BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini diperlukan uraian mengenai objek dan alat alat yang
|
|
- Dewi Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini diperlukan uraian mengenai objek dan alat alat yang digunakan, serta tahap tahap penelitian yang meliputi: tahap persiapan, tahap penelitian dan pengolahan data, dan tahap pembahasan dan penulisan laporan. 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah lingkungan pengendapan dari Tunu Main Zone dibagian interval 4, khususnya pada layer 4d-0, 4c-1, 4c-0, 4b-1, 4b-0, 4a-1, dan 4a Alat-Alat Yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Alat tulis dan gambar. 2. Kamera digital. 3. Lup perbesaran 10 20x. 4. Komparator besar butir. 5. Pita ukur 3 meter. 6. Seperangkat komputer beserta software penunjang. 42
2 43 Gambar 3.1 Objek penelitian berada di interval 4 (TOTAL E&P, 2006) 3.3 Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap penelitan yang meliputi: tahap persiapan, tahap penelitian dan pengolahan data, dan tahap pembahasan dan penulisan laporan Tahap Persiapan Tahap ini meliputi studi literatur mengenai metode yang akan digunakan, dan studi geologi regional yang membahas mengenai geologi daerah penelitian dari literatur literatur yang dibuat oleh peneliti peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memberikan gambaran awal tentang kondisi geologi daerah penelitian guna memperoleh informasi mengenai tatanan geologi secara optimal,
3 44 dimana nantinya akan membantu penulis dalam tahap penelitian dan pengolahan data Tahap Penelitan dan Pengolahan Data Tahap ini meliputi pengumpulan data data yang diperlukan untuk penelitian dari data yang tersedia, kemudian melakukan analisis dan interpretasi dari data data tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data core dan well-log. Data data ini terdiri dari: a. Data core yang tersedia di lokasi penelitian. b. Data wireline log yang umumnya telah tersedia di database Total E&P Indonesie dan telah diproses dengan kualitas data yang baik. Data wireline log ini berupa Log Gamma Ray, Resistivity, Neutron dan Density. c. Data penunjang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interpretasi status fluida dan log iqual (sand quality) yang tersedia di database TOTAL E&P Indonesie. Penelitian ini membahas tentang studi lingkungan pengendapan berdasarkan hasil pengolahan data core dan well log yang terintegrasi. Penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu : 1. Analisis Sedimentologi, 2. Analisis Stratigrafi, 3. Interpretasi Lingkungan Pengendapan, dan 4. Pembuatan peta N/G limit coal
4 Analisis Sedimentologi Data Core Analisis sedimentologi menggunakan data core ini secara prosedur digunakan untuk mengukur dan mendeskripsi urutan core (core Sequence) adalah sama seperti mengukur dan mendeskripsi batuan pada singkapan lapangan (field outcrop), berdasarkan pada kedalaman sebenarnya dari core tersebut. Banyaknya material batuan yang di core sangat terbatas, sehingga sangat sukar untuk mendeskripsi variasi litologi secara lateral dari dari tubuh geometri batuan sedimen. Yang terpenting adalah mencoba untuk melakukan interpretasi secara maksimum aspek-aspek sedimentologi dari data core yang tersedia. Deskripsi core tidak hanya dilakukan pada kenampakan besar seperti channel, tetapi juga pada yang ukurannya kecil seperti cross stratificatioin, laminasi atau bedding plane dan lain-lain yang sulit dibedakan teruma pada core yang bentuknya silinder. Masalah umum lainnya dari core adalah hasilnya kurang sempurna baik akibat tekanan pada batuan, litologi lunak (rapuh) ataupun akibat perlakuan sesudahnya., sehingga tidak mewakili yang sebenarnya atau ada bagian core yang hilang. Garis batas yang lunak seperti kontak biasanya hancur oleh beberapa sebab. Untuk meminimalkan kesalahan sebelum core di logging jenis boxes harus diperiksa, diberi nomor dan penomoran biasanya dilakukan dari bagian atas kebawah. Core dapat dideskripsi dengan log geofisik yang ada untuk memeriksa core yang didapat secara keseluruhan.
5 46 Pada beberapa kejadian, rekaman kedalaman core tidak berhubungan persis dengan kedalaman pada well logs sehingga memerlukan kalibrasi sedimentologi antara wireline log dengan variasi vertikal dari litologi core. Log gamma ray dari core (dibuat dengan melewatkan detektor kedalam core) yang tersedia dapat dibandingkan dengan gamma ray dari sumur sehingga didapat korelasi kedalaman untuk identifikasi dan korelasi unit litologi. Selanjutnya studi core dapat diekstrapolasi secara lateral untuk mendapatkan hubungan interpretasi genetik pada daerah studi lainnya yang tidak diambil core nya. Tabel 3.1. Pengenalan lingkungan pengendapan dari ciri litologinya Calcareous Batupasir Batupasir berlaminasi lanau (silt) - lempung Carbonaceous material Laminasi Batubara Kandungan Glaukonit Kandungan pirit Adanya gamping menunjukkan asal suatu lingkungan pengendapan yang berasosiasi dengan laut atau di laut (marine). Menunjukkan suatu lingkungan pengendapan dekat relief pantai (landai/curam). Menunjukkan suatu lingkungan pengendapan dekat pantai. Menunjukkan suatu lingkungan pengendapan di daerah air pantai. Menunjukkan suatu lingkungan pengendapan di daerah air tawar. Indikasi pengendapan dekat pantai dalam lingkungan laut. Endapan pantai yang mengalami proses reduksi dalam lingkungan pengendapan bersifat basa. Urutan Vertikal Analisa sedimentologi dari urutan core memerlukan penggunaan secara maksimal urutan vertikal litofasies sehingga hasil akhir studi core dapat mengenal dan menggambarkan tiga dimensi (hubungan fasies secara vertikal dan lateral) dari pengendapan sedimen yang kompleks. Berdasarkan hukum Walter (1894), bahwa
6 47 fasies yang terjadi dalam urutan core vertikal yang selaras pembentukannya secara lateral pada lingkungan pengendapan yang berdekatan, atau dengan kata lain urutan litologi secara vertikal akan menggambarkan lingkungan pengendapan secara lateral. Kondisi ini dapat diterapkan jika tidak terjadi erosi secara regional atau non pengendapan (non depositional breaks), sehingga sangat penting untuk mengenal kejadian erosi ataupun non-pengendapan dari urutan core secara vertikal Data Well Log Analisis sedimentologi menggunakan data well-logs ini terdiri dari beberapa tahapan, antara lain: 1. Interpretasi Litologi Interpretasi litologi dilakukan dengan memperhatikan respon log kurva dari GR, RT, NPHI dan RHOB yang menunjukan perbedaan pada tiap litologi, dan mengkalibrasikannya dengan data cutting hasil pemboran. Pada tahap ini penulis tidak melakukan interpretasi litologi melainkan memakai interpretasi litologi yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, yakni analisis petrofisika yang dilakukan oleh petrophysicist dari TOTAL E&P Indonesie. Analisis ini berupa analisis sand quality, sehingga penulis dapat mengetahui jenis litologi dari data log iqual. Menurut peneliti terdahulu, hasil dari log iqual ini dapat juga digunakan untuk memprediksi kemungkinan posisi proximal atau distal dari suatu fasies pengendapan.
7 48 2. Interpretasi Pola Log Kurva Sumur, dan Tujuan utama interpretasi pola kurva log sumur adalah mempersiapkan kumpulan data well-log untuk penentuan marker maximum flooding surface dan interpretasi lingkungan pengendapan atau fasies. Dalam interpretasi ini harus yang harus ditandai pada log adalah: 1. Baseline, 2. trend lines, 3. shape, 4. abrupt breaks, dan 5. anomali Analisis Stratigrafi Analisis stratigrafi menggunakan data well-logs ini terdiri dari beberapa tahapan, antara lain: 1. Penentuan Marker, Pada tahap ini dilakukan penentuan marker sikuen stratigrafi berupa posisi permukaan stratigrafi melalui pendekatan konsep siklus delta (Allen&Marcier, 1988). Adapun penentuan posisi marker bidang stratigrafi ini adalah sebagai berikut: a) Progradation surface (PS) Progradation surface (PS), adalah bagian paling bawah dari diskontinuitas di dalam suatu siklus delta yang membentuk bagian dasar dari sikuen delta yang regresi, sebagai contoh permukaan
8 49 delta yang berprogradasi. Ketidakselarasan ini membentuk bagian dasar dari sikuen regresi dengan pola mengkasar ke bagian atas dan dibagian atasnya dilapisi oleh endapan transgresi yang menutupi episode delta sebelumnya. b) Emergence Surface (ES) Suatu delta yang berprogradasi dan mengisi kolom air, suatu sikuen pendangkalan ke bagian atas yang berkembang secara cepat mencapai muka air laut. Emergensi dari delta ditandai oleh permukaan bagian daratan atau sekitar daerah pasang surut yang tersusun dari serpih organik atau akar tanaman paku dari dataran banjir, batubara, maupun endapan beriklim agak kering. Permukaan ini dikenal sebagai permukaan emergensi, yang menutupi bagian puncak dari progradasi delta dan menandai bagian batas atas dari sedimentasi yang diperoleh dari muka air laut. Diskontinuitas ini umumnya dapat dilihat pada log dan membentuk sebuah marker kronostratigrafi sangat baik untuk daerah setempat untuk penampang stratigrafi sejak pengendapan itu terbentuk yang secara prakteknya adalah permukaan dataran. Akumulasi berikutnya dari sedimen di atas permukaan emergensi akan diperlukan untuk subsiden atau kenaikan muka air laut untuk lebih mengakomodasi volume sedimen. Jika subsiden atau kenaikan muka air laut naik secara perlahan menjaga dan disetimbangkan oleh cukup input, dapat mengakumulasi endapan
9 50 fluvial di atas permukaan emergensi, yang kemudian dicirikan dengan transisi diantara progradasi delta, dan agradasi vertikal delta plain dan sistim fluvial. c) Flooding Surface (FS) Flooding surface adalah permukaan yang menandai akhir dari fasa aktif progradasi delta dan dapat terjadi dimanapun diantara siklus delta. Jika delta dibanjiri sebelum terjadi emergensi, permukaan banjir akan menutupi permukaan progradasi, dan progradasi sikuen delta akan tidak lengkap dan mengurangi permukaan emergensi. Jika delta sebelumnya dapat terbangun ke muka air laut saat terjadi transgresi, maka permukaan banjir akan menutupi permukaan emergensi. Jika tidak ada akumulasi endapan fluvial atau delta plain di atas permukaan emergensi, permukaan banjir ini akan sesegera menutupi diatas permukaan emergensi. Sebelum menentukan marker posisi permukaan stratigrafi diperlukan adanya penentuan tipe log, yaitu data sumur yang memiliki suksesi vertikal paling lengkap mulai dari bagian paling bawah hingga bagian paling atas, dan juga memiliki data yang lengkap. Lalu dilakukan penentuan marker kronostratigrafi dari hasil analisis data core yang terdapat dibeberapa sumur digunakan untuk menjadi kerangka dalam penentuan marker permukaan stratigrafi sehingga didapatkan
10 51 kemungkinan kemungkinan posisi marker permukaan stratigrafi agar marker yang ditentukan ini memiliki tingkat keyakinan yang tinggi. Penentuan marker log dilakukan pada sumur yang menjadi tipe log terlebih dahulu dan dilanjutkan di sumur lain, dengan mendahulukan sumur yang memiliki data core terlebih dahulu. DELTA PLAIN EMERSION SURFACE V V V V V m DELTA FRONT PRODELTA PROGRADATION SURFACE GR CNL DENS FACIES BATHYMETRY PRODELTA SHALE TRANSGRESSIVE SHALE & CARBONATE + - PS FS ES DISTRIB CHANNEL 0 D E L T A I C C Y C L E MOUTH BAR PRODELTA SHALE R E G R E S S I V E m PS PS - Prograding surface FS - Flooding surface ES - Emersion surface Gambar 3.2 Complete deltaic cycle (Allen & Mercier, 1988)
11 52 2. Korelasi Sumur, Prinsip dasar korelasi adalah penentuan korelasi satuan stratigrafi dan struktur yang mempunyai kesamaan waktu (Tearpock Bischke, 1991). Sehingga dasar yang digunakan dalam korelasi stratigrafi dalam penelitian ini adalah penentuan marker atau lapisan penciri yang tepat. Marker terbaik untuk korelasi antar satuan stratigrafi di lingkungan delta adalah diskontinuitas stratigrafi permukaan, yaitu: Progradation Surface, Emergence Surface, dan Transgressive Surface (Allen&Marcier, 1988). Oleh karena itu, marker yang digunakan dalam penelitian ini adalah maximum flooding surface dalam suatu deltaic cycle yang dibatasi pada bagian bawah dan atasnya oleh maximum flooding surface atau flooding surface. Suatu deltaic cycle yang lengkap menggambarkan pengendapan delta yang merupakan satu unit sikuen pengendapan delta (Gambar 3.2) yang tersusun dari runtunan prodelta di bagian paling bawah, kemudian diikuti dibagian atasnya oleh delta front hingga delta plain. Korelasi marker ini kemudian juga dijadikan dasar untuk menentukan batas atas dan batas bawah permukaan (top and bottom horizon) Interpretasi Lingkungan Pengendapan Setelah dilakukan interpretasi log facies, penentuan marker maximum flooding surface dan korelasi sumur, dilakukan interpretasi lingkungan
12 53 pengendapan pada setiap interval. Interval interpretasi pada penelitian ini merupakan satu siklus delta yang dibatasi oleh maximum flooding surface. Pada tahap ini dilakukan analisis atau interpretasi lingkungan pengendapan pada tiap interval marker yang ditentukan. Interpretasi lingkungan pengendapan dilakukan dengan menggunakan pendekatan elektrofasies yaitu dengan memperhatikan pola log shape dari log kurva yang dapat mengindikasikan beberapa interpretasi lingkungan pengendapan, dikarenakan interpretasi lingkungan pengendapan berdasarkan pola log mempunyai beragam interpretasi, diperlukan integrasi dari data core untuk memperoleh suatu interpretasi lingkungan pengendapan yang signifikan, lalu dengan memperhatikan asosiasi fasies yang didapat dari log litologi yang diintergrasi dengan deskripsi cutting untuk lebih mengkerucutkan interpretasi lingkungan pengendapan Pembuatan Peta Bawah Permukaan Peta NTG Limit Coal Peta net to gross (NTG), yaitu peta yang menggambarkan perbandingan antara jumlah ketebalan batupasir (Net Sand) dan total ketebalan (Gross) pada suatu sikuen. Perbandingan ini dibuat untuk menggambarkan pola penyebaran batupasir di setiap interval dan menjelaskan hubungan antar interval. Peta net to gross ini digunakan sebagai acuan untuk mengetahui perkiraan letak dari batas sub-lingkungan pengendapan di daerah penelitian. Sedangkan peta limit coal adalah peta yang menggambarkan ketebalan total batubara dan serpih organik di setiap interval pada masing-masing sumur. Peta
13 54 limit coal dibuat dengan cara menghitung ketebalan seluruh tubuh batubara (coal bodies) dan serpih organik (organic shale) dari suatu sumur pada setiap layer dalam satuan meter (m). Kemudian di-plot ke dalam peta, pembuatan peta ini dilakukan secara manual. Pembuatan peta NTG beserta limit coal ini dilakukan dengan menggunakan software Petrel Tahap Pembahasan dan Penyusunan Laporan Tahap ini merupakan tahap akhir dari seluruh proses penelitian. Pembahasan dilakukan bersamaan dengan tahap pengolahan data dilanjutkan dengan penulisan dan penyusunan laporan hasil penelitian. Hasil penelitian dan pembahasan ini meliputi: analisis sedimentologi, analisis stratigrafi, interpretasi lingkungan pengendapan pada masing-masing setiap layer (4d-0, 4c-1, 4c-0, 4b-1, 4b-0, 4a-1, dan 4a-0).
14 55 Studi Pustaka DATA CORE WELL-LOG Litofasies Elektrofasies Model Log Fasies Marker dan Korelasi Peta N/G Limit Coal Penentuan Lingkungan Pengendapan Gambar 3.3 Diagram alir penelitian pada penentuan lingkungan pengendapan di daerah penelitian
BAB I PENDAHULUAN. lebih tepatnya berada pada Sub-cekungan Palembang Selatan. Cekungan Sumatra
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah penelitian termasuk dalam wilayah Cekungan Sumatra Selatan, lebih tepatnya berada pada Sub-cekungan Palembang Selatan. Cekungan Sumatra Selatan termasuk
Lebih terperinciBAB IV UNIT RESERVOIR
BAB IV UNIT RESERVOIR 4.1. Batasan Zona Reservoir Dengan Non-Reservoir Batasan yang dipakai untuk menentukan zona reservoir adalah perpotongan (cross over) antara kurva Log Bulk Density (RHOB) dengan Log
Lebih terperinciBAB V SEKUEN STRATIGRAFI
BAB V SEKUEN STRATIGRAFI Sekuen adalah urutan lapisan yang relatif selaras dan berhubungan secara genetik dibatasi oleh ketidakselarasan dan keselarasan yang setara dengannya (Mitchum dkk., 1977 op.cit.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI SEKUEN
BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI SEKUEN IV.1. Metode Analisis Pada penelitian kali ini data yang digunakan berupa data batuan inti Sumur RST-1887, Sumur RST-3686, dan Sumur RST-3697. Sumur
Lebih terperinciBAB III GEOMETRI DAN KARAKTERISASI UNIT RESERVOIR
BAB III GEOMETRI DAN KARAKTERISASI UNIT RESERVOIR III.1. Analisis Biostratigrafi Pada penelitian ini, analisis biostratigrafi dilakukan oleh PT Geoservices berdasarkan data yang diambil dari sumur PL-01
Lebih terperinciFoto 4.9 Singkapan batupasir sisipan batulempung
sebagai endapan delta mouth bar pada sistem delta. 4.3.3 Lintasan C Delta Front Pada bagian bawah dari kolom stratigrafi lintasan ini, didapatkan litologi batupasir dan batulempung dengan suksesi vertikal
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR
BAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR Pemodelan reservoir berguna untuk memberikan informasi geologi dalam kaitannya dengan data-data produksi. Studi geologi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui geometri
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI S K R I P S I... I HALAMAN PENGESAHAN... II KATA PENGANTAR...... III HALAMAN PERSEMBAHAN... V SARI......... VI DAFTAR ISI... VII DAFTAR GAMBAR.... IX BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang.........
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN DISTRIBUSI BATUPASIR C
BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN DISTRIBUSI BATUPASIR C 4.1. Analisis Litofasies dan Fasies Sedimentasi 4.1.1. Analisis Litofasies berdasarkan Data Batuan inti Litofasies adalah suatu tubuh batuan
Lebih terperinciBAB II. KAJIAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN IJIN PENGGUNAAN DATA... iv KATA PENGANTAR.... v SARI... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Pertamina BPPKA (1996), Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah Cekungan
Lebih terperinciBab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
BAB V Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen ANALISA STRATIGRAFI SEKUEN Korelasi adalah langkah yang sangat penting dalam suatu pekerjaan geologi bawah permukaan sebab semua visualisasi baik dalam bentuk penampang
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN RESERVOAR
BAB IV PEMODELAN RESERVOAR Daerah penelitian, Lapangan Yapin, merupakan lapangan yang sudah dikembangkan. Salah satu masalah yang harus dipecahkan dalam pengembangan lapangan adalah mendefinisikan geometri
Lebih terperinciBAB IV RESERVOIR KUJUNG I
BAB IV RESERVOIR KUJUNG I Studi geologi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui geometri dan potensi reservoir, meliputi interpretasi lingkungan pengendapan dan perhitungan serta pemodelan tiga dimensi
Lebih terperinciGambar 3.21 Peta Lintasan Penampang
Gambar 3.21 Peta Lintasan Penampang Korelasi tahap awal dilakukan pada setiap sumur di daerah penelitian yang meliputi interval Formasi Daram-Waripi Bawah. Korelasi pada tahap ini sangat penting untuk
Lebih terperinciBAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada
BAB V INTERPRETASI DATA V.1. Penentuan Litologi Langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan litologi batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada dibawah
Lebih terperinciGambar 4.5. Peta Isopach Net Sand Unit Reservoir Z dengan Interval Kontur 5 Kaki
Gambar 4.5. Peta Isopach Net Sand Unit Reservoir Z dengan Interval Kontur 5 Kaki Fasies Pengendapan Reservoir Z Berdasarkan komposisi dan susunan litofasies, maka unit reservoir Z merupakan fasies tidal
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB II GEOLOGI REGIONAL... 9 II.1. Tektonik... 9 II.2. Struktur Geologi II.3. Stratigrafi II.4. Sistem Perminyakan...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.... i HALAMAN PENGESAHAN.... ii HALAMAN PERNYATAAN.... iii IJIN PENGGUNAAN DATA.... iv KATA PENGANTAR.... v SARI........ vii ABSTRACT....... viii DAFTAR ISI............ ix DAFTAR
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SARI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xvi BAB I PENDAHULUAN...
DAFTAR ISI SARI......... i ABSTRACT...... ii KATA PENGANTAR.... iii DAFTAR ISI.... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1 1.2 Ruang Lingkup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan penghasil minyak bumi yang pontensial di Indonesia. Cekungan ini telah dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia selama
Lebih terperinciBAB V ANALISIS STRATIGRAFI SEKUEN, DISTRIBUSI DAN KUALITAS RESERVOIR
BAB V ANALISIS STRATIGRAFI SEKUEN, DISTRIBUSI DAN KUALITAS RESERVOIR V.1 Analisis Sekuen dari Korelasi Sumur Analisis stratigrafi sekuen pada penelitian ini dilakukan dengan analisis data sumur yang dilanjutkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SEDIMENTASI
BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI 4.1 Pendahuluan Kajian sedimentasi dilakukan melalui analisis urutan vertikal terhadap singkapan batuan pada lokasi yang dianggap mewakili. Analisis urutan vertikal ini dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cekungan Kutai merupakan cekungan Tersier terbesar dan terdalam di Indonesia bagian barat, dengan luas area 60.000 km 2 dan ketebalan penampang mencapai 14 km. Cekungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy Indonesia yang secara umum terletak di wilayah South Mahakam, sebelah tenggara dan selatan dari Kota
Lebih terperinciBab III Pengolahan dan Analisis Data
Bab III Pengolahan dan Analisis Data Dalam bab pengolahan dan analisis data akan diuraikan berbagai hal yang dilakukan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian yang ditetapkan. Data yang diolah dan dianalisis
Lebih terperinciDaftar Isi Bab I Pendahuluan Bab II Geologi Regional Bab III Dasar Teori
Daftar Isi Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Halaman Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Sari... v Abstract... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... xi Daftar Lampiran...
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai batas bawah sampai Intra GUF sebagai batas atas, pada Lapangan Izzati. Adapun
Lebih terperinciBAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Stratigrafi Daerah Penelitian Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari beberapa formasi yang telah dijelaskan sebelumnya pada stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian geologi dilakukan untuk mengenal dan memahami kondisi geologi suatu daerah. Penelitian tersebut dapat meliputi penelitian pada permukaan dan bawah permukaan.
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berjalannya waktu jumlah cadangan migas yang ada tentu akan semakin berkurang, oleh sebab itu metoda eksplorasi yang efisien dan efektif perlu dilakukan guna
Lebih terperinciBab III Analisis Stratigrafi Sikuen
Bab III Analisis Stratigrafi Sikuen Reservoir batupasir Duri B2 merupakan bagian dari Formasi Duri dalam Kelompok Sihapas yang diperkirakan diendapkan pada Miosen Awal. Di bagian utara lapangan RantauBais,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan gas Tangguh merupakan salah satu lapangan penghasil gas yang berada di Teluk Bintuni, bagian barat Provinsi Papua. Lapangan Tangguh ditemukan pada tahun 1990-an
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS FASIES PENGENDAPAN
BAB IV ANALISIS FASIES PENGENDAPAN IV.1 Litofasies Suatu rekaman stratigrafi pada batuan sedimen terlihat padanya karateristik fisik, kimia, biologi tertentu. Analisis rekaman tersebut digunakan untuk
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Subjek dan Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Permasalahan 1.3 Masalah Penelitian
Bab I Pendahuluan 1.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini berupa studi stratigrafi sekuen dalam formasi Pulau Balang di lapangan Wailawi, Cekungan Kutai Bagian Selatan Kalimantan Timur.
Lebih terperinciKecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur
Umur Analisis mikropaleontologi dilakukan pada contoh batuan pada lokasi NA805 dan NA 803. Hasil analisis mikroplaeontologi tersebut menunjukkan bahwa pada contoh batuan tersebut tidak ditemukan adanya
Lebih terperinciBAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA
BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Pendahuluan Analisis tektonostratigrafi dan pola sedimentasi interval Formasi Talang Akar dan Baturaja dilakukan dengan mengintegrasikan data geologi dan data geofisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis fasies dan evaluasi formasi reservoar dapat mendeskripsi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Analisis fasies dan evaluasi formasi reservoar dapat mendeskripsi sifat-sifat litologi dan fisika dari batuan reservoar, sehingga dapat dikarakterisasi dan kemudian
Lebih terperinciBAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan
BAB IV KAJIAN SEDIMENTASI DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN 4.1 Pendahuluan Kajian sedimentasi dilakukan melalui analisis urutan vertikal terhadap singkapan batuan pada lokasi yang dianggap mewakili. Analisis
Lebih terperinciPROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2011
SIKUEN STRATIGRAFI DAN ESTIMASI CADANGAN GAS LAPISAN PS-11 BERDASARKAN DATA WIRELINE LOG, SEISMIK DAN CUTTING, FORMASI EKUIVALEN TALANG AKAR LAPANGAN SETA CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA SKRIPSI Oleh: SATYA
Lebih terperinciBAB III ANALISIS GEOMETRI DAN KUALITAS RESERVOIR
BAB III ANALISIS GEOMETRI DAN KUALITAS RESERVOIR 3.1 Metodologi Penelitian Analisis geometri dan kualitas reservoir dilakukan untuk memberikan informasi geologi yang realistis dari suatu reservoir. Informasi
Lebih terperinciBab II Geologi Regional
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Geologi Regional Kalimantan Kalimantan merupakan daerah yang memiliki tektonik yang kompleks. Hal tersebut dikarenakan adanya interaksi konvergen antara 3 lempeng utama, yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan ekonomis di Indonesia dan telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perminyakan adalah salah satu industri strategis yang memegang peranan sangat penting saat ini, karena merupakan penyuplai terbesar bagi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BAB I - Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lapangan Terbang ditemukan pertama kali di tahun 1971 dan mulai berproduksi di tahun 1976. Sebagian besar produksi lapangan ini menghasilkan minyak jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan energi di dunia akan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar fosil yang utama cenderung meningkat seiring dengan perubahan waktu. Kebutuhan dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lapangan Ibrahim merupakan salah satu lapangan minyak dari PT. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut mulai diproduksi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai geologi terutama mengenai sifat/karakteristik suatu reservoir sangat penting dalam tahapan eksploitasi suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Geologi (2009), Subcekungan Enrekang yang terletak
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Badan Geologi (2009), Subcekungan Enrekang yang terletak pada bagian utara-tengah dari Sulawesi Selatan merupakan salah satu subcekungan yang memiliki
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kondisi perminyakan dunia saat ini sangat memperhatinkan khususnya di Indonesia. Dengan keterbatasan lahan eksplorasi baru dan kondisi sumur-sumur tua yang telah melewati
Lebih terperinciBAB IV ANALISA SEDIMENTASI
BAB IV ANALISA SEDIMENTASI Lingkungan pengendapan menurut Krumbein (1958, dalam Koesoemadinata, 1985) adalah keadaan yang kompleks yang disebabkan interaksi antara faktor-faktor fisika, kimia dan biologi,
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian
BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN 2.1 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1
Lebih terperinciPotensi Gas Metana Batubara Formasi Muara Enim di Lapangan YF, Cekungan Sumatera Selatan
Potensi Gas Metana Batubara Formasi Muara Enim di Lapangan YF, Cekungan Sumatera Selatan Yusi Firmansyah, Reza Mohammad Ganjar Gani, Ardy Insan Hakim, Edy Sunardi Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran,
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR
BAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR Pemodelan petrofisika reservoir meliputi pemodelan Vshale dan porositas. Pendekatan geostatistik terutama analisis variogram, simulasi sekuensial berbasis grid (Sequential
Lebih terperinci3.1. Penentuan Batas Atas dan Bawah Formasi Parigi
Selain dari data-data di atas, data lain yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah review biostratigrafi sumur Asri-2 (PT. Core Laboratories), review laporan evaluasi batuan induk (PT. Robertson
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lapangan Minas merupakan lapangan yang cukup tua dan merupakan salah satu lapangan minyak yang paling banyak memberikan kontribusi dalam sejarah produksi minyak di
Lebih terperinciSejarah Dan Lokasi Lapangan IBNU-SINA
Bab III. Geologi Daerah Penelitian BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Sejarah Dan Lokasi Lapangan IBNU-SINA Lapangan SINA ditemukan pada tahun 1986 dan IBNU ditemukan pada tahun 1992. Letak lapangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v SARI...vi ABSTRAK...vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di utara lepas pantai Sumatra Tenggara, Indonesia bagian barat. Kegiatan eksplorasi pada Cekungan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM
BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM Tujuan utama analisis variogram yang merupakan salah satu metode geostatistik dalam penentuan hubungan spasial terutama pada pemodelan karakterisasi
Lebih terperinci(Gambar III.6). Peta tuning ini secara kualitatif digunakan sebagai data pendukung untuk membantu interpretasi sebaran fasies secara lateral.
Selanjutnya hasil animasi terhadap peta tuning dengan penganturan frekuensi. Dalam hal ini, animasi dilakukan pada rentang frekuensi 0 60 hertz, karena diatas rentang tersebut peta tuning akan menunjukkan
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan. Seismik Multiatribut Linear Regresion
1 IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan Seismik Multiatribut Linear Regresion Pada Lapngan Pams Formasi Talangakar
Lebih terperinciIV-15. Bab IV Analisis Asosiasi Fasies
pengaruh laut. Litofasies Sf, di bagian atas asosiasi, mengindikasikan adanya pengaruh arus pasang surut. Suksesi vertikal menghalus ke atas dan perubahan litofasies dari Sp dan Spb menjadi Sf. mengindikasikan
Lebih terperinciPEMODELAN PERANGKAP GAS DAN PERHITUNGAN VOLUME GAS DI TEMPAT (IGIP) PADA AREA GTS N DAN I LAPANGAN TANGO, CEKUNGAN KUTAI, KALIMANTAN TIMUR
PEMODELAN PERANGKAP GAS DAN PERHITUNGAN VOLUME GAS DI TEMPAT (IGIP) PADA AREA GTS N DAN I LAPANGAN TANGO, CEKUNGAN KUTAI, KALIMANTAN TIMUR LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat memperoleh gelar sarjana
Lebih terperinciBAB III KARAKTERISASI RESERVOIR
BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR Karakterisasi reservoir merupakan suatu proses untuk mengetahui sifat suatu batuan. Untuk mendapatkan karakteristik suatu reservoir secara lebih baik maka diperlukan beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomis tinggi. Supriatna et al., 1995 menyebutkan formasi formasi berumur
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Supriatna et al., 1995 menyebutkan formasi formasi berumur Neogen yang menyusun cekungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah OCO terdapat pada Sub-Cekungan Jatibarang yang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat Utara yang sudah terbukti menghasilkan hidrokarbon di Indonesia. Formasi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv. SARI...v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv SARI...v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL...xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv SARI... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN
BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN 4.1 Litofasies Menurut Walker dan James pada 1992, litofasies adalah suatu rekaman stratigrafi pada batuan sedimen yang menunjukkan karakteristik fisika, kimia, dan
Lebih terperinciI.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Formasi Latih tersusun dari perselang-selingan antara batupasir kuarsa, batulempung, batulanau dan batubara dibagian atas, dan bersisipan dengan serpih pasiran dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Data seismik dan log sumur merupakan bagian dari data yang diambil di bawah permukaan dan tentunya membawa informasi cukup banyak mengenai kondisi geologi
Lebih terperinciGEOMETRI FACIES SAND LAYER BI-24 BERDASARKAN ANALISA WELL LOG PADA LAPANGAN X PT.PERTAMINA EP
GEOMETRI FACIES SAND LAYER BI-24 BERDASARKAN ANALISA WELL LOG PADA LAPANGAN X PT.PERTAMINA EP Budiman* *) Teknik Geologi Universitas Hasanuddin Sari: Secara administratif daerah penelitian merupakan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lapangan XVII adalah lapangan penghasil migas yang terletak di Blok
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lapangan XVII adalah lapangan penghasil migas yang terletak di Blok Sanga-sanga, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur. Cekungan Kutai merupakan cekungan penghasil
Lebih terperinci2.2.2 Log Sumur Batuan Inti (Core) Log Dipmeter Log Formation Micro Imager (FMI)
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii UCAPAN TERIMAKASIH...iv ABSTRAK...vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xvi DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciIV.2 Pengolahan dan Analisis Kecepatan untuk Konversi Waktu ke Kedalaman
IV.2 Pengolahan dan Analisis Kecepatan untuk Konversi Waktu ke Kedalaman Berdasarkan hasil penentuan batas sekuen termasuk di tiga sumur yang memiliki data check-shot (Bayan A1, Mengatal-1 dan Selipi-1)
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pemahaman yang baik terhadap geologi bawah permukaan dari suatu lapangan minyak menjadi suatu hal yang penting dalam perencanaan strategi pengembangan lapangan tersebut.
Lebih terperinciFoto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono
Batulempung, hadir sebagai sisipan dalam batupasir, berwarna abu-abu, bersifat non karbonatan dan secara gradasi batulempung ini berubah menjadi batuserpih karbonan-coally shale. Batubara, berwarna hitam,
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA III.1 Stratigrafi dan Fasies Lapangan Bekasap Secara garis besar karakter fasies pengendapan di Formasi Bekasap, Bangko dan Menggala memperlihatkan lingkungan shallow water of
Lebih terperinciBab IV. Analisa Fasies Pengendapan. 4.1 Data Sampel Intibor
BAB IV ANALISA FASIES PENGENDAPAN 4.1 Data Sampel Intibor Data utama yang digunakan dalam penfasiran lingkungan pengendapan dan analisa fasies ialah data intibor (Foto 4.1), data intibor merupakan data
Lebih terperinciBAB IV SIKLUS SEDIMENTASI PADA SATUAN BATUPASIR
BAB IV SIKLUS SEDIMENTASI PADA SATUAN BATUPASIR 4.1 Pendahuluan Kajian terhadap siklus sedimentasi pada Satuan Batupasir dilakukan dengan analisis urutan secara vertikal terhadap singkapan yang mewakili
Lebih terperinciBAB 4 KARAKTERISTIK RESERVOIR
BAB 4 KARAKTERISTIK RESERVOIR Pada interval Formasi Talangakar Bawah didapat 2 interval reservoir yaitu reservoir 1 dan reservoir 2 yang ditunjukan oleh adanya separasi antara log neutron dan densitas.
Lebih terperinciBAB IV METODE DAN PENELITIAN
40 BAB IV METODE DAN PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lapangan T, berada di Sub-Cekungan bagian Selatan, Cekungan Jawa Timur, yang merupakan daerah operasi Kangean
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN RESERVOIR
BAB III PEMODELAN RESERVOIR Penelitian yang dilakukan pada Lapangan Rindang dilakukan dalam rangka mendefinisikan reservoir Batupasir A baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Beberapa hal yang dilakukan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi INTISARI... xviii ABSTRACT...
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR
BAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR III.1 ANALISIS DATA SUMUR DAN SEISMIK Analisis data sumur dilakukan dengan menginterpretasikan log pada sumur sumur di daerah penelitian untuk menentukan marker. Dari
Lebih terperinciMampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud 1.1.1.1 Melakukan analisis kuantitatif data log dengan menggunakan data log Gamma ray, Resistivitas, Neutron, dan Densitas. 1.1.1.2 Mengevaluasi parameter-parameter
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Peta Kontur Isopach
BAB V PEMBAHASAN Pada praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi kali ini, acaranya mengenai peta litofasies. Peta litofasies disini berfungsi untuk mengetahui kondisi geologi suatu daerah berdasarkan data
Lebih terperinci4.2 Pembuatan Kolom Stratigrafi Pembuatan kolom stratigrafi (Lampiran F) dilakukan berdasarkan atas
BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI 4.1 Pendahuluan Kajian sedimentasi dilakukan melalui analisis perkembangan urutan vertikal lapisan batuan berdasarkan data singkapan batuan pada lokasi yang dianggap mewakili.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Lapangan Nagabonar merupakan bagian dari grup Nagabonar (NB Group) yang terdiri dari Lapangan Nagabonar (NB), Lapangan Mama dan Lapangan Nagabonar Extension (NBE).
Lebih terperinciANALISIS FASIES LAPISAN BATUPASIR G-4, I-20 DAN I-15 BERDASARKAN DATA WIRELINE LOG DAN DATA SEISMIK PADA LAPANGAN DK, CEKUNGAN KUTEI, KALIMANTAN TIMUR
MINDAGI Vol. 8 No.2 Juli 214 ANALISIS FASIES LAPISAN BATUPASIR G-4, I-2 DAN I-15 BERDASARKAN DATA WIRELINE LOG DAN DATA SEISMIK PADA LAPANGAN DK, CEKUNGAN KUTEI, KALIMANTAN TIMUR oleh : Dwi Kurnianto *)
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL DAN LAPANGAN TANGO
BAB II GEOLOGI REGIONAL DAN LAPANGAN TANGO II.1 GEOLOGI CEKUNGAN KUTAI Cekungan Kutai adalah salah satu cekungan di Kalimantan Timur, Indonesia. Cekungan ini memiliki area sekitar 60.000km 2 dan berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia semakin banyak ditemukan minyak dan gas yang terdapat pada reservoir karbonat, mulai dari ukuran kecil hingga besar. Penemuan hidrokarbon dalam
Lebih terperinciBAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS
BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS 4.1 Pendahuluan Untuk studi sedimentasi pada Formasi Tapak Bagian Atas dilakukan melalui observasi urutan vertikal terhadap singkapan batuan yang
Lebih terperinciPENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR PENGEMBANGAN DI LAPANGAN RR
PENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR PENGEMBANGAN DI LAPANGAN RR Mogam Nola Chaniago Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Lapangan RR terletak di bagian timur laut
Lebih terperinciFASIES DAN PENYEBARAN SISIPAN KARBONAT INTERVAL MFA-MF2 PADA FORMASI SEPINGGAN, LAPANGAN DIAN, CEKUNGAN KUTAI, KALIMANTAN TIMUR
FASIES DAN PENYEBARAN SISIPAN KARBONAT INTERVAL MFA-MF2 PADA FORMASI SEPINGGAN, LAPANGAN DIAN, CEKUNGAN KUTAI, KALIMANTAN TIMUR Novia Dian Sundari 1* Jarot Setyowiyoto 1 1 Departemen Teknik Geologi, Fakultas
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xvii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia produksi hidrokarbon dari lapangan-lapangannya. Untuk itulah, sebagai tinjauan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cekungan Asri yang berada di lepas pantai Sumatera Tenggara, telah berproduksi dari 30 tahun hingga saat ini menjadi area penelitian yang menarik untuk dipelajari
Lebih terperinciInterpretasi Stratigrafi daerah Seram. Tabel 4.1. Korelasi sumur daerah Seram
BAB 4 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 4.1. Interpretasi Stratigrafi 4.1.1. Interpretasi Stratigrafi daerah Seram Daerah Seram termasuk pada bagian selatan Kepala Burung yang dibatasi oleh MOKA di bagian utara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurunnya angka produksi minyak dan gas bumi dewasa ini memberikan konsekuensi yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat. Kebutuhan akan sumber daya minyak dan gas
Lebih terperinciKlasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-127 Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density Ismail Zaky Alfatih, Dwa Desa Warnana, dan
Lebih terperinci