BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian"

Transkripsi

1 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa di Kecamatan Selogiri ini memiliki berbagai obyek wisata yang cukup menarik, namun belum didayagunakan dan dikembangkan secara optimal. 2. Waktu Penelitian Penelitian diawali dengan persiapan sampai dengan penulisan laporan penelitian. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dengan rentang waktu mulai bulan April 2014 sampai bulan Desember Waktu penelitian dilakukan secara bertahap, meliputi: Tabel 3. Waktu Penelitian No 1 Persiapan Kegiatan Apr s/d Juni 14 Juli s/d Sept 14 Okt s/d Des 14 Waktu Jan s/d Mar 15 Apr s/d Juli 15 Agust s/d Des Penulisan Proposal Penelitian Penyusunan Instrumen penelitian 4 Pengumpulan data 5 Analisis Data 6 Penulisan Laporan Penelitian 42

2 43 B. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan keruangan (Spatial Approach). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadangkadang diberikan interpretasi atau analisis (Tika, 2005: 4). Penelitian ini dimulai dengan observasi, dokumentasi dan wawancara sebagai teknik pengumpulan data serta bertujuan untuk mempelajari keadaan/ status obyek pada saat diadakan penelitian. Jadi penelitian ini berusaha mendeskripsikan persebaran dan potensi wisata yang terdapat di daerah penelitian, yaitu persebaran yang berupa titik lokasi obyek wisata dan potensi obyek wisata yang didapatkan dari hasil penilaian variabel-variabel untuk mengukur potensi. Arahan penegembangan di analisis menggunakan analisis SWOT yang dipadukan dengan hasil penilaian potensi. Dari perpaduan tersebut ditemukan faktor pembatas dan faktor pendukung dalam usaha pengembangan obyek wisata yang selanjutnya bisa digunakan untuk acuan untuk membuat arahan pengembangan obyek wisata. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan keruangan (Spatial Approach). Pendekatan keruangan adalah suatu metode untuk memahami gejala tertentu agar mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam melalui media ruang, dalam hal ini variabel ruang mendapat posisi utama dalam setiap analisis (Yunus, 2010: 44). Pendekatan keruangan pada penelitian ini secara umum menggunakan batas administratif Kecamatan Selogiri sebagai batas penelitian dan keberadaan obyek wisata sebagai obyek penelitiannya. Pendekatan keruangan berfungsi untuk mengidentifikasi persebaran obyek wisata pada daerah penelitian.

3 44 C. Data dan Sumber Data Berdasarkan sumbernya, data dapat digolongkan menjadi data primer dan data sekunder (Tika, 2005: 43). 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti atau ada hubungannya dengan yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan pengamatan dan observasi langsung di lapangan untuk mengetahui secara langsung kondisi langsung kondisi lokasi studi, serta dengan melakukan wawancara kepada aparatur pemerintah, pengelola obyek dan wisatawan. Data primer hasil pengamatan lapangan antara lain: a. Daya tarik obyek wisata, indikator: tingkat kelangkaan/ keunikan, macam sumberdaya kreasi yang tersedia, nilai wisata, ketersediaan lahan untuk rekreasi, dan kebersihan udara lokasi. b. Aksesbilitas obyek wisata, indikator: jarak dari jalan raya, sarana transportasi menuju obyek, kondisi jalan menuju obyek, jumlah sarana transportasi umum menuju obyek per hari. c. Sarana prasarana dan fasilitas dasar, indikator: jumlah adanya fasilitas. Fasilitas dapat meliputi sarana air bersih, sarana ibadah, listrik, jaringan telekomunikasi, tempat parkir, MCK, warung makan, penginapan, toko souvenir/ oleh-oleh. Data yang diperoleh dari wawancara kepada aparatur pemerintah adalah data mengenai sejarah kepariwisataan, data macam-macam obyek wisata, data perkembangan pariwisata, data rencana pengembangan pariwisata dan dukungan serta hambatan dalam usaha pengembangan pariwisata. Data yang diperoleh dari wawancara kepada pengelola obyek adalah data mengenai kondisi umum obyek wisata, data potensi daya tarik obyek wisata, data aksesbilitas obyek wisata, data sarana prasarana wisata, data rencana pengembangan obyek wisata dan dukungan serta hambatan dalam usaha pengembangan obyek wisata. Data yang diperoleh dari wawancara kepada wisatawan adalah data mengenai motivasi kunjungan, informasi tentang

4 45 tanggapan secara umum terhadap obyek wisata, informasi tentang kekurangankekurangan apa saja yang ditemukan dan yang dirasakan selama berkunjung di obyek wisata serta saran atau masukan untuk pengembangan obyek wisata. Instrumen yang digunakan adalah lembar pengamatan untuk penilaian potensi obyek wisata dan lembar wawancara. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar dari peneliti sendiri, walaupun data yang dikumpulkan itu sebenarnya data yang asli. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari arsip dan data-data yang terkait dengan penelitian untuk memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan proses analisis yang akan dilakukan. Pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan survei ke beberapa instansi yang terkait. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain: a. Data sejarah obyek wisata yang diperoleh dari kantor pengelola masingmasing obyek. b. Data pengunjung yang diperoleh dari kantor pengelola masing-masing obyek. c. Data monografi Kecamatan Selogiri yang diperoleh dari kantor BPS Kabupaten Wonogiri. d. Data sebaran obyek wisata yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri dan Kantor Kecamatan Selogiri. e. Data iklim di Kecamatan Selogiri yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kecamatan Selogiri. f. Data sebaran sarana dan prasarana pariwisata di Kecamatan Selogiri yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Selogiri, Kantor BPS Kabupaten Wonogiri, BAPPEDA, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Wonogiri, Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri, dan PDAM sebagai perusahaan atau pengelola fasilitas umum pariwisata.

5 46 g. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar (Manyaran), Lembar (Jumantono) dan Lembar (Wonogiri) Tahun 2001 dari BAKOSURTANAL. D. Teknik Sampling Setiap penelitian ilmiah berhadapan dengan masalah populasi dan sampel. Pemilihan dan penentuan populasi maupun sampel itu tergantung pada permasalahan yang akan diteliti. 1. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Wardiyanta, 2006: 19). Dalam setiap penelitian, populasi harus disebutkan secara eksplisit, terkait dengan besarnya anggota populasi dan wilayah penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang menjadi sumber pengambilan sampel. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh pelaku pariwisata yang ada di wilayah Kecamatan Selogiri. Pelaku pariwisata tersebut terdiri dari wisatawan, pengelola obyek wisata, industri pariwisata/ penyedia jasa, pendukung jasa wisata, pemerintah, masyarakat lokal, dan lembaga swadaya masyarakat. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi (Tika, 2005: 24). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling dan accidental sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan cermat dan akurat. Purposive sampling dalam penelitian ini yaitu dengan menentukan orang-orang yang tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi informan atau sumber informasi yang benar serta mengetahui masalah penelitian. Sampel dalam penelitian terdiri dari pengelola obyek wisata dan aparatur pemerintah setempat. Pengelola obyek wisata dalam hal ini adalah Kepala UPTD atau mereka yang ikut berpartisipasi aktif dalam pengelolaan obyek wisata. Sedangkan pihak

6 47 aparatur pemerintah setempat dalam hal ini adalah Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri yaitu Bapak Sentot Sujarwoko, S.H. Purposive Sampling dalam penelitian ini digunakan untuk wawancara kepada aparatur pemerintah dan pengelola. Sedangkan Accidental Sampling adalah metode pengambilan sampel secara tidak acak dan kebetulan. Accidental Sampling dalam penelitian ini digunakan untuk wawancara kepada wisatawan. Melalui teknik ini proses pengambilan sampel dilakukan tanpa perencanaan seksama. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari wisatawan. Sampel yang pertama kali berhasil dijumpai dapat dipilih langsung. Dalam hal ini wisatawan yang dimaksud adalah wisatawan yang pada saat pengambilan sampel berlangsung sedang berada di lokasi obyek wisata. E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Pengumpulan data dari segi cara atau teknik dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya (Sugiyono, 2013: 62). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Observasi Lapangan Kegiatan observasi dilakukan secara langsung terhadap obyek wisata di daerah penelitian dengan cara sistematik atau berstruktur, yaitu menentukan unsur-unsur utama yang akan diobservasi secara sistematik. Unsur-unsur yang ditentukan tersebut disesuaikan dengan tujuan penelitian yang telah dibuat. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data primer. Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang ada di lapangan berupa data daya tarik obyek wisata, data aksesbilitas obyek wisata serta data sarana prasarana dan fasilitas dasar yang ada di masing-masing obyek wisata di wilayah Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri.

7 48 2. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data melalui dokumen-dokumen/ catatan yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan valid maka peneliti harus dapat mengevaluasi atau menilai data yang sudah didapatkan. Data yang diperlukan antara lain data sejarah obyek wisata, pengunjung, monografi, sebaran obyek wisata, iklim, dan sebaran sarana prasarana pariwisata. 3. Wawancara Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh keterangan atau informasi yang terinci dan mendalam dalam rangka pengumpulan data. Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara lisan dengan interviewee (orang yang memberi informasi). Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara berstruktur sehingga daftar pertanyaan disusun terlebih dahulu agar informasi yang dibutuhkan dapat terjaring secara lengkap dan baik. Dalam wawancara ini, peneliti menetapkan beberapa intervewee untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Interviewee tersebut adalah Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri yaitu Bapak Sentot Sujarwoko, S.H, Kepala UPTD atau pengelola masingmasing obyek wisata dan wisatawan obyek wisata. F. Validitas Data Data yang telah dikumpulkan harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya, sehingga suatu cara untuk kemantapan kesimpulan dan tafsiran penelitian yang disebut validitas data. Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan data dilakukan dengan cara triangulasi. Dalam teknik triangulasi ini peneliti menggunakan beberapa sumber dalam pengumpulan data, artinya membandingkan dan mengecek baik kepercayaan sesuatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan jalan metode kualitatif. Hal-hal yang dilakukan adalah dengan membandingkan hasil dari observasi, wawancara, dan analisis dokumen sehingga hasil akhir dari analisis mencapai tingkat mutu dan validitas tinggi.

8 49 Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan observasi lapangan untuk membuktikan apakah nilai hasil skoring masing-masing variabel pada setiap obyek wisata, sudah sesuai dengan kenyataan atau belum. Peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak terkait untuk memperkuat deskripsi hasil pengamatan dan analisis dokumen. G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Potensi Obyek Wisata Penentuan nilai potensi dilakukan dengan penilaian menggunakan pengharkatan (teknik skoring), yaitu dengan memberikan skor atau nilai. Variabel penelitian dipilih berdasarkan kriteria penelitian dalam pedoman penyusunan analisis daerah obyek wisata dan menggunakan alat ukur dari penelitian sejenis dan menyesuaikan dengan kondisi daerah penelitian. Dalam penelitian ini variabel penelitian terdiri dari daya tarik obyek wisata, aksesbilitas serta sarana prasarana dan fasilitas dasar. Nilai skor digunakan untuk membedakan besar pengaruh antara berbagai kriteria penilaian dari setiap variabel yang digunakan, sedangkan bobot nilai digunakan untuk membedakan besar pengaruh antar variabel. Tahapan dalam analisis data pada penelitian ini diawali dengan pemilihan indikator dari variabel-variabel penelitian berdasarkan kriteria penelitian pengembangan potensi daerah wisata dari Departemen Kehutanan Jakarta yang dimodifikasi karena disesuaikan dengan kondisi kepariwisataan daerah setempat. Setelah dilakukan skoring dengan pembobotan pada masingmasing variabel untuk mengetahui tingkat perkembangan masing-masing obyek wisata. Alasan menggunakan pembobotan adalah untuk menghindari hasil pengharkatan (skoring) yang tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan. Variabel yang mempunyai daya dukung tinggi terhadap perkembangan pariwisata mempunyai nilai yang tinggi, dan sebaliknya variabel yang mempunyai daya dukung rendah mempunyai bobot nilai rendah. Penilaian potensi dilakukan dengan menggunakan rumus interval kelas. Rumus interval kelasnya adalah sebagai berikut:

9 50 I = R N Dimana: I = Interval kelas R = Jumlah skor tertinggi Jumlah skor terendah N = Jumlah kelas Kriteria yang digunakan dalam penskoran pada masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut: a. Daya Tarik Objek Wisata Variabel daya tarik obyek wisata menjadi prioritas utama dalam penilaiannya. Variabel ini mempunyai bobot 0,5 karena daya tarik memberikan pengaruh yang besar terhadap kedatangan wisatawan. Faktorfaktor penilaian pada variabel ini adalah: tingkat kelangkaan atau keunikan, macam sumber daya kreasi, nilai wisata, ketersediaan lahan, kebersihan udara dari polusi. Tingkat kelangkaan atau keunikan obyek dinilai dari kelangkaan obyek tersebut mudah ditemukan didaerah lain atau tidak. Kriteria ini dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu lokal, regional, nasional dan internasional. Dikatakan lokal apabila obyek banyak ditemukan ditempat lain tetapi mempunyai keunikan tersendiri, regional apabila obyek jarang ditemukan ditempat lain tetapi kurang memiliki keunikan, nasional apabila obyek jarang ditemukan di tempat lain dan memiliki keunikan tersendiri, sedangkan internasional apabila obyek tidak dapat ditemukan ditempat lain dan memiliki keunikan tersendiri. Macam sumber kreasi yang tersedia dibagi pada beberapa daya tarik, yaitu daya tarik geologi, flora, fauna, air, dan lain-lain. Untuk penilaian pada parameter nilai wisata, dibagi menjadi lima nilai yaitu rekreasi, pengetahuan, kebudayaan, pengobatan, dan kepercayaan. Pada parameter ketersediaan lahan rekreasi dibagi menjadi tiga yaitu lahan untuk bersantai, bermain, berolahraga, dan untuk kegiatan lainya. Parameter ini dihitung berdasarkan jumlahnya. Untuk parameter kebersihan udara dilokasi, dibedakan sumber

10 51 polusinya apakah dari alam, industri, pemukiman, sampah, binatang dan lain-lain. Penskoran untuk variabel daya tarik obyek wisata tersebut bisa dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria Penilaian Daya Tarik Obyek Wisata No Faktor Kriteria Skor Lokal 5 1 Tingkat Kelangkaan/ Regional 10 Keunikan Nasional 15 Internasional 20 2 Ada 1 macam 2 Macam sumberdaya kreasi Ada 2 macam 4 yang tersedia (geologi, flora, Ada 3 macam 6 fauna, air, lainnya) Ada 4 macam 8 3 Ada 1 nilai obyek 2 Nilai wisata (rekreasi, Ada 2 nilai obyek 4 pengetahuan, kebudayaan, Ada 3 nilai obyek 6 pengobatan, kepercayaan) Ada 4 nilai obyek 8 4 Tidak tersedia 1 Ketersediaan lahan untuk Tersedia tetapi hanya salah satu 2 rekreasi (bersantai, bermain, Tersedia tetapi terbatas 3 berolahraga) Tersedia cukup luas 4 Kebersihan udara lokasi Tidak ada polusi 4 (Tidak ada pengaruh polusi Ada 1-2 sumber polusi 3 5 dari alam, industri, Ada 3-4 sumber polusi 2 permukiman, sampah, Ada 5 sumber polusi binatang, dll) 1 Sumber: Departemen Kehutanan dalam Sugiyanto (2004: 40) dengan modifikasi Tahun 2015 Berdasarkan lima parameter di atas, kemudian ditentukan kelas daya tarik obyek wisata dengan cara menjumlah skor hasil pengamatan lapangan dari masing-masing parameter. Klasifikasi daya tarik obyek wisata

11 52 dibagi menjadi 3 kelas dengan cara interval. Rumus yang dipakai adalah rumus interval kelas. Rumus interval kelasnya adalah sebagai berikut: I = R N Dimana: I = Interval kelas R = Jumlah skor tertinggi - Jumlah skor terendah N = Jumlah kelas Interval kelasnya adalah I = (22 5,5) / 3 = 5,5. Klasifikasi skor daya tarik obyek wisata disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Klasifikasi Skor dan Kelas Daya Tarik Obyek Wisata No. Skor Variabel Daya Tarik Kelas Daya Tarik 1 16,5 22 Sangat Menarik 2 10,9 16,4 Menarik 3 5,3 10,8 Kurang Menarik b. Aksesbilitas/ Keterjangkauan Adalah kemudahan daya jangkau menuju obyek wisata. Variabel ini mempunyai bobot 0,3. Faktor-faktor yang mempengaruhi aksesbilitas adalah jarak, sarana transportasi, dan kondisi jalan. Pada variabel aksesbilitas terdapat empat variabel, antara lain jarak dari jalan raya, sarana transportasi menuju obyek, kondisi jalan menuju obyek, jumlah sarana transportasi umum menuju obyek per hari. Sarana transportasi yang dimaksud adalah sarana transportasi yang digunakan menuju obyek. Kondisi jalan yang dimaksud dibagi menjadi empat, yaitu setapak, tanah, berbatu, dan beraspal. Jumlah sarana transportasi umum yang dimaksud adalah seberapa sering sarana transportasi umum melewati obyek dalam satu hari. Penskoran untuk variabel aksesbilitas/ keterjangkauan tersebut bisa dilihat pada Tabel 6.

12 53 Tabel 6. Kriteria Penilaian Aksesbilitas No. Faktor Kriteria Skor 1 4 km 1 Jarak dari jalan raya 2-3 km km 3 < 1 km 4 2 Jalan kaki 1 Sarana transportasi Roda dua 2 menuju obyek Pribadi, roda empat 3 Umum, roda empat 4 3 Setapak 1 Kondisi jalan menuju Tanah 2 obyek Berbatu 3 Beraspal 4 4 Tidak ada 1 Jumlah sarana Ada 1-10 kendaraan 2 transportasi umum Ada kendaraan 3 menuju obyek per hari > 20 kendaraan 4 Sumber: Departemen Kehutanan dalam Asmoro (2011: 34) dengan modifikasi Tahun 2015 Berdasarkan dari empat parameter diatas, kemudian ditentukan kelas aksesbilitas, yaitu dengan cara menjumlah skor hasil pengamatan lapangan dari masing-masing parameter. Klasifikasi daya tarik obyek wisata dibagi menjadi 3 kelas dengan cara interval. Rumus yang dipakai adalah rumus interval kelas. Rumus interval kelasnya adalah sebagai berikut: I = R N Dimana: I = Interval kelas R = Jumlah skor tertinggi - Jumlah skor terendah N = Jumlah kelas

13 54 Interval kelasnya adalah I = (4,8 1,2) / 3 = 1,2. Klasifikasi skor aksesbilitas disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Klasifikasi Skor dan Kelas Aksesbilitas No Skor Variabel Aksesbilitas Kelas Aksesbilitas 1 3,6-4,8 Sangat Mudah 2 2,3 3,5 Mudah 3 1-2,2 Sulit c. Sarana Prasarana dan Fasilitas Dasar Sarana prasarana dan fasilitas dasar merupakan variabel yang mempunyai peranan penting dan tidak bisa ditinggalkan kerena berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan wisatawan. Variabel ini mempunyai bobot 0,1. Pada variabel ini terdapat terdapat tujuh parameter, antara lain sarana air bersih, sarana ibadah, listrik, jaringan telekomunikasi, tempat parkir, MCK, warung makan, penginapan dan toko souvenir/ oleh-oleh. Parameter sarana air bersih yang dimaksud adalah ketersediaan air baik dari sumur atau mata air. Parameter sarana ibadah yang dimaksud adalah ketersediaan bangunan ibadah di suatu obyek. Parameter listrik yang dimaksud adalah keterjangkauan listrik disuatu obyek. Parameter jaringan telekomunikasi, tempat parkir, MCK, warung makan, penginapan dan toko souvenir/ oleholeh yang dimaksud adalah ketersediaan fasilitas-fasilitas tersebut di suatu obyek. Untuk parameter tempat parkir yang diukur adalah luasannya secara kualitatif. Penskoran untuk variabel sarana prasarana dan fasilitas dasar tersebut bisa dilihat pada Tabel 8.

14 55 Tabel 8. Kriteria Penilaian Sarana Prasarana dan Fasilitas Dasar No. Faktor Kriteria Skor 1 Kurang memadai 1 Sarana air bersih Tersedia tetapi terbatas 2 Tersedia memadai 3 2 Belum tersedia 1 Sarana ibadah Tersedia tetapi kurang terawat 2 Tersedia dengan kondisi baik 3 3 Belum terjangkau 1 Listrik Sudah terjangkau tetapi sebagian 2 Terjangkau baik 3 4 Jaringan Telekomunikasi Belum tersedia 1 (signal HP, Wifi dan Jaringan Tersedia 1-3 jaringan 2 telfon rumah) Terdapat >4 jaringan 3 5 Belum tersedia 1 Tempat parkir Tersedia tetapi sempit 2 Tersedia luas 3 6 Tidak ada 1 MCK Ada 1-4 unit 2 Ada > 5 unit 3 7 Tidak ada 1 Warung makan Ada 1-4 unit 2 Ada > 5 unit 3 8 Tidak ada 1 Penginapan Ada 1-4 unit 2 Ada > 5 unit 3 9 Toko souvenir/ oleh-oleh Tidak ada 1 Ada 1-4 unit 2 Ada > 5 unit 3 Sumber: Departemen Kehutanan dalam Sulistyaningrum (2012: 34) dengan modifikasi Tahun 2015 Berdasarkan sembilan parameter di atas ditentukan kelas sarana prasarana dan fasilitas dasar dengan cara menjumlah skor hasil pengamatan

15 56 lapangan dari masing-masing parameter. Klasifikasi sarana prasarana dan fasilitas dasar dibagi menjadi 3 kelas dengan cara interval. Rumus yang dipakai adalah rumus interval kelas. Rumus interval kelasnya adalah sebagai berikut: I = R N Dimana: I = Interval kelas R = Jumlah skor tertinggi - Jumlah skor terendah N = Jumlah kelas Interval kelasnya adalah I = (2,7 0,9) / 3 = 0,6. Klasifikasi sarana prasarana dan fasilitas dasar disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Klasifikasi Skor dan Kelas Sarana Prasarana dan Fasilitas Dasar No Skor Sarana dan Prasarana Kelas Sarana dan Prasarana 1 2,1 2,7 Sangat Mendukung 2 1,4 2 Mendukung 3 0,7 1,3 Kurang Mendukung Berdasarkan variabel-variabel diatas ditentukan nilai potensi obyek wisata dengan cara menjumlahkan skor hasil pengamatan lapangan dari masing-masing parameter. Nilai skor tertinggi diberikan apabila parameter mendukung pengembangan kepariwisataan dan nilai skor rendah apabila parameter kurang mendukung pengembangan kepariwisataan. Untuk menentukan kelas potensi digunakan rumus jumlah total. Jumlah total nilai tertinggi dari tiga variabel dikurangi jumlah total nilai terendah dari tiga variabel yang kemudian dibagi jumlah kelas. Untuk lebih jelasnya akan disajikan dalam perhitungan dibawah ini:

16 57 Dimana: I = R N I = Interval kelas R = Jumlah skor tertinggi - Jumlah skor terendah N = Jumlah kelas Jumlah nilai tertinggi = (X1 x 0,5) + (X2 x 0,3) + (X3 x 0,1) Jumlah nilai terendah = (Y1 x 0,5) + (Y2 x 0,3) + (Y3 x 0,1) Keterangan: X1, X2, X3 = Total nilai tertinggi pada variabel 1, total nilai tertinggi pada variabel 2, total nilai tertinggi pada variabel 3. Y1,Y2,Y3 = Total nilai terendah pada variabel 1, total nilai terendah pada variabel 2, total nilai terendah pada variabel , 0.3, 0.1 = Bobot nilai variabel 1, bobot nilai variabel 2, bobot nilai variabel 3. Jumlah nilai tertinggi = (44 x 0,5) + (16 x 0,3) + ( 27 x 0,1) = ,8 + 2,7 = 29,5 Jumlah nilai terendah = (11 x 0,5) + (4 x 0,3) + (9 x 0,1) = 5,5 + 1,2 + 0,9 = 7,6 Interval kelas = = = Jumlah kelas tertinggi Jumlah kelas terendah 29,5 7,6 3 21,9 3 3 = 7,3

17 58 Untuk lebih jelas, kelas potensi obyek wisata dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Klasifikasi Skor dan Kelas Potensi Obyek Wisata No Skor Potensi Obyek Wisata Kelas Potensi Obyek Wisata 1 22,2 29,5 Sangat Potensial 2 14,8 22,1 Cukup Potensial 3 7,4 14,7 Kurang Potensial 2. Analisis SWOT Arahan pengembangan dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Teknik ini digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan internal, serta kesempatan/ peluang dan tantangan/ ancaman eksternal. Pertama yang harus dilakukan adalah penilaian potensi setiap obyeknya. Selanjutnya analisis SWOT dilakukan secara menyeluruh dalam obyek wisata tersebut. Analisis SWOT dilakukan dengan membuat lembaran kerja yang berisi persilangan empat bagian yang masing-masing terdiri dari kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Dari hasil observasi dapat diketahui kekuatan dan kelemahan pada masing-masing obyek wisata. Kesempatan/ peluang dan tantangan/ ancaman bersifat melengkapi analisis internal yang didapatkan dari wawancara dan dokumentasi. Pada masing-masing obyek yang sudah teridentifikasi, kemudian ditentukan arah pengembangannya, atas dasar kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dimiliki. Dalam menggunakan analisis SWOT terdapat kelemahan diantaranya pada umumnya SWOT hanya mencerminkan pandangan seseorang atau kelompok, dimana hanya mencerminkan keberpihakan dalam menilai tindakan yang telah ditentukan sebelumnya, daripada digunakan sebagai alat untuk menemukan kemungkinankemungkinan penemuan baru dan kadang-kadang ancaman dipandang sebagai kesempatan. Disisi lain SWOT dapat digunakan secara kreatif sehingga

18 59 membentuk dan membangun fondasi, sehingga dapat menciptakan sejumlah rencana strategis untuk pengembangan program-program baru. H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh dari berbagai tahapan penelitian mulai dari persiapan, penulisan proposal penelitian, penyusunan instrumen penelitian, pengumpulan data, analisis data sampai yang terakhir adalah penulisan laporan penelitian. Langkah-langkah dalam prosedur penelitian bisa dilihat pada Gambar 2. Persiapan Penulisan Proposal Penelitian Penyusunan Instrumen Instrumen Penulisan Laporan Penelitian Analisis Data Pengumpulan Data Gambar 2. Bagan Prosedur Penelitian Penjelasan tentang langkah-langkah dalam prosedur penelitian mulai dari awal sampai akhir akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Persiapan Merupakan tahap awal dalam rangkaian proses penelitian. Tahap persiapan ini meliputi beberapa tahap yaitu berupa penentuan obyek penelitian, dalam arti daerah penelitian maupun topik penelitian. Pengamatan terhadap permasalahan-permasalahan yang ada, kemudian dilanjutkan dengan studi literatur yang berkaitan dengan obyek penelitian. 2. Penulisan Proposal Penelitian Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap persiapan. Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah merumuskan latar belakang masalah, merumuskan permasalahan, menentukan tujuan penelitian, merumuskan manfaat dari penelitian serta mengkaji teori-teori pendukung yang berkaitan dengan judul penelitian untuk memfokuskan masalah penelitian. Selanjutnya proposal penelitian ini digunakan sebagai dasar acuan untuk melakukan penelitian.

19 60 3. Penyusunan Instrumen Penelitian Tahapan ini adalah tahapan sebelum melakukan pengumpulan data, dengan cara membuat instrumen penelitian. Instrumen penelitian merupakan alat untuk mendapat informasi yang berhubungan dengan penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu yang pertama instrumen untuk penilaian potensi obyek wisata yang terdiri dari tiga variabel yaitu variabel daya tarik obyek, variabel aksesbilitas serta variabel sarana prasarana dan fasilitas dasar. Instrumen yang kedua yaitu instrumen untuk wawancara kepada aparatur pemerintah dalam hal ini sebagai informannya adalah Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga yaitu Bapak Sentot Sujarwoko, S.H, wawancara kepada pengelola masing-masing obyek wisata dan wawancara kepada wisatawan obyek wisata. Data yang diperoleh dari wawancara kepada aparatur pemerintah adalah data mengenai sejarah kepariwisataan, data macam-macam obyek wisata, data perkembangan pariwisata, data rencana pengembangan pariwisata dan dukungan serta hambatan dalam usaha pengembangan pariwisata. Data yang diperoleh dari wawancara kepada pengelola obyek adalah data mengenai kondisi umum obyek wisata, data potensi daya tarik obyek wisata, data aksesbilitas obyek wisata, data sarana prasarana wisata, data rencana pengembangan obyek wisata dan dukungan serta hambatan dalam usaha pengembangan obyek wisata. Data yang diperoleh dari wawancara kepada wisatawan adalah data mengenai motivasi kunjungan, informasi tentang tanggapan secara umum terhadap obyek wisata, informasi tentang kekurangan-kekurangan apa saja yang ditemukan dan yang dirasakan selama berkunjung di obyek wisata serta saran atau masukan untuk pengembangan obyek wisata.

20 61 4. Pengumpulan Data Tahap ini merupakan tahap yang banyak menyita waktu dan tenaga karena langsung terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan terjun langsung di lapangan dengan instrumen penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya untuk mengumpulkan data yang berupa data potensi obyek wisata melalui variabel daya tarik, aksesbilitas serta sarana prasarana dan fasilitas pendukung obyek wisata. Selain itu pengumpulan data juga di peroleh dari melakukan wawancara. Untuk data sekunder pengumpulan data dilakukan dengan mencari arsip dan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian yang berupa data sejarah obyek wisata dan pengunjung yang diperoleh dari kantor pengelola masing-masing obyek; data monografi Kecamatan Selogiri yang diperoleh dari kantor BPS Kabupaten Wonogiri; data sebaran obyek wisata yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri dan Kantor Kecamatan Selogiri; data iklim di Kecamatan Selogiri yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kecamatan Selogiri; data sebaran sarana prasarana wisata yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Selogiri, Kantor BPS Kabupaten Wonogiri, BAPPEDA, DISHUBKOMINFO, DISKES, DISKEBPARPORA, dan PDAM; serta Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar (Manyaran), Lembar (Jumantono) dan Lembar (Wonogiri) Tahun 2001 dari BAKOSURTANAL. 5. Analisis Data Tahap ini merupakan tahap pengolahan data hasil dari pengumpulan data yang telah dilakukan di tahap sebelumnya untuk menyimpulkan hasil penelitian. Tahap analisis data diawali dengan menetapkan teknik analisis yaitu analisis skoring menggunakan kelas interval yang dipakai untuk mengetahui kelas potensi sebuah obyek wisata. Analisis yang kedua adalah analisis SWOT yang digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan internal, serta kesempatan/ peluang

21 62 dan tantangan/ ancaman eksternal sebuah obyek wisata. Langkah selanjutnya yaitu memadukan antara kedua analisis yang dipakai yaitu analisis potensi obyek wisata dengan skoring dan analisis SWOT, hasil perpaduan tersebut menghasilkan faktor pendukung dan faktor penghambat pengembangan suatu obyek wisata. Kedua faktor tersebut digunakan untuk acuan dalam penentuan arahan pengembangan obyek wisata. 6. Penulisan Laporan Penelitian Penulisan laporan penelitian merupakan tahap akhir dari prosedurprosedur sebelumnya. Tahap ini merupakan tahap penulisan hasil penelitian secara keseluruhan yang disusun secara sistematis mulai dari bab 1 yaitu pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian. Pada bab 2 di bahas tentang landasan teori, bab 3 di bahas tentang metodologi penelitian, bab 4 dibahas tentang hasil penelitian dan bab 5 berisi kesimpulan, implikasi dan saran. Tahapan yang paling akhir dari penulisan laporan penelitian yaitu penyususunan laporan penelitian dalam bentuk hardcopy dan softcopy sebagai output kegiatan penelitian secara nyata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kabupaten Ketapang tepatnya di Kecamatan Muara Pawan, Desa Sungai Awan Kiri, di lokasi Obyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Racangan penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data-data yang digunakan untuk melengkapi penelitian yaitu data primer dan data sekuder. Adapun langkah-

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang mengarah pada pengungkapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian 4 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. 6 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan agar terarah, tergambar keinginan dan tujuan dalam penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. tujuan dalam penelitian dengan baik dan benar. Menurut Masyhuri dan Zainuddin

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. tujuan dalam penelitian dengan baik dan benar. Menurut Masyhuri dan Zainuddin 29 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian dengan baik dan benar. Menurut Masyhuri dan Zainuddin (2008:

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Menurut Singarimbun dan Sofyan Effendi (989: ) bahwa penelitian survey adalah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL P ada dasarnya setiap penelitian memerlukan metode penelitian. Penelitian pariwisata maupun penelitian-penelitian bidang keilmuan sosial humaniora lainnya

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang tata cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang mengarah pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian gabungan antara kualitatif dan kuantitatif dengan melakukan pengamatan, wawancara dan dokumen. Metode tersebut digabungkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. " Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di sekitar Jalan Cihampelas yaitu dimulai dari Jalan Bapa Husen sampai Hotel Promenade yang telah di gambarkan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat terlaksana secara efektif dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan penelitian yaitu mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karanganyar. Secara astronomi Kabupaten Karanganyar terletak antara 110 40 110 70

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Kawasan Mangrove Karangsong yang berlokasi di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian Daya Dukung Cihampelas Sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian Daya Dukung Cihampelas Sebagai 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian Daya Dukung Cihampelas Sebagai Daerah Tujuan Wisata Belanja adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut The Liong Gie dalam Sumaatmadja (1988:75), Metode yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut The Liong Gie dalam Sumaatmadja (1988:75), Metode yaitu 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut The Liong Gie dalam Sumaatmadja (1988:75), Metode yaitu studi mengenai asas-asas dasar dari penyelidikan, seringkali melibatkan masalahmasalah

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Menurut Borg dan Gall dalam Sugiyono (2010:13), metode penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Cihideung, kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat atau 20 km dari Kota Bandung, Jawa Barat. Pencarian data-data dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Ruang lingkup wilayah atau lokasi penelitian ini adalah Desa Cintaasih yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan penelitian yaitu mengidentifikasi potensi budaya yang ada di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Menurut BPS Kabupaten Limapuluah Kota (2014) Nagari Tarantang adalah daerah yang dijadikan lokasi dalam penelitian ini, yang mana Nagari Tarantang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Pembangunan bidang pariwisata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pandangan dari masyarakat, wisatawan, dan pemirintah tentang persepsi

BAB III METODE PENELITIAN. pandangan dari masyarakat, wisatawan, dan pemirintah tentang persepsi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi potensi ekowisata yang ada di Desa Aik Berik yang meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif. Artinya, data yang dikumpulkan bukan berupa data angka, melainkan data yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di mana analisis diuraikan secara kualitatif ditambah sedikit perhitungan

BAB III METODE PENELITIAN. di mana analisis diuraikan secara kualitatif ditambah sedikit perhitungan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bentuk Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di depan, maka penelitian ini menggunakan rancangan atau desain penelitian deskriptif kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Bentuk Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Setiap

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2009:2) metode penelitian pada dasarnya merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Cimanggu yang terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan dikawasan objek wisata Kampung Sumber

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan dikawasan objek wisata Kampung Sumber BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan dikawasan objek wisata Kampung Sumber Alam Resort Cipanas Garut yang terletak dikecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dan bersifat multidimensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN

BAB. III METODE PENELITIAN BAB. III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Bersifat deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Sugiyono (0:6) mengemukakan bahwa metode survei digunakan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol 10 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Ocean Ecopark Ancol yang terletak di Jalan Lodan Timur No.7, Jakarta Utara (Gambar 2). Ocean Ecopark yang terletak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah Objek Wisata Air Terjun Lepo, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang saya bahas adalah dampak ekonomi, dampak sosial,

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang saya bahas adalah dampak ekonomi, dampak sosial, BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang saya bahas adalah dampak ekonomi, dampak sosial, dampak fisik. Adapun subjek yang akan diteliti adalah Objek Wisata Air Mancur

Lebih terperinci

Lampiran 4 Panduan scoring untuk mengetahui tingkat kepentingan

Lampiran 4 Panduan scoring untuk mengetahui tingkat kepentingan LAMPIRAN 2 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permasalahan konservasi 1. Permasalahan internal 2. Permasalahan eksternal. Variasi kegiatan di Lampiran 2 Panduan wawancara pengelolaan 1. Apa saja kekuatan, kelemahan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pantai Tanjung Bara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimanan Timur selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan Januari

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keinginan manusia untuk berwisata akan terus meningkat sesuai peradabanan era modern. Hal ini disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang padat sehingga orang akan mencari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode survey. Pabundu (1996, hlm. 9) menjelaskan bahwa metode survey bertujuan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam rangka melaksanakan kegiatan penelitian adalah menggunakan penelitian deskriptif. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Tamansari Gua Sunyaragi yang berada di sisi By Pass Jalan Brigjen Dharsono, sebuah kompleks situs seluas 1,5 ha.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain 1. Metode Penelitian Menurut Winarno Surakhmad (1982:131) metode penelitian adalah cara yang utama yang digunakan oleh peneliti untuk mencapai tujuan, misalnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif dan kuantitatif. Bersifat diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Arikunto (2006:151) metode penelitian adalah cara yang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Arikunto (2006:151) metode penelitian adalah cara yang BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Menurut Arikunto (2006:151) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, data yang dikumpulkan bisa berupa

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran adalah pendekatan penelitian deduktif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain.

III. METODE PENELITIAN. sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 3) metode deskriptif merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. research) menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. research) menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif.

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu tindakan penelitian ilmiah perlu digunakan metode-metode penelitian mulai dari mengumpulkan data, sampai kepada menampilkan data data serta memudahkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat menghasilkan pendapatan daerah terbesar di beberapa negara dan beberapa kota. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi Perkampungan Budaya Betawi yang dijadikan tempat penelitian, yaitu terletak di Kawasan Setu Babakan, pada Jalan Muhammad Kahfi, Kelurahan Srengseng

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, selain itu juga merupakan suatu usaha yang sistemastis dan terorganisasi

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI. Isu adalah permasalahan yang dijumpai dan menjadi suatu opini publik yang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI. Isu adalah permasalahan yang dijumpai dan menjadi suatu opini publik yang BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI Isu adalah permasalahan yang dijumpai dan menjadi suatu opini publik yang harus segera dicari permasalahannya. Isu ini dapat berskala makro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dorongan penuh terhadap keberhasilan pengembangan Cigugur sebagai Kawasan

BAB III METODE PENELITIAN. dorongan penuh terhadap keberhasilan pengembangan Cigugur sebagai Kawasan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang diambil adalah kawasan Cigugur Kab. Kuningan Jawa Barat dan beberapa objek wisata lain disekitarnya yang dapat memberikan dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Ghony dan almanshur (2012:25) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Upaya untuk penentuan satuan kawasan wisata merupakan suatu pengalokasian beberapa obyek wisata untuk pengembangan wilayah. Dimana hakekatnya SKW merupakan pengelompokan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN 3. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan Juli-Agustus

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Pasir,

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Pasir, BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Dengan fokus penelitian yaitu pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraiakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metodologi penelitian, kerangka pemikiran, sistematika pembahasan. Untuk lebih jelasnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada proses penelusuran data atau informasi hingga dirasakan. telah cukup digunakan untuk membuat suatu interpretasi.

BAB III METODE PENELITIAN. pada proses penelusuran data atau informasi hingga dirasakan. telah cukup digunakan untuk membuat suatu interpretasi. BAB III METODE PENELITIAN III.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, dimana metode yang digunakan menekankan pada proses penelusuran data atau informasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk 45 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk proses pengumpulan dan menampilkan data hasil penelitian yang dilakukan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan menggambarkan keindahan alam yang beragam serta unik. Kondisi yang demikian mampu menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Menurut Darmadi (2013:153), Metode

BAB III METODE PENELITIAN. cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Menurut Darmadi (2013:153), Metode 31 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013:2), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Mei Agustus 2008. Tempat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang 38 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian. Lokasi Penelitian Kecamatan Dawuan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Letak geografis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Terhadap Kualitas Pelayanan Puskesmas Menganti Gresik, peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Terhadap Kualitas Pelayanan Puskesmas Menganti Gresik, peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini yang berjudul Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Puskesmas Menganti Gresik, peneliti menggunakan jenis

Lebih terperinci

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA. Dedy Norsandi

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA. Dedy Norsandi PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palangka Raya Jl. Hiu Putih, Tjilik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Buaya Indonesia Jaya (TBIJ) yang terletak di Desa Sukaragam, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa

BAB III METODE PENELITIAN. subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan 2010)

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan  2010) 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian mengambil lokasi di Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution yang terletak di Jalan Belitung No. 1, Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumur

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai peranan yang signifikan dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena, mengumpulkan informasi dan menyajikan hasil penelitian pada

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena, mengumpulkan informasi dan menyajikan hasil penelitian pada 58 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitiatif etnografi, penelitian kualitatif adalah suatu strategi yang dipilih oleh penulis untuk mengamati suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Alokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lembaga Sosial Masyarakat Rumah Hebat Indonesia yang terletak di Rejosari RT 03 RW 15 Ngemplak, Gilingan, Banjarsari,

Lebih terperinci