KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Pemberian Insentif untuk Meningkatkan Kualitas PelayananPublik: Bentuk-Bentuk Insentif Fiskal dan Nonfiskal dalam Mendorong Peningkatan Kinerja Pelayanan Publik di Daerah Disampaikan oleh: DR. Boediarso Teguh Widodo, ME Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kegiatan Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi Jakarta, 23 November 2016

2 POKOK BAHASAN 1 Desentralisasi sebagai Instrumen untuk Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang Lebih Baik 2 Transfer Ke Daerah dan Dana Desa sebagai Instrumen Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal untuk Peningkatan Pelayanan Publik 3 Keterkaitan Sistem Insentif dengan Pengelolaan Keuangan dan Kualitas Pelayanan Publik 4 Jenis-Jenis Insentif (Fiskal dan Nonfiskal) 5 Kebijakan Dana Insentif Daerah 2

3 Desentralisasi ditujukan untuk menyediakan pelayanan publik yang lebih baik, dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat TUJUAN Kesejahteraan masyarakat Pelayanan Publik Yang Lebih Baik (Musgrave, 1983) Lebih Akuntabel Kerelaan Masyarakat membayar pelayanan yang diberikan Pembangun an dari bawah DESENTRALISASI Mendekatkan Pemerintahan kepada Rakyat Desentralisasi POLITIK Desentralisasi ADMINISTRASI Desentralisasi FISKAL Desentralisasi EKONOMI 3

4 Konsepsi Desentralisasi Fiskal dan Praktek Desentralisasi di Berbagai Negara Desentralisasi merupakan sebuah alat untuk mencapai salah satu tujuan bernegara, khususnya dalam rangka memberikan pelayanan umum yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis. Ruang Lingkup Desentralisasi Fiskal Kewenangan Perpajakan (local taxing power); Keleluasaan untuk Belanja (expenditure assignment); Perencanaan, Penetapan, dan Pelaksanaan Anggaran (budget discretion); dan Keleluasaan untuk mendanai investasi dengan melakukan peminjaman, kerjasama pendanaan dengan pihak lain, dan lain-lain. Desentralisasi di Indonesia lebih menekankan pada desentralisasi di sisi pengeluaran. Penerimaan daerah untuk mendanai kebutuhan belanjanya lebih banyak ditopang oleh transfer dari Pusat. 4

5 Transfer Ke Daerah dan Dana Desa sebagai Instrumen Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal untuk Peningkatan Pelayanan Publik Kewenangan Pungutan PEMERINTAH PUSAT Transfer dari APBN KEWENANGAN: Tugas/urusan SUMBER PENDANAAN a. Dana Transfer Umum b. Dana Transfer Khusus c. Dana Insentif Daerah d.dana Otsus dan DIY e. Dana Desa Kewenangan Pinjaman PEMERINTAH DAERAH 4

6 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Uraian APBNP 2016 APBN 2017 Selisih % (1) (2) (3) (4)=(3)-(2) (5)=(4)/(2 Transfer ke Daerah 729,27 704,92 (24,35) -3,3% I. Dana Perimbangan 705,46 677,08 (28,38) -4,0% A. Dana Transfer Umum 494,44 503,63 9,19 1,9% 1 Dana Bagi Hasil 109,08 92,79 (16,29) -14,9% a. Pajak 68,62 58,57 (10,04) -14,6% b. Sumber Daya Alam 40,46 34,22 (6,24) -15,4% 2 Dana Alokasi Umum 385,36 410,84 25,48 6,6% a. DAU Murni 385,36 401,13 15,77 4,1% b. Kurang Bayar DAU 9,71 9,71 - B. Dana Transfer Khusus 211,02 173,45 (37,58) -17,8% 1 Dana Alokasi Khusus Fisik 89,81 58,34 (31,47) -35,0% 2 Dana Alokasi Khusus Nonfisik 121,21 115,11 (6,11) -5,0% II. Dana Insentif Daerah 5,00 7,50 2,50 50,0% III. Dana Otonomi Khusus dan Dais DIY 18,81 20,35 1,53 8,2% A. Dana Otonomi Khusus 18,26 19,55 1,28 7,0% B. Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta 0,55 0,80 0,25 46,1% Dana Desa 46,98 60,00 13,02 27,7% J U M L A H 776,25 764,92 (11,33) -1,5% 5

7 Keterkaitan Pengelolaan Keuangan Daerah, Insentif, dan Pelayanan Publik APBD yang transparan dan akuntabel PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Penetapan APBD yang tepat waktu APBD yang tepat sasaran INSENTIF Mendorong daerah untuk berkinerja dengan baik PELAYANAN PUBLIK Peningkatan pemenuhan kebutuhan pelayanan bagi setiap warga negara dan penduduk 6

8 Jenis-Jenis Insentif INSENTIF Insentif fiskal adalah pemanfaatan pengeluaran dan pendapatan negara untuk mempengaruhi keadaan ekonomi Insentif nonfiskal adalah insentif yang berbentuk fasilitas baik fisik maupun non fisik. CONTOH: insentif bea masuk dan bea keluar insentif pajak dan retribusi, transfer ke daerah, dan subsidi CONTOH: pelayanan (e-procurement, e- planning, PTSP), pelatihan, keamanan, lokasi, dan infrastruktur. 7

9 Insentif Fiskal Dalam Perpajakan Daerah Tax Revenue The Laffer Curve Tarif pajak tinggi tidak selalu meningkatkan pendapatan, namundapat pula menurunkan pendapatan perpajakan Tax Rate (%) Pemberian insentif fiskal berupa pajak dan retribusi dapat mendorong peningkatan investasi di daerah meningkatkan pendapatan daerah meningkatkan pelayanan publik Contoh Insentif Pajak: 1. Tax holiday,; 2. Tarif rendah untuk UMKM; 3. Insentif/keringanan tarif pada awal kegiatan usaha; dst Contoh Insentif Retribusi: Pembebasan atau pengurangan tarif retribusi yang terkait dengan dunia usaha 8

10 Insentif Fiskal Dalam Transfer Ke Daerah LAMA EXISTING PERBAIKAN KE DEPAN (2018) DAK FISIK BERBASIS KINERJA Bersifat topdown, berdasarkan pada formula based; Kinerja penyerapan tahun sebelumnya tidak menjadi dasar dalam pengalokasian; Penyaluran DAK tidak ada persyaratan minimal realisasi penyerapan Target output tidak menjadi dasar dalam pengalokasian DAK DANA INSENTIF DAERAH (DID) Dialokasikan kepada Provinsi, Kabupaten, dan Kota berdasarkan kriteria kinerja utama, kinerja keuangan, kinerja pendidikan, serta kinerja ekonomi dan kesejahteraan Penggunaan terikat pada fungsi pendidikan DAK dialokasikan berbasis usulan kebutuhan daerah dan prioritas nasional (proposal based); Kinerja penyerapan dana tahun sebelumnya menjadi salah satu dasar dalam pengalokasian; Penyaluran DAK dilakukan berbasis kinerja penyerapan dana; Target output yang dicapai menjadi dasar dalam pengalokasian DAK. Dialokasikan kepada Provinsi, Kabupaten, dan Kota berdasarkan kriteria utama dan kriteria kinerja (kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah, penyediaan layanan dasar publik, dan perekonomian daerah dan kesejahteraan) Desain penilaian kinerja dihitung dan dituangkan dalam bentuk pemeringkatan kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah Penggunaan tidak terikat pada fungsi pendidikan Pengalokasian DAK berbasis target output per bidang, kebutuhan daerah, dan kinerja penyerapan dana dan capaian output/outcome daerah; Penyaluran berdasarkan kinerja penyerapan dana dan realisasi pencapaian output. Penyempurnaan kriteria pemberian Dana Insentif Daerah dengan memperhatikan indikator kinerja yang memperlihatkan kinerja yang sesungguhnya, serta dapat dengan mudah dikontrol dan dievaluasi. 9

11 Penyaluran Dak Fisik Berbasis Kinerja Tujuan perubahan penyaluran DAK Fisik: o Meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas pelaksanaan DAK; o Meningkatkan kinerja penyerapan DAK sehingga tidak terjadi penumpukan di akhir tahun; dan o Menghindari adanya dana idle yang berasal dari DAK yang tidak terserap. PERUBAHAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK FISIK Ke Depan Per triwulan Per triwulan Per triwulan I (30%) II (25%) III (25%) IV (25%) I (30%) II (25%) III (25%) IV (25%) SYARAT PENYALURAN I (25%) II (25%) III (25%) IV (25%) kinerja penyerapan dana per bidang - - kinerja penyerapan dana per-bidang realisasi pencapaian output Penyederhanaan laporan 10

12 Kebijakan Dana Insentif Daerah (DID) ARAH KEBIJAKAN 1. Memberikan reward kepada daerah berkinerja baik 2.Penggunaan alokasi DID ditujukan untuk mendukung kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah TUJUAN MENDORONG DAERAH UNTUK: 1.Mengelola keuangan dengan lebih baik 2.Menetapkan APBD tepat waktu 3.Berkinerja lebih baik KEBIJAKAN ALOKASI DIALOKASIKAN KEPADA PROVINSI KABUPATEN KOTA KRITERIA UTAMA BERDASARKAN KRITERIA KINERJA Opini Badan Pemeriksa Keuangan; Penetapan Perda APBD tepat waktu. Kinerja kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah; Kinerja pelayanan dasar publik; dan Kinerja ekonomi dan kesejahteraan. 11

13 Desain Formulasi Dana Insentif Daerah KINERJA UTAMA KINERJA KEUANGAN LAMA Opini BPK PerdaAPBD Tepat waktu KRITERIA KRITERIA UTAMA KRITERIA KINERJA BARU Opini BPK PerdaAPBD Tepat waktu KINERJA PENDIDIKAN KINERJA EKONOMI & KESEJAHTERAAN Kesehatan fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah: 11 Komponen Pelayanan dasar publik: 7 Komponen: ALOKASI DAN PENGGUNAAN Ekonomi dan Kesejahteraan: 4 Komponen PAGU RELATIF KECIL PAGU DIPERBESAR PENGGUNAAN TERIKAT PADA FUNGSI PENDIDIKAN PASSING GRADE PENILAIAN PENGGUNAAN TIDAK TERIKAT PADA FUNGSI PENDIDIKAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN BOBOT DAN NILAI DARI MASING- MASING KRITERIA. TERINTEGRASI DENGAN PEMERINGKATAN DAERAH 12

14 KRITERIA DAN MEKANISME PENILAIAN DID : Kriteria Utama Kriteria utama : kriteria yang menentukan kelayakan suatu daerah penerima DID DAERAH DENGAN OPINI WTP DENGAN APBD TEPAT WAKTU DAERAH DENGAN OPINI WTPATAU WDP DENGANAPBD TEPAT WAKTU Opini WTP (312 daerah) 279 Daerah Perda APBD tepat waktu (444 daerah) DID 2017 Opini WTP/WDP (499 daerah) 419 Daerah Perda APBD tepat waktu (444 daerah) Keterangan: Opini BPK 2015 dan Penetapan Perda APBD 2016 Opini WTP (251 daerah) 228 Daerah Perda APBD tepat waktu (464 daerah) DID 2016 Opini WTP/WDP (481 daerah) 422 Daerah Perda APBD tepat waktu (464 daerah) Keterangan: Opini BPK 2014 dan Penetapan Perda APBD 2015 DID 2016 DID 2017 No Daerah Opini WTP WDP TMP TW Jumlah Perda APBD Tepat Waktu DAERAH LAYAK 1 Provinsi Kab/Kota Jumlah No Daerah Opini WTP WDP TMP TW Jumlah Perda APBD Tepat Waktu DAERAH LAYAK 1 Provinsi Kab/Kota Jumlah

15 KRITERIA DAN MEKANISME PENILAIAN DID : Kriteria Kinerja No Kriteria Ke Depan(New) Bobot/ Skor Sumber Data Kinerja Kesehatan Fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah 50% Kriteria Kinerja : Kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian dan pemeringkatan kinerja suatu daerah Kriteria Kinerja : o Kinerja kesehatan fiskal & pengelolaan keuangan daerah dengan bobot 50%; o Kinerja pelayanan dasar publik dengan bobot 25%; dan o Kinerja ekonomi dan kesejahteraan dengan bobot 25%. 1. Realisasi Pendapatan Asli Daerah/Realisasi Total Pendapatan Daerah 1-4 APBD 2. Realisasi Pendapatan APBD/Target Pendapatan APBD 1-4 APBD 3. (Realisasi Total Pendapatan Daerah + Realisasi Penerimaan Pembiayaan)/(Realisasi Total Belanja + Realisasi Total Pengeluaran Pembiayaan) 1-4 APBD 4. Growth (Realisasi PDRD/Realisasi Total Pendapatan Daerah) 1 4 APBD 5. Realisasi Pendapatan PDRD/Realisasi PDRB non migas 1 4 APBD 6. Realisasi Belanja Modal/Realisasi Total Belanja APBD 1 4 APBD 7. Realisasi Belanja Pegawai/Realisasi Total Belanja APBD 1 4 APBD 8. Realisasi Belanja APBD/Pagu Belanja APBD 1 4 APBD 9. Realisasi Ruang Fiskal/Realisasi Total Pendapatan APBD 1 4 APBD 10. Defisit APBD/Total Pendapatan APBD 1 4 APBD 11. Realisasi SILPA Tahun Sebelumnya/Realisasi Total Belanja APBD 1 4 APBD Kinerja Pelayanan Dasar Publik 25% 1. Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar 1-4 BPS 2. Angka Partisipasi Murni Sekolah Menengah Pertama 1-4 BPS 3. Angka Melek Huruf 1-4 BPS 4. Persentase bayi lima tahun yang mendapatkan imunisasi 1-4 BPS 5. Persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan 1-4 BPS 6. Persentase rumah tangga menurut sumber air minum layak 1-4 BPS 7. Persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi layak 1-4 BPS Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan 25% 1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi 1-4 BPS 2. Penurunan Tingkat Kemiskinan 1-4 BPS Penurunan Tingkat Pengangguran 1-4 BPS 4. Pengendalian Tingkat Inflasi 1-4 BPS

16 KRITERIA DAN MEKANISME PENILAIAN DID : Perhitungan Alokasi Perhitungan Besaran Alokasi Daerah Yang Memenuhi Persyaratan Kriteria Utama dan Kriteria Kinerja Alokasi DID = Alokasi Minimum + Alokasi Kinerja Alokasi Minimum (AM) Alokasi Kinerja (AK) Pemberian AM bagi daerah yang: Memiliki Opini WTP atas LKPD; dan Telah menetapkan Perda APBD tepat waktu. 1. Penentuan peringkat Nilai Daerah, diurutkan dari nilai daerah tertinggi ke terendah (AA+ s.d DD-). 2. Penetapan batas nilai sebagai passing grade penerima berdasarkan kelas atau tingkatan nilai daerah. 3. Batas Minimum Nilai Kinerja (Passing Grade) yang mendapat Alokasi Kinerja adalah yang memiliki kategori nilai di atas atau sama dengan ( ) kategori BB. Kategori ditetapkan 12 (dua belas) interval : Kategori Rentang Nilai AA+ 93,67-100,00 AA 87,33 93,67 AA- 81,00 87,33 BB+ 74,67 81,00 BB 68,33 74,67 BB- 62,00-68,33 CC+ 55,67 62,00 CC 49,33 55,67 CC- 43,00 49,33 DD+ 36,67 43,00 DD 30,33 36,67 DD- 24,00 30,33 15

17 RINGKASAN HASIL PERHITUNGAN DID TA Uraian DID TA 2016 DID TA 2017 Ket. Pagu Alokasi Juta Rp Alokasi Minimum (AM) Juta Rp Total AM Juta Rp Total Alokasi Kinerja (AK) Juta Rp Persentase AM Thdp Pagu 22,8% 27,9% Passing Grade BB BB Daerah Penerima AM Daerah Daerah Penerima Hanya AM Daerah Daerah Penerima AM dan AK Daerah Daerah Penerima Hanya AK Daerah Daerah Penerima DID Daerah Provinsi Daerah Kota Daerah Kabupaten Daerah Daerah Lulus Passing Grade Daerah Maksimum Juta Rp Pagu Alokasi DID : Rp7,5 Triliun, terdiri dari : Alokasi Minimum (AM) : Rp2,1 Triliun Diberikan kepada daerah yang memperoleh opini WTP dan menetapkan Perda APBD tepat waktu. Alokasi Kinerja (AK) : Rp5,4 Triliun Diberikan kepada daerah yang memenuhi kriteria utama dan memenuhi batas minimum nilai kinerja yaitu BB (nilai kinerja 68,33) Total daerah penerima DID tahun 2017 sebanyak 317 daerah, terdiri dari: 21 provinsi, 232 kabupaten, dan 64 kota DAERAH PENERIMA DID TA BERDASARKAN KRITERIA UTAMA DAN KRITERIA KINERJA Hanya AM (196 daerah) AM + AK (83 daerah) Hanya AK (38 daerah) JUMLAH DAERAH PENERIMA DID TA = 317 DAERAH 16

18 PERKEMBANGAN PAGU DID, ,000 7,500.0 dalam miliiar rupiah 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 1, , , , , ,

19 Alokasi DID Tahun 2017 No Se-Provinsi Alokasi DID 2017 AM AK Total 1 Kalbar 60,0 0,0 60,0 2 Kalteng 75,0 133,7 208,7 3 Kalsel 105,0 179,7 284,7 4 Kaltim 60,0 89,1 149,1 5 Kaltara 22,5 0,0 22,5 Jumlah 322,5 402,5 725,0 No Se-Provinsi Alokasi DID 2017 AM AK Total 1 Sulteng 37,5 57,8 95,3 2 Sulut 90,0 172,4 262,4 3 Sulsel 120,0 86,8 206,8 4 Sultra 60,0 89,6 149,6 5 Gorontalo 52,5 0,0 52,5 6 Sulbal 37,5 128,7 166,2 Jumlah 397,5 535,3 932,8 No Se-Provinsi Alokasi DID 2017 AM AK Total 1 Maluku 30,0 265,0 295,0 2 Papua 37,5 43,1 80,6 3 Maluku Utara 22,5 88,3 110,8 4 Papua Barat 67,5 0,0 67,5 Jumlah 157,5 396,4 553,9 Maluku No Se-Provinsi Alokasi DID 2017 AM AK Total 1 Aceh 142,5 583,8 726,3 2 Sumut 22,5 131,7 154,2 3 Sumbar 97,5 446,6 544,1 4 Riau 22,5 0,0 22,5 5 Jambi 22,5 42,5 65,0 6 Sumsel 82,5 89,5 172,0 7 Bengkulu 7,5 133,4 140,9 8 Lampung 75,0 137,3 212,3 9 Babel 0,0 0,0 0,0 10 Kep. Riau 7,5 0,0 7,5 Jumlah 480,0 1564,8 2044,8 Bali No Se-Provinsi Alokasi DID 2017 AM AK Total 1 DKI Jakarta 0,0 0,0 0,0 2 Jabar 142,5 319,4 461,9 3 Jateng 150,0 949,9 1099,9 4 DIY 45,0 225,8 270,8 5 Jatim 202,5 479,5 682,0 6 Banten 37,5 43,1 80,6 Jumlah 577, , ,2 Nusa Tenggara No Se-Provinsi Alokasi DID 2017 AM AK Total 1 Bali 67,5 134,3 201,8 2 NTB 75,0 179,2 254,2 3 NTT 15,0 177,3 192,3 Jumlah 157,5 490,8 648,3 18

20 Jumlah Daerah Penerima Alokasi DID Tahun 2017 Daerah Penerima DID 2017 No Se-Provinsi Daerah Penerima DID 2017 AM AK AM & AK No Se-Provinsi AM AK AM & AK 1 Sulteng Kalbar Sulut Kalteng Sulsel Kalsel Sultra Kaltim Gorontalo Kaltara Sulbar Jumlah Jumlah No Se-Provinsi Daerah Penerima DID 2017 AM AK AM & AK 1 Maluku Papua Maluku Utara Papua Barat Jumlah Maluku No Se-Provinsi Daerah Penerima DID 2017 AM AK AM & AK 1 Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kep. Riau Jumlah Bali Nusa Tenggara No Se-Provinsi Daerah Penerima DID 2017 AM AK AM & AK 1 DKI Jakarta Jabar Jateng DIY Jatim Banten Jumlah No Se-Provinsi Daerah Penerima DID 2017 AM AK AM & AK 1 Bali NTB NTT Jumlah

21 e-planning, e-procurement, dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) E-Planning Sebuah alat penyusunan RKPD, KUA PPAS, KUA/PPAS Perubahan, RKPD Perubahan Kabupaten/Provinsi agar dapat terselesaikan dengan mudah, cepat, tepat dan sesuai dengan arahan yang terkandung dalam Permendagri No. 54 Tahun E-Procurement Proses pengadaan barang/jasa yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik yang berbasis web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi pelelangan umum, pra-kualifikasi dan sourcing secara elektronik dengan menggunakan modul berbasis website. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian wewenang dari instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat (UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal) Keuntungan, a.l.: 1. Penyusunan laporan bisa selesai dalam waktu hitungan detik. 2.Menjaga kesesuaian RKPD-KUA/PPAS- KUA/PPAS Perubahan- RKPD Perubahan. 3.Dapat diakses oleh masyarakat. Keuntungan, a.l.: 1. Cukup satu kali registrasi. 2. Komunikasi dilakukan secara online. 3. Menjamin kualitas barang dan jasa. 4. Pemerataan pekerjaan. 5. Adanya optimasi waktu proses pengadaan barang/jasa. Keuntungan, a.l.: 1. Memotong prosedur birokrasi. 2. Mempercepat proses perizinan. 3. Meningkatkan dan menyederhanakan prosedur investasi. 4. Mengurangi biaya administrasi. 20

22 Kebijakan Dana Insentif Daerah ke Depan No Perihal Kebijakan Ke Depan 1 Kriteria Penyempurnaan kriteria perhitungan DID, antara lain : Memperhatikan indikator kinerja yang memperlihatkan kinerja yang sesungguhnya, serta dapat dengan mudah dikontrol dan dievaluasi; Mempertimbangkan gizi buruk (stunting) sebagai salah satu variabel dalam mengukur kinerja pelayanan dasar publik, yang merupakan bagian dari Kriteria Kinerja; Mengkaji masukan dari KPK terkait dengan penerapan e-planning, e-procurement, dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) oleh pemerintah daerah sebagai Kriteria Utama 2 Penggunaan DID digunakan untuk mendukung kegiatan yang sesuai kebutuhan dan prioritas daerah. 21

23 Usulan Penambahan Kriteria DID dari KPK KONDISI IMPLIKASI TINDAK LANJUT e-planning, e- procurement dan PTSP merupakan kriteria perlu atau necessary condition, karen a lebih bersifat stagnan, Sesuai dengan kharakteristikny a, maka kriteria tersebut lebih tepat sebagai kriteria utama Daerah penerima alokasi DID akan menjadi jauh lebih ketat dan sangat selektif, artinya hanya daerah-daerah yg sudah e- planning, e- procurement dan PTSP saja yang akan memperoleh alokasi DID penyiapan regulasi yang mengatur semua daerah memakai ketiga kriteria tersebut memberikan advokasi yang intensif kepada daerah agar dapat menerapkan ketiga hal tersebut; melakukan sosialisasi secara luas dan masif agar daerah memahami dengan baik kebijakan tersebut, serta daerah mempunyai kesempatan yang sama untuk menerapkan e- planning, e-procurement dan PTSP, sehingga apabila akan dilakukan penilaian, masing-masing daerah sudah siap dengan standar nilai yang ditentukan. meningkatkan capacity building aparat Pemda menetapkan instansi yang bertanggungjawab terhadap ketersediaan data daerah dan menilai capaian kinerja daerah yang telah menerapkan e-planning, e-procurement dan PTSP, karena pada dasarnya DID adalah insentif terhadap kinerja suatu daerah. menerapkan masa transisi sebelum diberlakukannya kriteria No Jenis Pelayanan Instansi Penanggung jawab Kegiatan 22 1 e-planning Kemendagri 2 e-procurement Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) 3 PTSP Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Menyiapkan regulasi Melakukan Advokasi dan Sosialisasi Mempersiapkan Ketersediaan data Menilai Capaian kinerja

24 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan - Kementerian Keuangan Gedung Radius Prawiro Jalan Dr Wahidin No. 1 Jakarta Pusat Telp Fax

25 DR. BOEDIARSO TEGUH WIDODO, M.E. DIREKTUR JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN Tempat, tanggal lahir : Rembang, 23 Agustus 1958 Alamat Kantor : Gedung Radius Prawiro Lt. 9 Jalan Dr. Wahidin No.1, Jakarta Pusat Riwayat Pendidikan 1970 SD Negeri Kutohardjo V, Rembang 1973 SMP Negeri II Rembang 1976 SMA Negeri II Rembang 1982 Sarjana Ekonomi Ekonomi Umum Universitas Diponegoro 2005 Magister Ekonomi Keuangan Publik (Perencanaan dan Kebijakan Publik) Universitas Indonesia 2012 Doktor Ilmu Ekonomi Ekonomi Publik Universitas Indonesia Riwayat Pekerjaan Kepala Pusat Analisa Belanja Negara, Badan Analisa Fiskal, Kemenkeu Kepala Pusat Analisa Pendapatan Negara dan Pembiayaan Anggaran, Badan Analisa Fiskal, Kemenkeu Direktur Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran, Kemenkeu Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara, Kemenkeu Sep Nov 2013 Plt. Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kemenkeu Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Kemenkeu

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. INSENTIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Pelayanan Publik Daerah)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. INSENTIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Pelayanan Publik Daerah) KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA INSENTIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Pelayanan Publik Daerah) Disampaikan pada Kegiatan Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi Jakarta, 01 Desember

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DANA INSENTIF DAERAH (DID) TAHUN 2016

KEBIJAKAN DANA INSENTIF DAERAH (DID) TAHUN 2016 KEBIJAKAN DANA INSENTIF DAERAH (DID) TAHUN 2016 1 Kebijakan DID Dasar Hukum dan Reformulasi DID Kriteria Pengalokasian DID 2 KEBIJAKAN DANA INSENTIF DAERAH KE DEPAN TA. 2016 TA. 2017 Dialokasikan kepada

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2016 (Lembaran Negara Republik Ind

2015, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2016 (Lembaran Negara Republik Ind BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2064, 2015 KEMENKEU. Keuangan Daerah. Pengelolaan. Pemeringkatan. Kesehatan Fiskal. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 266/PMK.07/2015 TENTANG PEMERINGKATAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH DAN TRANSFER KE DAERAH

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH DAN TRANSFER KE DAERAH KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH DAN TRANSFER KE DAERAH DIREKTUR PEMBIAYAAN DAN KAPASITAS DAERAH Disampaikan Pada: Penutupan Musrenbang Penyusunan RKPD DIY Tahun Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH DAN TRANSFER KE DAERAH

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH DAN TRANSFER KE DAERAH KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH DAN TRANSFER KE DAERAH Wakil Menteri Keuangan Disampaikan Pada: Musrenbang Penyusunan RAPBD TAHUN 2017 PROVINSI DIY 7 MARET 2016 OUTLINE

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI DISAMPAIKAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN DALAM SOSIALISASI

Lebih terperinci

Pagu dan Realisasi APBN dan Dana Transfer Tahun 2015 dan Alokasi APBN TA 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

Pagu dan Realisasi APBN dan Dana Transfer Tahun 2015 dan Alokasi APBN TA 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah Kementerian Keuangan Kanwil DJPBN Provinsi Kalimantan Tengah Pagu dan Realisasi APBN dan Dana Transfer Tahun 2015 dan Alokasi APBN TA 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah Disampaikan oleh L u d i r o Kepala

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 Penilaian Status Capaian Pelaksanaan Kegiatan/ Program Menurut e-monev DJA CAPAIAN KINERJA

Lebih terperinci

BAB V KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 2009

BAB V KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 2009 BAB V KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 2009 5.1.Pendahuluan Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang telah dilaksanakan sejak tahun 2001 adalah dalam rangka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii 1 ii Deskripsi dan Analisis APBD 2013 KATA PENGANTAR Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan fiskal yang utama bagi pemerintah daerah. Dalam APBD termuat prioritas-prioritas

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii 1 ii Deskripsi dan Analisis APBD 2014 KATA PENGANTAR Pelaksanaan desentralisasi fiskal yang dimulai sejak tahun 2001 menunjukkan fakta bahwa dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan

Lebih terperinci

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY Disampaikan Oleh : Direktur Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan DJPK Kementerian

Lebih terperinci

SINERGITAS KOORDINASI PEMBINANAAN DAN PENGAWASAN BPKP DALAM PENGEMBANGAN SIMDA TERINTEGRASI e-budgeting

SINERGITAS KOORDINASI PEMBINANAAN DAN PENGAWASAN BPKP DALAM PENGEMBANGAN SIMDA TERINTEGRASI e-budgeting SINERGITAS KOORDINASI PEMBINANAAN DAN PENGAWASAN BPKP DALAM PENGEMBANGAN SIMDA TERINTEGRASI e-budgeting EMPAT FOKUS PENGAWASAN BPKP Integritas Inovasi Independen 2 PERAN BPKP Regulasi Berperan aktif dalam

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG Oleh : Ir. DIAH INDRAJATI, M.Sc Plt.

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017 PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017 PELAKSANAAN PENYALURAN 1. Penyaluran melalui KPPN dilaksanakan berdasarkan PMK nomor 112/PMK.07/2017 tentang Perubahan PMK nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Transfer Non Dana Perimbangan serta Pinjaman dan Hibah Daerah

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Transfer Non Dana Perimbangan serta Pinjaman dan Hibah Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Transfer Non Dana Perimbangan serta Pinjaman dan Hibah Daerah Disampaikan Oleh : Direktur Pembiayaan dan Transfer

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Kebijakan dan Tantangan Tahun 2017 & Arah Kebijakan Tahun 2018 DISAMPAIKAN DIREKTUR DANA PERIMBANGAN DITJEN PERIMBANGAN

Lebih terperinci

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA 86 5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA Profil kinerja fiskal, perekonomian, dan kemiskinan sektoral daerah pada bagian ini dianalisis secara deskriptif berdasarkan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi fiskal sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki potensi sumber daya yang sangat besar baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, untuk sumber daya alam tidak

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th.VII, 7 Agustus 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2017 SEBESAR

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Keseimbangan Keuangan Pusat-Daerah dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Outline

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Keseimbangan Keuangan Pusat-Daerah dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Outline KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Keseimbangan Keuangan Pusat-Daerah dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Jakarta, 28 Mei 2013 Outline Hubungan Keuangan Pusat-Daerah Reformasi Birokrasi, Kendala

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55

Lebih terperinci

Press Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017)

Press Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017) KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Press Briefing Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017) Jakarta, 13 April 2017 1 MENGAPA PERLU? DITETAPKAN PMK 50/PMK.07/2017 Adanya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA DIREKTORAT FASILITASI DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan

Lebih terperinci

Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama

Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama KONDISI KOPERASI 1. Total Koperasi : 209.488 Unit 2. Koperasi Aktif : 147.249 Unit (NIK) dan didalamnya telah RAT sebanyak 80.000 Unit 3. Koperasi Tidak Aktif :

Lebih terperinci

Deskripsi dan Analisis

Deskripsi dan Analisis 1 Deskripsi dan Analisis APBD 2012 ii Deskripsi dan Analisis APBD 2012 Daftar Isi DAFTAR ISI...iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii KATA PENGANTAR... xi EKSEKUTIF SUMMARY...xiii BAB I PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

BAB V KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL

BAB V KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL BAB V KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL 5.1 Pendahuluan Dalam rangka mengoptimalkan efektivitas pelaksanaan pembangunan daerah, penyelenggaraan pembangunan daerah harus benar-benar sesuai dengan aspirasi,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung 2.11.3.1. Santri Berdasarkan Kelas Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah (Madin) Tingkat Ulya No Kelas 1 Kelas 2 1 Aceh 19 482 324 806 2 Sumut 3 Sumbar 1 7-7 4 Riau 5 Jambi 6 Sumsel 17 83 1.215 1.298 7 Bengkulu

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon No.1289, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. DAU dan Tambahan DAK Fisik. APBNP TA 2017. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/PMK.07/2017 /PMK.07/2017 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA TA 2017 DAN ARAH KEBIJAKAN DANA DESA TA 2018

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA TA 2017 DAN ARAH KEBIJAKAN DANA DESA TA 2018 K E M E N T E R I A N K E U A N G A N IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA TA 2017 DAN ARAH KEBIJAKAN DANA DESA TA 2018 DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN RAKORNAS PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DANA DESA TA 2016

KEBIJAKAN DANA DESA TA 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN DANA DESA TA 2016 Disampaikan oleh: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI 1 DASAR HUKUM UU 6/2014 tentang Desa PP 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan

Lebih terperinci

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI Wiko Saputra Peneliti Kebijakan Publik Perkumpulan Prakarsa PENDAHULUAN 1. Peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) 359 per

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Inflai BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 74/11/52/Th VII, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN III-2016 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI

PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI Oleh: DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN Pada Acara : RAPAT KOORDINASI TERBATAS Jakarta, 16 Mei 2017 ISI 1 PEMBUBARAN

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SELAKU SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18 TAHUN VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18/Th. VI, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015 No. 30/05/17/V, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2015 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2015 di Provinsi

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VII, 5 Mei 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2017 SEBESAR 101,81

Lebih terperinci

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014 HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat Tahun Ajaran 213/21 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 13 Juni 21 1 Ringkasan Hasil Akhir UN - SMP Tahun 213/21 Peserta UN 3.773.372 3.771.37 (99,9%) ya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK RISET KESEHATAN DASAR 2 BLOK KESEHATAN ANAK JENIS DATA Jenis data yang disajikan : berat badan lahir kepemikilan KMS dan Buku KIA, penimbangan balita, kapsul vitamin A, pemberian ASI proses mulai menyusui

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 19 TAHUN 2016 PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA FOTOVOLTAIK

Lebih terperinci

6. Tanggung jawab terhadap kebenaran alokasi yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

6. Tanggung jawab terhadap kebenaran alokasi yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. -,.. DS:598-75-3511-324 Jakarta. 7 Desember 215 A.N MENTERI KEUANGAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN / rv ASKOLANI NIP.19666111992211 t SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

STATUS : 18 AGUSTUS 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

STATUS : 18 AGUSTUS 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DI LINGKUNGAN DITJEN CIPTA KARYA STATUS : 18 AGUSTUS 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 1 PELAKSANAAN KEGIATAN DITJEN CIPTA KARYA TAHUN

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th. VI, 5 Agustus 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

STATUS : 15 JULI 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

STATUS : 15 JULI 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DI LINGKUNGAN DITJEN CIPTA KARYA STATUS : 15 JULI 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 1 PELAKSANAAN KEGIATAN DITJEN CIPTA KARYA TAHUN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014

KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014 Disampaikan pada: Rapat Konsolidasi DAK Bidang Dikmen TA 2014 Nusa Dua, 28 November 2013 AGENDA PAPARAN 1. Postur Dana Transfer

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT BAMBANG WIDIANTO DEPUTI BIDANG KESRA KANTOR WAKIL PRESIDEN RI APRIL, 2010 KLASTER 1: PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN KELUARGA/RUMAH

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA AAKUNTABILITAS DANA DESA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA AAKUNTABILITAS DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA AAKUNTABILITAS DANA DESA Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan DASAR HUKUM PP 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 6/2014 PERMENDAGRI: 1. Permendagri No.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN disampaikan pada: Sosialisasi

Lebih terperinci

SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA DISAMPAIKAN OLEH:

SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA DISAMPAIKAN OLEH: SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA DISAMPAIKAN OLEH: RAKORNAS TIM TERPADU PENANGANAN KONFLIK SOSIAL JAKARTA, 16 SEPTEMBER 2015 D A S A R P E L A K S A N A A N K O O R D I N A S I P E N A N G A N A N K

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP 2017 Laporan Kinerja Triwulan II KATA PENGANTAR Dalam rangka memonitor capaian kinerja kegiatan Ditjen Tanaman Pangan pada triwulan II TA 2017 serta sebagai bahan penilaian aspek akuntabilitas kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

Disabilitas. Website:

Disabilitas. Website: Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 266/PMK.07/2015 TENT ANG PEMERINGKATAN KESEHATAN FISKAL DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK DALAM PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN PADA PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAFTAR ISI Kondisi Umum Program Kesehatan... 1 1. Jumlah Kematian Balita dan Ibu pada Masa Kehamilan, Persalinan atau NifasError! Bookmark not

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website: PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci