Mengapa Modal Minimum Bank Harus Rp100 Miliar 1
|
|
- Yuliana Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Mengapa Modal Minimum Bank Harus Rp100 Miliar 1 Oleh : Dr. Agus Sugiarto 2 Beberapa minggu setelah Gubernur Bank Indonesia mengumumkan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) pada tanggal 9 Januari 2004 lalu, telah muncul berbagai tanggapan dan komentar dari berbagai pihak. Salah satu komentar dan silang pendapat yang dirasakan sangat dominan adalah mengenai rekomendasi API untuk meningkatkan permodalan bank umum menjadi minimum Rp100 miliar. Rencana imlementasi modal minimum Rp100 miliar bagi bank umum tersebut telah menimbulkan pro dan kontra tidak hanya dari kalangan perbankan sendiri, melainkan juga dari stakeholders lainnya. Beberapa pihak berpendapat bahwa rencana penerapan modal minimum sebesar Rp100 miliar tersebut memberatkan bank-bank kecil dan sama sekali tidak berpihak pada golongan kecil. Bank-bank kecil tersebut selama ini dianggap tidak pernah membebani pemerintah karena sewaktu krisis moneter terjadi pada tahun 1998 bank-bank tersebut tidak direkap dan tetap dapat hidup pada saat bank-bank besar dan menengah bertumbangan. Sebaliknya beberapa pihak berpendapat bahwa peningkatan modal minimum Rp100 miliar tersebut merupakan suatu langkah bagus untuk lebih memperkuat fundamental perbankan nasional dalam jangka panjang. Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas perbankan nasional melalui API telah merekomendasikan bank umum (baik konvensional maupun syariah) untuk memiliki modal minimum sebesar Rp100 miliar selambat-lambatnya sampai akhir tahun 2010, sehingga pada tanggal 1 Januari 2011 semua bank umum yang beroperasi telah memiliki modal minimum Rp100 miliar. Batasan modal minimum Rp100 miliar yang direkomendasikan di dalam API tersebut adalah modal bank dalam bentuk modal tier -1 dan tier-2. Sementara itu, ketentuan modal sebesar Rp3 triliun untuk mendirikan bank baru masih tetap berlaku sampai dengan tahun Artikel ini telah dimuat di harian Kompas tanggal 31 Januari 2004 Peneliti Bank Senior, Tim Arsitektur Perbankan Indonesia, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Bank Indonesia Jakarta.
2 2 Kinerja bank dengan modal dibawah Rp100 miliar Bank-bank yang memiliki modal Rp100 miliar saat ini jumlahnya ada sekitar 55 bank atau 40% dari total 138 bank yang ada. Dari 55 bank yang memiliki modal dibawah Rp100 miliar tersebut ada sekitar 15 bank yang modalnya sangat rendah yaitu dibawah Rp20 miliar. Meskipun jumlahnya 40% dari total bank yang ada, total aset dari 55 bank tersebut hanyalah Rp24,5 triliun atau 2,2% dari seluruh aset perbankan nasional. Begitu halnya dengan aktivitas lending, ke-55 bank tersebut hanya memiliki porsi kecil sekali yaitu hanya 2,8% dari keseluruhan kredit yang disalurkan oleh perbankan. Dengan demikian, bank-bank yang memiliki modal Rp100 miliar tersebut sebenarnya tidak memiliki systemic risk di dalam sistem perbankan, mengingat kontribusinya tidak begitu besar bagi industri perbankan nasional. Jumlah Bank dengan Modal di bawah Rp100 Miliar (Posisi Juni 2003) Jumlah Modal (Tier 1 + Tier 2) Jumlah Bank Modal di bawah Rp20 Miliar 15 Rp20 Miliar s.d. Rp50 Miliar 19 Rp50 Miliar s.d. Rp100 Miliar 21 Modal di bawah Rp100 Miliar 55 Sumber data : Bank Indonesia Bank-bank yang memiliki modal dibawah Rp100 miliar tersebut pada umumnya mempunyai aset yang tidak begitu besar dan aset-aset tersebut sebagian besar ditanamkan dalam bentuk surat-surat berharga seperti SBI maupun penanaman pada antar bank (antar bank aktiva), sedangkan aktivitas pemberian kreditnya sangat kecil. Dengan melihat kondisi seperti ini profitabilitas bank-bank tersebut yang diukur dengan return on assets (ROA) hanya sebesar 1,3%, lebih rendah dibandingkan dengan keseluruhan industri perbankan yang memiliki ROA sebesar 2,2%. Sedangkan tingkat efisiensi bank-bank yang memiliki modal dibawah Rp100 miliar tersebut juga tidak sebagus bank-bank lainnya. Tingkat efisiensi yang diukur dengan rasio biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO)
3 3 memperlihatkan bahwa bank-bank yang bermodal Rp100 miliar kebawah cenderung tidak efisien karena rasio BOPO-nya mencapai 136,8%. Dengan rasio BOPO diatas 100% tersebut berarti pendapatan operasional yang diperoleh bank akan habis dimakan biaya-biaya operasional. Sebaliknya rasio BOPO untuk industri perbankan nasional telah mencapai 91,5%, sehingga lebih efisien dibandingkan dengan bank-bank yang memiliki modal kecil. Dengan melihat gambaran seperti tersebut diatas, maka sudah sewajarnya apabila bank-bank kecil yang memiliki permodalan dibawah Rp100 miliar untuk ditingkatkan kemampuannya. Peningkatan kemampuan tersebut bukan hanya untuk memperbesar profitabilitas bank-bank tersebut, melainkan juga untuk memperbaiki efisiensi usahanya. Selama ini banyak pengamat yang beranggapan bahwa small is beautiful sehingga seakanakan terlihat bahwa bank kecil lebih menguntungkan dan lebih efisien, padahal dalam kenyataannya tidak selamanya seperti itu. Pertumbuhan ekonomi Keberadaan API di dalam perekonomian nasional sangat jelas karena API memiliki tujuan untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 5%-6% setiap tahunnya, diperlukan dukungan kredit perbankan sebesar 22% setiap tahunnya. Namun demikian, potensi permodalan perbankan saat ini hanya sanggup untuk mendorong pertumbuhan kredit maksimum 16% saja, sehingga untuk mencapai target pertumbuhan kredit sebesar 22% setiap tahunnya diperlukan adanya penambahan modal perbankan. Tanpa adanya dukungan peningkatan modal perbankan rasanya sangat sulit untuk meningkatkan kemampuan lending perbankan pada level 22% setiap tahunnya. Dengan demikian bank-bank yang memiliki tingkat permodalan yang masih rendah, khususnya bank-bank dengan modal dibawah Rp100 miliar, perlu ditingkatkan tingkat modalnya menjadi minimum Rp100 miliar sehingga akan memiliki kapasitas lending yang semakin besar. Persyaratan kehati-hatian Modal bank merupakan motor penggerak bagi kegiatan usaha bank, sehingga besar kecilnya modal bank sangat berpengaruh terhadap kemampuan bank untuk melaksanakan kegiatan operasinya. Dengan modal sedikit maka kapasitas usaha bank menjadi terbatas
4 4 mengingat modal merupakan proxi dari pada kemampuan bank untuk mengcover risikorisiko usaha yang dihadapi. Bank dengan modal sedikit tentunya akan mengalami kesulitan untuk memiliki kegiatan usaha yang sangat bervariasi atau memiliki risiko tinggi seperti kegiatan derivatif. The New Basel Accord atau Basel II sendiri pada Pilar 2 telah menegaskan bahwa jumlah modal bank harus sesuai dengan risiko yang dihadapi oleh bank sehingga memungkinkan bank tersebut untuk mengcover risikonya dengan baik. Untuk itu, modal Rp100 miliar merupakan syarat minimum yang diperlukan untuk mengakomodir risikorisiko yang dihadapi oleh bank, baik itu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas maupun risiko lainnya. Selain itu, dengan modal Rp100 miliar juga memungkinkan bank umum untuk meningkatkan skala usahanya secara efisien maupun memperbaiki skill level sumber daya manusianya. Konsekuensinya bank-bank tersebut akan mampu bersaing dengan bank-bank umum lainnya dari segi efisiensi dan pelayanan. Dibandingkan dengan bank perkreditan rakyat (BPR), bank umum memiliki kegiatan yang lebih luas dan kompleks. Jadi secara teoritis bank umum seharusnya memiliki modal yang lebih besar dibandingkan dengan BPR. Namun dalam prakteknya banyak BPR yang telah memiliki modal diatas Rp100 miliar, lebih tinggi dari modal beberapa bank umum padahal BPR hanya memiliki kegiatan usaha yang terbatas. Jadi ironis sekali apabila bank umum memiliki modal yang lebih kecil dibandingkan dengan BPR. Kondisi seperti ini sebenarnya cukup memprihatinkan kita dan perlu untuk segera dibenahi karena bank umum yang memiliki kegiatan lebih luas dari BPR seharusnya mempunyai modal yang lebih besar lagi. B e s t p r a c t i c e s Persyaratan modal minimum Rp100 miliar yang dtetapkan di dalam API tersebut sebenarnya masih kecil apabila dibandingkan dengan best practices di beberapa negara tetangga kita maupun negara Asia lainnya. Malaysia, tetangga terdekat kita telah menerapkan persyaratan modal minimum sebesar US$500 juta atau kurang lebih Rp4 triliun, sama besarnya dengan persyaratan modal minimum di Thailand. Sedangkan persyaratan modal minimum di Singapore sudah mencapai US$855 juta atau sekitar Rp7 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persyaratan modal kita yang hanya Rp100 miliar. Negara Asia lainnya seperti Korea juga memiliki persyaratan modal minimum yang juga lebih tinggi dari kita yaitu sebesar US$82 juta atau sekitar700 miliar. Dari contoh-contoh negara lain tersebut
5 5 jelas sekali bahwa tingkat permodalan bank-bank yang ada di Indonesia saat ini masih lemah sehingga dalam jangka panjang perlu untuk ditingkatkan secara bertahap. Studi empiris Industri perbankan merupakan suatu industri yang bersifat capital intensive, sangat berbeda dengan industri lainnya yang bersifat skill intensive seperti indutri information technology (IT) atau industri yang bersifat labour intensive seperti pabrik. Industri perbankan yang bersifat capital intensive tersebut merupakan sesuatu yang logis karena bank harus mengelola dana masyarakat dengan segala macam risikonya, sehingga bank tentunya harus memiliki kapasitas dan kemampuan yang memadai untuk menanggung kerugian yang timbul dari risiko-risiko yang muncul. Untuk itu, permodalan bank sebagai buffer dari risiko yang dihadapi oleh bank harus diperkuat dan terus ditingkatkan sejalan dengan besarnya risiko yang dihadapi oleh masing-masing bank. Dari hasil studi empiris diketahui bahwa bank dapat melakukan kegiatan secara efisien apabila memiliki kisaran aset sekitar US$2 miliar sampai dengan US$10 miliar. Sedangkan untuk mencapai total aset seperti pada kisaran tersebut, diperlukan modal sekitar US$130 juta atau kurang lebih Rp1 triliun. Namun demikian, apabila jumlah modal Rp1 triliun tersebut diterapkan di Indonesia, maka banyak bank yang tidak mampu mencapainya. Oleh karena itu batas minimum modal bank sebesar Rp100 miliar dinilai merupakan suatu langkah yang realistis dengan melihat kondisi perbankan saat ini yang baru saja pulih dari krisis. Penetapan modal minimum Rp100 miliar tersebut juga telah memperhatikan kemampuan bank-bank di Indonesia untuk mencapainya serta mempertimbangkan potensi pertumbuhan yang kemungkinan terjadi dalam jangka panjang. Cara pencapaian Ketentuan modal minimum Rp100 miliar mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2011, sehingga bank-bank yang memiliki modal dibawah Rp100 miliar masih memiliki waktu kurang lebih tujuh tahun untuk mencapainya. Bank-bank yang memiliki modal dibawah Rp100 miliar tidak perlu panik karena apabila mereka tidak bisa mencapai target pada tahun 2011 nanti, bank-bank tersebut tidak akan dilikuidasi atau ditutup melainkan akan menjadi bank dengan kegiatan terbatas (downgrade). Oleh karena itu, bank-bank yang bermodal
6 6 dibawah Rp100 miliar sudah harus membenahi struktur permodalannya. Ada berbagai cara untuk mencapainya, apakah itu dengan melakukan merger dengan bank lain, menambah setoran modal, mencari partner baru yang dapat menyuntikkan modal tambahan, menerbitkan sub ordinated loan,maupun cara-cara lainnya. Bagi bank-bank yang masih memiliki modal dibawah Rp100 miliar harus membuat rangkaian kegiatan serta tahapan-tahapan yang terencana untuk mencapai target tersebut. Rencana pencapaian tersebut sudah harus dimulai di dalam penyusunan business pl an bank-bank untuk tahun yang saat ini sedang dibuat ataupun dengan membuat rencana jangka panjang (7 tahun) mengenai tahapan pencapaian modal baru sebesar Rp100 miliar.
Membangun Fundamental Perbankan yang Kuat 1
Membangun Fundamental Perbankan yang Kuat 1 Oleh : Dr. Agus Sugiarto 2 Industri perbankan nasional saat ini telah memiliki Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang merupakan suatu blueprint mengenai arah
Lebih terperinciMencari Struktur PerbankanYang Ideal 1
Mencari Struktur PerbankanYang Ideal 1 Dr. Agus Sugiarto 2 Dalam rangka menciptakan industri perbankan ke depan yang lebih baik, sehat dan stabil, maka keberadaan struktur perbankan yang ada sekarang ini
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/15/PBI/2005 TENTANG JUMLAH MODAL INTI MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/15/PBI/2005 TENTANG JUMLAH MODAL INTI MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank umum syariah dan juga unit-unit usaha syariah. Tumbuhnya perbankan syariah tersebut memberikan
Lebih terperinciBagaimana Nasib Perbankan Kita Setelah Ditinggal IMF 1
Bagaimana Nasib Perbankan Kita Setelah Ditinggal IMF 1 Dr. Agus Sugiarto 2 Pemerintah bersama-sama dengan DPR bertekad bulat bahwa pada akhir tahun 2003 nanti program kerjasama di sektor ekonomi dengan
Lebih terperinciPrinsip Kehati-hatian Bank Dalam Kegiatan Reksadana 1
Prinsip Kehati-hatian Bank Dalam Kegiatan Reksadana 1 Dr. Agus Sugiarto 2 Perkembangan penjualan reksadana yang sangat pesat dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini tidak terlepas dari besarnya peran
Lebih terperinci1.5 Ruang Lingkup Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Perekonomian Indonesia nesia tepatnya pada tahun 1997 mengalami krisis moneter yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perbankan di Indonesia saat ini memang sangat baik, dimana terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional. Dalam kerangka perbankan nasional,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu tulang punggung penting dalam pembangunan nasional. Dalam kerangka perbankan nasional, seperti tertuang di dalam
Lebih terperinciARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA: SUATU KEBUTUHAN DAN TANTANGAN PERBANKAN KE DEPAN 1
ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA: SUATU KEBUTUHAN DAN TANTANGAN PERBANKAN KE DEPAN 1 Oleh : Dr. Agus Sugiarto 2 Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan tentang arsitektur perbankan nasional baik itu dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Perbankan adalah lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan adalah suatu industri yang bergerak di bidang keuangan yang berperan dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Perbankan adalah lembaga yang memiliki peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap Negara menetapkan rencana pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan kemakmuran bagi seluruh anggota masyarakatnya. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1980-an pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan perbankan. Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak
Lebih terperinciGuna mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan,
Program Kegiatan API Guna mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan, serta mengacu kepada tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan, maka ke-enam pilar API sebagaimana diuraikan di depan akan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fungsinya berasaskan demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global tahun 2012 menunjukan pertumbuhan yang negatif. Dana Moneter
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis keuangan yang terjadi di Eropa membuat perkembangan perbankan global tahun 2012 menunjukan pertumbuhan yang negatif. Dana Moneter Internasional (IMF)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Penelitian Sistem ekonomi berbasiskan syariah dalam beberapa tahun belakangan ini semakin populer, bukan hanya di negara-negara Islam tetapi juga negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, selain membuka peluang bisnis yang kian mendunia, pelaku bisnis juga dihadapkan dengan permasalahan yang semakin kompleks dan dinamis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia. Kegiatan perekonomian masyarakat kebanyakan tidak didukung oleh kemampuan masyarakat
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis kinerja keuangan BPR Konvensional di Jawa dan Sumatera dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan antara tahun 2007
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah melumpuhkan perekonomian Indonesia. Lemahnya sistem perbankan nasional merupakan salah satu penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk menbiayai, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dikenal dengan fungsi perantara (intemediary) keuangan. Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut (Reksoprayitno: 1997) Pengawasan industri perbankan merupakan salah satu faktor paling penting disemua Negara didunia. Dalam perekonomian suatu negara perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan merupakan industri yang syarat dengan risiko, terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk berbagai investasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Sejarah Perbankan Indonesia Periode Agustus 2012.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bank swasta nasional yang sangat cepat dimulai pada tahun 1980an. Jumlah bank pada tahun 1988 adalah sebanyak 106 bank, kemudian meningkat menjadi 239 bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah bagi Indonesia, yaitu memperburuk pemulihan kesehatan ekonomi Indonesia, apalagi sekarang ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang terus berkelanjutan. Pada akhir tahun 1997, suku bunga untuk jangka waktu bulanan di Bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan usaha bank sebagai lembaga intermediasi keuangan atau lembaga perantara keuangan dengan kegiatan utama adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 9/16/PBI/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/15/PBI/2005 TENTANG JUMLAH MODAL INTI MINIMUM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan memiliki kedudukan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa indikator ekonomi yang bisa mencerminkan tingkat kegiatan ekonomi di masyarakat. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara. Bank didefinisikan oleh Undangundang Nomor 10
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi dunia kini menjadi salah satu isu utama dalam perkembangan dunia memasuki abad ke-21. Krisis ekonomi yang kembali melanda negara-negara di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan Indonesia telah menjadi industri yang hampir seluruh aspek kegiatannya diatur oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Regulasi tersebut menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah peningkatan, menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kini sudah ada 12 Bank Umum Syariah (BUS),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai lembaga intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara
Lebih terperinciBab 6 MATERI SIP-6 1 LATAR BELAKANG ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (API) VISI API TUJUAN SASARAN API SISTEMATIKA API
LATAR BELAKANG Bab 6 ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (API) Pertumbuhan jumlah bank swasta nasional yang sangat cepat mulai tahun 980an Peran sektor dalam memobilisasikan dana masyarakat mengalami peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko ( kredit, penyertaan, surat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum pemerintah secara formal meletakkan dasar-dasar hukum operasionalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem keuangan syariah sebenarnya telah dimulai sebelum pemerintah secara formal meletakkan dasar-dasar hukum operasionalnya melalui UU No.7 Tahun 1992
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan dampak bagi perekonomian di indonesia terutama pada struktur perbankan. Hal ini menyebabkan krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan program pembangunan. Meningkatkan kualitas hidup antara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian... 1 1.2.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
117 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan dari hipotesis yang diajukan sebagai berikut : Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi.
Lebih terperinciMenurut Marrie Muhamad Mantan Menteri Keuangan mengatakan bahwa ada dua pihak yang kontra-privatisasi, dan pihak yang pro-privatisasi. Pihak yang kont
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk dan PT BANK MANDIRI (Persero) Tbk SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI ABSTRAK Sampai saat ini Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dimana untuk mencapai tujuan tersebut perlu memperhatikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dimana untuk mencapai tujuan tersebut perlu memperhatikan keserasian keselarasan, dan keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti dilanggarnya prinsip kehati-hatian perbankan (prudential-banking
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya, tujuan suatu perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan di Indonesia sebenarnya telah berdiri sejak tahun 1992, sejalan dengan berlakunya Undang- Undang No.7 Tahun 1992
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank
I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya akan dapat mendorong efektivitas kebijakan moneter. Salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank Indonesia merupakan bank sentral yaitu suatu lembaga yang memiliki peran penting dalam perekonomian terutama di bidang moneter, keuangan, dan perbankan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan( NPL), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikutsertakan peran dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilaksanakan oleh negara Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan lembaga keuangan, khususnya bank, dewasa ini sangat penting bagi kelangsungan perekonomian masyarakat dan negara. Bank menjalankan kegiatan usahanya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian suatu negara, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, setiap negara berlomba-lomba mencapai kesejahteraan nasional secara merata. Hal tersebut menjadi salah satu elemen penting agar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. moneter, meningkatkan perekonomian masyarakat maupun dalam pembangunan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan Indonesia telah memberi peranan yang sangat berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranan dalam kebijakan moneter, meningkatkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang merupakan pengamatan terhadap objek penelitian, yaitu bank konvensional (Bank Persero)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. waktu Pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan akhirnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Dimulai pada tahun 1983 ketika berbagai macam deregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan perekonomian di dunia saat ini tidak terlepas dari dunia perbankan. Hampir seluruh aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karena laba merupakan suatu hal yang akan menjamin dari kelangsungan perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperoleh keuntungan yang maksimal merupakan tujuan utama berdirinya suatu perusahaan, baik perusahaan swasta maupun perusahaan milik pemerintah. Karena laba merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan sangat penting peranannya dalam perekonomian suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Dalam industri perbankan sendiri, bank memiliki peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, bank merupakan sebuah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu mencapai rata-rata tumbuh sekitar 7 persen per tahun. Namun pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era tahun 1990an, perekonomian Indonesia pernah disebut-sebut sebagai salah satu macan Asia dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia saat itu mencapai rata-rata tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat dari tugas akhir ini. Berikutnya diuraikan mengenai batasan masalah dan sistematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008 perbankan Indonesia mulai terkena dampaknya dari krisi global tersebut. Dampak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan suatu lembaga yang aktivitasnya menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia sendiri, perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan merupakan aset yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia sendiri, perkembangan perekonomian tidak bisa
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia. mencapai 304,492 milyar rupiah atau meningkat sebesar 13,02 persen
Jutaan Rupian BAB IV GAMBARAN UMUM A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia Sesuai dengan data Statistik Perbankan Indonesia, kinerja kredit BPD menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut perbankan tetap bertahan dan berkompetisi agar kejadian seperti krisis ekonomi pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Lembaga keuangan (bank) merupakan lembaga
Lebih terperinciKONSOLIDASI PERBANKAN
KONSOLIDASI PERBANKAN 1. MENGAPA KONSOLIDASI PERBANKAN DIPERLUKAN: a. Dalam rangka mencapai sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciGARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1
GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1 IV. ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA ( A P I ) A. Pendahuluan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian secara keseluruhan akan memperoleh manfaat dari keberadaan suatu bank. Perekonomian mendapat manfaat berupa mekanisme alokasi sumber-sumber
Lebih terperinciANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SETELAH MERGER (Studi Kasus: Bank UOB Indonesia)
ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SETELAH MERGER (Studi Kasus: Bank UOB Indonesia) Dita Awalia Afriani/ 20208388 Pembimbing : Herry Sussanto, DR. SE., MM. LATAR BELAKANG MASALAH Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan krisis moneter terjadi pada tahun yang memberikan dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perbankan tidak terlepas dari munculnya permasalahan yang dihadapi antara lain masalah pendanaan, kredit macet, kinerja keuangan buruk, dan krisis moneter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan lembaga keuangan, khususnya bank, dewasa ini sangat penting bagi kelangsungan perekonomian masyarakat dan negara. Bank menjalankan kegiatan usahanya dengan
Lebih terperinciUntuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih
Tantangan Ke Depan Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang, terutama untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan dalam beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan kinerja perekonomian Indonesia menurun. Pengelolaan perekonomian dan sektor usaha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konvensional yang menerapkan sistem ribawi menjadi goyah. Bahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi-dimensi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998 membawa hikmah bagi sejarah sistem perbankan syariah di Indonesia. Disaat bank konvensional terkena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)
Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Senin, 04 Januari 2016 Laba Bank Sulit Berkembang OJK menyatakan laba industri perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami penurunan dibandingkan
Lebih terperinciBAB VI ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (API)
BAB VI ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (API) A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah bank swasta nasional yang sangat cepat mulai tahun 1980an Peran sektor perbankan dalam memobilisasikan dana masyarakat mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank, maka dituntut adanya pelaksanaan usaha yang berkaitan erat dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan terpenting dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat maupun
Lebih terperinci