1 Tata Ungkapan Luar (TUL) adalah bagaimana mambuat perbedaan antara TUD di satu gambar dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1 Tata Ungkapan Luar (TUL) adalah bagaimana mambuat perbedaan antara TUD di satu gambar dengan"

Transkripsi

1 Bab. IV. ANALISIS GERAK PADA JEJER I ADEGAN KEDHATON - PATHET NEM (Menggunakan pendekatan hasil disertasi Primadi) 4.1. Sajian data dan analisis lengkapnya (tabulasi pembacaan/analisis terhadap gerakgerak) dari adegan yang dikaji. Data disajikan dalam bentuk tabulasi dengan pembagian sebagai berikut: Kolom jejer, kolom sequence, kolom jumlah adegan transkripsi, kolom stop motion perdetik, kolom seleksi stop motion, kolom gambar yang ditampilkan, kolom deskripsi sequence, kolom kisah sequence, kolom tipologi tokoh, kolom bahasa rupa Primadi detail, kolom teori Roger Long, kolom detail analisis gerak di adegan (kiri), kolom detail analisis gerak di adegan (kanan). Terdapat 70 pilihan gambar gerak stop motion, berarti terdapat 70 lajur dengan penjelasan pada masing-masing kolomnya. Jejer yang dianalisis adalah jejer I (satu), Pathet Nem adegan Kedhaton. Pada naskah transkripsi bergambar, adegan Kedhaton menceritakan kemarahan Baladewa pada Gathotkaca yang kemudian dilerai oleh Prabu Kresna, berada di sequence ke-11 (sebelas). Jumlah gambar dari adegan yang disusun pada naskah transkripsi bergambar di sequence ke-11 ini, terdapat angka 19, artinya tersusun 19 (sembilan belas) gambar adegan. Sedangkan dari hasil seleksi data stop motion diperoleh 70 gambar adegan yang digunakan untuk pendataan pada tabel pembacaan analisis yang disajikan pada kolom seleksi stop motion. Pada kolom stop motion per-detik terdapat beberapa lajur yang menggunakan tanda panah menurun ( ) merupakan tanda adanya lompatan beberapa file gambar yang sama, sehingga hanya dipilih gambar dari file awal dan file terakhir dari urutan gambar gerak tersebut. Misalnya: pada lajur gambar yang ke 24 kolom stop motion per-detik terdapat kode

2 Berarti, terdapat satu gambar gerak yang terlewati, yakni gambar gerak yang muncul pada detik ke 00.25, yang tidak perlu dicantumkan pada tabel, karena adanya pengulangan gambar. Pada gambar-gambar stop motion yang terdapat pada tabulasi secara keseluruhan berjumlah 45 menit, 01 detik, dengan rincian pada masing-masing lajur dari setiap gambar yang ditampilkan. Gambar-gambar yang terpilih hasil seleksi stop motion berjumlah 70 gambar dengan masing-masing nomer file yang terdapat pada masingmasing lajur dari gambar tersebut. Pada tiap-tiap lajur dari gambar-gambar hasil seleksi stop motion sequence ke-11 ini, terdapat deskripsi pada masing-masing gambarnya. Pada kolom berikutnya, masingmasing gambar tersebut diceritakan masing-masing kisahnya dengan bantuan narasi dari naskah transkripsi bergambar yang sudah disiapkan sebelumnya. Karena yang diamati adalah gerak-gerak dari para tokoh yang terdapat pada sequence ke-11 ini, maka diperlukan tipologi dari para tokohnya. Melalui bantuan dari berbagai rujukan kaji pustaka tentang wayang kulit purwa, akhirnya dapat diperoleh bahan-bahan untuk menyusun deskripsi masing-masing tipologi tokohnya. Kemudian pada tiap-tiap lajur juga dideskripsikan berdasarkan bahasa rupa Primadi secara detail dengan mendahulukan deskripsi posisi tokoh kiri ditambah gerak dan posisi kanan ditambah gerak. Lalu pada tiap adegan gambar masih dapat dipecah lagi menjadi Tata Ungkapan Luar 1 (TUL) 1, TUL 2, TUL 3, TUL 4, karena pada tiap gambar masih dapat diungkap tata ungkapan luarnya. Setelah pendeskripsian dengan bahasa rupa Primadi, lalu dideskripsikan berdasarkan teori Roger Long. Pada teori Roger Long dideskripsikan posisi para tokoh-tokohnya melalui bahasa tubuh tertentu dengan 1 Tata Ungkapan Luar (TUL) adalah bagaimana mambuat perbedaan antara TUD di satu gambar dengan TUD pada gambar berikutnya (biasanya terdapat pada gambar-gambar yang dirangkai misalnya: relief, komik, film, dan sejenisnya), agar rangkaian gambar tersebut dapat diceritakan secara bersambungan. Untuk film biasanya TUL yang satu dengan TUL yang berikut peralihannya dibantu oleh teknik peralihan Teknik Peralihan (TP) seperti cut, dissolve, insert, fade, wipe, dan sebagainya. TUD adalah tata ungkapan yang dapat menyatakan keadaan ruang suatu gambar. Ruang juga bisa dalam arti dimensi, jarak antar wimba, maupun suatu tempat (lokasi). 162

3 menggunakan istilah-istilah pedalangan yang biasa digunakan pada pewayangan gaya Yogyakarta. Akhirnya masing-masing deskripsi kolom-kolom tersebut digunakan sebagai bahanbahan untuk menganalisis secara detail gerak pada adegan dari masing-masing posisi tokoh sebelah kiri dan posisi tokoh sebelah kanan dalam jagad pewayangan dari sequence ke-11 lakon Parta Krama tersebut, untuk kepentingan penelitian ini. Untuk itu dapat di lihat sajian tabulasi dari lakon Parta Krama tersebut. - Tabulasi lakon Parta Krama jejer I, pathet nem adegan Kedhaton Dwarawati sequence ke-11, gambar ke-1 sampai dengan ke

4 4.2. Rumusan hasil analisis Jejer I Pathet Nem sequence ke-11, adegan Kedhaton Dwarawati. Foto 4.1. : Kresna Repro: Ensiklopedi Wayang Indonesia (Jilid 3/k,l,m,n,p;1999: 778) Tokoh prabu Kresna pada tabel, adalah raja dari kerajaan Dwarawati, yang menerima tamu prabu Baladewa dari kerajaan Mandura (Mandaraka), juga sebagai kakak kandungnya. Dalam adegan kedhaton Dwarawati, prabu Kresna dengan prabu Baladewa dan para tamu yang lain, selain Samba, dan patih Udawa, juga raden Gathotkaca yang mewakili kerajaan Ngastina terjadi pertemuan dan dialog. Tapi pada kesempatan dialog tersebut, Prabu Baladewa marah pada Gathotkaca dan mengusirnya, karena merasa lebih berkuasa. Prabu Kresna segera dapat mencegah, dan meminta Baladewa untuk lebih sabar dalam situasi demikian. Hasil analisis pertama: Kiri: alus (TUL 1, 2, 3, 4: Alih obyek bergerak & alih waktu). Kresna: (pertama dari kiri) Raja, tuan rumah. Berkarakter cerdas dan pembaca situasi yang tepat, organisatoris perang. 182

5 Hasil analisis ke dua: 1. Bayangan bergetar, (tidak bergerak maju atau mundur) 2. Masih bergetar 3. Masih bergetar 4. Masih bergetar 5. Masih bergetar 6. Masih bergetar 7. Masih bergetar 8. Masih bergetar 9. Masih bergetar 10. Bergerak mundur 11. Mulai bergerak maju (wangsul majeng) 12. Bergerak maju (wangsul ngajeng) 13. Bergerak lebih cepat (mlayu banter) 14. Mlayu banter 15. Mlayu banter 16. Mlayu banter 17. Bergerak berputar 18. Bergerak berputar 19. Bergerak berputar 20. Bergerak berputar 21. Bergerak berputar 22. Bergerak berputar 23. Bergerak berputar 24. Bergerak berputar 25. Bergerak berputar 26. Bergerak berputar 27. Berputar menghadap lawan (ngajengaken) 28. Menabrak, mendekap lawan, saling tarik dorong (nubruk, nyikep, cangkletcengkah) 183

6 29. Nyikep, cangklet-cengkah 30. Nyikep, cangklet-cengkah 31. Nyikep, cangklet-cengkah 32. Nyikep, cangklet-cengkah 33. Melonggarkan pelukan, lawan mulai tenang dan siap berdialog 34. Melonggarkan pelukan 35. Melonggarkan pelukan 36. Melonggarkan pelukan 37. Melonggarkan pelukan 38. Melonggarkan pelukan 39. Melonggarkan pelukan 40. Mulai bergerak berdiri, kondisi lebih tenang 41. Berdiri menghadap lawan untuk berdialog (ngajengaken) 42. Ngajengaken 43. Ngajengaken 44. Ngajengaken 45. Ngajengaken 46. Ngajengaken 47. Ngajengaken 48. Ngajengaken 49. Ngajengaken 50. Ngajengaken 51. Ngajengaken 52. Ngajengaken 53. Ngajengaken 54. Ngajengaken 55. Ngajengaken 56. Bergerak pindah posisi 57. Bergerak pindah posisi 58. Bergerak pindah posisi 59. Bergerak maju (wangsul majeng) 184

7 60. Wangsul majeng 61. Wangsul majeng 62. Bergerak berputar 63. Bergerak berputar 64. Bergerak berputar 65. Bergerak berputar 66. Bergerak berputar 67. Berputar membelakangi lawan (mengker) 68. Mengker 69. Mengker 70. Kembali ke posisi semula Gambar 4.2. Baladewa Repro: Ensiklopedi Wayang Indonesia (Jilid 1/a,b;1999: 778) Tokoh prabu Baladewa, dalam tabel tersebut, adalah raja dari kerajaan Mandura (Mandaraka) yang sekaligus juga kakak kandungnya prabu Kresna. Dalam adegan kedhaton Dwarawati, prabu Baladewa pada kesempatan dialog dengan prabu Kresna, Samba, patih Udawa dan Gathotkaca, tiba-tiba marah pada Gathotkaca dan mengusirnya, 185

8 karena merasa lebih berkuasa. Prabu Kresna segera dapat mencegahnya dan meminta Baladewa untuk lebih sabar menghadapi situasi demikian Analisis pertama Kiri: gagah (TUL 1, 2, 3, 4: alih obyek bergerak & alih waktu) Baladewa: (pertama dari kiri) Raja, tamu, kakak tuan rumah Berkarakter mudah marah, mudah tersinggung, setia pada keluarga. Analisis ke dua 1. Bayangan membesar (bergerak), posisi tangan bersiap melakukan sesuatu tindakan (mathentheng). 2. Bergerak ke depan (wangsul majeng) 3. Bergerak maju lebih cepat (wangsuk majeng, mlayu) 4. Wangsul majeng, mlayu. 5. Bayangan bergradasi (siap berputar) 6. Bayangan memipih (berputar) 7. Bayangan memipih dan menuju gunungan (berputar di balik gunungan). 8. Gunungan kiri dan kanan sebagai istana (ruang istana) 9. Di ruang istana (dalam) menunggu tindakan selanjutnya 10. Bayangan muncul siap menyerang 11. Bergerak maju tapi mundur lagi 12. Bayangan menghilang 13. Bayangan menghilang 14. Bayangan menghilang 15. Bayangan mulai bergerak maju (wangsul majeng) lagi. 16. Wangsul majeng, bayangan membesar 17. Wangsul majeng 18. Wangsul majeng 19. Wangsul majeng 20. Wangsul majeng 21. Wangsul majeng 186

9 22. Wangsul majeng 23. Bergerak cepat (mlayu) 24. Mlayu 25. Mlayu 26. Bergerak lebih cepat mlayu banter 27. Dipeluk erat lawan (nyikep) gerakan untuk menyerang tertahan (cangkletcengkah) 28. Nyikep, cangklet-cengkah 29. Nyikep, cangklet-cengkah 30. Nyikep, cangklet-cengkah 31. Nyikep, cangklet-cengkah 32. Nyikep, cangklet-cengkah 33. Nyikep melonggar, tangan bergerak ke pinggul (mathentheng) siap berdialog. Emosi mulai tenang 34. Nyikep melonggar 35. Nyikep melonggar 36. Nyikep melonggar 37. Nyikep melonggar 38. Nyikep melonggar 39. Nyikep melonggar 40. Nyikep melonggar 41. Posisi berhadapan dengan lawan (ngajengaken) untuk berdialog 42. Ngajengaken 43. Ngajengaken 44. Ngajengaken 45. Ngajengaken 46. Ngajengaken 47. Ngajengaken 48. Ngajengaken 49. Ngajengaken 50. Ngajengaken 187

10 51. Ngajengaken 52. Ngajengaken 53. Ngajengaken 54. Ngajengaken 55. Ngajengaken 56. Bergerak pindah posisi 57. Bergerak pindah posisi 58. Bergerak pindah posisi 59. Bergerak duduk bersimpuh (makidhupuh) 60. Makidhupuh 61. Makidhupuh 62. Makidhupuh dan bergerak mundur 63. Makidhupuh dan bergerak mundur 64. Makidhupuh dan bergerak mundur 65. Makidhupuh dan bergerak mundur 66. Makidhupuh dan bergerak mundur 67. Makidhupuh dan bergerak mundur 68. Bergerak maju (wangsul majeng) 69. Wangsul majeng 70. Kembali ke posisi semula. 188

11 Gambar 4.3. Setyaki Repro: Ensiklopedi Wayang Indonesia (Jilid 4/r,s; 1999: 1207) Tokoh Setyaki pada tabel, adalah tamu (saudara sepupu prabu Kresna) yang dipanggil prabu Kresna untuk membicarakan perkawinan Arjuna dengan Dewi Sembadra. Dalam adegan kedhaton Dwarawati, Setyaki sebagai tamu, berdialog dengan prabu Kresna, prabu Baladewa, patih Udawa dan Gathotkaca. Pada saat terjadi kemarahan prabu Baladewa terhadap Gathotkaca dan dapat dicegah prabu Kresna, Setyaki dalam posisi duduknya diam tidak berbicara ataupun bergerak samasekali. Analisis pertama Kanan: gagah (TUL 1, 2, 3, 4: Alih obyek bergerak & alih waktu). Setyaki: (pertama dari kanan). Sepupu Prabu Kresna, datang di panggil oleh Kresna. Karakternya jujur dan serba adil, berbicara singkat dan tegas. Pada saat ini diam dan tenang. Analisis ke dua 1. Posisi duduk dengan tangan bertumpu di pangkuan (angapurancang). 2. Gambar ke-1 sampai gambar yang ke-70, tidak ada perubahan gerak. Selama adegan ini, Setyaki duduk tenang dengan tangan di pangkuan (angapurancang) 189

12 Gambar 4.4. Gathotkaca Repro: Ensiklopedi Wayang Indonesia (Jilid 2/c,d,e,f,g,h,I,j; 1999:565) Tokoh Gathotkaca pada tabel, adalah tamu yang mewakili pihak Begawan Abiyasa dan Pandawa. Dalam adegan kedhaton Dwarawati, Gathotkaca sebagai tamu, berdialog dengan prabu Kresna, prabu Baladewa, patih Udawa dan Setyaki untuk membicarakan kelanjutan acara perkawinan Arjuna dan Dewi Sembadra. Pada saat terjadi kemarahan prabu Baladewa terhadap Gathotkaca dan dapat dicegah prabu Kresna, Gathotkaca dalam posisi duduknya diam tidak berbicara ataupun bergerak samasekali, hanya pada adegan gambar ke-49 sampai gambar ke-51 (dalam waktu 3 detik), Gathotkaca mengangkat tangannya ke dada untuk menyatakan sikap. Analisis pertama Kanan: gagah (TUL 1, 2, 3, 4: Alih obyek bergerak & alih waktu). Gathotkaca: (ke dua dari kanan). Anak dari Werkudara (salah satu dari lima Pandawa), sebagai tamu mewakili Pandawa. Berkarakter tegas, setia dan berjiwa patriot. 190

13 Analisis ke dua 1. Posisi dalam keadaan duduk dengan tangan lurus ke bawah (anjujur). Dari gambar ke-1 sampai gambar ke-48, tidak ada perubahan gerak. Selama adegan ini duduk tenang dengan posisi tangan lurus ke bawah (anjujur). Pada gambar, 49. Posisi tetap duduk, salah satu tangan terangkat ke dada. 50. Posisi tetap duduk, salah satu tangan terangkat ke dada. 51. Posisi tetap duduk, salah satu tangan terangkat ke dada. 52. Gambar ke-52 sampai gambar ke-70, Kembali dalam keadaan duduk dengan tangan lurus ke bawah (anjujur). Tidak ada perubahan gerak lagi. 191

Bab V. PEMAKNAAN ATAS HASIL ANALISIS GERAK MENYELURUH PADA JEJER I, ADEGAN KEDHATON, LAKON PARTA KRAMA 5.1. Pemaknaan atas hasil analisis Pemaknaan

Bab V. PEMAKNAAN ATAS HASIL ANALISIS GERAK MENYELURUH PADA JEJER I, ADEGAN KEDHATON, LAKON PARTA KRAMA 5.1. Pemaknaan atas hasil analisis Pemaknaan Bab V. PEMAKNAAN ATAS HASIL ANALISIS GERAK MENYELURUH PADA JEJER I, ADEGAN KEDHATON, LAKON PARTA KRAMA 5.1. Pemaknaan atas hasil analisis Pemaknaan yang dimaksud merupakan perolehan dari data-data yang

Lebih terperinci

menganggap bahwa bahasa tutur dalang masih diperlukan untuk membantu mendapatkan cerita gerak yang lebih jelas.

menganggap bahwa bahasa tutur dalang masih diperlukan untuk membantu mendapatkan cerita gerak yang lebih jelas. Bab. VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Teori bahasa rupa dapat menjelaskan gerak/sebetan wayang kulit purwa dengan cara menggunakan rangkaian gambar gerak dari satu gambar gerak ke gambar gerak

Lebih terperinci

PERGELARAN BAYANGAN WAYANG KULIT PURWA DALAM KAJIAN BAHASA RUPA GERAK ( Lakon Parta Krama Gaya Yogyakarta) DISERTASI

PERGELARAN BAYANGAN WAYANG KULIT PURWA DALAM KAJIAN BAHASA RUPA GERAK ( Lakon Parta Krama Gaya Yogyakarta) DISERTASI PERGELARAN BAYANGAN WAYANG KULIT PURWA DALAM KAJIAN BAHASA RUPA GERAK ( Lakon Parta Krama Gaya Yogyakarta) DISERTASI Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Doktor dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

Kajian Bahasa Rupa Berdasar Rekaman Video Pergelaran Wayang Kulit Purwa dalam Lakon Parta Krama

Kajian Bahasa Rupa Berdasar Rekaman Video Pergelaran Wayang Kulit Purwa dalam Lakon Parta Krama 364 ITB J. Vis. Art. Vol. 1 D, No. 3, 2007, 364-390 Kajian Bahasa Rupa Berdasar Rekaman Video Pergelaran Wayang Kulit Purwa dalam Lakon Parta Krama Ismurdyahwati 1, Setiawan Sabana 2, Primadi 2 & Priyanto

Lebih terperinci

MENILIK PERBENDAHARAAN BAHASA RUPA. Taswadi ABSTRAK

MENILIK PERBENDAHARAAN BAHASA RUPA. Taswadi ABSTRAK MENILIK PERBENDAHARAAN BAHASA RUPA Taswadi ABSTRAK Tulisan ini untuk memperkenalkan salah satu pendekatan dalam bidang seni rupa. Biasanya seni itu ditinjau dari kacamata estetis dan simbolis. Untuk memperkaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seni Wayang Jawa sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang memuat berbagai aspek

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TRANSISI SHOT PADA EDITING VIDEO

IDENTIFIKASI TRANSISI SHOT PADA EDITING VIDEO IDENTIFIKASI TRANSISI SHOT PADA EDITING VIDEO Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Disusun Oleh : Angga Setyo Apriyono (14148139) Decy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia di jaman dahulu. Mahabharata berasal dari kata maha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. manusia di jaman dahulu. Mahabharata berasal dari kata maha yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kesusastraan Indonesia kuno terdapat epos besar, yaitu kisah Mahabharata, yang pada awalnya ditulis dalam bahasa Sansekerta dimana menurut Nyoman (2014) dalam

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT & CUTTING. Untuk memenuhi tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn.

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT & CUTTING. Untuk memenuhi tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn. MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT & CUTTING Untuk memenuhi tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn. Disusun Oleh : Fanny Setiawati (14148149) Candra Adi Pratama (14148160)

Lebih terperinci

TONTONAN, TATANAN, DAN TUNTUNAN ASPEK PENTING DALAM AKSIOLOGI WAYANG

TONTONAN, TATANAN, DAN TUNTUNAN ASPEK PENTING DALAM AKSIOLOGI WAYANG TONTONAN, TATANAN, DAN TUNTUNAN ASPEK PENTING DALAM AKSIOLOGI WAYANG Oleh: Kasidi Hp. Disampaikan dalam Sarasehan Senawangi Dalam Rangka Kongres IX Senawangi 25-26 April 2017 Jakarta PENGERTIAN AKSIOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. wayang. Sebuah pemikiran besar yang sejak dahulu memiliki aturan ketat sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. wayang. Sebuah pemikiran besar yang sejak dahulu memiliki aturan ketat sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesusasteraan memiliki ruang lingkup yang begitu luas dalam rangka penciptaannya atas representasi kebudayaan nusantara. Salah satu hasil ekspresi yang muncul

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT. Untuk Memenuhi Tugas Penyuntungan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT. Untuk Memenuhi Tugas Penyuntungan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT Untuk Memenuhi Tugas Penyuntungan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Disusun Oleh : Reni Apriliana 14148155 Sekar Manik Pranipta 14148157 FAKULTAS SENI

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya.

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya. BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Fakta Kunci Banyak orang tua yang salah dalam cara mendidik anaknya, sehingga seringkali membuat anak menjadi sangat nakal dan tidak sesuai dengan apa yang

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Hadiprayitna dapat dipahami sebagai sikap kreatif dalang sebagai pelaku seni

BAB IV PENUTUP. Hadiprayitna dapat dipahami sebagai sikap kreatif dalang sebagai pelaku seni BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Sanggit Gugurnya Bisma di dalam lakon Bisma Gugur sajian Ki Timbul Hadiprayitna dapat dipahami sebagai sikap kreatif dalang sebagai pelaku seni pedalangan dalam rangka mengubah

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI CUTTING TRANSITION PADA FILM DAN KESAN YANG DITIMBULKAN

MENGIDENTIFIKASI CUTTING TRANSITION PADA FILM DAN KESAN YANG DITIMBULKAN MENGIDENTIFIKASI CUTTING TRANSITION PADA FILM DAN KESAN YANG DITIMBULKAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Program Studi Televisi Dan Film

Lebih terperinci

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 5. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 5. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: TEKNIK EDITING II Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pertemuan 5 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn KONSEP EDITING KONSEP EDITING Setelah memahami hubungan

Lebih terperinci

Analisis Semiotik dalam Suluk Pakeliran Lakon Retno Sentiko Oleh Ki Seno Nugroho

Analisis Semiotik dalam Suluk Pakeliran Lakon Retno Sentiko Oleh Ki Seno Nugroho Analisis Semiotik dalam Suluk Pakeliran Lakon Retno Sentiko Oleh Ki Seno Nugroho Oleh : Eka Homsatun Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa ekahomsatun@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

penggunaan istilah gaya menyangkut pada masalah gaya tradisi pedalangan yang

penggunaan istilah gaya menyangkut pada masalah gaya tradisi pedalangan yang Bab I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.1. Wayang Kulit Purwa Yogyakarta Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan penelitian pergelaran wayang kulit, yang dikaji dalam bentuk gerak bayangan

Lebih terperinci

Tehnik Animasi Kartun Flash

Tehnik Animasi Kartun Flash DISCLAIMER Seluruh dokumen E-Trik di dalam CD ini dapat digunakan dan disebarkan secara bebas untuk tujuan belajar bukan komersial (non-profit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis

Lebih terperinci

(Sumber: Film The Raid 2, TC 00:01:49-00:01:50)

(Sumber: Film The Raid 2, TC 00:01:49-00:01:50) A. METODE EDITING Dalam proses penyuntingan gambar, metode editing terbagi menjadi 2 yaitu cut dan transisi. 1. Cutting adalah proses pemotongan gambar secara langsung tanpa adanya manipulasi gambar. 2.

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME MELALUI TOKOH WAYANG BIMA PADA CERITA BRONTOYUDHO DALAM LAKON DURYUDONO GUGUR

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME MELALUI TOKOH WAYANG BIMA PADA CERITA BRONTOYUDHO DALAM LAKON DURYUDONO GUGUR PENANAMAN NILAI PATRIOTISME MELALUI TOKOH WAYANG BIMA PADA CERITA BRONTOYUDHO DALAM LAKON DURYUDONO GUGUR (Analisis isi video untuk pembuatan media pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuntingan Digital II PUSPA INTAN FITRIAMURTI 14148101 SARTIKA DEVI PUTRI E.A.A 14148115 PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA digilib.uns.ac.id BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA 4.1 Detail Aplikasi Aplikasi Augmented Reality Technology pada Buku Cerita Gatotkaca Lahir adalah aplikasi yang dibangun sebagai media pembelajaran anak-anak.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sandiwara Radio Profesor. Dr. Herman J. Waluyo menyebutkan bahwa dalam Bahasa Indonesia terdapat istilah sandiwara. Sandiwara diambil dari bahasa jawa sandi dan warah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini menjawab dua persoalan yaitu bagaimana. Pertunjukan berlangsung selama dua jam sepuluh menit dan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini menjawab dua persoalan yaitu bagaimana. Pertunjukan berlangsung selama dua jam sepuluh menit dan 253 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini menjawab dua persoalan yaitu bagaimana intertekstualitas struktur lakon dan mengapa dramatisasi diperlukan dalam sanggit lakon Hana Caraka Nabi Elia. Pertunjukan

Lebih terperinci

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jauh sebelum kita mengenal tulisan berupa huruf dan abjad yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari ini, manusia zaman Pra-Sejarah telah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Animasi Adapun pengertian dari animasi yang berasal dari bahasa latin Anima yaitu yang berarti jiwa, hidup, semangat. Selain itu kata animasi juga berasal dari kata animation

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DRAMATIK. Action / Gerakan Hambatan Kehendak Unsur Dramatik

KONSTRUKSI DRAMATIK. Action / Gerakan Hambatan Kehendak Unsur Dramatik Konstruksi Dramatik KONSTRUKSI DRAMATIK Unsur yang bisa melahirkan gerak dramatik pada cerita atau pada pikiran penerimanya. Arti kata drama (KBBI) : komposisi syair atau prosa yg diharapkan dapat menggambarkan

Lebih terperinci

( ) berusaha menggabungkan semua jenis wayang yang ada menjadi satu

( ) berusaha menggabungkan semua jenis wayang yang ada menjadi satu 11 6. Wayang Madya Wayang Madya diciptakan pada waktu Pangerarn Adipati Mangkunegoro IV (1853-1881) berusaha menggabungkan semua jenis wayang yang ada menjadi satu kesatuan yang berangkai serta disesuaikan

Lebih terperinci

Pupuh 1 (bait 1-5) : Manggala dipersembahkan kepada Dewa Wisnu yang menjelma menjadi manusia pada zaman Dwapara.

Pupuh 1 (bait 1-5) : Manggala dipersembahkan kepada Dewa Wisnu yang menjelma menjadi manusia pada zaman Dwapara. RINGKASAN KEKAWIN KRESNAYANA Pupuh 1 (bait 1-5) : Manggala dipersembahkan kepada Dewa Wisnu yang menjelma menjadi manusia pada zaman Dwapara. Pupuh 2 (bait 1-8) : Ada suatu kerajaan yang bernama Dwarawati

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. lakon Séta Gugur yaitu pepindhan, tembung éntar, dan tembung saroja.

BAB IV PENUTUP. lakon Séta Gugur yaitu pepindhan, tembung éntar, dan tembung saroja. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian, dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu gaya bahasa yang ditemukan pada SPKSN lakon Séta Gugur yaitu pepindhan,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SEMBADRA DILARUNG (PAKEM BALUNGAN) KE SEMBADRA LARUNG (PAKEM JANGKEP): ANALISIS PERBANDINGAN ALUR DAN PENOKOHAN SKRIPSI

PERKEMBANGAN SEMBADRA DILARUNG (PAKEM BALUNGAN) KE SEMBADRA LARUNG (PAKEM JANGKEP): ANALISIS PERBANDINGAN ALUR DAN PENOKOHAN SKRIPSI PERKEMBANGAN SEMBADRA DILARUNG (PAKEM BALUNGAN) KE SEMBADRA LARUNG (PAKEM JANGKEP): ANALISIS PERBANDINGAN ALUR DAN PENOKOHAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: 13 Fakultas FIKOM Mata Kuliah - Advertising Project Management- Eksekusi Konsep Kreatif Periklanan (1) Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Tujuan penulisan

Lebih terperinci

Tahapan Editing & Teknik Dasar Editing

Tahapan Editing & Teknik Dasar Editing Tahapan Editing & Teknik Dasar Editing By Abednego Diyan Pramudya, S.Sos Perangkat editing yang banyak digunakan televisi di Indonesia adalah menggunakan perangkat edit linear yang bekerja dengan merekam

Lebih terperinci

MELATIH ANJING HERDER (bagian pertama) Oleh : Susila Sujarwo*)

MELATIH ANJING HERDER (bagian pertama) Oleh : Susila Sujarwo*) MELATIH ANJING HERDER (bagian pertama) Oleh : Susila Sujarwo*) Keberhasilan melatih anak anjing herder tergantung dari anjing-anjing yang dilatih dan faktor pelatihnya (kasih sayang, perhatian dan waktu).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil pengujian alat serta analisisnya. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil perancangan alat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Sebuah pertunjukkan wayang memiliki beberapa elemen utama yang mempengaruhi performanya, diantaranya adalah seni drama (sanggit), musik (vocal-instrumen),

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Lakon Antaséna Rabi sajian Ki Anom Suroto merupakan. salah satu jenis lakon rabèn dan karangan yang mengambil satu

BAB VI KESIMPULAN. Lakon Antaséna Rabi sajian Ki Anom Suroto merupakan. salah satu jenis lakon rabèn dan karangan yang mengambil satu BAB VI KESIMPULAN Lakon Antaséna Rabi sajian Ki Anom Suroto merupakan salah satu jenis lakon rabèn dan karangan yang mengambil satu tokoh pokok Antasena kemudian ditambah tokoh-tokoh baru seperti Manuwati,

Lebih terperinci

TUGAS PENYUNTINGAN DIGITAL

TUGAS PENYUNTINGAN DIGITAL TUGAS PENYUNTINGAN DIGITAL Disusun oleh: Ari Fathoni (14148118) Sri Cahyani Putri Purwaningsih (14148150) FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2015 Teknik teknik editing: 1.

Lebih terperinci

1 Lihat pada skema 1.1. Denah lokasi pagelaran luar dan pagelaran dalam, bab I, hal.2.

1 Lihat pada skema 1.1. Denah lokasi pagelaran luar dan pagelaran dalam, bab I, hal.2. Bab.III. PERGELARAN WAYANG KULIT PURWA JAWA, GAYA YOGYAKARTA. LAKON PARTA KRAMA 3.1. Peran Pertunjukan Wayang Kulit Dalam Seni Budaya Yogyakarta 3.1.1. Kehidupan dan perkembangan pakeliran di Jawa. Sebelum

Lebih terperinci

SESSION 2: MASTERING TIMELINE

SESSION 2: MASTERING TIMELINE SESSION 2: MASTERING TIMELINE 1. ANIMASI TWEEN MOTION Animasi Tween Motion tidak perlu menggambar satu per satu seperti teknik Frame by Frame. Tetapi Anda hanya menentukan tujuan awal dan tujuan akhir

Lebih terperinci

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN 68 BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN 5.1 Alur Cerita Alur cerita yang penulis angkat untuk serial komik Wisanggeni ini, diambil langsung dari kisah wayang Jawa yang berjudul Lahirnya Bambang Wisanggeni.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. wayang yang digunakan, yaitu wayang kulit purwa dan wayang kulit madya.

BAB IV PENUTUP. wayang yang digunakan, yaitu wayang kulit purwa dan wayang kulit madya. 104 BAB IV PENUTUP Lakon Anoman Mukswa merupakan lakon transisi dari wayang purwa menuju wayang madya sehingga dalam pementasannya terdapat dua jenis wayang yang digunakan, yaitu wayang kulit purwa dan

Lebih terperinci

Pagelaran Wayang Ringkas

Pagelaran Wayang Ringkas LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT NASIONAL XIV Jakarta, 12 16 Juni 2006 KODE : 33 NAS Bidang Lomba Keahlian Seni Pedalangan Pagelaran Wayang Ringkas Test Project DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii v vii x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... B. Fokus Penelitian... C. Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dewasa ini komik merupakan salah satu media komunikasi yang sedang populer. Selain karena mudah dipahami, komik juga media yang menarik untuk

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN Nama : Burhanudin Yusuf NIM : 11.21.0618 Dosen Pembimbing: M. Suyanto, Prof. Dr, M.M. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA S1 TRANSFER SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Fakta Kunci Masih kurangnya pengetahuan anak - anak tentang pemborosan air yang mereka lakukan tanpa mereka sadari. Kurangnya informasi yang diberikan

Lebih terperinci

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Modul ke: Menulis Skenario Drama dan Film Fakultas 15FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Menulis Skenario Penulisan naskah untuk drama, film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Prinsip Kerja Robot Prinsip kerja robot yang saya buat adalah robot lego mindstorm NXT yang menggunakan sensor ultrasonik yang berfungsi sebagai mata pada robot dengan tambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

TUGAS PENYUNTINGAN DIGITAL II

TUGAS PENYUNTINGAN DIGITAL II TUGAS PENYUNTINGAN DIGITAL II Menganalisis Cut dan Transisi Pada Naskah Film Belenggu Dosen Pengampu :Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Disusun Oleh : Novasari Widyaningsih 14148111 Yessy Arisanti Wienata 14148151

Lebih terperinci

BAB IV WIMBA, CARA WIMBA, DAN TATA UNGKAPAN DALAM GAMBAR 2D ANAK. Setelah melakukan penelitian, pada satu kelas Sekolah Dasar (SD)

BAB IV WIMBA, CARA WIMBA, DAN TATA UNGKAPAN DALAM GAMBAR 2D ANAK. Setelah melakukan penelitian, pada satu kelas Sekolah Dasar (SD) BAB IV WIMBA, CARA WIMBA, DAN TATA UNGKAPAN DALAM GAMBAR 2D ANAK Setelah melakukan penelitian, pada satu kelas Sekolah Dasar (SD) yang terdiri dari 57 anak, maka data hasil penelitian tersebut diolah,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KARYA

BAB IV ANALISIS KARYA 1 BAB IV ANALISIS KARYA A. Proses Pengembangan Gagasan Cerita Pewayangan ke dalam Bentuk Komik. 1. Munculnya Ide Ketertarikan penulis terhadap komik ada sejak duduk di kelas 6 sekolah dasar. Komik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kesadaran akan nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia sangat memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri bangsa semakin terkikis

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP VISUAL DAN KONSEP KOMUNIKASI. : Silu meminta Ayus menjaga kéncéng dan Ayus tidak boleh membuka kéncéngnya, Ayus menyanggupinya

BAB IV KONSEP VISUAL DAN KONSEP KOMUNIKASI. : Silu meminta Ayus menjaga kéncéng dan Ayus tidak boleh membuka kéncéngnya, Ayus menyanggupinya berikutnya, Silu menengok ke kiri dan daerah Selatan, maka daerah itupun panen. Sedangkan ketiga gunung tersebut hingga kini masih ada berada di sepanjang sungai dimana Silu menaiki perahunya menuju laut.

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Motion of Legong PENCIPTA : I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn PAMERAN : Jalan Menuju Media Kreatif #4 Penguatan Budaya dan Karakter Bangsa Galeri Cipta III

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Dan Literatur Metode penelitian yang digunakan: Literatur : - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. - Buku

Lebih terperinci

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2009 KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT PROVINSI HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT PROVINSI BIDANG FISIKA Waktu : 210 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Budaya Indonesia memang terkenal dengan multikulturnya, ceritacerita secara tidak langsung membentuk watak bangsa Indonesia disetiap suku dan ras yang ada di Indonesia memiliki

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

SPIRITUAL FRUITS THAT BRING REVIVAL #4 Buah Roh yang Membawa Kebangunan Rohani #4 KESABARAN

SPIRITUAL FRUITS THAT BRING REVIVAL #4 Buah Roh yang Membawa Kebangunan Rohani #4 KESABARAN SPIRITUAL FRUITS THAT BRING REVIVAL #4 Buah Roh yang Membawa Kebangunan Rohani #4 KESABARAN PEMBUKAAN: Bulan ini kita akan masuk dalam seri kotbah yang baru dengan judul Spiritual Fruits that Bring Revival

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya teknologi informasi yang cepat tidak hanya menciptakan sisi positif bagi kemajuan teknologi itu sendiri, namun di sisi lain menciptakan dampak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN Kehidupan kita tidak akan pernah lepas dari berbagai seni rupa yang akan kita temui dan rasakan setiap hari. Kemanapun kita pergi, karya seni rupa dapat ditemukan dimana-mana

Lebih terperinci

Produksi AUDIO VISUAL

Produksi AUDIO VISUAL Modul ke: Produksi AUDIO VISUAL Storyboard Shooting board Dorector board Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pendahuluan: Storyboard

Lebih terperinci

Mahendra Dinata

Mahendra Dinata Mahendra Dinata 3405100143 REVIEW BAB I II III FENOMENA Penjualan Sequential Art dalam beberapa tahun terakhir (Update 2009 2010) mengalami peningkatan signifikan. Penjualan Sequential Art (Komik dan Novel

Lebih terperinci

SILABUS TEMATIK. Satuan Pendidikan : SD/ MI Kelas/ Semester : I/ 1 : Diri Sendiri

SILABUS TEMATIK. Satuan Pendidikan : SD/ MI Kelas/ Semester : I/ 1 : Diri Sendiri SILABUS TEMATIK Satuan Pendidikan : SD/ MI Kelas/ Semester : I/ 1 Tema : Diri Sendiri Kompetensi Dasar Mendengarkan 1.1 Membedakan berbagai bunyi bahasa Indikator 1.1.1Mengenal bunyi bahasa (a, i, m, n)

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses, produksi dan pasca produksi dalam pembuatan film AGUS. Berikut ini adalah penjelasan proses pembuatan film yang berjudul AGUS, sebagai berikut:

Lebih terperinci

MEMBUAT IKLAN TELEVISI

MEMBUAT IKLAN TELEVISI MEMBUAT IKLAN TELEVISI MUHAMAD HUSNI MUBAOK, S.PD., M.IKOM Dari berbagai Sumber Online TELEVISI DAN IKLAN TELEVISI MERUPAKAN MEDIA AUDIOVISUAL YANG CANGGIH. DENGAN MENGGUNAKAN DUA ELEMEN KEKUATAN SEKALIGUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang merupakan representasi kehidupan manusia yang memuat nilai, norma, etika, estetika, serta aturan-aturan dalam berbuat dan bertingkah laku yang baik. Wayang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan teknik motion

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan teknik motion BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Seperti yang telah dijelaskan pada bagian rumusan masalah pada Bab I, tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan teknik motion graphic novel yang pewarnaanya menggunakan

Lebih terperinci

TEKNIK TRANSISI VIDEOGRAFI BERBASIS GERAKAN WAYANG KULIT

TEKNIK TRANSISI VIDEOGRAFI BERBASIS GERAKAN WAYANG KULIT Kode/Rumpun Ilmu : 702 / Televisi LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL TEKNIK TRANSISI VIDEOGRAFI BERBASIS GERAKAN WAYANG KULIT Ketua: Ranang A.S., S.Pd., M.Sn. NIDN.0010117110 Anggota: Handriyotopo, S.Sn.,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, berikut ini akan dirumuskan

BAB 5 KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, berikut ini akan dirumuskan 443 BAB 5 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, berikut ini akan dirumuskan beberapa kesimpulan penelitian yang berfokus pada hasil analisis dan interpretasi aspek sintaksis,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Setelah proses penelitian dan pembuatan sketsa yang telah diterangkan pada bab III, pada bab ini membahas mengenai proses dan implementasi desain pada berbagai media yang telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid 2.1 Definisi Film BAB II LANDASAN TEORI Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan

Lebih terperinci

Storyboard For Animation

Storyboard For Animation Storyboard For Animation Anda tidak perlu menjadi seorang kartunis yang bagus untuk menggambar storyboard yang baik. Jika Anda tidak bisa menggambar, maka akan memakan waktu lebih lama, tetapi Anda dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan dalam kehidupan manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan dalam kehidupan manusia sebagai alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan dalam kehidupan manusia sebagai alat berbicara dan sebagai pengembang kebudayaan. Fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi Komunikasi 4.1.1.1 Fakta Kunci 1. Biasanya, anak-anak tidak tertarik untuk mempelajari hal-hal yang ada di dalam text book, dan biasanya lebih

Lebih terperinci

2. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Komik untuk Menjelaskan Konsep Arus Listrik

2. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Komik untuk Menjelaskan Konsep Arus Listrik Teks komik menggunakan bahasa sehari-hari sehingga memudahkan anak-anak memahaminya. Hal inilah yang membuat komik lebih disukai daripada buku teks pelajaran. Dalam penelitian ini dibuat komik fisika dengan

Lebih terperinci

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR Personality Questionaire PANDUAN PENGISIAN MBTI NO. A 1. Isilah dengan jujur & refleksikan setiap pernyataan yang ada ke dalam keseharian Anda 2. JANGAN terlalu banyak berpikir,

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN DAN MEDIA. produksi yaitu media utama yang berupa motion graphic video.

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN DAN MEDIA. produksi yaitu media utama yang berupa motion graphic video. BAB IV TEKNIS PERANCANGAN DAN MEDIA 4.1 Teknis Perancangan Pada perancangan film pendek ini media utamanya yaitu berupa motion graphic video yang akan didistribusikan dengan trailer melalui media pendukung

Lebih terperinci

TEKNIK EDITING DALAM FILM BELENGGU

TEKNIK EDITING DALAM FILM BELENGGU TEKNIK EDITING DALAM FILM BELENGGU Scene 36 Scene 41 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Disusun Oleh Nopsi Marga Handayani 14148118 Angga

Lebih terperinci

ETIKA DALAM BERKOMONIKASI

ETIKA DALAM BERKOMONIKASI ETIKA DALAM BERKOMONIKASI PENGERTIAN ETIKA Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wayang kulit adalah salah satu bentuk seni pertunjukan yang sangat popular dan disenangi oleh berbagai lapisan masyarakat di Jawa khususnya di wilayah Jawa Tengah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema cerita wayang Ramayana yang diperuntukkan bagi remaja usia 15-18 tahun. Hal ini dilatar

Lebih terperinci

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk 2. Berdiri tanpa bantuan 3. Duduk tanpa bersandar dengan kaki bertumpu

Lebih terperinci

Bab VI Simpulan & Saran

Bab VI Simpulan & Saran Bab VI Simpulan & Saran VI.1. Simpulan Berdasarkan analisis pada perupaan sampel artefak yang saling diperbandingkan, maka sesuai hipotesis, memang terbukti adanya pemaknaan Tasawuf yang termanifestasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

GERAKAN DASAR. I. 10 GERAKAN TANGAN SERANGAN (GTS) hitungan 3, 2, 1,

GERAKAN DASAR. I. 10 GERAKAN TANGAN SERANGAN (GTS) hitungan 3, 2, 1, GERAKAN DASAR I. 10 GERAKAN TANGAN SERANGAN (GTS) hitungan 3, 2, 1, 1. -Pukulan Datar (sasaran ulu hati) 2. -Pukulan Silang (sasaran tulang rusuk) 3. -Sodokan Datar (sasaran ulu hati) 4. -Sodokan Silang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang terdapat di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang terdapat di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang terdapat di Indonesia, Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik ) tahun 2010 kota ini memiliki luas 26. 510 hektar

Lebih terperinci

Simbolis. Mitologis Semantik Analisis Wacana textual Analysis. Hermeneutika Fenomenologi Psikoanalisis

Simbolis. Mitologis Semantik Analisis Wacana textual Analysis. Hermeneutika Fenomenologi Psikoanalisis Bab. II. TEORI BAHASA RUPA 2.1. Landasan Teoretik 2.1.1. Kajian tentang konstelasi teori/pemikiran tentang pembacaan rupa Sebenarnya pengkajian tentang pembacaan rupa telah banyak dibahas oleh para ahli

Lebih terperinci

LAPORAN ASPEK EDITING DALAM TRAILER KAMPUNG SENI

LAPORAN ASPEK EDITING DALAM TRAILER KAMPUNG SENI LAPORAN ASPEK EDITING DALAM TRAILER KAMPUNG SENI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Program Studi Televisi Dan Film Jurusan Seni Media Rekam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 6. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 6. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: TEKNIK EDITING II Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pertemuan 6 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn METODE DAN GAYA EDITING METODE DAN GAYA EDITING Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketoprak adalah salah satu bentuk perkembangan drama di Indonesia yang tergolong dalam teater tradisional. Ketoprak adalah sebuah bentuk teater tradisional yang berlakon

Lebih terperinci