PENGARUH PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BERAU. Sayugo Adi Purwanto STIE Muhammadiyah Tanjung Redeb

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BERAU. Sayugo Adi Purwanto STIE Muhammadiyah Tanjung Redeb"

Transkripsi

1 PENGARUH PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BERAU Sayugo Adi Purwanto STIE Muhammadiyah Tanjung Redeb ABSTRACT Departing from a background that has been described, the key problem that we wanted to answer in this study is: "Is the advertisement tax affect positively or negatively on regional revenue in Berau". Based on simple analysis regression that equation is : Y = - 110, (x), this equation shows each additional advertisement tax as a Unit will be increase regional revenue amounted to 1,127 units. The results of the analysis of the correlation coefficient (r) of 0,782 and the coefficient of determination (r) 2 amounted to 3,489, these results suggest that the influence of advertisement tax to the regional revenue in Berau so powerful that need to be maintained and managed intensively in order to avoid the decrease in the contribution of the Taxes advertisement sector. Hypothesis testing results indicate H0 and H1 accepted. This is evidenced by the t test, where the t value (3.489) is greater than the value t table (3.182) at the 95% confidence level. This suggests that the advertisement tax has a significant influence on the region original income. Key word : Region Original Income, advertisement tax PENDAHULUAN Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Untuk itu tahun 2000 diberlakukan otonomi daerah yang ditandai dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dan diperbaharui lagi dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Otonomi daerah adalah wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan kemampuan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggungjawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

2 masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Mengingat luasnya kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka pada masa yang akan datang daerah dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih besar dari kemampuan yang dimiliki saat ini. Kemampuan tersebut mencakup kemampuan diberbagai bidang pemerintahan, termasuk bidang kelembagaan, personil, keuangan, peralatan dan sebagainya. Oleh karena itu yang seharusnya dilakukan oleh pemerintahan daerah adalah mengembangkan kelembagaan agar mampu melaksanakan perannya menjadi semakin besar secara efektif, efisien dan akuntabel. Pelaksanaan pembangunan daerah ditujukan untuk mempercepat pertumbuhan pembangunan ekonomi daerah menjadi lebih kuat dan mampu untuk membiayai kebutuhan pembangunan daerah itu sendiri, dan tidak harus selalu bergantung pada anggaran dana pembangunan dari pemerintah pusat. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satu alat ukurnya adalah tercapainya pembangunan yang adil dan merata disegala bidang, baik dibidang sosial, ekonomi, maupun budaya. Pembangunan tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit, dimana sumber penerimaan dana yang bisa dimanfaatkan dapat berupa dana pembangunan dari dalam maupun luar negeri. Salah satu sumber penerimaan dana dari dalam negeri adalah dana yang berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar di negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya. Oleh karena itu, penerimaan dari sektor pajak perlu mendapatkan perhatian yang serius dan sungguh-sungguh. Sebagai pihak yang mengelola penerimaan pajak, pemerintah perlu mendapat pengawasan yang lebih agar tidak terjadi kebocoran dalam pungutannya. Semua itu dapat terlaksana dengan adanya partisipasi dari semua pihak, baik dari pihak yang berwenang dalam pengawasan penerimaan dan pengelolaan pajak yang telah ditetapkan dalam undang-undang maupun peran serta kritis dari masyarakat. Agar pajak tersebut dapat dibayarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

3 berlaku dan tidak terjadi penyelewengan didalam pembayaran pajak tersebut. Dimana arahnya adalah dapat tercapainya realisasi penerimaan pajak sesuai dengan target yang telah ditetapkan agar tercipta percepatan pembangunan di daerah tersebut. Kabupaten Berau sebagai kabupaten yang tengah berkembang dan terus berbenah diri tentu saja banyak memiliki sumber pendapatan. Sumbersumber pendapatan tersebut berasal dari berbagai sektor seperti sektor Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain- Lain Pendapatan Yang Sah. Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu sektor pendapatan yang selalu diusahakan untuk terus ditingkatkan, karena sampai dengan saat ini, sumber pendapatan Kabupaten Berau Masih sangat bergantung pada besarnya dana perimbangan. Sebagai daerah yang terus berkembang, daya tarik Kabupaten Berau telah mengarahkan mindset masyarakat luar untuk bermigrasi dan mencari penghidupan di Kabupaten Berau. Dan begitu juga dengan investor yang perperan sebagai penggerak laju pertumbuhan juga tak ragu untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Berau. Banyak sektor usaha yang mulai bermunculan dari yang skala kecil, menengah, sampai yang berskala besar bersaing untuk menarik konsumen sebanyak banyaknya. Sebagai salah satu media periklanan, reklame tentu menjadi salah satu rujukan bagi perusahaan baik swasta maupun pemerintah, mulai dari industry kecil hingga organisasi nirlaba untuk memperkenalkan produk, jasa dan perusahaannya. Dalam ilmu marketing ada bauran pemasaran yang dipakai sebagai instrumen kebijakan perusahaan. Salah satu bauran pemasaran tersebut adalah promosi yang terdiri antara lain iklan, reklame, dan promosi penjualan. Oleh karena itu objek pajak reklame akan tumbuh seiring dengan perumbuhan perusahaan atau industri. Dengan meningkatnya pendapatan dari pajak reklame maka hal ini harus dibarengi dengan peningkatan mutu dan kompetensi dari instansi terkait agar pendapatan dari sector pajak bisa dioptimalkan dan mempengaruhi peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak daerah di Kabupaten Berau. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001, pajak reklame Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

4 dikenakan atas nilai sewa reklame tergantung seberapa banyak orang pribadi atau badan yang memasang reklame. Minat untuk memasang reklame antara lain ditentukan oleh seberapa besar kepentingan orang atau badan untuk memperkenalkan produk barang atau jasanya ke masyarakat luas. Pihak yang paling berkepentingan dengan pemasangan reklame adalah produsen barang atau jasa. Dengan demikian dasar pengenaan pajaknya dapat didekati dengan seberapa banyak produsen barang atau jasa yang ada, walaupun tidak semua produsen barang atau jasa memasang reklame. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Lili Syafitri yang berjudul Analisis Peranan dan Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Jambi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pendapatan dari sub sector pajak reklame memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Jambi. TINJAUAN PUSTAKA Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai pengeluaran negara baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan anggaran rutin. Pajak menurut Deutsche Reichs Abgaben Ordnung dalam Waluyo (2011) adalah bantuan uang secara insidental atau secara periodik (dengan tidak ada kontraprestasinya), yang dipungut oleh badan yang bersifat umum untuk memperoleh pendapatan, dimana terjadi suatu Tatbestand (sasaran pemajakan), yang karena undang-undang telah menimbulkan utang pajak. 1. Pajak Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, pada pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

5 daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, Pajak daerah digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu: a. Pajak Provinsi, terdiri dari: 1. Pajak Kendaraan Bermotor 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Bahan Bakar Kendaaraan Bermotor 4. Pajak Air permukaan 5. Pajak Rokok b. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari: 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 7. Pajak Parkir 8. Pajak Air Tanah 9. Pajak Sarang Burung Walet 10. Pajak Bumi dan Bangunan 11. Perdesaan dan Perkotaan 12. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 2. Pajak Reklame Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 26 dan 27 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Sedangkan yang dimaksud dengan reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Penyelenggaraan reklame yang ditetapkan menjadi objek pajak reklame yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Reklame Papan/Billboard, yaitu reklame yang terbuat dari papan, kayu termasuk seng atau bahan lain yang sejenis, dipasang atau digantung atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding, pagar, Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

6 pohon, tiang, dan sebagainya baik bersinar maupun yang disinari. b. Reklame Megatron/Videotron/Large Electronic Display (LED), yaitu reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan dengan tenaga listrik. c. Reklame Kain, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet atau bahan lain yang sejenis dengan itu. d. Reklame Melekat (Stiker/Poster), yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, dipasang, digantung pada suatu benda dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 200cm per lembar. e. Reklame Selebaran, yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, diletakkan, dipasang, atau digantungkan pada suatu benda lain. f. Reklame Berjalan, yaitu reklame yang ditempatkan pada kendaraan yang diselenggarakan dengan menggunakan kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang. g. Reklame Udara, yaitu reklame yang diselenggarakan diudara dengan menggunakan gas, laser, pesawat, atau alat lain yang sejenis.reklame Suara, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantara alat. h. Reklame Peragaan, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.reklame Film/Slide, yaitu yang reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan-bahan sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

7 dipancarkanpada layar atau benda lain yang ada di ruangan. 3. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame Dasar hukum pemungutan pajak reklame pada suatu kabupaten atau kota adalah sebagai berikut: a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. b. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. c. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Yang diperbaharui dengan Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 5 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. METODE PENELITIAN Unit Analisis, Populasi dan Sampel Populasi adalah kolompok elemen yang lengkap, umumnya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian, dimana peneliti mempelajari objek penelitian. Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari objek penelitian yaitu jumlah pendapatan yang bersumber dari pajak reklame. Sampel adalah suatu himpunan atau bagian dari unit populasi. pemilihan sampel dilakukan dengan memetakan jumlah pendapatan dari pajak reklame dengan interval atau kurun waktu tertentu dimana dalam penelitian ini diambil sampel data penerimaan pajak reklame dari tahun 2010 sampai Jenis dan Sumber data Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari dokumentasi/tulisan (buku-buku, laporan, karya ilmiah dan hasil penelitian terdahulu) dan dari informasi pihak-pihak terkait yang berkaitan dengan penerimaan pajak reklame pada kurun waktu yang telah ditentukan dalam periode sampling. Teknik Pengumpulan Data 1. Penelitian Pustaka Pustaka adalah penelitian yang dilakukan diperpustakaan dengan membaca buku-buku atau literatur Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

8 yang berhubungan dengan hipotesis atau pokok permasalahan. 2. Penelitian Lapangan Penelitian lapangan ini bertujuan untuk memperoleh bahan atau data yang diperlukan, yang dilaksanakan dengan cara observasi lapangan. Alat Analisis Untuk mengetahui sejauh mana peranan pajak reklame dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah maka dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan regresi linier sederhana. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menjelaskan maupun menyajikan data yang diperoleh dari instansi dengan memberikan gambaran umum menurut apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada pada saat melakukan penelitian. 1. Regresi linier sederhana Didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable). Adapun Model analisis regresi linier sederhana digunakan untuk melihat pengaruh pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah. Menurut Walpole dalam Yudistianto (2002) dengan rumus sebagai berikut : Persamaan regresi dirumuskan : Yˆ = a + bx Dimana : Y = Pendapatan Asli Daerah X = Pajak Reklame a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0 b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y n b n a = XY 2 X X Y ( 2 X ) Y b X n 2. Koefisien korelasi linear sederhana (r) Digunakan untuk mengetahui kuat lemahnya pengaruh Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah, diformulasikan dengan rumus menurut supranto (2000:179): 3. Uji T Untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh Pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah dilakukan dengan menggunakan uji t pada tingkat keyakinan Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

9 sebesar 95% dengan derajat kebebasan n-2 yang dirumuskan oleh supranto (1995:87) sebagai berikut: Selanjutnya kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan yaitu : jika t hitung lebih besar dari t table maka hipotesis yang diajukan diterima. Sebaliknya jika t hitung lebih kecil atau sama dengan t table maka hipotesis yang diajukan ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah. HASIL DAN PEMBAHASAN Pendapatan Daerah Kabupaten Berau merupakan pendapatan yang diperoleh dari beberapa sector yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Tabel tentang Pendapatan Daerah Kabupaten Berau selama 5 tahun Terakhir yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dapat dikemukakan sebagai berikut: Tabel 1 Total Pendapatan Daerah No Tahun Anggaran Target Realisasi Sumber: DPPKK Kab. Berau 2015 Berdasarkan Tabel tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa Pendapatan Daerah dari Tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 Terus mengalami kenaikan baik dari sisi target pendapatan maupun realisasi pendapatan yang diperoleh. dimana Pendapatan Daerah pada tahun 2014 merupakan pendapatan paling tinggi yaitu sebesar Rp sedangkan pendapatan pada tahun 2010 merupakan pendapatan paling kecil yaitu sebesar Rp Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Berau Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sector Pendapatan Daerah Kabupaten Berau. Pendapatan Asli Daerah terbagi menjadi 4 sub sector Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

10 Pendapatan Asli Daerah yaitu Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang Sah. Secara lebih detail dapat dijabarkan dengan Tabel tentang Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Berau selama 5 tahun Terakhir yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dapat dikemukakan sebagai berikut: Tabel 2 Total Pendapatan Asli Daerah No Tahun Anggaran Target Realisasi Sumber:DPPKK Kab Berau 2015 Berdasarkan Tabel tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa Pendapatan Asli Daerah dari Tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 Terus mengalami kenaikan baik dari sisi target pendapatan maupun realisasi pendapatan yang diperoleh. dimana Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2014 merupakan pendapatan paling tinggi yaitu sebesar Rp sedangkan pendapatan pada tahun 2010 merupakan pendapatan paling kecil yaitu sebesar Rp Pajak Daerah Kabupaten Berau Pajak Daerah Kabupaten Berau merupakan salah satu sektor Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Berau. Secara lebih detail dapat dijabarkan dengan Tabel tentang Pajak Daerah Kabupaten Berau selama 5 tahun Terakhir yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dapat dikemukakan sebagai berikut: Tabel 3 Total Pajak Daerah No Tahun Target Realisasi Anggaran Sumber: DPPKK Kab. Berau 2015 Berdasarkan Tabel tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa Pajak Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

11 Daerah dari Tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 Terus mengalami kenaikan baik dari sisi target pendapatan maupun realisasi pendapatan yang diperoleh. dimana Pajak Daerah pada tahun 2014 merupakan pendapatan paling tinggi yaitu sebesar Rp sedangkan pendapatan pada tahun 2010 merupakan pendapatan paling kecil yaitu sebesar Rp Pajak Reklame Kabupaten Berau Pajak Reklame Kabupaten Berau merupakan salah satu sector Pajak Daerah Kabupaten Berau. Secara lebih detail dapat dijabarkan dengan Tabel tentang Pajak Reklame Kabupaten Berau selama 5 tahun Terakhir yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dapat dikemukakan sebagai berikut: Tabel 4 Total Pajak Reklame No Tahun Anggaran Target Sumber: DPPKK Kab. Berau 2015 Realisasi Berdasarkan Tabel tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa Pajak Reklame dari Tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 Terus mengalami kenaikan baik dari sisi target pendapatan maupun realisasi pendapatan yang diperoleh. dimana Pajak Reklame pada tahun 2014 merupakan pendapatan paling tinggi yaitu sebesar Rp sedangkan pendapatan pada tahun 2010 merupakan pendapatan paling kecil yaitu sebesar Rp Analisis untuk mengetahui tentang adanya pengaruh antara Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah sebagai variable dependent yang dinyatakan dengan simbol (Y), sedangkan Pajak Reklame sebagai variable Independent yang dinyatakan dengan symbol (X). pengaruh Pajak Reklame (X) terhadap Pendapatan Asli Daerah dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi linear sederhana dengan rumus Y= a+bx Untuk keperluan analisis, maka peneliti menggunakan data olahan dari data historis jumlah Pajak Reklame Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

12 seperti yang telah dikemukakan pada hasil pengumpulan data yang telah dilakukan untuk periode tahun 2010 sampai dengan 2014 seperti pada tabel berikut: Tabel 5 Bantuan Perhitungan Statistik Tahun Pajak PAD XY X 2 Reklame , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah 1.193, , , Ratarata 238, , , Sumber: Tabel 2 dan Tabel 4 (dalam jutaan rupiah) Y = , (x) Berdasarkan table tersebut Selanjutnya digunakan analisis diatas, selanjutnya dihitung koefisien korelasi untuk mengetahui kuat lemahnya regresi (b) berdasarkan rumus-rumus pengaruh pajak reklame terhadap berikut: b = Sedangkan untuk a (nilai Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Berau yang diformulasikan dengan rumus sebagai berikut: konstanta) dihitung dengan rumus Berdasarkan hasil analisis korelasi persamaan berikut: tersebut menunjukkan bahwa hubungan a = Ῡ - bẋ antara Pajak Reklame terhadap a = , (238,6) a = ,7 Pendapatan Asli Daerah sangat kuat karena korelasi lebih dari 0,5. Dengan demikian Analisis selanjutnya digunakan persamaan regresi linear pengaruh pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Berau adalah: koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar variasi Pendapatan Asli Daerah dipengaruhi oleh Pajak Reklame. Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

13 Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan formulasi sebagai berikut: r 2 = r 2 r 2 = 0,782 2 r 2 = 0,61 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0,61 atau 61% yang artinya bagwa sebanyak 61% variasi naik turunnya Pendapatan Asli Daerah dipengaruhi oleh variasi perubahan Pajak Reklame, sedangkan 39% variasi Pendapatan Asli Daerah dipengaruhi oleh factor lain yang tidak dianalisis, seperti pendapatan dari sector pajak lainnya, retribusi daerah dan pendapatan lain-lain yang sah. Selanjutnya untuk menganalisis dan mengetahui apakah perhitungan korelasi tersebut layak atau tidak, maka dilakukan uji t (t-test) dengan menggunakan formulasi sebagai berikut: T h = T h = T h = T h = 3,489 Dari perhitungan tersebut, diketahui bahwa t hitung sebesar 3,489 yang berarti lebih besar dari t table sebesar 3,182, maka berarti pengaruh Pajak Reklame signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Berau. Berdasarkan pada hasil analisis maka diperoleh suatu persamaan regresi sederhana yaitu Y = , (x), artinya bahwa setiap penambahan satu satuan Pajak Reklame akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebesar satuan. Setelah diperoleh hasil regresi maka untuk mengetahui keeratan hubungan antara variable X (Pajak Reklame) dan Y (Pendapatan Asli Daerah) dilakukan analisis Koefisien korelasi yang menghasilkan nilai sebesar 0,782. Dari hasil perhitungan tersebut maka pengaruh antara kedua variable tersebut adalah kuat karena r>0,5 kemudian dicari koefisien determinasi dengan menguadratkan dari r segingga hasil yang diperoleh yaitu 61% merupakan besarnya pengaruh Pajak Reklame terhadap pendapatan Asli Daerah Kabupaten Berau, sedangkan sisanya sebesar 39% merupakan factor lainnya yang juga mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah. Pada hasil akhir diperoleh t hitung > dari t table karena t hitung 3,489 Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

14 lebih besar dari t table 3, 182. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima, berarti bahwa Pajak Reklame berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa Pajak Reklame sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil analisis regresi sederhana diperoleh persamaan regresi: Y = , (x), persamaan ini menunjukkan setiap penambahan Pajak Reklame sebanyak satu Satuan maka akan terjadi peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebesar satuan. 2. Hasil analisis koefisien korelasi (r) sebesar 0,782 dan koefisien determinasi (r) 2 sebesar 3,489, hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Berau sangat kuat sehingga perlu dipertahankan dan dikelola secara intensif agar tidak terjadi penurunan kontribusi dari sector Pajak Reklame. 3. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan H 1 diterima dan H 0 ditolak. Hal ini dibuktikan oleh uji t, dimana nilai t hitung (3,489) lebih besar jika dibandingkan dengan nilai t table (3,182) pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa Pajak Reklame mempunyai pengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Saran 1. Untuk meningkatkan dan mempertahankan Pendapatan Asli daerah Kabupaten Berau maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap pihak-pihak yang bersinggungan dengan proses pemungutan pajak agar tidak terjadi penurunan pendapatan dari sector pajak terutama Pajak Reklame. 2. Pemerintah daerah sudah semestinya memberi perhatian lebih pada penghasilan yang bersumber dari Pajak Terutama pajak Reklame Mengingat Kabupaten Berau Merupakan Kabupaten yang tengah berkembang sehingga banyak investor yang menanamkan modalnya di daerah tersebut dan otomatis Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

15 menggunakan media periklanan melalui Reklame untuk memperkenalkan produk atau jasanya. Jika hal ini tidak dilakukan pengawasan bukan tidak mungkin banyak badan usaha yang seenaknya memasang Reklame secara illegal, dan dalam hal ini Pemerintah Daerah yang dirugikan. 3. Dalam hal Pendapatan Asli Daerah, pemerintah Kabupaten Berau juga perlu memperhatikan sumber pendapatan Asli Daerah dari sector lain yang juga sangat berpotensi untuk meningkatkan PAD kabupaten Berau DAFTAR PUSTAKA Effendi Rizal Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Banyuasin Fransisca Pesik Vera Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Reklame Di kota Manado Kusuma Made Bumi Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pajak Reklame Serta Prospeknya di Kabupaten Badung. Journal Ekonomi Pembangunan. Universitas Udayana Safitri Lili Analisis Peranan Dan Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Jambi Undang undang RI No.32 Tahun Perubahan atas UU no. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah Undang undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun Tentang Pemerintah Daerah Undang undang RI No 34 Tahun Pengganti undang-undang RI No.18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Waluyo Perpajakan Indonesia Buku 2. Salemba Empat. Jakarta Yusdianto Prabowo Akuntansi Perpajakan Terapan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari

ANALISIS PERANAN DAN KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA JAMBI

ANALISIS PERANAN DAN KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA JAMBI ANALISIS PERANAN DAN KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA JAMBI Yan Yan (yenyen_chan@yahoo.com) Lili Syafitri, Kardinal Akuntansi (S1) STIE MDP Abstrak : Penelitian

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH I. UMUM Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, tiap tiap daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reklame, dasar hukum pemungutan pajak reklame.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reklame, dasar hukum pemungutan pajak reklame. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam sub bab tinjauan pustaka akan diuraikan tentang pengertian pajak, fungsi pajak, pengelompokan pajak, sistem pemungutan pajak, pajak daerah, pengertian pajak reklame, objek

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR dan BUPATI OGAN KOMERING ILIR MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR dan BUPATI OGAN KOMERING ILIR MEMUTUSKAN: 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5049); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE 2013-2015 FARIDOTUN NIKMAH 13133100010 Jurusan Akuntansi UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dijalankannya otonomi daerah merupakan salah satu bentuk dari desentralisasi pemerintahan. Otonomi daerah merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat, dan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara dalam meningkatkan pembangunan nasional di Indonesia adalah dengan cara gotong royong nasional serta adanya kewajiban setiap warga Negara dalam menempatkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Untuk dapat memahami pentingnya pemungutan pajak dan alasan yang mendasari mengapa wajib pajak diharuskan membayar pajak terutang, tentunya perlu terlebih dahulu dipahami

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME, NILAI STRATEGIS PENYELENGGARAAN REKLAME DAN PERHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME, NILAI STRATEGIS PENYELENGGARAAN REKLAME DAN PERHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II KAJIAN TEORI. Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Pajak Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER Jurnal STIE SEMARANG VOL 9 No. 1 Edisi Februari 2017 ( ISSN : 2085-5656) ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu sumber penerimaan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PERHITUNGAN HASIL NILAI SEWA REKLAME ATAU BIAYA PEMASANGAN SERTA KETINGGIAN DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME BERBANDING UMUR EKONOMIS/LAMA PEMASANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara hukum yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bagi rakyatnya sehingga terbentuk suatu masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian kewenangan otonomi daerah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah Pergantian Pemerintahan dari Orde Baru ke orde Reformasi menuntut pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara berkembang di Asia yang berusaha mempertahankan perekonomian dari goncangan krisis global. Dalam rangka mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjaun Teori Definisi Pajak

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjaun Teori Definisi Pajak BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjaun Teori 3.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak yang dikemukan oleh Prof. Dr Rochmat Soemitro, S.H : pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini sebagai negara berkembang Indonesia tengah gencargencarnya melaksanakan pembangunan disegala bidang baik ekonomi, sosial, politik, hukum, maupun bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Simpulan. analisis efektivitas penerimaan pajak reklame dan kontribusinya terhadap

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Simpulan. analisis efektivitas penerimaan pajak reklame dan kontribusinya terhadap BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan penelitian mengenai analisis efektivitas penerimaan pajak reklame dan kontribusinya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian pembangunan diperlukan baik tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. bahwa Pajak Reklame merupakan sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib rakyat kepada kas negara.definisi pajak menurut beberapa ahli adalah : 1) Menurut Soemitro (Mardiasmo, 2011:1),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang mulai berlaku di Indonesia sejak tahun 2001 memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya, menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugas pokoknya sebagai Pelayanan Pemerintah bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dimana dalam melaksanakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru dengan dikeluarkannya Undangundang No.22 tahun 1999 dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (2007:2) bahwa: Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah kewenangan yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengurus rumah tangga daerah serta pengelolaan sumber daya yang dimiliki dengan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis dan mengetahui bagaimana tingkat efektivitas dan kontribusi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis dan mengetahui bagaimana tingkat efektivitas dan kontribusi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian Efektivitas dan Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Ngawi ini dilakukan untuk menganalisis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa melalui otonomi daerah, pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan, perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di Indonesia, 70% pendapatan yang diterima negara berasal dari pajak. Dari pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi fiskal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung adalah salah satu kota dan provinsi Jawa Barat yang pemerintah daerahnya senantiasa berupaya meningkatkan pendapatan dan pembangunan daerahnya dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah kewenangan dan kewajiban setiap daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mengakibatkan banyak dampak bagi daerah, terutama terhadap kabupaten dan kota. Salah satu dampak otonomi daerah dan

Lebih terperinci

Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Public Sector Accounting 2016-01-28 Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN Pemerintahan adalah entitas masyarakat dalam suatu negara yang diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah pusat saja melainkan menjadi perhatian pemerintah daerah (PEMDA). Terutama sejak diberlakukannya Undang-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara, dimana kawasan daerahnya terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan dapat diandalkan. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam pembangunan nasional sangat didukung oleh pembiayaan yang berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pajak. Segala bentuk fasilitas umum seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga berusaha untuk menggali sendiri sumber-sumber penerimaan daerahnya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga berusaha untuk menggali sendiri sumber-sumber penerimaan daerahnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur melalui peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka memenuhi pembiayaan, pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat pula dari luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Daerah merupakan bagian dari Pembangunan Nasional yang dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN, PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN PAJAK DAERAH YANG TERUTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak bergulirnya era reformasi telah terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem pemerintahan di daerah. Perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME Menimbang Mengingat : : DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Yerni Pareang Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Yudea Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan

Yerni Pareang Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Yudea Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan VOLUME : 18 NOMOR : 01 MARET 2016 ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BALIKPAPAN (Studi Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Balikpapan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan yang adil dan merata, sangat diperlukan sumber dana dan sumber daya yang berasal dari luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah di Indonesia berdasarkan atas asas otonomi daerah dimana pembangunan mengacu pada kondisi dan situasi wilayah yang bersangkutan, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam penerimaan negara non migas. Berdasarkan sudut pandang fiskal, pajak adalah penerimaan negara yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pembangunan, Pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kebutuhan akan dana pembangunan dapat diperoleh dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kementrian Dalam Negeri (2013) dalam konteks pengembangan ekonomi suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam upaya menggali

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com

Lebih terperinci

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH (STUDI KASUS PADA DPKAD KOTA SEMARANG) MEILYNA NUR MIDIYATI Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA PAJAK REKLAME Tugas ini Diselesaikan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pajak Daerah Dosen Pengampu : Redaktur Wau S.E., M.Ak Disusun Oleh : KELOMPOK V Daniel 1634030001 Rina Febriani 1634030017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi dan apa yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2010 TENTANG JENIS PAJAK DAERAH YANG DIPUNGUT BERDASARKAN PENETAPAN KEPALA DAERAH ATAU DIBAYAR SENDIRI OLEH WAJIB PAJAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, hal ini dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang digunakan untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN tentang NILAI SEWA REKLAME WALIKOTA DEPOK,

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN tentang NILAI SEWA REKLAME WALIKOTA DEPOK, WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2008 tentang NILAI SEWA REKLAME WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa berdasarkan pasal 17 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 02 Tahun 2002

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran pajak dikenakan tarif pajak dalam proporsi yang sama dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran pajak dikenakan tarif pajak dalam proporsi yang sama dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hubungan antara Pajak dengan Pendapatan Dalam beberapa jenis pajak kita mengenal ada yang disebut dengan pajak proporsional, pajak progresif, dan pajak

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN Analisa Kontribusi Daerah Terhadap PAD (Trisna dan Phaureula Artha Wulandari) ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN Trisna (1) dan Phaureula Artha Wulandari

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing. Sebagai administrator penuh, masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut mempunyai tujuan yang sama. Menurut Undang-Undang No.28 Tahun. Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut mempunyai tujuan yang sama. Menurut Undang-Undang No.28 Tahun. Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut memberikan berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batasbatas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Apabila kita berbicara mengenai Otonomi Daerah, maka kita akan teringat dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik atau dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu kemandirian,

Lebih terperinci

MACHDANIYATUL AZIZAH B

MACHDANIYATUL AZIZAH B PENGARUH KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PAD DALAM MENDUKUNG OTONOMI DAERAH KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Pajak Daerah. Penetapan. Dibayar Sendiri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 18 TAHUN 2009 T E N T A N G PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK REKLAME

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan pembangunan nasional serta bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, baik di sektor publik maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990). Pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA NCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN

Lebih terperinci