan budidaya lahan kering terbesar tersebar di Kecamatan Pakis, Ngablak, Sawangan, Dukun, Kajoran Candimulyo, Windusari, Kaliangkrik, Grabag dengan luas ha Kawasan peruntukan perkebunan Wilayah yang termasuk kawasan perkebunan tersebar di Kecamatan Windusari, Kaliangkrik, Bandongan, Tempuran, Salaman, Borobudur, Srumbung, Dukun, Sawangan, Candimulyo, Tegalrejo, Pakis, Ngablak dengan luas ± ha Kawasan peruntukan perikanan Luas kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Magelang ± ha dengan pengembangan dipusatkan di Kecamatan Muntilan, Mungkid dan Sawangan sebagai sentra pembenihan dengan daerah penyangga perikanan di Kecamatan Dukun, Salam, Ngluwar, Mertoyudan dan Salaman sebagai sentra pembesaran Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peternakan diarahkan perkembangannya pada kawasan yang mempunyai potensi alam, lahan hijauan makanan ternak cukup luas, yang artinya ketersediaan pakan hijau untuk ternak cukup banyak dan mudah didapatkan di wilayah tersebut, dan pada dataran tinggi dengan curah hujan tinggi serta pada II-43

44 lokasi-lokasi yang mana memiliki sumber daya manusia yang berpotensi untuk bekerja di sektor peternakan Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan peruntukan pertambangan batuan di Kabupaten Magelang lokasinya tersebar di Kecamatan Borobudur, Salaman, Dukun, Srumbung, Salam, Tempuran, Windusari, Secang, Grabag, dan Mungkid Kawasan peruntukan pariwisata Kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten Magelang, meliputi : a. kawasan peruntukan pariwisata budaya; b. kawasan peruntukan pariwisata alam; dan c. kawasan peruntukan pariwisata buatan Kawasan peruntukan industri Kawasan peruntukan industri besar dan sedang adalah di Kecamatan Tempuran dengan luas ha. Selain kawasan peruntukan industri yang ditetapkan di Kecamatan Tempuran, secara existing terdapat juga industri besar dan sedang yang tersebar di beberapa kecamatan yang secara bertahap akan ditata kembali Kawasan peruntukan permukiman Pengembangan kawasan permukiman mendapatkan prioritas dalam menentukan penggunaan lahan. Pengembangan kawasan permukiman dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan penduduk dan menepis kecenderungan pemanfaatan lahan yang hanya memusat pada kantong-kantong permukiman yang telah ada. Akibatnya, wilayah perdesaan sulit berkembang karena jauh dari jangkauan sarana Kawasan peruntukan lainnya Kawasan Pertahanan dan Keamanan Kawasan pertahanan dan keamanan di Kabupaten Magelang dipergunakan untuk daerah latihan Akmil Magelang, Armed II, Rindam IV dan Secaba Rindam IV/Diponegoro. II-44

45 Kawasan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota menurut UU No. 26 Tahun 2007 adalah area memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang ditanam. Selain berdasarkan potensi sebagaimana terpapar dalam struktur ruang sebagaimana tersebut di atas, di dalam RTRW Kabupaten Magelang juga telah menetapkan Kawasan Strategis Kabupaten. Kawasan Strategis Kabupaten Magelang meliputi 3 (tiga) sudut pandang yaitu dari sisi ekonomi, sosial budaya dan dari sisi daya dukung lingkungan hidup. Dari sudut pandang ekonomi, yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) adalah kawasan pada koridor jalan arteri nasional meliputi Perkotaan Secang dan sekitarnya, Perkotaan Mertoyudan dan sekitarnya, Perkotaan Mungkid dan sekitarnya, Perkotaan Muntilan dan sekitarnya dan Perkotaan Salam dan sekitarnya. Untuk mewujudkannya, perlu disusun Rencana Rinci Tata Ruang yang diikuti dengan pelaksanaan tahapan indikasi program prioritas pada kawasan strategis Kabupaten tersebut. Sampai dengan saat ini telah disusun Rencana Detail Tata Ruang pada KSK tersebut. Adapun program yang telah dicapai dengan membuka akses pengembangan usaha ekonomi pada kawasan-kawasan tersebut dan pengembangan kawasan perumahan permukiman pada kawasan-kawasan tersebut, namun tetap diikuti dengan pengendalian tata ruang. Selain kawasan pada koridor jalan arteri nasional, juga ditetapkan sebagai KSK adalah kawasan agropolitan meliputi Kawasan Agropolitan Borobudur, Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, dan Agropolitan Sumbing. Untuk mendukung perwujudan agropolitan, telah disusun Masterplan Agropolitan sebagai dokumen acuan dan atau road map dalam penganggaran dan pelaksanaan program. Selanjutnya Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut pandang sosial budaya. Kawasan strategis sosial dan budaya di Kabupaten Magelang adalah Kawasan Borobudur dan sekitarnya. Untuk mewujudkannya Pemerintah Kabupaten Magelang berkoordinasi aktif dengan Pemerintah Provinsi dan Pusat karena juga sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN). Pada saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur dan sekitarnya yang diharapkan pada tahun-tahun berikutnya dapat teranggarkan program-program untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di kawasan Borobudur dan sekitarnya. II-45

46 Sedangkan untuk Kawasan Strategis Fungsi Daya Dukung Lingkungan Hidup, ditetapkan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu dan Kawasan DAS Mikro pada sub DAS Progo Hulu. Untuk menjaga kelestariannya Pemerintah Kabupaten Magelang mengendalikan secara ketat terhadap penutupan lahan pada kawasan atau area yang ditetapkan sebagai daerah tangkapan dan resapan air Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Magelang rawan terhadap bencana alam khususnya bencana gunung berapi dan gerakan tanah. Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Magelang merupakan konsekuensi dari kondisi morfologi, geologi, hidrologi wilayah dan keberadaan gunung Merapi. Ancaman bencana oleh faktor alam yang pernah terjadi di Kabupaten Magelang adalah: a) Tanah longsor di 17 kecamatan. b) Banjir di aliran sungai terutama Sungai Progo dan Sungai Elo. c) Banjir lahar hujan di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi. d) Angin lesus/puting beliung yang sering terjadi di 13 kecamatan. e) Kekeringan/krisis air bersih di 10 kecamatan (kemarau panjang) sedangkan pada musim kemarau pendek terjadi krisis air bersih di 3 kecamatan (6 desa), yaitu Kecamatan Kajoran (Kwaderan, Wonogiri), Kecamatan Salaman (Margoyoso dan Sriwedari), Kecamatan Borobudur (Kenalan dan Sambeng). f) Kebakaran hutan. g) Letusan Gunung Merapi, 3 (tiga) kecamatan berada di KRB III. Posisi Kabupaten Magelang yang dikelilingi oleh beberapa gunung api dan salah satunya masih aktif memberikan konsekuensi munculnya bencana alam seperti letusan gunung berapi yaitu Gunung Merapi. Sebagian wilayah Kabupaten Magelang masuk dalam wilayah KRB I, KRB II, dan KRB III, dengan perincian sebagai berikut: KRB III, 3 kecamatan, 19 desa: 1) Kecamatan Srumbung di 8 desa (Kaliurang, Kemiren, Tegalrandu, Mranggen, Srumbung, Kamongan, Nglumut, Ngablak, Ngargosoko); 2) Kecamatan Dukun di 8 desa (Kalibening, Keningar, Sumber, Krinjing, Sengi, Mangunsuko, Sewukan, Ngargomulyo, Paten); 3) Kecamatan Sawangan di 3 desa (Wonolelo, Ketep, Kapuhan). KRB II, 3 kecamatan, 21 desa: II-46

47 1) Kecamatan Srumbung (Bringin, Kamongan, Kradenan, Banyuadem, Pucanganom, Pandanretno, Jerukagung, Sudimoro, Polengan); 2) Kecamatan Dukun (Wates, Banyudono, Banyubiru, Dukun, Ngadipuro, Mangunsuko); 3) Kecamatan Sawangan (Krogowanan, Sawangan, Gondowangi). KRB I, 5 kecamatan, 24 desa: 1) Kecamatan Dukun (Ketunggeng); 2) Kecamatan Ngluwar di 5 desa (Blongkeng, Pakunden, Bligo, Somokaton, Ngluwar); 3) Kecamatan Mungkid di 4 desa (Pabelan, Progowati, Ngrajek, Bojong); 4) Kecamatan Salam di 8 desa (Salam, Mantingan, Sucen, Kadiluwih, Gulon, Jumoyo, Seloboro, Sirahan); 5) Kecamatan Muntilan di 7 desa (Muntilan, Ngawen, Gunungpring, Tamanagung, Gondosuli, Adikarto, Keji). Sumber: RTRW Kabupaten Magelang, Gambar 2.6. Peta Rawan Bencana di Kabupaten Magelang II-47

48 Selain itu, sebagian besar wilayah Kabupaten Magelang mempunyai kedalaman tanah >60 cm. Tanah yang cukup tebal dan kelerengan sebagian besar wilayah Kabupaten Magelang >15% dan curah hujan cukup tinggi menyebabkan Kabupaten Magelang rawan terhadap bencana gerakan tanah. Untuk bencana gerakan tanah sebagian wilayah Kabupaten Magelang juga masuk dalam wilayah rawan gerakan tanah tingkat tinggi, tingkat menengah sampai dengan tingkat sangat rendah. Sumber: Analisis Indikator Kinerja Pembangunan Daerah, 2013 Gambar 2.7. Peta Kedalaman Tanah di Kabupaten Magelang II-48

49 Sumber: RTRW Gambar 2.8. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Magelang Sumber: RTRW, Gambar 2.9. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Magelang II-49

50 Sumber: RTRW, Gambar Peta Sistem Perkotaan Kabupaten Magelang Berdasarkan peta diatas, Secara rinci dapat dijelaskan bahwa Kabupaten Magelang terbagi ke dalam Sistem Pusat Pelayanan Perkotaan yaitu sebagai berikut: A. SISTEM PERKOTAAN 1. Pengembangan PKL, yaitu: a. Kawasan Perkotaanungkid; b. Kawasan Perkotaan Muntilan; c. Kawasan Perkotaan Mertoyudan; d. Kawasan Perkotaan Borobudur yang mengacu pada Kawasan Strategis Nasional (KSN) Borobudur; dan e. Kawasan perkotaan Secang. 2. Pengembangan PPK, yaitu: a. Ibukota Kecamatan Salaman; b. Ibukota kecamatan Grabag; c. Ibukota Kecamatan Salam; d. Ibukota Kecamatan Sawangan; e. Ibukota kecamatan Bandongan; dan f. Ibukota Kecamatan Tegalrejo. II-50

51 3. Pengembangan PPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (4) huruf c, meliputi: a. Ibukota Kecamatan Ngablak; b. Ibukota Kecamatan Pakis; c. Ibukota Kecamatan Windusari; d. Ibukota kecamatan Kaliangkrik; e. Ibukota Kecamatan Kajoran; f. Ibukota Kecamatan Tempuran; g. Ibukota Kecamatan Candimulyo; h. Ibukota Kecamatan Dukun; i. Ibukota Kecamatan Srumbung; dan j. Ibukota Kecamatan Ngluwar. 4. Berdasarkan potensi pertanian dan pariwisata, terdapat pusat-pusat pertumbuhan sebagai berikut: a. Pusat pertumbuhan Kota Mungkid, yang didukung oleh wilayah Kecamatan Borobudur, Mungkid, Mertoyudan, Salaman dan Tempuran diprioritaskan sebagai: - pusat pengembangan wisata budaya; dan - pusat pengembangan desa wisata dengan mengarahkan pada upaya pembibitan tanaman dan upaya konservasi lingkungan. b. Pusat pertumbuhan Kaliangkrik, yang didukung oleh wilayah Kecamatan Kaliangkrik, Windusari, Kajoran dan Bandongan diprioritaskan sebagai: - pusat penghasil tanaman padi dan hortikultura; - pusat pengembangan wisata alam; dan - pusat pemasaran olahan pertanian daerah ke arah Kabupaten Temanggung dan Wonosobo. c. Pusat pertumbuhan Tegalrejo, yang didukung oleh wilayah Kecamatan Tegalrejo, Secang, Candimulyo, Grabag, Pakis dan Ngablak diprioritaskan sebagai: - pusat penghasil dan pemasaran tanaman sayuran dan bunga; - pusat pengembangan peternakan sapi potong dan ayam potong; dan - pusat penelitian bidang pertanian (Sekolah Tinggi Pertanian di Kecamatan Tegalrejo). II-51

52 d. Pusat pertumbuhan Dukun, yang didukung oleh wilayah Kecamatan Dukun, Sawangan, dan Srumbung diprioritaskan sebagai: - pusat perdagangan hasil pertanian kawasan agropolitan Merapi- Merbabu Pasar Sewukan); dan - pusat penghasil salak Nglumut. e. Pusat pertumbuhan Salam, yang didukung oleh wilayah Kecamatan Salam, Muntilan, dan Ngluwar diprioritaskan sebagai: - pusat pemasaran hasil pertanian skala regional (antarkabupaten), nasional (antarprovinsi); dan - pusat rest area daerah wisata. B. SISTEM PERDESAAN Pengembangan desa pusat pertumbuhan dilakukan dengan menumbuhkan banyak pusat kegiatan dengan prioritas pengembangan sektor pertanian, pariwisata dan industri kecil menengah sebagai desa pusat pertumbuhan Yaitu: - Desa Salamkanci, Kecamatan Bandongan; - Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur; - Desa Giyanti, Kecamatan Candimulyo; - Desa Sewukan, Kecamatan Dukun; - Desa Losari dan Cokro, Kecamatan Grabag ; - Desa Sambak, Kecamatan Kajoran; - Desa Beseran, Kecamatan Kaliangkrik; - Desa Bondowoso dan Kalinegoro, Kecamatan Mertoyudan; - Desa Paremono, Kecamatan Mungkid; - Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan; - Desa Tejosari, Kecamatan Ngablak; - Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar; - Desa Kaponan, Kecamatan Pakis ; - Desa Gulon, Kecamatan Salam; - Desa Kalisalak dan Krasak, Kecamatan Salaman; - Desa Ketep, Kecamatan Sawangan; - Desa Pucang, Kecamatan Secang; - Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung; II-52

53 - Desa Banyuurip, Kecamatan tegalrejo; - Desa Bawang, Kecamatan Tempuran; dan - Desa Banjarsari, Kecamatan Windusari Kelembagaan Pemerintah Daerah Dalam melaksanakan tugas pemerintahan, Bupati Kabupaten Magelang dibantu oleh seperangkat institusi Pemerintah Daerah yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda namun terorganisir dan merupakan suatu kesatuan, dengan rincian Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Bagan organisasi Pemerintah Kabupaten Magelang dapat dilihat pada gambar berikut. Adapun institusi pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi terkait dengan sanitasi diantaranya : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; Badan Lingkungan Hidup; Dinas Kesehatan; Dinas Pekerjaan umum dan ESDM II-53

54 Sumber: Pemerintahan Kabupaten Magelang, 2015 Gambar Struktur Pemerintahan Kabupaten Magelang II-54

55 Sumber: SK Pokja AMPL, 2015 Gambar SKPD Yang Membidangi Pengelolaan Sanitasi di Kabupaten Magelang II-55

56 2.2. Kemajuan pelaksanaan SSK SSK adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi tentang potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK Kabupaten Magelang merupakan penjabaran dari strategi sanitasi yang memuat empat sub sektor pilar utama sanitasi yaitu sub sektor air limbah domestik, sub sektor persampahan, sub sektor drainase, dan sub sektor PHBS. Penyusunan dokumen SSK Kabupaten/Kota ini berdasarkan Buku Putih Sanitasi (BPS) di mana BPS sebagai dokumen yang memuat data dasar kondisi sanitasi Kabupaten/Kota saat ini. Kedudukan SSK diantara dokumen perencanaan di bidang sanitasi lainnya yang terdapat di Kabupaten Magelang adalah sebagai pelengkap dan penyempurna dokumen-dokumen perencanaan bidang sanitasi yang telah ada Air Limbah Domestik Di dalam sub sektor Air Limbah Domestik, terdapat beberapa tujuan dan sasaran, strategi serta kemajuan pelaksanaan saat ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. SSK (periode sebelumnya) Thn 2013 Thn 2017 SSK (saat ini) Tujuan Status saat ini Data dasar* Status saat ini (1) (2) (3) (4) Tercapainya peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah dengan terwujudnya sarana prasarana sesuai standart baku mutu Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban keluarga dari 49,82 % menjadi 54 % pada tahun 2017 Terbangunnya sarana prasarana air limbah domestik keluarga 2017 Melakukan usaha teknik setempat seperti STBM dan on site sistem akibat keterbatasan teknologi karena belum dimilikinya IPLT dan IPAL serta belum meratanya pelayanan Meningkatkan peran, koordinasi, sinergi, SDM SKPD terkait dalam mengatasi masalah limbah melalui sosialisasi dan promosi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berbudaya PHBS Mengoptimalkan anggaran yang ada dalam APBD untuk mengatasi permasalahan limbah domestik akibat pertumbuhan dan II-56

57 SSK (periode sebelumnya) Thn 2013 Thn 2017 SSK (saat ini) Tujuan Status saat ini Data dasar* Status saat ini (1) (2) (3) (4) Meningkatnya cakupan pengolahan limbah domestik skala kota dari 0 % menjadi 5 % pada tahun 2017 Terbangunannya sarana prasarana air limbah domestik komunal 2017 persebaran penduduk yang tinggi dan miskin serta adanya daerah rawan bencana Membentuk dan membina kelompok pengelola sarana prasarana air limbah di lingkungan permukiman yang memungkinkan Meningkatkan pelayanan limbah domestik dengan mengusahakan terbangunnya IPAL skala kota dan IPLT Sumber: Review BPS SSK Persampahan Di dalam sub sektor Persampahan, terdapat beberapa tujuan dan sasaran, strategi serta kemajuan pelaksanaan saat ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. SSK (periode sebelumnya) Thn 2013 Thn 2017 SSK (saat ini) Tujuan Status saat ini Data dasar* Status saat ini (1) (2) (3) (4) Melakukan usahausaha diversifikasi akibat terbatasnya jumlah dan kapasitas TPA serta teknologi yang masih open dumping sehingga pengelolaan sampah menjadi terpadu Meningkatkan kapasitas kelembagaan Tercapainya pelayanan dan sehingga SDM yang Meningkatkan dan pengelolaan sampah Terangkutnya ada mampu melakukan mewujudkan perkotaan dari 7 kecamatan timbunan sampah di diversifikasi meskipun pemenuhan kebutuhan menjadi 10 kecamatan 10 ibukota kecamaan dalam keterbatasan sarana prasarana tahun 2017 personil dan sarana persampahan yang prasarana sehingga sesuai dengan mutu dan mampu melayani standrat yang berlaku masyarakat dan melakukan kampanye kepada masyarakat umum dan sekolah tentang pentingnya pengelolaan sampah Mengoptimalkan penerangan dan Meningkatnya layanan persampahan di hilir dengan mengganti TPA open dumping yang telah Beralihya pemrosesan akhir sampah dari TPA open dumping ke pembinaan kepada masyarakat tentang usaha 3R sehingga wilayah yang belum II-57

58 SSK (periode sebelumnya) Thn 2013 Thn 2017 SSK (saat ini) Tujuan Status saat ini Data dasar* Status saat ini (1) (2) (3) (4) penuh dengan TPA regional yang controll landfill tahun 2017 TPA regional yang control landfill dapat dilayani mampu melakukan penanganan sampah secara mandiri Menyelenggarakan pemantauan,evaluasi pengendalian dan pelaporan terhadap program dan kegiatan pengelolaan persampahan yang dilaksanakan di kabupaten magelang Sumber: Review BPS SSK Drainase Di dalam sub sektor Drainase, terdapat beberapa tujuan dan sasaran, strategi serta kemajuan pelaksanaan saat ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. SSK (periode sebelumnya) Thn 2013 Thn 2017 SSK (saat ini) Tujuan Status saat ini Data dasar* Status saat ini (1) (2) (3) (4) Tersedianya sarana Penertiban jaringan drainase yang tertutup bangunan untuk mengoptimalkan kapasitas jaringan supaya tidak over load Mengoptimalkan pengelolaan system drainase permukiman dengan menyediakan sarana prasarana drainase lingkungan yang terpadu Menyusun masterplan drainase perkotaan dari Terbangunnya drainase bagi IKK yang belum Meningkatkan dan cakupan 12 % menjadi permukiman memiliki untuk mewujudkan 15,5 % tahun 2017 mengatasi terjadinya pemenuhan genangan di musim kebutuhan sarana hujan dan terjadinya prasarana drainase penyumbatan jaringan yang sesuai dengan Memperkuat kapasitas mutu dan standrat kelembagaan dengan yang berlaku meningkatkan kemampuan SDM dan memperjelas wewenang pengaturan untuk mengatasi masalah drainase Mengoptimalkan anggaran yang ada untuk melakukan pemeliharaan jaringan dengan melibatkan partisipasi masyarakat dengan cara swadaya memelihara saluran dari sampah II-58

59 SSK (periode sebelumnya) Thn 2013 Thn 2017 SSK (saat ini) Tujuan Status saat ini Data dasar* Status saat ini (1) (2) (3) (4) Tersusunnya rencana induk drainase dari 8 kecamatan menjadi 21 kecamata tahun 2017 Tersedianya data base/sisitem informasi drainase Menyelenggarakan pemantauan, evaluasi, pengendalian dan pelaporan terhadap program dan kegiatan pengelolaan drainase Meningkatkan pembinaan kelompok masyarakat dalam mengelola dan memelihara drainase di lingkungan masingmasing Sumber: Review BPS SSK Pengelolaan PHBS dan Promosi Higiene Di dalam sub sektor PHBS dan promosi Higiene, terdapat beberapa tujuan dan sasaran, strategi serta kemajuan pelaksanaan saat ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. SSK (periode sebelumnya) Thn 2013 Thn 2017 SSK (saat ini) Tujuan Status saat ini Data dasar* Status saat ini (1) (2) (3) (4) Mengoptimalkan program promosi kesehatan melalui posyandu untuk mengurangi penularan penyakit berbahaya dan mengurangi perilaku masyarakat Tercapainya kebiasaan Meningkatnya masyarakat akibat buang sampah cuci tangan pakai sabun pengadopsi cuci tangan sembarangan dari 47 % menjadi 60 % pakai sabun Mengoptimalkan Tahun 2017 program promosi kesehatan dan memaksimalkan Meningkatnya kesadaran dan peran serta masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat pelaksanaan posyandu untuk promosi cuci tangan pakai sabun dan mengurangi penderita gizi buruk dalam masyarakat Mendayagunakan program promosi kesehatan untuk sosialisasi tentang buang sampah sembarangan dan penyadaran tentang bahaya BAB di sungai/ saluran drainase Melakukan promosi Tercapainya peningkatan Meningkatnya jumlah kesehatan untuk akses masyarakat kepada masyarakat stop buang memicu kesadaran jamban sehat menjadi 80 air besar sembarangan masyarakat dalam % pada tahun 2017 melaksanakan sanitasi II-59

60 SSK (periode sebelumnya) Thn 2013 Thn 2017 SSK (saat ini) Tujuan Status saat ini Data dasar* Status saat ini (1) (2) (3) (4) total berbasis masyarakat Mengoptimalkan program jambanisasi untuk mencegah BAB di sungai/ saluran drainase Sumber: Review BPS SSK Profil Sanitasi Saat Ini Pembangunan di Kabupaten Magelang dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan yang berkelanjutan agar mekanisme pengelolaan, pemanfaatan sumber daya yang ada diharapkan akan bermuara kepada kualitas lingkungan yang memenuhi standar kehidupan. Persoalan penting yang memerlukan prioritas penanganan dalam peningkatan kualitas lingkungan adalah pengelolaan sanitasi, baik sanitasi dalam kedudukan sebagai salah satu kegiatan sektoral yang menjadi bagian dari program pengelolaan lingkungan maupun sanitasi sebagai bagian dari sistem pengembangan kawasan di wilayah permukiman. Seiring dengan aktifitas pembangunan yang meningkat dengan bertambahnya penduduk akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik maka akan dapat menimbulkan masalah di bidang sanitasi. Hal ini akan menyebabkan adanya pencemaran lingkungan, menurunnya kualitas lingkungan dan estetika serta kemungkinan timbulnya penyakit sehingga merugikan masyarakat di sekitarnya. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Magelang telah berupaya meningkatkan sanitasi lingkungan baik dalam bentuk sarana dan prasarana fisik maupun bentuk pemberdayaan masyarakat. Secara umum kondisi sanitasi Kabupaten Magelang dapat diuraikan sebagai berikut : Air Limbah Domestik 1. Sistem dan infrastruktur Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan satu salah tolak ukur dari Kualitas pelayanan kesehatan yang wajib dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Magelang untuk selalu di upayakan kearah perbaikan sehingga akan memberikan kesejahteraan masyarakatnya khususnya masyarakat miskin dan tidak mampu. Hal ini tentunya tidak hanya mengendalakn dari pemerintah saja, namun peran serta II-60

61 swasta dan masyarakat juga diperlukan baik dari sisi perencanaan, penyediaan sarana prasarana maupun pengelolaan pemeliharannya agar tercapai kehidupan yang sehat dan berkualitas. Secara umum Air limbah domestik terdiri dari 2 jenis, yaitu grey water (air bekas mandi dan cuci) serta black water (tinja). Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Kendal terdapat 2 sistem, yaitu sistem individu dan sistem komunal. Sistem individu adalah sistem pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat di rumah masing-masing, baik menggunakan septik tank maupun cubluk. Sedangkan sistem komunal adalah sistem pengelolaan air limbah yang dikelola secara kelompok (KSM), baik berupa sistem perpipaan maupun MCK komunal. Secara umum limbah tinja di Kabupaten Magelang belum dikelola dengan baik, banyak masyarakat yang masih membuang air limbah langsung ke saluran drainase, perkebunan, lading maupun tempat lain yang dirasa memungkinkan. Masyarakat bahkan masih ada yang melakukan BABs di sungai secara langsung. Beberapa desa sudah telayani dengan sistem ipal komunal, MCK, septiktank individu maupun jamban bersama, namun demikian Sarana dan Prasarana pengelolaan masih terbatas pada skala rumah tangga saja dan masih belum tersebar secara merata. Sistem IPAL kawasan skala besar juga belum terdapat di Kabupaten Magelang hal ini karena keterbatasan lahan.sedangkan untuk pengelolaan lumpur tinja Kabupaten Magelang belum memiliki IPLT sehingga cenderung mengandalkan pembuangan melalui resapan tanah. Secara umum pengelolaaan air limbah di Kabupaten Magelang tidak jauh berbeda dengan wilayah yang lainnya yaitu sebagai berikut: Tabel Diagram Sistem Sanitasi Air limbah domestic Sumber: Review BPS SSK II-61

62 Secara rinci cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestiki per kecamatan di Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut Tabel Cakupan Layanan Akses Sistem Air Limbah Nama Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak BABS* Sistem Onsite Sistem Berbasis Komunal Sistem Offsite Skala Kawasan / terpusat No Kecamatan (KK) WILAYAH PERDESAAN Cubluk***, jamban tidak aman** Cubluk aman/ Jamban keluarga dgn tangki septik aman MCK /Jamban Bersama MCK Komunal**** Tangki Septik Komunal > 10 KK IPAL Komunal Sambungan Rumah yg berfungsi (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) Salaman 5, ,673 1, Ngluwar 3, , Srumbung 4, , Dukun 5,486 1,134 5, Sawangan 4, ,758 1, Candimulyo 2,006 4,434 3,944 1, Tempuran 3, ,289 1, Kajoran 5,132 1,443 6,617 1, Kaliangkrik 1,665 3,231 7,794 1, Pakis 1,375 1,783 7,874 2, Salam 3, , Bandongan 3,645 1,954 8, Windusari 1,343 2,756 6,344 1, Tegalrejo 1, ,533 1, Grabag 2,339 1,465 14,724 2, II-62

63 Nama Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak BABS* Sistem Onsite Sistem Berbasis Komunal Sistem Offsite Skala Kawasan / terpusat No Kecamatan (KK) Cubluk***, jamban tidak aman** Cubluk aman/ Jamban keluarga dgn tangki septik aman MCK /Jamban Bersama MCK Komunal**** Tangki Septik Komunal > 10 KK IPAL Komunal Sambungan Rumah yg berfungsi (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) Ngablak 687 2,106 5,677 2, WILAYAH PERKOTAAN Borobudur 2, ,823 2, Muntilan 5,011 1,258 12,376 1, Mungkid 5, , Mertoyudan 1, ,146 1, Scang 2, ,229 1, Sumber: Instrumen Profil, 2015 II-63

64 Tabel Cakupan Layanan Sarana Prasarana NO Kecamatan Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Jumlah unit MCK Jumlah unit IPAL Komunal Jumlah unit Tangki Septik Komunal (>10 SR) Sistem Komunal (Communal based System) Total Unit Jumlah KK yang terkoneksi ke MCK Jumlah KK yang terkoneksi ke IPAL Komunal Jumlah KK yang terkoneksi ke Tangki Septik Komunal (>10 SR) Total ,288 1, ,493 1 Salaman Borobudur Ngluwar Salam Srumbung Dukun Muntilan Mungkid Sawangan Candimulyo Mertoyudan Tempuran Kajoran Kaliangkrik Bandongan Windusari Secang Tegalrejo Pakis Grabag Ngablak Sumber: Instrumen Profil, 2015 Total KK II-64

65 Tabel No Jenis Satuan Kondisi Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik Jumlah/ Kondisi Kapasitas Berfungsi Tdk berfungsi Keterangan (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) SPAL Setempat (Sistem Onsite) 1 Berbasis komunal - MCK Komunal unit 16 v 2 Truk Tinja unit 3 IPLT : kapasitas M3/hari SPAL Terpusat (Sistem Offsite) 1 Berbasis komunal - Tangki septik komunal >10KK unit - IPAL Komunal unit 16 v 2 IPAL Kawasan/Terpusat - kapasitas M3/hari - sistem Sumber : DPU ESDM, 2015 Dimanfaatkan dan dioperasionalkan oleh masyarakat namun belum optimal Dimanfaatkan dan dioperasionalkan oleh masyarakat namun belum optimal Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa Secara umum sarana prasana pengelolaan air limbah yang sudah dibangun di Kabupaten Magelang telah berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat.namun demikian masih pelayanannya masih belum merata di seluruh wilayah Kabupaten Magelang. II-65

66 NO NAMA IPAL KOMUNAL Alamat Tabel LOKASI Kecamatan Desa Dusun Sarpras Pengolahan Air Limbah KAPASITAS TERBANGUN (PxLxT/m3)/m2 JUMLAH KK/JIWA TERLAYANI PROGRAM NAMA PAGUYUBAN PENGELOLA (KSM) MCK DAN IPAL 2006 MCK DAN IPAL 2007 IPAL KOMUNAL 2008 MCK DAN IPAL 2008 IPAL KOMUNAL 2009 MCK DAN IPAL 2009 Kecamatan Muntilan Kelurahan Muntilan Kampung Kaweron 25 m3 250 JIWA SANIMAS BAROKAH Kecamatan Dusun Mungkid Desa Bojong Karanggondang 25 m3 250 JIWA SANIMAS GUYUB RUKUN Kecamatan Desa Dusun Gatak Muntilan Pucungrejo Gamol 25 m3 250 JIWA SANIMAS GAMOL BERSERI Kecamatan Desa Muntilan Gunungpring Dusun Nepen 25 m3 250 JIWA SANIMAS DAK TERATE Kecamatan Dusun SUMBER Secang Desa Pucang Karangkulon 30 m3 300 JIWA SANIMAS MANFAAT Kecamatan Borobudur Desa Bumiharjo Dusun Sigug 25 m3 250 JIWA SANIMAS DAK BAROKAH IPAL KOMUNAL 2010 Kecamatan Secang Desa Madusari Dusun Kembangan 30 m3 300 JIWA SLBM DAK KEMBANGSARI IPAL Kecamatan KOMUNAL 2010 Grabag Desa Grabag Dusun Sawahan 30 m3 300 JIWA SLBM DAK REKIY IPAL Kecamatan Desa Dusun KOMUNAL 2010 Bandongan Bandongan Karangkulon 30 m3 300 JIWA SLBM DAK AMANAH MCK MIX IPAL Kecamatan Desa Dusun KOMUNAL 2010 Muntilan Pucungrejo Karangrejo 30 m3 300 JIWA SLBM DAK AN NADLOFAH MCK DAN Kecamatan IPAL 2010 Tegalrejo Desa Tegalrejo Dusun Dlimas 7.5 m3 75 JIWA SANIMAS MANUNGGAL MCK DAN Desa IPAL 2010 Kecamatan Dukun Kalibening Dusun Windusari 7.5 m3 75 JIWA SANIMAS ANUGRAH MCK DAN Kecamatan IPAL 2010 Mungkid Desa Paremono Dusun Paremono 7.5 m3 75 JIWA SANIMAS PANJI GUNA MCK DAN Kecamatan Dusun Nepak- ANGGREK IPAL 2010 Mertoyudan Desa Bulurejo Karet 7.5 m3 75 JIWA SANIMAS PUTIH II-66

67 NO NAMA IPAL KOMUNAL Alamat LOKASI Kecamatan Desa Dusun KAPASITAS TERBANGUN (PxLxT/m3)/m2 JUMLAH KK/JIWA TERLAYANI PROGRAM NAMA PAGUYUBAN PENGELOLA (KSM) MCK DAN IPAL 2010 Kecamatan Tempuran Desa Sidoagung Dusun Meteseh 7.5 m3 75 JIWA SANIMAS MH IPAL Kecamatan Desa SUMBER KOMUNAL 2011 Ngablak Sumberejo Dusun Klabaran 35 m3 350 JIWA SLBM DAK MAKMUR IPAL KOMUNAL 2011 Kecamatan Dukun Desa Dukun Dusun Banggalan 35 m3 350 JIWA SLBM DAK IKLAS IPAL KOMUNAL 2011 Kecamatan Grabag Desa Grabag Dusun Krajan II 35 m3 350 JIWA SLBM DAK MARSUDI UTAMANING MASYARAKAT MCK MIX IPAL Kecamatan Desa Dusun Mranggen KOMUNAL 2011 Kajoran Mranggen Kulon 35 m3 350 JIWA SLBM DAK KUNCUP MEKAR MCK DAN Kecamatan IPAL 2011 Salaman Desa Ngadirejo Dusun Pendem 35 m3 350 JIWA SLBM DAK AL MATHHAR MCK DAN Kecamatan Kelurahan Lingkungan SECANGKRING IPAL 2011 Secang Secang Secang Atas 35 m3 350 JIWA SLBM DAK GEMILANG IPAL Kecamatan Dusun KOMUNAL 2012 Ngablak Desa Ngablak Bandongan Kulon 40 m3 450 JIWA SLBM DAK MARGO DADI IPAL Kecamatan Dusun KOMUNAL 2012 Secang Desa Madusari Kembangan 40 m3 450 JIWA SLBM DAK ANUGRAH IPAL Kecamatan Dusun KOMUNAL 2012 Mungkid Desa Ngrajek Nglaseman 40 m3 450 JIWA SLBM DAK SIDO MILI IPAL Kecamatan KOMUNAL 2012 Kajoran Desa Sidorejo Dusun Burikan 40 m3 450 JIWA SLBM DAK NGUDI WARAS IPAL KOMUNAL 2013 Kecamatan Pakis Desa Pakis Dusun Bowongan 40 m3 450 JIWA SLBM DAK LOH JINAWI IPAL KOMUNAL Kecamatan Dusun Tepus DAN MCK 2013 Candimulyo Desa Surodadi wetan 40 m3 450 JIWA SLBM DAK DADI RUKUN IPAL Kecamatan GEMULING KOMUNAL 2013 Bandongan Banyuwangi Dusun Gemulung 40 m3 450 JIWA SLBM DAK CLING II-67

68 NO NAMA IPAL KOMUNAL Alamat LOKASI Kecamatan Desa Dusun KAPASITAS TERBANGUN (PxLxT/m3)/m2 JUMLAH KK/JIWA TERLAYANI PROGRAM NAMA PAGUYUBAN PENGELOLA (KSM) IPAL KOMUNAL 2014 IPAL 30 KOMUNAL 2014 IPAL 31 KOMUNAL 2014 IPAL 32 KOMUNAL 2014 Sumber : DPU ESDM, 2015 Kecamatan Muntilan Desa Sedayu Dusun Sedayu 40 m3 450 JIWA SLBM DAK IKHLAS SEJAHTERA Kecamatan Muntilan Desa Sokorini Dusun Curah 40 m3 450 JIWA SLBM DAK CURAH CERIA Kecamatan Ngablak Desa Kanigoro Dusun Trembel 40 m3 450 JIWA SLBM DAK NGUDI SEHAT Kecamatan Mungkid Desa Gondang Dusun Galokan 20 m3 200 JIWA SLBM DAK GUYUB RUKUN II-68

69 Berdasarkan rincian tabel diatas Peran serta masyarakat di Kabupaten Magelang dalam penanganan limbah cair masih terbatas pada kesadaran untuk hidup sehat dengan membangun jamban dan tangki septic sendiri tanpa bantuan pemerintah. Namun tingkat kesadaran masyarakat untuk menggunakan jamban rumah tangga maupun jamban umum masih rendah yang ditunjukkan dengan masih adanya sebagian masyarakat yang membuang limbah cair langsung dari toilet ke sungai maupun BABs. Beberapa sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pemerintah telah Dimanfaatkan dan dioperasionalkan oleh masyarakat namun belum optimal dimanfaatkan dan dioperasionalkan oleh masyarakat namun belum optimal. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat masih rendah. Masih rendahnya peran masyarakat dalam penanganan dan pengolahan air limbah ditunjukkan dari masih banyaknya warag yang melakukan BABs, persebaran kepemilikan jamban dan sarana sanitasi lainnya masih terbatas serta banyak di jumpai fasilitas umum yang sudah terbangun namun belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya jadi terkesan kurang terawat. Pemerintah Kabupaten Magelang telah melakukan kegiatan untuk mendorong Peran serta masyarakat dalam penangan pembangunan instalasi pengolahan limbah cair rumah tangga melalui program/proyek layanan yang berbasis masyarakat seperti Program Sanimas dan SLBM dari tahun 2006 sampai tahun 2014 yang berada di 32 lokasi baik menggunakan sistem ipal komunal maupun mck plus. II-69

70 Sumber: RISPAM, 2014 Gambar Peta Cakupan Akses Dan Sistem Layanan Air Limbah 2. Kelembagaan dan Peraturan Lembaga atau dinas yang mengelola limbah cair di Kabupaten Magelang adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Energi Sumber Daya Mineral serta Badan Lingkungan Hidup. Dinas-dinas tersebut mempunyai tugas dan wewenang dalam hal pelayanan kepada masyarakat tentang limbah tinja. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut: II-70

71 Dinas Pekerjaan Umum dan Energi Sumber Daya Mineral Kelompok Jabatan Fungsional Sekretariat Bidang Bina Marga Bidang Cipta Karya Bidang Pengairan Bidang Kebersihan dan Pertamanan Bidang ESDM Seksi Tata Bangunan & Tata Kota Seksi Penataan Ruang & Lahan Sumber: BPS SSK Seksi Permukiman Penyelenggara pengelolaan limbah domestik Gambar Struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Energi dan Sumber Daya Mineral BADAN LINGKUNGAN HIDUP Sekretariat Bidang Pengendalian Kerusakan dan Konservasi Lingkungan Hidup Bidang Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan Bidang Pengkajian Dampak dan Pengamanan Lingkungan Sumber: BPS SSK Sub Bidang Pengendalian Pencemaran Air Sub Bidang Pengendalian Pencemaran Udara, Limbah Padat & B3 Penyelenggara pengelolaan limbah domestik Gambar Struktur organisasi Badan Lingkungan Hidup II-71

72 Tabel Peta Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan Dan Pengelolaan Air Limbah Domestik Pemangku Kepentingan Fungsi Pemerintah Kabupaten Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah domestic skala kabupaten Menyusun rencana program air limbah domestic dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestic dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembangunan awal air limbah domestik Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (tangki Septik) Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septic ke IPLT (truk Tinja) Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa Kolektor) Membangun sarana IPLT atau IPAL PENGELOLAAN Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Mengelola IPLT atau IPAL Melakukan penarikan restribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestic dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecakkan kelengkapan utilitas teknis bangunaan (tangkiseptik,dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestic (pengakutan,personil,peralatan) dll Melakukan Sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestic skala kabupaten Melakukan Monitoring dan Evaluasi terhadap kepasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestic Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik Melakukan monitoring dan Evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik Sumber : Review BPS SSK II-72

73 Tabel Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Magelang Ketersediaan Pelaksanaan Keterangan Belum Tidak Peraturan Ada Tidak Efektif efektif efektif (sebutkan) ada dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan AIR LIMBAH DOMESTIK Target Capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestic di kabupaten Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestic Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembngan untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestic di hunian rumah Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestic di tempat usaha Kewajiban penyedotan air limbah domestic untuk masyarakat industry rumah tangga dan kantor pemilik tangki septic Restribusi penyedotan air limbah domestik Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestic bagi kegiatan permukiman usaha rumah tangga dan perkantoran Sumber : Review BPS SSK Persampahan 1. Sistem dan infrastruktur Pengelolaan sampah di Kabupaten Magelang ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang Kebersihan dan Pertamanan. Cakupan pelayanan pengelolaan sampah Kabupaten Magelang sampai saat ini masih melayani 7 kecamatan yang meliputi Kecamatan Muntilan, Kecamatan Mungkid, Kecamatan Borobudur, Kecamatan Salaman, Kecamatan Mertoyudan, Kecamatan Secang, II-73

74 Kecamatan Grabag. Selebihnya dikelola secara partisipasi masyarakat baik secara dibakar, ditimbun, maupun dikelola dengan membentuk kelembgaan pengelolaan sampah. Secara umum pengelolaaan persampahan di Kabupaten Magelang tidak jauh berbeda dengan wilayah yang lainnya yaitu sebagai berikut: Tabel Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Sumber: Review BPS SSK Secara umum pengelolaan sampah di Kabupaten Magelang diolah mulai dari dari sumber sampai pemrosesan akhir. Dari sumber, sampah dimasukkan ke wadah kemudian dikumpulkan dengan gerobak/motor sampah atau dump truck atau pick up menuju TPS atau KONTAINER. Selanjutnya sampah dibuang ke TPA dengan dump truck dan arm roll truck. Berdasarkan jenis kegiatannya, aspek teknis operasional ini dapat dibedakan atas sub-aspek pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pemrosesan akhir. 1. Pewadahan Pewadahan merupakan kegiatan memasukkan sampah dalam tempat sampah. Kegiatan pewadahan ini sebagai langkah awal dari upaya pengelolaan II-74

75 sampah yang penting dalam rangka memudahkan pengumpulan dan pengambilan. Jenis wadah yang digunakan di Kabupaten Magelang adalah tong plastik. Wadah tong plastik biasanya ditempatkan di tepi jalan dan di daerah dekat pemukiman warga. Sumber : Dokumentasi, 2014 Gambar Tempat Sampah Tong Plastik 2. Pengumpulan Pengumpulan adalah proses pengambilan sampah dari pewadahan sampah pada sumber timbulan sampah ke tempat pengumpulan sementara atau stasiun pemindah ataupun pengangkutan langsung ke lokasi pembuangan akhir. Termasuk dalam pekerjaan pengumpulan adalah penyapuan jalan. Berdasarkan lokasi pengumpulan yang dituju, pola pengumpulan dibedakan atas pengumpulan langsung dan pengumpulan tidak langsung. Pengumpulan langsung adalah sampah dikumpulkan secara langsung dari tempat sampah untuk diangkut ke lokasi pembuangan akhir. Pengumpulan tak langsung adalah kegiatan pengumpulan dari tempat sampah untuk kemudian dibawa ke TPS atau KONTAINER. Kegiatan pengumpulan langsung di Kabupaten Magelang dilakukan dengan mobil pick up sampah. Mobil sampah ini melayani sampah permukiman dan sebagai penyisir kebersihan sampah jalan. Jumlah mobil pick up sebanyak 11 unit. Kegiatan pengumpulan tidak langsung dilayani dengan gerobak dan motor sampah. Jumlah gerobak sampah adalah 21 unit, motor sampah sebanyak 8 unit.kendaraan-kendaraan tersebut melayani objek-objek seperti pasar, pertokoan, jalan, dan permukiman. Jam kerja berlangsung dua (2) shift. Shift pertama berlangsung dari pukul , shift kedua berlangsung dari pukul II-75

76 Termasuk dalam kegiatan pengumpulan adalah kegiatan penyapuan jalan. Frekuensi penyapuan jalan 2 kali sehari, yaitu pada pukul , dan dengan wilayah sapuan. Sumber : Dokumentasi, 2014 Gambar (a) mobil sampah (b) Gerobak Sampah (c) motor sampah(d) Bajaj 3. Pemindahan Pemindahan adalah kegiatan menampung sementara sampah dari kendaraan-kendaraan pengumpul. Jenis bangunan pemindah yang ada di Kabupaten Magelang antara lain adalah TPS (tempat penampungan sementara) dan KONTAINER. TPS adalah jenis bangunan pemindahan sampah berupa alas lantai yang dikelilingi tembok, tanpa dilengkapi dengan kontainer. Ukuran TPS bervariasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan lahan. Di Kabupaten Magelang ada 27 lokasi pelayanan yaitu Tape Ketan di Muntilan, Wonosari di Muntilan, Gunung Pring di Muntilan, Gatak Gamol di Muntilan, Sayangan di Muntilan, Sleko di Muntilan, Pasar Burung di Muntilan,.Ponalan di Muntilan,Taman Agung di Muntilan, Pasar Sayur di Muntilan,Pasar Gedhe di Muntilan,Blambangan Blabak di Mungkid,.Pasar Blabak di Mungkid,Blondo di Mungkid, Setda Kab.Magelang, Borobudur 1,Borobudur 2, Salaman, Mertoyudan 1, Mertoyudan 2, Mertoyudan 3, Secang 1, Secang 2, Grabag 1, Grabag 2, Ketep Sawangan, Payaman Secang. Unit pemindah berupa kontainer dan bangunan dengan jumlah tertentu dan pengaturan penjadwalan. II-76

77 Sumber : Dokumentasi, 2014 Gambar (a)tps, (b) Kontainer 4. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari wadah sampah atau unit pemindah menuju ke lokasi pembuangan. Kegiatan yang mengambil sampah dari wadah sampah menuju lokasi pembuangan disebut pengangkutan langsung. Jenis kendaraan yang dipakai berupa dump truk, atau pick up sampah. Kegiatan mengambil sampah dari unit pemindah (TPS atau KONTAINER) disebut pengangkutan tak langsung. Armada yang digunakan biasanya berupa arm roll. Jenis kendaraan yang digunakan untuk pelayanan sampah di Kabupaten Magelang berupa dump truck, arm roll truck, dan pick up. Jumlah total keempat jenis armada pengangkut tersebut 11 unit yang kesemuanya layak beroperasi. Lokasi pool kendaraan berada di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Magelang. II-77

78 Sumber : Dokumentasi, 2014 Gambar (a) Dump Truck (b) Arm roll Truck (c) Pick up 5. Pemrosesan Akhir Setelah proses pewadahan dan pengumpulan, sampah perlu diangkut ke tempat pemrosesan akhir yang aman serta tidak mengganggu lingkungan, baik setelah dilakukan pengolahan antara (pembuangan residu) maupun tanpa diolah terlebih dahulu. Dengan demikian tujuan pemrosesan akhir sampah adalah untuk memproses sampah domestik atau yang diklasifikasikan sejenis ke suatu tempat pemrosesan terakhir, jauh dari permukiman serta tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Upaya pengelolaan yang dimaksud berupa penimbunan dengan tanah, pemasangan pipa gas, pengolahan air lindi, beserta penyemprotan insektisida untuk mengendalikan populasi serangga. Penimbunan tanah dimaksudkan untuk mengendalikan populasi tikus dan serangga serta mencegah penyebaran bau. Semakin sering frekuensi penimbunan sampah semakin baik. Pemasangan pipa gas ditujukan untuk mencegah akumulasi gas metan (CH4 ) dalam lapisan sampah. Gas metan perlu dikendalikan karena gas ini memacu ledakan. Pengolahan lindi dilakukan upaya air lindi yang terbentuk tidak mencemari air tanah dan badan air II-78

79 terdekat. Tempat Pemrosesan Akhir Sampah di Kabupaten Magelang diberi nama TPA Pasuruhan dan TPA Klegen Sumber : Dokumentasi, 2014 II-79

80 Sumber : Dokumentasi, 2014 II-80

81 Tabel Timbulan sampah per kecamatan Nama Jumlah Penduduk Volume Timbulan Sampah Kecamatan Wilayah perkotaan Wilayah perdesaan Total Wilayah perkotaan Wilayah perdesaan Total orang orang orang (%) (M3/hari) (%) (M3/hari) (%) (M3/hari) Salaman Borobudur Ngluwar Salam Srumbung Dukun Muntilan Mungkid Sawangan Candimulyo Mertoyudan Tempuran Kajoran Kaliangkrik Bandongan Windusari Scang Tegalrejo Pakis Grabag Ngablak Total Asumsi 1 orang=0.372 kg/hr 1kg=1.12lt 1lt=0.98kg 1lt = 1/1000 m3 Sumber : Kajian Timbulan Sampah BLH, 2014 Beberapa sarana dan prasarana sampai saat ini masih berfungsi dnegan baik, adapun kerusakan masih dalam kategori ringan dan keberadaanya dipelihara dengan baik. Adapun secara lebih rinci jumlah sarana prasarana pengelolaan sampah dapat dilihat sebagai berikut II-81

82 No Jenis Prasarana / Sarana Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan Satuan Jumlah/ luas total terpakai Kapasitas / daya tampung * M3 Ritasi/ hari Baik Kondisi Rusak ringan Rusak Berat Pengelola 1 Pengumpulan Setempat 2 Gerobak Sampah 21 unit 2 2 v DPU ESDM Motor Sampah 8 unit 2 DPU ESDM Mobil Sampah 11 unit 8 2 v v DPU ESDM Bajaj Sampah 5 unit 3 2 v DPU ESDM Penyapu 94 orang 1 DPU ESDM Tempat Penampungan Sementara (TPS) - Bak sampah (beton/kayu/fiber) unit - - Container 27 unit 6 - v DPU ESDM - Transfer Stasiun unit - - SPA (Stasiun Peralihan Antara) 3 Pengangkutan unit - Dump Truck 4 unit DPU ESDM Arm Roll Truck 5 unit v v DPU ESDM Pickup 2 unit v DPU ESDM Bajaj 5 unit v DPU ESDM 4 Pengolahan Sampah Sistem 3R unit - Bank Sampah 27 lokasi Incinerator - Luas total TPA yg terpakai unit 2.2 Ha v DPU ESDM - Luas sel Landfill Ha - - Daya tampung (M3/ha TPA ri) Sumber, kajian Timbulan Sampah, BLH DPU ESDM Sedangkan untuk TPS di Kabupaten Magelang memiliki 27 TPS yang tersebar di 7 kecamatan, sedangkan untuk TPS 3R hanya ada satu lokasi tepatnya di Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, secara rinci dapat dilihat dari tabel berikut: II-82

83 Tabel Jumlah TPS Kabupaten Magelang Persentase jumlah Jumlah sampah Rumah TPS 3R NO Desa Kecamatan Jumlah TPS Yang ada Tangga yang yang terkumpul dan ada terangkut (%) 1 Gunungpring Muntilan Tape Ketan Muntilan Gunungpring Muntilan Wonosari Muntilan Gunungpring Muntilan Gunung Pring Muntilan Pucungrejo Muntilan Gatak Gamol Muntilan Muntilan Muntilan Sayangan Muntilan Muntilan Muntilan Sleko Muntilan Taman Agung Muntilan Pasar Burung Muntilan Taman Agung Muntilan Ponalan Muntilan Taman Agung Muntilan Taman Agung Muntilan Pucungrejo Muntilan Pasar Sayur Muntilan Pucungrejo Muntilan Pasar Gedhe Muntilan Mungkid Mungkid Blambangan Blabak Mungkid Mungkid Pasar Blabak Mungkid Blondo Mungkid Blondo Mungkid Sawitan Mungkid Setda Kab.Magelang Borobudur Borobudur Borobudur Borobudur Borobudur Borobudur Salaman Salaman Salaman Mertoyudan Mertoyudan Mertoyudan Mertoyudan Mertoyudan Mertoyudan Sumberrejo Mertoyudan Mertoyudan Secang Secang Secang Secang Secang Secang Grabag Grabag Grabag Grabag Grabag Grabag Sawangan Sawangan Ketep Sawangan Payaman Secang Payaman Secang - 20 Sumber: BLH, 2015 II-83

84 Sumber : RISPAM, 2014 Gambar Peta Cakupan Akses Dan Sistem Layanan Persampahan 2. Kelembagaan dan Peraturan Hukum dan peraturan yang mengatur tentang penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah sangat diperlukan untuk pelaksanaan aspek-aspek yang mendukung yaitu aspek teknis operasional, pembiayaan, kelembagaan dan peran serta masyarakat maupun swasta. Peraturan yang menjadi dasar pengelolaan persampahan Kabupaten Magelang adalah Perda Kab. Magelang No:10 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kebersihan, Keindahan dan Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Magelang dan Perda Kab. Magelang No. 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum. Lembaga atau dinas yang mengelola persampahan di Kabupaten Magelang adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Energi Sumber Daya Mineral. Dinas-dinas tersebut mempunyai tugas dan wewenang dalam hal pelayanan kepada masyarakat tentang limbah tinja. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut: II-84

85 Sumber : DPU ESDM Kab.Magelang, 2014 Gambar Bagan Organisasi DPU Kab. Magelang Bentuk-bentuk peran serta atau partisipasi masyarakat pada pengelolaan sampah bisa bermacam-macam. Bentuk partisipasi umum adalah dengan ikut serta membayar retribusi kebersihan. Di samping itu ada bentuk peran serta yang lain,seperti dengan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah terpadu. bank sampah. Pengelolaan sampah terpadu ini lazim disebut sebagai bank sampah yaitu adalah kegiatan menabung sampah sesuai dengan jenis sampah. Pengelolaan sampah terpadu ini sudah berjalan di beberapa wilayah di Kabupaten Magelang. Adapun profil bank sampah di Kabupaten Magelang II-85

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG KOTA MUNGKID

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN MAGELANG TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN MAGELANG TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i iii x BAB I PENDAHULUAN I.1 1.1.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH BAB II DESKRIPSI WILAYAH 1.1 Kondisi Geografis 2.1.1 Kota Magelang a. Letak Wilayah Berdasarkan letak astronomis, Kota Magelang terletak pada posisi 110 0 12 30 110 0 12 52 Bujur Timur dan 7 0 26 28 7

Lebih terperinci

Tengah letaknya diapit oleh beberapa kabupaten dan kota antara lain Kabupaten. Temanggung, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonosobo,

Tengah letaknya diapit oleh beberapa kabupaten dan kota antara lain Kabupaten. Temanggung, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonosobo, BAB II TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN 2.1 Keadaan Geografis di Kabupaten Magelang Kabupaten Magelang sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah letaknya diapit oleh beberapa kabupaten dan kota

Lebih terperinci

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM PETA WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG Temanggung Dalam Angka Tahun 2011 1 LETAK GEOGRAFI Kabupaten Temanggung terletak antara : 110 o 23' - 110 o 46'30" Bujur Timur 7 o 14'

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SPM KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN

PENCAPAIAN SPM KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN Dinas Kesehatan PENCAPAIAN SPM KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2013 Berdasarkan PERMENKES RI No. 741/MENKES/PER/VII/2008 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan

Lebih terperinci

Aspek Geografi dan Demografi

Aspek Geografi dan Demografi Aspek Geografi dan Demografi Topografi Datar 8.599 ha Bergelombang 44.784 ha Curam 41.037 ha Sangat curam 14.155 ha Ketinggian antara 153 3.065 m dpa PETA ADMINISTRASI LUAS : 108.573 Ha ( 1.085,73 Km²

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumber daya yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanah menjadi media utama manusia mendapatkan pangan, sandang, papan, tambang, dan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015 PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015 Berdasarkan PERMENKES RI No. 741/MENKES/PER/VII/2008 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No. 9// Th. XVI, Desember HASIL SENSUS PERTANIAN (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN SEBANYAK, RIBU RUMAH TANGGA, TURUN, PERSEN DARI TAHUN Jumlah rumah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG Menimbang : a. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA Dinas Kesehatan PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG SEMESTER 1 TAHUN 2015 Berdasarkan PERMENKES RI No. 741/MENKES/PER/VII/2008 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN MAGELANG BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN MAGELANG 3.1 Kondisi Fisik dan Non Fisik Kabupaten Magelang 3.1.1 Kondisi Fisik Kabupaten Magelang 3.1.1.1 Kondisi Geografis Gambar 3.1 Peta Wilayah Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG. Bab 1 Pendahuluan 1-1

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG. Bab 1 Pendahuluan 1-1 Bab 1 Pendahuluan 1-1 1.1 TINJAUAN UMUM 1 BAB I PENDAHULUAN Sumber Daya Air merupakan salah satu unsur utama untuk kelangsungan hidup manusia, disamping itu air juga mempunyai arti penting dalam rangka

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG 3.1.1 Tinjauan Administratif Wilayah Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di tengah Jawa Tengah dengan memiliki luas

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG

Lebih terperinci

URUSAN WAJIB PENDIDIKAN

URUSAN WAJIB PENDIDIKAN Aspek Pelayanan URUSAN WAJIB PENDIDIKAN Rasio Ketersediaan Sekolah/Murid Setingkat SD, SMP, SMA/SMK di Kabupaten Magelang Tahun 2009 203 NO Jenjang Pendidikan 20082009 2009 200 20020 20202 202203 SD/MI..

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Aspek Biofisik

KONDISI UMUM. Aspek Biofisik 29 KONDISI UMUM Aspek Biofisik Letak Geografis dan Batas Administrasi Kabupaten Magelang merupakan salah satu Kabupaten yang secara administrasi termasuk dalam bagian dari Provinsi Jawa Tengah, dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Keadaan Geografis a. Letak Geografis Provinsi Jawa Tengah secara geografis terletak antara 5 o 4 dan 8 o 3 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) No. 74/12/33 Th.VII, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM JAWA TENGAH TAHUN 2013 SEBANYAK 3,31 JUTA RUMAH TANGGA, TURUN 28,46 PERSEN DARI TAHUN 2003 Jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki lahan perikanan yang cukup besar. Hal ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan budidaya perikanan untuk mendukung upaya pengembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Longsorlahan merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau mineral campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN POLA TANAM DAN RENCANA TATA TANAM MUSIM TANAM TAHUN 2017-2018 KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian 1. Gografis dan Iklim Kabupaten Magelang sebagai salah satu daerah tingkat II Jawa Tengah, mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: a.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG MAGELANG

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG MAGELANG BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG MAGELANG 3.1.1 KONDISI ADMINISTRATIF KOTA MAGELANG MAGELANG Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di tengah Jawa Tengahyang

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT A Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Pertumbuhan Ekonomi % 6,02 6,23 6,07 6,45 6,33 6,63 5,89** 2 PDRB Per Kapita (Harga Berlaku) Rp. Juta

Lebih terperinci

FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TAHUN No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi % ton/ha pertanian,perkebunan dan

FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TAHUN No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi % ton/ha pertanian,perkebunan dan Lampiran PK Kabupaten : Musi Banyuasin FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi % 1.1.1 Meningkatnya hasil produksi 1 Produktivitas tanaman pangan (padi)

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara astronomis terletak antara 6 08 LU - 11 15 LS dan 94 45 BT - 141 5 BT. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.997 mil di antara Samudra

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 96 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Dalam bab ini, akan dipaparkan secara umum tentang 14 kabupaten dan kota yang menjadi wilayah penelitian ini. Kabupaten dan kota tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH Joko Sutrisno 1, Sugihardjo 2 dan Umi Barokah 3 1,2,3 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran, buah,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii iii xxi Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen I-6 1.4 Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci