ANALISIS EFEKTIFITAS, KONTRIBUSI, DAN POTENSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFEKTIFITAS, KONTRIBUSI, DAN POTENSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI GORONTALO"

Transkripsi

1 ANALISIS EFEKTIFITAS, KONTRIBUSI, DAN POTENSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI GORONTALO Rian Rochadi Ismail S1 Akuntansi ABSTRAK Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektifitas penerimaan pajak kendaraan bermotor tahun , untuk mengetahui tingkat kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah Provinsi Gorontalo tahun , dan untuk mengetahui potensi dari pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah Provinsi Gorontalo tahun Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Dan teknik analisis data yang dilakukan dalam pengolahan data yaitu analisis deskriptif dengan menggunakan 3 (tiga) analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan tiga analisis tersebut diketahui, efektifitas pajak kendaraan bermotor Provinsi Gorontalo dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat dari rasio efektifitas penerimaan pajak kendaraan bermotor yang sebagian besar di atas 100%. Untuk kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah Provinsi Gorontalo selama secara rata-rata berkisar antara 25 hingga 29 %. Sedangkan potensi untuk penerimaan pajak kendaraan bermotor di kota gorontalo menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Jika dilihat dari jenis kendaraan, sepeda motor merupakan jenis kendaraan yang mempunyai jenis penerimaan pajak kendaraan terbesar disbanding jenis kendaraan lainnya. Kata Kunci : Efektifitas pajak kendaraan bermotor, Kontribusi pajak kendaraan bermotor, Potensi pajak kendaraan bermotor PENDAHULUAN Mendengar kata Pajak, kebanyakan dari kita akan segera terstimulasi untuk mengasumsikannya sebagai suatu beban tambahan yang cukup signifikan di tengah belitan kesulitan ekonomi yang semakin berat dari waktu ke waktu. Hal tersebut, tentu saja, sebagian dikarenakan kurangnya pemahaman tentang pajak itu sendiri. Kesadaran akan pajak (tax consciousness) memang perlu ditingkatkan, tetapi harus dilakukan dengan cara-cara bijaksana sehingga masyarakat tidak

2 menjadi antipati terhadap pajak (Purwono, 2010: 4). Maka dari itu berikut disajikan pendapat mengenai definisi-definisi pajak. Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak termasuk sumber penerimaan yang memiliki kontribusi terpenting bagi negara. Pajak dapat menentukan kelancaran pembangunan suatu negara maupun daerahnya. Hal ini disebabkan, banyak sekali kegiatan dari negara maupun daerah yang bergantung dari penerimaan pajak tersebut. Berdasarkan wewenang pemungutan, pajak digolongkan menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Tujuan dari penggolongan pajak ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekacauan dalam proses pemungutan pajak. Karena hierarki pemerintahan di Indonesia terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Lalu pemerintah daerah dibagi lagi menjadi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Maka dari itu, sangat jelas tujuan dari penggolongan pajak ini, yaitu agar tiap pihak bertanggung jawab atas pemungutan pajaknya masing-masing dan tidak mencampuri pemungutan pajak yang menjadi kewenangan dari pihak lain. Pendapatan Asli Daerah merupakan indikator penting yang dinilai sebagai tingkat kemandirian pemerintah daerah di bidang keuangan. Semakin tinggi peran pendapatan asli daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, mencerminkan keberhasilan usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan dan penyelenggaraan pembangunan serta pemerintah. Sedangkan pajak daerah merupakan salah satu faktor penentu tingkat pendapatan asli daerah. Fungsi-fungsi pemerintahan daerah yaitu pengaturan, pelayanan, dan pemberdayaan dapat dilaksanakan secara efektif apabila kemampuan fiskal/pajak dari daerah tersebut dikelola dengan baik. Dengan demikian, apabila pendapatan asli daerah semakin meningkat dari tahun ke tahun akan semakin mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan dana dari pusat dan juga daerah semakin leluasa dalam membelanjakan penerimaan mereka sesuai dengan

3 prioritas pembangunan daerah mereka. Kemampuan pajak daerah ini dapat diukur setiap tahunnya melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah dan ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakasa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benarbenar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional (Darise, 2009: 3). Salah satu pajak yang sangat besar pengaruhnya terhadap pemasukan kas daerah adalah Pajak Kenderaan Bermotor. Dalam peraturan daerah Nomor 5 tahun 2011 pajak kenderaan bermotor termasuk dalam kategori pajak provinsi dalam hal ini daerah Provinsi Gorontalo. Peraturan daerah tentang pajak daerah menyebutkan pada bab 1 ketentuan umum pasal 1 bahwa pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Merupakan fakta bahwa Pajak Daerah bermasalah antara target dan realisasinya. Demikian juga jika kita berbicara tentang Pajak Kendaraan Bermotor. Maka dari itu penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor haruslah

4 diimbangi dengan efektifitas dalam proses pemungutannya. Pengelolaan Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penerimaan-penerimaan pajak kendaraan bermotor sebagai komponen pendapatan asli daerah khususnya di Provinsi Gorontalo. Penerimaan pajak kendaraan bermotor dapat dinyatakan efektif apabila realisasi melampaui target yang telah ditetapkan. Berikut ini merupakan target dan realisasi pajak kendaraan bermotor di Provinsi Gorontalo. Tabel 1. Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Gorontalo. Tahun Target Penerimaan Realisasi Penerimaan Selisih % (Rp) (Rp) ,223,184,956 18,717,293,300 2,494,108, , ,753,096,000 23,788,620,300 1,035,524, , ,350,472,100 29,094,352, ,119,300 99, ,550,861,400 37,695,619,718 5,144,758, , ,153,606,599 46,234,705,090 4,081,098, ,68 Jumlah 143,031,221, ,530,591,208 12,499,370, ,73 Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Badan Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo Berdasarkan tabel di atas dari tahun 2007 hingga tahun 2011 penerimaan dari pajak kendaraan bermotor mengalami kenaikan yang cukup signifikan, apalagi jika dilihat pada tahun 2011, hal ini tentunya dapat membangun pemikiran yang positif dari masyarakat bahwa pihak-pihak yang terkait dalam pemungutan pajak kendaraan bermotor ini telah menjalankan peran dan fungsinya masingmasing dengan sangat baik. Namun perlu diperhatikan bahwa kenaikan yang cukup signifikan ini tidak dibarengi dengan hasil yang berkesinambungan, dalam arti lain selalu berfluktuasi. Bahkan fluktuasinya jika dilihat dari segi persentase yang terjadi adalah pada tahun justru menurun. Tahun berikutnya yaitu 2010 mengalami kenaikan. Tahun berikutnya lagi yaitu pada tahun 2011mengalami penurunan yang cukup drastis dari tahun Jika dilihat secara keseluruhan dari tahun 2007 hingga 2011 persentase keefektifan penerimaan pajak

5 kendaraan bermotor sangat menurun. Dari 115,4 persen menjadi 109,7 persen. Maka dari itu, sebaiknya pihak-pihak yang terkait dan berwenang dalam pemungutan pajak kendaraan bermotor ini harus perlu mengevaluasi, mengkaji kembali, lalu berusaha lebih meningkatkan kinerjanya dalam pemungutan maupun dalam mengelola pajak kendaraan bermotor ini, sehingga diharapkan kedepannya pajak kendaraan bermotor ini dapat diandalkan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah yang nantinya diperlukan untuk membiayai pembangunan Provinsi Gorontalo. Dengan melihat latar belakang diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor tahun , untuk mengetahui tingkat kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Gorontalo tahun , dan untuk mengetahui potensi dari Pajak Kendaraan Bermotor dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kenderaan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor yang tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dewasa ini didasarkan pada ketentuan pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 3-8. Selain itu, penerapan pajak kendaraan bermotor pada suatu daerah provinsi didasarkan pada peraturan daerah provinsi yang bersangkutan yang merupakan landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak kendaraan bermotor di daerah provinsi yang bersangkutan serta keputusan gubernur yang mengatur tentang pajak kendaraan bermotor sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang pajak kendaraan bermotor pada provinsi dimaksud.

6 Dalam masa transisi pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dewasa ini, pemungutan pajak kendaraan bermotor di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat, sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar hukum pemungutan pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air pada suatu provinsi dewasa ini adalah sebagaimana di bawah ini. 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. 4. Peraturan daerah provinsi yang mengatur tentang pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. Peraturan Daerah ini dapat menyatu, yaitu satu peraturan daerah untuk pajak kendaraan bermotor dan pajak kendaraan di atas air, tetapi dapat juga dibuat secara terpisah yaitu Peraturan Daerah tentang pajak kendaraan bermotor dan Peraturan Daerah tentang pajak kendaraan di atas air. Beberapa provinsi yang menetapkan Peraturan Daerah tentang pajak kendaraan di atas air yang terpisah dari Peraturan Daerah tentang pajak kendaraan bermotor antara lain sebagai berikut : a. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 9 Tahun 2005 tentang Pajak Kendaraan di Atas Air; b. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5 Tahun 2004 tentang Pajak Kendaraan di Atas Air; c. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2003 tentang Pajak Kendaraan di Atas Air; d. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 5 Tahun 2000 tentang Pajak Alat Angkut di Atas Air;

7 e. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 03 Tahun 2007 tentang Pajak Kendaraan di Atas Air dan Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air; f. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pajak Kendaraan di Atas Air dan Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air; g. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pajak Kendaraan di Atas Air dan Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air. 5. Keputusan Gubernur yang mengatur tentang pajak kendaraan bermotor dan pajak kendaraan di atas air sebagai aturan pelaksanaan Peraturan Daerah tentang pajak kendaraan bermotor dan pajak kendaraan di atas air pada provinsi dimaksud. Sebagaimana halnya pada poin 4 di atas, keputusan gubernur yang mengatur tentang pajak kendaraan bermotor dan pajak kendaraan di atas air dapat dibuat menyatu yaitu satu keputusan gubernur untuk pajak kendaraan bermotor dan pajak kendaraan di atas air, tetapi dapat juga dibuat secara terpisah yaitu Keputusan Gubernur tentang pajak kendaraan bermotor dan Keputusan Gubernur tentang pajak kendaraan di atas air. Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. Dalam peraturan daerah tentang pajak kendaraan bermotor, pengertian kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor dapat ditentukan meliputi kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor yang terdaftar di daerah provinsi yang bersangkutan serta kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor di daerah provinsi selama jangka waktu tertentu, misalnya 90 hari berturut-turut; alat-alat berat dan alat-alat besar (termasuk dalam penelitian ini antara lain: forklif, buldozer, tracktor, whel loader, log loader, skyder, shovel, motor grader, excavator, back hoe, vibrator, compactor, scraper); serta jenis kendaraan darat lainnya, seperti kereta gandeng. Pada pajak kendaraan bermotor, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor. Sementara itu, yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. Jika wajib pajak berupa badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa badan

8 tersebut. Dengan demikian, pada pajak kendaraan bermotor subjek pajak sama dengan wajib pajak, yaitu orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor. Abdul Halim (2002: 129) mengatakan bahwa teknik analisis yang digunakan untuk mengukur efektifitas adalah rasio efektifitas. Rasio ini menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah baik dalam merealisasi Pajak Kendaraan Bermotor maupun Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Yang direncanakan dibandingkan target yang ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah. Selama ini belum ada ukuran baku mengenai kategori efektifitas, ukuran efektifitas biasanya dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk pernyataan saja (judgement). Menurut Suprapto dalam saleh (2012: 30-31) analisis kontribusi merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan dari penerimaan pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah Provinsi Gorontalo, maka dibandingkan antara realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan penerimaan pendapatan asli daerah pada tahun tersebut. Semakin besar nilai kontribusinya menunjukkan semakin besar peranan pajak kendaraan bermotor dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Menurut Davey Dalam Rahayu (2011: 36-37), terdapat empat kriteria untuk menilai potensi pajak daerah yaitu: 1. kecukupaan dan elastisitas Adalah kemampuan untuk menghasilkan tambahan pendapatan agar dapat menutup tuntutan yang sama atas kenaikan pengeluaran pemerintah dan dasar pengenaan pajaknya berkembang secara otomatis. 2. Keadilan Bahwa pengeluaran pemerintah harus dipikul oleh semua golongan masyarakat sesuai dengan kekayaan dan kesanggupan masing-masing golongan. 3. kemampuan administrasi

9 Bahwa waktu yang diberikan dan biaya yang dikeluarkan dalam menetapkan dan memungut pajak sebanding dengan hasil yang mampu dicapai. 4. kesepakatan politis Diperlukan dalam pengenaan pajak, penetapan struktur tarif, memutuskan siapa yang harus membayar dan bagaimana pajak tersebut ditetapkan dan memberikan sanksi bagi yang melanggarnya. METODOLOGI PENELITIAN Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif. Studi deskriptif (descriptive study) dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Tujuan dari studi deskriptif, adalah memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industri, atau lainnya (Sekaran, 2011: ). Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel independen dan 1 variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah efektifitas pajak kenderaan bermotor, kontribusi pajak kenderaan bermotor, dan potensi pajak kenderaan bermotor, sedangkan pada variabel dependen adalah pendapatan asli daerah. Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan cara wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis efektivitas, teknik analisis kontribusi, dan teknik analisis potensi. Abdul Halim (2002: 129) mengatakan bahwa teknik analisis yang digunakan untuk mengukur efektifitas adalah rasio efektifitas. Rasio ini menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah baik dalam merealisasi Pajak Kendaraan Bermotor maupun Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Rumus yang digunakan untuk mengukur efektifitas adalah sebagai berikut: realisasi penerimaan pajak Efektivitas penerimaan pajak = x 100%

10 target penerimaan pajak Klasifikasi hasilnya (Halim dalam Triantoro, 2007: 13): - 0%-20%, tingkat efektifitas sangat rendah. - 21%-40%, tingkat efektifitas rendah. - 41%-60%, tingkat efektifitas cukup baik. - 61%-80%, tingkat efektifitas baik. - 81% ke atas, tingkat efektifitas tinggi. Menurut Suprapto dalam saleh (2012: 30-31) analisis kontribusi merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan dari penerimaan pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah Provinsi Gorontalo, maka dibandingkan antara realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan penerimaan pendapatan asli daerah pada tahun tersebut. Semakin besar nilai kontribusinya menunjukkan semakin besar peranan pajak kendaraan bermotor dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi adalah sebagai berikut: Penerimaan PKB Tahun ke-n Kontribusi = x 100% Penerimaan PAD Tahun ke-n Rumus yang digunakan untuk menghitung potensi penerimaan pajak kendaraan bermotor adalah sebagai berikut: n PPKB = (Joi x NJKB x Bi x Ti) i=1 PPKB adalah Potensi Pajak Kendaraan Bermotor Jo adalah Jumlah Kendaraan Bermotor NJKB adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor B adalah bobot T adalah Tarif Pajak i adalah jenis/ merk/ tipe kendaraan Dalam perhitungan potensi ini, penulis hanya bermaksud untuk meneliti wilayah Kota Gorontalo saja. Pertimbangan ini diambil berkaitan dengan ketersediaan data yang dibutuhkan dalam perhitungan potensi ini. Dan juga

11 potensi penerimaan pajak kendaraan bermotor di kota gorontalo lebih besar dari pada daerah kabupaten lainnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang diatur berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil pemungutan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. pajak daerah merupakan salah satu faktor penentu tingkat pendapatan asli daerah. merupakan indikator penting yang dinilai sebagai tingkat kemandirian pemerintah daerah di bidang keuangan. Semakin tinggi peran pendapatan asli daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), mencerminkan keberhasilan usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan dan penyelenggaraan pembangunan serta pemerintah. Peningkatan jumlah pajak dan pengelolaan PAD juga akan menjamin pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yaitu pengaturan, pelayanan, dan pemberdayaan dapat berjalan secara efektif apabila kemampuan fiskal/pajak dari daerah tersebut dikelola dengan baik. Dengan demikian, apabila pendapatan asli daerah semakin meningkat dari tahun ke tahun akan semakin mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan dana dari pusat dan juga daerah semakin leluasa dalam membelanjakan penerimaan mereka sesuai dengan prioritas pembangunan daerah mereka. Salah satu pajak yang sangat besar pengaruhnya terhadap pemasukan kas daerah adalah Pajak Kenderaan Bermotor. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kenderaan bermotor. Hasil analisis mengenai potensi dan efektivitas pajak kendaraan bermotor serta kontribusinya terhadap PAD di Provinsi Gorontalo menunjukkan hasil yang cukup bagus. Untuk potensi pajak kendaraan bermotor, hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan potensi penerimaan pajak kendaraan bermotor yang cukup signifikan dari tahun ketahun. Peningkatan potensi pajak ini seiring dengan peningkatan kemajuan ekonomi yang dialami Kota Gorontalo dari tahun ke-tahun. Selain itu, peran strategis Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi

12 Gorontalo sekaligus sebagai pusat ekonomi di wilayah Provinsi Gorontalo juga turut memegang andil dalam meningkatkan potensi penerimaan pajak kendaraan bermotor yang bisa diperoleh oleh Pemda Kota Gorontalo. Untuk kontribusi penerimaan pajak kendaraan bermotor, sekilas terlihat kenaikan kontribusi ini menunjukkan peningkatan peran pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah Provinsi Gorontalo. Namun jika dilihat secara lebih detail lagi ternyata diketahui bahwa kenaikan kontribusi pajak kendaraan bermotor bukan disebabkan adanya kenaikan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor melainkan disebabkan adanya penurunan jumlah pendapatan asli daerah yang diperoleh Provinsi Gorontalo. Untuk efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor juga menunjukan hasil yang baik dimana secara historis, rasio efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor di Provinsi Gorontalo menunjukkan hasil yang pada umumnya diatas 100%. Dengan kata lain realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor selama ini pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Tingginya rasio efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya keberhasilan pengelola pajak kendaraan bermotor dalam mencapai target yang ditetapakn. Disisi lain tingginya rasio efektivitas ini juga dapat disebabkan oleh rendahnya target pajak yang ditetapkan dibandingkan potensi yang dimiliki sehingga realisasi pajak dipastikan akan lebih besar dibandingkan target yang ingin dicapai. Memperhatikan data yang ada, untuk konteks Provinsi Gorontalo penyebab tingginya efektivitas penerimaan pajak ini lebih banyak disebabkan oleh masih relatif rendahnya target penerimaan pajak kendaraan bermotor yang ditetapkan oleh pemerintah daerah selama ini. Kesimpulan ini didasarkan pada rasio pemanfaatan potensi pajak kendaraan bermotor yang relatif masih rendah yakni berkisar antara 60%-75%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa target penerimaan pajak yang ada saat ini masih sangat rendah dan seharusnya ditingkatkan dimasa mendatang. Penetapan target pajak harus disesuaikan dengan

13 potensi yang ada agar pemanfaatannya lebih maksimal. Selain itu peningkatan target penerimaan pajak seharusnya juga diikuti dengan peningkatan pelayanan dalam pengelolan pajak agar realisasi penerimaan pajak juga akan meningkat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan di atas tentang analisis efektifitas, kontribusi, dan potensi pajak kendaraan bermotor sebagai Pendapatan Asli Daerah pada Badan Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo, kesimpulan yang diambil oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Secara keseluruhan efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor dapat dikatakan baik. Ini terlihat dari rasio efektivitas penerimaan pajak kendaraan bemotor yang sebagian besar diatas 100%. Sedangkan rasio pemanfaatan potensi pajak kendaraan bermotor yang ada di Provinsi Gorontalo walaupun sudah menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun namun hingga tahun 2011 pemanfaatannya belum maksimal. 2. Kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah Provinsi Gorontalo selama tahun secara rata-rata berkisar antara 25% hingga 29%. 3. Selama tahun , potensi penerimaan pajak kendaraan bermotor di Kota Gorontalo menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Jika dilihat dari jenis kendaraan, sepeda motor merupakan jenis kendaraan yang mempunyai potensi penerimaan pajak kendaraan terbesar dibanding jenis kendaraan lainnya. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti dapat memberikan saran baik yang berhubungan dengan efektifitas, kontribusi, serta potensi pajak kendaraan bermotor itu sendiri. Saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Melakukan ekstentifikasi pada kantor-kantor samsat yang ada di Provinsi Gorontalo. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mendirikan samsat-samsat pembantu. Hal ini dapat memudahkan para wajib pajak yang bertempat

14 tinggal di daerah-daerah pelosok Provinsi Gorontalo untuk membayar pajak kendaraan bermotor mereka. Tentunya, hal ini sangat signifikan mengingat jarak yang harus mereka tempuh untuk menjangkau samsat-samsat induk cukup jauh. 2. Melakukan intensifikasi/peningkatan kemampuan pemungut pajak kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikutsertakan pegawai-pegawai samsat dalam pelatihan-pelatihan kerja sehingga mereka lebih kompeten dalam melayani para wajib pajak. 3. Melakukan diversifikasi pada kantor-kantor samsat yang ada di Provinsi Gorontalo. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membuatkan fasilitas drive thru, pembayaran pajak kendaraan bermotor lewat sms banking, pembayaran pajak kendaraan bermotor lewat ATM, ataupun pengadaan/penyediaan/penambahan fasilitas komputer sehingga wajib pajak yang sedang mengantri bisa lebih dahulu mengecek berapa kira-kira nominal pajak yang harus dibayar. 4. Mengadakan sweeping kendaraan bermotor secara berkala.

15 DAFTAR REFERENSI Darise, Nurlan Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: PT Indeks. Halim, Abdul Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah. Purwono, Herry Dasar-Dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak. Jakarta: Erlangga. Rahayu, Betty Analisis Potensi Pajak Hotel Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak Hotel di Kabupaten Gunungkidul. Skripsi. Universitas Diponegoro. Saleh, Muhlis Analisis Penerapan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Gorontalo. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo. Sekaran, Uma Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Sumber-Sumber Penerimaan Daerah. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk dikembalikan ke masyarakat walaupun tidak dapat dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk dikembalikan ke masyarakat walaupun tidak dapat dirasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memungut pajak. Ada beberapa jenis pajak yang dipungut di Indonesia. Hasil penerimaan pajak akan dikelola oleh pemerintah untuk dikembalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian dalam suatu rumah tangga membutuhkan sumbersumber penerimaan untuk membiayai segala keperluan rumah tangga. Sama hal nya dengan pajak yang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. oleh pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan Negara Anggaran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. oleh pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan Negara Anggaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI Sesuai dengan sistem pemerintahan yang berlaku di Negara kita ini, pajak dikelola oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hakikat mendasar dari prinsip kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Dasar Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era desentralisasi fiskal seperti sekarang ini, fungsi dan peran pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara sangatlah penting. Sejalan dengan otonomi daerah

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan 1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 64 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR ATAS PENYERAHAN KEDUA DAN SELANJUTNYA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis pajak, tata cara pemungutan pajak dan seterusnya yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi kewenangan setiap daerah untuk mengatur dan menciptakan perekonomiannya sendiri sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cukupnya sumber daya alam yang dimilikinya. Bagi daerah yang kaya

BAB 1 PENDAHULUAN. cukupnya sumber daya alam yang dimilikinya. Bagi daerah yang kaya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memiliki Pendapatan Asli Daerah yang maksimal merupakan keinginan setiap daerah. Hal ini relevan dengan masyarakat yang menyatakan bahwa suatu daerah mengalami kemiskinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Perpajakan 2.1.1.1 Pengertian pajak Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia di segala bidang khususnya bidang ekonomi dan perdagangan merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA (STUDI KASUS PADA SAMSAT AIRMADIDI)

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA (STUDI KASUS PADA SAMSAT AIRMADIDI) ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA (STUDI KASUS PADA SAMSAT AIRMADIDI) Natalia Ester Rompis, Ventje Ilat, Anneke Wangkar Fakultas Ekonmi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kementrian Dalam Negeri (2013) dalam konteks pengembangan ekonomi suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam upaya menggali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah menuntut pemerintah daerah untuk meningkatkan kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun pada kenyataannya, pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Menurut Halim (2004:15-16) APBD adalah suatu anggaran daerah, dimana memiliki unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional demi masyarakat adil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional demi masyarakat adil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional demi masyarakat adil dan makmur, tentu dibutuhkan dana pembangunan yang tidak sedikit untuk keberhasilan program pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini sebagai negara berkembang Indonesia tengah gencargencarnya melaksanakan pembangunan disegala bidang baik ekonomi, sosial, politik, hukum, maupun bidang

Lebih terperinci

Vol II (2), 2010 ISSN :

Vol II (2), 2010 ISSN : Analisis Perbandingan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebelum dan Setelah Pemekaran Provinsi Riau : Sebuah Topik Tugas Akhir Program Studi Akuntansi di Politeknik Batam Muslim Ansori

Lebih terperinci

setelah tax reform, Pemerintah menjadikan sektor pajak sebagai sumber utama dalam

setelah tax reform, Pemerintah menjadikan sektor pajak sebagai sumber utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sebagaimana diketahui tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, kualitas serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat, untuk itu pembangunan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum pajak diartikan sebagai pungutan dari masyarakat oleh negara berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk mendukung pelaksanaan otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah di indonesia, yaitu mulai tanggal 1 januari Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah di indonesia, yaitu mulai tanggal 1 januari Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Kebutuhan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemungut pajak yang disebut Publican (Rahayu, 2010). Sedangkan sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemungut pajak yang disebut Publican (Rahayu, 2010). Sedangkan sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan pendapatan sebuah negara yang dibayarkan oleh wajib pajak, pada zaman dahulu pajak dipungut oleh kerajaan untuk memenuhi kebutuhan istana tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Umum Pajak Secara umum pengertian pajak adalah pemindahan harta atau hak milik kepada pemerintah dan digunakan oleh pemerintah untuk pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2006:1) definisi pajak dalam buku perpajakan edisi revisi, pajak adalah : Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi dan apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberlangsungan pemerintahan dan pembangunan sebuah negara memerlukan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib rakyat kepada kas negara.definisi pajak menurut beberapa ahli adalah : 1) Menurut Soemitro (Mardiasmo, 2011:1),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999. Sistem pemerintahan yang semula sentralisasi berubah menjadi desentralisasi, artinya wewenang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang optimal perlu diwujudkan untuk mendukung kemandirian

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang optimal perlu diwujudkan untuk mendukung kemandirian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan suatu daerah. Pendapatan daerah yang optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan pembangunan nasional tersebut. Pemerintah harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan pembangunan nasional tersebut. Pemerintah harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan nasional merupakan suatu rangkaian pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruhan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya.

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai Daerah Otonom Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif terhadap kehidupan masa kini, salah satunya dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif terhadap kehidupan masa kini, salah satunya dapat dirasakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi telah berdampak positif terhadap kehidupan masa kini, salah satunya dapat dirasakan oleh masyarakat adalah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 61 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001, pemerintah daerah merupakan organisasi sektor publik yang diberikan kewenangan oleh pemerintah

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PERHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2009 DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Teori Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Terdapat banyak pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli. Pengertian pajak menurut para ahli memberikan definisi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi negara yang dibayarkan oleh masyarakat. Pajak juga sebagai iuran pemungutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah,

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Akuntansi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Akuntansi TINJAUAN ATAS PENERIMAAN PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH (ABT) SERTA AIR PERMUKAAN (APER) PADA UPPD PROVINSI WILAYAH XXII BANDUNG TIMUR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang mulai berlaku di Indonesia sejak tahun 2001 memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya, menetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2016 Menimbang : Mengingat DENGAN RAHMAT ALLAH YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Apabila kita berbicara mengenai Otonomi Daerah, maka kita akan teringat dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI RIAU

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI RIAU ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI RIAU 1 Darmuki, 2 Sri Yunawati 1,2 Akuntansi,Universitas PasirPengaraian Jl. Tuanku Tambusai, Kumu, Rambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 1997 Pemerintah akhirnya mengeluarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Kalau dilihat dari segi waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan. Ketersediaan dana, menjadi salah satu factor yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan. Ketersediaan dana, menjadi salah satu factor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra Prestasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014 DENGAN RAKHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara negara yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan barang dan jasa yang kita konsumsi sehari-haripun dikenai pajak. Hal tersebut dikarenakan Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 030 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 030 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 030 TAHUN 2014 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah menerapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Secara Umum Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang sangat berguna bagi kepentingan bersama. Apabila membahas pengertian pajak banyak ahli dalam bidang

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2010 GUBERNUR ACEH, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka Pemerintah harus tetap meningkatkan penerimaan Negara. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber utama penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu penerimaan Pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan (urusan) dari pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Setiap provinsi terbagi dari beberapa Kabupaten maupun Kota.

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Setiap provinsi terbagi dari beberapa Kabupaten maupun Kota. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara yang wilayahnya terbagi mejadi 33 provinsi. Setiap provinsi terbagi dari beberapa Kabupaten maupun Kota. Hubungan tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara, dimana kawasan daerahnya terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH PROVINSI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI SUMATERA BARAT

EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH PROVINSI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI SUMATERA BARAT EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH PROVINSI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI SUMATERA BARAT Rindy Citra Dewi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang rindy_citradewi@upiyptk.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah di Indonesia berdasarkan atas asas otonomi daerah dimana pembangunan mengacu pada kondisi dan situasi wilayah yang bersangkutan, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Pemerintah dalam penerapan otonomi daerah, memberikan kewenangan kepada daerah untuk dapat mengurus dan mengatur sendiri urusan di daerahnya. Otonomi daerah

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 75 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB)

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 75 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 75 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB) TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi disegala bidang harus diikuti dengan persiapan sumber daya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pendapatan Asli

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan Negara yang terbesar yang memberikan peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, hal ini dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan dalam rangka melaksanakan Trilogi pembangunan, diperlukan ketersediaan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG Avian Nur Andianto Universitas Brawijaya Malang aviannurandrian1996@gmail.com Amelia Ika Pratiwi Universitas Brawijaya Malang m3lly_16@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi Negara Indonesia yang sedang meningkatkan pembangunan disegala bidang menuju masyarakat yang adil dan makmur, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Dalam penyelenggaraan suatu pemerintahan, negara berkewajiban untuk menjaga kepentingan rakyatnya baik dalam bidang pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

I. PENDAHULUAN. badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak daerah adalah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pajak

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU. PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 44.a TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR MALUKU. PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 44.a TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 44.a TAHUN 2017 TENTANG PERHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2017 DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH 1 KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci