RANCANGAN ALAT UKUR WAKTU TUNDA RELE ARUS LEBIH
|
|
- Hendri Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RANCANGAN ALAT UKUR WAKTU TUNDA RELE ARUS LEBIH T. Ahri Bahriun 1) 1) Staf Pengajar Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik USU Abstrak Rele arus lebih berfungsi untuk membuka circuit breaker jika terjadi gangguan berupa arus lebih. Pembukaan circuit breaker ini bertujuan untuk menghindari kelebihan arus yang berkepanjangan. Rele ini umumnya dilengkapi dengan penunda waktu yang akan menunda pembukaan circuit breaker selama waktu tertentu. Ini dimaksudkan agar circuit breaker tidak dibuka jika gangguan arus lebih hanya berlangsung untuk saat yang singkat. Lamanya tundaan waktu ini umumnya merupakan fungsi dari besarnya arus lebih. Salah satu alat ukur yang dibutuhkan oleh laboratorium distribusi adalah alat ukur waktu tunda rele arus lebih. Alat ini berguna untuk mengukur selang waktu antara mulai terjadinya arus lebih dengan dibukanya circuit breaker. Alat ukur ini umumnya merupakan suatu timer yang akan di-start dan di-stop oleh kontak bantu dari rele yang diuji. Tulisan ini mencoba membahas suatu rangkaian pengukur waktu pembukaan rele arus lebih yang sederhana, yang menggunakan rangkaian logika sebagai intinya. Kata kunci: Rele arus lebih, Waktu tunda 1. Pendahuluan Laboratorium Distribusi Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU menggunakan sejumlah rele pada rangkaianrangkaian percobaan. Salah satu rele yang digunakan adalah rele arus lebih. Rele arus lebih ini dilengkapi dengan penunda waktu guna menunda bekerjanya rele tersebut. Lamanya waktu tunda ini merupakan fungsi dari besarnya arus lebih dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Semakin besar kelebihan arus semakin singkat tundaan waktunya. Salah satu besaran yang harus diukur dalam pengujian rele arus lebih adalah lamanya waktu tunda rele tersebut. Dalam pengujian ini, perlu diukur lamanya waktu tunda sebagai fungsi besarnya arus lebih. Pengukuran ini bisa dilakukan dengan menggunakan stopwatch biasa namun dalam pelaksanaannya tentu saja akan sulit, karena stopwatch harus di-start tepat pada saat dimulainya arus lebih dan harus di-stop tepat pada saat rele bekerja atau pada saat CB (circuit breaker) membuka. Cara ini membutuhkan kecepatan dan kesigapan dari orang yang memegang stopwatch tersebut. Dalam hal ini kesalahan pengukuran terbesar adalah disebabkan oleh faktor manusia, di mana kecepatan refleks manusia sangat menentukan. Metode yang lebih baik ialah men-start dan men-stop stopwatch dengan menggunakan kontak bantu (auxiliary contact) dari rele yang diuji. Dengan cara ini kesalahan yang disebabkan kelambanan manusia dapat dihindari. Agar dapat di-start dan di-stop secara listrik maka stopwatch yang digunakan haruslah stopwatch elektronik. Kesulitan dari metode ini ialah cara menghubungkan stopwatch yang digunakan ke rele yang akan diuji. Seperti diketahui, stopwatch elektronik umumnya bekerja pada tegangan rendah. Rangkaian seperti ini sangat peka terhadap kelebihan tegangan, khususnya pada bagian masukannya, Oleh karena itu dibutuhkan suatu cara untuk mengisolasi rangkaian stopwatch dari rele yang diuji. Salah satu cara ialah dengan menggunakan optocoupler, seperti diperlihatkan pada Gambar 1 (Bouwens, 1986). Gambar 1. Rangkaian pengisolasi stopwatch Pada rangkaian ini, stopwatch sama sekali tidak berhubungan secara listrik dengan rele 63
2 yang diuji. Hubungan hanya terjadi secara optik. Jika kontak bantu rele menutup maka LED pada optocoupler akan memancarkan cahayanya pada phototransistor sehingga transistor ini akan menghantar. Menghantarnya transistor ini akan menutup switch start dari stopwatch. Kesulitan lain dari cara ini ialah bahwa stopwatch umumnya memiliki dua tombol yang terpisah untuk start dan stop sehingga harus ada suatu rangkaian yang dapat memberikan sinyal start dan stop yang terpisah berdasarkan menutup dan membukanya kontak bantu dari rele yang diuji. Kesulitan-kesulitan di atas menimbulkan gagasan untuk merancang dan merakit suatu stopwatch yang dapat di-start dan di-stop oleh kontak bantu dari rele arus lebih. Komponenkomponen yang digunakan pada rancangan ini adalah komponen-komponen yang umum dan mudah diperoleh di pasaran. Tulisan ini mencoba membahas secara ringkas rancangan stopwatch ini. 1. Prinsip Kerja Dasar Prinsip kerja dasar dari alat ukur waktu tunda rele yang dirancang ini ialah menghitung jumlah pulsa yang masuk ke suatu pencacah BCD (Binary Coded Decimal) dari suatu rangkaian basis waktu selama kontak bantu rele menutup, yaitu selama waktu tunda rele. Alat ukur waktu tunda rele ini terdiri dari beberapa bagian seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2 (Bartee, 1985). Gambar 2. Diagram blok alat ukur Rangkaian basis waktu berfungsi untuk membangkitkan pulsa clock dengan frekuensi yang stabil dan presisi. Pulsa keluaran dari basis waktu ini dikirimkan ke pencacah BCD. Selama kontak bantu rele terbuka maka masukan INH (Inhibit) dari pencacah akan bernilai logika rendah sehingga pulsa clock yang masuk ke pencacah akan diabaikan. Apabila terjadi arus lebih maka kontak bantu rele akan menutup. Ini akan membuat masukan INH dari pencacah bernilai logika tinggi sehingga pencacah akan mencacah pulsa clock yang masuk. Dengan demikian maka selama kontak bantu rele tertutup, isi pencacah akan bertambah satu untuk setiap pulsa yang masuk. Pada akhir tundaan waktu, rele akan membuka CB sehingga arus lebih akan hilang dan kontak bantu rele akan terbuka kembali sehingga masukan INH dari pencacah kembali bernilai rendah pencacahan dihentikan. Dengan demikian maka pencacahan akan berlangsung selama waktu tunda dari rele. Pada akhir proses pencacahan, isi pencacah adalah sama dengan jumlah pulsa yang telah diterimanya. Banyaknya pulsa yang masuk ke pencacah ditentukan oleh lamanya waktu tunda dan frekuensi pulsa clock dan dapat dinyatakan sebagai: di mana : P = T D.f CLOCK P = Jumlah pulsa T D = Lamanya waktu tunda f CLOCK = Frekuensi clock Isi pencacah ini selanjutnya diubah dari format BCD ke format 7-segmen oleh suatu dekoder untuk selanjutnya ditampilkan oleh peraga LED (Light Emitting Diode) 7-segmen sehingga dapat dilihat. 2.1 Rangkaian Pencacah dan Peraga Sesuai dengan kebutuhan, maka alat ukur waktu tunda rele ini dirancang untuk dapat mengukur waktu sampai dengan 100 detik dengan resolusi 0,01 detik sehingga nilai yang terbesar yang harus dapat ditampilkan adalah 99,99 detik. Untuk itu dibutuhkan peraga 4- digit yang terdiri dari 4 buah peraga LED 7- segmen. Setiap digit dari peraga ini mendapat masukan dari sebuah pencacah BCD yang masing-masing dapat menghitung mulai dari nol sampai dengan sembilan. Agar rangkaian menjadi lebih sederhana maka pencacah yang digunakan pada rancangan ini adalah pencacah yang sudah dilengkapi dengan pengubah BCD ke 7-segmen yang dilengkapi pula dengan penggerak (BCD to 7-segment decoder/driver). Rangkaian lengkap dari pencacah dan peraga diperlihatkan pada Gambar 3 (Fairchild Semiconductor, 1988). Switch RESET (S2) berfungsi untuk mengosongkan isi pencacah yang timbul pada saat catudaya dinyalakan ataupun yang merupakan hasil pengukuran Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 2 DESEMBER 2005 (63 69) 64
3 sebelumnya. Aliran pulsa masukan ke pencacah diatur oleh nilai logika dari masukan INH (inhibit) pada pencacah yang pertama. Pencacah akan mencacah pulsa pada masukan CP jika masukan INH bernilai (logika) rendah dan sebaliknya pencacahan akan dihentikan apabila masukan INH ini bernilai tinggi. Dengan kata lain, pencacahan dapat diatur dengan mengatur nilai logika dari masukan INH ini. Oleh karena itu maka masukan CP dari pencacah dapat disambungkan secara permanen ke sumber pulsa, yaitu rangkaian basis waktu. Seperti telah dinyatakan sebelumnya, agar rangkaian menjadi lebih sederhana maka pencacah yang digunakan adalah pencacah BCD yang dilengkapi dengan pengubah BCD ke 7-segmen dan penggerak. Oleh karena itu format keluaran dari setiap unit pencacah adalah format 7-segmen dan mampu untuk menyalakan satu segmen dari tampilan LED. Karena sifat keluaran dari penggerak adalah aktif tinggi (active high) maka tampilan LED 7-segmen yang digunakan adalah jenis katoda bersama (common cathode). Besarnya arus segmen akan menentukan kecerahan segmen tersebut. Semakin besar arus segmen semakin cerah nyala segmen tersebut. Gambar 3. Rangkaian pencacah dan peraga Gambar 4. Rangkaian ekivalen satu segmen Gambar 5. Rangkaian basis waktu 65
4 Untuk menghindari kerusakan dari penggerak dan peraga 7-segmen, maka arus setiap segmen harus dibatasi agar lebih kecil dari nilai maksimum yang diperkenankan (Millman, Halkias, 1979). Hal ini dapat dilakukan dengan menyisipkan sebuah tahanan di antara setiap segmen dengan penggeraknya sehingga rangkaian ekivalen dari setiap segmen dan penggeraknya menjadi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4. Besarnya arus segmen adalah: I S = (V DD V EC V F ) / R S... (1) V DD : Tegangan catuan V EC : Tegangan jatuh emiter kolektor transistor penggerak V F : Tegangan jatuh pada LED segmen 2.2 Rangkaian Basis Waktu Rangkaian basis waktu terdiri dari sebuah osilator kristal kwarsa dan sejumlah pencacah yang difungsikan sebagai pembagi frekuensi, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5 (Bouwens, 1986). Osilator terdiri dari sebuah gerbang NAND (IC5a) yang dioperasikan pada daerah liniernya dengan memberikan umpan balik DC melalui tahanan R35. Sebagai penentu frekuensi digunakan sebuah kristal kwarsa dengan frekuensi 4MHz. Keluaran dari osilator ini disangga (buffer) oleh IC5b guna mengurangi efek pembebanan pada IC5a dan selanjutnya diteruskan ke rangkaian pembagi frekuensi yang terdiri dari IC6 hingga IC8. Untuk mendapatkan resolusi pengukuran sebesar 0,01 detik maka frekuensi masukan (clock) dari pencacah haruslah 100Hz. Untuk mendapatkan sinyal dengan frekuensi 100Hz maka frekuensi keluaran dari osilator yang besarnya 4MHz harus dibagi dengan faktor pembagi sebesar sehingga diperoleh: f CLOCK = f OSC /40000 = Hz/ = 100Hz Pembagian frekuensi dilakukan dengan menggunakan 8 buah pencacah BCD yang dihubungkan secara cascade. Pencacah IC6a, IC6b, IC7a, dan IC7b difungsikan sebagai pembagi 10 sehingga berturut-turut akan menghasilkan pulsa dengan frekuensi 400 khz, 40 khz, 4 khz dan 400 Hz. Suatu pencacah BCD akan membagi frekuensi masukannya dengan faktor pembagi 10 jika keluaran diambil dari Q C ataupun Q D. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Diagram pewaktuan pencacah BCD Dari Gambar 6 terlihat bahwa dalam satu periode yang terdiri dari sepuluh pulsa CP, keluaran Q C dan Q D hanya naik dan turun satu kali. Hal ini akan terus berulang sehingga hubungan antara CP, Q C, dan Q D dapat dinyatakan sebagai: T C = T D = 10.T C T C = perioda Q C T D = perioda Q D T CP = perioda CP atau, f C = f D = f CP / 10 f C = frekuensi Q C f D = frekuensi Q D f CP = frekuensi CP IC8a dirangkai menjadi pencacah modulus 4 dengan menghubungkan keluaran Q C ke masukan CLR (clear) sehingga pencacah ini akan mereset dirinya sendiri pada setiap pulsa masukannya yang keempat, yaitu pada saat keluaran Q C naik sesaat seperti terlihat pada Gambar 7. Gambar 7. Diagram pewaktuan dari pencacah modulus 4 Dari Gambar 7 terlihat bahwa dalam satu siklus yang terdiri dari empat pulsa CP, keluaran Q B dan Q C hanya naik dan turun satu kali. Hal ini akan terus berulang sehingga hubungan CP, Q B, dan Q C dapat dinyatakan sebagai: T B = T C = 4.T CP Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 2 DESEMBER 2005 (63 69) 66
5 T B = perioda Q B T C = perioda Q C T CP = perioda CP atau, f B = f C = f CP /4 f B = frekuensi Q B f C = frekuensi Q C f CP = frekuensi CP Dengan demikian maka IC8a akan berfungsi sebagai pembagi 4 sehingga menghasilkan pulsa keluaran dengan frekuensi 100 Hz. Sinyal 100 Hz ini selanjutnya dibagi sepuluh oleh pencacah IC8b yang berfungsi sebagai pembagi 10 sehingga menghasilkan pulsa keluaran dengan frekuensi 10 Hz. Sinyal keluaran 100 Hz dan 10 Hz ini dapat dipilih oleh switch S1a untuk diteruskan ke pencacah utama IC1. Jika yang dipilih adalah 10 Hz maka resolusi pengukuran adalah 0,1 detik sehingga tundaan maksimum yang dapat diukur adalah 999,9 detik. Sebaliknya jika yang dipilih adalah 100 Hz maka resolusi pengukuran adalah 0,01 detik sehingga tundaan maksimum yang dapat diukur adalah 99,99 detik. Oleh karena itu titik desimal yang harus dinyalakan untuk kedua kisar pengukuran ini adalah berbeda. Pemilihan titik desimal ini dilakukan oleh switch S1b Rangkaian Pengisolasi Rangkaian ini berfungsi untuk mengisolasi masukan INH dari pencacah utama (IC1) dari kontak bantu rele yang akan diuji. Hal ini sangat penting guna mengamankan pencacah ini dari tegangan lebih, agar terhindar dari kerusakan. Rangkaian ini menggunakan sebuah optocoupler (OC1), seperti yang diperlihatkan pada Gambar 8. Gambar 8. Rangkaian pengisolasi Jika terjadi arus lebih maka kontak bantu rele akan menutup sehingga LED pada OC1 akan dialiri arus dan menyinari phototransistornya sehingga phototransistor ini akan menghantar. Menghantarnya phototransistor ini akan mengakibatkan tegangan kolektornya menjadi rendah sehingga masukan INH dari pencacah IC1 akan bernilai logika rendah dan pencacah akan mencacah pulsa yang masuk. Pada saat tundaan waktu berakhir maka bersamaan dengan membukanya CB, arus lebih akan hilang sehingga kontak bantu rele akan membuka. Ini akan menyebabkan LED pada optocoupler tidak dialiri arus sehingga phototransistor dari OC1 tidak mendapatkan penyinaran. Hal ini akan mengakibatkan phototransistor menyumbat (cut-off) sehingga tegangan kolektornya menjadi tinggi. Akibatnya masukan INH dari IC1 akan bernilai logika tinggi sehingga aliran pulsa ke pencacah akan dihentikan. Dioda D1 berfungsi untuk melindungi LED dari tegangan reverse Rangkaian Catu Daya Rangkaian pengukur waktu tunda ini direalisasikan dengan menggunakan perangkat logika jenis CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor). Jenis ini dipilih karena lebih kebal terhadap derau dan mengkonsumsi daya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis TTL (Transistor Transistor Logic). Kelebihan lain dari perangkat CMOS ialah kisar tegangan catu yang lebih lebar, yaitu berkisar dari +3 V DC hingga +15 V DC. Untuk rangkaian ini ditentukan besarnya tegangan catuan adalah +5 V DC. Besarnya arus yang dikonsumsi perangkat CMOS ditentukan oleh tegangan catuan dan frekuensi kerja. Semakin tinggi tegangan catuan dan frekuensi kerja, semakin besar konsumsi arus. Frekuensi kerja tertinggi hanya terjadi pada IC5a dan IC5b yang bekerja pada frekuensi 4 MHz. Frekuensi kerja tertinggi kedua adalah pada IC6a yang bekerja pada frekuensi 400 khz. Pada rangkaian yang dirancang, besarnya konsumsi arus dari seluruh perangkat CMOS adalah sekitar 50 ma. Besarnya arus yang dikonsumsi oleh peraga ditentukan oleh arus setiap segmen dan nilai yang ditampilkan. Dari persamaan (1) dapat dilihat bahwa besarnya arus segmen dapat diatur dengan mengatur nilai tahanan R S. Semakin besar arus segmen semakin terang nyala segmen tersebut. Untuk peraga 7-segmen dengan ketinggian segmen 8 mm, arus segmen 67
6 sebesar 5mA sudah cukup untuk menghasilkan kecerahan segmen memadai. Dengan demikian jika semua segmennya menyala maka setiap digit akan mengkonsumsi arus sebesar 35 ma, yaitu pada saat menampilkan angka 8. Jika keempat digit menampilkan nilai 8 maka besarnya arus yang dikonsumsi peraga adalah 140 ma. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa konsumsi arus total untuk rangkaian yang dirancang adalah 190 ma maksimum. Untuk membangkitkan tegangan catuan digunakan catudaya seperti yang diperlihatkan pada Gambar 9. Gambar 9. Rangkaian catudaya Tegangan masukan dari jala-jala diturunkan oleh suatu trafo stepdown (T1) yang memiliki tegangan sekunder sebesar 18 V RMS dengan CT (centre tap). Keluaran dari trafo disearahkan oleh penyearah gelombang penuh yang terdiri dari dioda D2 dan D3. Keluaran dari penyearah ini selanjutnya ditapis oleh kapasitor C3 guna menghilangkan kerut (ripple) yang ada. Besarnya tegangan yang dihasilkan masih dipengaruhi oleh arus beban sementara arus beban berubah-ubah karena dipengaruhi oleh jumlah segmen yang menyala pada peraga. Oleh karena itu untuk menstabilkan tegangan catudaya digunakan IC9 yang merupakan suatu regulator seri. IC9 ini akan mempertahankan tegangan keluarannya sebesar +6 V DC selama tegangan masukannya lebih besar dari +8 V DC dan arus keluarannya lebih kecil dari 1 Ampere (Fairchild Semiconductor, 1988). Besarnya daya yang hilang atau disipasi daya pada regulator ini adalah: P D (V IN V OUT ).I L Watt P D V IN : disipasi daya : tegangan masukan regulator V OUT : tegangan keluaran regulator I L : arus beban yang berlebihan maka panas yang timbul ini harus dibuang dengan menggunakan pendingin atau heatsink. Agar daya yang hilang tidak terlalu besar maka V IN harus dibuat serendah mungkin, namun harus dapat mengantisipasi turun naiknya V IN yang disebabkan oleh perubahan arus beban dan turun naiknya tegangan jala-jala. Keluaran dari regulator ini selanjutnya ditapis oleh kapasitor C6 untuk menghilangkan kerut sehingga pada keluaran regulator akan diperoleh tegangan searah sebesar +6 V DC yang benar-benar stabil dan bebas kerut. Kapasitor C4 dan C5 berfungsi untuk menstabilkan IC regulator agar tidak berosilasi, sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik pembuatnya (Fairchild Semiconductor, 1988). 3. Kalibrasi Kalibrasi dari alat yang dibuat membutuhkan suatu frequency counter yang mampu mengukur frekuensi paling tidak hingga 5 MHz dengan resolusi 1 Hz atau lebih baik. Satu-satunya bagian yang harus ditala pada proses kalibrasi adalah kapasitor C1. Sebelum alat ukur tundaan waktu dinyalakan, masukan dari frequency counter dihubungkan pada keluaran dari IC5b. Selanjutnya alat ukur dapat dinyalakan dan dibiarkan menyala hingga 5 menit guna pemanasan. Pemanasan ini perlu agar semua komponen mencapai temperatur kerja yang stabil sebelum kalibrasi dilakukan. Selanjutnya proses kalibrasi dapat dilakukan dengan menala kapasitor C1, sampai frequency counter menampilkan nilai Hz. Apabila diperlukan maka nilai kapasitor C1 dapat diubah. Jika kalibrasi telah selesai maka alat ukur ini siap untuk digunakan. 4. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain ialah: 1. Alat ukur tundaan waktu rele arus lebih dapat dibuat dengan menggunakan rangkaian elektronik yang sederhana. 2. Jumlah digit dari peraga dan akan menentukan lamanya waktu tunda yang dapat diukur. 3. Frekuensi clock yang digunakan akan menentukan resolusi dari pengukuran. Disipasi daya ini akan diubah menjadi panas oleh regulator. Untuk menghindari panas Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 2 DESEMBER 2005 (63 69) 68
7 Daftar Pustaka Bartee, T., Digital Computer Fundamentals, McGraw-Hill, New York, Bouwens A. J., Digital Instrumentation, McGraw-Hill, New York, Fairchild Semiconductor, 1988, CMOS Integrated Circuits Data Book. Millman, J., Halkias, Microelectronics, Digital, and Analog Circuits and Systems, McGraw-Hill, New York,
RELE TEGANGAN ELEKTRONIK
RELE TEGANGAN ELEKTRONIK T.Ahri Bahriun 1) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik USU Abstrak Salah satu alat proteksi yang sangat dibutuhkan untuk mengamankan peralatan listrik ialah
Lebih terperinciRele Tegangan Elektronik
Rele Tegangan Elektronik Oleh: Erika Loniza Abstract One of the protection equipments which is needed for protecting the electrical instruments is avoltage relay. This relay function as to detect voltages
Lebih terperinciPeraga 7-segmen berfungsi untuk menampilkan angka 0 sampai 9. Segmen-segmen diberi label : a, b, c, d, e, f dan g.
Peraga 7-segmen Peraga 7-segmen berfungsi untuk menampilkan angka 0 sampai 9. Segmen-segmen diberi label : a, b, c, d, e, f dan g. a f e g b c Dengan menyalakan segmen tertentu maka dapat ditampilkan karakter
Lebih terperinciOsilator RC. Gambar Rangkaian osilator RC dengan inverter
Pada beberapa rangkaian dibutuhkan sederetan pulsa clock dengan frekuensi tertentu. Deretan pulsa clock ini dapat dibangkitkan dengan menggunakan suatu osilator yang dibentuk dengan menggunakan gerbang
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan
III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM
42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler
Lebih terperinciALAT UKUR TINGGI BADAN DENGAN GELOMBANG ULTRASONIK BERPENAMPILAN DIGITAL
ALAT UKUR TINGGI BADAN DENGAN GELOMBANG ULTRASONIK BERPENAMPILAN DIGITAL Prastyono Eko Pambudi 1), Yunarto Tri Wahyu Aji 2) 1,2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains &Teknologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada rancang bangun pengukur kecepatan kendaraan menggunakan sensor GMR adalah metode deskriftif dan eksperimen. Melalui
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan
BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN
BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM DIGITAL Rangkaian Logika Pernantin Tarigan Edisi ke-2 USU Press
PERANCANGAN SISTEM DIGITAL Rangkaian Logika Pernantin Tarigan Edisi ke-2 USU Press Designing with TTL Integrated Circuits Texas Instruments Inc. McGraw Hill International TTL Data Book Fairchild Semiconductor
Lebih terperinciInterface TTL dengan CMOS
Interface TTL dengan CMOS TTL ke CMOS Karena impedansi masukan CMOS sangat besar maka keluaran TTL dapat dihubungkan langsung ke masukan CMOS jika tegangan catuan sama (5V DC ). TTL CMOS TTL Tegangan catu
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN
BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi
Lebih terperinciBLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN
BAB III BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN 3.1 Blok Diagram SWITCH BUZZER MIKROKONTROLLER AT89S52 DTMF DECODER KUNCI ELEKTRONIK POWER SUPPLY 1 2 3 4 5 6 7 8 9 * 0 # KEYPAD 43 3.2 Gambar Rangkaian 44 3.3
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik
Lebih terperinciDesain Mesin Penjawab Dan Penyimpan Pesan Telepon Otomatis
Desain Mesin Penjawab Dan Penyimpan Telepon Otomatis Suherman Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Di negara maju, mesin penjawab telepon (telephone answering machine)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Counter, Counter Asinkron, Clock
ABSTRAK Counter (pencacah) adalah alat rangkaian digital yang berfungsi menghitung banyaknya pulsa clock atau juga berfungsi sebagai pembagi frekuensi, pembangkit kode biner Gray. Pada counter asinkron,
Lebih terperinciDIODE TRANSISTOR LOGIC (DTL)
DIODE TRANSISTOR LOGIC (DTL) Rangkaian NAND R1 I 1 R C I C X Y Z 0 0 1 X D1 A D3 I 2 D4 B I B Z 0 1 1 0 1 1 1 1 0 D2 Y I 3 R2 I E -V BB Gambar 1.4. Rangkaian NAND rumpun DTL Jika masukan X dan Y keduanya
Lebih terperinciBAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas
BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram
Lebih terperinciMANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51
MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 TUGAS UTS MATA KULIAH E-BUSSINES Dosen Pengampu : Prof. M.Suyanto,MM
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT
BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS
48 BAB I HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. HASIL PERCOBAAN 4.1.1. KARAKTERISTIK DIODA Karakteristik Dioda dengan Masukan DC Tabel 4.1. Karakteristik Dioda 1N4007 Bias Maju. S () L () I D (A) S () L ()
Lebih terperinciPercobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY
Percobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Mengenal cara kerja dari peraga 7-segmen 2. Mengenal cara kerja rangkaian
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci
Lebih terperinciBab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut
Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut Mulai Observasi dan studi pustaka Y Permasalahan Hipotesis
Lebih terperinciPENCACAH. Gambar 7.1. Pencacah 4 bit
DIG 7 PENCACAH 7.. TUJUAN. Mengenal, mengerti dan memahami operasi dasar pencacah maju maupun pencacah mundur menggunakan rangkaian gerbang logika dan FF. 2. Mengenal beberapa jenis IC pencacah. 7.2. TEORI
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535
Lebih terperinciDioda-dioda jenis lain
Dioda-dioda jenis lain Dioda Zener : dioda yang dirancang untuk bekerja dalam daerah tegangan zener (tegangan rusak). Digunakan untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil. Simbol : Karakteristik
Lebih terperinciJurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital
Jurnal Skripsi Alat mesin mini voting digital ini adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemilihan suara, dikarenakan dalam pelaksanaanya banyaknya terjadi kecurangan dalam perhitungan jumlah hasil
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)
Lebih terperinciRANCANG-BANGUN PROTOTYPE SISTEM KONTROL PINTU BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 MENGGUNAKAN KARTU BER-PASSWORD DAN SENSOR FOTODIODA
RANCANG-BANGUN PROTOTYPE SISTEM KONTROL PINTU BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 MENGGUNAKAN KARTU BER-PASSWORD DAN SENSOR FOTODIODA Wildian dan Riki Saputra Jurusan Fisika Universitas Andalas wildian_unand@yahoo.com
Lebih terperinciKomponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua
Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua elektroda yaitu katoda dan anoda. Ujung badan dioda biasanya
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok
Lebih terperinciPengukuran Besaran Listrik VOLTMETER DIGITAL
` Pengukuran Besaran Listrik VOLTMETER DIGITAL Karakteristik Umum Voltmeter digital memperagakan pengukuran tegangan dc atau ac dalam bentuk angka diskrit, sebagai pengganti defleksi jarum penunjuk pada
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler
Lebih terperinciRANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM
RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH (RECTIFIER) Rangkaian penyearah gelombang merupakan rangkaian yang berfungsi untuk merubah arus bolak-balik (alternating
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
57 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Fungsi dari masing-masing blok yang terdapat pada gambar 3.1 adalah sebagai berikut : Mikrokontroler AT89S52 Berfungsi
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.
27 BAB III PERENCANAAN 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram Power Supply Rangkaian Setting Indikator (Led) Rangkaian Pengendali Rangkaian Output Line AC Elektroda Gambar 3.1 Blok Diagram Untuk
Lebih terperinciDASAR MOTOR STEPPER. I. Pendahuluan.
DASAR MOTOR STEPPER I. Pendahuluan Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit. Motor stepper bergerak berdasarkan urutan
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN CHARGER OTOMATIS UNTUK TELEPON GENGGAM (HP)
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN CHARGER OTOMATIS UNTUK TELEPON GENGGAM (HP) Ardhi Wicaksono, ST Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKS Waktu pengisian baterai
Lebih terperinciMODUL I GERBANG LOGIKA
MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DIGITAL 1 MODUL I GERBANG LOGIKA Dalam elektronika digital sering kita lihat gerbang-gerbang logika. Gerbang tersebut merupakan rangkaian dengan satu atau lebih dari satu sinyal
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560
RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,
Lebih terperinciJobsheet Praktikum FLIP-FLOP J-K
1 FLIP-FLOP J-K A. Tujuan Kegiatan Praktikum 10 : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat : 1) Menjelaskan cara kerja rangkaian FLIP FLOP J-K 2) Merangkai rangkaian FLIP FLOP J-K B. Dasar
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012
28 METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012 hingga Januari 2014, dilakukan di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas
Lebih terperinci7.1. TUJUAN Mengenal, mengerti dan memahami operasi dasar pencacah maju maupun pencacah mundur menggunakan rangkaian gerbang logika dan FF.
PERCOBAAN DIGITAL 7 PENCACAH (COUNTER) 7.. TUJUAN Mengenal, mengerti dan memahami operasi dasar pencacah maju maupun pencacah mundur menggunakan rangkaian gerbang logika dan FF. 7.2. TEORI DASAR Pencacah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi
Lebih terperinciPraktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem
Lebih terperinciyaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali
BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno
Lebih terperinciSISTEM PERINGATAN UNTUK PENGAMANAN RUMAH TERHADAP PENCURIAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SENTUH
SISTEM PERINGATAN UNTUK PENGAMANAN RUMAH TERHADAP PENCURIAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SENTUH Ir. Subijanto, M.Sc., SE Dosen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Nurtanio Bandung Jl. Pajajaran No.
Lebih terperinciPercobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY
Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, urdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan :. Mempelajari cara kerja pencacah biner sinkron dan tak sinkron, 2. Merealisasikan pencacah biner
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar
Lebih terperinciTRANCEIVER INFRA MERAH TERMODULASI UNTUK PENGENDALIAN ALAT-ALAT LISTRIK
ISSN: 1693-6930 177 TRANCEIVER INFRA MERAH TERMODULASI UNTUK PENGENDALIAN ALAT-ALAT LISTRIK Muchlas 1, Anton Yudhana 2, Sigit Wijaya 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat
Lebih terperinci12-9 Pengaruh dari Kapasitor Pintas Emiter pada Tanggapan Frekuensi-Rendah
DAFTARISI Prakata ' *' Bab 12 Penguat Tahapan Majemuk 1 12-1 Klasifikasi Penguat 1 12-2 Distorsi dalam Penguat 2 12-3 Tanggapan Frekuensi dari Penguat 3 12-4 Grafik-grafik Bode 7 12-5 Tanggapan Undak (Step
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengujian dan Analisis Pengujian ini bertujuan untuk mengukur fungsional hardware dan software dalam sistem yang akan dibangun. Pengujian ini untuk memeriksa fungsi dari
Lebih terperinciJurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Surabaya
MA Modul Durasi : Teknologi Digital (61B023) : I / Karakteristik IC TTL dan Penyederhanaan Logika : 165 menit (1 sesi) PENDAHULUAN Teknologi elektronika telah berkembang sangat cepat sehingga hampir semua
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram
BAB III RANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Rangkaian Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram
Lebih terperinciDiode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.
Par LED W PAR LED (Parabolic Light Emitting Diode) Tidak bisa dielakkan bahwa teknologi lampu LED (Light Emitting Diode) akan menggantikan lampu pijar halogen, TL (tube lamp) dan yang lain. Hal ini karena
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat dapat
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
36 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Rangkaian Perancangan sistem traffic light pada empat persimpangan pada jalan raya ini menggunakan Arduino uno, yang berfungsi untuk mengontrol atau memonitor
Lebih terperincimelibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak
PINTU GERBANG OTOMATIS DENGAN REMOTE CONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Robby Nurmansyah Jurusan Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Kalimalang Bekasi Email: robby_taal@yahoo.co.id ABSTRAK Berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem digital merupakan salah satu sistem yang digunakan dalam pemrosesan sinyal atau data. Sebelum dimulainya era digital, pemrosesan sinyal atau data dilakukan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik dan instalasi
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET PRAKTIK TEKNIK DIGITAL
No. LST/PTI/PTI6205/01 Revisi: 00 Tgl: 8 September 2014 Page 1 of 8 1. Kompetensi Dengan mengikuti perkuliahan praktek, diharapkan mahasiswa memiliki kedisiplinan, tanggung jawab dan dapat berinteraksi
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pemantau Ketinggian Air Cooling Tower di PT. Dynaplast. Pengujian dan pengoperasian ini dilakukan
Lebih terperinciPengamatan dilakukan untuk menguji hasil perancangan dan implementasi. terpenting adalah bagian yang cukup kritis. Dengan mendapatkan parameter hasil
BAB IV ANALISA DAN PENGAMATAN Pengamatan dilakukan untuk menguji hasil perancangan dan implementasi alat, sehingga dapat diketahui sejauh mana alat dapat bekerja. Pengamatan yang terpenting adalah bagian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Blok Diagram LED indikator, Buzzer Driver 1 220 VAC Pembangkit Frekuensi 40 KHz 220 VAC Power Supply ATMEGA 8 Tranduser Ultrasounik Chamber air Setting Timer Driver 2 Driver
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras pada sistem keamanan ini berupa perancangan modul RFID, modul LCD, modul motor. 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram
Lebih terperinciBAB V MULTIVIBRATOR. A. Pendahuluan. 1. Deskripsi
BAB V MULTIVIBRATOR A. Pendahuluan 1. Deskripsi Judul bab ini adalah Multivibrator. Melalui bab ini pembaca khususnya mahasiswa akan mendapatkan gambaran tentang konsep dasar Multivibrator. Konsep dasar
Lebih terperinciPENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP
PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Integrated Circuit 4017 Integrated Circuit 4017 adalah jenis integrated circuit dari keluarga Complentary Metal Oxide Semiconductor (CMOS). Beroperasi
Lebih terperinciCOUNTER ASYNCHRONOUS
COUNTER ASYNCHRONOUS A. Tujuan Kegiatan Praktikum 2 : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat : ) Merangkai rangkaian ASYNCHRONOUS COUNTER 2) Mengetahui cara kerja rangkaian ASYNCHRONOUS
Lebih terperinciBAB II LANDASAN SISTEM
BAB II LANDASAN SISTEM Berikut adalah penjabaran mengenai sistem yang dibuat dan teori-teori ilmiah yang mendukung sehingga dapat terealisasi dengan baik. Pada latar belakang penulisan sudah dituliskan
Lebih terperinci1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR
1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya
Lebih terperinciOTOMATISASI SISTEM PEMISAHAN MINYAK DAN AIR PADA GATHERING STATION
OTOMATISASI SISTEM PEMISAHAN MINYAK DAN AIR PADA GATHERING STATION A. Sofwan dan Artdhita F. P. Institut Sains dan Teknologi Nasional Jl. Bhumi Srengseng Sawah - Jagakarsa - Jakarta Selatan, 12640 E-mail:
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam
BAB II LANDASAN TEORI Temperatur merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan mesin penetas telur,temperature yang diperlukan berkisar antara 38-39 0 C. Untuk hasil yang optimal dalam Pembuatan
Lebih terperinciBAB IV VOLTMETER DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ICL7107
BAB IV VOLTMETER DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ICL7107 Berkaitan dengan pembuatan alat percobaan efek fotolistrik, diperlukan sebuah alat ukur yang bisa mengukur arus dan tegangan DC dengan polarisasi positif
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar
Lebih terperinciBAB I : APLIKASI GERBANG LOGIKA
BAB I : APLIKASI GERBANG LOGIKA Salah satu jenis IC dekoder yang umum di pakai adalah 74138, karena IC ini mempunyai 3 input biner dan 8 output line, di mana nilai output adalah 1 untuk salah satu dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Frekuensi identik dengan banyaknya jumlah gelombang per satu perioda waktu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Frekuensi adalah salah satu parameter dalam operasi sistem tenaga listrik. Frekuensi identik dengan banyaknya jumlah gelombang per satu perioda waktu. Generator pada
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT
BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Bab ini akan membahas pembuatan seluruh perangkat yang ada pada Tugas Akhir tersebut. Secara garis besar dibagi atas dua bagian perangkat yaitu: 1.
Lebih terperinciIC atau integrated circuit adalah komponen elektronika semikonduktor yang merupakan gabungan
Pengertian IC TTL Dan CMOS 9 IC atau integrated circuit adalah komponen elektronika semikonduktor yang merupakan gabungan dari ratusan atau ribuan komponen-komponen lain. Bentuk IC berupa kepingan silikon
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, pembuatan alat dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi
Lebih terperinciVOLTMETER DAN MULTIMETER DIGITAL
Pengukuran Besaran Listrik (TC22082) Pertemuan 6 VOLTMETER DAN MULTIMETER DIGITAL Voltmeter Digital (DVM : Digital VoltMeter) Pada dasarnya DVM terdiri atas konverter analog ke digital (ADC), seven segment
Lebih terperinciModul 3 Modul 4 Modul 5
ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini mengkaji tentang konsep dan prinsip dasar dari elektronika dan bernilai 3 sks yang terdiri dari 9 modul. Setelah mengikuti mata kuliah ini Anda diharapkan dapat
Lebih terperinciBAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL
34 BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL Pada bab ini akan dijelaskan mengenai rancangan desain dan cara-cara kerja dari perangkat keras atau dalam hal ini adalah wattmeter
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.
23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY
Lebih terperinciSimulasi Karakteristik Inverter IC 555
Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Affan Bachri *) *) Dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan Makalah ini menyajikan sebuah rangkaian inverter yang dibangun dari multivibrator
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENULISAN
BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang
Lebih terperinciRANGKAIAN PENYEARAH ARUS OLEH : DANNY KURNIANTO,ST ST3 TELKOM PURWOKERTO
RANGKAIAN PENYEARAH ARUS OLEH : DANNY KURNIANTO,ST ST3 TELKOM PURWOKERTO 1. Gelombang Sinus Bentuk gelombang sinus ditunjukkan seperti pada Gambar dibawah ini. Gelombang sinus tersebut sesuai dengan persamaan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang dirancang merupakan sistem pengatur intensitas cahaya lampu Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu
Lebih terperinciJenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya
Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,
41 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, bertempat di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinci