11 Analisis sebaran pergerakan (metode analogi)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "11 Analisis sebaran pergerakan (metode analogi)"

Transkripsi

1 Analisis sebaran pergerakan (metode analogi) Pada Bab telah pula dijelaskan tentang metode Langsung (konvensional) yang bisa digunakan untuk mendapatkan informasi matriks asal-tujuan (MA) Bab akan menjelaskan tentang metode idak-langsung (analogi), yaitu metode yang hanya mempertimbangkan faktor pertumbuhan tanpa memperhitungkan adanya perubahan aksesibilitas sistem jaringan transportasi Metode ini hanya cocok untuk perencanaan jangka pendek atau perencanaan tanpa adanya perubahan aksesibilitas yang nyata dalam sistem jaringannya Subbab menjelaskan persamaan metode analogi secara umum di mana metode analogi dapat dikelompokkan menjadi (tiga) subkelompok, yaitu metode tanpabatasan (subbab ); metode dengan-satu-batasan (subbab ), dan metode dengan-dua-batasan (subbab ) Beberapa keuntungan dan kerugian metode analogi juga akan diterangkan pada akhir bab ini (subbab ) Beberapa soal yang berkaitan dengan metode analogi diberikan dalam subbab 6 Metode analogi Beberapa metode telah dikembangkan oleh para peneliti, dan setiap metode berasumsi bahwa pola pergerakan pada saat sekarang dapat diproyeksikan ke masa mendatang dengan menggunakan tingkat pertumbuhan zona yang berbeda-beda Semua metode mempunyai persamaan umum seperti berikut: id id () id pergerakan pada masa mendatang dari zona asal i ke zona tujuan d t id pergerakan pada masa sekarang dari zona asal i ke zona tujuan d ingkat pertumbuhan ergantung pada metode yang digunakan, tingkat pertumbuhan () dapat berupa (satu) faktor saja atau kombinasi dari berbagai faktor, yang bisa didapat dari proyeksi tata guna lahan atau bangkitan lalu lintas Faktor tersebut dapat dihitung untuk semua daerah kajian atau untuk zona tertentu saja yang kemudian digunakan untuk mendapatkan MA Metode analogi dapat dikelompokkan menjadi (tiga) kelompok utama [lihat Gambar dan amin (997a,a,)], yaitu: a b metode tanpa-batasan (metode seragam), metode dengan-satu-batasan (metode batasan-bangkitan dan metode batasantarikan), dan 6

2 c metode dengan-dua-batasan (metode rata-rata, metode Fratar, metode Detroit, dan metode Furness) Sedangkan, urutan pengembangannya secara kronologis adalah metode seragam, metode batasan-bangkitan, metode batasan-tarikan, metode rata-rata, metode Fratar, metode Detroit, dan metode Furness Usaha pengembangan metode pada saat itu lebih mengarah pada penyederhanaan proses perhitungan dan percepatan proses tercapainya konvergensi Hal ini disebabkan sangat terbatasnya kapasitas dan kemampuan alat bantu hitung pada saat itu Metode tanpa-batasan Metode tanpa-batasan atau metode seragam adalah metode tertua dan paling sederhana Dalam metode ini diasumsikan bahwa untuk keseluruhan daerah kajian hanya ada (satu) nilai tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengalikan semua pergerakan pada saat ini dalam upaya mendapatkan pergerakan pada masa mendatang Metode ini tidak menjamin bahwa total pergerakan yang dibangkitkan dari setiap zona asal dan total pergerakan yang tertarik ke setiap zona tujuan akan sama dengan total bangkitan dan tarikan yang diharapkan pada masa mendatang Secara matematis dapat dinyatakan sebagai persamaan () dengan nilai sebagai berikut di mana: () t otal pergerakan pada masa mendatang di dalam daerah kajian t otal pergerakan pada masa sekarang di dalam daerah kajian Sebagai ilustrasi, berikut ini diberikan contoh perhitungan metode seragam dengan menggunakan MA [x] seperti terlihat pada abel abel MA pada masa sekarang dan tingkat pertumbuhan setiap zona Zona o i O i I 6 8, 8, , 8 7 6, ,88 d d 6 7 D d d,,,,,7, di mana: o i dan d d bangkit dan tarikan pada masa sekarang O i dan D d bangkit dan tarikan pada masa mendatang i dan d ingkat pertumbuhan zona bangkitan dan zona tarikan Analisis sebaran pergerakan (metode analogi) 7

3 Dapat dilihat pada abel bahwa total pergerakan lalu lintas di dalam daerah kajian meningkat sebesar % pada masa mendatang (dari 7 menjadi pergerakan) Dengan metode seragam, secara sangat sederhana semua sel MA ( t id ) dikalikan dengan faktor, untuk mendapatkan MA pada masa mendatang, seperti terlihat pada abel abel MA pada masa mendatang dengan, Zona o i O i i 8 6, , , 6 8 9, ,9 d d D d d,,,,7,88, Asumsi dasar yang digunakan pada metode ini adalah tingkat pertumbuhan global di seluruh daerah kajian berpengaruh terhadap pertumbuhan lalu lintasnya secara merata atau seragam untuk setiap zona Asumsi ini sering tidak dapat digunakan, karena pada kenyataannya tingkat pertumbuhan setiap zona yang berbeda biasanya menghasilkan tingkat pertumbuhan lalu lintas yang berbeda pula Ini menyebabkan galat yang besar untuk kota yang tingkat pertumbuhan tata guna lahannya tidak merata (seperti kenyataannya di kota besar di negara sedang berkembang) Pada abel terlihat bahwa metode seragam tidak dapat menjamin dipenuhinya batasan bangkitan dan tarikan Contohnya, untuk zona yang tingkat pertumbuhannya lebih rendah dari tingkat pertumbuhan global, penggunaan tingkat pertumbuhan global akan menghasilkan perkiraan lalu lintas masa mendatang yang lebih tinggi dari yang diharapkan Sebaliknya, untuk zona yang tingkat pertumbuhannya lebih tinggi, akan menghasilkan perkiraan lalu lintas masa mendatang yang lebih rendah dari yang diharapkan Oleh karena itulah metode ini hanya dapat digunakan untuk daerah kajian yang tingkat pertumbuhannya merata di seluruh wilayahnya Jadi, metode ini dipastikan tidak bisa digunakan di Indonesia, karena pertumbuhan daerahnya belum merata Metode dengan-satu-batasan erdapat (dua) jenis metode, yaitu metode dengan-batasan-bangkitan dan metode dengan-batasan-tarikan 8 Ofyar Z amin, Perencanaan, pemodelan, dan rekayasa transportasi: eori, contoh soal, dan aplikasi

4 Metode dengan-batasan-bangkitan Metode ini digunakan jika informasi yang tersedia adalah perkiraan bangkitan pergerakan pada masa mendatang, sedangkan perkiraan tarikan pergerakan tidak tersedia atau dapat juga tersedia tetapi dengan tingkat akurasi yang rendah Secara matematis metode ini dapat dinyatakan dengan persamaan () berikut () id Dengan menggunakan persamaan (), pergerakan masa mendatang dapat dihitung dan terlihat pada abel abel MA pada masa mendatang menggunakan metode dengan-batasan-bangkitan Zona o i O i i id 8 6, 8, , 8 6, , d d D d d,,,9,787,, erlihat bahwa metode dengan-batasan-bangkitan menjamin total bangkitan pergerakan setiap zona pada masa mendatang sama dengan yang diharapkan (terlihat dari nilai i untuk seluruh zona) Begitu juga total pergerakan pada masa mendatang untuk seluruh daerah kajian sama dengan yang diharapkan Metode dengan-batasan-tarikan Metode ini digunakan jika informasi yang tersedia adalah perkiraan tarikan pergerakan pada masa mendatang, sedangkan perkiraan bangkitan pergerakan tidak tersedia atau dapat juga tersedia tetapi akurasinya rendah Secara matematis metode ini dapat dinyatakan dengan persamaan () berikut id id i () Dengan menggunakan persamaan (), pergerakan masa mendatang dapat dihitung dan terlihat pada abel erlihat bahwa metode dengan-batasan-tarikan menjamin total tarikan pergerakan setiap zona pada masa mendatang sama dengan yang diharapkan (terlihat dari nilai d untuk seluruh zona) Begitu juga total pergerakan pada masa mendatang untuk seluruh daerah kajian sama dengan yang diharapkan d Analisis sebaran pergerakan (metode analogi) 9

5 abel MA pada masa mendatang menggunakan metode dengan-batasan-tarikan Zona o i O i i 9 9, , , , ,66 d d D d d,,,,,, Metode dengan-dua-batasan erdapat (empat) buah metode yang telah dikembangkan sampai saat ini yang pada umumnya mencoba mengatasi kekurangan yang ada pada metode sebelumnya, yaitu permasalahan batasan bangkitan dan tarikan pergerakan Keempat metode berikut ini menjamin besarnya bangkitan dan tarikan pergerakan pada masa mendatang sama dengan yang diharapkan Metode rata-rata Metode rata-rata adalah usaha pertama untuk mengatasi adanya tingkat pertumbuhan daerah yang berbeda-beda Metode ini menggunakan tingkat pertumbuhan yang berbeda untuk setiap zona yang dapat dihasilkan dari peramalan tata guna lahan dan bangkitan lalu lintas Secara matematis, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut i + d id id () Oi Dd i dan d o d (6) i i, d ingkat pertumbuhan zona i dan d O i, D d otal pergerakan masa mendatang yang berasal dari zona asal i atau yang menuju ke zona tujuan d o i, d d otal pergerakan masa sekarang yang berasal dari zona asal i atau yang menuju ke zona tujuan d Metode ini dijelaskan dengan menggunakan contoh MA [x], termasuk informasi tingkat pertumbuhan setiap zona seperti terlihat pada abel Secara umum, total pergerakan masa mendatang yang dihasilkan tidak sama dengan total pergerakan yang didapat dari hasil analisis bangkitan lalu lintas Akan tetapi, yang diharapkan adalah: d Ofyar Z amin, Perencanaan, pemodelan, dan rekayasa transportasi: eori, contoh soal, dan aplikasi

6 o i O i dan d d D d (7) o i, d d otal pergerakan masa sekarang dengan zona asal i dan zona tujuan d O i, D d otal pergerakan masa mendatang (dari analisis bangkitan lalu lintas) dengan zona asal i dan zona tujuan d Jadi, proses pengulangan harus dilakukan untuk meminimumkan besarnya perbedaan tersebut dengan mengatur nilai i dan d sampai o i O i dan d d D d sehingga: Oi Dd i dan d (8) oi dd Untuk pengulangan ke- digunakan persamaan (8) sehingga dihasilkan MA baru seperti terlihat pada abel i + d id id (9) Perhitungan nilai id untuk pengulangan ke-: , 87 +, 7 89, 6 Setelah menghitung seluruh nilai id, maka dapat dihitung kembali nilai o i dan d d serta nilai i dan d untuk pengulangan ke-, sebagaimana terlihat pada abel abel MA pada masa mendatang dengan metode rata-rata (hasil pengulangan ke-) Zona o i O i i,,,, 7,,,98, 6,, 6,, 7,,67, 8,, 8, 6,6 778, 87, 6,,, 9, 7, 7,,76 9,8 67,, 7, 89,6 66,88 7,77 d d,8 6, 88,,,9 D d d,67,97,876,887,, Perhitungan nilai id untuk pengulangan ke-: Analisis sebaran pergerakan (metode analogi)

7 + + +, 98 +, 67, 8, 98 +, 97 9,, 77 +, 89, 6 79, 77 Setelah menghitung seluruh nilai id, maka dapat dihitung kembali nilai o i dan d d serta nilai i dan d untuk pengulangan ke-, sebagaimana terlihat pada abel 6 abel 6 MA pada masa mendatang dengan metode rata-rata (hasil pengulangan ke-) Zona o i O i i,8 9,, 97,7 7,,6,979 6,9 6,,8 8,7,9 77,8,79 9,8 96,8 9,77 8,7 9,9 8, 87,79 8,, 69,8 9,7 9,67,7,78 79, 6,8, 88,7 79,77 6,6 7,869 d d 7,8 678, 88,6 7,9,7 D d d,8,,88,9,987, Proses pengulangan terus dilakukan sampai seluruh nilai o i O i atau ( i ) dan seluruh nilai d d D d atau ( d ) Hal tersebut tercapai pada pengulangan ke- yang menghasilkan MA akhir (setelah pembulatan) seperti terlihat pada abel 7 abel 7 MA pada masa mendatang dengan metode rata-rata (hasil pengulangan ke-) Zona o i O i i , , , , , d d D d d,,,,,, Ofyar Z amin, Perencanaan, pemodelan, dan rekayasa transportasi: eori, contoh soal, dan aplikasi

8 erdapat beberapa kelemahan pada metode rata-rata ini, karena besarnya perbedaan tidak tersebar secara acak, tetapi tergantung pada nilai tingkat pertumbuhan Contohnya, zona yang tingkat pertumbuhannya lebih rendah dari tingkat pertumbuhan global akan menghasilkan nilai yang lebih besar dari perkiraan Akan tetapi, hal yang sebaliknya terjadi pada zona yang tingkat pertumbuhannya lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan global Besarnya perbedaan tersebut akan semakin berkurang sejalan dengan proses pengulangan, tetapi jika jumlah pengulangan yang dibutuhkan sangat banyak, tingkat ketepatan pun semakin berkurang Oleh karena itu, metode ini sekarang sudah jarang digunakan Metode Fratar Fratar (9) mengembangkan metode yang mencoba mengatasi kekurangan metode seragam dan metode rata-rata Asumsi dasar metode ini adalah: a b Sebaran pergerakan dari zona asal pada masa mendatang sebanding dengan sebaran pergerakan pada masa sekarang; Sebaran pergerakan pada masa mendatang dimodifikasi dengan nilai tingkat pertumbuhan zona tujuan pergerakan tersebut Modifikasi ini mempertimbangkan adanya pengaruh lokasi tempat tujuan yang berbanding terbalik dari rata-rata daya tarik tempat tujuan Secara umum, metode ini memperhatikan: Perkiraan jumlah pergerakan yang dihasilkan dari atau tertarik ke suatu zona (hal ini didapatkan dari tahapan bangkitan pergerakan) Proses sebaran pergerakan masa mendatang dari setiap zona yang berbanding lurus dengan pergerakan pada masa sekarang dimodifikasi dengan tingkat pertumbuhan zona tujuan pergerakan Ini menghasilkan dua nilai untuk setiap pergerakan (i d dan d i), selanjutnya rata-rata dari nilai ini dipakai sebagai pendekatan ke- bagi pergerakan yang terjadi Untuk setiap zona, jumlah hasil pendekatan ke- dibagi dengan total pergerakan yang diperkirakan (dihasilkan dari tahapan bangkitan pergerakan), untuk mendapatkan nilai tingkat pertumbuhan baru yang selanjutnya digunakan sebagai pendekatan ke- Pergerakan yang dihasilkan pada pendekatan ke- kemudian disebarkan, dan ini sebanding dengan pergerakan pada masa sekarang dan nilai tingkat pertumbuhan yang baru (hasil pendekatan ke-) Kedua nilai ini kemudian dirata-ratakan dan proses diulangi sampai tercapai kesesuaian antara pergerakan yang dihitung dengan yang diinginkan Secara matematis, metode Fratar dapat dinyatakan sebagai: id ( L + L ) i d id i d () Analisis sebaran pergerakan (metode analogi)

9 L i t ik k i N N t dan k ik k dk k i k d abel 8 MA pada masa sekarang, tingkat pertumbuhan setiap zona, serta nilai L i dan L d (pengulangan ke-) d N dk k d N t L () Zona o i O i i L i 6 8,, 8,, ,, 8 7 6,, ,88,7 d d 6 7 D d d,,,,,7, L d,69,7,,, Nilai L i dan L d untuk pengulangan ke- dapat dihitung sebagai berikut: Perhitungan nilai L i untuk pengulangan ke- L L L , x, + x, + 6x, + 8x, 88 t t + t + t + t , 7 x, + x, + x, + 8x, 88 t t t t + t + t + t + t ,7 x, + 8x, + 9x, + 8x, + t + t Perhitungan nilai L d untuk pengulangan ke-: t Ofyar Z amin, Perencanaan, pemodelan, dan rekayasa transportasi: eori, contoh soal, dan aplikasi

10 L L L , 69 x, + 6x, + 8x, + x, 7 t t + t + t + t , 7 x, + x, + 7x, + 8x, 7 t t t t + t + t + t + t , 8x, + 8x, + x, + x, + t + t Setelah mendapatkan nilai L i dan L d untuk pengulangan ke-, maka dapat dilakukan perhitungan nilai id untuk pengulangan ke- sebagai berikut Perhitungan nilai id untuk pengulangan ke-: L + L, +, 69 x, x, x 9, 8 L + L, +, 7 x, x, x 9, 6 L + L, +, x, x, x 9, L + L, 7 +, 69 x, x, x 8, 76 L + L, 7 +, x, 88 x, 7 x 7, Setelah menghitung seluruh nilai id, maka dapat dihitung kembali nilai o i dan d d serta nilai i dan d untuk pengulangan ke-, sebagaimana terlihat pada abel 9 Analisis sebaran pergerakan (metode analogi)

11 abel 9 MA pada masa mendatang menggunakan metode Fratar (hasil pengulangan ke-) Zona o i O I I L i 9,8 9,6 9, 9,,6,,98,9 8,76 6,9 9, 7,6 97,7 89,86,,9 76,,7 9, 8, 9, 96, 87,9,,9 8,9 97, 7,76 868, 69,,797,966,7 6, 96, 7,7 7,,9 7,7, d d 6,7 8,9 7,7 9,99 7,7 896 D d d,978,9,,97,767,898 L d,9,9,7,9,96 Selanjutnya, nilai L i dan L d untuk pengulangan ke- dapat dihitung sebagai berikut Perhitungan nilai L i untuk pengulangan ke-: L L L 9, 6 + 9, + 9, +, 6, 9 9, 6x, + 9, x, 9 + 9, x, 797 +, 6x, 7 t t + t + t + t 8, , + 7, , 7, 9 8, 76x, , x, 9 + 7, 6x, , 7x, 7 t t t t + t + t + t + t + t + t, 7 + 6, + 96, + 7, 7,, 7x, , x, + 96, x, 9 + 7, 7x, 797 Perhitungan nilai L d untuk pengulangan ke-: 6 Ofyar Z amin, Perencanaan, pemodelan, dan rekayasa transportasi: eori, contoh soal, dan aplikasi

12 L L L 8, , +, 9 +, 7, 9 8, 76x, , x, +, 9x, 97 +, 7x, 767 t t + t + t + t 9, 6 +, 7 + 8, 9 + 6,, 9 9, 6x, 978 +, 7x, + 8, 9x, , x, 767 t t t t + + t t + + t t + + t t, , 7 + 9, + 868,, 96, 6x, , 7x, 9 + 9, x, + 868, x, 97 Setelah mendapatkan nilai L i dan L d untuk pengulangan ke-, maka dapat dilakukan perhitungan nilai id untuk pengulangan ke- Perhitungan nilai id untuk pengulangan ke-: L L + L L + L L + L L + L L +, +, 69 x, x, x 9, 8, +, 7 x, x, x 9, 6, +, x, x, x 9,, 7 +, 69 x, x, x 8, 76, 7 +, x, 88 x, 7 x 7, Setelah menghitung seluruh nilai id, maka dapat dihitung kembali nilai o i dan d d serta nilai i dan d untuk pengulangan ketiga, sebagaimana terlihat pada abel Analisis sebaran pergerakan (metode analogi) 7

13 abel MA pada masa mendatang menggunakan metode Fratar (hasil pengulangan ke-) Zona o i O i i L i 7,97 9,8,6 8,,6 6,7,8,9 9,6,8 8,8 7, 76,86 96,7,,9 7, 7,99 8, 6,,6 7,6 87,66,96,6 7,8 9, 79,,7 6,,8,96 6, 7,8, 7,8 6, 7,9 7,998,9 d d 7,7 68, 6,7,9, D d d,97,9,9,,66, L d,99,9,9,9,9 Proses pengulangan terus dilakukan sampai seluruh nilai o i O i atau ( i ) dan seluruh nilai d d D d atau ( d ) Hal tersebut tercapai pada pengulangan ke- yang menghasilkan MA akhir (setelah pembulatan) seperti terlihat pada abel abel MA pada masa mendatang dengan metode Fratar (hasil pengulangan ke-) Zona o I O i i L i ,, 6 8 8,, ,, ,, ,, d d D d d,,,,,, L d,,,,, Proses pengulangan cukup rumit dan membutuhkan proses perhitungan yang cukup panjang Davinroy dkk (96) menyimpulkan bahwa metode seragam, rata-rata, dan Fratar mempunyai ketepatan yang kira-kira sama Metode Fratar membutuhkan jumlah pengulangan yang lebih sedikit dibandingkan dengan dua metode lainnya, tetapi perhitungannya yang cukup rumit pada akhirnya secara keseluruhan tidak menguntungkan proses perhitungan dan menyebabkan metode Fratar ini menjadi tidak populer untuk digunakan Perlu diketahui pada saat itu pengembangan penelitian diarahkan selain pada usaha peningkatan akurasi, juga pada usaha menghasilkan proses perhitungan yang efisien (jumlah pengulangan yang sekecil mungkin dan proses perhitungan yang sesederhana mungkin) 8 Ofyar Z amin, Perencanaan, pemodelan, dan rekayasa transportasi: eori, contoh soal, dan aplikasi

14 Metode Detroit Metode ini dikembangkan bersamaan dengan pelaksanaan pekerjaan Detroit Metropolitan Area raffic Study dalam usaha mengatasi kekurangan metode sebelumnya dan sekaligus mengurangi waktu operasi komputer Prosesnya mirip dengan metode rata-rata dan Fratar, tetapi mempunyai asumsi bahwa: walaupun jumlah pergerakan dari zona i meningkat sesuai dengan tingkat pertumbuhan i, pergerakan ini harus juga disebarkan ke zona d sebanding dengan d dibagi dengan tingkat pertumbuhan global () yang secara umum dapat dinyatakan sebagai: i d id id () Dengan menggunakan data awal MA yang sama seperti abel, untuk pengulangan ke- metode Detroit digunakan persamaan () sehingga dihasilkan MA baru seperti terlihat pada abel Perhitungan nilai id untuk pengulangan ke-:, x,,, x,, i d id id (), 87 x, 7 7,, Setelah menghitung seluruh nilai id, maka dapat dihitung kembali nilai o i dan d d serta nilai i, d, dan untuk pengulangan ke-, seperti terlihat pada abel abel MA pada masa mendatang menggunakan metode Detroit (hasil pengulangan ke-) Zona o i O i i,,, 9, 9,,,96,,, 7, 9, 97,,8 7,,, 68,7, 8,6 87,7,, 8, 9, 7, 7,,9 9,8, 6,88 7, 7,, 7, d d 9,8 7, 6,88 7,, 7,7 D d d,9,,9,9,8789,989 Analisis sebaran pergerakan (metode analogi) 9

15 Perhitungan nilai id untuk pengulangan ke-:, 96 x, 9 9, 8, 989, 96 x, 8, 99, 989, x, , 66,, 989 Setelah menghitung seluruh nilai id, maka dapat dihitung kembali nilai o i dan d d serta nilai i, d, dan untuk pengulangan ke-, seperti terlihat pada abel abel MA pada masa mendatang menggunakan metode Detroit (hasil pengulangan ke-) Zona o i O i i 9,8 8,99,8 9,76 6,6 8,6,98,77 6,79,8, 8,9,,97 79,7 9, 6,89 8,8 6, 8,7 87,8 7,7 9,6 6, 9,88 6,69 7,6,7 6,7,9,7 79,6 66,,8 7,98 d d, 79,9 6,9 86,,6,97 D d d,99,,9977,987,7,999 Seperti halnya dengan metode rata-rata dan Fratar, proses pengulangan terus dilakukan sampai seluruh nilai o i O i atau ( i ) dan seluruh nilai d d D d atau ( d ) Hal tersebut tercapai pada pengulangan ke-8, sehingga dihasilkan MA akhir (setelah pembulatan) seperti terlihat pada abel abel MA pada masa mendatang menggunakan metode Detroit (hasil pengulangan ke-8) Zona o i O i i , 7 8 8, , , , d d D d d,,,,,, Ofyar Z amin, Perencanaan, pemodelan, dan rekayasa transportasi: eori, contoh soal, dan aplikasi

16 ingkat pertumbuhan yang digunakan lebih sederhana dibandingkan dengan metode Fratar Waktu komputasi menjadi lebih singkat, karena jumlah pengulangan yang lebih sedikit Metode Furness Furness (96) mengembangkan metode yang pada saat sekarang sangat sering digunakan dalam perencanaan transportasi Metodenya sangat sederhana dan mudah digunakan Pada metode ini, sebaran pergerakan pada masa mendatang didapatkan dengan mengalikan sebaran pergerakan pada saat ini dengan tingkat pertumbuhan zona asal atau zona tujuan yang dilakukan secara bergantian Secara matematis, metode Furness dapat dinyatakan sebagai berikut () id Pada metode ini, pergerakan awal (masa sekarang) pertama kali dikalikan dengan tingkat pertumbuhan zona asal Hasilnya kemudian dikalikan dengan tingkat pertumbuhan zona tujuan dan zona asal secara bergantian (modifikasi harus dilakukan setelah setiap perkalian) sampai total sel MA untuk setiap arah (baris atau kolom) sama dengan total sel MA yang diinginkan Dengan menggunakan data awal MA yang sama seperti abel, maka dengan metode Furness dihasilkan MA pada pengulangan ke- yang didapat dengan mengalikan sel MA pada saat ini dengan tingkat pertumbuhan zona asal ( i ) seperti terlihat pada abel Perhitungan nilai id untuk pengulangan ke-: x, x, 8 x, x, x, 87 9, 8 id i Analisis sebaran pergerakan (metode analogi)

17 abel MA pada masa mendatang dengan metode Furness (hasil pengulangan ke-) Zona o i O i i, 8,,, 6,,,,,,, 8,,,, 7,,, 7, 87, 87,,, 8,, 6,,, 8,7 9, 6,88 9, 9,8 7, 7, d d 88,7 9, 6,88 6, 7,8 D d d,96,6,9,7869,6, Selanjutnya, pada pengulangan ke-, sel MA yang dihasilkan pada pengulangan ke- dikalikan dengan tingkat pertumbuhan zona tujuan ( d ) untuk menghasilkan MA pengulangan ke-, seperti terlihat pada abel 6 Perhitungan nilai id untuk pengulangan ke-: x, 96, 8 8 x, 6, x, 9 9, x, 96, 8 9, 8 x, 6 6, 97 abel 6 MA pada masa mendatang menggunakan metode Furness (hasil pengulangan ke-) Zona o i O i i,8, 9, 9, 66,98,,9,8,9 9, 9, 8,9 8,,979 76,,8 9,6 77, 9,7 89, 87,68,9,,8 9, 66,9 78,9,979 6,, 7, 7,7 6,97 7, 7, d d, 7, 6, 8,, D d d,,,,,, Ofyar Z amin, Perencanaan, pemodelan, dan rekayasa transportasi: eori, contoh soal, dan aplikasi

18 Hal tersebut dilakukan terus menerus secara bergantian sehingga total sel MA yang dihasilkan (baris ataupun kolom) sesuai dengan total sel MA yang diinginkan abel 7 adalah MA yang dihasilkan metode Furness (setelah pembulatan) setelah pengulangan ke-8 abel 7 MA pada masa mendatang menggunakan metode Furness (hasil pengulangan ke-8) Zona o i O i i , 7 8 8, , , , d d D d d,,,,,, vans (97,97) menunjukkan bahwa metode Furness selalu mempunyai satu solusi akhir dan terbukti lebih efisien dibandingkan dengan metode analogi lainnya Solusi akhir pasti selalu sama, tidak tergantung dari mana pengulangan dimulai (baris atau kolom) Hal yang sama terjadi, jika pergerakan awal (masa sekarang) pertama kali dikalikan dengan tingkat pertumbuhan zona tujuan Hasilnya kemudian dikalikan dengan tingkat pertumbuhan zona asal dan zona tujuan secara bergantian (modifikasi harus dilakukan setelah setiap perkalian) sampai total sel MA untuk setiap arah (baris atau kolom) kira-kira sama dengan total sel MA yang diinginkan () id Dengan menggunakan data awal MA yang sama seperti abel, maka dengan metode Furness dihasilkan MA pada pengulangan ke- yang didapat dengan mengalikan sel MA pada saat ini dengan tingkat pertumbuhan zona tujuan ( d ) seperti terlihat pada abel 8 Perhitungan nilai id untuk pengulangan ke-: x, x, x, x, x, 7 8, 7 id d Analisis sebaran pergerakan (metode analogi)

19 abel 8 MA pada masa mendatang menggunakan metode Furness (hasil pengulangan ke-) Zona o i O i i,,, 9, 9,,,96, 9,, 7, 9, 9,, 6, 9,,, 6, 68, 87,8 8,,, 6, 7, 9,,86,, 8,, 8,7 78,7 7,66 d d, 7, 6, 8,, D d d,,,,,, Selanjutnya, pada pengulangan ke-, sel MA yang dihasilkan pada pengulangan ke- dikalikan dengan tingkat pertumbuhan zona asal ( i ) untuk menghasilkan MA pengulangan ke-, seperti terlihat pada abel 9 Perhitungan nilai id untuk pengulangan ke-: x, 96 9, x, 96, 8 x, 96 96, x,, 7 x, 66 7, 7 abel 9 MA pada masa mendatang menggunakan metode Furness (hasil pengulangan ke-) Zona o i O i i 9,,8 96, 86, 8,69,,,7,8,8 7,8 9,8,, 77,6,6,8 7,9 7,7 87, 87,,9, 7, 8,7 678,7,, 6,6,,69 7, 7, 7, 7, d d 9, 76,6,8 8,9 88,97 D d d,7,,9,67,89, Ofyar Z amin, Perencanaan, pemodelan, dan rekayasa transportasi: eori, contoh soal, dan aplikasi

20 Hal tersebut dilakukan terus menerus secara bergantian sehingga total sel MA yang dihasilkan (baris ataupun kolom) sesuai dengan total sel MA yang diinginkan abel adalah MA yang dihasilkan metode Furness (setelah pembulatan) setelah pengulangan ke-9 abel MA pada masa mendatang dengan metode Furness (hasil pengulangan ke-9) Zona o i O i i , 7 8 8, , , , d d D d d,,,,,, erlihat dengan jelas bahwa abel 7 persis sama dengan abel Hal ini membuktikan bahwa solusi akhir metode Furness pasti selalu sama, tidak tergantung dari mana pengulangan dimulai (baris atau kolom) Beberapa peneliti berusaha mempercepat proses pengulangan metode Furness [lihat Robillard dan Stewart (97); Mekky (98); Maher (98b)] Penurunan teori metode Furness dapat dihasilkan dengan meminimumkan statistik informasi yang diharapkan (Morphet, 97) atau memaksimumkan ukuran entropi (vans, 97,97) Dibuktikan bahwa metode Furness menghasilkan sebaran pergerakan yang memaksimumkan entropi dan meminimumkan informasi yang diharapkan, tergantung pada batasan asal tujuan Lamond dan Stewart (98) memperlihatkan bahwa proses keseimbangan metode Furness sebenarnya merupakan kasus khusus yang dapat dihasilkan oleh metode keseimbangan Bregman Penjelasan rinci mengenai hal tersebut dapat dilihat pada Bregman (967) Keuntungan dan kerugian Beberapa keuntungan metode analogi adalah: mudah dimengerti dan digunakan, hanya membutuhkan data pergerakan antarzona (MA) pada masa sekarang dan perkiraan tingkat pertumbuhan zona pada masa mendatang yang sederhana; proses pengulangannya sederhana; data aksesibilitas (waktu, jarak, dan biaya) antarzona tidak diperlukan; Analisis sebaran pergerakan (metode analogi)

21 penggunaannya fleksibel, misalnya untuk moda transportasi lain, untuk tujuan perjalanan yang berbeda, untuk selang waktu yang berbeda, dan juga dapat digunakan untuk arah pergerakan yang berbeda; sudah sering diabsahkan dan menghasilkan tingkat ketepatan yang cukup tinggi jika digunakan pada daerah yang pola pengembangan wilayahnya stabil Akan tetapi, selain keuntungan, terdapat juga beberapa permasalahan yang sering timbul dalam pemakaiannya Di antaranya yang berikut ini Metode ini membutuhkan masukan data lengkap dari seluruh pergerakan antarzona pada saat sekarang (t id ), informasi ini tentu sangat mahal Dibutuhkan jumlah zona yang selalu tetap Dengan kata lain, tidak boleh ditambah zona baru sehingga agak susah digunakan, karena biasanya pada masa mendatang selalu ada pertambahan zona baru Oleh karena itu, untuk mengantisipasi perubahan jumlah zona tersebut, diperlukan manipulasi dengan menganggap pada masa sekarang jumlah zona yang digunakan adalah jumlah zona pada masa mendatang dengan pergerakan yang cukup kecil Realitanya, pergerakan tersebut memang belum ada pada masa sekarang Kelemahan yang paling utama adalah jika ditemukan bahwa antara (dua) buah zona pada saat sekarang belum terjadi pergerakan (t id ) atau mungkin karena ada galat survei atau hal lainnya Dalam hal ini, tidak akan pernah didapatkan ramalan pergerakan tersebut pada masa mendatang Untuk itu, sekali lagi, diperlukan manipulasi data dengan menganggap telah terjadi pergerakan dengan volume yang sangat kecil, misalnya (t id ) untuk menghindari adanya batasan kelemahan matematis tersebut Pergerakan intrazona (id) tidak diperhitungkan pada metode ini sehingga meningkatkan galat dan membutuhkan jumlah pengulangan yang semakin banyak yang selanjutnya memungkinkan terciptanya galat yang semakin besar Kelemahan lain, jika pada masa sekarang terdapat sel matriks yang tidak didapatkan informasi pergerakannya (datanya tidak ada), maka sel matriks tersebut tidak akan pernah bisa didapatkan pergerakan masa mendatangnya Oleh karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk melengkapi sel matriks yang kosong dengan menambahkannya dari matriks parsial Metode ini sangat tergantung pada tingkat akurasi informasi pergerakan antarzona pada masa sekarang Setiap galat yang ada pada masa sekarang akan terus membesar setiap kali dilakukan proses pengulangan Selain itu, karena adanya kemungkinan galat statistik yang cukup tinggi, penggunaan tingkat pertumbuhan untuk pergerakan yang rendah pada masa sekarang akan menghasilkan perkiraan yang tidak realistis pada masa mendatang ingkat pertumbuhan setiap zona didapat dengan proses 6 Ofyar Z amin, Perencanaan, pemodelan, dan rekayasa transportasi: eori, contoh soal, dan aplikasi

22 pendekatan yang kasar sehingga metode analogi ini sangat tergantung pada ketepatannya Asumsi mengenai tidak ada perubahan pada aksesibilitas juga dikritik orang Dengan kata lain, sebaran pergerakan hanya tergantung pada pola perjalanan saat sekarang dan perkiraan tingkat pertumbuhannya Oleh karena itu, metode ini tidak bisa digunakan untuk daerah yang pada masa mendatang mengalami perubahan aksesibilitas yang nyata pada sistem jaringan transportasinya, misalnya pelebaran jalan, pembangunan jalan baru, dan pembangunan jalan bebas hambatan Jadi, model ini tidak cocok untuk peramalan waktu yang cukup panjang Untuk itu diperlukan metode yang juga memperhitungkan adanya perubahan aksesibilitas, selain perubahan tingkat pertumbuhan setiap zona (lihat Bab tentang metode sintetis) Untuk selang waktu yang pendek dan di daerah yang stabil pengembangan wilayahnya, metode ini dapat digunakan dengan baik Sebaliknya, metode ini tidak dapat digunakan pada daerah yang pesat pengembangan wilayahnya dan tajam peningkatan aksesibilitas sistem jaringan transportasinya Karena batasan di atas, metode analogi sangat jarang digunakan dalam kajian transportasi di masa sekarang 6 Kumpulan soal Diasumsikan saudara mempunyai informasi pergerakan pada masa sekarang dalam bentuk data MA [6x6] seperti terlihat pada abel berikut ini abel MA [6x6] pada masa sekarang dan tingkat pertumbuhan setiap zona Zona 6 o i O i I 7 7 8, 6 9 9, 7 7 6, , 8 6 9, , d d D d d,,,,,,8, di mana: o i dan d d bangkit dan tarikan pada masa sekarang O i dan D d bangkit dan tarikan pada masa mendatang i dan d ingkat pertumbuhan zona bangkitan dan zona tarikan Saudara diminta untuk mendapatkan pergerakan pada masa mendatang dengan menggunakan: Analisis sebaran pergerakan (metode analogi) 7

23 a Metode tanpa batasan (metode seragam) b Metode dengan-satu-batasan (metode dengan batasan-bangkitan) c Metode dengan-satu-batasan (metode dengan batasan-tarikan) d Metode dengan-dua-batasan (metode rata-rata) e Metode dengan dua-batasan (metoda Fratar) f Metode dengan-dua-batasan (metode Detroit) g Metode dengan dua-batasan (metode Furness, pengulangan ke- mengalikan dengan tingkat pertumbuhan zona asal, i ) h Metode dengan dua-batasan (metode Furness, pengulangan ke- mengalikan dengan tingkat pertumbuhan zona tujuan, d ) i Buktikan bahwa hasil jawaban soal (g) adalah persis sama dengan hasil jawaban soal (h)? Diasumsikan saudara mempunyai informasi pergerakan pada masa sekarang dalam bentuk data MA [x] seperti terlihat pada abel berikut ini abel MA [x] pada masa sekarang dan tingkat pertumbuhan setiap zona Zona o i O i I 7 6, 6 8, 7 7, , 8 6 8, d d D d d,,,,,69,7 di mana: o i dan d d bangkit dan tarikan pada masa sekarang O i dan D d bangkit dan tarikan pada masa mendatang i dan d ingkat pertumbuhan zona bangkitan dan zona tarikan Saudara diminta untuk mendapatkan pergerakan pada masa mendatang dengan menggunakan: a Metode dengan-dua-batasan (metode rata-rata) b Metode dengan dua-batasan (metoda Fratar) c Metode dengan-dua-batasan (metode Detroit) d Metode dengan dua-batasan (metode Furness, pengulangan ke- mengalikan dengan tingkat pertumbuhan zona asal, i ) i entukan metode mana yang mempunyai jumlah iterasi yang terkecil dalam mencapai konvergensi dan terangkan kenapa hal tersebut terjadi? 8 Ofyar Z amin, Perencanaan, pemodelan, dan rekayasa transportasi: eori, contoh soal, dan aplikasi

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MATRIK ASAL TUJUAN Matriks pergerakan atau Matriks Asal Tujuan (MAT) sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Umum Perjalanan merupakan suatu kegiatan rutin yang dilakukan manusia setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perjalanan ini menyebabkan perpindahan seseorang dari suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pemindahan atau pergerakan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk menjamin lancarnya

Lebih terperinci

Nindyo Cahyo Kresnanto FT Universitas Janabadra YK

Nindyo Cahyo Kresnanto FT Universitas Janabadra YK 1 Nindyo Cahyo Kresnanto FT Universitas Janabadra YK 2 Ruang Aktivitas Potensi Pergerakan Perangkat Transportasi Performance Indicator 3 SISTEM KEGIATAN SISTEM JARINGAN Mengatur tata ruang/tata guna lahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi adalah suatu pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat penunjang yang digerakan dengan tenaga manusia, hewan dan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. DASAR TEORI Dalam sistem transportasi tujuan dari perencanaan adalah penyediaan fasilitas untuk pergerakan penumpang/barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Pemodelan. Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Pemodelan. Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk 4 II TINJAUAN PUSTAKA A Konsep Pemodelan Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita secara terukur Hal penting yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. A. Gambaran Prasarana dan Sarana Transportasi Provinsi Lampung

II. LANDASAN TEORI. A. Gambaran Prasarana dan Sarana Transportasi Provinsi Lampung II. LANDASAN TEORI A. Gambaran Prasarana dan Sarana Transportasi Provinsi Lampung Transportasi darat merupakan pendukung sistem pergerakan internal paling utama terutama pada pergerakan regional lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Terdahulu Kajian Pengembangan Jaringan Jalan di Pulau Jawa berbasis zona dimana dibagi menjadi beberapa zona dengan basis terkecil kabupaten. Kajian bangkitan dan tarikan

Lebih terperinci

Kuliah Pertemuan Ke-6 MODEL SINTETIS DISTRIBUSI PERJALANAN. Sub Topik : Model Gravitasi (Kalibrasi Model) Model Sintetik Lainnya

Kuliah Pertemuan Ke-6 MODEL SINTETIS DISTRIBUSI PERJALANAN. Sub Topik : Model Gravitasi (Kalibrasi Model) Model Sintetik Lainnya Kuliah Pertemuan Ke-6 MODEL SINTETIS DISTRIBUSI PERJALANAN Sub Topik : Model Gravitasi (Kalibrasi Model) Model Sintetik Lainnya Outline Kuliah : Kalibrasi Model Gravitasi Contoh Aplikasi Kalibrasi Model

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTSI

PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTSI Materi Kuliah PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTSI --- PEMILIHAN RUTE PERJALANAN --- PENDAHULUAN Setiap pelaku perjalanan mencoba mencari rute terbaik yang meminimumkan biaya perjalanannya. Dari beberapa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Secara umum metodologi penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam diagram alir berikut ini : Start Data sosial, ekonomi dan jarak Pemodelan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Aksesibilitas dan Mobilitas Sistem tata guna lahan yang ditentukan polanya oleh kebijakan pemerintah suatu wilayah dan bagaimana system transportasinya melayani, akan memberikan

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS REGRESI

BAB IX ANALISIS REGRESI BAB IX ANALISIS REGRESI 1. Model Analisis Regresi-Linear Analisis regresi-linear adalah metode statistic yang dapat digunakan untuk mempelajari hubungan antarsifat permasalahan yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

KALIBRASI MODEL SEBARAN PERGERAKAN (GRAVITY MODEL) MENGGUNAKAN ADD-IN MICROSOFT EXCEL (SOLVER) Rudy Setiawan 1

KALIBRASI MODEL SEBARAN PERGERAKAN (GRAVITY MODEL) MENGGUNAKAN ADD-IN MICROSOFT EXCEL (SOLVER) Rudy Setiawan 1 KALIBRASI MODEL SEBARAN PERGERAKAN (GRAVITY MODEL) MENGGUNAKAN ADD-IN MICROSOFT EXCEL (SOLVER) Rudy Setiawan 1 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya,

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SEBAGAI SUATU SISTEM

TRANSPORTASI SEBAGAI SUATU SISTEM MATA KULIAH DASAR-DASAR SEBAGAI SUATU SISTEM SISTEM ADALAH GABUNGAN BEBERAPA KOMPONEN (OBJEK) YANG SALING BERKAITAN DALAM SATU TATANAN STRUKTUR PERUBAHAN SATU KOMPONEN DAPAT MENYEBABKAN PERUBAHAN KOMPONEN

Lebih terperinci

PEMILIHAN RUTE PERJALANAN

PEMILIHAN RUTE PERJALANAN Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Pertemuan Ke 9 dan 10 PEMILIHAN RUTE PERJALANAN Mata Kuliah: Pengantar Perencanaan Transportasi Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN TRANSPORTASI

PERENCANAAN TRANSPORTASI SISTEM TRANPORTASI PERENCANAAN TRANSPORTASI by M. Akbar Kurdin, ST., M.Eng.Sc PENDAHULUAN 2 Perenc. Transportasi adalah suatu kegiatan perencanaan sistem transportasi yg sistematis Bertujuan menyediakan

Lebih terperinci

PERKIRAAN DISTRIBUSI PERGERAKAN PENUMPANG DI PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN ASAL TUJUAN TRANSPORTASI NASIONAL

PERKIRAAN DISTRIBUSI PERGERAKAN PENUMPANG DI PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN ASAL TUJUAN TRANSPORTASI NASIONAL Rekaracana Teknik Sipil Itenas Vol. 1 No. 1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juni 2014 PERKIRAAN DISTRIBUSI PERGERAKAN PENUMPANG DI PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN ASAL TUJUAN TRANSPORTASI NASIONAL

Lebih terperinci

Penentuan Koefisien Hambatan β Asal Tujuan Transportasi di Provinsi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta

Penentuan Koefisien Hambatan β Asal Tujuan Transportasi di Provinsi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta Rekaracana Jurnal Online Institute Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas.x Vol xx Agustus 2014 Penentuan Koefisien Hambatan β Asal Tujuan Transportasi di Provinsi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta

Lebih terperinci

ESTIMASI MATRIK ASAL TUJUAN DARI DATA LALU LINTAS DENGAN METODE ESTIMASI INFERENSI BAYESIAN MENGGUNAKAN PIRANTI LUNAK EMME/3

ESTIMASI MATRIK ASAL TUJUAN DARI DATA LALU LINTAS DENGAN METODE ESTIMASI INFERENSI BAYESIAN MENGGUNAKAN PIRANTI LUNAK EMME/3 ESTIMASI MATRIK ASAL TUJUAN DARI DATA LALU LINTAS DENGAN METODE ESTIMASI INFERENSI BAYESIAN MENGGUNAKAN PIRANTI LUNAK EMME/3 (Studi Kasus Kota Surakarta) Wulan Septiyani Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perkembangan Pemukiman dan Bangkitan Perjalanan Pada awalnya manusia hidup secara nomad, berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain untuk bertahan hidup dan mencari makanan.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN)

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN) ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN) Diah Anggraeni Damiyanti Masalle M. J. Paransa, Theo K. Sendow Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 12 BAB III LANDASAN TEORI A. Konsep Perencanaan Transportasi Ada beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang hingga saat ini dan yang paling populer adalah Model perencanaan transportrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Aktivitas kota menjadi daya tarik bagi masyarakat sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam intensitas aktifitas sosial ekonomi seiring dengan kemajuan ekonomi yang telah terjadi. Jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

Analisis Pembentukan MAT Pada Jaringan Sederhana Menggunakan Program Lazarus. Esty Handayani 1) Rahayu Sulistiyorini 2) Ahmad Zakaria 3)

Analisis Pembentukan MAT Pada Jaringan Sederhana Menggunakan Program Lazarus. Esty Handayani 1) Rahayu Sulistiyorini 2) Ahmad Zakaria 3) JRSDD, Edisi Juni 2015, Vol. 1, No. 1, Hal:185 192 (ISSN:2303-0011) Analisis Pembentukan MAT Pada Jaringan Sederhana Menggunakan Program Lazarus Esty Handayani 1) Rahayu Sulistiyorini 2) Ahmad Zakaria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Bangkitan Pergerakan Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Konsep 3.1.1. Konsep partisipasi Kegiatan Perencanaan Angkutan Pemadu Moda New Yogyakarta International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA 1 ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA Rizki Amalia Kusuma Wardhani Jurusan Teknik Sipil, FTSP-ITS email: rizzzkiamalia89@gmail.com ABSTRAK Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB III GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE. Model GSTAR adalah salah satu model yang banyak digunakan untuk

BAB III GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE. Model GSTAR adalah salah satu model yang banyak digunakan untuk BAB III GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE 3.1 Indeks Gini Model GSTAR adalah salah satu model yang banyak digunakan untuk memodelkan dan meramalkan data deret waktu dan lokasi. Model ini merupakan

Lebih terperinci

Manajemen Sains. Model Penugasan (Assignment Modelling) Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011

Manajemen Sains. Model Penugasan (Assignment Modelling) Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011 Manajemen Sains Model Penugasan (Assignment Modelling) Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011 Model Penugasan Biasanya diterapkan pada suatu jaringan guna mendapatkan nilai optimal

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI SEBARAN PERJALANAN PENUMPANG KAPAL LAUT MELALUI PELABUHAN LAUT PENGUMPAN DI KEPULAUAN HALMAHERA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY

ANALISIS PREDIKSI SEBARAN PERJALANAN PENUMPANG KAPAL LAUT MELALUI PELABUHAN LAUT PENGUMPAN DI KEPULAUAN HALMAHERA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY ANALISIS PREDIKSI SEBARAN PERJALANAN PENUMPANG KAPAL LAUT MELALUI PELABUHAN LAUT PENGUMPAN DI KEPULAUAN HALMAHERA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY Diane Sumendap Alumni Program Pascasarjana S2 Teknik Sipil

Lebih terperinci

Manajemen Sains. Eko Prasetyo. Teknik Informatika UMG Modul 6 MODEL PENUGASAN

Manajemen Sains. Eko Prasetyo. Teknik Informatika UMG Modul 6 MODEL PENUGASAN Modul 6 MODEL PENUGASAN Model penugasan merupakan model yang biasanya diterapkan pada suatu jaringan guna mendapatkan nilai optimal dari jaringan tersebut. Pemodelan ini merupakan pemodelan khusus dari

Lebih terperinci

BIDANG STUDI TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

BIDANG STUDI TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 STUDY MODEL SEBARAN PERGERAKAN (TRIP DISTRIBUTION) MENGGUNAKAN METODE GRAVITY TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Perjalanan merupakan suatu kegiatan rutin yang selalu dilakukan setiap

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Perjalanan merupakan suatu kegiatan rutin yang selalu dilakukan setiap BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perjalanan merupakan suatu kegiatan rutin yang selalu dilakukan setiap orang setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Suatu perjalanan tersebut tidak lepas dari

Lebih terperinci

ANALISA MODEL SEBARAN PERJALANAN INTERNAL MASYARAKAT KOTA BATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAVITASI

ANALISA MODEL SEBARAN PERJALANAN INTERNAL MASYARAKAT KOTA BATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAVITASI ANALISA MODEL SEBARAN PERJALANAN INTERNAL MASYARAKAT KOTA BATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAVITASI Andi Syaiful Amal 1 ABSTRACT Journey distribution is process count the journey that happened between one

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. KONSEP PENGEMBANGAN TRANSPORTASI KOTA 2.1.1 Kebijakan Transportasi Sesuai dengan tujuan Sistranas yaitu terwujudnya transportasi yang andal dan berkemampuan tinggi dalam menunjang

Lebih terperinci

Arahan Transport Demand Management dalam Pergerakan Transportasi Regional Kabupaten Gresik

Arahan Transport Demand Management dalam Pergerakan Transportasi Regional Kabupaten Gresik Asih Zhafarina G 3606 100 035 Dosen Pembimbing Siti Nurlaela, ST, M.Com Arahan Transport Demand Management dalam Pergerakan Transportasi Regional Kabupaten Gresik LATAR BELAKANG Kabupaten Gresik sebagai

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK TARIKAN LALU LINTAS AKIBAT ADANYA MALL GRAND CITY SURABAYA DARI ZONA SURABAYA SELATAN DENGAN METODE DETROIT TUGAS AKHIR

ANALISA KARAKTERISTIK TARIKAN LALU LINTAS AKIBAT ADANYA MALL GRAND CITY SURABAYA DARI ZONA SURABAYA SELATAN DENGAN METODE DETROIT TUGAS AKHIR ANALISA KARAKTERISTIK TARIKAN LALU LINTAS AKIBAT ADANYA MALL GRAND CITY SURABAYA DARI ZONA SURABAYA SELATAN DENGAN METODE DETROIT TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TRANSPORTRASI SEBAGAI SUATU SISTEM Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem transportasi secara menyeluruh (makro) merupakan interakasi yang saling mempengaruhi dan saling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian ini intinya adalah menguraikan bagaimana cara penelitian dilakukan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan judul tesis dan memenuhi tujuan penelitian.

Lebih terperinci

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA Ahmad Yani Abas Alumni Pascasarjana S2 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perencanaan Kota Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Ciri pokok dari sebuah

Lebih terperinci

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH Oleh : 1 Dr. Tonny Judiantono, 2 Rica Rachmawati 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan yang terjadi antara dua tempat yaitu tempat di mana

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan yang terjadi antara dua tempat yaitu tempat di mana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergerakan yang terjadi antara dua tempat yaitu tempat di mana barang/jasa dibutuhkan ke tempat di mana barang/jasa tersedia merupakan jawaban dalam permasalah proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Transportasi Setiap Tata Guna Lahan akan terdapat suatu kegiatan yang akan menimbulkan bangkitan pergerakan dan tarikan pergerakan. Kegiatan itu dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model. Bangkitan dan tarikan pergerakan

BAB II STUDI PUSTAKA. masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model. Bangkitan dan tarikan pergerakan BAB II STUDI PUSTAKA.1 Konsep Perencanaan Transportasi Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang sampai saat ini yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan

I. PENDAHULUAN. Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Pertumbuhan penduduk meningkatkan

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK SKENARIO PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN KOTA BANDUNG

KAJIAN DAMPAK SKENARIO PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN KOTA BANDUNG KAJIAN DAMPAK SKENARIO PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Teknik S1 Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan kebutuhan turunan dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas

Lebih terperinci

III. KONSEP PEMODELAN

III. KONSEP PEMODELAN III. KONSEP PEMODELAN 3.1 Pemodelan sistem Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita (dunia sebenarnya) secara terukur. Jenis model terdiri

Lebih terperinci

Metode Numerik Newton

Metode Numerik Newton 1. March 1, 2016 1. 1. 1. Berbeda dengan Metode numerik Golden Rasio dan Fibonacci yang tidak memerlukan f (x), metode numerik Newton memerlukan turunan dari fungsi f (x) tersebut. 1. Berbeda dengan Metode

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BEBERAPA ALTERNATIF MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA

PERBANDINGAN BEBERAPA ALTERNATIF MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA PERBANDINGAN BEBERAPA ALTERNATIF MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA Yovita Vanesa Romuty 1, Rudy Setiawan 2, Harry Patmadjaja 3 ABSTRAK : Perjalanan ke sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI MAKRO Sistem adalah gabungan beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan. Dalam sebuah organisasi sistem, perubahan satu komponen saja akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Transportasi Transportasi adalah penerapan dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengangkut atau memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lainnya

Lebih terperinci

ESTIMASI MATRIK INFORMASI LALU LINTAS MODEL GRAVITY ASAL TUJUAN ANGKUTAN PRIBADI-UMUM

ESTIMASI MATRIK INFORMASI LALU LINTAS MODEL GRAVITY ASAL TUJUAN ANGKUTAN PRIBADI-UMUM Volume 12, No. 1, Oktober 2012, 28-34 ESTIMASI MATRIK INFORMASI LALU LINTAS MODEL GRAVITY ASAL TUJUAN ANGKUTAN PRIBADI-UMUM Chairur Roziqin Teknik Sipil Universitas Lampung Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Banyak negara berkembang menghadapi permasalahan transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Linier Para ahli mendefinisikan program linier sebagai sebuah teknik analisa yang digunakan untuk memecahkan segala persoalan atau masalah-masalah keputusan yang ada

Lebih terperinci

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO James A. Timboeleng Staf Pengajar Jurusan Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU Ismadarni* * Abstract The trip generation is a submodel of four steps transportation planning model, used for calculating the mount of trip

Lebih terperinci

mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah" atau susah nya lokas tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi

mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susah nya lokas tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi PENGUKURAN INDEKS AKSESIBILITAS DI KOTA DEPOK DENGAN GRAVITY MODEL 1 Hasan Basri M, ST., MT. Email: hasan.stin@gmail.com 1 ABSTRAK Aksesibilitas merupakan suatu konsep yang menggabungkan sistem tata guna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan optimasi kombinatorial yang terkenal dan sering dibahas adalah traveling salesman problem. Sejak diperkenalkan oleh William Rowan Hamilton

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 UMUM Keperluan data pada studi kali ini meliputi data model transportasi yang berupa data jaringan jalan, data model sistem zona, dan data matriks asal-tujuan,

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Mata Kuliah Kode/Bobot Deskripsi Singkat : Rekayasa Transportasi Lanjutan : TSP-413/3 SKS : Mata kuliah ini membahas analisis kapasitas simpang sebidang tak bersinyal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Permasalahan yang terjadi di semua negara berkembang, termasuk di Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan urbanisasi yang tinggi akibat laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN

BAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN BAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN 3.1 Analisis Berdasarkan cara menghitung besaran-besaran yang telah disebutkan pada Bab II, diperoleh perumusan untuk besaran-besaran tersebut sebagai

Lebih terperinci

5 BAB V PERKIRAAN KONDISI MENDATANG

5 BAB V PERKIRAAN KONDISI MENDATANG 5 BAB V PERKIRAAN KONDISI MENDATANG 5.1 Kebijakan Kewilayahan Rencana Struktur ruang wilayah Kabupaten Nagekeo meliputi, rencana sistem perkotaan wilayah dan rencana sistem jaringan prasarana skala kabupaten.

Lebih terperinci

JUDUL MAKALAH SEMINAR STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK

JUDUL MAKALAH SEMINAR STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK JUDUL MAKALAH SEMINAR STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK 1. PENDAHULUAN Sarana Transportasi sangat penting untuk membuka keterisolasian di daerah-daerah terpencil

Lebih terperinci

MODEL STOKASTIK UNTUK PEMBEBANAN LALULINTAS BANYAK-RUTE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERBEDAAN PERSEPSI BIAYA PERJALANAN

MODEL STOKASTIK UNTUK PEMBEBANAN LALULINTAS BANYAK-RUTE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERBEDAAN PERSEPSI BIAYA PERJALANAN MODEL STOKASTIK UNTUK PEMBEBANAN LALULINTAS BANYAK-RUTE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERBEDAAN PERSEPSI BIAYA PERJALANAN R. Didin Kusdian Lulusan S- Transportasi SAPPK-ITB Dosen STT-YPKP Jln. Surapati 89 Bandung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Studi ini menyajikan analisis mengenai kualitas udara di Kota Tangerang pada beberapa periode analisis dengan pengembangan skenario sistem jaringan jalan dan variasi penerapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perancangan program aplikasi yang akan dibuat menggabungkan algoritma Brute Force dan algoritma Greedy yang digunakan secara bergantian pada tahap-tahap tertentu. Karena itu, pada

Lebih terperinci

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT MAKALAH MODEL-MODEL LEBIH RUMIT DISUSUN OLEH : SRI SISKA WIRDANIYATI 65 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 04 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Bangkitan Pergerakan Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem transportasi dapat diartikan sebagai bentuk keterkaitan dan keterikatan

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem transportasi dapat diartikan sebagai bentuk keterkaitan dan keterikatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Perencanaan Tranportasi Sistem transportasi dapat diartikan sebagai bentuk keterkaitan dan keterikatan yang integral antara berbagai variabel dalam suatu kegiatan pemindahan

Lebih terperinci

Transkrip Video Modul 2.4. Kursus Membaca Cepat Online

Transkrip Video Modul 2.4. Kursus Membaca Cepat Online Transkrip Video Modul 2.4. Kursus Membaca Cepat Online http://www.membacacepat.com Modul 2 Bagian 4 Menguasai Membaca Beberapa Kata Sekaligus Terimakasih Anda menyaksikan kembali Kursus Membaca Cepat Online,

Lebih terperinci

OUTLINES PERKULIAHAN

OUTLINES PERKULIAHAN OUTLINES PERKULIAHAN PERENCANAAN TRANSPORTASI (CEC 716) Edisi Ke-1 Revisi (Computer Based Learning) Disusun oleh : Sri Atmaja P. Rosyidi. Untuk Kalangan Terbatas Bahan ini disusun untuk Perkuliahan Perencanaan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBUKAAN JALAN RUAS WAMENA- KARUBAGA-MULIA TERHADAP LALU LINTAS DAN PERKERASAN DI JALAN ARTERI DI KOTA WAMENA

PENGARUH PEMBUKAAN JALAN RUAS WAMENA- KARUBAGA-MULIA TERHADAP LALU LINTAS DAN PERKERASAN DI JALAN ARTERI DI KOTA WAMENA PENGARUH PEMBUKAAN JALAN RUAS WAMENA- KARUBAGA-MULIA TERHADAP LALU LINTAS DAN PERKERASAN DI JALAN ARTERI DI KOTA WAMENA 1 Manahara Nababan dan 2 A Agung Gde Kartika, ST, MSc 1 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTASI, oleh Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bangkitan Lalulintas Penelaaan bangkitan perjalanan merupakan hal penting dalam proses perencanaan transportasi, karena dengan mengetahui bangkitan perjalanan, maka

Lebih terperinci

Besar Bobot Kejadian. Kapasitas jalan (smp/jam) Kendaraan (smp/jam)

Besar Bobot Kejadian. Kapasitas jalan (smp/jam) Kendaraan (smp/jam) Hambatan Samping Bobot Faktor Jumlah (per jam) Besar Bobot Pejalan Kaki 0,5 189 94,5 Parkir, kendaraan 1,0 271 271 berhenti Keluar-masuk 0,7 374 261,8 kendaraan Kendaraan lambat 0,4 206 82,4 Total 709,7

Lebih terperinci

V. DISTRIBUSI PERJALANAN

V. DISTRIBUSI PERJALANAN V. DISTRIBUSI PERJALANAN 5.. PENDAHULUAN Trp strbuton aalah suatu tahapan yang menstrbuskan berapa jumlah pergerakan yang menuju an berasal ar suatu zona. Paa tahapan n yang perhtungkan aalah :. Sstem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pendahuluan Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tepaksa melakukan pergerakan (mobilisasi) dari suatu tempat ke tempat yang lainnya, seperti dari tempat pemukiman (perumahan)

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI Implementasi

BAB 4 IMPLEMENTASI Implementasi BAB 4 IMPLEMENTASI Bab ini menuturkan penjelasan mengenai implementasi dari sistem pengujian yang dibangun berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Bab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat. 1. Bangkitan dan tarikan perjalanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat. 1. Bangkitan dan tarikan perjalanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Perencanaan Transportasi Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Penelitian Terdahulu Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah satu tata-guna lahan, mempunyai intensitas yang cukup tinggi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelum sampai pada pendefenisian masalah lintasan terpendek, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan mengenai konsep-konsep dasar dari model graph dan

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Matakuliah : PERENCANAAN TRANSPORTASI Kode : TST 7708 Semester : VII Penyusun : Sri Atmaja P. Rosyidi, ST., M.Sc.Eng., Ph.D., P.Eng. PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO

ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO Disusun oleh: Aries Novianto 1), Ronny D Nasihien 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

PEMODELAN TRIP DISTRIBUTION DAN TRIP ASSIGNMENT PADA JALAN TOL GEMPOL PASURUAN

PEMODELAN TRIP DISTRIBUTION DAN TRIP ASSIGNMENT PADA JALAN TOL GEMPOL PASURUAN TUGAS AKHIR RC14-1501 PEMODELAN TRIP DISTRIBUTION DAN TRIP ASSIGNMENT PADA JALAN TOL GEMPOL PASURUAN TAUFIK BIMO SATRIYO PAMBUDI NRP. 3110 100 062 Dosen Pembimbing Ir. Wahju Herijanto, MT. JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang relatif sangat pesat, peningkatan daya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL J. Dwijoko Ansusanto

Lebih terperinci

2.1 PENGERTIAN TRANSPORTASI, PERENCANAAN TRANSPORTASI DAN PEMODELAN TRANSPORTASI

2.1 PENGERTIAN TRANSPORTASI, PERENCANAAN TRANSPORTASI DAN PEMODELAN TRANSPORTASI BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN TRANSPORTASI, PERENCANAAN TRANSPORTASI DAN PEMODELAN TRANSPORTASI 2.1.1 PENGERTIAN TRANSPORTASI Transportasi adalah penerapan dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA DAN KABUPATEN BERCIRIKAN KEPULAUAN STUDI KASUS DI PROVINSI MALUKU UTARA

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA DAN KABUPATEN BERCIRIKAN KEPULAUAN STUDI KASUS DI PROVINSI MALUKU UTARA Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA DAN KABUPATEN BERCIRIKAN KEPULAUAN STUDI KASUS DI PROVINSI MALUKU UTARA R. Didin Kusdian 1 dan Triwidodo

Lebih terperinci

Area Pasar. Gambar 1. Alokasi Masalah/Metode Penugasan

Area Pasar. Gambar 1. Alokasi Masalah/Metode Penugasan #8 METODE PENUGASAN Motode penugasan adalah suatu model yang berhubungan dengan jaringan. Metode ini merupakan model khusus dari suatu program linear yang serupa dengan metode transportasi. Perbedaan metode

Lebih terperinci

Teori permainan mula-mula dikembangkan oleh ilmuan Prancis bernama Emile Borel, secara umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang

Teori permainan mula-mula dikembangkan oleh ilmuan Prancis bernama Emile Borel, secara umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Strategi Pemasaran Strategi pemasaran adalah pola pikir pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Strategi pemasaran berisi strategi spesifik untuk pasar

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS. Saparua. Kep. Tenggara. Gambar 4.1 Wilayah studi

BAB IV STUDI KASUS. Saparua. Kep. Tenggara. Gambar 4.1 Wilayah studi BAB IV STUDI KASUS 4.1 DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN Wilayah kajian merupakan wilayah kepulauan yang berlokasi di propinsi Maluku. Pusat kegiatan akan diwakili oleh masing-masing pelabuhan di wilayah tersebut

Lebih terperinci