BAB I PENDAHULUAN. Lembaga gadai pertama kali didirikan oleh pemerintah di Sukabumi
|
|
- Verawati Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga gadai pertama kali didirikan oleh pemerintah di Sukabumi Jawa Barat, dengan nama Pegadaian. Pada tanggal 1 April 1901 dengan Wolf Von Westerode sebagai Kepala Pegadaian Negeri pertama, dengan misi membantu masyarakat dari jeratan para lintah darat melalui pemberian uang pinjaman dengan hukum gadai. Seiring dengan berkembangnya zaman, Pegadaian telah beberapa kali berubah status mulai sebagai Perusahaan Jawatan ( 1901 ), Perusahaan di Bawah IBW (1928), Perusahaan Negara (1960), dan kembali ke Perusahaan Jawatan (Perjan) di tahun Pada tahun 1990 dengan lahirnya PP10/1990 tanggal 10 April 1990, sampai dengan terbitnya PP No. 103 tahun 2000, Pegadaian berstatus sebagai Perusahaan Umum (PERUM) dan pada tahun 2012 berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) dan merupakan salah satu BUMN dalam lingkungan Departemen Keuangan RI hingga sekarang. 1 Dalam pasal 1 Ketentuan Umum PP No. 103 tentang Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian, yang selanjutnya dalam peraturan pemerintah ini disebut perusahaan, Badan Usaha Milik Negara sebagaiman diatur dalam Undang-undang No 9 Tahun 1969 tentang bentuk-bentuk usaha negara menjadi undang undang yang bidang usahanya berada dalam lingkup tugas 1 Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia, (Yogyakarta:Gajah Mada University Press,2005), hlm.43. 1
2 2 dan kewenangan Menteri Keuangan, dimana seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Dalam Pasal 3 ayat (1) PERUM Pegadaian Perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan usaha menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai. 2 Pegadaian Syariah merupakan salah satu bentuk layanan dari Perum Pegadaian yang diterapkan dengan konsep Syariah. Konsep Syariah maksudnya segala transaksi dan pengaturan dalam pelayanannya berlandaskan pada aturan Islam. Layanan Syariah ini dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim dan menginginkan transaksi yang sesuai dengan aturan Islam. Dengan begitu, masyarakat muslim bisa merasa nyaman dan aman serta tidak takut lagi dengan hal yang berbau riba dalam melakukan transaksi di Pegadaian. Konsep operasi Pegadaian Syariah mengacu pada sistem administrasi modern yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam. Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang Pegadaian Syariah/ Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. ULGS ini merupakan unit bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai konvensional. Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit Layanan Gadai 2 Ibid, hlm. 44.
3 3 Syariah (ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar, Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September Masih di tahun yang sama pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian Syariah. 3 Dalam penelitian ini penulis memilih Pegadaian Syariah Pekalongan sebagai objek penelitian karena Pegadaian Syariah cabang Pekalongan merupakan salah satu lembaga keuangan syariah yang memberikan jasa pembiayaan jual beli emas dengan akad murabahah yang sangat membantu kebutuhan nasabah. Pegadaian Syariah Pekalongan terletak di jalan JL. KH Mas Mansyur No. 166 Pekalongan. Pegadaian Syariah Pekalongan mulai beroperasi pada tanggal 1 April 2004 dengan pimpinan cabang pertama kali Bapak Nasokha. Awalnya Pegadaian Syariah ini merupakan kantor Pegadaian konvensioanl kemudian berubah menjadi Cabang Perum Pegadaian (CPP) dan sekarang menjadi Cabang Pegadaian Syariah (CPS) Ponolawen. Pegadaian Syariah dalam menjalankan operasionalnya memiliki 3 unit cabang yaitu UPS Wonoyoso, UPS Warungasem dan UPS Veteran 4. Pegadaian Syariah memiliki empat produk, yaitu sebagai berikut: Rahn, merupakan produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsi-prinsip syariah. Nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijaroh (biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan). Arrum (Arrahn Untuk Usaha Mikro), yakni pinjaman dengan sistem syariah bagi pengusaha mikro untuk 3 Ibid, hlm Hasil wawancara dengan Bapak Irfan Masruri (Customer Service), Pegadaian Syariah Pekalongan, pada tanggal 23 Maret 2015, pukul WIB.
4 4 keperluan pengembangan usaha dengan sistem pengembalian secara angsuran menggunakan jaminan emas atau BPKB kendaraan bermotor. Syarat untuk mengajukan pembiayaan Arrum minimal usahanya sudah berjalan dua tahun. Produk logam mulia atau emas batangan murni 99,99 % ada sertifikatnya dan ID Numbernya. Logam mulia atau emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh kebutuhan manusia di samping memiliki nilai estetis yang tinggi juga merupakan jenis investasi yang nilainya stabil, likuid, dan aman secara ril. Mulia (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi) penjualan logam mulia oleh pegadaian kepada masyarakat secara tunai, dan agunan dengan jangka waktu fleksibel. Produk Amanah yakni pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor kepada karyawan tetap. Nasabah bisa menetukan uang muka sendiri dan memilih kendaraan sesuai keinginan. 5 Salah satu bentuk muamalah yang paling populer dan sering jual beli Murabahah. Transaksi Murabahah ini lazim oleh Rosulullah SAW dan para sahabatnya secara sederhana. Murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Singkatnya murabahah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 6 Dalam Pegadaian Syariah cabang Pekalongan akad murabahah dalam produk MULIA. Akad Murabahah yang dalam 5 Hasil wawancara dengan Bapak Syukur Nugraha (Pengelola Galeri), Pegadaian Syariah Pekalongan, pada tanggal 23 Maret 2015, pukul WIB. 6 Adi Warman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 113.
5 5 produk MULIA bisa berdiri sendiri atau bisa menimbulkan akad lain. Adapun jumlah anggota yang memanfaatkan pembiayaan MULIA di Pegadaian Syariah Pekalongan dari tahun 2014 sampai dengan 2015 sebagai berikut: 7 Tabel 1.1 Jumlah Anggota Pembiayaan MULIA di Pegadaian Syariah tahun 2014 s.d 2015 Jumlah Anggota Pembiayaan Tahun MULIA Sumber data: laporan pembiayaan Pegadaian Syariah Pekalongan MULIA(Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi) memfasilitasi emas batangan melalui penjualan logam mulia oleh Pegadaian Syariah kepada masyarakat secara tunai dan/ atau dengan pola angsuran dengan proses cepat dalam jangka waktu tertentu yang fleksibel. Dalam transaksi logam mulia ini, nasabah harus membayar uang muka sesuai dengan kesepakatan, dan selama emas belum lunas, emas yang dibeli tidak langsung diterima oleh nasabah melainkan ditahan oleh pegadaian syariah dengan akad Rahn sampai pembayaran dibayar lunas oleh nasabah. Dalam produk ini, pihak Perum Pegadaian Syariah Cabang Pekalongan mencoba merubah pola sudut pandang nasabah, yaitu dari pola menggadaikan emas untuk kebutuhan yang mendesak menjadi pola menggadaikan emas 7 Hasil wawancara dengan Bapak Irfan Masruri (Customer Service), Pegadaian Syariah Pekalongan, pada tanggal 23 Maret 2015, pukul WIB.
6 6 untuk berinvestasi. Seperti yang kita ketahui, berinvestasi dengan menggunakan emas saat ini dinilai paling mudah dan menguntungkan dibandingkan dengan opsi yang lain. Sejak jaman dahulu, emas telah terbukti harganya selalu naik di atas besarnya inflasi. Hal ini dikarenakan adanya permintaan akan emas yang selalu naik dan biaya untuk mendapatkan emas juga selalu meningkat. Selain itu, keuntungan lainnya berinvestasi emas sebagai perlindungan nilai asset. Bila inflasi tinggi, harga emas akan naik lebih tinggi. Apalagi saat ini, untuk berinvestasi dengan menggunakan logam mulia tidak harus menunggu seseorang menjadi kaya terlebih dahulu. Dengan diluncurkannya produk murabahah terhadap investasi emas pada perum Pegadaian Syariah Cabang Pekalongan, sangat memudahkan para nasabah untuk melakukan pembelian emas logam mulia tanpa harus mempunyai uang banyak. Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis ingin meniliti dan mengangkatnya didalam penulisan Tugas Akhir yang berjudul MEKANISME AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN PRODUK MULIA DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG PEKALONGAN.
7 7 B. Rumusan Masalah Sesuai uraian dari latar belakang masalah yang diuraikan di depan, maka rumusan masalah dalam Tugas Akhir ini : 1. Bagaimana mekanisme produk MULIA dengan akad murabahah yang diterapkan di Pegadaian Syariah cabang Pekalongan? 2. Bagaimana metode perhitungan angsuran pada pembiayaan produk MULIA dengan akad murabahah di Pegadaian Syariah cabang Pekalongan? C. Penegasan Istilah Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan menghindari salah pengertian serta penegasan istilah, maka penulis memandang perlu memberikan penjelasan terhadap beberapa istilah berikut ini : 1. Mekanisme Mekanisme pelaksanaan, penerapan, pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk tentang hal yang disepakati. 8 Pelaksanaan atau penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini pelaksanaan atau penerapan akad murabahah dalam pembiayaan produk MULIA di Pegadaian Syariah cabang Pekalongan. 2. Pembiayaan Merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak 8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka edisi 3, 2001), hlm. 427.
8 8 lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil Produk MULIA (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi) Produk MULIA penjualan logam mulia oleh Pegadaian Syariah kepada masyarakat secara tunai atau angsuran dengan jangka waktu yang fleksibel. 4. Akad Murabahah Murabahah persetujuan jual beli suatu barang sebesar harga pokok ditambah keuntungan yang disepakati bersama, persetujuan tersebut meliputi cara pembayaran sekaligus Pegadaian Syariah Pegadaian Syariah merupakan salah satu unit layanan syariah yang dilaksanakam oleh Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian di samping unit layanan konvensional. 11 D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas hasil penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui mekanisme produk MULIA yang diterapkan di Pegadaian Syariah Cabang Pekalongan. 9 Sultan Remy Syahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukan dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Grafiti, 2005), hlm Darmawi, Pasar Financial dan Lembaga-Lembaga Financial, (Jakarta: Bumi Aksara,2006), hlm Abdul Ghofur Anshori, Op.cit, hlm 139.
9 9 2. Untuk mengetahui perhitungan angsuran pada pembiayaan produk MULIA yang diterapkan di Pegadaian Syariah cabang Pekalongan. E. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Secara Praktis a) Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang pegadaian syariah terutama mengenai produk pembiayaan di pegadaian syariah cabang Pekalongan. b) Dapat memberikan informasi dan memperkenalkan produk MULIA kepada masyarakat luas sehingga masyarakat tertarik untuk menggunakannya. 2. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai produk pembiayaan yang terdapat di Pegadaian Syariah cabang Pekalongan khususnya dalam produk MULIA. Manfaat bagi pihak Pegadaian Syariah diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dan saran yang lebih baik. Dan dapat sebagai dasar pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan penelitian yang berhubungan dengan mekanisme produk MULIA dengan akad Murabahah.
10 10 F. Tinjauan Pustaka Adanya hasil riset terdahulu dikarenakan sebagai penegasan berisi tentang perbedaan penelitian yang sedang diteliti dengan penelitian yang pernah di teliti. Perbedaannya terletak pada hasil penelitian yaitu mengetahui implementasi yang di terapkan dalam lembaga keuangan syariah pada pembiayaan murabahah yang ditetapkan diawal maupun diakhir akad sesuai kesepakatan bersama. Adapun tabel pendukung perbedaan yaitu sebagai berikut:
11 11 Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu No Penelitian Jenis dan Teknik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan dan Judul Pendekatan Pengumpulan data Penelitian Penelitian dan Analisis Data 1. Dila Jenis penelitian Teknik Pengumpulan Bahwa sebesar 74% dari Permasalahan yang Persamaan Larantika yang data yang 50 responden pada dibahas dan lokasi dengan ( ) penelitian lapangan dan pendekatan yang observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang pegadaian syariah cabang Cinere tertarik dengan produk penjualan emas penelitian, akan uraikan yang peneliti penelitian yang akan dilakukan Minat yaitu logam mulia, hal ini mekanisme pembahasan Masyarakat pendekatan deskriptif. terlihat dari jumlah pembiayaan logam mengenai jual Terhadap kualitatif. nasabah dan penjualan mulia untuk beli emas. Jual-Beli emas yang menghingkat investasi di Emas di dari tahun ke tahun sejak Pegadaian Syariah Pegadaian produk tersebut cabang Pekalongan Syariah diluncurkan hingga bukan minat
12 12 Cabang sekarang. nasabah terhadap Cinere produknya. 2. Ratih Daniar Jenis penelitian Teknik Pengumpulan Bahwa produk MULIA di Perbedaanya Persamaan Anggraeni yang data yang Pegadaian Syariah terletak pada dengan ( ) lapangan penelitian dan observasi, wawancara dan dokumentasi. memiliki kontribusi yang cukup besar dalam permasalahannya, yang akan peneliti penelitian yang akan dilakukan Akad pendekatan yang Analisis data yang pendapatan Pegadaian uraikan Murabahah yaitu Syariah. Dengan produk mekanisme pembahasan Mulia dan pendekatan deskriptif. MULIA ini pegadaian pembiayaan produk mengenai akad Dampaknya kualitatif. Syariah CPS Mayjend MULIA bukan murabahah pada pada Sungkono mengalami dampak dari produk MULIA Kontribusi peningkatan pada tahun produk tersebut. yang Pendapatan 2011 sebesar 4%. Serta lokasi dikeluarkan oleh Pegadaian penelitian yang Pegadaian Syariah CPS akan peneliti Syariah. Mayjend uraikan Sungkono Pegadaian Syariah Surabaya Pekalongan.
13 13 3. Paramita Jenis penelitian Teknik Pengumpulan Bahwa penerapan produk Terletak pada Persamaan Azhar yang data yang murabahah terhadap lokasi penelitian, dengan ( ) penelitian lapangan dan pendekatan yang observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang investasi emas di peum Pegadaian Syariah cabang Subrantas, nasabah yang yang akan peneliti uraikan di Pegadaian Syariah penelitian yang akan dilakukan Penerapan yaitu ingin melakukan cabang pembahasan Produk pendekatan deskriptif. pembelian logam mulia ini Pekalongan. mengenai akad Murabahah kualitatif. harus mengajukan murabahah pada Terhadap permohonan dan produk MULIA Investasi memenuhi syarat-syarat Emas di yang telah ditentukan. Perum Pegadaian Syariah Cabang Subrantas Ditinjau dari Perspektif Ekonomi
14 14 Islam 4. Corry Jenis penelitian Teknik Pengumpulan Bahwa dalam oprasional Terletak pada Persamaan Cholisna yang data yang kerjanya, prosedur permasalahannya, dengan Febriani penelitian observasi, wawancara pengajuan pinjaman dalam yang akan peneliti penelitian yang ( ) lapangan pendekatan dan yang dan dokumentasi. Analisis data yang praktik gadai syariah meliputi persyaratan yang uraikan tentang mekanisme produk akan diuraikan lokasi Aplikasi yaitu cukup sederhana dan MULIA. penelitian yaitu Prinsip- pendekatan deskriptif. mudah.. pegadaian syariah di Pegadaian Prinsip kualitatif. juga melakukan sosialisasi Syariah Syariah di tentang aplikasi prinsip- Pekalongan. Pegadaian prinsip syariah di Syariah Pegadaian Syariah dan Cabang lebih menekankan Pekalongan. pendekatan kepada masyarakat. 5. Nasaruddin Jenis penelitian Teknik Pengumpulan Bahwa pelaksanaan Permasalahan yang Persamaan Implementasi yang penelitian lapangan dan data yang observasi, wawancara dan dokumentasi. pembiayaan Mulia dengan akad Murabahah dan Rahn di Pegadaian Syariah dibahas dan lokasi penelitian, yang akan peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan
15 15 Syariah pendekatan yang Analisis data yang Dompu secara hukum uraikan Dalam yaitu Islam, belum dilakukan mekanisme pembahasan Pembiayaan pendekatan deskriptif. berdasarkan prinsip pembiayaan logam mengenai pada Mulia Di kualitatif. Murabahah sebagaimana mulia di Pegadaian produk MULIA Pegadaian yang diatur dalam Syariah cabang Syariah Undang-Undang Nomor Pekalongan bukan Cabang 21 Tahun 2008 tentang Implementasi Dompu Perbankan Syariah dan produk Mulia fatwa MUI Nomor 4/DSN- dalam hukum MUI/IV/2000. Islam.
16 16 Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dila Larantika yang berjudul Minat Masyarakat Terhadap Jual-Beli Emas di Pegadaian Syariah Cabang Cinere, persamaan dengan hasil peneliti terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan sama-sama membahaas tentang jual-beli emas di Pegadaian Syariah. Dan perbedaannya yaitu permasalahan yang akan dibahas dan lokasi penelitian, penelitian yang akan dilakukan membahas tentang mekanisme akad Murabahah pada pembiayaan produki MULIA di Pegadaian Syariah. 12 Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ratih Daniar Anggraini yang berjudul Akad Murabahah Mulia dan Dampaknya Pada Kontribusi Pendapatan Pegadaian Syariah CPS Mayjend Sungkono Surabaya, persamaan dengan peneliti yang akan dilakukan yaitu sama-sama membahas akad murabahah pada produk MULIA. Sedangkan perbedaanya terletak pada permasalahan yang akan dibahas dan lokasi penelitian. 13 Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Paramita Azhar yang berjudul Penerapan Produk Murabahah Terhadap Investasi Emas di Perum Pegadaian Syariah Cabang Subrantas Ditinjau dari Prospek Ekonomi Islam. Dalam penelitian tersebut berisi tentang penerapan produk murabahah terhadap investasi emas di peum Pegadaian Syariah cabang Subrantas, nasabah yang ingin melakukan pembelian logam mulia ini harus mengajukan permohonan 12 Dila Larantika, Minat Masyarakat Terhadap Jual-Beli Emas di Pegadaian Syariah Cabang Cinere, Skripsi S1 Ekonomi Syariah, (Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah,2010), Tidak Diterbitkan. 13 Ratih Daniar Anggraini, Akad Murabahah dan Dampaknya Pada Kontribusi Pendapatan Pegadaian Syariah CPPS Mayjeng Sungkono Surabaya, Skripsi S1 Ekonomi Islam, (Surabaya: Universitas Airlangga, 2012), Tidak Diterbitkan.
17 17 dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Persamaan dengan peneliti yang akan dilakukan yaitu sama-sama membahas tentang akad murabahah pada investasi emas dan perbedaannya yaitu terletak pada lokasi penelitian. 14 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Corry Cholisna Febriani yang berjudul Aplikasi Prinsip-Prinsip Syariah di Pegadaian Syariah Cabang Pekalongan, perbedaanya permasalahan yang akan dibahas. Yang akan diuraikan penerapan akad murabahah pada produk MULIA bukan prinsip-prinsip syariahnya. 15 Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nasaruddin yang berjudul Implementasi Syariah Dalam Pembiayaan Mulia Di Pegadaian Syariah Dompu, berisi bahwa pelaksanaan pembiayaan mulia belum sesuai dengan hukum Islam. Upaya Pegadaian Syariah Dompu dalam memastikan pembiayaan Mulia dengan akad Murabahah dan Rahn dengan kaidah-kaidah hukum Islam belum efektif, karena upaya dilakukan hanya berdasarkan persyaratan dan prosedur pemberian pinjaman atau pembiayaan yang telah ditentukan oleh Pegadaian Syariah Paramita Azhar, Penerapan Produk Murabahah Terhadap Investasi Emas di Perum Pegadaian Syariah Cabang Subrantas Ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam, Skripsi S1Ekonomi Syariah, (Riau: UIN Sultan Syarif Kasim, 2014), Tidak Diterbitkan. 15 Corri Cholisna Febriani, Aplikasi Prinsip-Prinsip Syariah di Pegadaian Syariah Cabang Pekalongan, Tugas Akhir D III Perbankan Syariah, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2014), Tidak Diterbitkan. 16 Nasaruddin, Implementasi Syariah Dalam Pembiayaan Mulia Di Pegadaian Syariah Dompu, Penelitian S1 Hukum, (Solo:UNS,2014), Tidak Diterbtkan.
18 18 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian a. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang Tugas Akhir (TA) ini penelitian lapangan (field research), artinya data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui studi lapangan yang disusun dengan cara mengamati, mencatat serta mengumpulkan berbagai data dan informasi yang diperoleh di lapangan mengenai mekanisme penerapan produk MULIA dan metode perhitungan angsuran produk MULIA di Pegadaian Syariah cabang Pekalongan. b. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang dalam penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif. Dalam hal ini, penelitian akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 17 Dalam hal ini, penulis mewawancarai Bapak Teguh Subagyo selaku pimpinan cabang Pegadaian Syariah cabang Pekalongan. 2. Sumber Data a. Data Primer Sumber data primer yaitu data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau 17 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. XVII, hlm. 3.
19 19 hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. 18 Sumber data primer yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini data yang diperoleh dengan wawancara langsung dengan Bapak Teguh Subagyo sebagai Pimpinan Cabang, Bapak Syukur Nugraha sebagai pengelola galeri dan Bapak Irfan Masruri sebagai Customer Service serta pihak lain di Pegadaian Syariah cabang Pekalongan. b. Data Sekunder Data Sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari pihak lain yang bertujuan untuk menganalisis data primer, 19 antara lain: berupa dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian, dan datadata lain yang berkaitan dengan produk MULIA dengan akad murabahah di Pegadaian syariah cabang Pekalongan. 3. Metode Pengumpulan Data Agar dapat diperoleh data-data yang dapat diuji kebenarannya, relavan dan lengkap, maka penulis menggunakan instrumen sebaagai berikut: a) Observasi Observasi merupakan suatu aktiva memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu 18 Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1998), hlm. 91.
20 20 objek dengan menggunakan seluruh alat indra. 20 Pengamatan ini diadakan langsung di Pegadaian Syariah cabang Pekalongan. b) Interview Wawancara atau interview, sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. 21 Metode ini untuk mencari data atau informasi tentang mekanisme produk MULIA dengan akad Murabahah di Pegadaian Syariah cabang Pekaloongan. Dalam melaksanakan wawancara, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan dan bentuk wawancara yang dilakukan semi terstruktur. Wawancara dilakukan dengan Pimpinan Cabang Pegadaian Syariah Pekalongan yakni Bapak Teguh Subagyo, S.E serta Bapak Syukur Nugraha seabagai pengelola Galeri, Bapak Irfan Masruri sebagai Customer Service. c) Dokumentasi Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti: buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2006). hlm Ibid. hlm Ibid, hlm. 158.
21 21 Hal ini penulis menyelidiki antara lain: modul, litlet, profil, dan brosur-brosur produk-produk Pegadaian Syariah Cabang Pekalongan. 4. Analisis Data Metode analisis data yang metode deskritif, yaitu metode analisis data berdasarkan gambaran data yang telah dihimpun yang sebagian besar berasal dari wawancara dan catatan pengamatan. 23 Metode deskriptif dapat juga diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya. 24 Dalam hal ini penulis menerapkan untuk menggambarkan tentang profil Pegadaian Syariah cabang Pekalongan serta hal-hal yang berkaitan dengan produk MULIA. H. Sistematika Penulisan Tugas Akhir Untuk memudahkan dalam pembahasan, maka Tugas Akhir (TA) ini dibagi menjadi lima bab dan pada setiap bab terdiri yang satu dengan yang lain saling terkait dari sub bab. Kemudian diantara sub bab yang satu dengan yang lain saling terkait dan berkesinambungan saling mendukung dan menunjang, sehingga pembahasan bab merupakkan rangkaian pembahasan berikutnya. 23 Masyuhuri dan M.Zainuddin, Metode Penelitian: Pendekatan Praktis dan Aplikatif (Edisi Revisi), (Bandung:PT Refika Aditama,2011), hlm Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 63.
22 22 BAB I : Pendahuluan, mencakup tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Penegasan Istilah, Tujuan penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metode Pembahasan dan Sistematika Pembahasan. BAB II : Pembahasan umum tentang topik atau pokok bahasan; pengertian pembiayaan dengan akad murabahah. BAB III : Gambaran Umum Perusahaan, mencakup tentang sejarah berdirinya, visi, misi dan tujuan Pegadaian Syariah cabang Pekalongan BAB IV : Pembahasan bab ini tentang pembiayaan akad murabahah pada produk MULIA dan mekanisme perhitungan pembiayaan pada produk MULIA BAB V : Penutup, mencakup kesimpulan dan saran.
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
12 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Tentang PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Soebrantas Terbitnya PP/10 tanggal 1 april 1990 dapat dikatakan menjadi tonnggak awal kebangkitan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH KENDAL
BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH KENDAL A. Gambaran Umum Pegadaian Syariah Kendal 1. Sejarah Singkat Pegadaian merupakan lembaga pengkreditan dengan sistem gadai untuk pertama kalinya. Sejarah Pegadaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Jawa Timur menjadikan Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) JASA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) JASA Layanan Syariah dengan jaringan yang tersebar di berbagai wilayah Jawa Tengah, Banten, Yogyakarta, dan Jawa Timur menjadikan Koperasi
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Pegadaian Syariah Cabang Subrantas
` BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Pegadaian Syariah Cabang Subrantas Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal kebangkitan pegadaian. Satu hal yang perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai syariah dalam operasional kegiatan usahanya. Hal ini terutama didorong
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semaraknya prinsip penerapan syariah dalam lembaga keuangan bank di Indonesia, maka pelaku bisnis di bidang LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier tidak semuanya dapat terpenuhi, karena tidak memiliki dana
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial dengan sifat saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dan dunia bisnis akan selalu diikuti oleh perkembangan kebutuhan akan kredit, dan pemberian fasilitas kredit yang selalu memerlukan jaminan,
Lebih terperinciBAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN. A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Pegadaian Syari ah Di
BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Pegadaian Syari ah Di Pekalongan ) Pegadaian syari ah Pekalongan adalah suatu badan usaha milik pemerintah yang usaha intinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Bagi nasabah yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan dana yang mendesak dapat dipenuhi dengan cara meminjam dari lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Bagi nasabah yang memiliki barang-barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelembagaan Bisnis gadai pertama kali di Indonesia sejak Gubernur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelembagaan Bisnis gadai pertama kali di Indonesia sejak Gubernur Jenderal VOC Van Imhoff mendirikan Bank Van Leening. Meskipun demikian, diyakini bahwa praktik gadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Masyarakat muslim Indonesia yang memegang teguh prinsip syari ah tentunya mengharapkan akan hadirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank mungkin giat dalam mempromosikan penawaran dan mengumpulkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang dilakukan bank adalah menunggu permintaan kredit, kemudian memberikan atau menolak kredit yang diajukan. Meskipun bank mungkin giat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari kegiatan ekonomi. Perilaku ini terlihat dari berbagai macam usaha yang dilakukan manusia untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN PENERAPAN STRATEGI PEMASARAN PEMBIAYAAN AR-RAHN USAHA MIKRO (ARRUM) PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA
BAB III PERENCANAAN DAN PENERAPAN STRATEGI PEMASARAN PEMBIAYAAN AR-RAHN USAHA MIKRO (ARRUM) PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA A. Gambaran Umum Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Agama Islam adalah risalah (pesan-pesan) yang diturunkan Tuhan kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Syariah, sebagai sebuah positioning baru yang mengasosiasikan kita kepada suatu sistem pengelolaan ekonomi dan bisnis secara islami. Perkembangan ekonomi syariah baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan berupa pembiayaan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting dalam memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Saat ini perbankan syariah telah memasuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gadai dalam Bahasa Arab disebut rahn, yang berarti tetap, kekal, dan jaminan. Secara syara, rahn adalah menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga, adalah
A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Bank syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disetujuinya Undang-undang No.10 Tahun Dalam Undang-undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-undang No.10 Tahun 1998. Dalam Undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara, tanpa Bank, bisa kita bayangkan bagaimana kita sulitnya menyimpan dan mengirimkan uang, memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti kita ketahui bersama bahwa Islam adalah merupakan agama yang paling sempurna, agama Islam tidak hanya mengatur perihal ibadah saja, namun di dalamnya
Lebih terperinciBAB II METODOLOGI PENELITIAN. yang berada di Jl. Wolter Monginsidi Genuk Semarang. BMT Mitra
BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di BMT Mitra Hasanah Semarang yang berada di Jl. Wolter Monginsidi Genuk Semarang. BMT Mitra Hasanah Sudah mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perusahaan yang bergerak di dunia bisnis memiliki berbagai macam produk yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan. Tujuan didirikannya perusahaan yaitu memperoleh keuntungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan pembangunan, maka pemerintahan suatu negara dalam perekonomiannya pada hakekatnya mengemban tiga fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Priyono dan Teddy Candra, Esensi Ekonomi Makro, Surabaya: Zifatama Publisher,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor produktif merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Tentunya sektor ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan
Lebih terperinciKartika dan Nur, Analisis Penerapan Akuntansi Gadai Syariah (Rahn) Pada Pegadaian Syariah Cabang Jember
1 ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI GADAI SYARIAH (RAHN) PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG JEMBER (Analyze The Application Of Accounting Pawn Sharia (Rahn) In Sharia Pawnshop Branches ) Kartika Chandra Priliana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai makhluk sosial, kebutuhan akan kerjasama antara satu pihak dengan pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan kebutuhan hidup, atau keperluan-keperluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan koperasi dalam perekonomian Indonesia walaupun tidak menempati porsi besar akan tetapi perkembangannya mengalami kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan
Lebih terperinciBAB IV MEKANISME AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN PRODUK MULIA DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG PEKALONGAN
BAB IV MEKANISME AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN PRODUK MULIA DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG PEKALONGAN A. Analisis Akad Murabahah Pada Pembiayaan Produk Mulia Pegadaian Syariah cabang Pekalongan sebagai lembaga
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Perbedaan antara Pembiayaan Gadai Syariah pada PT Pegadaian
87 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1.1 Simpulan Dari berbagai pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Perbedaan antara Pembiayaan Gadai Syariah pada PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo dengan
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bisnis merupakan salah satu aktivitas kehidupan manusia dan bahkan telah merasuki semua sendi kehidupan masyarakat modern. Dengan fenomena ini mustahil orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber utamanya, kegiatan perekonomian dalam Islam tidak hanya sekedar anjuran semata namun lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan. jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BPR Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis membantu manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan pengakuan,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :
77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut : 1. Pembiayaan logam mulia secara tidak tunai atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu badan yang mempunyai tugas utama yaitu menghimpun, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan memberikan jasa lainnya. Kegiatan menghimpun dana dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan emas semakin lama disimpan harganya semakin tinggi. Perlahan tapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Menabung tentu merupakan budaya masyarakat kita, namun menabung emas tampaknya hanya sebagian kecil saja orang yang melakukannya. Padahal menabung emas adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum Undang-Undang Perbankan Syariah ditetapkan, jumlah bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang. Bahkan setelah difasilitasi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem Perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latang Belakang Masalah Sistem Perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan bahwa perbankan di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melakukan sebuah wirausaha, modal menjadi sebuah faktor utama dalam kelangsungan usaha. Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberi rekomendasi agar didirikan lembaga perbankan syariah pada tahun 1990. Salah satu uji coba yang cukup berhasil dan kemudian tumbuh
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
PERANAN PEGADAIAN DALAM IKUT MEMBERIKAN PENJAMINAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI SOSIAL EKONOMI ANGGOTA MASYARAKAT (Study Kasus pada Nasabah Pegadaian Cabang Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara mengenai pinjam-meminjam ini, Islam membolehkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai pinjam-meminjam ini, Islam membolehkan baik melalui individu maupun lembaga keuangan. Salah satu lembaga keuangan itu, berupa Lembaga Keuangan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM OBJEK DAN HASIL PENELITIAN
33 BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK DAN HASIL PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Pegadaian Syari ah Cabang Majapahit Semarang Pegadaian Syari ah adalah unit syari ah dari Perum Pegadaian. Pegadaian pada awalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syari ah, terutama perbankan syari ah. Demikian pula Baitul
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ajaran Islam dalam bidang ekonomi, direalisasikan melalui lembaga keuangan syari ah, terutama perbankan syari ah. Demikian pula Baitul Mal wat Tamwil (BMT),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah merupakan kebutuhan dasar dan mempunyai fungsi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rumah merupakan kebutuhan dasar dan mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, selain sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, perumahan dan pemukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat modern saat ini sudah tidak asing lagi dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum terdiri dari Bank milik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia lembaga perbankan dibedakan menjadi dua, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum terdiri dari Bank milik pemerintah maupun swasta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara, Menurut Kasmir (2006:1) kemajuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat sebutan Bank bukan hal yang asing lagi, karena Bank merupakan salah satu dari aktivitas ekonomi yang terpenting dan sebagai suatu sistem yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter tahun 1997, Perbankan syariah menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca krisis moneter tahun 1997, Perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang signifikan. Perkembangan ini disebabkan oleh dua faktor di antaranya perkembangan internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan dan kecukupan dalam keuangan, maka masyarakat dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia pada umumnya mempunyai kebutuhan tempat tinggal yakni rumah. Rumah adalah surga bagi keluarga, selain itu juga rumah yang nyaman adalah idaman keluarga.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya golongan menengah kebawah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Seiring dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan serta keinginan masyarakat terkait dengan bentuk layanan kredit. Pegadaian membantu program pemerintah meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aktifitas perbankan yang paling dominan adalah penyaluran dana kepada masyarakat. Penyaluran dana menjadi bagian yang sangat penting bagi bisnis bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.bahkan sistem-sistem yang ada di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah keyakinan yang didasarkan pada persatuan tauhid yang mudah dipahami dan dirasionalisasikan.islam mengajarkan manusia moral yang menempatkan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya bank Islam di Negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA
83 BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA A. Analisis terhadap Aplikasi Rahn pada Produk Gadai Emas dalam di BNI Syariah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya dan bagi manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan. prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam datang dengan membawa pemahaman tentang kehidupan yang membentuk pandangan hidup tertentu dan dalam bentuk garis hukum yang global. Karenanya guna menjawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary instution), yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan melayani jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modal dengan jumlah tertentu untuk membiayai proses usaha dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dalam bidang ekonomi memiliki pengertian, sebuah penyertaan Modal dengan jumlah tertentu untuk membiayai proses usaha dengan pembagian keuntungan sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lain sebagai salah satu instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua dekade terakhir ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi saat sekarang mengalamin peningkatan yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik simpati masyarakat dalam menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Syariah yang ruang lingkupnya mikro seperti Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG HR. SOEBRANTAS PEKANBARU
BAB II GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG HR. SOEBRANTAS PEKANBARU A. Sejarah Pegadaian Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai, lembaga semacam ini pada awalnya berkembang di Italia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syari ah mapun lembaga keuangan syari ah pada akhir-akhir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan syari ah mapun lembaga keuangan syari ah pada akhir-akhir ini tergolong cepat. Salah satu alasannya adalah keyakinan yang kuat di kalangan masyarakat
Lebih terperinciBAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN
71 BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN A. Kebijakan Besar Potongan Pelunasan Dalam Pembiayaan Murabahah Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial karena manusia tidak bisa hidup. sehingga terjadi hubungan saling memberi dan saling menerima.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial karena manusia tidak bisa hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya sudah seharusnya manusia saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan kredit dalan operasi bank sangat besar dan penting. Sebagian besar bank
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang memerlukannya. Oleh karena itu, peranan kredit dalan operasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur segala gerak dan langkah setiap manusia dalam menjalani kehidupan. Islam tentang sistem nilai, tata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga financial intermediary yang menjadi. kekurangan dana. Karena itu industri perbankan mempunyai peranan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya kegiatan ekonomi tersebut maka pada akhirnya manusia membutuhkan suatu institusi yang berfungsi sebagai intermediasi dengan tujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah dikenal masyarakat yaitu bank yang berdasarkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu 1, memaparkan tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. A. Lokasi Penelitian
Lebih terperinciBAB III IMPLEMENTASI GADAI DI PT. BANK BNI SYARIAH CABANG DHARMAWANGSA SURABAYA. bank negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan
BAB III IMPLEMENTASI GADAI DI PT. BANK BNI SYARIAH CABANG DHARMAWANGSA SURABAYA A. Latar Belakang Berdirinya BNI Syariah 1. Sejarah berdirinya BNI Syariah BNI (Bank Negara Indonesia) berdiri sejak tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan umat Islam, banyak idealisme yang muncul mempertanyakan apakah praktik ekonomi yang sudah dijalankan saat ini sudah sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi, seiring dengan perkembangan teknologi berkembang pula kebutuhan hidup yang semakin meningkat mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan kemampuan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan. Hal ini dilakukan supaya pertumbuhan ekonomi yang hendak dicapai pemerintah dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BMT-BMT di seluruh Indonesia. BMT-BMT ini ternyata memberikan manfaat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi Syariah mulai dibicarakan ketika banyak orang menyikapi pesatnya pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil (BMT) Di Indonesia. BMT Bina Insan Kamil Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara yang mayoritas Muslim, akan tetapi
Lebih terperinciBAB III A. GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARI AH BLAURAN. 1. Latar Belakang Berdirinya Pegadaian Syari ah Blauran
53 BAB III DUA AKAD (MURA>BAH}AH DAN RAHN) DALAM PEMBIAYAAN MULIA (MURA>BAH}AH EMAS LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) DI PEGADAIAN SYARI AH BLAURAN SURABAYA A. GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARI AH BLAURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BTM (Baitut Tamwil Muhammadiyah) merupakan amal usaha Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah berdiri selama 14 tahun, dan melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada kehidupan modern dewasa ini adalah suatu kebutuhan masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga keuangan tersebut adalah bank yang
Lebih terperinciBAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Profil Pegadaian KC Syariah Raden Intan Lampung
BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Profil Pegadaian KC Syariah Raden Intan Lampung 1. Gambaran Umum Pegadaian KC Syariah Radin Intan merupakan salah satu kantor pegadaian yang beroperasi dengan sistem syariah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi riil dengan pemilik dana.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada para pelaku pasar untuk berhati-hati dalam melakukan investasi. Di antara dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia untuk bermasyarakat, saling tunjang menunjang, topang-menopang, dan tolong menolong antara satu dengan yang lainnya. Sebagai
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PEGADAIAN MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat bawah yang miskin dan nyaris miskin (poor and near poor). 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) adalah lembaga swadaya masyarakat, yang artinya lembaga keuangan yang didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat. Sejak awal berdirinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai berikut : Produk Pendanaan ( Funding Product), Produk Pembiayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia perbankan sudah tidak asing lagi bagi masyarakat umum tentang keberadaannya, yang merupakan sebuah kebutuhan bagi yang ingin menanamkan modal atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh sektor hukum, yakni dilandasi dengan keluarnya peraturan perundangundangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi Islam atau yang lazim dikenal dengan ekonomi syariah di Indonesia berlangsung dengan begitu pesat. Hal ini juga didukung oleh sektor hukum,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu data-data yang digunakan dalam penelitian diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan kasus yang sangat ditakuti oleh setiap negara di dunia. Hal ini membuat setiap negara berusaha untuk memperkuat ketahanan ekonomi. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan usaha semakin lama semakin pesat. Persaingan dan perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi saat ini telah memudahkan seseorang untuk mengembangkan usaha. Persaingan untuk menjadi yang terbaik membuat perkembangan usaha semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat dijadikan tolak ukur bahwa masyarakat membutuhkan sarana keuangan yang menggunakan prinsip syari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic Banking. Peristilahan dengan menggunakan kata Islamic tidak dapat dilepaskan dari
Lebih terperinciBAB II PROSEDUR PENELITIAN. A. Jenis dan Ruang Lingkup dan Pendekatan Penelitian
25 BAB II PROSEDUR PENELITIAN A. Jenis dan Ruang Lingkup dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Ditinjau dari segi metodologi, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif (lapangan). Kirk
Lebih terperinci