Bab V ANALISIS PERAN TNI ANGKATAN UDARA ALAM DALAMPENANGGULANGAN BENCANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab V ANALISIS PERAN TNI ANGKATAN UDARA ALAM DALAMPENANGGULANGAN BENCANA"

Transkripsi

1 Bab V ANALISIS PERAN TNI ANGKATAN UDARA ALAM DALAMPENANGGULANGAN BENCANA Pada bab sebelumnya telah disinggung mengenai signifikansi dan keunikan Peran TNI Angkatan Udara dalam Penanggulangan Bencana. Bahwa TNI AU telah melaksanakan peran angkut udara darurat, bantuan medis dan pengamanan. Sesuai kemampuan yang dimiliki TNI AU dalam hal kecepatan dan daya angkut, TNI AU telah mendistribusikan bahan-bahan makanan, obat-obatan, pakaian dan sukarelawan serta peralatan ke wilayah-wilayah yang terkena bencana di Aceh, Yogyakarta dan beberapa negara tetangga, dengan demikian tanggap darurat yang dilakukan cukup membantu mengurangi penderitaan para korban akibat bencana. Meskipun demikian, pelaksanaan tugas kemanusiaan tersebut seperti yang telah disinggung sebelumnya, juga memiliki beberapa kendala dan hambatan, oleh karena itu perlu mengkaji peran TNI AU dari aspek prinsip-prinsip OMSP untuk selanjutnya dapat dirumuskan upaya-upaya dalam rangka meningkatkan kemampuan TNI AU melaksanakan peran penanggulangan bencana. Pentingnya prinsip-prinsip MOOTW ini, agar signifikansi peran TNI AU dalam penanggulangan bencana baik di dalam negeri maupun di luar negeri semakin profesional dan makimal dalam pelaksanaannya dengan akuntabilitas yang terjamin. V.1. Analisis Aspek Prinsip-Prinsip MOOTW. Prinsip-prinsip MOOTW dipergunakan dalam berbagai operasi tempur dalam mengatasi separatisme, pemberontakan bersenjata dan aksi terorisme, namun peneliti memakai prinsip-prinsip MOOTW tersebut untuk di terapkan ke dalam operasi nontempur dalam penanggulangan bencana. V.1.1 Prinsip Proporsional Proporsional diartikan bahwa kekuatan, persenjataan dan peralatan TNI yang dikerahkan dalam pelaksanaan operasi dilakukan secara sepadan, tidak berlebihan, memiliki prosedur standar operasi yang jelas, terhindar dari tindakan di luar batas kewajaran. 64

2 Dalam melaksanakan penanggulangan bencana khususnya di Nanggroe Aceh Darussalam, kekuatan Alat Utama Sistem Senjata TNI Angkatan Udara terutama pesawat angkut maupun helikopter belum sepadan dengan luasnya wilayah yang terkena bencana maupun besarnya jumlah korban yang akan dievakuasi serta banyaknya bahan-bahan makanan, pakaian dan obat obatan yang akan didistibusikan ketempat-tempat yang terisolasi. Disamping itu belum ada standar operasi yang jelas yang mengatur keterlibatan TNI dalam penanggulangan bencana. Ini menunjukkan bahwa prinsip-prinsip proporsional dalam MOOTW belum terpenuhi. V.1.2. Prinsip Tujuan. Prinsip tujuan diartikan setiap penyelenggaraan operasi harus memiliki rumusan tujuan/sasaran yang jelas, sehingga tidak menimbulkan keraguan dalam pencapaian tugas pokok. TNI Angkatan Udara dalam penanggulangan bencana di NAD mempunyai tujuan atau sasaran yang jelas yaitu menyalurkan bantuan bahan makanan, obat-obatan dan mengevakuasi korban dari daerah bencana dengan tujuan meringankan beban penderitaan korban di daerah bencana, namun TNI Angkatan Udara memiliki keterbatasan Alutsista serta sarana dan prasarana seperti lanud-lanud yang belum memiliki rumah sakit lapangan dan tenda-tenda darurat untuk penampungan pengungsi sehingga sasaran untuk meringankan korban bencana belum optimal, sehingga prinsip-prinsip MOOTW mengenai prinsip sasaran belum terpenuhi. V.1.3. Prinsip Kesatuan Komando dan Kendali. Kesatuan Komando dan Kendali adalah seluruh kegiatan operasi yang dilaksanakan dalam kerangka OMSP berada dibawah satu komando/penanggungjawab dari institusi negara yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. TNI Angkatan Udara didalam menanggulangi bencana di Aceh membentuk suatu komando pengendali karena adanya keterlibatan unsur-unsur lain terutama pihak asing, Kepala Staf TNI AU menunjuk dan memerintahkan Asisten Pengaman Kasau 65

3 selaku Ketua dan dibantu Ketua Harian yakni Kepala Staf Koopsau I. Sebagai Dansatkorlak adalah Komandan Lanud Medan dan Komandan Lanud Halim dan Koordinator Penyalur Bantuan di Aceh adalah Danlanud Sultan Iskandar Muda Aceh. Ini dilakukan untuk memudahkan pertanggungjawaban dalam melakukan operasi penanggulangan bencana sekaligus bantuan dapat terkoordinir dengan baik. Ini menunjukkan bahwa prinsip-prinsip Operasi Militer Selain Perang dalam hal prinsip Kesatuan Komando dan Kendali tepenuhi. V.1.4. Keamanan Keamanan meliputi internal bagi pelaksana dan obyek OMSP. Keamanan eksternal seperti faktor cuaca, sarana dan prasarana, transportasi dan faktor dari luar lainnya yang dapat menyebabkan terhambat dan gagalnya penyelenggaraan OMSP. TNI Angkatan Udara didalam melaksanakan setiap operasi selalu mengutamakan keselamatan dan keamanan. Keselamatan (Safety) yang diamaksud adalah karena Alutsista yang diawaki memiliki resiko dan sensitifitas terhadap cuaca, yang berpengaruh terhadap tinggal landas, mendarat dan melaksanakan penerbangan. Dalam pengoperasian pesawat terbang semboyan utamanya yaitu keselamatan adalah segala-galanya (zero accident), karena bagi TNI AU, Alutsista yang diawaki merupakan aset rakyat yang sangat mahal. Adapun keamanan (Security) yang dimaksud adalah adanya situasi yang aman dari sabotase, penyerangan, serta tindakan kejahatan lainnya yang dapat menghambat pelaksanaan tugas. Paskhas TNI AU telah melakukan tugas pengamanan terhadap pesawat-pesawat TNI AU maupun pesawat asing yang dioperasikan selama penanggulangan bencana di Aceh termasuk pengamanan terhadap pangkalan dan gudang penyimpanan barang bantuan dari kemungkinan ancaman dari pihak GAM. Dalam penanggulangan bencana di Aceh maupun di Yogya faktor keamanan yang selalu diutamakan dan terbukti dengan tidak terjadinya ganguan baik dalam pengoperasiaan pesawat TNI AU maupun pengamanan barang-barang baik sebelum maupun sesudah di distribusikan. Jadi faktor keamanan telah memenuhi prinsip-prinsip Operasi Militer Selain Perang. 66

4 V.1.5. Ekonomis. Ekonomis diartikan, dalam OMSP harus dipertimbangkan penggunaan kekuatan secara ekonomis. Segala faktor harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga pada pelaksanaannya dapat dikerahkan kekuatan secara efektif dan efesien. TNI/TNI AU dalam melaksanakan berbagai operasi penanggulangan bencana mempertimbangkan faktor efektif dan efesien, hal ini dilakukan karena pengoperasian Alutsista TNI AU memerlukan biaya yang mahal, dalam melaksanakan operasi penanggulangan bencana di Yogyakarta pesawat angkut maupun helikopter yang dikerahkan untuk membantu korban bencana tidak sebanyak pesawat yang dikerahkan ketika terjadi bencana Tsunami di NAD, karena jalur melalui darat yang terdekat untuk penanggulangan bencana masih dapat ditempuh dan faktor efektif dan efisien selalu dipertimbangkan. Hal ini telah sejalan dengan prinsip-prinsip MOOTW mengenai prinsip ekonomis. V.1.6. Legitimasi Awal kegiatan sejak proses perencanaan mutlak diperlukan dasar/payung hukum dan payung politik pada pelibatan kekuatan militer dalam OMSP dengan berpedoman pada mekanisme prosedur permintaan yang diatur dalam undang-undang, guna menghindari duplikasi pelaksanaan secara sinergi dan koordinir. Keterlibatan TNI/TNI AU didalam penanggulangan bencana alam seperti yang diamanatkan undang-undang terutama Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI dimana dinyatakan bahwa TNI mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan operasi untuk perang dan operasi Selain Perang, termasuk didalamnya adalah penanggulangan bencana yang merupakan salah satu tugas selain perang, dan didalam Peraturan Presiden No 83 tahun 2005 Tentang Bakornas PB ditegaskan bahwa kedudukan TNI melalui Panglima TNI, merupakan anggota Bakornas PB. Namun dalam Undang-undang TNI bab VI pasal 17 ayat (1) kewenangan dan 67

5 tanggungjawab pengerahan kekuatan TNI berada pada Presiden. Selanjutnya dalam pasal yang sama ayat (2) disebutkan bahwa dalam hal pengerahan kekuatan TNI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Sementara ini pelibatan TNI dalam penanggulangan bencana boleh dikatakan tidak pernah melalui prosedur sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana yang mengatur secara detail tentang pembentukan, fungsi, tugas, struktur organisasi dan tata kerja badan penanggulangan bencana. Dengan belum diterbitkannya Perpres sebagai penjabaran dari UU Nomor 24 Tahun 2007 tersebut maka tugas dan fungsi TNI termasuk TNI AU didalamnya belum dapat diakomodir secara baik. Disamping itu dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tersebut belum dijelaskan secara rinci keterlibatan TNI dalam Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Jika memperhatikan prinsip-prinsip Operasi Militer Selain Perang dalam hal legitimasi TNI/TNI AU belum diatur secara terinci tentang tugas TNI di dalam Penanggulangan Bencana. Dalam kasus Tsunami di Aceh dan gempa bumi Yogyakarta dimana banyak pihak asing mengirimkan bantuan berupa makanan dan obat-obatan termasuk keterlibatan militer asing sebagai bagian dari pelaksanaan misi kemanusiaan internasional. Namun demikian dalam situasi tersebut, Indonesia belum memiliki regulasi yang mengatur keterlibatan pasukan asing di dalam membantu penanggulangan bencana, oleh karena itu untuk masa yang akan datang hendaknya pemerintah menggunakan Status Of Force Agreement (SOFA). SOFA mengatur tentang masalah keberadaan pasukan asing di suatu negara pada masa damai untuk keperluan latihan bersama maupun misi kemanusiaan untuk jangka waktu tertentu. V.1.7. Keterpaduan. Mengingat operasi militer untuk tujuan selain perang merupakan operasi yang melibatkan institusi di luar TNI, maka diperlukan adanya persamaan persepsi, koordinasi yang tepat dan terpadu dalam kesatuan dan dukungan. 68

6 Dalam berbagai Operasi yang dilaksanakan oleh TNI/TNI AU khususnya operasi Militer selain Perang termasuk didalamnya tentang operasi penanggulangan bencana yang telah dilakukan oleh TNI khususnya di Nanggroe Aceh Darussalam, gempa Yogya TNI AU tidak bekerja sendirian namun terkait dengan instansi-instansi yang akan membantu penanggulangan bencana, namun sering mengalami kendala mengenai koordinasi sebagai contoh; barang-barang yang datang kepangkalan udara Halim Perdanakusuma tidak tahu datangnya dari mana, jenisnya apa, begitu pula koordinasi pemerintah daerah dengan lanud-lanud yang ada di daerahnya belum maksimal, hal ini dibuktikan dengan masih kurangnya pemerintah daerah mengundang rapat-rapat/koordinasi dengan para Komandan Lanud di daerahnya membahas mengenai jika terjadi bencana di daerah. Ini menunjukkan asas keterpaduan di dalam prinsip-prinsip MOOTW belum terpenuhi dalam melaksanakan operasi penanggulangan bencana. Dari analisa prinsip-prinsip dalam operasi militer selain perang dimana prinsip proporsional dan sasaran/tujuan belum terpenuhi dikarenakan karena keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki TNI AU diantaranya Alutsista yang terbatas dengan luasnya wilayah bencana dan sarana pendukung lainnya belum tersedia, begitu juga asas legitimasi belum adanya legislasi khusus yang mengatur keterlibatan TNI/TNI AU dalam penanggulangan bencana, meskipun telah ada Undang-undang No 34 Tahun 2004 Tentang TNI. Begitu pula dengan asas keterpaduan belum terlaksana dengan maksimal hal ini terbukti koordinasi antara pemerintah daerah dan para lanud setempat belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. V.2. Analisis Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Peran TNI AU dalam penanggulangan bencana. V.2.1. Sumber Daya Manusia Guna melaksanakan penanggulangan bencana perlu peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia yang antara lain dapat dilaksanakan melalui latihan secara periodik dan telah dibuktikan bulan Agustus 2007, TNI AU latihan bersama dengan angkatan udara di kawasan Asia Fasifik dengan nama. PAR (Pacific Airlift Rally) Disamping 69

7 itu perlu mempersiapkan paskhas dimana paskhas adalah pasukan yang bertugas pengendali pangkalan yang terlatih untuk mempersiapkan pendaratan darurat jika suatu kejadian didalam bencana pangkalan tidak dapat di darati pesawat atau harus mempersiapkan pendaratan helikopter di tempat yang dapat di jangkau oleh para korban bencana dan bertugas menyiapkan/menentukan DZ dan alternatifnya, melaksanakan SAR serta mempersiapkan personel lainnya yang mempunyai keahlian khusus yang terlatih seperti personel pengatur lalulintas udara (ATC) ataupun personil mengatur tentang perparkiran pesawat (AMC) dan juga tenaga medis yang sewaktu-waktu dapat diterjunkan melalui pesawat angkut maupun Helikopter untuk menolong dan menyelamatkan para korban yang terkena musibah bencana baik yang ada didaratan maupun yang ada di lautan. V.2.2. Alutsista Di sadari sangatlah sulit untuk memenuhi kekuatan dan kemampuan pesawat angkut khususnya C-130 Hercules dan Helikopter Super Puma yang diharapkan pada masa sekarang karena banyaknya faktor ketidakpastian, khususnya menyangkut masalah ekonomi nasional. Sedangkan kunci keberhasilan pengembangan kekuatan dan kemampuan TNI AU termasuk kekuatan pesawat angkut dan Helikopter terletak pada persetujuan dan dukungan pemerintah melalui keputusan politik nasional dalam menyediakan anggaran untuk merealisasi kekuatan yang ada. Kekuatan pesawat angkut dan Helikopter TNI AU yang diharapkan adalah terealisasinya pengadaan alat utama sistem senjata, dimana kekuatan pesawat TNI AU termasuk pesawat angkut dan Helikopter dapat mencapai 80% dari seluruh kekuatan yang ada yang saat ini kekuatan Helikopter TNI Angkatan Udara hanya memiliki kekuatan 51% dan kekuatan pesawat angkut yang dapat disirkulasikan 40,38%, selain itu jika melihat geografi Indonesia yang mempunyai lautan yang lebih luas daripada daratan TNI Angkatan Udara juga perlu mempunyai pesawat amfibi yang dapat dipergunakan jika ada bahaya Tsunami dimana semua daratan tidak dapat dipergunakan karena tergenang air akibat bencana. Pengadaan Alutsista terutama pesawat angkut selain dipergunakan untuk membantu menanggulangi akibat bencana juga dapat dipergunakan untuk memobilisir personel 70

8 militer ketempat-tempat yang rawan konflik. Selain unsur Pesawat angkut dan pesawat Heli, TNI AU juga harus menyiapkan unsur intai yang dimilikinya yang bertugas menyiapkan dan menjadwalkan rencana penerbangan dalam rangka pengamatan wilayah yang rawan bencana, melaksanakan pengambilan gambar/pemetaan wilayah bencana serta menyiapkan unsur Pemotretan Udara yang bertugas melaksanakan pemotretan udara dan pemetaan lokasi sasaran sebagai bahan operasi selanjutnya. V.2.3. Infrastruktur Keberhasilan penanganan bencana alam ditentukan oleh sarana dan prasarana Lanud- Lanud dengan mengunakan Bare Base Concept di seluruh propinsi Indonesia. Bare base Concept adalah consep penyiapan lanud dengan sarana dan prasarana fasilitas dukungan penerbangan yang minim yang dapat ditingkatkan dengan cepat untuk mendukung operasi udara di seluruh wilayah Indonesia. Sarana dan prasarana yang harus ditingkatakan adalah: 1. Landasan Pacu. Landasan pacu perintis ditingkatkan kemampuan dan fasilitasnya sehingga minimal memenuhi standar operasional pesawat C-130 atau minimal F-27/CN Peralatan komunikasi dan Elektronika (Alkomlek). Perlu alkomlek yang memadai disetiap pangkalan untuk melaksanakan operasi penerbangan ataupun pendukung sistem lainnya. 3. Sarana Bantuan. Di tiap-tiap lanud yang merupakan unsur posko bertugas menyiapkan dan mengelar unsur-unsur yang ada disatuannya dalam upaya dukungan terhadap penanggulangan bencana meliputi tenda, rumah sakit lapangan, dapur lapangan serta gudang logistik., mengatur pengiriman logistik ke daerah bencana. V.2.4. Piranti lunak Untuk memberikan pedoman pelaksanaan operasi bantuan penanggulangan bencana yang melibatkan instansi fungsional dari TNI/TNI AU, perlu diterbitkan piranti lunak 71

9 berupa Buku Petunjuk Induk (Bujukin), Buku Petunjuk Pelaksana (Bujuklak) dan Buku Petunjuk Tekhnis (Bujuknis) tentang operasi bantuan Penanggulangan bencana, termasuk tentang komando dan kendali operasi kemanusiaan serta pokokpokok operasi penyelenggaraan operasi bantuan dengan berkonsultasi Satkorlak dan Satlak. V.2.5. Koordinasi dengan lembaga lain Dilihat dari sisi organisasi dalam penanganan bencana saat ini berdasarkan Undang- Undang No.24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana telah ditetapkan dalam pasal 5 bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana serta berdasarkan buku pedoman praktis kesiapsiagaan menghadapi bencana terdapat struktur organisasi posko satkorlak PB dimana kedudukan TNI hanya sebagai perbantuan kepada bakornas PB dan berperan apabila ada permintaan dari Pemerintah Daerah (Pemda) / Pemerintah setempat (bersifat bentukan). Kenyataannya, ketika terjadi bencana alam, seringkali TNI melibatkan diri atas dasar inisiatif dari pada menunggu permintaan dari pemerintah daerah. Ketika suatu bencana terjadi, penanganan secara cepat seperti melakukan evakuasi, penanganan medis, dan pemberian bantuan sandang-panganpapan, harus segera dilakukan pada hari-hari pertama. Karena pada hari-hari pertama inilah jumlah korban dapat meningkat akibat luka-luka yang mereka derita, penyakit sampingan yang muncul, kekurangan makanan dan sanitasi, dan lain lain. Karena adanya urgensi berkaitan dengan dampak bencana alam yang harus segera ditangani ini, seringkali permintaan bantuan dari pemerintah daerah terlambat sehingga TNI lebih sering mengambil inisiatif untuk langsung terlibat tepat pada saat bencana terjadi daripada menunggu permintaan dari pemerintah daerah. Dari kondisi ini dan kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa peran TNI AU dalam mendukung penanggulangan bencana masih belum maksimal berkaitan dengan masalah koordinasi dengan penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. V Lembaga pemerintah 72

10 Integrasi dan kerjasama bertujuan agar dapat menggunakan seluruh kekuatan dan kemampuan TNI/TNI AU serta komponen penanggulangan bencana yang lain baik dari dalam dan luar negeri guna mendapatkan hasil yang optimal dalam operasi bantuan penanggulangan bencana. Diharapkan badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dapat mensinergikan integritas dan kerjasama kearah kesiapan pelaksanaan operasi yang jelas antara intansi terkait TNI Angkatan Udara. Dalam hal ini selaku Muspida plus pada rapat-rapat di daerah dimana ada pangkalan udara baik yang ada di daerah tingkat II maupun daerah provinsi selalu melaporkan tentang kesiapan TNI AU jika ada bencana alam didaerah kesiapan meliputi kesiapan yang dimiliki pangkalan dan kemungkinan yang didatangkan dari pusat jika sewaktuwaktu terjadi bencana. V Lembaga non pemerintah/ NGOs Untuk meningkatkan kemampuan TNI Angkatan Udara di dalam penanggulangan bencana, TNI AU selain berkoordinasi dengan pemerintah juga berkoordinasi dengan pihak-pihak non pemerintah atau NGOs. Mengingat peran NGOs cukup besar dengan relawan-relawan yang siap untuk membantu penanggulangan bencana, permasalahannya adalah pihak NGOs umumnya tidak memiliki mobilitas tinggi. Oleh karena itu TNI AU dapat berkoordinasi dengan NGOs dalam hal angkutan sukarelawan dan bantuan-bantuan makanan termasuk melakukan bantuan medis bersama. Dengan koordinasi ini diharapkan Peran TNI AU yang lebih maksimal menanggulangi bencana yang terjadi Dari berbagai analisis di atas dengan mengetahui peran yang telah dilakukan serta kegiatan-kegiatan yang saat ini sedang dilakukan oleh TNI AU, termasuk sumber daya yang dimiliki sehingga ketika kita dihadapkan pada tugas yang semakin kompleks tentunya perlu langkah-langkah strategis yaitu memaksimalkan potensi yang dimiliki diantaranya melibatkan unsur Paskhas yang mampu melaksanakan tugas SAR, unsur Lanud yang didukung oleh prasarana, unsur intai dan pemotretan yang melaksanakan pengambilan gambar dalam rangka pengamatan wilayah rawan bencana, unsur Heli yang mampu menyiapkan rencana penerbangan diwilayah yang sulit terjangkau/terpencil, unsur kesehatan yang mampu meyiapkan Flight Surgeon 73

11 untuk tugas-tugas evakuasi, unsur angkutan yang mempunyai kemampuan menyiapkan unit-unit tugas operasi bantuan dan unsur ATC Mobile beserta AMC yang siap digunakan di daerah bencana. Melalui langkah-langkah tersebut diatas, TNI Angkatan Udara diharapkan dapat lebih berperan optimal dalam membantu menanggulangi akibat bencana di Wilayah Republik Indonesia dan perannya didalam penanggulangan bencana dirasakan manfaatnya oleh rakyat dan bangsa Indonesia. V.3. Hasil Diskusi V.3.1. Peran TNI Angkatan Udara Berbagai peran telah dilakukan oleh TNI Angkatan Udara khususnya dalam penanggulangan bencana baik yang terjadi di NAD dan Yogyakarta maupun di luar negeri yaitu pesawat angkut dan heli mampu mengevakuasi korban bencana, mengangkut barang yang diperlukan oleh para korban dan mendistibusikannya hingga ke daerah-daerah yang terisolasi yang tidak dapat dijangkau oleh sarana darat maupun laut sesuai dengan karakteristik keunggulan yang dimiliki TNI AU yaitu kecepatan dan daya jangkau yang dapat beroperasi ke segala penjuru tanpa terhalang oleh rintangan, sehingga semua titik dipermukaan bumi dapat dijangkau. Namun pengevakuasian korban dan pengangkutan barang tidak dapat berjalan optimal karena keterbatasan pesawat angkut dan Heli yang dimiliki TNI AU, terbukti pengevakuasi dan pendistibusian barang dan obat-obatan sering terlambat diterima oleh para korban karena banyaknya korban dan barang yang akan diangkut dan luasnya wilayah yang terisolasi akibat bencana. Dengan demikian, prinsip-prinsip MOOTW dalam hal sasaran/tujuan belum terpenuhi. V.3.2. Mekanisme pengerahan pasukan dan kemampuan yang dimiliki TNI AU dalam penanggulangan bencana. Dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, mengatur tugas TNI yaitu melaksanakan operasi militer untuk perang dan melaksanakan operasi militer selain perang, tugas penanggulangan bencana yang dilakukan oleh TNI/TNI AU adalah salah satu tugas operasi militer selain perang. Keterlibatan TNI untuk 74

12 mengerahan pasukan belum diatur dalam Undang-Undang, dalam UU TNI bab VI pasal 17 ayat (1) bahwa kewenangan pengerahan pasukan adalah ditangan presiden dan dalam ayat (2) disebutkan pengerahan pasukan ada ditangan Presiden atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Namun tindakan TNI/TNI AU dalam pengerahan pasukan ke wilayah bencana tanpa menunggu instruksi dari Presiden dan persetujuan DPR karena pertimbangan kedaruratan. Pada umumnya korban diwilayah bencana kondisinya banyak yang kritis dan sangat perlu mendapat pertolongan dan berpacu dengan waktu. Akibatnya mekanisme pengerahan pasukan TNI untuk membantu penangggulangan bencana terabaikan. Dengan demikian prinsip-prinsip MOOTW mengenai legislasi belum terpenuhi. Untuk itu TNI/TNI AU perlu mengusulkan kepada badan legislatif untuk membuat undang-undang tentang keterlibatan TNI dalam penanggulangan bencana dan merivisi UU RI Nomor 34 Tentang TNI khususnya bab VI pasal 17 ayat (2), bahwa Pengerahan pasukan TNI dalam penanggulangan bencana alam karena pertimbangan kedaruratan bisa dilakukan tanpa melalui persetujuan DPR. Dalam memberikan bantuan penanggulangan bencana yang dilaksanakan oleh TNI selama ini hanya diatur dalam Naskah Sementara Petunjuk Pelaksanaan Bantuan TNI kepada Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Bencana Alam. Kaitannya dengan kemampuan yang dimiliki TNI AU dalam penanggulangan bencana, TNI AU memiliki pesawat angkut dari berbagai jenis 52 pesawat dan yang siap disirkulasikan 40,38% dan pesawat Heli dari berbagai jenis ada 49 pesawat dan yang siap disirkulasikan 51% itupun tidak semuanya dipergunakan untuk membantu penanggulangan bencana. Adapun rencana pembentukan pasukan reaksi cepat TNI dalam penanggulangan bencana, TNI Angkatan Udara menyiapkan pesawat angkut 12 pesawat dan heli hanya 8 pesawat. Penulis berpendapat dengan luasnya wilayah dan kesiapan Alutsista yang mendukung penanggulangan bencana tidaklah sebanding. Dengan demikian, prinsip-prinsip MOOTW dalam tujuan/ sasaran belum terpenuhi. 75

13 V.3.3. Kendala yang dihadapi TNI AU dalam penanggulangan bencana. Peran TNI/TNI AU dalam penanggulangan bencana tergantung sarana dan prasarana yang dimiliki, TNI AU belum dapat melaksanakan peran yang sesuai dengan yang diharapkan, dari berbagai peran yang telah dilaksanakan dalam penanggulangan bencana baik bencana Tsunami di NAD maupun Gempa di Yogyakarta, masalah yang dihadapi oleh TNI AU ketersediaan Alutsista terutama pesawat angkut dan Heli yang terbatas mengingat luasnya wilayah yang terkena bencana dan banyaknya barang yang dibutuhkan korban bencana dan akan di distribusikan khususnya kedaerah-daerah yang terisolasi akibat bencana, infrastruktur Lanud yang terbatas dan belum mempunyai gudang logistik untuk menampung barang yang akan di distribusikan kepada korban dan belum mempunyai dapur lapangan dan rumah sakit lapangan serta appron dan runway masih banyak yang belum memenuhi standar operasional pesawat angkut dan belum adanya dukungan pendanaan untuk mendukung operasional penanggulangan bencana, hal ini dirasakan oleh TNI/TNI AU dalam beberapa kasus yang telah dilakukan oleh TNI AU dalam membantu penanggulangan bencana yang telah terjadi. Dengan demikian, prinsip MOOTW dalam hal sasaran belum terpenuhi. Kendala lain yang dialami oleh TNI AU dalam penanggulangan bencana yaitu koordinasi yang belum optimal dengan pihak-pihak terkait lainnya seperti Pemda dan NGOs. Dengan demikian, prinsip-prinsip MOOTWA dalam hal keterpaduan belum sepenuhnya tercapai. V.3.4. Upaya yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan TNI AU dalam penanggulangan bencana. Dalam rangka meningkatkan kemampuan TNI AU dalam penanggulangan bencana ada beberapa hal perlu dilakukan yaitu mengoptimalkan Alutsista yang dimiliki untuk mendukung penanggulangan bencana dan mengupayakan penambahannya, melaksanakan latihan bersama dengan negara-negara Asia Pasifik untuk meningkatkan kemampuan operasional dalam penanganan bencana, serta 76

14 meningkatkan koordinasi Lanud-lanud yang ada di daerah dengan pemerintah daerah setempat khususnya daerah-daerah yang dianggap rawan terjadinya bencana. Dalam pembentukan organisasi, organisasi yang dibentuk tidak hanya berperan dalam unsur angkutan udara dan unsur medis tapi juga unsur lain yang dimiliki oleh TNI AU yaitu unsur SAR, unsur ATC Mobile, unsur photo udara untuk pemetaan wilayah bencana dan unsur Lanud yang terdekat dengan bencana. Dengan melibatkan beberapa unsur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Udara dan memaksimalkan kemampuan yang dimiliki diharapkan peran TNI Angkatan Udara dapat optimal dan dapat dirasakan oleh masyarakat dan bangsa Indonesia. V.4. Belajar dari pengalaman Peran Angkatan bersenjata negara lain dalam penanggulangan bencana. Dengan memperhatikan peran militer beberapa negara khususnya negara Asia yang telah penulis gambarkan di bab II penulis menyimpulkan beberapa hal : 1. Angkatan Bersenjata China telah membangun kemampuan Survey stasiun peringatan dini tentang bencana alam dan mendirikan pusat-pusat observasi meteorologi, hujan, dan observasi penyakit termasuk kerusakan geologi dan telah memiliki jaringan transportasi militer dan sipil yang terdiri dari aset-aset transportasi jalan raya, kereta api, udara dan laut, dan memiliki kapabilitas personil yang besar untuk penanggulangan bencana. Sedangkan Indonesia belum memiliki jaringan khusus dan masih dihadapkan pada keterbatasan Alutsista untuk mendukung penanggulangan bencana. Sehingga upaya yang perlu dilakukan dengan kondisi keterbatasan tersebut yaitu dengan meningkatkan kerjasama dan keterpaduan untuk mencapai hasil yang optimal. 2. Angkatan bersenjata beberapa negara terutama China, Philipina, Thailand, Singapura dan Malaysia telah memiliki Standar Operasi Prosedur sedangkan Indonesia belum mempunyai SOP yang tetap. TNI melaksanakan operasi penanggulangan bencana hanya berdasarkan naskah sementara tentang 77

15 Petunjuk Pelaksana Bantuan TNI kepada Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Alam. Oleh karena itu, Indonesia perlu membuat SOP karena merupakan pedoman bagi pelaksanaan di lapangan sehingga terjamin mekanisme dan prosedur serta akuntabilitasnya. 3. Angkatan Udara Philipina telah melengkapi sarana pergudangan sebelum bantuan didistribusikan kepada para korban bencana dan telah memiliki koordinasi dengan instansi terkait seperti Departemen Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan untuk membantu pakaian, makanan dan perumahan, kebutuhan obat-obatan berkoordinasi dengan Departemen Kesehatan, Departemen Pekerjaan Umum dan jalan raya untuk kebutuhan konstruksi dan peralatan. TNI belum memiliki jaringan ke Departemen terkait dalam membantu penanggulangan bencana. Padahal hal ini perlu dilakukan dalam rangka menjamin keterpaduan. 78

1.1 Latar belakang masalah

1.1 Latar belakang masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, berada diantara dua benua yaitu Asia dan Australia serta diantara dua

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Te

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Te BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 KEMHAN. Pelibatan TNI. Pencarian dan Pertolongan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELIBATAN TENTARA

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN TUGAS BANTUAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BENCANA ALAM, PENGUNGSIAN DAN BANTUAN

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. 1 Walhi, Menari di Republik Bencana: Indonesia Belum Juga Waspada. 30 Januari

I.1 Latar Belakang. 1 Walhi, Menari di Republik Bencana: Indonesia Belum Juga Waspada.  30 Januari Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan bencana. Setidaknya secara faktual 83 persen kawasan Indonesia, baik secara alamiah maupun karena salah urus merupakan daerah

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.696, 2015 KEMENHAN. TNI. Penanggulangan Bencana. Pelibatan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELIBATAN TNI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN DISTRIBUSI BANTUAN LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P No.379, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penanganan Konflik Sosial. Penggunaan dan Pengerahan. Kekuatan TNI. Bantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

Pengarahan Presiden RI pada Gelar Kesiapan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana, 14 Jan 2010 Kamis, 14 Januari 2010

Pengarahan Presiden RI pada Gelar Kesiapan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana, 14 Jan 2010 Kamis, 14 Januari 2010 Pengarahan Presiden RI pada Gelar Kesiapan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana, 14 Jan 2010 Kamis, 14 Januari 2010 SAMBUTAN PENGARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA GELAR KESIAPAN SATUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang No. 397, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pencarian dan Pertolongan Bantuan Militer Asing. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN MILITER ASING

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1224, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Penanggulangan. Bencana. Bantuan. Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK, PERALATAN DAN KEMUDAHAN AKSES PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka penanggulangan bencana banjir dan tanah longsor

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang :

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2017 HANKAM. Pencarian dan Operasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6061) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 86, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kebijakan. Sistem Informasi. Pertahanan Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG PERNYATAAN KEADAAN BAHAYA DENGAN TINGKATAN KEADAAN DARURAT MILITER DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, badai dan banjir. Bencana tersebut datang hampir setiap

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk meminimalisasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 1 PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman.

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman. No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13,TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA

PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) - i - DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PINRANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PINRANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PINRANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PINRANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan merupakan aspek terpenting yang harus dimiliki dalam setiap moda transportasi. Salah satu moda transportasi yang harus memiliki standar peraturan keamanan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman. No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGANBENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGANBENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGANBENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG Sejak dibentuk pada tahun 2010 dengan terbitnya peraturan daerah Kabupaten Bandung Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA GUBERNUR ACEH,

QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA GUBERNUR ACEH, QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Memorandum of Understanding

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi BPBD BPBD Kabupaten Bandung sebagai salah satu instansi dari Pemerintah Kabupaten, dalam menetapkan visinya tentu harus mengacu kepada

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG . BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BKPBD) KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2006 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENANGANAN PENGUNGSI (SATLAK PBP) KOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN ; Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROSEDUR PENGGUNAAN DANA SIAP PAKAI UNTUK TANGGAP DARURAT BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

MEMUTUSKAN ; Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROSEDUR PENGGUNAAN DANA SIAP PAKAI UNTUK TANGGAP DARURAT BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 BUPATI ENREKANG PERATURAN BUPATI ENREKANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PROSEDUR PENGGUNAAN DANA SIAP PAKAI UNTUK TANGGAP DARURAT BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ENREKANG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEGIATAN TANGGAP DARURAT DAN PERENCANAAN SERTA PERSIAPAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA ALAM GEMPA BUMI DAN GELOMBANG TSUNAMI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 2012, No.362 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 1. Latar belakang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. No.2081, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 2012, No.86 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 1. Latar Belakang.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI 1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Modul Diklat Basic PKP-PK 1.1 1.2 Pengertian tentang gawat darurat bandar udara 1.1.1 Kondisi bandar udara dibawah batas normal Gawat darurat adalah kondisi dimana

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 190) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN: 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.207, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Presiden. Wapres. Mantan. Keluarga. Tamu Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan. BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI 1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Modul Diklat Junior PKP-PK 1.1 Lokasi penting dalam penanggulangan gawat darurat 1.1.1 Rendezpous point Adalah tempat tertentu di bandar udara yang disediakan

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Kebijakan 1. Pencarian, pertolongan dan evakuasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

OPERASI MILITER SELAIN PERANG. Oleh Hery Darwanto

OPERASI MILITER SELAIN PERANG. Oleh Hery Darwanto OPERASI MILITER SELAIN PERANG Oleh Hery Darwanto Saat ini dunia memang masih harus menyaksikan kejadian perang di beberapa kawasan, seperti di Suriah-Irak, Afrika Tengah dan Ukraina. Namun di kebanyakan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH SALINAN NOMOR 44, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PERALATAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) DAFTAR ISI 1. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2018 KEMHAN. Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

a. Visi Masyarakat Kabupaten Aceh jaya Tangguh Menghadapi Bencana Yang Didukung Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas, Beriman dan Bertaqwa

a. Visi Masyarakat Kabupaten Aceh jaya Tangguh Menghadapi Bencana Yang Didukung Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas, Beriman dan Bertaqwa PERENCANAAN STRATEGIS DAN RENCANA KINERJA R encana Strategis sebagaimana yang tertuang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang berorintasi pada

Lebih terperinci

PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK

PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) DAFTAR ISI 1. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 Undang-undang Nomor 15

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001 TATA CARA PELAKSANAAN SIAGA SEARCH AND RESCUE (SAR) DAN PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL Jakarta, 16 Oktober 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci