BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keadaan Umum Desa Tanjung Pasir Pantai Tanjung Pasir merupakan pantai wisata yang di kelola oleh TNI AL Kabupaten Tangerang, dan Desa Tanjung Pasir dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Pemerintahan Desa di lingkungan Kabupaten Tangerang. Berdasarkan Bupati tersebut struktur organisasi tata kerja pemerintahan desa, bahwa tugas kepala desa melaksanakan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial masyarakat dan pemberdayaan pantai (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2012). Demografi Desa Tanjung Pasir terletak disebelah utara Kantor Kecamatan Teluknaga dengan jarak tempuh 6,9 km dan mempunyai unsur pembantu pemerintah terdiri dari 1 kepala dusun, 14 rukun warga dan 34 rukun tetangga. Desa Tanjung Pasir dengan luas 570 Ha dan merupakan daerah daratan rendah dengan ketinggian dari permukaan laut 1 m dengan suhu udara 37 o C. Jarak tempuh dari pusat Ibukota Kabupaten adalah 54 km. Desa Tanjung Pasir memiliki jumlah penduduk sekitar jiwa (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2012). Berdasarkan data Puskesmas Tegal Angus (2011) dalam Sandra (2012), mayoritas masyarakat Tanjung Pasir bersuku bangsa Betawi dan beragama Islam. Mata pencaharian utama penduduk desa Tanjung Pasir adalah pekerja pabrik, nelayan dan sebagian wiraswasta. Dimana yang berprofesi sebagai nelayan sebanyak jiwa. Kepadatan jumlah penduduk desa Tanjung Pasir ± 1,625 penduduk/km 2 yang ratarata penduduknya tinggal di daerah pesisir pantai. 6

2 7 Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Umur Kelompok Umur Jumlah Jiw > Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang 2012 Tabel 2. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Jiwa 1 Laki-Laki Perempuan Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang 2012 Pantai Tanjung Pasir adalah salah satu pantai yang ada di kecamatan Teluknaga, kata tanjung pasir berasal dari tanjung yang berarti daratan yang menonjol dipermukaan laut jawa dan pasir adalah permukaan tanahnya pasir, disamping itu Tanjung pasir di masa penjajahan Belanda dan Jepang pernah dijadikan benteng pertahanan. Pantai Tanjung Pasir merupakan kawasan pantai berpasir yang masih ditumbuhi hutan bakau. Kawasan pantai ini terdapat PPI yang didalamnya terdapat TPI, dermaga dan kawasan militer merupakan tempat pelatihan bagi TNI AL (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2010) Batas Wilayah dan Aksesibilitas Wilayah Desa Tanjung Pasir termasuk strategis karena terletak diantara kota Tangerang dan Jakarta. Letak geografis Desa Tanjung Pasir adalah 106 o o 43 Bujur Timur dan 6 o 00-6 o 20 Lintang Selatan. Menurut BPS Kabupaten Tangerang (2010) Desa Tanjung Pasir mempunyai luas km 2 (sekitar 570

3 8 Ha) dengan rincian penggunaan yakni untuk sawah 73 Ha dan darat 491,2 Ha. Batas wilayah Desa Tanjung Pasir : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Muara 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tegalangus 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung Jarak tempuh Pantai Tanjung Pasir termasuk strategis karena jarak pantai dengan kantor Kecamatan Teluknaga hanya sejauh 12 km dan dapat ditempuh selama 15 menit, sedangkan jarak dengan ibu kota Kabupaten Tangerang sejauh 54 km dan dapat ditempuh selama 60 menit, sedangkan jarak dengan ibu kota Propinsi Banten sejauh 72 km dan dapat ditempuh selama 90 menit (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2011). Desa Tanjung Pasir dapat dicapai dengan kendaraan umum dalam bentuk ojeg motor dan angkutan umum. Angkutan umum berangkat dari Kampung Melayu atau dari Pasar Tegal Angus dengan jam pemberangkatan tertentu dengan tujuan akhir Pantai Tanjung Pasir. Untuk menuju Desa Tanjung Pasir dari arah Kampung Melayu maka akan melewati salah satu sisi Bandara Soekarno Hatta dengan akses jalan yang relatif mudah namun pada jam tertentu mengalami kemacetan akibat jam berangkat atau pulang karyawan PT di sekitar wilayah Tegal Angus atau Kampung Melayu. Sementara itu,memasuki wilayah Desa Tanjung Pasir dari arah Tegal Angus akan terlihat hamparan tambak udang dan bandeng yang berada di sisi kanan maupun kiri jalan (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2011). Sarana jalan di Desa Tanjung Pasir terutama di Kampung Tanjung Pasir umumnya berupa jalan aspal dengan kondisi yang masih cukup baik. Berdasarkan informasi dari warga desa, kondisi akses jalan di Kampung Tanjung Pasir dahulu sangat buruk dengan kondisi jalan berlubang yang becek saat hujan dan berdebu saat musim panas. Pada akhir tahun 2010 tepatnya saat ada kunjungan dari Ibu Ani Yudhoyono sarana jalan di Kampung Tanjung Pasir mulai diperbaiki dengan dilakukan pengaspalan. Kondisi sarana akses transportasi dan jalan yang cukup

4 9 baik tersebut menyebabkan mobilitas masyarakat Kampung Tanjung Pasir maupun dari luar desa cukup mudah sehingga akses terhadap perkembangan informasi dan ekonomi bisa lebih baik. Sedangkan sarana jalan di Kampung lainnya yaitu Kampung Gagah Sukamanah, Garapan dan Sukamulya umumnya sudah dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat meskipun sarana jalan rata-rata masih menggunakan paving blok (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2011) Kondisi Ekonomi Desa Tanjung Pasir Perekonomian Desa Tanjung Pasir yang pada umumnya bersumber dari penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan, pedagang, buruh, dan karyawan swasta, sehingga rata-rata kondisi ekonominya sangat rendah. Ekonomi masyarakata Desa Tanjung Pasir perlu ditingkatkan melalui upaya ekonomi produktif setiap individu. Tabel 3. Daftar Mata Pencaharian Penduduk Tanjung Pasir No Mata Pencaharian Jumlah Jiwa 1 Nelayan Buruh / Swasta 65 3 PNS 15 4 Pedagang Penjahit 24 6 Tukang Batu 62 7 Tukang Kayu 42 8 Peternak 6 9 Pengrajin 5 10 Montir Polri 8 12 Petani 176 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2012

5 Potensi Wisata Desa Tanjung Pasir Desa Tanjung Pasir terletak di Kecamatan Teluknaga, dimana jarak 54 km dari pusat kota Tigaraksa. Desa Tanjung Pasir memiliki pantai wisata dengan luas sebesar 10 ha yang menawarkan wisata panorama alam dengan ombak yang tenang, dan ada pasir pantai yang putih, bersih dan tidak berlumpur, selain itu para pengunjung dapat menikmati pemandangan Pulau Seribu di laut lepas, disana tersedia fasilitas pendukung untuk psrs pengunjung seperti usaha penyeberangan perahu, usaha kios cinderamata, usaha makanan ringan dan usaha rumah makan olahan (Dinas Pemuda Olahraga Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Tangerang 2010). Wisata desa Tanjung Pasir juga terdapat tempat private resort yang memiliki banyak fasilitas, dengan nama Tanjung Pasir Resort. Tanjung Pasir Resort merupakan kawasan wisata yang setara dengan Hotel Bintang III yang terletak di Desa Tanjung Pasir. Resort ini menawarkan kenyamanan dan keasrian suasana daerah pesisir dengan sejumlah hidangan kuliner khas laut (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2012). Di Desa Tanjung Pasir juga terdapat Taman Penangkaran Buaya, sejak tahun 2002 pemerintah menjadikan salah satu wisata disana, taman seluas 6 ha tersebut terdiri dari 4 kandang besar buaya, dimana masing-masing kandang diisi oleh puluhan ekor buaya (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2011) Pantai Tanjung Pasir Desa Tanjung Pasir mempunyai luas 570 Ha dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut 1 m dengan suhu 37 o C. Desa Tanjung Pasir memiliki luas hutan mangrove sebesar 2,5 Ha dengan panjang abrasi 1 km. Akibat perubahan iklim atau musim panca roba Desa Tanjung Pasir sering mengalami banjir rob akibat air laut pasang, abrasi pantai dikarenakan tidak adanya berakwater di bibir pantai sehingga rentan terhadap bahaya abrasi (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2012).

6 11 Pantai Tanjung Pasir adalah salah satu pantai dengan luas pantai 10 ha yang ada di kecamatan Teluknaga, kata tanjung pasir berasal dari tanjung yang berarti daratan yang menonjol dipermukaan laut jawa dan pasir adalah permukaan tanahnya pasir, disamping itu Tanjung pasir di masa penjajahan Belanda dan Jepang pernah dijadikan benteng pertahanan. Pantai Tanjung Pasir merupakan kawasan pantai berpasir yang masih ditumbuhi hutan bakau. Kawasan pantai ini terdapat PPI yang didalamnya terdapat TPI, dermaga dan kawasan militer merupakan tempat pelatihan bagi TNI AL (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2010) Kondisi Sumberdaya Pesisir dan Laut Kabupaten Tangerang Menurut BLHD Tangerang (2008) dalam Status Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang (2008), wilayah pesisir dan lautan Indonesia yang kaya dan beragam sumberdaya alamnya telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan utama, khususnya protein hewani. Selain menyediakan berbagai sumberdaya tersebut, wilayah pesisir memiliki berbagai fungsi lain, seperti transportasi, pelabuhan, kawasan industri, agribisnis/agroindustri, rekreasi dan pariwisata serta kawasan pemukiman dan pembuangan limbah. Selain menyediakan berbagai sumberdaya tersebut, wilayah pesisir Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati laut tropis terkaya di dunia. Tiga puluh persen hutan bakau dan ± 30% terumbu karang dunia ada di Indonesia. Pesisir dan laut menyediakan ± 60% protein ikan, yang ± 90% berasal dari perairan pesisir dalam 12 mil laut dari garis pantai Produksi Penangkapan Ikan di Desa Tanjung Pasir Jenis ikan yang ditangkap dengan variasi jenis yang banyak dan didominasi oleh jenis ikan pelagis kecil, seperti peperek, manyung, biji nangka, bambangan, kerapu, kakap, kurisi, ekor kuning, tiga waja, cucut, pari, selar, kuwe, tetengkek, belanak, teri, japuh, cumi, udang tenggiri dll Produk perikanan di Desa Tanjung Pasir dipasarkan melalui pasar lokal. Program pemasaran ikan segar baik untuk konsumsi lokal maupun kebutuhan luar

7 12 daerah diarahkan sebagai upaya untuk meningkatkan penghasilan nelayan/ pembudidaya ikan, termasuk pula ikan hasil olahan yang dihasilkan dari Desa Tanjung Pasir. Tabel 4. Perkembangan Produksi Penangkapan Ikan di Desa Tanjung Pasir No Jenis Ikan Produksi Tahun 2010 (Ton) Nilai (Rp) Poduksi Tahun 2011 (Ton) Nilai (Rp) 1 Peperek 626, , Manyung 749, , Biji Nangka 492, , Bambangan 682, , Kerapu 403, , Kakap 411, , Kurisi 499, , Ekor kuning 478, , Tiga waja 491, , Cucut 352, , Pari 676, , Selar 681, , Kuwe 427, , Tetengkek 512, , Belanak 581, , Teri 1.162, , Japuh 392, , Tembang 587, , Kembung 1.436, , Tenggiri 626, , Layur 547, , Ikan lainnya 1.016, , Rajungan 554, , Udang putih 519, , Udang lainnya 688, , Kerang bulu 1.375, , Kerang darah 1.038, , Cumi- cumi 622, , Jumlah , , Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2012

8 Wisata Pantai Tanjung Pasir Objek wisata Pantai Tanjung Pasir terletak di wilayah Kecamatan Teluknaga, 50 km dari Tigaraksa. Selain pantainya cukup landai dengan ombak yang tenang, juga memiliki panorama alam yang indah. Pasir pantai yang putih dan bersih dan tidak berlumpur terhampar. Melalui pantai ini pengunjung dapat menikmati pemandangan gugusan Pulau Seribu di laut lepas. Pengembangan kawasan pantai seluas 75 ha yang dipadukan dengan pengembangan Kawasan Wisata Terpadu Kapuk Naga. Kondisi jalan menuju ke pantai cukup bagus, dilengkapi dengan jaringan telekomunikasi dengan layanan interlokal, jaringan listrik dan prasarana air bersih. Gambar 2. Pantai Tanjung Pasir Sumber : Sandra 2012 Tempat yang paling banyak dikunjungi adalah kawasan pantai. Namun keadaan pantai di Tanjung Pasir tidak terawat dengan baik. Banyak sampah yang tidak terurus dan air pantai yang terlihat bewarna kecoklatan. Hal ini mungkin dapat juga disebabkan karena masih banyaknya warga setempat yang membuang sampah rumah tangganya ke pantai. Selain memancing dan bermain di pantai, Desa Tanjung Pasir juga merupakan salah satu tempat yang bisa dimanfaatkan untuk para wisatawan menyeberang ke kawasan Pulau Seribu (Sandra 2012).

9 Nelayan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang perikanan, nelayan adalah sumberdaya manusia yang memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan operasi penangkapan ikan (Sobari dan Suswanti 2007 dalam Yuliriane 2012). Sedangkan menurut Satrawidjaja (2002) dalam MJ (2011), nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukin di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal didesa-desa atau pesisir. Menurut MJ (2011), ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut: 1. Segi mata pencaharian. Nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir. Atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka. 2. Segi cara hidup. Komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah atau tanggul penahan gelombang di sekitar desa. 3. Segi keterampilan. Meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana. Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional Pendapatan Nelayan Menurut Sukirno (2006) dalam Yuliriane (2012), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima atas kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan. Banyaknya tangkapan tercermin pula besarnya pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan keluarga, dengan

10 15 demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterimanya (Sujarno 2008). Menurut Salim (1999) dalam Sujarno (2008) faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan meliputi faktor sosial dan ekonomi, dimana faktor tersebut terdiri dari besarnya modal, jumlah perahu, jumlah tenaga kerja, jarak tempuh saat melaut, dan pengalaman. Nelayan melakukan pekerjaannya dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan demi kebutuhan hidup. Pada pelaksanaannya diperlukan beberapa perlengkapan dan dipengaruhi pula oleh banyak faktor guna mendukung keberhasilan kegiatan (Tarigan, 2000 dalam Sujarno 2008). Rendahnya penghasilan nelayan tradisional merupakan masalah yang sudah lama, namun masalah ini masih belum dapat diselesaikan hingga sekarang, kerana terlalu kompleks. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan sosioekonomi, namun berkait pula dengan lingkungan dan teknologi (Agunggunanto 2011). Menurut Tarigan (2000) dalam Sujarno (2008), berdasarkan pendapatannya, nelayan dapat dibagi menjadi : a. Nelayan tetap atau nelayan penuh, yakni nelayan yang pendapatan seluruhnya berasal dari perikanan. b. Nelayan sambil utama, yakni nelayan yang sebagian besar pendapatannya berasal dari perikanan. c. Nelayan sambilan tambahan, yakni nelayan yang sebagian kecil pendapatannya berasal dari perikanan d. Nelayan musiman, yakni orang yang dalam musim-musim tertentu saja aktif sebagai nelayan. Menurut Salim (1999) dalam Sujarno (2008) faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan meliputi faktor sosial dan ekonomi yang terdiri dari besarnya modal, jumlah perahu, jumlah tenaga kerja, jarak tempuh melaut dan pengalaman, dengan demikian pendapatan nelayan berdasarkan besar kecilnya volume tangkapan, masih terdapat beberapa faktor yang lain yang ikut menentukan yaitu faktor sosial dan ekonomi selain diatas.

11 16 Menurut Sitorus (1994) dalam Hurlan (2007) pendapatan adalah jumlah kegunaan yang dapat dihasilkan melalui suatu usaha. Jumlah uang yang diterima tergantung pada: 1. Jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen; 2. Jumlah produk yang dipasarkan; 3. Biaya-biaya untuk menggerakan produk ke pasar. Pendapatan nelayan berasal dari dua sumber, yaitu pendapatan dari usaha penangkapan ikan (pendapatan utama) dan pendapatan dari luar usaha penangkapan ikan (Sajogya 1996 dalam Hakim 2011). Pengalaman sebagai nelayan secara langsung maupun tidak, memberi pengaruh kepada hasil penangkapan ikan. Semakin lama seseorang mempunyai pengalaman sebagai nelayan, semakin besar hasil dari penangkapan ikan dan pendapatan yang diperoleh (Agunggunanto 2011) Keterlibatan Nelayan pada Wisata Bahari Nelayan di Pantai Tanjung Pasir melakukan kegiatan wisata meliputi, penyeberangan perahu ke Pulau Seribu, usaha penjualan cinderamata, usaha makanan ringan dan usaha rumah makan hasil olahan. Menurut Hurlan (2007) tujuan keterlibatan nelayan dalam usaha wisata adalah mencari peluang menambah pendapatan rumah tangga nelayan. Kegiatan usaha wisata pada rumah tangga biasanya dilakukan setelah nelayan menjualnya di TPI Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Setiap rumah tangga ingin memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi bagi rumah tangga nelayan seringkali kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan mengandalkan pekerjaan pokok, terlebih rumah tangga nelayan yang berada dalam desa tertinggal hanya menggunakan perahu maupun peralatan yang tradisional. Kebutuhan tersebut terpenuhi jika rumah tangga mampu mencari tambahan pendapatan diluar pekerjaan pokoknya. Upaya meningkatkan pendapatan antara lain dapat ditempuh melalui usaha produktifitas seluruh sumberdaya keluarga nelayan. Peranan dan fungsi istri nelayan didalam suatu

12 17 keluarga nelayan sangat penting sebagai pelaksana unsur rumah tangga, penanggung jawab, pengatur dan penambah keuangan keluarga Jumlah anggota keluarga yang bekerja mempunyai pengaruh terhadap pendapatan keluarga. Peran anggota keluarga sangat membantu dalam meningkatkan pendapatan keluarga (Agunggunanto 2011). 2.3 Curahan Kerja Rumah Tangga Nelayan Curahan kerja diartikan sebagai jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh anggota rumah tangga pemilik lahan baik dalam usaha tani maupun luar usaha tani. Tiap anggota rumah tangga dalam mengalokasikan waktunya untuk berbagai kegiatan dipengaruhi oleh faktor-faktror dari dalam dan luar keluarganya. Faktor dari dalam keluarga meliputi usia, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman kerja, pengetahuan, keterampilan, pendapatan kepala keluarga, lahan dan aset lainnya, serta jenis kelamin, sedangkan faktor dari luar keluarga meliputi tingkat upah, harga barang-barang, jenis pekerjaan serta struktur sosial (Mangkuprawira 1985 dalam Putri 2008). Menurut penelitian Hakim (2011) di Pesisir Karangsong, waktu kerja suami yang bekerja sebagai nelayan dapat dijadikan sebagai kegiatan sampingan yaitu menyewakan perahu, menjual ikan dan makanan, serta menyewakan alat pancing bagi wisatawan yang datang. Waktu kerja istri atau wanita nelayan dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu dalam keluarga seperti memasak, mengasuh, belanja, mencuci pakaian dan perabot rumah, menyetrika dan membereskan rumah, dan kegiatan ekonomi diluar rumah seperti menjadi bakul, pengolah ikan dan penjual makanan di sekitar obyek wisata bahari Karangsong 2.4 Perikanan Tangkap Indonesia mempunyai sekitar pulau dengan km dan panjang garis pantai sekitar 5,8 juta km 2 perairan laut atau sekitar 70% dari luas wilayah secara keseluruhan. Perairan laut Indonesia terdiri dari teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif dengan luas secara berturut-turut 3,1 dan 2,7 juta km 2.

13 18 Sebagian besar produksi perikanan laut dihasilkan oleh usaha perikanan skala kecil dengan kemampuan terbatas (Rahim 1998 dalam Hurlan 2007) Perikanan adalah suatu kegiatan perekonomian yang memanfaatkan sumber daya alam perikanan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan manusia dengan mengoptimalisasikan dan memelihara produktivitas sumber daya perikanan dan kelestarian lingkungan. Sutardjo (2012) dalam Kompas.com (2012) mengungkapkan potensi sumber daya kelautan yang dimiliki Indonesia begitu besar. Seperti potensi perikanan tangkap di perairan umum yang mencapai 6,4 juta ton ikan/tahun. Di sisi lain terdapat pula potensi perikanan budidaya tak kalah menggoda untuk dikembangkan yang terdiri dari budidaya ikan, moluska, rumput laut, serta budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913 ribu Ha. Usaha pengembangan penangkapan ikan menghadapi beberapa kendala yang unik dan tidak ditemui pada produksi sektor pertanian lainnya (Rukka 2006 dalam Yuliriane 2012). Hal-hal tersebut antara lain: 1. Sumberdaya berada dalam air dan bergerak 2. Produknya mudah sekali rusak 3. Mempunyai zona kritis 4. Milik umum 5. Pengaruh-pengaruh kondisis alam, seperti cuaca, musim, arus, gelombang. Usaha perikanan tangkap memanfaatkan sumberdaya hayati perikanan yang dapat pulih. Sumberdaya tersebut dapat dieksploitasi pada tingkat tertentu tanpa dampak negatif terhadap stok sumberdaya ikan. Jadi pada prinsipnya adalah bagaimana menggali sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia untuk kehidupan manusia. Walaupun sumberdaya perikanan termasuk sumberdaya yang dapat diperbaharui, tetapi jika pengelolaannya salah, maka sumberdaya tersebut akan mengalami kepunahan dan tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh manusia sebagai sumber nilai produksi.

14 19 Diketahui bahwa, usaha perikanan tangkap memanfaatkan sumberdaya hayati perikanan yang dapat pulih. Sumberdaya tersebut dapat dieksploitasi pada tingkat tertentu tanpa dampak negatif terhadap stok sumberdaya ikan. Jadi pada prinsipnya adalah bagaimana menggali sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia untuk kehidupan manusia (Suharso et al. 2006). Produksi Perikanan laut sangat tergantung pada perahu atau kapal yang digunakan nelayan, mengingat sifat ikan yang bermigrasi atau berpindah tempat, maka fishing ground juga berpindah. Oleh karenanya hasil tangkapan nelayan berfluktuasi sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh. Selain itu dari aspek pemasaran, produk perikanan juga mengikuti mekanisme pasar, karena harga dari suatu hasil produksi perikanan lebih banyak ditentukan oleh tingkat konsumen di bagian eceran, sedangkan produsen atau nelayan tidak dapat menentukan harga terhadap hasil tangkapannya (Soemarsono 1995 dalam Hurlan 2007). 2.5 Pembangunan Ekonomi Wilayah Pengalaman bangsa Indonesia di masa lalu dalam membangun wilayah pesisir dan lautan menunjukan hasil yang kurang optimal dan cenderung menuju kearah yang tidak berkelanjutan (Belda dan Christanto 2012). Budiman (1996) dalam Marissa (2007) menyatakan bahwa pembangunan adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat manusia lakukan dengan apa yang manusia miliki guna meningkatkan kualitas hidupnya dan juga kualitas hidup orang lain. Jadi, pembangunan dapat diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh perbaikan, serta kemampuan untuk merealisasikannya. Sedangkan pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad 1999 dalam Marissa 2007).

15 20 Pembangunan perikanan merupakan suatu proses kegiatan manusia dari berbagai lapisan sosial yang berbeda, dalam meningkatkan produksi perikanan yang diharapkan dapat mengingkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan demi meningkatkan taraf hidup mereka melalui penerapan teknologi yang baik (Susilowati 1988) Pengembangan Pariwisata Menurut Cooper et al (1993) dalam Amanda (2009), pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalan yang dilakukan oleh perorangan, keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Aspek ekonomis merupakan aspek yang dianggap penting dan mendapat perhatian paling besar dalam sektor pariwisata karena untuk mengadakan perjalanan orang mengeluarkan biaya, sedangkan bagi daerah yang dikunjungi wisatawan dapat menerima uang dari wisatawan tersebut melalui orang orang yang menyediakan angkutan, menyediakan bermacam-macam jasa, atraksi dan sebagainya. Keuntungan ekonomis ini merupakan salah satu dari tujuan pembangunan pariwisata Menurut Dahuri (1993) dalam Marissa (2007), pembangunan pariwisata bahari adalah suatu pembangunan pariwisata yang berlangsung di wilayah pesisir/ laut untuk memenuhi kebutuhan saat ini bagi para wisatawan dan masyarakat setempat dengan memelihara serta mengembangkan peluang-peluang pengembangan untuk masa depan. Selain itu tercakup juga didalamnya kegiatan mengelola segenap sumberdara wilayah pesisir laut untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika saat ini bagi wisata dan masyarakat setempat. Nurtikasari (2000) dalam Hurlan (2007) menyatakan bahwa alasan utama pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata, baik secara lokal, regional ataupun nasional pada suatu negara erat kaitannya dengan pembangunan perekonomian daerah atau negara tersebut. Dengan kata lain, pemngembangan

16 21 pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak. Pengembangan kawasan wisata bahari lebih diarahkan dan dipergunakan menuju upaya pengembangan kawasan wisata ramah lingkungan. Pengembangan kawasan wisata bahari harus menghindari pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan pemborosan sumber daya alam bahari. Wahab (1989) dalam Hurlan (2007) berpendapat, bahwa uang yang dibelanjakan wisatawan pada daerah tujuan wisata akan meningkatkan pendapatan pada masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung Keterkaitan Pariwisata dengan Kemiskinan Pada awal pembangunan (jangka pendek), hasil pembangunan memiliki kecenderungan untuk terdistribusi secara kurang merata di antara kelompokkelompok pendapatan dalam masyarakat, namun dalam jangka panjang, struktur distribusi dari hasil pembangunan itu akan menuju kepada pemerataan, dimana ketimpangan pendapatan akan cenderung menyempit diantara kelompokkelompok pendapatan tersebut (Susanto 2006 dalam Marissa 2007). Pemerataan pembangunan biasanya dikaitkan dengan masalah kemiskinan, karena keduanya merupakan kedua sisi yang telat diusahakan untuk dipecahkan melalui berbagai pembangunan sektoral maupun regional. Masalah kemiskinan muncul karena ada sekelompok anggota masyarakat yang secara struktural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang memadai untuk mencapai kehidupan yang layang (Prayitno dan Budi S 1996). Menurut Bank Pembangunan Asia (2000) dalam Marrisa (2007), kemiskinan adalah kekurangan aset-aset penting dan kesempatan yang menjadi hak setiap manusia. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah ini umumnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi warga negara tetangga. Hal ini mengakibatkan timbulnya berbagai kegiatan ilegal di daerah perbatasan yang dikhawatirkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai kerawanan sosi

17 Kontribusi Wisata Pengembangan pariwisata pada dasarnya dapat membawa berbagai manfaat bagi masyarakat di daerah. Seperti yang dikutip oleh Nasrul (2010) dalam Pleanggra (2012), manfaat pariwisata bagi masyarakat lokal, antara lain: pariwisata memungkinkan adanya kontak antara orang-orang dari bagian-bagian dunia yang paling jauh, dengan berbagai bahasa, ras, kepercayaan, paham, politik, dan tingkat perekonomian. Pariwisata dapat memberikan tempat bagi pengenalan kebudayaan, menciptakan kesempatan kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran. Sarana-sarana pariwisata seperti hotel dan perusahaan perjalanan merupakan usaha-usaha yang padat karya, yang membutuhkan jauh lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan usaha lain. Manfaat yang lain adalah pariwisata menyumbang kepada neraca pembayaran, karena wisatawan membelanjakan uang yang diterima di negara yang dikunjunginya. Maka dengan sendirinya penerimaan dari wisatawan mancanegara itu merupakan faktor yang penting agar neraca pembayaran menguntungkan yaitu pemasukan lebih besar dari pengeluaran (Pleanggra 2012). Dampak positif yang langsung diperoleh pemerintah daerah atas pengembangan pariwisata tersebut yakni berupa pajak daerah maupun bukan pajak lainnya. Sektor pariwisata memberikan kontribusi kepada daerah melalui pajak daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah berupa pemberian hak atas tanah pemerintah. Dari pajak daerah sendiri, sektor pariwisata memberikan kontribusi berupa pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak minuman beralkohol serta pajak pemanfaatan air bawah tanah. Spillane (1987) dalam Pleanggra (2012) menyatakan bahwa belanja wisatawan di daerah tujuan wisatanya juga akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada masyarakat setempat secara langsung maupun tidak langsung melalui dampak berganda (multiplier effect). Dimana di daerah pariwisata dapat menambah pendapatannya dengan menjual barang dan jasa, seperti restoran,

18 23 hotel, pramuwisata dan barang-barang souvenir. Dengan demikian, pariwisata harus dijadikan alternatif untuk mendatangkan keuntungan bagi daerah tersebut 2.7 Pengunjung Wisata Wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan kesuatu tempat atau negara lain di luar tempat tinggalnya dengan alasan apapun selain melakukan kegiatan yang mendapatkan upah (Dirjen Pariwisata 1996 dalam Hurlan 2007). Wahab (1989) dalam Hurlan (2007) berpendapat, bahwa uang yang dibelanjakan wisatawan pada daerah tujuan wisata akan meningkatkan pendapatan pada masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut kutipan Nasrul (2010) dalam Pleanggra (2012) semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata,maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan didaerah tujuan wisata tersebut,paling sedikit untuk keperluan makan, minum, dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut. Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang Undang nomor 10 tahun 2009). Jadi menurut pengertian ini, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Pacific Area Travel Association memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana biasanya ia tinggal, mereka ini meliputi: (a) orang-orang yang sedang megadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan, (b) orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk pertemuan, konferensi, musyawarah atau sebagai utusan berbagai badan/organisasi, (c) orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis, (d) pejabat pemerintahan dan militer beserta keluarganya yang di tempatkan di negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan wisatawan (Pendit 1994).

19 Jumlah Pengunjung Jumlah pengunjung wisata di Desa Tanjung Pasir yang paling tinggi adalah Pantai Tanjung Pasir, karena lokasi pantai tersebut bukan hanya dijadikan sebagai berwisata tapi juga akses menuju Pulau Seribu dan didukung dengan berbagai usaha wisata lainnya meliputi usaha penyeberangan, usaha penjual cinderamata, usaha makanan ringan dan usaha rumah makan olahan. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Tangerang Tahun (2012) jumlah pengunjung di Pantai Tanjung Pasir dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Data Pengunjung Pantai Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang No Tahun Jumlah Pengunjung Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Tangerang 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Desa Tanjung Pasir Pantai Tanjung Pasir merupakan pantai wisata yang di kelola oleh TNI AL Kabupaten Tangerang, dan Desa Tanjung Pasir dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pembangunan, pengusahaan obyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nelayan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang perikanan, nelayan adalah sumberdaya manusia yang memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan operasi penangkapan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor ekonomi yang memiliki perananan penting bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism Organization (WTO) sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teluk Bungus yang luasnya ± 17 km 2 atau 1383,86 Ha berada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Kecamatan ini merupakan kecamatan pesisir di wilayah selatan Kota Padang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Sumberdaya Maritim Indonesia Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem perairan ini merupakan seumber dari berbagai macam produk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP Cilacap merupakan salah satu wilayah yang berpotensi maju dalam bidang pengolahan budi daya perairan. Memelihara dan menangkap hewan atau tumbuhan perairan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nelayan Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan kekayaan keindahan alam yang beraneka ragam yang tersebar di berbagai kepulauan yang ada di Indonesia dan

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 104 0 50 sampai 109 0 30 Bujur Timur dan 0 0 50 sampai 4 0 10 Lintang

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut, dan 1/3 wilayahnya berupa daratan. Negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Bahkan tidak berlebihan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas stres. Gaya hidup masyarakat yang semakin sibuk dalam rutinitasnya, sempitnya waktu membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pakar dan praktisi yang berpendapat bahwa di milenium ketiga, industri jasa akan menjadi tumpuan banyak bangsa. John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan wilayah yang sangat besar. Luas perairan laut indonesia diperkirakan sebesar 5,4 juta km 2 dengan garis pantai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN 1.1.1. Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Pramuka secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 Pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sarana yang tepat dalam meningkatkan kemajuan ekonomi masyarakat baik lokal maupun global. Pariwisata mempunyai dampak dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.791 km (Supriharyono, 2007) mempunyai keragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelalawan merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Riau. Kabupaten ini terletak di bagian tengah pulau Sumatera dan berbatasan langsung dengan Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri,

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU 48 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU 4.1 Geografi dan Pemerintahan 4.1.1 Geografi Secara geografi Kabupaten Kepulauan Aru mempunyai letak dan batas wilayah, luas wilayah, topografi, geologi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan adalah semua usaha penangkapan budidaya ikan dan kegiatan pengelolaan hingga pemasaran hasilnya Mubiyarto (1994) dalam Zubair dan Yasin (2011). Sedangkan

Lebih terperinci