FEASIBILITY STUDY. dwipurnomo
|
|
- Dewi Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FEASIBILITY STUDY
2 Scope of FS Market? Yes Technical? Yes Managerial? Yes Financial? Yes No No No No Stop Stop Stop Stop
3 Case 1 : PROJECT FEASIBILITY Executive Summary Bab I : Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan dan Manfaat 1.3. Ruang Lingkup Projek 1.4. Stakeholder 1.5. Pendekatan Bab II : Kajian Aspek Pasar 2.1. Diskripsi Sektor Industri 2.2. Analisis Potensi Pasar dan Competitor 2.3. Analisis STP 2.4. Analisis dan Proyeksi Pasar Effektif 2.5. Program Marketing Mix
4 Bab III: Kajian Produksi/Operasi 3.1. Perencanaan Kapasitas Produksi 3.2. Teknologi dan Proses Produksi 3.3. Peralatan dan Fasilitas 3.4. Bahan Baku, Penolong dan Utilitas 3.5. Analisis Amdal 3.5. Organisasi dan Manajemen 3.6. Jadwal Implementasi Bab IV : Analisis Finansial 4.1. Permodalan 4.2. Biaya Operasi 4.3. Proyeksi Pendapatan dan Titik Impas 4.4. Proyeksi Cash Flow 4.5. Kinerja Finansial Bab V : Kesimpulan dan Tindak Lanjut 5.1 Kesimpulan 5.2 Tindak Lanjut
5 1.1 Latar Belakang Bab I. Pendahuluan Mengapa Proyek ini diperlukan? Symptom Root Causes Apa Urgencynya? 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan : Apa yang ingin dicapai? Manfaat: Apa yang ingin diperoleh?
6 1.3 Ruang Lingkup Projek Apa saja yang akan dilakukan? Apa saja komponen komponen proyeknya? 1.4 Stakeholder Siapa saja yang terlibat dalam proyek? Apa saja interest dan powernya? 1.5 Pendekatan Kebijakan apa yang akan ditempuh dalam investasi dan permodalan? Bagaimana proses manajemen proyeknya?
7 Bab II : Kajian Aspek Pasar 2.1 Diskripsi Sektor Industri Bagaimana perkembanagn bisnis dan industri di sektor ini? Problem dan faktor apa saja yang mempengaruhi? 2.2 Analisis Potensi Pasar dan Competitor Siapa konsumennya dan seberapa besar potensinya? Siapa saja kompetitor dan bagaimana kekuatannya?
8 2.3. Analisis STP Segmentasi mana yang akan diambil? Siapa target pasarnya? Bagaimana produk akan duiposisikan dimata konsumennya? 2.4. Program Marketing Mix Bagaimana product policynya? Bagaimana pricing policynya? Bagaimana promotion policynya? Bagaimana distribution policynya? 2.5 Analisis dan Proyeksi Pasar Effektif Berapa perkiraan market sharenya? Proyeksikan market effectifnya selama periode perencanaannya
9 Bab III: Kajian Produksi/Operasi 3.1 Kapasitas Produksi Dan Lokasi Berapa kapasitas effektif dan kapasitas designnya? Dimana lokasi proyek dan mengapa dipilih? 3.2 Teknologi dan Proses Produksi Teknologi proses produksi apa yang digunakan? Darimana sumber teknologinya? Bagaimana operation process chart/ Flow process chart nya?
10 3.3 Peralatan dan Fasilitas Peralatan utama dan pendukung apa saja yang diperlukan? Fasilitas utama apa dan pendukung yang diperlukan? Bagaimana skema lay-outnya? 3.4 Bahan Baku, Penolong dan Utilitas Bahan baku dan bahan penolong apa saja yang diperlukan dan dari mana saja sumbernya? Utilitas apa saja yang diperlukan? Bagaimana kontinuitas supplynya?
11 3.5 Analisis Amdal? Faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan? Apa dampak dari setiap faktor? 3.6 Organisasi dan Manajemen Bagaimana struktur organisasi pengelolaannya? Bagaimana job description dari setiap job yang ada? Berapa jenis dan jumlah serta kwalifikasi dari personelnya? Bagaimana manajemen systemnya? 3.7 Jadwal Implementasi Uraikan kegiatan yang akan dilakukan dari start sampai running operation? Bagamana jadwal rencana implementasinya?
12 Bab IV : Analisis Finansial 4.1 Permodalan Investasi tetap? Modal Kerja? Total Investasi? Struktur Permodalan? 4.2 Biaya Operasi Fix Cost Variable Cost Total operation Cost?
13 4.3 Proyeksi Pendapatan dan BEP Proyeksi Pendapatan Analisis BEP 4.4 Proyeksi Cash Flow Proyeksi Cash Flow Selama horizon perencanaan 4.5 Kinerja Finansial IRR Pay Back Period
14 Bab V Kesimpulan dan Tindak Lanjut 5.1 Kesimpulan Apakah proyek layak? 5.2 Tindak Lanjut Apa yang perlu dilakukan selanjutnya?
15 Kasus 1: Study Kelayakan Pabrik Gula Industri gula di Indonesia dewasa ini belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Produksi gula belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri sehingga masih dipelukan impor gula. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menutupi kekurangan produksi gula ini, antara lain: Memperluas areal tanaman tebu baik yang diusahakan oleh pabrik gula maupun petani (areal tebu rakyat) M eningkatkan produktivitas tanaman tebu melalui program intensifikasi. M erehabilitasi serta menambah kapasitas pabrik gula yang sudah ada. M embangun pabrik gula baru dengan melibatkan investasi perusahaan swasta nasional. Usaha perluasan tanaman tebu untuk pengembangan pabrik gula baru telah dilakukan di beberapa daerah di luar pulau Jawa seperti di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, dan Sulawesi Utara dengan hasil yang cukup memuaskan. Oleh karena itu, pada dasarnya Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan industri gula. Sebagai komoditi yang termasuk kebutuhan pokok, tata niaga gula pasir dulu dikendalikan oleh BULOG, namun dengan tekanan dari IM F maka tataniaga gula dibebaskan. Data ststistik memperlihatkan tingkat konsumsi gula di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Suatu penelitian telah menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara tingkat pendapatan dengan tingkat konsumsi gula p er kapita. Dengan demikian peningkatan konsumsi gula dipengaruhi oleh faktor-faktor: 1. Pertambahan penduduk 2. Peningkatan pendapatan per kapita Oleh karena itu, dimasa depan tingkat konsumsi gula tetap akan mengalami peningkatan sejalan dengan semakin baiknya tingkat ekonomi masyarakat. Dengan latar belakang tersebut sebuah p erusahaan swasta nasional menjajagi pembangunan pabrik gula. Sebagai bahan dalam mengambil keputusan tentunya diperlukan suatu studi kelayakan. Secara umum proses produksi gula pasir dapat dibedakan dalam tiga jenis: 1. Proses defekasi yang menghasilkan gula mentah dengan kualitas HS 1 (Head Sugar) dan HS Proses karbonatasi yang menghasilkan gula pasir putih dengan SHS 1 (Superior Head Sugar) dan SHS Proses sulfitasi yang menghasilkan gula pasir putih dengan kualitas SHS 1 dan SHS 11. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, perusahaan telah memutuskan akan menggunakan p roses sulfitasi. Kualitas gula pasir yang dihasilkan proses ini mempunyai karakteristik sebagaimana dikemukakan pada Tabel 1. Proses produksi dengan proses sulfitasi dapat dilihat pada Gambar 1. Fasilitas produksi yang dibutuhkan dapat dikelompokkan atas 10 unit proses (lihat Tabel 2).
16 T abel 1: K arakteristik G ula H asil P roses S ulfitasi Uraian Maksimum Rata-rata Minimum Kebeningan 71,4 67,7 65,6 Kebersihan 12,4 11,0 9,8 Besar butir spesifik (mm) 1,01 0,91 0,84 Tabel 2: Fasilitas Produksi Pabrik No. Fasilitas Produksi Harga (US $) 1 Cane preparation plant M illing plant Clarification plant Evarorating plant Boiling and C ristalizing plant Centrifugal, drying and bagging plant Steam generation plant Electric power plant Laboratory W ork Shop Catatan kurs 1 US$ = Rp ,00 Kapasitas produksi pabrik direncanakan minimal 500 ton tebu giling per hari. Hasil produksi berupa gula pasir putih dengan kualitas tinggi (SHS 11) dan mollase sebagai by product (1/3 hari hasil gula pasir). Pekerjaan sipil terdiri dari atas kegiatan-kegiatan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3. Luas lantai bangunan pabrik adalah m 2. W aktu yang diperlukan mulai dari persiapan proyek sampai dengan pengoperasian pabrik diperkirakan 3 tahun. B erdasarkan survey telah dievaluasi beberapa alternatif lokasi. Lokasi definitif telah ditentukan di suatu daerah dengan luas area yang mungkin dikembangkan mencapai hektar. Tanah ini dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan hak guna usaha (HGU) dengan masa pemakaian selama 30 tahun. Biaya yang diperlukan Rp ,00 per hektar. Pemasok bahan baku tebu direncanakan melalui usaha dari pabrik yang akan dibangun. Untuk memperoleh hasil rendemen yang tinggi, apabila telah cukup umur, tebu memerlukan musim yang cukup kering. Kondisi iklim yang lebih kering di daerah tersebut terjadi pada bulan Juni sampai dengan Oktober. Oleh karena itu penanaman tebu sebaiknya dilakukan pada bulan M ei sampai dengan September. Tabel 3. Pekerjaan Sipil Pembangunan Pabrik No. Uraian Biaya (US$) 1 Bangunan 400, Kantor Administrasi 100, Bangunan K esejahteraan Karyawan 75, Perumahan Karyawan 180, Catatan: pengadaan alat kantor US$ 50,000.00
17 T abel 4: H asil T ebu d eng an Pola Tebang Rataan Kebun H asil Tebu (Ton per H a) Kebun tanaman 90 Ratoon I 83 Ratoon II 76 Ratoon III 70 Untuk dapat menjamin kelangsungan penanaman tebu, unit usaha perkebunan perlu membuka lahan untuk keperluan pem b ibitan. Pada T abel 5 dapat dilihat rencana pem bibitan, penana m an dan ratoon tebu. Tabel 5. Rencana Pembibitan- Penanaman Tebu dan Ratoon Uraian Tahun Ke Uraian Bibit nenek Kebun Bibit Induk Kebun Bibit Datas Luas Kebun Bibit Kebun tanaman Ratoon I Ratoon II Ratoon III Luas Areal Tanaman Produksi Total Luas C atatan :1.Luas dalam hektar 2. Tahun ke-7 dan seterusnya luas areal tetap hektar Tanaman tebu siap ditebang setelah berumur bulan. Kegiatan penanaman tebu meliputi pekerjaan: 1. Pembersihan tanah (land clearing) 2. Persiapan tanah yang terdiri atas: Pembajakan Penggauran Pembuatan alur 3. Penanaman (Kultivitas) 4. Panen Berdasarkan hasil kebun percobaan dilokasi, diperoleh data tanaman tebu sebagai berikut: Varietas : POJ 3016 dan PS 41 Jarak tanam : 150 cm atau rumpun Jumlah tebu : 3 batang perumpun Berat tebu : 2 Kg per batang R enda m en rata-rata : 8,5 % Kebutuhan air pada musim kering akan dipenuhi dengan irigasi. Irigasi yang sesuai untuk keperluan ini adalah irigasi curah sprinkler. Sum ber air diam bil dari sungai yang m engalir m elalui lokasi.
18 Peralatan produksi yang diperlukan oleh unit perkebunan memerlukan investasi sebesar Rp ,00 (tidak termasuk tanah). Rincian investasi ini dikemukakan pada Tabel 6. Tabel 6: Peralatan Produksi Unit Perkebunan No. Uraian Biaya (US$) 1 Alat Transportasi 200, Unit Irigasi 150, Mesin dan Peralatan Pertanian 250, Prasarana Jalan 100, Untuk menyiapkan tenaga kerja pada saat pengoperasian pabrik, perusahaan perlu merencanakan program pelatihan. Pelatihan ini terutama ditujukan untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam: Teknik produksi; Pemeliharaan fasilitas produksi; Teknik pertanian tebu; Manajemen; Biaya yang diperlukan untuk pelatihan ini seluruhnya US$ 100, lamanya pelatihan antara 4 minggu sampai dengan 6 bulan. Penyelenggaraan pelatihan mengambil bentuk on the job training, bekerja sama dengan Balai Pelatihan Perusahaan Perkebunan (BP3G Pasuruan). Pembiayaan investasi terdiri atas fixed assets dan modal kerja. Keperluan modal kerja terutama digunakan selama pabrik belum beroperasi. Setelah pabrik beroperasi (tahun keempat) besarnya modal kerja diperkirakan sebesar biaya produksi untuk 30 hari giling (tidak termasuk biaya depresiasi dan amortisasi). TUGAS Tabel 7: Depresiasi dan amortisasi Fixed Asset No. Uraian Umur (Tahun) 1 Biaya Persiapan Pabrik 15 2 Fasilitas Produksi Pabrik 25 3 Alat Transportasi 10 4 Investasi Lainnya 25 Catatan: Biaya persiapan proyek meliputi survey, feasibility studi, design and engineering (diperkirakan 10 % dari nilai proyek) Setiap kelompok diminta untuk membuat studi kelayakan Pembangunan Pabrik Gula tersebut yang mencakup: a. Analisis pasar b. Analisis aspek teknologi dan proses produksi c. Analisis aspek manajemen d. Analisis ekonomis dan finansial Dalam membuat studi kelayakan ini setiap kelompok dapat menambah/mencari informasi dan membuat asumsi yang realistis bila memang diperlukan
I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati
BAB V ANALISIS KEBIJAKAN SEKTOR PERTANIAN MENUJU SWASEMBADA GULA I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati ABSTRAK Swasembada Gula Nasional
Lebih terperinciYOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD "P3GI" 2017
IMPLEMENTASI INSENTIF PERATURAN BAHAN BAKU MENTERI RAW PERINDUSTRIAN SUGAR IMPORNOMOR 10/M-IND/3/2017 UNTUK PABRIK DAN GULA KEBIJAKAN BARU DAN PEMBANGUNAN PABRIK PERLUASAN PG BARU DAN YANG PENGEMBANGAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman
24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Pe elitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. ABC terletak di desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdiri berdasarkan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA
LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA Oleh: A. Husni Malian Erna Maria Lokollo Mewa Ariani Kurnia Suci Indraningsih Andi Askin Amar K. Zakaria Juni Hestina PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperincistabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu
PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Pasar dan Pemasaran Gula Tahun Jawa Luar Jawa Jumlah Peningkatan (%) 1990 1,693,589 425,920 2,119,509-1991 1,804,298 448,368 2,252,666 6.28
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGILINGAN PADI UD. KILANG PADI BERSAMA DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGILINGAN PADI UD. KILANG PADI BERSAMA DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciSISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN
SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN LATAR BELAKANG Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan penentu keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Pengadaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula 2.1.1 Subsistem Input Subsistem input merupakan bagian awal dari rangkaian subsistem yang ada dalam sistem agribisnis. Subsistem ini menjelaskan pasokan kebutuhan
Lebih terperinciBAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984
BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984 2.1 Latar Belakang Berdirinya PGKM Gula yang dalam hal ini adalah gula pasir merupakan suatu komoditi strategis yang memiliki kedudukan unik yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada tingginya kebutuhan gula nasional. Kebutuhan gula nasional yang cukup tinggi seharusnya diikuti
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang
Lebih terperinciABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.
ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL Peneliti: Fuat Albayumi, SIP., M.A NIDN 0024047405 UNIVERSITAS JEMBER DESEMBER 2015
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Premium merupakan jenis bahan bakar minyak yang digunakan pada sektor transportasi, khususnya transportasi darat baik itu digunakan pada kendaraan pribadi maupun kendaraan
Lebih terperinciKEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring
15 KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring Pabrik gula Cepiring didirikan tahun 1835 oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama Kendalsche Suiker Onderneming sebagai suatu perseroan di atas tanah seluas 1 298
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA
59 V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA 5.1. Perkembangan Kondisi Pergulaan Nasional 5.1.1. Produksi Gula dan Tebu Produksi gula nasional pada tahun 2000 sebesar 1 690
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan salah satu tanaman yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Letak geografis dengan iklim tropis dan memiliki luas wilayah yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan
Lebih terperinciVIII. ANALISIS FINANSIAL
VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.
Lebih terperinciUpaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara
Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara Oleh : Adi Prasongko (Dir Utama) Disampaikan : Slamet Poerwadi (Dir Produksi) Bogor, 28 Oktober 2013 1 ROAD
Lebih terperinciBEBERAPA PERTANYAAN YANG PERLU MENDAPAT JAWABAN DARI ASPEK TEKNIK
ASPEK TEKNIS PROYEK Bilamana berdasarkan evaluasi pasar, suatu proyek memiliki kesempatan pemasaran yang memadai untuk suatu jangkauan waktu yang relatif panjang, maka tahapan berikutnya yang perlu dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi menjadi produsen gula dunia karena dukungan agroekosistem, luas lahan, dan tenaga kerja. Disamping itu prospek pasar gula di Indonesia cukup
Lebih terperinciBAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menghadapi persaingan Internasional yang semakin tajam, maka Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja yang murah,
Lebih terperinci4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional
83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik
Lebih terperinciV. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA
83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen
Lebih terperinciV. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.
V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia pernah mencapai kejayaan produksi gula pasir pada sekitar 1930 di zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa, yaitu mencapai 179
Lebih terperinciTESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.
EVALUASI KEBIJAKAN BONGKAR RATOON DAN KERAGAAN PABRIK GULA DI JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Diajukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia pangan bagi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010-2035. Proyeksi jumlah penduduk ini berdasarkan perhitungan
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT Karya Tama Bakti Mulia merupakan salah satu perusahaan dengan kompetensi pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang sedang melakukan pengembangan bisnis dengan perencanaan pembangunan pabrik kelapa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan sektor utama perekonomian dari sebagian besar negara-negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan pada periode berikutnya. Jika tidak dilakukan penentuan. solusi terbaik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada perindustrian, penentuan jumlah tenaga kerja sangat dibutuhkan dalam perusahaan yang menghasilkan suatu produk jadi. Penentuan ini sangat diperlukan karena dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi menjadi produsen gula dunia karena didukung agrokosistem, luas lahan serta tenaga kerja yang memadai. Di samping itu juga prospek pasar
Lebih terperinciANALISIS PERKEMBANGAN HARGA GULA
ANALISIS PERKEMBANGAN HARGA GULA I. DINAMIKA HARGA 1.1. Harga Domestik 1. Jenis gula di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu Gula Kristal Putih (GKP) dan Gula Kristal Rafinasi (GKR). GKP adalah
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di
Lebih terperinciLampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian
LAMPIRAN Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Karakter Bibit Kualitas Bibit Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Varietas Bibit PSJT 94-33 atau PS 941 Asal Bibit Kebun Tebu Giling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan umbi-umbian menjadikan gula sebagai salah satu bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan komoditi penting bagi masyarakat Indonesia bahkan bagi masyarakat dunia. Manfaat gula sebagai sumber kalori bagi masyarakat selain dari beras, jagung
Lebih terperinciVI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL
VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Demi memenuhi Hasil Evaluasi Program Peningkatan Produktivitas Gula Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala Madu yang turut
Lebih terperinciProceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN GULA SEMUT DENGAN PENGOLAHAN SISTEM REPROSESING PADA SKALA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN BLITAR Arie Febrianto M Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Lebih terperinciVII. RENCANA KEUANGAN
VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan Indonesia sebagai komoditas khusus (special product) dalam forum perundingan Organisasi Perdagangan
Lebih terperinciTEBU. (Saccharum officinarum L).
TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI TEBU DI LAHAN TEGALAN KASUS DI KABUPATEN BONDOWOSO
ANALISIS USAHATANI TEBU DI LAHAN TEGALAN KASUS DI KABUPATEN BONDOWOSO Daru Mulyono Pusat Teknologi Produksi Pertanian - BPPT Gedung BPPT 2, Lantai 17 Abstract The objectives of the research are to know
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri
Lebih terperinciREKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN
REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan
Lebih terperinciVIII. ANALISIS FINANSIAL
VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Di satu sisi gula
PENDAHULUAN Latar Belakang Gula pasir merupakan suatu komoditi strategis yang memiliki kedudukan unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Di satu sisi gula pasir merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tebu, tembakau, karet, kelapa sawit, perkebunan buah-buahan dan sebagainya. merupakan sumber bahan baku untuk pembuatan gula.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan perekonomian Indonesia dibangun dari berbagai sektor, salah satu sektor tersebut adalah sektor perkebunan. Berbagai jenis perkebunan yang dapat
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pabrik gula merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia karena pabrik gula bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, kebutuhan industri lainnya, dan penyedia
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN..
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR LAMPIRAN.. i iii iv v I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1 1.2. Identifikasi Masalah. 8 1.3. Rumusan Masalah.. 9 1.4. Tujuan Penelitian.
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN
STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN (Studi Kasus : Produksi Ditcher Lengan Ayun Untuk Saluran Drainase Pada Budidaya Tanaman Tebu Lahan Kering) Oleh: KETSIA APRILIANNY LAYA F14102099
Lebih terperinciBAB IV KERANGKA PEMIKIRAN
23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan dalam famili gramineae. Seperti halnya padi dan termasuk kategori tanaman semusim, tanaman tebu tumbuh
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INDUSTRI DI TIMOR LESTE
PENGEMBANGAN INDUSTRI TEBU - GULA & BIO-ETHANOL DI TIMOR LESTE GT Leste Biotech Timor Leste, Juni 2008 GAMBARAN UMUM TIMOR LESTE Luas wilayah: 15,410 km², + 640 km (northwest) Darwin, Australia. Jumlah
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja memiliki makna yang lebih dibandingkan dengan definisi yang sering digunakan yaitu hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi
23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, kemudian diolah,
Lebih terperinciBAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI
154 BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana
Lebih terperinciBAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang
BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau
Lebih terperinciKewirausahaan. Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur
Kewirausahaan Modul ke: Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Fakultas Fakultas Teknik Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id I. Pentinnya Studi Kelayakan Usaha
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tebu untuk keperluan industri gula dibudidayakan melalui tanaman pertama atau plant cane crop (PC) dan tanaman keprasan atau ratoon crop (R). Tanaman keprasan merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 1984 Indonesia telah dapat berswaswembada beras. Namun, akhir-akhir ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Sejak tahun 1984 Indonesia telah dapat berswaswembada beras. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.
54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, harus diimbangi dengan peningkatan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan pokok makanan. Kebutuhan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menghasilkan suatu barang. Pentingnya masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas merupakan salah satu faktor penting yang digunakan dalam pengukuran kinerja suatu perusahaan. Produktivitas memberikan gambaran pada perusahaan dalam
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN III. 1. KERANGKA PEMIKIRAN Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas produksi minyak mentah di dalam negeri telah menjadikan sekitar 50% pemenuhan bahan bakar nasional
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 3.1. Metodologi penelitian. Business Canvassing. Ruang Lingkup Bisnis. Produk dan Layanan STP. Business Feasibility
BAB III METODOLOGI 3.1 METODE PERENCANAAN BISNIS Untuk merencanakan konsep pengembangan model bisnis dari developer rumah container ini, kami menggunakan berbagai macam perencanaan dan sistem untuk menjaga
Lebih terperinciSTUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia dan salah satu sumber pendapatan bagi para petani. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN
PROGRAM SWASEMBADA PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SERTA PENINGKATAN PRODUKSI GULA DAN DAGING SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Dialog dalam Rangka Rapimnas Kadin 2014 Hotel Pullman-Jakarta, 8 Desember
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Tinjauan SeratRami Syarat-Syarat Tumbuh Tanaman Ramie 19
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN i ii HALAMAN PERSEMBAHAN iv HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAK vi vii ix xv xvii xix BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula termasuk salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal rata-rata 400 ribu ha pada periode 2007-2009, industri gula berbasis tebu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kebutuhan akan karet alam terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Hal ini terkait dengan kebutuhan manusia yang memerlukan
Lebih terperinciKEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan
KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan PT Gula Putih Mataram (GPM) merupakan salah satu perusahaan yang didirikan sebagai wujud swasembada nasional untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang timbul di Indonesia,
Lebih terperinciMakalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha
Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian
III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin
Lebih terperinciPENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB
PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB Penerimaan dan pengeluaran dalam bisnis merupakan komponen yang sangat penting untuk melihat aktivitas yang berlangsung
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciIX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang
113 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan
68 V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan tingkat produksi gula antar daerah. Selain itu Jawa Timur memiliki jumlah
Lebih terperinciMANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI
MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI Produksi adalah penciptaan atau penambahan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Produk adalah hasil
Lebih terperinci