I. UPACARA DAN APRESIASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. UPACARA DAN APRESIASI"

Transkripsi

1 I. UPACARA DAN APRESIASI A Pembukaan 1. Pengertian Pembukaan adalah kegiatan upacara sebagai tanda dimulainya secara resmi pelaksanaan PENAS XV KTNA Tujuan a. Melaksanakan acara puncak PENAS XV KTNA 2017 dengan lancar dan tertib; b. Memulai secara resmi acara-acara PENAS XV KTNA Peserta a. Peserta Utama b. Peserta Pendamping c. Peserta Peninjau d. Undangan 4. Waktu dan Tempat a. Waktu : Hari Sabtu, 6 Mei 2017 (Pukul WIB). b. Tempat : Stadion Harapan Bangsa Gampong Lhong Raya Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. 5. Prasarana Upacara a. Arena upacara terdiri dari : 1) Gapura dengan logo PENAS XV KTNA 2017 yang ditempatkan dipintu masuk upacara; 2) Panggung Utama I (Presiden dan Undangan VVIP); 3) Panggung Utama II (Perwakilan ASEAN, Jepang, Asia Pasific, Pengurus Kelompok KTNA Nasional, Penerima Penghargaan, dan Peserta Temu Wicara); 4) Panggung Utama III (DPRA Provinsi, DPRK, Kabupaten/Kota, Bupati / Walikota dan Muspida lainnya); 5) Tribun Peserta Utama, Pendamping dan Peninjau; Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

2 6) Baliho yang menggambarkan pembangunan pertanian terpasang diluar dan didalam Stadion. b. Arena Pameran dan Promosi yang akan dikunjungi oleh Presiden : 1) Pameran Pembangunan Pertanian Nasional; 2) Expo dan Kontes Peternakan Nasional; 3) Expo Aquaculture; 4) Expo Agroforestry 5) Gelar Teknologi c. Sarana Penunjang : 1) Tempat parkir sekitar kawasan Stadion dan tempat pemondokan; 2) Tempat pendaratan Helikopter (Helipad); 3) Tempat istirahat sementara Presiden; 4) Ruang peliputan wartawan ( media centre ); 5) Toilet VIP dan umum d. Peralatan untuk Pembukaan 1) Kentongan/Rapai atau alat lain yang khas dari Kota Banda Aceh; 2) Podium; 3) Pengeras suara atau sound system; 4) Untaian melati (peresmian pameran) atau lainnya; 5) Bunga tangan atau lainnya; 6) Genset cadangan; 7) Layar / TV LCD; 8) Peralatan lain sesuai kebutuhan. e. Pengaturan tempat duduk Tempat duduk diatur sesuai dengan kebutuhan baik jumlah bentuk maupun susunannya. Tempat duduk yang disediakan meliputi : 1) Panggung Utama I Presiden beserta ibu; Ketua MPR, DPR dan DPD RI; Ketua Komisi IV; Menteri Pertanian beserta ibu; Gubernur Aceh beserta ibu; Duta Besar Negara Sahabat; Para Menteri dan Gubernur; Pangdam Iskandar Muda beserta Ibu; Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

3 Kapolda Aceh; Ketua Umum Panitia Penyelenggara dan Panitia Pelaksana Bupati Aceh Besar, Walikota Banda Aceh, Para undangan Eselon I; Perwakilan utusan/organisasi petani lainnya; Pimpinan BUMN, Pengusaha, Swasta, Sponsor Utama dan Undangan VIP Lainnya. 2) Panggung Utama II Perwakilan petani Negara ASEAN, Petani Jepang, Petani Asia pasific Perwakilan pengurus Kelompok KTNA Nasional dan Ahli Andalan; Penerima penghargaan. Peserta Temu Wicara 3) Panggung Utama III Ketua DPRD Provinsi; Ketua dan Anggota DPRD Kota Banda Aceh Ketua DPRD Kabupaten/Kota se Indonesia Bupati/Walikota Seluruh Indonesia; Undangan Muspida lainnya. 4) Tribun Peserta Peserta Utama, Pendamping, Peninjau dan Peserta lainnya f. Dekorasi Dekorasi dibuat sesuai ciri khas Aceh meliputi panggung utama, tempat Temu Wicara, tempat Pameran dan Promosi. Di lokasi PENAS XV KTNA 2017 dipasang bendera KTNA, spanduk (thematik), umbul-umbul, baliho dan tanaman hias. Khusus Spanduk Selamat Datang dipasang di jalan menuju lokasi PENAS XV KTNA Peserta Upacara Pembukaan a. Undangan 1) Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 2) Duta Besar Negara Sahabat; 3) Badan-Badan Internasional; 4) Pejabat Lembaga Tinggi Negara; 5) Ketua MPR-RI; 6) Ketua DPR-RI; Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

4 7) Ketua DPD; 8) Para Mantan Menteri Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Kehutanan Meneg BUMN, Meneg Koperasi dan UKM; 9) Para Pejabat Eselon I instansi terkait; 10) Para Gubernur ; 11) Para Ketua DPRD Provinsi; 12) Para Bupati/Walikota; 13) Para Ketua DPRD Kabupaten/Kota; 14) Organisasi Profesi; 15) Penerima Penghargaan; 16) Pengusaha Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Kehutanan, BUMN/S ; 17) Sponsor Utama; 18) Muspida dan Pejabat Tinggi Provinsi Aceh; 19) Muspida dan Pejabat Tinggi Kota Banda Aceh. b. Peserta PENAS XV KTNA ) Kontingen Provinsi; 2) Panitia Pusat dan Daerah; 3) Masyarakat setempat. 7. Pakaian a. Masing-masing kontingen Provinsi diminta minimal 2 orang (sepasang) mengenakan pakaian adat tanpa senjata tajam, dan peserta lainnya menggunakan seragam kontingen; b. Undangan memakai baju batik lengan panjang atau sebagaimana tercantum dalam undangan; c. Panitia memakai baju batik lengan panjang dengan tanda pengenal; d. Penerima Penghargaan, memakai Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dengan peci hitam polos untuk pria dan pakaian nasional untuk wanita; e. Para Peserta Temu Wicara menggunakan batik lengan panjang dengan tanda pengenal khusus. 8. Tanda Pengenal Seluruh Peserta PENAS XV KTNA 2017 pada acara pembukaan diwajibkan memakai tanda pengenal. Tanda pengenal dibedakan antara peserta, panitia, pers Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

5 (Wartawan dan Reporter Radio/Televisi). Peserta Temu Wicara akan disediakan tanda pengenal khusus yang disetujui Protokol Kepresidenan. 9. Undangan Seluruh undangan diwajibkan membawa dan menunjukkan surat undangan pada waktu memasuki tempat upacara pembukaan. Para undangan yang berasal dari Pusat dan Provinsi lain ditetapkan oleh panitia pusat, sedangkan para undangan yang berasal dari Provinsi Aceh ditetapkan Panitia Daerah setelah berkoordinasi dengan Panitia Pusat. Khusus Undangan Acara Pembukaan akan dikeluarkan pada waktunya oleh Panitia Pusat setelah mendapat persetujuan Protokol Kepresidenan. 10. Pemberian penghargaan a. Penghargaan kepada Gubernur, Bupati/Walikota, dan Pejabat lain yang dinilai berhasil mendukung Program Pembangunan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan ; b. Penghargaan kepada KTNA yang dinilai berprestasi dalam Program Pembangunan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. c. Penghargaan kepada BUMN dan Swasta yang dinilai berhasil mendukung Program Pembangunan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. 11. Temu Wicara dengan Presiden Setelah acara pembukaan, Presiden melakukan temu wicara dengan wakil peserta PENAS XV KTNA 2017 dipandu oleh Menteri Pertanian. Selama Temu Wicara berlangsung semua peserta dan undangan lainnya tetap berada di tempat masingmasing untuk mengikuti acara Temu Wicara. 12. Peninjauan Gelar Teknologi dan Pameran Setelah mengadakan Temu Wicara, Presiden didampingi Menteri Pertanian, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Kehutanan, Gubernur Aceh, dan Ketua Umum Panitia Penyelenggara serta diikuti oleh para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II lainnya menuju arena Gelar Teknologi dan Pameran Pembangunan Pertanian Nasional PENAS XV KTNA Rombongan disambut oleh : a. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian; b. Para Pejabat Eselon I terkait; c. Bupati Aceh Besar dan Wali Kota Banda Aceh; Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

6 13. Lain-lain a. Konsumsi. Makanan kecil (kudapan) pada waktu upacara pembukaan, disajikan secara lengkap, bersih/sehat yang berasal dari produk petani. Makanan kecil dan minuman tersebut hendaknya telah tersedia di tempat duduk peserta dan undangan sebelum acara pembukaan dimulai. Pada saat Presiden meninjau gelar teknologi dan pameran, makan siang didistribusikan kepada semua peserta. b. Bahan informasi Bagi tamu dan undangan disediakan bahan informasi berupa brosur, majalah, koran, leaflet dan lain-lain yang terkait dengan aspek pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan. Bahan informasi tersebut, terlebih dahulu harus dilaporkan kepada panitia pusat. Bahan-bahan informasi tersebut sudah tersedia di tempat duduk undangan sebelum acara pembukaan dimulai. c. Kesehatan Selama acara pembukaan disediakan ruang kesehatan/posko, ambulan, tenaga medis dan obat-obatan. d. Petugas 1) Pembawa Acara MC tingkat Nasional 2) Penerima Tamu Penerima tamu VVIP, VIP dan penerima tamu umum terdiri dari panitia pusat dan daerah. Jumlah komposisi penerima tamu pria dan wanita serta pakaiannya diatur oleh Panitia Provinsi/Kabupaten. e. Pelayanan Undangan VVIP dan Penerima Penghargaan Presiden Akomodasi dan transportasi lokal untuk tamu VVIP disediakan oleh Panitia pelaksana dan atau instansi vertikal masing-masing. Akomodasi dan transportasi Penerima Penghargaan menjadi tanggung jawab daerah masing-masing. f. Kebersihan Untuk menjaga kebersihan disediakan tempat sampah dan toilet dengan jumlah yang mencukupi di tempat-tempat tertentu. Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

7 B Penutupan 1. Pengertian Penutupan adalah kegiatan upacara sebagai tanda berakhirnya seluruh rangkaian kegiatan pelaksanaan PENAS XV KTNA Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis 11 Mei 2017 akan ditutup secara resmi oleh Wakil Presiden. 2. Tujuan Mengakhiri secara resmi seluruh rangkaian kegiatan PENAS XV KTNA Waktu dan Tempat a. Waktu : Hari Kamis, 11 Mei 2017, (Pukul WIB) c. Tempat : Stadion Harapan bangsa Gampong Lhong Raya Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. 4. Peserta a. Undangan 1) Para Menteri Kabinet Indonesia Kerja; 2) Duta Besar Negara Sahabat; 3) Badan-Badan Internasional; 4) Pejabat Lembaga Tinggi Negara; 5) Ketua MPR-RI; 6) Ketua DPR-RI; 7) Ketua DPD; 8) Para Mantan Menteri Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Kehutanan Meneg BUMN, Meneg Koperasi dan UKM; 9) Para Pejabat Eselon I instansi terkait; 10) Para Gubernur ; 11) Para Ketua DPRD Provinsi; 12) Para Bupati/Walikota; 13) Para Ketua DPRD Kabupaten/Kota; 14) Organisasi Profesi; 15) Penerima Penghargaan; 16) Pengusaha Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Kehutanan, BUMN/S ; 17) Sponsor Utama; 18) Muspida dan Pejabat Tinggi Provinsi Kalimantan Timur; Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

8 19) Muspida dan Pejabat Tinggi Kabupaten Kutai Kartanegara. b. Peserta Penutupan PENAS XV KTNA ) Kontingen Provinsi. 2) Panitia Pusat dan Daerah. 3) Masyarakat setempat. 5. Prasarana Upacara Penutupan PENAS XV KTNA 2017 Prasarana Upacara Penutupan PENAS XV pada dasarnya sama seperti prasarana pada upacara Pembukaan PENAS XV yang disesuaikan peraturan yang berlaku. 6. Pakaian a. Masing-masing kontingen daerah (Provinsi) diminta minimal 2 orang (sepasang) mengenakan pakaian adat tanpa senjata tajam, selebihnya menggunakan seragam kontingen. b. Pakaian bagi para undangan adalah batik lengan panjang atau sesuai yang tercantum dalam undangan. c. Panitia, memakai seragam batik lengan panjang dan memakai tanda pengenal. d. Penerima penghargaan mengenakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dengan peci hitam polos untuk pria dan pakaian nasional untuk wanita. 7. Tanda Pengenal Seluruh peserta penutupan diwajibkan memakai tanda pengenal. Tanda pengenal dibedakan antara peserta, panitia dan pers. 8. Undangan Seluruh undangan diwajibkan membawa surat undangan pada waktu memasuki tempat upacara. Undangan dari Pusat dan Provinsi ditetapkan oleh panitia pusat, sedangkan yang berasal dari daerah ditetapkan oleh Panitia Provinsi/Kabupaten dengan berkoordinasi dengan panitia pusat. 9. Pemberian Penghargaan Penghargaan Menteri Pertanian, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Kehutanan atas nama Pemerintah RI dan penyerahan hadiah lomba bagi juara Umum Pemenang lomba kegiatan PENAS XV KTNA 2017 disaksikan oleh Wakil Presiden. Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

9 10. Lain-lain a. Konsumsi Makanan kecil (kudapan) pada waktu upacara penutupan, disajikan secara lengkap (makanan dan minuman), bersih/sehat yang berasal dari produk petani. Makanan kecil dan minuman tersebut hendaknya telah tersedia di tempat duduk peserta dan undangan sebelum acara dimulai. b. Bahan informasi Bagi tamu dan undangan disediakan bahan informasi berupa brosur, leaflet dan lain-lain yang terkait dengan aspek pembangunan pertanian, kelautan dan perikanan serta kehutanan. Bahan informasi tersebut sebelum dibagikan terlebih dahulu diinformasikan oleh panitia/petugas di daerah atau pusat. Bahan-bahan informasi sebaiknya sudah tersedia di tempat duduk undangan sebelum acara dimulai. c. Kesehatan Disediakan ruang kesehatan/posko dan ambulan guna memberikan pertolongan pertama apabila terdapat peserta yang sakit, disamping itu disediakan tenaga medis yang cukup dan perlengkapan obat-obatan yang memadai untuk keadaan darurat. d. Pelayanan Undangan VIP Akomodasi dan transportasi tamu VIP disediakan oleh Pemda dan instansi terkait. e. Kebersihan Untuk menjaga kebersihan disediakan tempat sampah dan toilet. C Temu Wicara dengan Presiden RI 1. Pengertian Temu Wicara dengan Presiden RI adalah dialog antara petani-nelayan sebagai peserta temu wicara dengan Presiden RI untuk menumbuhkan komunikasi, motivasi dan penyampaian informasi perkembangan daerahnya, serta mendengarkan kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan 2. Tujuan a. Memberikan kesempatan kepada KTNA untuk menyampaikan perkembangan situasi dan kondisi serta harapan-harapan peningkatan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan. Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

10 b. Mendapat informasi secara langsung kebijakan pembangunan nasional khususnya pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan. 3. Waktu dan Tempat a. Waktu : Sabtu, 6 Mei 2017 d. Tempat : Stadion Harapan Bangsa Gampong Lhong Raya Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. 4. Peserta a. Peserta Temu Wicara berjumlah 107 orang, terdiri dari: 3 (tiga) orang Pengurus Kelompok KTNA Nasional; 33 orang Pengurus Kelompok KTNA Provinsi; 5 (lima) orang Perwakilan Organisasi Tani Nelayan, dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Peserta temu wicara dengan Presiden merupakan perwakilan dari masing-masing provinsi yang diusulan oleh pemerintah daerah dan telah diseleksi oleh Panitia Pusat; 2) Peserta tersebut adalah pelaku utama/pelaku usaha kegiatan pertanian, perikanan dan kehutanan dan atau pelopor pembangunan pertanian/pedesaan di daerah asalnya; b. Proses seleksi calon peserta temu wicara dengan Presiden RI, adalah sebagai berikut: 1) Berdasarkan surat dari Panitia PENAS XV KTNA 2017, masing-masing Ketua Kontingen provinsi mengajukan 3 (tiga) orang calon peserta temu wicara dengan Presiden RI kepada Panitia Pusat c.q Seksi Temu Wicara, yang terdiri dari unsur-unsur petani dewasa, wanita tani dan pemuda tani; 2) Setiap calon peserta yang diusulkan masing-masing provinsi dilengkapi dengan persyaratan administrasi, berupa: (a) surat rekomendasi dari Ketua Kontingan Provinsi PENAS XV-2017 dan diketahui oleh kepala kelembagaan penyuluhan provinsi (Bakorluh/Dinas Pertanian) asal peserta (format sebagaimana Lampiran 1); (b) mengisi biodata (format sebagaimana format sebagaimana Lampiran 2); (c) pas photo terbaru berwarna latar belakang biru, ukuran 4x6 cm, sebanyak 4 (empat) lembar; 3) Berdasarkan usulan di atas, Panitia Pusat c.q Seksi Temu Wicara melakukan seleksi dan menetapkan 1 (satu) orang peserta dari masing-masing provinsi yang diambil dari ke 3 (tiga) orang calon yang diusulkan; Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

11 4) Komposisi peserta temu wicara definitif dari 33 provinsi mempertimbangkan proporsi keterwakilan unsur-unsur petani dewasa, wanita tani dan pemuda tani; 5) Calon peserta yang berasal dari Ahli Andalan Nasional diusulkan oleh organisasi petani tingkat nasional dan akan diambil maksimal sebanyak 3 (tiga) orang; 6) Dari hasil seleksi tersebut diperoleh Peserta Temu Wicara yang seluruhnya berjumlah 107 orang, terdiri dari : 3 (tiga) orang Pengurus Kelompok KTNA Nasional; 99 orang Pengurus Kelompok KTNA Provinsi; 5 (lima) orang Perwakilan Organisasi Tani Nelayan. c. Pembekalan Peserta Temu Wicara dengan Presiden RI: Peserta temu wicara terpilih mendapat pembekalan materi untuk menyamakan visi dan misi, baik yang laksanakan di daerah masing-masing (sebelum kebarangkatan ke lokasi penas) dan di lokasi Penas (menjelang pelaksanaan kegiatan temu wicara), yaitu: 1) Berdasarkan ketetapan hasil seleksi peserta temu wicara dari Panitia Pusat c.q Seksi Temu Wicara, masing-masing kontingen provinsi memberikan pembekalan kepada peserta terpilih di daerah masing-masing, mengenai hal-hal sebagai berikut: (a) Pembekalan tentang pelaksanaan temu wicara dengan Presiden RI, dimaksudkan untuk membangun kesepakatan dengan peserta temu wicara, mengenai: Materi/topik yang akan disampaikan kepada Presiden R.I diutamakan yang menjadi kepentingan nasional; Cara, etika dan kemasan penyampaian gagasan, saran, masalah atau pertanyaan; Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada saat temu wicara; Pengaturan tempat duduk peserta dan alokasi waktu; Menghindari terjadi duplikasi gagasan, saran, permasalahan yang disampaikan. (b) Materi yang akan disampaikan kepada Presiden RI berkaitan dengan kondisi dan permasalahan yang dihadapi di daerah yang diwakilinya yang bersifat konstruktif dan membangun motivasi; 2) Peserta temu wicara definitif (107 orang) mendapat pembekalan tentang pelaksanaan temu wicara, sebagai berikut: Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

12 (a) Peserta mengikuti pertemuan pembekalan dari Panitia Pusat dan Panitia Daerah c.q Seksi Temu Wicara yang dilaksanakan pada H-1 PENAS XV KTNA 2017 di lokasi PENAS; (b) Pembekalan tentang pelaksanaan temu wicara dengan Presiden RI, dimaksudkan untuk membangun kesepakatan dengan peserta temu wicara, mengenai: Materi/topik yang akan disampaikan kepada Presiden R.I diutamakan yang menjadi kepentingan nasional; Cara, etika dan kemasan penyampaian gagasan, saran, masalah atau pertanyaan; Hal-hal yang boleh dan tidak diboleh dilakukan pada saat temu wicara; Pengaturan tempat duduk peserta dan alokasi waktu; Menghindari terjadi duplikasi gagasan, saran, permasalahan yang disampaikan. (c) (d) (e) Materi yang akan disampaikan kepada Presiden RI berkaitan dengan kondisi dan permasalahan yang dihadapi di daerah yang diwakilinya yang bersifat kostruktif dan membangun motivasi; Pada pertemuan pembekalan para peserta saling berkenalan dan melakukan konsolidasi tentang substansi atau materi yang akan disampaikan pada saat temu wicara; Menyepakati dan melatih proses dan substansi tanya-jawab dengan Presiden RI; (f) Menetapkan ruang lingkup materi temu wicara dan ditetapkan paling banyak 6 (enam) orang pembicara/penanya perwakilan peserta temu ciwara. 5. Pendamping Narasumber Presiden R.I sebagai Narasumber tunggal didampingi oleh 3 (tiga) orang Menteri Kabinet dari kementerian teknis, yaitu: No. Pendamping Nama Pendamping 1. Menteri Pertanian DR.Ir.Amran Sulaiman, 2. Menteri Kehutanan Dan Lingkungan Hidup DR. Ir. Siti Nurbaya 3. Menteri Kelautan dan Perikanan Susy Pudjiastuti Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

13 6. Metode Temu Wicara Metode yang digunakan dalam Temu Wicara dengan Presiden R.I adalah, menyampaikan informasi (prolog) tentang pembangunan nasional secara singkat oleh Presiden dan dilanjutkan dengan tanya jawab antara Presiden R.I dengan peserta temu wicara yang langsung dimemoderasi oleh Presiden RI. 7. Penyelenggaraan Temu Wicara Temu wicara dengan Presiden R.I diselenggarakan dengan tahapan-tahapan, sebagai berikut: a. Persiapan 1) Berdasarkan hasil seleksi calon peserta temu wicara, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian mengeluarkan surat ketetapan peserta temu wicara dengan Presiden RI pada PENAS XV KTNA 2017 dan selanjutnya mengkomunikasikannya kepada Gubernur di 33 provinsi dan dikoordinasikan dengan pihak Sekretariat Negara serta panitia daerah; 2) Menteri Pertanian mengirimkan surat permohonan kepada Presiden RI tentang Rencana Penyelenggaraan Temu Wicara dengan Presiden RI pada PENAS XV KTNA 2017, sekaligus mohon perkenan Bapak Presiden untuk melakukan dialog dengan 107 orang Kontaktani-Nelayan peserta PENAS XV KTNA 2017 terpilih dengan melampirkan daftar nama ke 107 orang peserta temu wicara hasil seleksi Pusat (matriks Lampiran 3); 3) Panitia Pusat menyampaikan informasi umpan balik kepada ketua kontingen masingmasing provinsi tentang hasil seleksi peserta temu wicara, yaitu nama 1 (satu) orang peserta temu wicara difinitif, sekaligus meminta ketua kontingen memberikan pembekalan bagi yang bersangkutan di daerah; 4) Setiap peserta temu wicara definitif diminta membawa pakaian batik lengan panjang yang akan dikenakan pada saat pelaksanaan temu wicara; 5) Peserta temu wicara definitif diminta sudah hadir pada H-2 (3 Mei 2017) dan melapor kepada Panitia PENAS XV KTNA 2017 (Pusat dan Daerah) c.q Seksi Temu Wicara di kantor sekretariat PENAS XV KTNA 2017, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh dan menyerahkan surat tugas serta sekaligus menerima tanda pengenal khusus peserta Temu Wicara dengan Presiden; 6) Bila diperlukan ke 107 peserta akan menginap di lokasi tertentu sebagai proses karantina yang dikhususkan bagi peserta temu wicara, di ruangan yang akan ditentukan kemudian; Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

14 7) Peserta temu wicara yang berjumlah 107 orang mendapat pembekalan dari panitia pusat dan daerah cq seksi temu wicara pada H 1 (4 Mei 2017); 8) Menetapkan petugas notulen dan penyusun laporan tertulis dari pantia Seksi Temu Wicara di Pusat dan Daerah; b. Pelaksanaan 1) Temu wicara dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 Mei 2017 di Panggung Utama PENAS XV KTNA 2017 Petani-Nelayan setelah pembacaan do'a pada rangkaian Acara Pembukaan PENAS XV KTNA ) Peserta temu wicara dengan Presiden R.I telah siap berkumpul di Panggung Utama PENAS XV KTNA 2017, harus hadir 60 menit sebelum upacara pembukaan PENAS XV KTNA 2017 dimulai (yang dipandu dan dikoordinasikan oleh panitia seksi temu wicara); 3) Peserta temu wicara mengenakan pakaian adat daerah masing-masing tanpa senjata; 4) Peserta temu wicara dengan Presiden R.I menempati tempat duduk berkelompok dengan mengambil posisi tepat dihadapan podium Presiden R.I namun menjadi satu dengan peserta penas lainnya; 5) Mengawali proses kegiatan temu wicara, pembawa acara (MC) mempersilahkan Presiden R.I berserta rombongan menuju tempat pelaksanaan temu wicara yang telah ditentukan (apabila lokasi temu wicara terpisah dengan panggung utama); 6) Menteri Pertanian membuka acara temu wicara dengan Presiden RI; 7) Setelah Presiden R.I berserta rombongan menduduki kursi yang disediakan, Presiden R.I langsung memulai acara temu wicara dengan menyampaikan kata pembuka (prolog) berupa kebijakan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan pertanian pada khususnya, dilanjutkan dengan tanya-jawab dengan peserta temu wicara; 8) Proses dan substansi tanya-jawab dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disepakati pada saat pembekalan; 9) Seluruh peserta PENAS XV KTNA 2017 non peserta Temu Wicara dengan Presiden R.I yang hadir pada Acara Pembukaan PENAS XV KTNA 2017 bertindak selaku pendengar dan pengamat yang baik (tanpa hak berbicara). Hal ini perlu disosialisasikan oleh Ketua Kontingen Provinsi kepada anggotanya masing-masing. 10) Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

15 c. Pelaporan 1) Segera setelah selesai acara Pembukaan PENAS XV KTNA 2017, laporan pelaksanaan temu wicara dengan Presiden RI diserahkan kepada pengelola informasi PENAS XV KTNA 2017 untuk dimuat pada media lokal dan media PENAS XV KTNA ) Seksi Temu Wicara pada Panitia Pusat dan Daerah membuat laporan kegiatan Temu Wicara dengan Presiden R.I pada PENAS XV KTNA 2017 yang antara lain mencakup: (1) Jumlah peserta dan komposisinya; (2) Waktu dan tempat; (3) Proses berlangsungnya temu wicara; (4) Substansi yang dibahas/disampaikan; (5) Rumusan hasil dan tindak lanjut; (6) Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan temu wicara; 3) Laporan akhir penyelenggaraan disampaikan kepada Sekretariat Panitia PENAS XV KTNA 2017 Pusat, selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah pelaksanaan; D Temu Wicara dengan Pejabat Tinggi/Pejabat Negara 1. Pengertian Temu Wicara dengan Pejabat Tinggi/Pejabat Negara adalah forum dialog antara kontaktani (petani, nelayan, petani di dalam dan disekitar hutan) peserta PENAS XV KTNA 2017 dengan pejabat tinggi/pejabat negara, untuk menciptakan komunikasi dua arah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan, pelaksanaan dan pemecahan masalah dalam perkembangan daerah, khususnya di bidang pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di pergampongan 2. Tujuan a. Membangun komunikasi dua arah antara peserta dengan pejabat tinggi/pejabat negara dan memperkuat kerjasama serta memecahkan permasalahan yang dihadapi petani-nelayan; b. Memperluas wawasan peserta tentang kebijakan yang berkaitan dengan pembangun pertanian, perikanan dan kehutanan di pergampongan; Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

16 c. Menyampaikan umpan balik dari peserta mengenai aspirasi, keinginan, gagasan dan masalah-masalah yang dihadapi dalam pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di pergampongan serta solusinya; d. Meningkatkan motivasi peserta untuk lebih bergairah dalam melaksanakan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di wilayahnya Waktu dan tempat a. Waktu : Tanggal 7 s/d 8 Mei 2017 b. Tempat : (Disesuaikan) 3. Peserta Peserta Temu Wicara dengan Pejabat Tinggi/Pejabat Negara berjumlah sekitar orang per sesi yang berasal dari 33 provinsi. Peserta tersebut terdiri dari petani, nelayan, petani di dalam dan disekitar hutan dan pendamping petani (petugas) sesuai matrik Alokasi Peserta dan Pendamping dari masing-masing Provinsi sebagai Peserta Temu Wicara dengan Pejabat Tinggi/Pejabat Tinggi Negara. 4. Materi dan Narasumber MATERI DAN JADWAL TENTATIF TEMU WICARA PEJABAT TINGGI/PEJABAT NEGARA PENAS XV KTNA 2017 NO NARASUMBER TOPIK/MATERI WAKTU TEMPAT MODERATOR/ SEKRETARIS I TEMU WICARA I 1. Menteri Pertanian Kebijakan Kementerian Pertanian dalam mencapai swasembada pangan melalui Program 4 Sukses Pembangunan Pertanian Gedung Sosial Aceh 2. Menteri Kelautan dan Perikanan Peningkatan nilai tambah produksi perikanan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan KTNA melalui GEMPITA (Gerakan Nasional Masyarakat Minapolitan) Sultan Salim Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

17 3. Menteri Kehutanan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat melalui Pengembangan Agroforestry Aula Dinas Kehutanan II PANEL I 1. Menko Perekonomian Kebijakan Menko Perekonomian dalam mendukung keejahteraan nktna Gedung Serbaguna Gubernur 2. Ketua DPR-RI Dukungan DPR-RI dalam Mempercepat Implementasi Pemantapan Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Gedung DPRA 3. Ketua DPD-RI Dukungan DPD-RI dalam Mempercepat Implementasi Pemantapan Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Gedung DPRA PANEL III 1. Menteri Negara BUMN Peran BUMN dalam Mendukung Kesejahteraan petani-nelayan AAC Dayan Dawood 2. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Kebijakan Menko Kesra Mendukung Program PNPM untuk sekter pertanian Gedung Serbaguna Stadion 3. Menteri Koperasi dan UKM Kebijakan Pengembangan Koperasi Sektor Pertanian (KOPTAN) Gedung Serbaguna Stadion Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

18 IV PANEL IV 1. Menteri Perindustrian 2. Menteri Perdagangan 3. Gubernur Bank Indonesia Kebijakan Kementerian Perindustrian dalam Mendorong Perkembangan Agroindustri sebagai Motor Penggerak Agribisnis Kebijakan Kementerian Perdagangan dalam Mendorong Ekspor dan Impor serta Pemasaran Dalam Negeri Bagi Komoditas Pertanian Kebijakan Bank Indonesia Dalam Mendukung Usaha Agribisnis di PeGampong an Gedung Serbaguna Stadion Gedung Serbaguna Stadion AAC Dayan Dawood V PANEL V 1. Menteri Dalam Negeri Dukungan Kementerian Dalam Negeri dalam pemberdayaan masyarakat di pegampong an Gedung Serbaguna Gubernur 2. Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga Kebijakan Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga dalam Membina Generasi Muda di PeGampong an AAC Dayan Dawood 3. Menteri Pemberdayaa n Perempuan Kebijakan dan Upaya Pemberdayaan Perempuan di Sektor Pertanian, Perikanan dan kehutanan AAC Dayan Dawood Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

19 VI PANEL VI 1. Menteri Pekerjaan Umum Dukungan Kementerian PU terhadap Program Pengembangan Jaringan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tania (JITUT) dan Jaringan Irigasi Gampong (JIDES) serta Infrastruktur Pertanian Lainnya Gedung Serbaguna Stadion 2. Kepala Badan Pertanahan nasional Kebijakan Pencegahan Alih Fungsi Lahan Pertanian Gedung Serbaguna Stadion 3. Kepala Bappenas Kebijakan Bappenas dalam mendukung Program 4 sukses pembanguanan pertanian Gedung DPRA 6. Metode Temu Wicara dengan pejabat tinggi/pejabat negara dilaksanakan dengan motode pemaparan singkat oleh narasumber dan dilanjutkan dengan tanya-jawab antara peserta dengan pejabat tinggi/pejabat negara yang dipandu oleh seorang moderator berasal dari anggota organisasi petani terpilih. 7. Penyelanggaraan Temu wicara dengan pejabat tinggi/pejabat negara diselenggarakan dengan tahapantahapan, sebagai berikut: a. Persiapan 1) Berdasarkan surat dari Panitia Pusat PENAS XV KTNA 2017, masing-masing Ketua Kontingen provinsi menyiapkan calon peserta temu wicara dengan pejabat tinggi/pejabat negara kepada Panitia Pusat c.q Seksi Temu Wicara. 2) Ketua kontingen provinsi memberikan pembekalan mengenai hal- hal sebagai berikut: a) Pendapat, gagasan, saran atau pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi dan masaiah-masalah yang dihadapi di daerah yang diwakilinya untuk disampaikan pada saat temu wicara; b) Cara dan etika mengungkapkan pendapat, gagasan, saran atau pertanyaan yang bersifat konstruktif dan membangun spirit/motivasi. Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

20 b. Pelaksanaan 1) Temu wicara dilaksanakan pada periode tanggal 7 s/d 8 Mei 2017 di Lokasi PENAS XV KTNA 2017 yang telah ditentukan 2) Beberapa materi temu wicara dilaksanakan secara paralel; 3) Semua peserta temu wicara telah hadir 30 menit sebelum acara dimulai dengan mengisi daftar hadir yang telah disediakan panitia; 4) Proses berlangsungnya temu wicara dengan pejabat tinggi diatur oleh moderator yang telah ditetapkan. c. Pelaporan 1) Segera setelah selesai acara Temu Wicara dengan Pejabat Tinggi/Pejabat, laporan pelaksanaan diserahkan kepada pengelola informasi PENAS XV KTNA 2017 untuk dimuat pada media lokal dan media PENAS XV KTNA 2017; 2) Seksi Temu Wicara dari Panitia Pusat dan Daerah membuat laporan penyelenggaraan Temu Wicara dengan Pejabat Tinggi/Pejabat Negara antara lain, mencakup: (1) Jumlah peserta dan komposisinya; (2) Waktu dan tempat; (3). Proses berlangsungnya temu wicara; (4) Substansi yang dibahas/disampaikan; (5) Masaiah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan temu wicara (6) Rumusan hasil dan rencana tindak lanjut; 3) Laporan Akhir penyelenggaraan disampaikan kepada Sekretariat Panitia PENAS XV KTNA 2017 Pusat, selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah pelaksanaan. 5. Pelaksanaan a. Peserta Temu Wicara mengisi daftar hadir 1 jam sebelum Temu Wicara dimulai; b. Peserta Temu Wicara untuk masing-masing sesi berjumlah sekitar 1500 orang; c. Peserta memakai tanda peserta PENAS XV KTNA 2017 yang dikeluarkan oleh Panitia Pusat; d. Moderator dan Sekretaris Temu Wicara berasal dari unsur KTNA dan ditetapkan oleh Panitia Pelaksana Seksi Temu Wicara PENAS XV KTNA 2017; e. Peserta diwajibkan mematuhi tata tertib Temu Wicara; f. Jadwal tempat dan fasilitas peserta diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis yang disusun oleh Panitia Provinsi/Kabupaten; g. Panitia Temu Wicara dengan Pejabat Tinggi/Pejabat Negara diharuskan membuat laporan akhir kegiatan dan diserahkan kepada Seksi Kesekretariatan/ Urusan Publikasi, Dokumentasi dan Pelaporan. Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

21 E Pemberian Penghargaan 1. Pemberian Penghargaan a. Pengertian Pemberian penghargaan adalah acara pemberian tanda-tanda kehormatan dan pengakuan prestasi kepada petani-nelayan, anggota masyarakat dan para pejabat yang berjasa dan berprestasi di bidang pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan. Pemberian penghargaan ini dapat berasal dari pemerintah dan atau dari organisasi petani-nelayan, diberikan pada acara pembukaan dan atau penutupan PENAS XV KTNA 2017, serta Rembug Utama Kelompok KTNA Nasional. b. Tujuan Meningkatkan motivasi petani-nelayan, tokoh masyarakat/agama/adat, pemerhati, pakar/ilmuwan dan para pejabat untuk lebih berprestasi dibidang pertanian, perikanan dan kehutanan. c. Penerima Penghargaan Penerima penghargaan adalah petani-nelayan, tokoh masyarakat/agama/adat, pemerhati, pakar/ilmuwan dan para pejabat/pegawai pemerintah, penyuluh (Pertanian, Perikanan, Kehutanan), peneliti (Pertanian, Perikanan, Kehutanan) dan pengusaha mitra petani-nelayan. d. Waktu dan Tempat 1) Tanda Penghargaan yang diserahkan oleh Presiden RI Waktu : Sabtu, 6 Mei 2017 Tempat : Panggung utama Stadion Harapan Bangsa 2) Piagam Penghargaan yang diserahkan oleh Menteri-Menteri atas nama Pemerintah RI Waktu : Kamis, 11 Mei 2017 Tempat : Panggung Utama di Stadion Harapan Bangsa 3) Tanda Penghargaan yang diserahkan oleh Ketua Kelompok KTNA Nasional atas nama petani nelayan Waktu : Rabu-Kamis/10-11 Mei 2017 Tempat : Panggung Utama di Stadion Harapan Bangsa Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

22 e. Jenis Penghargaan 1) Tanda penghargaan dari Presiden RI berupa : Bintang Maha Putra, Satya Lencana Pembangunan, Satya Lencana Wirakarya atau tanda kehormatan lain diberikan kepada yang berjasa di bidang pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan antara lain : a) Petani-Nelayan b) Tokoh Masyarakat/Adat/Agama c) Pemerhati, Peneliti, Pakar/Ilmuwan, Penyuluh d) Pengusaha Swasta, BUMN dan Mitra kerja e) Pejabat Pemerintah f) Lembaga Sosial Ekonomi PeGampong an (Koperasi Tani, P4S, LSM. Dll.) 2) Piagam Penghargaan dari Menteri-Menteri, diberikan antara lain kepada: a) Petani-Nelayan b) Tokoh Masyarakat/Adat/Agama c) Pemerhati, Peneliti, Pakar/Ilmuwan, Penyuluh d) Pengusaha Swasta, BUMN dan Mitra kerja e) Lembaga Sosial Ekonomi PeGampong an (Koperasi Tani, P4S, LSM. Dll.) 3) Tanda Penghargaan dari Kelompok KTNA Nasional, diberikan antara lain kepada : a) Petani-Nelayan berprestasi b) Pengusaha (Pertanian, Perikanan dan Kehutanan) c) Penyuluh (Pertanian, Perikanan dan Kehutanan) d) Petugas lain yang berjasa dibidang pertanian e) Pengusaha Swasta, BUMN dan Mitra kerja. f. Syarat-syarat Pengusulan Calon Penerima Penghargaan 1) Syarat-syarat pengusulan Tanda Kehormatan Bintang Maha Putra, Bintang Jasa, Satyalancana Pembangunan dan Satyalancana Wirakarya, bagi Gubernur, Bupati/Walikota dan PNS sebagai berikut (masing-masing rangkap 3/tiga): a) Daftar Riwayat Hidup dan Riwayat Pekerjaan; b) Bagi Pejabat atau PNS dilengkapi dengan SK Jabatan Terakhir; c) Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling sedikit 5 (lima) tahun; d) Resume uraian jasa/abstraksi meliputi: 1. Uraian jabatan; Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

23 2. Kebijaksanaan program pembangunan pertanian; 3. LHP bidang pertanian; 4. Pelaporan keuangan bidang pertanian; 5. Serapan teknologi pertanian; 6. Pendayagunaan penyuluh pertanian; 7. Pertumbuhan produktifitas sektor pertanian; 8. Langkah yang diambil; 9. Hasil-hasil yang dicapai; 10. Prestasi tingkat provinsi dan tingkat daerah; 11. Tanda jasa yang dimiliki; 12. Bagi Gubernur dilengkapi rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri, bagi Bupati/Walikota dilengkapi rekomendasi dari Gubernur. e) Surat klarifikasi dari Kepala Badan Intelijen Negara, Jaksa Agung Republik Indonesia dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2) Syarat-syarat pengusulan Tanda Kehormatan Bintang Maha Putra, Bintang Jasa, Satyalancana Pembangunan dan Satyalancana Wirakarya, bagi Tokoh Masyarakat/Petani dan Pengusaha sebagai berikut (masing-masing rangkap 3/tiga): a. Riwayat hidup dan pendidikan; b. Riwayat kepangkatan/jenjang, karir (kalau ada); c. Penghargaan yang pernah diraih; d. Latar belakang usulan penghargaan; e. Karya-karya yang pernah dihasilkan; f. Manfaat yang dirasakan terhadap karya tersebut. g. Surat klarifikasi dari Kepala Badan Intelijen Negara, Jaksa Agung Republik Indonesia dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. g. Tata Cara Pengusulan Calon Penerima Penghargaan 1) Cara Pengusulan a) Kepala Dinas/Badan tingkat Provinsi diusulkan oleh Gubernur dan direkomendasi oleh Kelompok KTNA Provinsi; b) Kepala Dinas/Badan tingkat Kabupaten/Kota diusulkan oleh Bupati dan direkomendasi oleh Kelompok KTNA Kabupaten/Kota/Provinsi; c) Petani, Pengusaha, Mitra Kerja, Mitra Usaha diusulkan oleh Gubernur/ Bupati/Walikota direkomendasi oleh Kelompok KTNA sesuai tingkatannya; d) Pejabat Fungsional/Struktural diusulkan oleh pimpinan unit Eselon I; Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

24 e) Gubernur diusulkan oleh Kelompok KTNA provinsi dengan tembusan disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri; f) Bupati/Walikota diusulkan oleh Kelompok KTNA Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Gubernur; g) Bagi yang sudah pernah mendapat tanda kehormatan dari Presiden (Satya Lencana Wirakarya atau Satya Lencana Pembangunan) tidak dapat di usulkan lagi pada tingkat penghargaan yang sama; h) Bagi pejabat yang diusulkan sekurang-kurangnya telah menjabat minimal 2 tahun dalam jabatan; i) Surat usulan seluruh calon penerima penghargaan ditujukan kepada Menteri Pertanian RI. 2) Batas Waktu Pengusulan Batas pengusulan penghargaan paling lambat akhir Januari ) Pengusulan Resume keberhasilan calon penerima Tanda Kehormatan, terdiri dari : a) Pencapaian sasaran dalam wilayah masing-masing terdiri dari produksi, areal/populasi, produktivitas; b) Produkt Domestik Regional Bruto (PDRB); c) Prestasi/Lomba, hasil dan karya yang telah diperoleh dalam bentuk perlombaan tingkat daerah atau tingkat nasional lingkup sektor pertanian; d) Perbandingan produksi yang dilakukan selama kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir; e) Upaya yang dilakukan untuk memberikan motivasi bagi pelaku pertanian sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. h. Pelaksanaan Seleksi Calon Penerima Penghargaan a. Pelaksanaan seleksi dan pengajuan penerima penghargaan diusulkan oleh Kelompok KTNA Provinsi/Kabupaten/Kota bagi calon penerima penghargaan pegawai pemerintah dan pengusaha mitra petani-nelayan, sedangkan penghargaan yang akan diberikan oleh pemerintah kepada petani-nelayan diusulkan melalui Gubernur/Bupati/Walikota kepada panitia Penyelenggara sesuai peraturan yang berlaku; b. Guna memudahkan koordinasi calon penerima penghargaan setelah sampai dilokasi agar segera menghubungi Panitia Provinsi/Kabupaten seksi penghargaan di sekretariat Panitia Provinsi/Kabupaten; Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

25 3) Para peserta penerima penghargaan disediakan tempat duduk tersendiri dan mengenakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dengan peci hitam polos untuk pria dan pakaian nasional untuk wanita; 4) Panitia Pemberian Penghargaan diharuskan membuat laporan akhir kegiatan yang diserahkan kepada Seksi Kesekretariatan/Urusan Publikasi, Dokumentasi dan Pelaporan. 2. Pemberian Hadiah Lomba a. Pengertian Pemberian hadiah lomba, adalah kegiatan pemberian tanda-tanda pengakuan prestasi peserta PENAS XV KTNA 2017 atas keberhasilannya meraih prestasi dalam perlombaan kegiatan terbaik selama berlangsungnya PENAS XV KTNA Hadiah lomba kegiatan untuk juara umum diberikan pada acara penutupan, sedangkan hadiah-hadiah lainnya diberikan pada acara pagelaran setiap lombalomba kegiatan. b. Tujuan Meningkatkan motivasi bagi pemenang lomba kegiatan pada acara kegiatan PENAS XV KTNA 2017 sebagai pengakuan prestasi. c. Peserta Pemenang Lomba kegiatan PENAS XV KTNA 2017 d. Waktu dan Tempat 1) Juara Umum Waktu : Kamis, 11 Mei 2017 Tempat : Panggung Utama di Stadion Harapan Bangsa 2) Juara Lomba Kegiatan PENAS XV KTNA 2017 Waktu : Setelah acara masing-masing lomba selesai Tempat : Disesuaikan dengan kegiatan lomba e. Pelaksanaan 1) Para peserta diharuskan mendaftarkan diri kepada panitia lomba paling lambat 1 (satu) jam sebelum waktu pelaksanaan setiap kegiatan lomba. 2) Mengikuti perlombaan sesuai aturan yang telah ditetapkan masing-masing kegiatan lomba. 3) Panitia/juri menetapkan juara 1, 2, dan 3 yang tidak bisa di ganggu gugat. 4) Pemberian hadiah lomba berupa piagam dan souvenir. Petunjuk Teknis PENAS XV Petani-Nelayan

BAB I BIDANG SATU : UPACARA DAN APRESIASI

BAB I BIDANG SATU : UPACARA DAN APRESIASI BAB I BIDANG SATU : UPACARA DAN APRESIASI A. Pembukaan 1. Pengertian Pembukaan adalah kegiatan upacara sebagai tanda dimulainya secara resmi pelaksanaan PENAS XIV Petani Nelayan 2014. 2. Tujuan a. Melaksanakan

Lebih terperinci

Stadion Lhong Raya WIB. Dalam Negeri dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Panel)

Stadion Lhong Raya WIB. Dalam Negeri dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Panel) KEGIATAN PENAS KTNA XV ACEH 06 S/D 11 MEI, DI ACEH 1 50.000 org. Pembukaan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 I 6 Mei 8 Mei Upacara Pembukaan Upacara Pembukaan Pemberian tanda penghargaan oleh Presiden RI

Lebih terperinci

TEMA Dengan Revitalisasi Pertanian Kita Tingkatkan Kemandirian dan Kemitraan Menuju Kesejahteraan Petani-Nelayan

TEMA Dengan Revitalisasi Pertanian Kita Tingkatkan Kemandirian dan Kemitraan Menuju Kesejahteraan Petani-Nelayan PENGERTIAN Penas XII 2007 merupakan forum pertemuan atau tempat kegiatan belajar mengajar, tukar menukar informasi, dan pengalaman antara para petani-nelayan dan petani hutan, peneliti, penyuluh, pihak

Lebih terperinci

AGENDA TENTATIF PEKAN DAERAH (PEDA) KTNA ACEH TAHUN S/D 27 JULI 2016

AGENDA TENTATIF PEKAN DAERAH (PEDA) KTNA ACEH TAHUN S/D 27 JULI 2016 AGENDA TENTATIF PEKAN DAERAH (PEDA) KTNA ACEH TAHUN 2016 22 S/D 27 JULI 2016 NO TANGGAL WAKTU KEGIATAN VOLUME PELAKSANA TEMPAT KET I 22 Juli 2016 08.00-18.00 WIB Registrasi Peserta Bidang Kesekretariatan

Lebih terperinci

MATERI DAN JADWAL TENTATIF TEMU WICARA PEJABAT TINGGI/PEJABAT NEGARA PENAS XIV PETANI NELAYAN 2014

MATERI DAN JADWAL TENTATIF TEMU WICARA PEJABAT TINGGI/PEJABAT NEGARA PENAS XIV PETANI NELAYAN 2014 MATERI DAN JADWAL TENTATIF TEMU WICARA PEJABAT TINGGI/PEJABAT NEGARA PENAS XIV PETANI NELAYAN 2014 NO NARASUMBER TOPIK/MATERI WAKTU TEMPAT 1 Menteri Pertanian 2 3 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Lebih terperinci

VII. KESEKRETARIATAN

VII. KESEKRETARIATAN VII. KESEKRETARIATAN A. SEKSI KETATAUSAHAAN 1. Pengertian Ketatausahaan adalah salah satu unit kerja dalam penyelenggaraan PENAS XV KTNA Aceh 2017, yang bertugas menangani urusan administrasi dan penataan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Pelaksanaan PENAS Petani Nelayan XIV Tahun

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Pelaksanaan PENAS Petani Nelayan XIV Tahun PENDAHULUAN Sebagaimana kita ketahui bersama tujuan setiap penyelenggaraan PENAS Petani Nelayan adalah terjalinannya komunikasi antar petani nelayan, petani nelayan dengan pengusaha, pemerintah dan pengambil

Lebih terperinci

NO BIDANG TANGGAL WAKTU NAMA KEGIATAN TEMPAT PESERTA. Pemberian tanda penghargaan oleh Presiden RI. Temu Wicara dengan Presiden RI

NO BIDANG TANGGAL WAKTU NAMA KEGIATAN TEMPAT PESERTA. Pemberian tanda penghargaan oleh Presiden RI. Temu Wicara dengan Presiden RI Lampiran 6 : REKAPITULASI JADWAL HARIAN PER BIDANG KEGIATAN PENAS PETANI NELAYAN XIV TAHUN 07 S/D 12 JUNI, DI KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR NO BIDANG TANGGAL WAKTU NAMA KEGIATAN TEMPAT PESERTA

Lebih terperinci

NO TEMPAT TANGGAL WAKTU NAMA KEGIATAN BIDANG PESERTA

NO TEMPAT TANGGAL WAKTU NAMA KEGIATAN BIDANG PESERTA Lampiran 5 : REKAPITULASI JADWAL PENGGUNAAN GEDUNG DAN TEMPAT URUD ABJAD KEGIATAN PENAS PETANI NELAYAN XIV TAHUN 07 S/D 12 JUNI, DI KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR NO TEMPAT TANGGAL WAKTU NAMA KEGIATAN

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN WIRAUSAHA PETANI-NELAYAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN

V. PENGEMBANGAN WIRAUSAHA PETANI-NELAYAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN V. PENGEMBANGAN WIRAUSAHA PETANI-NELAYAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN A. Karya Wirausaha Petani-Nelayan 1. Pengertian Karya Wirausaha petani-nelayan adalah kegiatan yang mengekspose keberhasilan petani-nelayan

Lebih terperinci

NO TANGGAL WAKTU PESERTA NAMA KEGIATAN TEMPAT BIDANG

NO TANGGAL WAKTU PESERTA NAMA KEGIATAN TEMPAT BIDANG Lampiran 4 : REKAPTULAS JADWAL HARAN PER TANGGAL KEGATAN PENAS PETAN NELAYAN X TAHUN 07 S/D 12 JUN, D KABUPATEN MALANG, PRONS JAWA TMUR NO TANGGAL WAKTU PESERTA NAMA KEGATAN TEMPAT BDANG 1 2 3 4 5 6 4

Lebih terperinci

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2011, dengan hormat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:

Dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2011, dengan hormat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut: MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Nomor : 103509/MPN/LL/2011 20 April 2011 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Penyelenggaraan Upacara Bendera Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2011

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1009, 2014 KEMENPAN RB. Keprotokolan. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1645, 2014 KEMENRISTEK. Keprotokolan. Pedoman. PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI KEMENTERIAN RISET

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN GABUNGAN KELOMPOK TANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

6. Penyelanggaraan Temu wicara dengan pejabat tinggi/pejabat negara diselenggarakan dengan tahapan-tahapan, sebagai berikut:

6. Penyelanggaraan Temu wicara dengan pejabat tinggi/pejabat negara diselenggarakan dengan tahapan-tahapan, sebagai berikut: 5. Metode Temu Wicara dengan pejabat tinggi/pejabat negara dilaksanakan dengan motode pemaparan singkat oleh narasumber dan dilanjutkan dengan tanya-jawab antara peserta dengan pejabat tinggi/pejabat negara

Lebih terperinci

Dalam rangka peringatanhari Pendidikan Nasional Tahun 2012, dengan hormat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:

Dalam rangka peringatanhari Pendidikan Nasional Tahun 2012, dengan hormat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut: MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 408/MPK/Hm/2012 Jakarta, 16 April 2012 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Penyelenggaraan Upacara Bendera Peringatan Hari Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

II. KEPEMIMPINAN DAN KEMANDIRIAN KONTAK TANI NELAYAN

II. KEPEMIMPINAN DAN KEMANDIRIAN KONTAK TANI NELAYAN II. KEPEMIMPINAN DAN KEMANDIRIAN KONTAK TANI NELAYAN A Rembug Pengertian Rembug adalah forum musyawarah pengurus kelompok KTNA untuk membahas masalah yang dihadapi petani nelayan dalam pengembangan usahanya

Lebih terperinci

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 9 TAHUN 2015 B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DAN BADAN

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR : 43 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR : 43 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR : 43 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

: Penyelenggaraan Upacara Bendera Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2013

: Penyelenggaraan Upacara Bendera Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2013 Nomor Lampiran Hal : 080/MPK.F/LL/2013 : 1 (satu) berkas : Penyelenggaraan Upacara Bendera Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2013 Jakarta, 26 April 2013 Yang Terhormat 1.Menteri Agama Republik

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 20102010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menghormati kedudukan para Pejabat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 2 SERI E TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H K O T A S E M A R A N G NOMOR 17 TAHUN 2004 SERI E

L E M B A R A N D A E R A H K O T A S E M A R A N G NOMOR 17 TAHUN 2004 SERI E L E M B A R A N D A E R A H K O T A S E M A R A N G NOMOR 17 TAHUN 2004 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PENYULUHAN PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 38 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 38 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 38 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA SEKRETARIAT DAERAH

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA SEKRETARIAT DAERAH WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA SEKRETARIAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia PEDOMAN PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI TERBAIK TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia PEDOMAN PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI TERBAIK TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia PEDOMAN PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI TERBAIK TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012 Perpustakaan Nasional RI PEDOMAN PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI TERBAIK TINGKAT NASIONAL

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 51 TAHUN 2005 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 51 TAHUN 2005 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 51 TAHUN 2005 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, PERSONALIA, DAN MEKANISME KERJA LEMBAGA PERMODALAN KEWIRAUSAHAAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 8-2003 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 89, 2007 OTONOMI. PEMERINTAHAN. PEMERINTAHAN DAERAH. Perangkat Daerah. Organisasi.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, PERSONALIA, DAN MEKANISME KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, PERSONALIA, DAN MEKANISME KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, PERSONALIA, DAN MEKANISME KERJA LEMBAGA PERMODALAN KEWIRAUSAHAAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 8 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 8 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 8 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU BUPATI INDRAMAYU, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG 1 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN VIP ROOM BANDARA INTERNASIONAL I GUSTI NGURAH RAI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN VIP ROOM BANDARA INTERNASIONAL I GUSTI NGURAH RAI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN VIP ROOM BANDARA INTERNASIONAL I GUSTI NGURAH RAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELENGGARAAN ACARA RESMI DAN UPACARA BENDERA Nomor: SOP /TU 02 01/UM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELENGGARAAN ACARA RESMI DAN UPACARA BENDERA Nomor: SOP /TU 02 01/UM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELENGGARAAN ACARA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2016 Halaman : 2 dari 14 DAFTAR DISTRIBUSI DISTRIBUSI NOMOR SALINAN Copy 1 Copy 2 JABATAN Kepala Biro/Pusat/Ketua STTN/Inspektur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 18 TAHUN 2004 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER PIMPINAN dan ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARIMUN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

2011, No.80 2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentan

2011, No.80 2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentan No.80, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Perjalanan Dinas Ke luar Negeri. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PERJALANAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 BUPATI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PERJALANAN DINAS KE LUAR NEGERI BAGI PEJABAT/PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH e MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH Menimbang : a. bahwa memperhatikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /111/ /2010 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /111/ /2010 TENTANG WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/111/436.1.2/2010 TENTANG PANITIA PELAKSANA PERINGATAN HARI JADI KOTA SURABAYA KE-717 TAHUN 2010 WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 13/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN TELADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 13/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN TELADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 13/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN TELADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG. NOMOR: 75/Kpts/KPU-Kab /2015

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG. NOMOR: 75/Kpts/KPU-Kab /2015 SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 75/Kpts/KPU-Kab-011.329047/2015 TENTANG MEKANISME KAMPANYE DEBAT PUBLIK DALAM PEMILIHAN BUPATI DAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM PENYUSUNAN PERATURAN PRESIDEN PRIORITAS TAHUN 2014

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM PENYUSUNAN PERATURAN PRESIDEN PRIORITAS TAHUN 2014 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM PENYUSUNAN PERATURAN PRESIDEN PRIORITAS TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 5/PERMEN-KP/2015 TENTANG PENILAIAN PEJABAT FUNGSIONAL DI BIDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menghormati kedudukan para Pejabat Negara,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG DRAFT PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.legalitas.org PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2015 PEMERINTAHAN. Desa. Penyelenggaraan. Pembangunan. Pembinaan. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717). PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA, w w w.bpkp.go.id PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Penas XIV Petani Nelayan, di Malang, tgl. 7 Juni 2014 Sabtu, 07 Juni 2014

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Penas XIV Petani Nelayan, di Malang, tgl. 7 Juni 2014 Sabtu, 07 Juni 2014 Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Penas XIV Petani Nelayan, di Malang, tgl. 7 Juni 2014 Sabtu, 07 Juni 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN PEKAN NASIONAL XIV PETANI NELAYAN DI STADION

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR SEKRETARIAT DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR SEKRETARIAT DAERAH Alamat : Jln. Lawu No.385.B Karanganyar Telp. (0271) 495039 Faks. (0271) 495590 Website : www.karanganyarkab.go.id E-mail : setda@karanganyarkab.go.id

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERIMAAN TAMU KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERIMAAN TAMU KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERIMAAN TAMU KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Bali sebagai daerah

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM. Menimbang : BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

QANUN ACEH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG QANUN ACEH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 04 /PRT/M/2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN WADAH KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PADA TINGKAT PROVINSI, KABUPATEN/KOTA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG PROTOKOL PROVINSI GORONTALO

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG PROTOKOL PROVINSI GORONTALO PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG PROTOKOL PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA DAN STAF AHLI BUPATI

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA DAN STAF AHLI BUPATI PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA DAN STAF AHLI BUPATI BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG 1 PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ( RPJP ) KOTA PONTIANAK TAHUN 2005 S/D 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menghormati kedudukan para Pejabat Negara,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

Memperhatikan : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. M E M U T U S K A N

Memperhatikan : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. M E M U T U S K A N WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci