BAB II KAJIAN PUSTAKA. tindakan medis yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah. kecacatan dan komplikasi (Haynes, et al. 2009).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. tindakan medis yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah. kecacatan dan komplikasi (Haynes, et al. 2009)."

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pelayanan Bedah di Rumah Sakit Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi (Haynes, et al. 2009). Menurut Brunner & Sudarth (2010), pembedahan dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Bedah Mayor Bedah mayor merupakan pembedahan yang relatif lebih sulit untuk dilakukan dari pada pembedahan minor, membutuhkan waktu, dan melibatkan resiko terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan asisten seperti contoh bedah sesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak. b. Bedah Minor Beda minor merupakan pembedahan yang secara relatif dilakukan secara simple, tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya seperti contoh membuka abses superficial, pembersihan luka, inokuasi, superfisial neuroktomi dan tenotomi. 8

2 9 c. Bedah Emergency Bedah emergency merupakan pembedahan yang dilakukan darurat, tidak boleh ditunda dan membutuhkan perhatian segera (gangguan mungkin mengancam jiwa) seperti contoh luka bakar sangat luas, perdarahan hebat. d. Bedah Elektif Bedah elektif merupakan pembedahan yang dilakukan ketika diperlukan dan kalau tidak dilakukan juga tidak terlalu membahayakan nyawa. Contoh: hernia sederhana, perbaikan vaginal. Selanjutnya Brunner & Sudarth (2010), membagi tingkat luka operasi menjadi luka operasi bersih, luka operasi bersih terkontaminasi, luka operasi terkontaminasi dan luka operasi kotor. Klasifikasi ini mempermudah untuk memprediksikan tingkat infeksi luka setelah operasi. a. Luka Operasi Bersih Luka operasi bersih mempunyai kriteria elektif, tidak emergency, kasus non trauma, tertutup secara primer, tidak ada peradangan akut, tidak ada kesalahan pada teknik aseptik, tidak ada luka tembus ke sistem pernafasan, pencernaa, empedu, saluran kencing dan kelamin. b. Luka Operasi Bersih Terkontaminasi Luka operasi bersih terkontaminasi mempunyai kriteria darurat namun tidak emergency atau luka bersih, pembedahan elektif sistem pernafasan, pencernaa, saluran kemih, tidak termasuk pembukaan saluran empedu yang terinfeksi, kesalahan minor dalam metode aseptik.

3 10 c. Luka Operasi Terkontaminasi Luka operasi terkontaminasi mempunyai kriteria peradangan non purulen, luka ke dalam empedu atau saluran kencing yang terinfeksi, kesalahan mayor pada teknik aseptik, luka tembus kurang dari 4 jam. Luka terbuka kronis yang akan ditutup. d. Luka Operasi Kotor Luka operasi kotor mempunyai kriteria peradangan yang purulen (abses), perforasi saluran pernafasan preoperatif, pencernaa, empedu dan luka tembeus selama 4 jam. Menurut Cahyono (2008), untuk merancang sistem yang aman dalam tindakan pembedahan, diperlukan beberapa hal yaitu: a. Lingkungan Kerja Lingkungan operasi harus memenuhi persyaratan agar tidak terjadinya KTD. Lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan misalnya tenang, sinar, AC, sterilitas ruangan, terbebas dari interupsi seperti adanya panggilan atau telpon, ketersediaan dan pemeliharaan peralatan, kualitas dan kuantitas staf serta beban kerja staf. b. Tim Bedah Tim bedah harus mempunyai keterampilan, pengalaman kerja dan komunikasi verbal dan tertulis sesama anggota tim. Tim bedah harus mempunyai kondisi fisik dan psikologis yang baik (tidak lelah, stres) sehingga kejadian komplikasi atau kejadian tidak diinginkan (KTD) tidak terjadi.

4 11 c. Proses dan Prosedur Rangkaian tindakan pembedahan merupakan hal yang sangat penting. Untuk mencegah terjadinya kejadian tidak diinginkan (KTD) pada prosedur dan proses pembedahan harus dilakukan verifikasi checklist tempat operasi, prosedur perhitungan instrumen operasi (kasa, gunting), adanya pedoman praktek klinis yang evidence-based, penilaian operatif dan standarisasi prosedur anestesi dan bedah d. Individu Individu yang bertugas pada proses pembedahan adalah individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dan keterampilan seorang petugas bedah sangat penting untuk mencegah adanya komplikasi dan kematian pada pasien. Petugas bedah harus sehat fisik dan mental, bersertifikasi, lisensi dan terakreditasi. e. Faktor Pasien 1) Umur Umur merupakan faktor risiko yang mempengaruhi risiko pembedahan. Penderita yang sangat muda atau lanjut usia mempunyai risiko komplikasi dan kematian yang lebih besar dalam operasi karena mempunyai batas keselamatan yang sempit. 2) Obesitas Penderita pembedahan yang memiliki tubuh yang gemuk mempunyai kecenderungan lebih besar terjangkit luka sesudah operasi daripada orang dengan proporsi yang mempunyai berat badan yang normal. Kegemukan juga meningkatkan kesukaran teknis dalam pembedahan dan pembiusan.

5 12 3) Penderita yang Membahayakan Penderita yang membahayakan bila kemampuannya untuk memberikan tanggapan normal terhadap infeksi atau trauma diturunkan secara signifikan oleh sesuatu penyakit, sehingga ini sangat berpengaruh terhadap proses pembedahan. 4) Alergi dan Kepekaan Pada proses pembedahan riwayat alergi penderita sangat penting diketahui karena dapat mempengaruhi proses pembedahan. 5) Alergi Obat-obatan yang sedang Dikonsumsi Obat-obatan yang diminum oleh penderita harus dipertimbangkan kelanjutannya. Pertimbangan apakah suatu obat dihentikan atau dilakukan penyesuaian dosis. Obat seperti digitalis, insulin dan kortison biasanya harus terus diberikan dan dosisnya harus diatur dan diteliti selama periode pembedahan dan sesudahnya. 2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) a. Pengertian Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) Kejadian tdak diharapkan (KTD) merupakan kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (omission) dan bukan kerena underlying disease atau kondisi pasien (KKP-RS, 2008). Kejadian tidak diharapkan (KTD) merupakan kejadian yang hasilnya tidak diharapkan yang mencelakakan pasien karena melakukan suatu tindakan atau karena tidak bertindak dan bukan karena kondisi sakit pasien. Kejadian tidak diharapkan (KTD) sebagai kejadian yang tidak diduga atau tidak diharapkan tetapi menimbulkan cedera, kerugian, atau kerusakan (Institute of Medicine, 2008).

6 13 Kejadian tidak diharapkan (KTD) ada yang dapat dicegah dan ada yang tidak dapat dicegah. Kejadian tidak diharapkan (KTD) yang dapat dicegah (preventable adverse event) berasal dari kesalahan proses asuhan pasien. Kejadian tidak diharapkan (KTD) sebagai dampak dari kesalahan proses asuhan sudah banyak dilaporkan terutama di negara maju. Kejadian tidak diharapkan (KTD) yang tidak dapat dicegah adalah suatu kesalahan akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah (unpreventable adverse event) walaupun dengan pengetahuan yang mutakhir (Cahyono, 2008). b. Terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Macamnya Menurut WHO (2011), terjadinya kejadian tidak diharapkan (KTD) dan macamnya dilihat dari area keselamatan pasien dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Layanan Kesehatan Ibu Anak Sekitar dua juta ibu dan bayi meninggal akibat komplikasi persalinan.sebagian besar iniden tersebut terjadi pada negara berkembang. 2) Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial diperkirakan mengenai 1,4 juta orang. Di negara berkembang, rata-rata sekitar 5-10% pasien rawat inap terkena infeksinosokomial. 3) Koordinasi dan Komunikasi Masalah komunikasi merupakan penyebab tunggal terbesar yang menyebabkan hampir 70% kejadian tidak diharapkan di RS.

7 14 4) Penggunaan Alat Suntik yang Tidak Aman Sekitar 40% tindakan injeksi di seluruh dunia menggunakan alat suntik dan jarum yang tidak sekali pakai, tanpa proses pensterilan terlebih dahulu. Tindakan tersebut mengakibatkan 1,3 juta kematian tiap tahun di seluruh dunia, kehilangan 26 juta tahun usia hidup. 5) Produk Darah yang Tidak Aman Diperkirakan sekitar 5-10% infeksi HIV di negara berkembang disebabkan oleh transfusi darah yang tidak aman. 6) Efek Samping Obat Berdasarkan penelitian, diperkirakan sekitar 10% pasien mengalami efek samping obat yang sebagian besar dapat dicegah. Pada beberapa negara, angka rawat inap akibat efek samping obat mencapai lebih dari 10% total rawat inap. c. Dampak Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) Dampak yang ditimbulkan dari kejadian tidak diharapkan (KTD) dapat merugikan baik pihak rumah sakit, staf yang terlibat terutama pasien yang menerima layanan. Dampak yang ditimbulkan antara lain menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan (Walshe & Boaden, 2006), rendahnya kualitas atau mutu asuhan yang diberikan, karena keselamatan pasien adalah bagian dari mutu (Cahyono, 2008), dan tentunya tuntutan hukum terkait cedera yang dialami pasien karena rumah sakit wajib mendahulukan keselamatan nyawa pasien (Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009).

8 15 Kondisi ini harus mampu diantisipasi oleh penyelenggara layanan agar keselamatan pasien terjamin, kontinuitas pelayanan dan organisasi tetap berjalan. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) Menurut Dineen (2008), faktor-faktor utama yang berperan terhadap kejadian tidak diharapkan (KTD) meliputi: faktor pasien, faktor individu, faktor tugas, faktor komunikasi, faktor tim kerja, faktor sosial, faktor training dan edukasi, faktor peralatan dan sumber-sumber, faktor kondisi kerja, faktor strategi dan faktor organisasi. Delapan faktor juga diungkapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kejadian tidak diharapkan (KTD) meliputi: faktor eksternal rumah sakit, faktor organisasi dan manajemen, faktor lingkungan kerja, faktor kerjasama tim, faktor petugas, faktor beban kerja atau tugas, faktor pasien itu sendiri dan faktor komunikasi. Agency for Healthcare Research and Quality (2009) mengatakan bahwa faktor yang dapat menimbulkan kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah: komunikasi, arus informasi yang tidak adekuat, masalah SDM, hal-hal yang berhubungan dengan pasien, transfer pengetahuan di rumah sakit, alur kerja, kegagalan teknis, kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat. Penelitian yang dilakukan Reason dalam Henrikson (2008) menyebutkan dua kelompok besar faktor penyebab terjadinya kejadian

9 16 tidak diharapkan (KTD) yaitu kesalahan atau kegagalan yang bersifat aktif (active errors or active failure) dan kondisi laten (latent condition). Kegagalan aktif lebih kepada tindakan yang tidak aman yang dilakukan oleh staf yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien atau langsung bersentuhan dengan sistem (Reason, 2007). Tindakan yang tidak aman ini dalam variasi yang berbeda dapat berupa: kehilangan memori atau lupa, di luar perhitungan, kesalahan dan pelanggaran prosedur. Kondisi laten merupakan kondisi yang tidak dapat dielakan, tumbuh dari keputusan yang dibuat oleh para penyusun kebijakan, manajemen puncak. Kondisi laten ini dapat berupa tekanan waktu, kekurangan tenaga, peralatan yang tidak adekuat, kelelahan dan kurang pengalaman. 3. Keselamatan Pasien Operasi a. Pengertian Keselamatan Pasien Operasi Menurut Cahyono (2008), patient safety (keselamatan pasien) secara sederhana dapat diartikan sebagai pemberian layanan yang tidak mencederai atau merugikan pasien. Selanjutnya, Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/ VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit menyebutkan bahwa keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan

10 17 timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Pasal 7 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit menyebutkan bahwa setiap rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien, yang meliputi: (1) hak pasien; (2) mendidik pasien dan keluarga; (3) keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan; (4) penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pada pasien; (5) peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien; (6) mendidik staf tentang keselamatan pasien; (7) komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Selanjutnya Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit menyebutkan bahwa setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien yang meliputi 6 sasaran, yaitu: (1) ketepatan identifikasi pasien; (2) peningkatan komunikasi yang efektif; (3) peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; (4) kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi; (5) pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan (6) pengurangan risiko pasien jatuh. Berkaitan dengan keselamatan pasien operasi, Cahyono (2008) menyebutkan bahwa keselamatan pasien operasi merupakan pemberian

11 18 layanan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien di ruang operasi dengan tidak mencederai atau merugikan pasien. b. Waktu dan Cara Pelaksanaan Keselamatan Pasien Operasi Telah dipaparkan sebelumnya bahwa keselamatan pasien operasi merupakan pemberian layanan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien di ruang operasi dengan tidak mencederai atau merugikan pasien. Dalam hal pembedahan dilakukan oleh tim profesional yang terdiri dari dokter bedah, dokter anestesi, perawat, dan tenaga lainnnya yang diperlukan. Tim bedah harus konsisten melakukan pembedahan dengan baik mulai dari the briefing phase, the time out phase, the debriefing phase sehingga dapat meminimalkan setiap risiko yang tidak diinginkan. Keselamatan pasien operasi dilakukan melalui 3 tahap, masingmasing sesuai dengan alur waktu yaitu sebelum induksi anestesi (sign in), sebelum insisi kulit (time out) dan sebelum mengeluarkan pasien dari ruang operasi (sign out). 1) Pada fase sign in sebelum induksi anestesi dilakukan pemeriksaan apakah identitas pasien telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi operasi sudah benar, sisi yang akan dioperasi telah ditandai, persetujuan untuk operasi telah diberikan, oksimeter pulse pada pasien berfungsi. Selain itu dilakukan konfirmasi faktor resiko pasien, apakah pasien ada risiko kehilangan darah, kesulitan jalan nafas, reaksi alergi, dan sebagainya.

12 19 2) Pada fase time out setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan peran masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang operasi saling kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim mengkonfirmasi dengan suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar, pada pasien yang benar. Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya. 3) Pada fase sign out tim bedah akan meninjau operasi yang telah dilakukan. Dilakukan pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen, pemberian label pada spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani. Langkah akhir yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan memusatkan perhatian pada manajemen post operasi serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi (Surgery & Lives, 2008). 4. Surgical Patient Safety Checklist a. Pengertian Surgical Safety Checklist Surgical Safety Checklist adalah sebuah daftar periksa untuk memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien. Surgical Safety Checklist merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh tim profesional di ruang operasi (Safety & Compliance, 2012) b. Manfaat Surgical Safety Checklist 1) Surgical Safety Checklist disusun untuk membantu tim bedah untuk mengurangi angka kejadian yang tidak diharapkan (KTD). Banyaknya kejadian tidak diinginkan (KTD) yang terjadi akibat pembedahan mengakibatkan WHO membuat program surgical

13 20 safety checklist untuk mengurangi kejadian tidak diinginkan (KTD). Dalam praktiknya surgical safety checklist bermanfaat untuk mengurangi angka kematian dan komplikasi, beberapa penelitian menunjukkan angka kematian da komplikasi berkurang setelah digunakan surgical safety checklist. Penelitian Haynes menunjukkan angka kematian berkurang dari 1,5% menjadi 0,8% dan angka komplikasi berkurang dari 11% menjadi 7,0% (Haynes, et al. 2009). Penelitian Latonsky menghasilkan hal yang serupa bahwa jika Surgical Safety Checklist dilaksanakan secara konsisten maka angka kematian mengalami penurunan dari 1,5% menjadi 0,8% dan angka komplikasi turun dari 11% menjadi 7% (Latonsky, et al., 2010). 2) Menurunkan surgical site infection dan mengurangi risiko kehilangan darah lebih dari 500 ml. Penelitian Weiser menunjukkan angka infeksi luka operasi (ILO) mengalami penurunan setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan SSCL. Angka ILO turun dari 11,2% menjadi 6,6% dan risiko kehilangan darah lebih dari 500 ml turun dari 20,2% menjadi 13,2% (Weizer, et al. 2008). 3) Menurunkan proporsi pasien yang tidak menerima antibotik sampai insisi kulit. Vries pada penelitian tentang a Surgical Patient Safety System menghasilkan penerapan Surgical Patient Safety System pra operasi menghasilkan waktu yang lebih lama dari 23,9-29,9 menjadi 32,9 menit, akan tetapi jumlah pasien yang tidak menerima antibotik sampai insisi kulit menurun sebesar 6% (Depkes RI, 2006).

14 21 4) Fungsi yang paling umum adalah menyediakan informasi yang detail mengenai kasus yang sedang dikerjakan, korfimasi detail, penyuaraan fokus diskusi dan kemudian pembentukan tim (Depkes RI, 2006). 5) Penggunaan checklist kertas merupakan salah satu solusi karena checklist kertas dapat disediakan dengan cepat dan membutuhkan biaya sedikit, selain itu checklist kertas juga dapat disesuaikan ukuran dan bentuknya sesuai dengan kebutuhan serta tidak memerlukan penguasaan teknologi yang tinggi untuk mengisinya (Depkes RI, 2008). c. Implementasi Surgical Safety Checklist Surgical safety checklist di kamar operasi digunakan melalui 3 tahap, masing-masing sesuai dengan alur waktu yaitu sebelum induksi anestesi (sign in). Sebelum insisi kulit (time out) dan sebelum mengeluarkan pasien dari ruang operasi (sign out) (Haynes, et al. 2009). Implementasi SurgIcal Safaty Checklist memerlukán seorang koordinator yang bertanggung jawab untuk memeriksa checklis. Koordinator biasanya seorang perawat, dokter atau profesional kesehatan lainnya yang terlibat dalam operasi. Surgical Safety Checklist dibagi tiga tahap yaitu sebelum induksi anestesi (Sign In), periode setelah induksi dan sebelum bedah sayatan (Time Out), serta periode selama atau segera setelah penutupan luka sebelum mengeluarkan pasien dari operasi kamar (Sign Out). Pada setiap fase, koordinator checklist harus diizinkan untuk mengkonfirmasi bahwa tim telah menyelesaikan tugasnya sebelum melakukan kegiatan lebih lanjut.

15 22 Fase Sign In sebelum induksi anestesi koordinator secara verbal memeriksa apakah identitas pasien delah dikonfirmasi, prosedur dan sisi operasi sudah benar, sisi yang akan dioperasi telah ditandai, persetujuan untuk operasi telah diberikan oksimeter pulse pada pasien berfungsi. Koordinator dengan profesional anestesi mengkonfirmasi resiko pasien apakah pasien ada risiko kehilangan darah, kesulitan jalan nafas, reaksi alergi. Fase Time Out setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan peran masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang operasi saling kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim mengkonfirmasi dengan suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar, pada pasien yang benar. Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya. Fase Sign Out tim bedah akan meninjau operasi yang telah dilakukan. Dilakukan pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen, pemberian label pada spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani. Langkah akhir yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan memusatkan perhatian pada manajemen post operasi serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi (Surgery & Lives, 2008). 1) Sebelum induksi anestesi (Sign In) Perawat melakukan sign in di ruang serah terima sebelum pasien masuk kamar operasi. Langkah-langkah Surgical Safety Checklist sebagai berikut:

16 23 a) Perawat mengkonfirmasi kepada pasien mengenai identitas, sisi yang akan dioperasi, prosedur dan persetujuan tindakan di ruang serah terima instalasi. Setelah konfirmasi lengkap maka pasien masuk ruang operasi untuk konfirmasi tahapan berikutnya. Langkah ini sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya operasi pada pasien yang salah, sisi yang salah dan prosedur. b) Sisi yang akan dioperasi sudah ditandai Pada item pemberian sisi pada pasien yang akan dioperasi koordinator checklist harus mengkonfirmasikan bahwa ahli bedah melakukan operasi telah menandai sisi yang akan dilakukan pembedahan. c) Obat dan mesin anestesi telah diperiksa secara lengkap Koordinator meminta dokter anestesi memeriksa peralatan anestesi, sistem pernafasan (oksigen dan inhalansi) apakah berfungsi dengan baik serta memeriksa ketersediaan obat sebelum melakukan induksi anestesi. d) Pulse oksimetri pada pasien berfungsi Koordinator checklist menegaskan sebelum induksi anestesi bahwa oksimeter pulse telah dipasang pada pasien dan berfungsi dengan baik. Bila dimungkinkan sebuah sistem suara digunakan untuk mengingatkan tim bedah tentang denyut nadi dan saturasi oksigen oksimetri. Pulse oksimetri direkomendasikan oleh WHO sebagai komponen penting dalam pemberian anesetesi.

17 24 e) Apakah pasien memiliki alergi Koordinator checklist menanyakan 2 pertanyaan pada anestesi profesional. Pertanyaan pertama koordinator checklist menanyakan apakah pasien mengalami alergi yang telah diketahui anestesi, kemudian sebutkan jenis alerginya, hal ini dilakukan untuk mengkonfirmasi bahwa anestesi mengetahui adanya alergi yang akan menimbulkan risiko pada pasien. Jika koordinator mengetahui bahwa anestesi tidak tahu ada alergi maka informasi ini harus dikomunikasi. f) Apakah pasien memiliki risiko aspirasi Dokter anestesi akan menulis kesulitan jalan nafas pada status sehingga pada tahapan Sign In tim bedah dapat mengetahuinya dan mengantisipasi pemakaian jenis anestesi yang digunakan. Risiko aspirasi divevaluasi sebagai bagian dari penilaian jalan nafas. Jika pasien memiliki gejala refluks aktif atau perut penuh, dokter anestesi harus mempersiapkan untuk kemungkinan aspirasi. Risiko ini dapat dikurangi dengan memodifikasi rencana anestesi, misalnya menggunakan teknik induksi cepat dan dengan bantuan asisten memberikan tekanan krikoid selama induksi untuk mengantisipasi risiko aspirasi pasien dipuasakan 6 jam sebelum operasi. g) Apakah pasien memiliki risiko kehiliangan darah lebih dari 500 ml? Kehilangan darah merupakan salah satu bahaya yang paling umu dan penting bagi pasien. Syok hipovelemik meningkat ketika

18 25 darah mengalami kekurangan lebih dari 500 ml (7 mil/ kg pada anak). Pasien yang mempunyai risiko kehilangan darah lebih dari 500 ml dipersiapkan darah sehari sebelum dilakukan operasi. Dokter anestesi akan mempersiapkan infus 2 jalur atau kateter vena sentral dan tim harus mengkonfirmasikan ketersediaan darah untuk resusitasi. Untuk meningkatkan keamanan kehilangan darah harus ditinjau kembali oleh dokter bedah pada waktu time out. 2) Sebelum Insisi Kulit (Time Out) Tindakan hening sejenak dengan melakukan doa bersama dilakukan semua anggota tim bedah sebelum membuat insisi. a) Konfirmasi identitas tim bedah Konfirmasi tim bedah dengan cara tim bedah memperkenalkan diri dan peranannya masing-masing karena anggota tim operasi sering berubah. b) Dokter, anetesi dan perawat mengkonfirmasi secara lisan pasien, sisi operasi dan prosedur pembedahan. Sebelum melakukan tindakan operasi, operator memastikan identitas pasien. Secara lisan anggota tim mengkonfirmasi nama pasien, sisi operasi, telah menandai sisi yang di operasi. Sebagai contoh, perawat secara lisan mari kita Time Out dan kemudian melanjutkan apakah semua orang setuju bahwa ini adalah X pasien, mengalami Hernia Inguinal kanan. Jika pasien tidak dibius maka pasien dapat mengkonfirmasi hal yang sama. Hal ini dilakukan untuk memastikan tim bedah tidak melakukan salah sisi pada pasien.

19 26 c) Antisipasi peristiwa kritis Komponen yang penting dalam operasi adalah mengantisipasi keadaan yang membahayakan, komunikasi tim yang efektif, kerja tim yang efisiensi dan pencegahan komplikasi. d) Dokter review: apa langkah kritis, durasi operasi dan kehilangan darah diantisipasi? Diskusi langkah-langkah kritis yang dilakukan untuk meminimalkan risiko pembedahan. Semua anggota tim mendapat informasi dari dokter. Risiko kehilangan darah yang cepat, cidera atau morbiditas untuk meninjau langkah-langkah yang memrukan peralatan khusus. Sebelum dilakukan operasi pasien dan anggota keluarga diberitahukan risiko tindakan dan kemungkinan perubahan prosedur tindakan. e) Anaesthesia team reviews: are there any patient-specific concerns? Anggota tim anestesi memperhatikan penyakit penyerta pasien. Tim anestesi harus memperhatikan rencana tindakan untuk resusitasi, penggunaan darah pada pasien yang berisiko kehilangan darah besar, ketidakstabilan hemodinamik atau lainnya. f) Nursing team reviews: has sterility (including indicator results) been confirmed? Are there equipment issues oe\r any concerns? Perawat menanyakan kepada dokter bedah mengenai alat-alat yang diperlukan sehingga perawat memastikan istrumen di kamar operasi telah steril dan lengkap.

20 27 g) Apakah antibiotik profilaksis telah diberikan 60 menit terakhir. Anggoa tim yang bertanggung jawab pada pemberian antibiotik profilaksis adalah dokter anestesi (WHO, 2009). Jika antibiotik diberikan lebih dari 60 menint sebelumnya maka tim bedah harus mempertimbangkan pemberian antibiotik ulang pada pasien. h) Ahli bedah akan memastikan pemeriksaan penunjang berupa foto apakah perlu ditampilkan di kamar operasi. Dokter bedah memberi keputusan apakah foto penunjang diperlukan dalam pelaksaan operasi atau tidak. Jika foto penunjang diperlukan tapi tidak ada maka harus diperoleh. 3) Sebelum mengeluarkan pasien dari ruang operasi (Sign Out) a) Procedure Recorded Koordinator checklist mengkonfirmasi pada dokter bedah dan tim apakah prosedur atau sebagai konfirmasi kami melakukan prosedur X, benar? b) Penghitungan instrumen, jarum dan kasa Perawat instrumen memberitahukan secara lisan kepada tim mengenai kelengkapan instrumen, jika jumlah tidak tepat maka anggota tim memeriksa di lipatan kain operasi dan jika perlu memeriksa di tempat sampah. c) Jika ada spesimen harus dilakukan pelabelan Pelabelan sangat penting dilakukan, hal ini dilakukan untuk diagnostik spesimen patologi. Perawat sirkuler dan dokter bedah membuat label dengan cara membuat label pada spesimen yang diperoleh selama prosedur operasi dengan membuat pengantar patologi dan menggambarkan bentuk dan ciri spesimen.

21 28 d) Are there any equipment problems to be addressed? Apakah ada masalah peralatan di kamar operasi yang bersifat universal sehingga koordinator harus mengidentifikasi peralatan yang bermasalah sehingga dapat ditangani. e) Surgeon, Anaesthesia Professional And Nurse Review The Key Concerns For Recovery And Management Of This Patient Pada tahap akhir, sebelum mengeluarkan pasien dari ruang operasi. Dokter bedah, anestesi dan perawat harus memperhatikan rencana pemulihan pasca operasi. Sebelum pasien dikeluarkan dari ruang operasi anggota tim melakukan pemeriksaan keselamatan, saat pasien dipindahkan dari ruang operasi maka anggota tim bedah memberikan informasi tentang pasien kepada perawat yang bertanggung jawab di ruang pemulihan. Tujuan dari langkah ini adalah efisiensi dan tepat trasfer informasi penting untuk seluruh tim (Surgery & Lives, 2008).

22 29 B. Kerangka Teoritis Input: - Sumber daya dan lingkungan kerja - Operasi yang steril - Operator yang aman - Anestesi Yang aman - Monitoring dan jaminan kualitas - Pasien - Jenis pembedahan - Jenis luka operasi Process: Sign in: - Konfirmasikan pasien - Sisi pembedahan - Kelengkapan dan fungsi anestesi - Pulse oksimetri - Alergi - Kesulitan nafas - Resiko kehilangan darah Time Out: - Tim operasi memperkenalkan diri dan peranannya. - Konfirmasi lesan identitas pasien - Konfirmasi lesan lokasi pembedahan - Konfirmasi lesan prosedur pembedahan - Dokter bedah melakukan pengecekan ketepatan antisipasi peristiwa kritis, durasi pembedahan, resiko kehilangan darah. - Tim anestesi melakukan pengecekan ada tidaknya masalah pada pasien sebelum dilakukan pembedahan. - Perawat melakukan pengecekan kesterilan peralatan bedah. - Antibiotik diberikan 60 menit sebelum pembedahan. - Pemeriksaan penunjang ditampilkan di kamar operasi. Sign Out: - Konfirmasi prosedur pembedahan - Penghitungan instrumen, kasa, dan Jarum - Pelabelan spesimen - Permasalahan peralatan bedah - Tim bedah melakukan pengecekan akhir Outcome: Menurunkan Kejadian Yang tidak Diinginkan (KTD) Gambar 2.1 Kerangka Teori (Sumber: Cahyono (2008); Depkes RI (2006); Surgery & Lives (2008); Safety & Compliance (2012), Haynes, et al. (2009).

23 30 C. Kerangka Konsep Input: - Sumber daya dan lingkungan kerja - Operasi yang steril - Operator yang aman - Anestesi Yang aman - Monitoring dan jaminan kualitas - Pasien - Jenis pembedahan - Jenis luka operasi Time Out: - Tim operasi memperkenalkan diri dan peranannya. - Konfirmasi lesan identitas pasien - Konfirmasi lesan lokasi pembedahan - Konfirmasi lesan prosedur pembedahan - Dokter bedah melakukan pengecekan ketepatan antisipasi peristiwa kritis, durasi pembedahan, resiko kehilangan darah. - Tim anestesi melakukan pengecekan ada tidaknya masalah pada pasien sebelum dilakukan pembedahan. - Perawat melakukan pengecekan kesterilan peralatan bedah. - Antibiotik diberikan 60 menit sebelum pembedahan. - Pemeriksaan penunjang ditampilkan di kamar operasi. Outcome: Menurunkan Kejadian Yang tidak Diinginkan (KTD) Keterangan: : Diteliti Gambar 2.2 Kerangka Konsep : Tidak Diteliti D. Pertanyaan Penelitian Bagaimana gambaran penerapan keselamatan pasien saat operasi (Surgical Patient Safety) fase time out pada pasien bedah mayor di IBS RSUD Kebumen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Surgical Safety Checklist merupakan bagian dari Safe Surgery Saves Lives

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Surgical Safety Checklist merupakan bagian dari Safe Surgery Saves Lives BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Surgical Safety Checklist Surgical Safety Checklist merupakan bagian dari Safe Surgery Saves Lives yang berupa alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Definisi Safety Surgery Safety surgery dapat diartikan dengan upaya memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi di kamar operasi. Salahlokasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komplikasi dan kematian akibat pembedahan menjadi salah satu masalah kesehatan global. World Health Organization (WHO) memperkirakan sedikitnya ada setengah juta kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mencapai tujuan yang optimal. (Depkes R.I. 2001)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mencapai tujuan yang optimal. (Depkes R.I. 2001) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat

Lebih terperinci

Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan

Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan dr. Suryani Yuliyanti, M.Kes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Modul : Masalah Kesehatan Prioritas

Lebih terperinci

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan bedah atau tindakan di bidang obstetri dan ginekologi merupakan suatu tindakan kedokteran yang dibutuhkan untuk memungkinkan suatu tindakan operasi oleh dokter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan didefinisikan sebagai suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat komplek, terdapat ratusan

Lebih terperinci

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara menandai ( X) salah satu jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

BAB I PENDAHULUAN. kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Patient safety adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi pengkajian resiko, identifikasi, dan pengelolaan hal yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perintah, dan terhadap aturan, berdisiplin) (Hoettomo, 2005). Kepatuhan (complience),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perintah, dan terhadap aturan, berdisiplin) (Hoettomo, 2005). Kepatuhan (complience), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEPATUHAN 2.1.1 Pengertian Kepatuhan adalah sifat patuh atau ketaatan (patuh berarti suka menurut terhadap perintah, dan terhadap aturan, berdisiplin) (Hoettomo, 2005).

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR OBSERVASI

Lampiran 1 LEMBAR OBSERVASI Lampiran 1 LEMBAR OBSERVASI No. Pernyataan Ya Kadang - kadang 1. Perawat mengidentifikasi pasien dengan menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien 2. Perawat

Lebih terperinci

Panduan Identifikasi Pasien

Panduan Identifikasi Pasien Panduan Identifikasi Pasien IDENTIFIKASI PASIEN 1. Tujuan Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit. Mengurangi kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

CONTOH CONTOH INSIDEN. No. INSTALASI INDIKATOR JENIS

CONTOH CONTOH INSIDEN. No. INSTALASI INDIKATOR JENIS = kejadian tidak diinginkan KTC= kejadian tanpa cedera = kejadian potensi cedera KNC= kejadian nyaris cedera CONTOH CONTOH INSIDEN No. INSTALASI INDIKATOR JENIS 1. Instalasi Gawat darurat Insiden kesalahan

Lebih terperinci

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN RUMAH SAKIT UMUM GUNUNG SAWO TEMANGGUNG Jl. Gatot Subroto KM 2 Manding Temanggung Tahun 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat yang telah dikaruniakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akreditasi internasional merupakan konsep keselamatan pasien menjadi salah satu penilaian standar sebuah rumah sakit. Keselamatan pasien (patient safety) telah menjadi

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO I. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan yang mengandung risiko karena menyangkut keselamatan tubuh dan nyawa seseorang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah tindakan pembedahan di dunia sangat besar, hasil penelitian di 56 negara pada tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan mengurangi resiko kejadian tidak diinginkan yang berhubungan dengan paparan terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Royal Progress, maka diperlukan

Lebih terperinci

- 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG

- 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG - 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt Press Release Implementasi Standar Akreditasi Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan & Keselamatan Pasien RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang, merupakan rumah sakit

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

I.Pengertian II. Tujuan III. Ruang Lingkup IV. Prinsip

I.Pengertian II. Tujuan III. Ruang Lingkup IV. Prinsip I.Pengertian Identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut dengan individu

Lebih terperinci

Key words : surgical safety checlist, surgery room, patients safety

Key words : surgical safety checlist, surgery room, patients safety THE IMPLEMEMTATION OF SURGICAL SAFETY CHECLIST INCENTRAL SURGICALINSTALLATIONOFISLAMIC HOSPITAL KLATEN Agus Setiawan¹, Atiek Murharyati², Galih Priambodo³ Abstract Surgical service is a service that often

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peningkatan jumlah sarana pelayanan kesehatan di Indonesia masih belum diikuti dengan peningkatan kualitas layanan medik. Rumah sakit yang sudah terakreditasi pun belum

Lebih terperinci

KESELAMATAN PASIEN. Winarni, S. Kep., Ns., M. KM

KESELAMATAN PASIEN. Winarni, S. Kep., Ns., M. KM KESELAMATAN PASIEN Winarni, S. Kep., Ns., M. KM Keselamatan Pasien diatur dlm : - UU No. 29 Tahun 2004 Ttg Praktik Kedokteran, Pasal 2. - UU No. 36 Tahun 2009 Ttg Kesehatan, Pasal 5 (2), Pasal 19, Pasal

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No. 3, Oktober 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No. 3, Oktober 2014 GAMBARAN PENERAPAN SURGERY PATIENT SAFETY FASE SIGN OUT PADA PASIEN POST OPERASI BEDAH MAYOR DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD KEBUMEN. Indra Hermawan 1) Saryono 2 ) Dadi Santoso, 3 ) 1, 2, 3 Jurusan Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk di laksanakan di rumah sakit dan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan di rumah sakit. Sejak malpraktik menggema di seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Tindakan pembedahan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Tindakan pembedahan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan. Tindakan pembedahan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit membuat asuhan pasien lebih aman, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya harm/ cedera yang tidak

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh Email : KEPUTUSAN KEPALA UPT. PUSKESMAS MENGWI II NOMOR : T E N T A N G SASARAN-SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN Standar PAB.1. Tersedia pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram ABSTRAK

Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram ABSTRAK Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram Agus Supinganto 1), Misroh Mulianingsih 2), Suharmanto 3) 1,2,3) STIKES Yarsi Mataram agusping@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan dirumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat integrative dengan melibatkan sejumlah tenaga kesehatan yang bersamasama memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERAN SCRUB NURSE

FUNGSI DAN PERAN SCRUB NURSE Lampiran 1 FUNGSI DAN PERAN SCRUB NURSE A. Pre Operasi ; 1. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan dokumentasi perawatan pasien selama pre operasi, 2. Menyiapkan lingkungan kamar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROGRAM PATIENT SAFETY BERDASARKAN STANDAR SIX GOAL INTERNATIONAL PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ONKOLOGI SURABAYA

PENGEMBANGAN PROGRAM PATIENT SAFETY BERDASARKAN STANDAR SIX GOAL INTERNATIONAL PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ONKOLOGI SURABAYA PENGEMBANGAN PROGRAM PATIENT SAFETY BERDASARKAN STANDAR SIX GOAL INTERNATIONAL PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ONKOLOGI SURABAYA MIRRAH SAMIYAH UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM

Lebih terperinci

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

SASARAN KESELAMATAN PASIEN KESELAMATAN PASIEN Berikut ini adalah daftar sasaran. Mereka disiapkan disini untuk memudahkan karena disampaikan tanpa persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaian. Informasi lebih lanjut tentang

Lebih terperinci

BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)

BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) Gambaran Umum Tindakan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yang kompleks dan sering dilaksanakan di rumah sakit. Hal tersebut memerlukan 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 LAPORAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA INDIKATOR AREA KLINIS 1. Assesmen awal medis lengkap dalam 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan di Indonesia sekarang ini sangat mendapat perhatian tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang mengalami

Lebih terperinci

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN EVALUASI PROGRAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN Jawab lah pertanyaan di bawah

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinyainsiden patient safety disuatu rumah sakit, akan memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf, dan pasien pada khususnya karena sebagai pemberi

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN >/= 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar PAB.1. Tersedia pelayanan

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PESERTA DIDIK KEDOKTERAN DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN

PANDUAN TEKNIS PESERTA DIDIK KEDOKTERAN DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN PANDUAN TEKNIS PESERTA DIDIK KEDOKTERAN DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN KOMITE MEDIK RSUD DR. SAIFUL ANWAR KESALAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT BAKORDIK RSSA/FKUB MALANG 2015 BILA BERHADAPAN DENGAN PASIEN,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAKSANAAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST DAN KEJADIAN INFEKSI POST OPERASI MAYOR

HUBUNGAN PELAKSANAAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST DAN KEJADIAN INFEKSI POST OPERASI MAYOR HUBUNGAN PELAKSANAAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST DAN KEJADIAN INFEKSI POST OPERASI MAYOR Widiyaningsih, Program Studi S1 Keperawatan STIKes Karya Husada Semarang e-mail: widy.dianing@gmail.com Eni Kusyati,

Lebih terperinci

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL N o Indikator Standar Dimensi Input/Proses /Output Manajeria l/klinis 1 Kepatuhan 90% Efektifitas Proses Klinis terhadap clinical pathways

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk menghadapi era globlalisasi membawa dampak yang sangat signifikan terhadap berbagai bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi

Lebih terperinci

repository.unimus.ac.id

repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya. BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millenium Development Goals yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk menghadapi era globlalisasi membawa dampak yang sangat signifikan terhadap berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Pelayanan kesehatan di

Lebih terperinci

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD A. `LAPORAN INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD Judul indikator Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD Jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Medical Error yang disebabkan oleh salah posisi, salah prosedur, salah pasien operasi adalah kejadian yang mengkhawatirkan dan bisa terjadi di semua rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keselamatan Pasien (Patient Safety) a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO). Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien menjadi isu prioritas dalam perawatan kesehatan, dimana gerakan keselamatan pasien dimulai sejak tahun 2000 yang berawal ketika Institute of Medicine

Lebih terperinci

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi.

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi. Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi Ditulis pada Senin, 15 Februari 2016 03:14 WIB oleh fatima dalam katergori Kamar Bedah tag Kamar Bedah, Oka, Perawat Instrument, Perawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun belakangan ini banyak pemberitaan tentang layanan rumah sakit, bukan karena kualitas pelayanan yang berkualitas yang masuk kedalam pemberitaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayananan bedah telah menjadi komponen pelayanan kesehatan yang essensial pada banyak negara. Dengan meningkatnya insidensi dari kanker, penyakit kardiovaskular dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat menggambarkan mutu rumah sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5) issue penting yang terkait dengan keselamatan (safety) rumah sakit,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN Sesuai dengan misi RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, untuk dapat memberikan pelayanan bermutu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakat melalui pembangunan kesehatan. Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan,

Lebih terperinci

ARIA PRATAMA SURYA ANGGARA MMR Angkatan 7 Reguler Ujian Matrikulasi DMRS februari 2012

ARIA PRATAMA SURYA ANGGARA MMR Angkatan 7 Reguler Ujian Matrikulasi DMRS februari 2012 1 ARIA PRATAMA SURYA ANGGARA MMR Angkatan 7 Reguler Ujian Matrikulasi DMRS februari 2012 1. a) Ada 3 target dari 8 target MDGs yang sudah disepakati yang bisa dilakukan bidang kesehatan terutama di ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah serius di dunia kesehatan. Stroke merupakan penyakit pembunuh nomor dua di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009. Tentang Rumah Sakit pasal 1 adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit

Lebih terperinci

PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)

PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) PELAYANAN ANESTESI AN BEAH (PAB) Standar PAB 1 umah Sakit menyediakan pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan pelayanan tsb memenuhi peraturan perundangundangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: surgical safety checklist, kamar bedah, survei. Triwahyudi*), Mona Saparwati**), Priyanto***)

ABSTRAK. Kata kunci: surgical safety checklist, kamar bedah, survei. Triwahyudi*), Mona Saparwati**), Priyanto***) STUDI DESKRIPTIF TENTANG SURGICAL SAFETY DALAM PROSEDUR PEMBEDAHAN DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HARAPAN INSAN SENDAWAR KABUPATEN KUTAI BARAT Triwahyudi*), Mona Saparwati**), Priyanto***)

Lebih terperinci

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

ISNANIAR BP PEMBIMBING I: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA, LINGKUNGAN, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENYAKIT DAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWATDI RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TESIS OLEH: ISNANIAR BP.

Lebih terperinci

KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG

KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG Lampiran 0 KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG No. Kode : Petunjuk pengisian:. Bacalah setiap

Lebih terperinci

November 2017 TIM PMKP

November 2017 TIM PMKP November 2017 TIM PMKP 1 INDIKATOR AREA KLINIS 2 No Indikator Indikator Penilaian Mutu Target 1 Assesment pasien Angka Ketidaklengkapan Assesment awal medis < 5% rawat inap 2 Pelayanan Laboratorium Angka

Lebih terperinci

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG 2 0 1 5 BAB I DEFINISI Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evaluasi pra anestesi adalah langkah awal dari rangkaian tindakan anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status fisik (ASA) pasien pra operatif,

Lebih terperinci

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2 TATA CARA / PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP ) 1 dari 2 Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DI RSUD TENRIAWARU KABUPATEN BONE

PENGARUH PENERAPAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DI RSUD TENRIAWARU KABUPATEN BONE PENGARUH PENERAPAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DI RSUD TENRIAWARU KABUPATEN BONE EFFECT OF SURGICAL SAFETY CHECKLIST IMPLEMENTATION ON SURGICAL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu hal yang mendapat perhatian penting adalah masalah konsep keselamatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu hal yang mendapat perhatian penting adalah masalah konsep keselamatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah sakit merupakan tempat yang sangat kompleks, terdapat ratusan macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah area di dalam sebuah rumah sakit yang dirancang dan digunakan untuk memberikan standar perawatan gawat darurat untuk pasien yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengobati dan menyembuhkan pasien dari penyakit. Dalam menjalankan tujuannya, rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien merupakan isu global yang paling penting saat ini dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT Iswati* *Akademi Keperawatan Adi Husada, Jl. Kapasari No. 95 Surabaya Email : iswatisaja@yahoo.com Abstrak Pendahuluan : Keselamatan pasien merupakan

Lebih terperinci

Rancangan Aktualisasi

Rancangan Aktualisasi Rancangan Aktualisasi Pengendalian dan pencegahan infeksi di kamar operasi Emergency Hasil Identifikasi area dikamar operasi Identifikasi sumber infeksi Pembatasan lalu lintas masuk ke kamar operasi Pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewaspadaan umum (universal precaution) merupakan salah satu upaya pengendalian infeksi di rumah sakit yang oleh Departemen Kesehatan telah dikembangkan sejak tahun

Lebih terperinci

Winarni, S. Kep., Ns. MKM

Winarni, S. Kep., Ns. MKM Winarni, S. Kep., Ns. MKM Konsep dan prinsip Patient safety Patient Safety adalah isu terkini, global, penting (high profile), dalam Pelayanan RS, (2000) WHO memulai Program Patient Safety th 2004 : Safety

Lebih terperinci