LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DISUSUN OLEH : MUHAMMAD HAYKAL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 010

2 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur kehadlirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat hidayah-nya, Laporan Praktikum Perencanaan Geometrik Jalan ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya, laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan studi dalam menempuh pendidikan jenjang S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada kesempatan ini, atas segala bimbingan, pengarahan, petunjuk dan saransaran sehingga laporan ini dapat terselesaikan, penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materil demi terselesainya laporan ini.. Bapak Ir. Sentot Hardwiyono, MT., Ph.D selaku Dosen teori mata kuliah Perencanaan Geometrik Jalan pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Ibu Ir.Anita Widianti,MT selaku Dosen Praktikum Perencanaan Geometrik Jalan pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 4. Saudara Defa Farady selaku Assisten Praktikum Perencanaan Geometrik Jalan pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Disadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari apa yang diharapkan, untuk itu penyusun mengharapkan masukkan-masukkan yang berarti dari pembaca agar dapat menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat terutama bagi kelanjutan studi penyusun, Amiin Wassalamu alaikum Wr. Wb. Yogyakarta, 010 Penyusun

3 DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR ASSISTENSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I. SOAL PERENCANAAN A. Tugas Perencanaan... 1 B. Tabel dan Peraturan yang digunakan... BAB II. RUMUS-RUMUS DALAM PERHITUNGAN A. Ketentuan jalan... 4 B. Perencanaan Alinemen Horizontal... 4 C. Pelebaran Perkerasan pada Tikungan D. Jarak Pandang Henti dan Menyiap... 1 E. Alinemen Vertikal F. Volume Pekerjaan Tanah Galian dan Timbunan BAB III. PERHITUNGAN ALINEMEN HORISONTAL A. Klasifikasi Medan... 0 B. Pelebaran Perkerasan pada Tikungan C. Jarak Pandang Horizontal... 4 BAB IV. PERHITUNGAN ALINEMEN VERTIKAL A. Perencanaan Alinemen Vertikal B. Perencanaan Galian dan Timbunan... 6 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

4 DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN PP Pusat Perpotongan S Jari jari lengkung spiral TS Titik perubahan dari tangen ke spiral Et Jarak dari tengah tengah busur busur lingkaran ke PP SL Titik perubahan dari spiral ke lingkaran ( SC ) LS Titik perubahan dari lingkaran ke spiral ( CS ) ST Titik perubahan dari spiral ke tangen Ls Panjang lengkung spiral total ( dari TS SC ) C Jari jari lengkung lingkaran R Jari lingkaran total X Absis setiap titik pada lengkung spiral terhadap TS Y Ordinat setiap titik pada lengkung spiral terhadap tangen asli ( TS ) Yc Ordinat titik C atau SC P Pergeseran busur lingkaran terhadap tangen asli K Jarak antara TS ke proyeksi PL pada tanah asli PPV Pusat Perpotongan Vertikal antara dua tangent yang bertemu PLV Permulaan Lengung Vertikal PTV Permulaan Tangen Vertikal Ev Pergeseran vertikal PPV ke permukaan jalan rencana Lv Panjang lengkung dengan arah horizontal Perbedaan aljabar landai

5 ISTILAH PENTING Design speed : Kecepatan rencana kendaraan dipakai dalam perencanaan geometrik jalan raya. Right of way : Lebar penguasaan lahan, yaitu lebaar tanah yang dikuasai negara untuk keperluan jalan raya Movement function : Jalan yang mengutamakan fungsi gerakan Access function : Jalan yang mengutamakan fungsi menerus Carriage way : Bagian penampang melintang jalan yang digunakan untuk lewat kendaraan Road margin : Bagian tepi jalan Side waliks : Bagian tepi jalan yang dipergunakan bagi pejalan kaki Kerb : Pembatas tepi jalan Guard Raills : Pagar pembataas tepi jalan Tallud : Kemiringan tebing Median : Pemisah / pembatas jalan Alinemen : Garis sumbu Superelevasi : Kemiringan penampang jalan pada tikungan untuk melawan gaya sentrifugal Broken back Grad line : Lengkung vertikal searah yang hanya dipisahkan oleh tangen yang pendek Hiddendip : Lengkung cekung yang tiba - tiba pendek pada jalan yang relatif datar dan lurus Bendiness : Tingkat letak pada alinemen horizontal Hillness : Tingkat kelandaian pada alinemen vertikal Massa diagram : Diagram yang dipakai untuk menghitung besarnya volume galian dan timbunan

6 BAB I SOAL PERANCANGAN, TABEL, DAN GRAFIK YANG DIGUNAKAN A. Tugas dan Perancangan 1. Ketentuan Pokok a. Peta Topografi (terlampir) dengan skala 1 : b. Jalan terdahulu telah dirancang sampai titik A c. Titik A terletak pada STA Data Perencanaan a. Kelas jalan yang direncanakan : a. Kelas I c. Kelas IIB e. Kelas III b. Kelas IIA d. Kelas IIC b. Koordinat dititik A : a. ( 8466,5846 ) c. ( 1117,536 ) e. ( 1034,5844 ) b. ( 976,4759 ) d. ( 1110,5394 ) f. ( 10016,4116 ) c. Azimuth titik A : a. 34º5 0 c. 40º49 59 e. 46º59 1 b. 37º07 05 d. 43º0 04 d. Elevasi rencana permukaan jalan dititik A terletak pada: a. Permukaan tanah asli b. Galian sedalam 0.50 m c. Galian sedalam 1.00 m d. Timbunan setinggi 0.50 m e. Timbunan setinggi 1.00 m 1

7 3. Tugas a. Merancang trase jalan dari titik A sampai titik B sebaik mungkin pada peta topografi yang tersedia dengan menggunakan minimal buah bentuk tikungan yang ada, yaitu: Full Circle, Spiral-Circle-Spiral, Spiral- Spiral. b. Menggambar diagram superelevasi dengan sumbu putar as jalan. c. Menggambar profil memanjang d. Menggambar profil melintang pada setiap jarak 100 meter pada bagian lurus dan 50 meter pada bagian lengkung (diawali dari titik A). e. Menghitung elevasi tepi-tepi perkerasan dan sumbu / as jalan pada profil tergambar. f. Menghitung jumlah volume pekerjaan galian dan timbunan. g. Gambar akhir di buat pada skala 1 : B. Tabel dan Peraturan yang Digunakan 1. Daftar / tabel a. Daftar 1 Standard Perencanaan Geometrik b. Daftar Standard Perencanaan Alinemen c. Tabel 1.a. Panjang Minimal Spiral dan Kemiringan Melintang d. Tabel 1.b. Panjang Minimal Spiral dan Kemiringan Melintang e. Tabel. Koordinat Lingkaran sebagai Fungsi dari Unit Panjang Spiral f. Tabel 3. Koordinat Titik Spiral-Circle sebagai Fungsi dari Unit Panjang Spiral. Grafik a. Grafik 1. Pelebaran Perkerasan pada Tikungan b. Grafik. Kebebasan Samping pada Tikungan c. Grafik 3. Panjang Lengkung Vertikal Cembung

8 d. Grafik 4. Panjang Lengkung Vertikal Cembung (untuk jalan raya dua jalur) e. Grafik 5. Panjang Lengkung Vertikal Cekung f. Grafik 6. Panjang Lengkung Vertikal Cekung pada Lintasan bawah g. Super elevasi Perkerasan dan Bahu 3

9 BAB II RUMUS RUMUS DALAM PERHITUNGAN A. Ketentuan Jalan Ketentuan jalan raya menurut Peraturan Perencanaan Geometri Jalan Raya tahun 1970: 1. Kelas : IIA. Azimut : Sta titik : Elevasi muka tanah di titik A : Galian sedalam 1,00 m 5. Kecepatan rencana minimum : 100 km/jam 6. Lebar low minimum : 40 m 7. Lebar perkerasan : 3,5 m 8. Lebar bahu : 3,0 m 9. Kemiringan melintang perkerasan : % 10. Kemiringan melintang bahu : 4 % 11. Miring tikungan maksimum : 10 % 1. Jari-jari tikungan minimum : Landai maksimum : 4 % 14. Lereng melintang medan : 4 % B. Perencanaan Alinemen Horizontal Alinemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang kertas ( peta ). Trase jalan terdiri dari garis (tangen) dan garis lengkung. Tangen dibedakan menurut arah angka (azimuth), dan antara dua tangen yang berpotongan dihubungkan oleh garis lengkung yang berupa busur lingkaran yang berfungsi sebagai busur peralihan antara azimuth satu dengan azimuth yang lain. 4

10 Alinemen horizontal dapat ditunjukkan letak suatu titik atau bagian-bagian penting jalan. Dalam merencanakan trase ( tikungan ) adalah : 1. Kecepatan rencana. Jari jari tikungan minimum ( R minimum ) 3. Superelevasi ( c ) 4. Jarak pandang minimum 1. Lengkung Lingkaran ( Circle Circle ) Lengkung horisontal jenis ini direncanakan untuk jari jari tikungan yang besar. Besarnya jari jari minimum untuk tikungan ini telah ditetapkan sesuai dengan kecepatan rencana dan kelas jalan. Tabel.1 : Kecepatan dan jari jari minimum V (km/jam) Jari jari minimum (m) Rumus rumus yang digunakan : Tt R x Tg Et Tt x Tg Lc 360 x x x R Ls (Fiktif ) dihitung dari landai relatif maksimum karena s 0 5

11 Ls ( Bxen ) ( Bxep) LRmaksimum Tt Et C TC M CT PC D PT R R / / Gambar.1 Tikungan Belok ke Kanan Tipe Full Circle + e 0 CL + 0,00% - en - e Gambar. Diagram superelevasi Tikungan Belok ke Kanan 6

12 . Lengkung Spiral Lingkaran Spiral ( S C S ) Dipakai jika Lc > 5 m Ls min 0.0 s 90 Ls R c - s Lc c V V e.77 R C C R Tt ( R + p ) Tg + K Et ( R + p ) Sec - R P 3 Ls Rx(1 coss) 6xRxLs K 5 Ls Ls 40xR xls Rxsin s L Ls + Lc Yc 3 Ls 6 R Ls Xc 5 Ls Ls - 40 R Ls 7

13 Tt Et Xc K SC CS TS R s c R s ST 0 Gambar.3 Tikungan Belok ke Kanan Tipe S C S + e CL ± 0,00% - en LS LC LS TS SC - e CS ST Gambar.4 Diagram Superelevasi Tipe S-C-S 8

14 3. Lengkung Spiral Spiral ( S S ) tabel) dan Dipakai jika Lc < 5 m Ls min 0,0 x 3 V Vxe,77x R. xc C 1 ( e en) B, Ls ( e en) B m m Ls Untuk perhitungan selanjutnya, dipilih yang terbesar antara Ls (dari Ls yang dihitung s 90 Ls R c - s Dihitung ulang s s Tt Et L 90 Ls R ( R + P ) Tg ( R + P ) Sec Ls s R Ls A + K - R P 3 Ls 6 R Ls R ( 1 Cos s ) 5 Ls K Ls 40 R Ls R x Sin s 9

15 Tt Et K LS CS SC LS TS R ST R R s s Gambar.5 Tikungan Belok ke Kanan Tipe S S + e CL ± 0.00% - en LS LS Gambar.6 Diagram Superelevasi 10

16 C. Pelebaran Perkerasan pada Tikungan Pelebaran perkerasan pada tikungan dilakukan sepanjang pencapaian kemiringan dengan cara : 1. Pada tikungan tanpa lengkung spiral, pelebaran dilakukan pada bagian tepi jalan sebelah dalam.. Pada tikungan dengan lengkung spiral, pelebaran dilakukan pada tepi dalam atau membagi dua sama besar. Masing masing ditempatkan pada tepi dalam dan tepi luar. Kendaraan rencana truk a. L : Jarak gandar 6.09 m b. A : Tonjolan depan 1.18 m c. C : Kebebasan samping m d. M : Lebar kendaraan.436 m e. n : Jumlah lajur f. Fa/Td : Lebar melintang akibat tonjolan depan g. Z : Lebar tambahan akibat kelainan mengemudi h. V : Lebar lintasan kendaraan truk pada tikungan i. Wn : Lebar perkerasan normal j. Wc : Lebar perkerasan yang diperlukan ditikungan k. W : Tambahan lebar perkerasan di tikungan Rumus yang digunakan : i. V M + R R ii. Td/Fa R A x L A iii. Z x Vr R L - R iv. Wc v. W Wc Wn n ( M + C ) + Fa ( n 1 ) + Z 11

17 D. Jarak Pandang Henti dan Menyiap 1. Jarak Pandang Henti Jarak pandang henti adalah jarak yang diperlukan oleh pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang sedang berjalan setelah melihat adanya rintangan pada jalur yang dijalani. S d1 + d ( 0.78 x V x t ) + V 45 x f Untuk jalan yang mempunyai kelandaian, maka rumusnya menjadi : S Dimana : d1 + d V ( 0.78 x V x t ) + 45 f g S : Jarak pandang henti d1 : Jarak dari saat melihat sampai menginjak pedal rem ( m ) d : Jarak mengerem ( m ) V : Kecepatan ( km/jam ) t f : Waktu reaksi detik : Koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam arah memanjang jalan. g : Kelandaian ( + ) untuk naik, ( - ) untuk turun 1

18 Tabel. Koefisien Gesek Kecepatan Rencana ( km/jam ) Koefisien Gesek ( f ) Jarak Pandang Menyiap Jarak pandang menyiap adalah jarak yang diperlukan oleh kendaraan untuk menyiap dan berjalan di atas lajur berlawanan untuk kemudian berjalan di atas lajur semula dengan aman. d d1 + d + d3 + d4 Dimana : d1 : d : Jarak yang ditempuh kendaraan yang hendak menyiap selama waktu reaksi dan waktu membawa kendaraannya yang hendak membelok ke lajur lawan. a t1 : 0,78 t 1V m Jarak yang ditempuh selama kendaraan menyiap berada pada lajur lawan. : 0,78 x V x t d3 : Diambil antara m d4 : x d 3 13

19 Catatan : t1 : Waktu reaksi, tergantung dari kecepatan kendaraan : x V m : Perbedaan kecepatan kendaraan yang menyiap dan disiap t : 15 km/jam : Waktu dimana kendaraan yang menyiap berada pada lajur lawan : x V V : Kecepatan rata rata kendaraan yang menyiap a : Percepatan rata rata : x V Dalam perencanaan seringkali kondisi jarak pandangan menyiap standar terbatasi oleh kekurangan biaya, sehingga jarak pandangan menyiap yang dipergunakan dapat memakai jarak pandangan menyiap minimum ( d min ). d min 3 d + d3 + d4 E. Alinemen Vertikal Alinemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal melalui sumbu jalan bidang rencana permukaan jalan. Alinemen vertikal juga sering dikenal dengan penampang memanjang jalan, tersusun dari potongan potongan garis lurus dan garis lengkung. Pada alinemen vertikal dapat ditunjukkan ketinggian dari setiap titik serta bagian bagian penting dari jalan. Keadaan ideal penampang memanjang suatu jalan adalah datar ( landai 0 % ) dengan pertimbangan : 1. Daya yang diperlukan oleh kendaraan untuk bergerak relatif kecil.. Kendaraan dapat dijalankan dengan kecepatan yang paling besar atau maksimum. 14

20 1. Landai Jalan Landai jalan adalah besaran yang menunjukkan kenaikan atau penurunan secara vertikal dalam satu satuan jarak horizontal. Pada umumnya dinyatakan dalam %. Berdasarkan kesepakatan, gambar jalan dibaca dari kiri ke kanan maka landai jalan sebagai berikut : a) Naik ( + ) b) Turun ( - ) Naik ( + ) Turun ( - ) Landai maksimum ditetapkan berdasarkan : a. Kelas jalan b. Kondisi medan c. Kecepatan rencana Kec. Rencana Km/jam Tabel.3 Kelandaian Maksimum Landai maksimum ( % ) untuk medan D B G PPGJR

21 . Panjang Pendakian Maksimum Panjang pendakian maksimum adalah panjang pendakian yang menyebabkan pengurangan kecepatan kendaraan truk yang bermuatan penuh sampai suatu batas tertentu yang dianggap tidak akan memberikan pengaruh yang berarti pada jalannya arus lalu lintas secara keseluruhan. Tabel.4 Panjang Landai Kritis i ( % ) L ( m ) PPGJR Lengkung Vertikal Pergeseran vertikal yang diukur pada titik PPV besarnya adalah : Ev Dimana : A x Lv 800 Ev : Pergeseran vertikal A : Perbedaan landai Lv : Panjang lengkung a. Lengkung vertikal cembung i. Lengkung vertikal cembung dengan S < L L A x S x h x 100 x h Bila S Jarak pandang henti L A x S Atau dengan menggunakan grafik III PPGJR 16

22 ii. Lengkung vertikal cembung dengan S > L L h 5 00 x g 1 1 h g Bila S Jarak pandang henti 399 L x S A Bila S Jarak pandang menyiap 960 L x S A Atau dengan menggunakan grafik III PPGJR b. Lengkung vertikal cekung i. Lengkung vertikal cekung dengan S < L L A x S ( ) x S Atau dengan menggunakan grafik V PPGJR ii. Lengkung vertikal cekung dengan S > L ( ) x S L xs A Atau dengan menggunakan grafik 5 PPGJR F. Volume Pekerjaan Tanah Galian dan Timbunan Pada dasarnya volume pekerjaan tanah galian dan timbunan perhitungannya dilakukan sepanjang perencanaan jalan dengan membuat potongan meter, dengan maksud agar lebih teliti. Perhitungan volume galian dan timbunan sedapat mungkin seimbang atau volume galian lebih besar dari volume timbunan. Untuk mengatasi hal ini perhitungan dilakukan secara trial and error metode masa diagram. 17

23 Prinsip hitungan volume galian dan timbunan. TP! TP A1 A Luas profil melintang potongan I Cl a b c d e f g h i j k l A1 Aa + Ab + Ac + Ad + Ae + Af + Ag + Ah + Ai + Aj + Ak + Al A 1 0 Dengan : A1 : Luas tampang potongan melintang titik 1 untuk galian A 1 : Luas tampang potongan melintang titik 1 untuk timbunan 18

24 Luas profil melintang potongan Cl a b c g h i d f e c d j A Aa + Ab + Ac + Ad + Ae + Af + Ag + Ah + Ai + Aj A Aa + Ab + Ac + Ad Dengan : A : Luas tampang potongan melintang titik untuk galian A : Luas tampang potongan melintang titik untuk timbunan Volume galian dan timbunan : A1 A Volume galian x L Volume timbunan Dengan : A 1A' ' x L L : jarak antar potongan 19

25 BAB III PERHITUNGAN ALINEMEN HORISONTAL A. Klasifikasi Medan 61,53 60,013 A 1 100% , % , % ,006 6, % ,50 63, % ,50 64, % ,005 64, % ,50 66, % ,50 6, % 100 6,006 6,003 9 B 100% 100 Klasifikasi Medan A B Klasifikasi n Medan,966%,0878 % 11 1,517 % 5,47 % 4,494 % 0,5 % 1,496 % 0,497 % % 1,495 % 5,494% 0,003 % 0

26 Tabel 3.1. Klasifikasi Medan Rata rata Kemiringan Melintang ( % ) 0 9,9 9,9 4,5 5 Jadi klasifikasi medan A B adalah datar Jenis Medan Datar Bukit Gunung Dari Daftar I Standar Perencanaan Geometrik didapat : 1. Kecepatan rencana (Vr) : 100 km/jam. Lebar row minimum : 40 m 3. Lebar perkerasan : x 3,50 m 4. Lebar bahu : 3,00 m 5. Lereng melintang perkerasan (en) : % 6. Lereng melintang bahu : 4% 7. Miring tikungan maksimum : 10 % 8. Jari jari tikungan minimum(rmin) : 350 m 9. Landai maksimum : 4 % 10. LHR : Lebar median minimum : 1,5 m 1. Landai maksimum : 4 % 13. Klasifikasi medan : Datar Koordinat Tiap Titik Koordinat titik A ( 10016,4116 ) Koordinat titik I ( ,5 ; ,5 ) ( 1009,5 ; 4130,5 ) X1 13,5 m Y1 14,5 m Koordinat titik II ( 1009,5+4,8;4130,5+17,3 ) (10054,3;4147,8) X 4,8 m Y 17,8 m 1

27 Kordinat titik III ( 10054,3+4,3;4147,8+9,5 ) ( 10078,6;4157,3 ) X3 4,3m Y3 9,5 m Koordinat titik B ( 10078,6+11,3;4157,3+3 ) ( 10089,9;4160,3 ) Jarak Antar Titik da-i 13,5 14,5 19,8116 m di-ii 4,8 17,8 30,567 m dii-iii 4,3 9,5 6,09099 m diii-b 11,3 3 11,6914 m d AB da I + di II + dii III + diii B 19, , , , ,106 m Perhitungan Sudut Sudut Azimuth A ,98 0 I X α 1 Y III 4 X4 Y1 3 3 Y4 Y3 B A X1 1 II X3

28 Azimuth titik A , ,0 0 arc tan arc tan 34, arc tan Y X 17,3 5 Y X 3 3 arc tan 31,6 0 15,7 5,5 Tikungan I , , ,7 0 Tikungan II 1 34,68 0 arc tan arc tan 31, Y X ,7 5,5 34, ,6 0 66,3 0 3

29 Tikungan III ,6 0 4 arc tan arc tan 14,86 0 Y X , ,6 0 14, , Perencanaan Tikungan I 1 77,7 Rmin 350 m Vr 100 km/jam Rr 358 en % C 0,4 Dari tabel Panjang Minimum Spiral dan Kemiringan Melintang diperoleh nilai : e 0,099 Ls 100 m... ( 1 ) Ls min 3 Vr Vr. e 0,0 x,77 x Rr. C C x0,099 0,0x,77x 86,14 m... ( ) 358x0,4 0,4 4

30 Dari tabel Daftar Standar Perencanaan Alinemen didapat : B 3 m 1 m m ( e en ). B Ls Ls ( e e n ). B 1 m ( 0,099 0, ).3 85,86 m...( 3 ) Dari...( 1 ),...( ),...( 3 ) dipilih yang terbesar Jadi Ls 100 m s c 90xLs. Rr 90x , s 77, , ,688 0 c... Rr Lc , ,48 m 5

31 Diketahui Lc min 5 m Lc >Lc min, jadi tikungan yang dipakai tipe S - C S Xc 3 Ls Ls 40xRr x358 99,804 m Yc 3 Ls 6xRr 100 6x358 4,655 m K Xc Rr. Sin s 99, Sin 8, ,949 m P Yc - Rr ( 1 Cos s ) 4, ( 1 Cos 8,006 0 ) 1,165 m Tt ( Rr + P ) tan ½ 1 + K ( ,165 ) tan ½ x 77, , ,353 m Et ( Rr + P ) sec ½ 1 Rr ( ,165 ) sec ½ x 77, ,18 m 6

32 L. Ls + Lc. 86, ,48 557,58 m. Perencanaan Tikungan II 66,3 Rmin 350 m Vr 100 km / jam Rr 358 m en % C 0,4 Dari tabel Panjang Minimum Spiral dan Kemiringan Melintang diperoleh nilai : e 0,099 Ls 100 m... ( 1 ) Ls min 3 Vr Vr. e 0,0 x,77 x Rr. C C ,099 0,0x,77x 86,14 m... ( ) 358.0,4 0,4 Dari tabel Daftar Standar Perencanaan Alinemen didapat : B 3 m 1 1 m 40 1 ( e e B n ). m Ls 7

33 Ls ( e e n ). B 1 m ( 0,099 0, ).3 85,86 m...( 3 ) Dari...( 1 ),...( ),...( 3 ) dipilih yang terbesar Jadi Ls 100 m s c Lc 90. Ls. Rr , s 66,3 0. 8, ,88 0 c... Rr , ,054 m Diketahui Lc min 5 m Lc >Lc min, jadi tikungan yang dipakai tipe S - C S Xc 3 Ls Ls 40. Rr ,804 m 8

34 Yc 3 Ls 6. Rr ,655 m K Xc Rr. Sin s 99, Sin 8, ,949 m P Yc - Rr ( 1 Cos s ) 4, ( 1 Cos 8,006 0 ) 1,165 m Tt ( Rr + P ) tan ½ + K ( ,165 ) tan ½ * 66, ,949 84,56 m Et ( Rr + P ) sec ½ Rr ( ,165 ) sec ½. 66, ,985 m L. Ls + Lc. 85, , ,774 m 3. Perencanaan Tikungan III 3 16,76 Rmin 350 m Vr 100 km / jam Rr 358 m en % C 0,4 9

35 Dari tabel Panjang Minimum Spiral dan Kemiringan Melintang diperoleh nilai : e 0,099 Ls 100 m... ( 1 ) Ls min 3 Vr Vr. e 0,0 x,77 x Rr. C C ,099 0,0x,77x 86,14 m... ( ) 358.0,4 0,4 Dari tabel Daftar Standar Perencanaan Alinemen didapat : B 3 m 1 m m ( e en ). B Ls Ls ( e e n ). B 1 m ( 0,099 0, ).3 85,86 m...( 3 ) Dari...( 1 ),...( ),...( 3 ) dipilih yang terbesar Jadi Ls 100 m s 90. Ls. Rr 90x ,

36 c Lc 3. s 16,76 0.8, ,748 0 c... Rr 360 0,748xxx ,671 m Diketahui Lc min 5 m Lc < Lc min, jadi tikungan yang dipakai tipe S S Dihitung kembali : 3 16,76 3 s Maka : s ½ Ls ½ 16,76 0 8,38 0 P s.r 90 8, , Ls R ( 1 Cos θs ) 6 R Ls 3 104, ( 1 Cos 8,38º ) ,66 1,77 m 31

37 5 Ls K Ls 40 R Ls R x Sin s Tt Et 5 104,66 104, x Sin 8, ,66 5,68 m ( Rr + P ) Tan ½ 3 + K ( ,77 ) Tan ½ 16, ,68 105,187 m ( Rr + P ) Sec ½ 3 Rr ( ,77 ) Sec ½ 16, ,154 m 3

38 Tabel 3. Data Tikungan Data Tikungan I Tikungan II Tikungan III Bentuk S C S S C S S S Vr s c Ls Lc L Tt Et K P Xc Yc Rr e en 77,7 0 66, km/jam 100 km/jam 8, , , , m 100 m 385,48m 314,054 m 557,58 m 485,774 m 10,05 m 84,56 m 103,18 m 70,985 m 49,949 m 49,949 m 1,165 m 1,165 m 99,804 m 99,804 m 4,655 m 4,655 m 358 m 358 m 9,9 % 9,9 % % % 16, km/jam 8, m 4,671 m - 105,187m 5,154 m 5,68 m 1,77 m m 9,9 % % Sumber : Hasil Perhitungan 33

39 I. Diagram Super Elevasi dan Sumbu Putar Jalan 1. Tikungan I Tipe S C S K TS Xc Ls P Tt Yc Et SCCS Yc 1 P Ls ST R θs θc θc θs Gambar 3.1 Tikungan Belok ke kanan Tipe S C S 9,9 % Kiri CL ±0,00% - % Kanan - 9,9 % TS Ls 100 m SC Lc 385,48 m CS Ls 100 m ST Gambar 3. Diagram Superelevasi Tipe S-C-S 34

40 . Tikungan II Tipe ( S-C-S ) θs θc θc θs R TS Xc Tt LS SC P Yc LC Et Yc CS P LS ST ST K Gambar 3.3 Tikungan Belok ke Kiri Tipe S C S +9,9 % Kanan CL ±0,00% -% Kiri - 9,9 % TS Ls 100 m SC Lc 314,054 m CS Ls 100 m ST Gambar 3.4 Diagram Superelevasi Tipe S-C-S 35

41 3. Tikungan III Tipe ( S S ) TS K Ls P Tt Yc Et SCCS Yc 1 P Ls ST θs R θs Gambar 3.5 Tikungan Belok ke kanan Tipe S S + 9,9 Kiri CL ± 0,00% - % Kanan LS 104,66-9,9 SCCS LS 104,66 ST TS Gambar 3.6 Diagram Superelevasi Tipe S S 36

42 II. Hitungan Stationing Titik Titik Penting I III da-i di-ii diii-b dii-iii B A Sta A da-i di-ii dii-iii diii-b 19,8116 m 30,567 m 6,0909 m 11,6914 m II 1. Tikungan I Sta PP1 Sta Ts1 Sta Cs1 Sta A+ da-1 ( ) + (19,8116) ,8116 Sta PP1 Tt1 ( ,8116) 339, ,6107 Sc1 Sta Ts1 + Ls1 ( ,6107 ) ,6107 Sta St1 ( Sta Sc1 Cs1 ) + Ls1 ( ,6107) ,

43 . Tikungan II Sta St Sta Sc Sta St 3. Tikungan III Sta Ts3 Sta Sc3 Sta St1 + (d1-ii Tt1 Tt) ( ,6107 ) + ( 30, ,353 84,56 ) 9 + 1,639 Sta Ts + Ls (9 + 1,639) ,639 Sta Cs + Ls (9 + 31,639) ,639 Sta St1 + St + (d1-ii Tt1 Tt dii-iii Tt3) ( ,6107 ) + ( 9+41,639) +( 30, ,353-84,56-6, ,187 ) ,71 Sta Ts3 + Ls3 ( ,71) + 104, ,381 Sta St3 Sta Cs3 + Ls3 ( ,381) + 104, ,041 Sta B Sta St3 + (diii B Tt3) ( ,641) + (11, ,187 ) ,1465 Panjang jalan (A B) Sta B Sta A ( ,1465) ( ) ,

44 B. Pelebaran Perkerasan pada Tikungan L Jarak gandar 6,09 m A Tonjolan depan 1,18 m c Kebebasan samping 0,609 m M Lebar kendaraan,436 m n Jumlah jalur Lebar Perkerasan Normal x 3,5 m 1. Tikungan I ( S C S ) Diketahui : R 358 m V 100 km/jam n Wn 7 m a. Lebar lintasan kendaraan rencana pada tikungan ( U ) U M + R R L, ,09,487 m b. Lebar melintang akibat tonjolan depan ( Td Fa ) Td R AxL A - R 358 1,18 6,09 1,18 0,0 m x c. Lebar tambahan akibat kelainan pengemudi ( z ) V z 0,105x R 0,105 x 0,554 m

45 d. Lebar perkerasan pada tikungan ( Wc ) Wc n ( M + c ) + Td ( n 1 ) + z (, ,609 ) + 0,0 ( 1 ) + 0,543 6,66 m Wc < Wn Jadi tidak perlu ada tambahan pelebaran perkerasan.. Tikungan II ( S C S ) Diketahui : R 358 m V 100 km/jam n Wn 7 m a. Lebar lintasan kendaraan rencana pada tikungan ( U ) U M + R R L, ,09,487 m b. Lebar melintang akibat tonjolan depan ( Td Fa ) Td R AxL A - R 358 1,18 6,09 1,18 0,0 m x c. Lebar tambahan akibat kelainan pengemudi ( z ) V z 0,105x R 0,105 x 0,554 m

46 d. Lebar perkerasan pada tikungan ( Wc ) Wc n ( M + c ) + Td ( n 1 ) + z (, ,609 ) + 0,0 ( 1 ) + 0,543 6,66 m Wc < Wn Jadi tidak perlu ada tambahan pelebaran perkerasan. 3. Tikungan III ( S S ) Diketahui : R 358 m V 100 km/jam n Wn 7 m a. Lebar lintasan kendaraan rencana pada tikungan ( U ) U M + R R L, ,09,487 m b. Lebar melintang akibat tonjolan depan ( Td Fa ) Td R AxL A - R 358 1,18 6,09 1,18 0,0 m x c. Lebar tambahan akibat kelainan pengemudi ( z ) V z 0,105x R 0,105 x 0,554 m

47 d. Lebar perkerasan pada tikungan ( Wc ) Wc n ( M + c ) + Td ( n 1 ) + z (, ,609 ) + 0,0 ( 1 ) + 0,543 6,66 m Wc < Wn Jadi tidak perlu ada tambahan pelebaran perkerasan. 1.Tikungan I ( S - C - S ) C. Jarak Pandang Horizontal a. Berdasarkan Jarak Pandang Henti ( JPH ) Diketahui : L x Ls + Lc x 86, ,48 557,58 Vr 100 km/jam t,5 detik ( t 0,5 4 detik, dipakai t,5 detik ) f 0,8 ( dari Tabel Koefisien Gesek ) R 358 S d1 + d V 0,78xVxt 54xf 100 0,78x100x,5 54x0,8 S < L θ 10,107 m 90 x S Rr 90 10,107 x ,8 0 4

48 M Rr x ( 1 cos θ ) 358 x (1 cos 16,8 0 ) 15,31 m < 3,5 m (lebar Perkerasan) M > 7 Maka perlu dipasang rambu-rambu lalu lintas. b. Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap (JPM) a,05 + 0,0036 x V,05 + 0,0036 x 100,41 m/dt t1,1 + 0,06 x V,1 + 0,06 x 100 4,7 m/dt t 6,56 + 0,048 x V 6,56 + 0,048 x ,36 m/dt d1 0,78xt 1 xv axt m 1,34x4.7 0,78x 4,7x ,064 m d 0,78 x V x t 0,78 x 100 x 11,36 315,808 m d3 90 m ( dipakai 100 m ) d4 xd 3 x 315,

49 10,538 m S d1 + d + d3 + d4 104, , ,538 70,410 m S > L c. Kebebasan samping θ 90 x S Rr 90 70,410 x ,677 0 M R x ( 1 cos θ ) 358 x (1 cos 57,677 0 ) 166,585 m M > 40 (row minimum) maka pada tikungan perlu dipasang rambu rambu lalu lintas, dilarang menyiap.. Tikungan II ( S - C - S ) a. Berdasarkan Jarak Pandang Henti ( JPH ) Diketahui : L x Ls + Lc x 86, ,48 557,58 Vr 100 km/jam t,5 detik ( t 0,5 4 detik, dipakai t,5 detik ) f 0,8 ( dari Tabel Koefisien Gesek ) R

50 S d1 + d V 0,78xVxt 54xf 100 0,78x100x,5 54x0,8 S < L θ 10,107 m 90 x S Rr 90 10,107 x ,8 0 M Rr x ( 1 cos θ ) M > x (1 cos 16,8 0 ) 15,31 m < 3,5 m (lebar Perkerasan) Maka perlu dipasang rambu-rambu lalu lintas. b. Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap (JPM) a,05 + 0,0036 x V,05 + 0,0036 x 100,41 m/dt t1,1 + 0,06 x V,1 + 0,06 x 100 4,7 m/dt t 6,56 + 0,048 x V 6,56 + 0,048 x ,36 m/dt 45

51 d1 0,78xt 1 xv axt m 1,34x4.7 0,78x 4,7x ,064 m d 0,78 x V x t 0,78 x 100 x 11,36 315,808 m d3 90 m ( dipakai 100 m ) d4 xd 3 x 315, ,538 m S d1 + d + d3 + d4 104, , ,538 70,410 m S > L c. Kebebasan samping θ 90 x S Rr 90 70,410 x ,677 0 M R x ( 1 cos θ ) 358 x (1 cos 57,677 0 ) 166,585 m 46

52 M > 40 (row minimum) maka pada tikungan perlu dipasang rambu rambu lalu lintas, dilarang menyiap. 3. Tikungan III ( S S ) a. Berdasarkan Jarak Pandang Henti ( JPH ) Diketahui : V 100 km/jam t,5 detik ( t 0,5 4 detik, dipakai t,5 detik ) f 0,8 ( dari Tabel Koefisien Gesek ) L x Ls x 89, ,34 m S d1 + d V 0,78xVxt 54xf 100 0,78x100x,5 54x0,8 S < L 80,5 m θ 90 x S Rr 90 80,5 x 358 6,44 M Rr x ( 1 cos θ ) M < x (1 cos 6,44 0 ),6 m Maka tidak perlu dipasang rambu-rambu lalu lintas. 47

53 b. Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap (JPM) a,05 + 0,0036 x V,05 + 0,0036 x 100,41 m/dt t1,1 + 0,06 x V,1 + 0,06 x 100 4,7 m/dt t 6,56 + 0,048 x V 6,56 + 0,048 x ,36 m/dt d1 0,78xt 1 xv axt m 1,34x4.7 0,78x 4,7x ,064 m d 0,78 x V x t 0,78 x 100 x 11,36 315,808 m d3 90 m ( dipakai 100 m ) d4 xd 3 x 315, ,538 m S d1 + d + d3 + d4 104, , ,538 70,410 m S > L 48

54 c. Kebebasan samping θ 90 x S Rr 90 70,410 x ,677 0 M R x ( 1 cos θ ) 358 x (1 cos 57,677 0 ) 166,585 m M > 40 (row minimum) maka pada tikungan perlu dipasang rambu rambu lalu lintas, dilarang menyiap. 49

55 BAB IV PERHITUNGAN ALINEMEN VERTIKAL A. Perencanaan Alinemen Vertikal A PPV 1 PPV PPV 3 PPV 4 PPV 5 PPV 6 PPV 7 PPV 8 PPV 9 B d1 d d 3 d 4 d 5 d 6 d7 d8 d9 d10 Elevasi Titik A 60,5 m PPV6 64 m PPV1 6 m PPV7 66,8 m PPV 67 m PPV8 67,5 m PPV3 6,8 m PPV9 6,5 m PPV4 63 m Titik B 6,5 m PPV5 64,5 m 1. Jarak Datar d1 71 m d 64 m d3 85 m d4 8 m d5 7 m d6 9 m d7 95 m d8 55 m d9 95 m d10 17 m 50

56 . Kelandaian El Tinggi El Re ndah Ii 100% d 6 60 I1 100% 71 +,11 % 67 6 I 100% 64 +7,81 % 67 6,8 I3 100% 85 +4,94 % 63 6,8 I4 100% 8 +0,43 % 64,5 63 I5 100% 7 +,08 % 64,5 64 I6 100% 9 +0,543 % 66,8 64 I7 100% 95 +,94 % 67,5 66,8 I8 100% 55 +1,7 % 67,5 6,5 I9 100% 95 +5,6 % 6,5 6,5 I10 100% % 51

57 3. Lengkung Vertikal a. Lengkung I ( Cekung ) 7,81% PTV1,11% PLV1 PPV1 A1 +,11 % Lv1 60 m ( dari Grafik V Panjang Lengkung Vertikal Cekung ) Ev1 A xlv ,11x ,1585 m Sta PPV1 Sta A + d1 ( ) Sta PLV1 Sta PPV1 ½ x Lv1 ( ) ½ x Sta PTV1 Sta PPV1 + ½ x Lv1 ( ) + ½ x el PPV1 el PLV1 6 m el PPV1 + i1 ½ x Lv1, x ½ x ,633 m el PTV1 el PPV1 + i x ½ x Lv1 7, x ½ x 60 64,343 m 5

58 Elev di atas PPV1 el PPV1 + Ev ,1585 6,1585 m b. Lengkung II ( Cembung ) PPV PLV +7,81% -4,94% PTV1 A 7,81 % Lv 0 m ( dari Grafik V Panjang Lengkung Vertikal Cembung ) Ev A xlv 800 7,81x0 800,14775 m Sta PPV Sta PPV1 + d ( ) Sta PLV Sta PPV ½ x Lv ( ) ½ x Sta PTV Sta PPV + ½ x Lv ( ) + ½ x el PPV el PLV 67 m el PPV + i x ½ x Lv 7, ,409 x ½ x 0 53

59 el PTV el PPV i3 x ½ x LV 67 61,566 4, x ½ x 0 Elev di bawah PPV el PPV + Ev 67 +, ,855 m c. Lengkung III ( Cekung ) PLV3 PTV3-4,94 +0,43 A3 5,18 % PPV3 Lv3 00 m ( dari Grafik III Panjang Lengkung Vertikal Cekung ) Ev3 A xlv ,18x ,95 m Sta PPV3 Sta PPV + d3 ( ) Sta PLV3 Sta PPV3 ½ x Lv3 ( ) ½ x Sta PTV3 Sta PPV3 + ½ x Lv3 ( ) + ½ x

60 el PPV3 el PLV3 6,8 m el PPV3 I3 x ½ x LV3 6,8 57,86 m 4, x½ x 00 el PTV3 el PPV3 + i4 x ½ x LV3 6,8 + 63,034 m 0, x ½ x 00 Elev di atas PPV3 el PPV3 EV3 6,8 1,95 61,505 m d. Lengkung IV ( Cekung ) PTV4 +,08 PLV4 + 0,43 PPV4 A4,3 % Lv4 6 m ( dari Grafik V Panjang Lengkung Vertikal Cekung ) Ev4 A 4 xlv 4 800,3x ,1798 m Sta PPV4 Sta PPV3 + d4 ( ) Sta PLV4 Sta PPV4 ½ x Lv4 ( ) ½ x

61 Sta PTV4 Sta PPV4 + ½ x Lv4 ( ) + ½ x el PPV4 63 m el PLV4 el PTV4 el PLV4 + i4 x ½ x Lv , ,07533 m x ½ x 6 el PPV4 + I5 x ½ x Lv4 63 +, ,6448 m x ½ x 6 Elev di atas PPV4 el PPV4 Ev4 63 0,1798 6,80 m e. Lengkung V ( Cembung ) PPV4 PLV4 +,08-0,543 PTV4 A5,63 % Lv4 178 m ( dari Grafik V Panjang Lengkung Vertikal Cembung ) Ev5 A5xLv 5 800,63x ,58361 m Sta PPV5 Sta PPV4 + d5 ( )

62 Sta PLV5 Sta PPV5 ½ x Lv5 ( ) ½ x Sta PTV5 Sta PPV5 + ½ x Lv5 ( ) + ½ x el PPV5 el PLV5 64,5 m el PLV5 + i5 x ½ x Lv5 64,5 +, ,351 m x ½ x 178 el PTV5 el PPV5 I6 x ½ x Lv5 64,5 0, ,01673 m x ½ x 178 Elev di bawah PPV5 el PPV5 Ev5 64,5 0, ,91639 m f. Lengkung VI ( Cekung ) PTV6 PLV6-0,543 +,9 PPV6 A6 3,483 % Lv6 15 m ( dari Grafik V Panjang Lengkung Vertikal Cekung ) Ev6 A 6 xlv ,483x ,5441 m 57

63 Sta PPV6 Sta PLV6 Sta PPV5 + d6 ( ) Sta PPV6 ½ x Lv6 ( ) ½ x ,5 Sta PTV6 Sta PPV6 + ½ x Lv6 ( ) + ½ x ,5 el PPV6 64 m el PLV6 el PTV6 el PLV6 i6 x ½ x Lv6 64 0, ,6606 m x ½ x 15 el PLV6 + i7 x ½ x Lv6, x ½ x 15 65,8375 m Elev di atas PPV6 el PPV5 Ev5 64 0, ,45779 m g. Lengkung VII ( Cekung ) PLV7 +,94 PTV7 +1,7 PPV7 A7 4,1 % Lv7 165 m ( dari Grafik V Panjang Lengkung Vertikal Cekung ) 58

64 Ev7 A 7 xlv ,1x ,86831 m Sta PPV7 Sta PPV6 + d7 ( ) Sta PLV7 Sta PPV7 ½ x Lv7 ( ) ½ x ,5 Sta PTV7 Sta PPV7 + ½ x Lv7 ( ) + ½ x ,5 el PPV7 el PLV7 66,8 m el PLV7 + i7 x ½ x Lv7,94 66, ,55 m x ½ x 165 el PTV7 el PLV7 + i8 x ½ x Lv7 66,8 + 1,7 100 x ½ x ,84775 m Elev di atas PPV7 el PPV7 Ev7 66,8 0, ,93169 m 59

65 h. Lengkung VIII ( Cembung ) PPV8 PLV8 PTV8 +1,7-5,6 A8 6,53 % Lv8 430 m ( dari Grafik V Panjang Lengkung Vertikal Cembung ) Ev8 A 8 xlv ,53x ,50987 m Sta PPV8 Sta PPV7 + d8 ( ) Sta PLV8 Sta PPV8 ½ x Lv8 ( ) ½ x Sta PTV8 Sta PPV8 + ½ x Lv8 ( ) + ½ x el PPV8 el PLV8 67,5 m el PLV8 + i8 x ½ x Lv8 1,7 67, x ½ x ,305 m el PTV8 el PLV7 i9 x ½ x Lv8 5,6 67,5 100 x ½ x ,191 m 60

66 Elev di bawah PPV8 el PPV8 Ev8 67,5 3, ,99013 m i. Lengkung IX ( Cekung ) PLV9-5,6 0 PTV9 PPV9 A9 5,6 % Lv9 04 m ( dari Grafik V Panjang Lengkung Vertikal Cekung ) Ev9 A 9 xlv ,6x ,3413 m Sta PPV9 Sta PPV8 + d9 ( ) + 6, ,5 Sta PLV9 Sta PPV9 ½ x Lv9 ( ,5) ½ x ,5 Sta PTV9 Sta PPV9 + ½ x Lv9 ( ,5) + ½ x ,5 el PPV9 el PLV9 6,5 m el PLV9 i9 x ½ x Lv9 5,6 6,5 100 x ½ x 04 57,1348 m 61

67 el PTV9 el PLV9 i10 x ½ x Lv8 6,5 0 6,5 m Elev di bawah PPV9 el PPV9 Ev9 6,5 1, ,1587 m B. Pekerjaan Galian dan Timbunan Tabel 4.1. Pekerjaan Galian dan Timbunan TITIK Sta JARAK (m) A (m ) GALIAN A ratarata TPA TIMBUNAN Volume (m 3 ) A (m ) A rata-rata Volume (m 3 ) PLV PLV PPV TP PTV PLV PPV TP PPV PLV PLV

68 TP PPV PTV PTV PPV TP PLV PLV , PTV PPV PLV , TP PTV , PPV PLV , TP PPV PTV , PPV ,

69 TP PPV , TP PTV TP TPB JUMLAH GALIAN TIMBUNAN Sumber : Hasil Perhitungan A A Volume pekerjaan 1 xjarak Contoh perhitungan pada Titik A dan Titik Galian x m Timbunan x5 0 m 3 Jadi volume pekerjaan galian sebesar m 3, dan pekerjaan timbunan sebesar m 3 64

70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilaksanakan analisa dari data-data yang ada dan dilakukan perhitungan, maka penulis dapat menarik kesimpulan.yaitu 1. Klasifikasi medan datar. Perencanaan alinemen horizontal direncanakan 3 buah tikungan yaitu : Data Tikungan I Tikungan II Tikungan III Bentuk Vr s c Ls Lc L Tt Et K P Xc Yc Rr e en S C S 77, km/jam 8, , m 385,48m 557,58 m 10,05 m 103,18 m 49,949 m 1,165 m 99,804 m 4,655 m 358 m 9,9 % % S C S 66, km/jam 8, , m 314,054 m 485,774 m 84,56 m 70,985 m 49,949 m 1,165 m 99,804 m 4,655 m 358 m 9,9 % % S S 16, km/jam 8, m 4,671 m - 105,187m 5,154 m 5,68 m 1,77 m m 9,9 % % Sumber : Hasil Perhitungan 65

71 3. Perencanaan Alinemen vertikal ada 9 buah tikungan a. PPV1 Cekung b. PPV Cembung c. PPV3 Cekung d. PPV4 Cekung e. PPV5 Cembung f. PPV6 Cekung g. PPV7 Cekung h. PPV8 Cembung i. PPV9 Cekung 4. a. Jumlah Galian m 3 b. Jumlah Timbunan m 3 B. Saran Dengan penyusunan tugas ini baik secara langsung ataupun secara tidak langsung didapat beberapa manfaat bagi penyusun. Manfaat yang dimaksud yaitu : 1. Memahami langkah langkah serta teori dalam perencanaan jalan raya yang ditinjau dari sudut geometrik jalan.. Memahami kesulitan kesulitan yang timbul pada perencanaan ataupun pada saat pelaksanaan nanti, sehingga melalui diskusi dapat ditemukan cara cara mengatasi masalah tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu trase jalan antara lain : 1. Kondisi medan yang hendak dibuat jalan, meliputi tiga keadaan yaitu datar, berbukit, dan gunung.. Data lalu lintas jalan 3. Kecepatan rencana 66

72 4. Kapasitas jalan Persyaratan persyaratan yang dituntut dalam merencanakan suatu jalan meliputi : 1. Aman, berhubungan dengan rencana trase jalan, tikungan, tanjakan dan turunan.. Nyaman, berhubungan dengan rasa dan perasaan dari pemakai jalan sehingga tidak timbul rasa jenuh. 3. Ekonomis, berhubungan dengan biaya pembangunan jalan secara totalitas. 4. Lancar. Dalam merencanakan suatu jalan diperhitungkan agar terpenuhi segala persyaratan yang dituntut dan tidak melanggar ketentuan ketentuan yang berlaku. Ketentuan itu antara lain : 1. Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya ( PPGJR ) No. 13/1970. American Association of State Highway Transportation Official ( AASHTO ) 3. Perundangan lainnya yang digunakan. Galian dan Timbunan diusahakan memenuhi sebagai berikut : 1. Sedemikian rupa sehingga tanah untuk timbunan diambil dari tanah hasil galian.. Volume galian dan timbunan seimbang. Volume setelah terjadi pemadatan tanah pada timbunan sama dengan volume hasil galian. 67

73 PENUTUP Alhamdulillahhirobbil alamin kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan lancar. Shalawat serta salam tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Kami berharap dengan adanya laporan ini dapat memberi manfaat yang besar bagi penulis sendiri khususnya dan rekan-rekan mahasiswa teknik sipil pada umumnya. Kami menyadari bahwa laporan praktikum yang dibuat ini masih jauh dari kesempurnaan. oleh karena itu, kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih pada semua pihak pembimbing, kepada yang terhormat Ibu Ir.Anita Widianti, MT. saudara Defa Farady C yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan laporan ini, serta rekan-rekan yang telah membantu memberikan pengarahan dalam pembuatan laporan praktikum ini hingga penyusunan laporan ini selesai. Semoga amal dan kebaikan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT. Amin ya robbal alamin. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

74 DAFTAR PUSTAKA Hantoro, Gendut Diktat Kuliah Rekayasa Jalan Raya I. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta. Farady, Defa Laporan Praktikum Perencanaan Geometrik Jalan. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta. Iriawan, Danang Laporan Praktikum Perencanaan Geometrik Jalan. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta.

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Geometrik Jalan Raya Geometrik merupakan membangun badan jalan raya diatas permukaan tanah baik secara vertikal maupun horizontal dengan asumsi bahwa permukaan tanah

Lebih terperinci

Eng. Ibrahim Ali Abdi (deercali) 1

Eng. Ibrahim Ali Abdi (deercali) 1 PENDAHULUAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lain. Arti lintasan menyangkut tanah yang diperkuat (diperkeras)

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi dan Fungsi Jalan 3.1.1 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan Menurut Bina Marga (1997), fungsi jalan terdiri dari : a. jalan arteri : jalan yang melayani angkutan utama

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 250) Lengkung Geometrik

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 250) Lengkung Geometrik PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 50) Lengkung Geometrik PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MAGISTER TEKNIK JALAN RAYA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN Lengkung busur lingkaran sederhana (full circle)

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG Oleh : AGUS BUDI SANTOSO JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA ABSTRAK Perencanaan

Lebih terperinci

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut : ALINYEMEN VERTIKAL 4.1 Pengertian Alinyemen Vertikal merupakan perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGATAR

DAFTAR ISI KATA PENGATAR DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Halaman Persetujuan iii Motto dan Persembahan iv ABSTRAK v ABSTRACK vi KATA PENGATAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Klasifikasi Jalan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Klasifikasi Jalan BAB III LANDASAN TEORI A. Klasifikasi Jalan Jalan raya di Indonesia dapat diklasifikasikan murut fungsi jalan, kelas jalan,status jalan yang ditetapkan berdasarkan manfaat jalan, arus lalu lintas yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. membandingkan perhitungan program dan perhitungan manual.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. membandingkan perhitungan program dan perhitungan manual. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Program Validasi program dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil dari perhitungan program ini memenuhi syarat atau tidak, serta layak atau tidaknya program ini

Lebih terperinci

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP:

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP: PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP: 0521006 Pembimbing: Ir. Silvia Sukirman Pembimbing Pendamping: Sofyan Triana, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA Sabar P. T. Pakpahan 3105 100 005 Dosen Pembimbing Catur Arief Prastyanto, ST, M.Eng, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP:

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP: PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP: 0721079 Pembimbing: Dr. Budi Hartanto S., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman yang semakin maju ini, transportasi menjadi hal vital dalam kehidupan manusia. Kesuksesan bertransportasi sangatlah dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 24 BAB III LANDASAN TEORI A. Alinyemen Horisontal Jalan Raya Alinemen horisontal atau trase suatu jalan adalah proyeksi sumbu jalan tegak lurus bidang kertas yang terdiri dari garis lurus dan garis lengkung.

Lebih terperinci

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Oleh: DARWIN LEONARDO PANDIANGAN

Lebih terperinci

ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN Alinemen Horizontal Alinemen Horizontal adalah proyeksi dari sumbu jalan pada bidang yang horizontal (Denah). Alinemen Horizontal terdiri dari bagian lurus dan lengkung.

Lebih terperinci

4.1.URAIAN MATERI 1: MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN

4.1.URAIAN MATERI 1: MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN 4.1.URAIAN MATERI 1: MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN Alignemen vertikal jalan diperlukan pada saat arah jalan mengalami pendakian dan penurunan pada posisi arah jalan. Kondisi ini dapat merubah sudut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan disain yang menggunakan material tersebut telah sangat luas sehingga material

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan disain yang menggunakan material tersebut telah sangat luas sehingga material BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Fungsi Jalan 2.1.1. Pengertian Jalan Kemajuan teknologi menjadi sangat cepat dan berlanjut sampai sekarang. Pengetahuan dan segala penemuan mengenai tanah dan

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI BAB IV PERENCANAAN 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Harga CBR Tanah Dasar Penentuan Harga CBR sesuai dengan Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan 1. Data Spesifikasi Jalan Ruas jalan Yogyakarta-Wates Km 15-22 termasuk jalan nasional berdasarkan Keputusan Meteri Pekerjaan Umum No. 631/KPTS/M/2009

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN KARTASURA SUKOHARJO

PERENCANAAN GEOMETRIK TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN KARTASURA SUKOHARJO PERENCANAAN GEOMETRIK TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN KARTASURA SUKOHARJO ( DUWET KUDU ) TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program

Lebih terperinci

EVALUASI DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JARINGAN JALAN DI DALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

EVALUASI DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JARINGAN JALAN DI DALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG EVALUASI DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JARINGAN JALAN DI DALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Bayu Chandra Fambella, Roro Sulaksitaningrum, M. Zainul Arifin, Hendi Bowoputro Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 11 BAB II 2.1 TINJAUAN UMUM Studi pustaka adalah suatu pembahasan berdasarkan bahan baku referensi yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan maupun sebagai dasar untuk menggunakan rumus-rumus tertentu

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PENGHUBUNG PERKEBUNAN PT. JEK (JABONTARA EKA KARSA) BERAU-KALIMANTAN TIMUR

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PENGHUBUNG PERKEBUNAN PT. JEK (JABONTARA EKA KARSA) BERAU-KALIMANTAN TIMUR PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PENGHUBUNG PERKEBUNAN PT. JEK (JABONTARA EKA KARSA) BERAU-KALIMANTAN TIMUR FATKHUL MUIN (1) ARIE SYAHRUDDIN S, ST (2) BAMBANG EDISON, S.Pd, MT (2) ABSTRAK Kabupaten Berau adalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Geometrik. Tabel 5.1 Spesifikasi data jalan berdasarkan TCPGJAK.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Geometrik. Tabel 5.1 Spesifikasi data jalan berdasarkan TCPGJAK. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Geometrik Perhitungan geometrik adalah bagian dari perencanaan geometrik jalan yang menitik beratkan pada perencanaan bentuk fisik, sehingga dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya

BAB II DASAR TEORI. harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya BAB II DASAR TEORI Pada jalan luar kota dengan kecepatan yang rencana yang telah ditentukan harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat terhalangnya penglihatan

Lebih terperinci

Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang...

Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN DIAGRAM... xv DAFTAR SIMBOL... xvi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2.

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN LAYOUT SIMPANG JALAN LINGKAR LUAR BARAT KOTA SURABAYA

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN LAYOUT SIMPANG JALAN LINGKAR LUAR BARAT KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR RC10-1380 PERENCANAAN GEOMETRIK DAN LAYOUT SIMPANG JALAN LINGKAR LUAR BARAT KOTA SURABAYA RONY FERDINAND PANGGABEAN NRP 3110105027 Dosen Pembimbing : Ir. WAHJU HERIJANTO, MT. JURUSAN LINTAS

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Inspeksi Keselamatan Jalan BAB III LANDASAN TEORI A. Inspeksi Keselamatan Jalan Menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (2016) tentang bimbingan teknis investigasi kecelakaan transportasi lalu lintas dan angkutan jalan

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2) PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2) LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma

Lebih terperinci

I Dewa Made Alit Karyawan*, Desi Widianty*, Ida Ayu Oka Suwati Sideman*

I Dewa Made Alit Karyawan*, Desi Widianty*, Ida Ayu Oka Suwati Sideman* 12 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 2, No. 1 : 12-21, Maret 2015 ANALISIS KELANDAIAN MELINTANG SEBAGAI ELEMEN GEOMETRIK PADA BEBERAPA TIKUNGAN RUAS JALAN MATARAM-LEMBAR Analysis Superelevation on Alignment

Lebih terperinci

BAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui

BAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui 3.1. Metode Pengambilan Data BAB III METODE PERENCANAAN 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui keadaan medan yang akandiencanakan. 2. Metode wawancara dalam menambah data

Lebih terperinci

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-S

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-S (Oct 5, 01) Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-S Suatu tikungan mempunyai data dasar sbb: Kecepatan Rencana (V R ) : 40 km/jam Kemiringan melintang maksimum (e max ) : 10 % Kemiringan melintang

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN, DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN GONDANG SAMBUNG MACAN KABUPATEN SRAGEN

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN, DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN GONDANG SAMBUNG MACAN KABUPATEN SRAGEN PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN, DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN GONDANG SAMBUNG MACAN KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program

Lebih terperinci

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-C-S

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-C-S (Oct 4, 01) Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-C-S Suatu tikungan mempunyai data dasar sbb: Kecepatan Rencana (V R ) : 40 km/jam Kemiringan melintang maksimum (e max ) : 10 % Kemiringan melintang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Bab II Landasan Teori

BAB II DASAR TEORI. Bab II Landasan Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Klasifikasi Jalan Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas : 1) Jalan Arteri 2) Jalan Kolektor 3) Jalan Lokal Klasifikasi jalan di Indonesia menurut Bina Marga dalam Tata Cara

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA Sudarman Bahrudin, Rulhendri, Perencanaan Geometrik Jalan dan Tebal Perkerasan Lentur pada Ruas Jalan Garendong-Janala PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

Lebih terperinci

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( ) Oleh : ARIF SETIYAFUDIN (3107 100 515) 1 LATAR BELAKANG Pemerintah Propinsi Bali berinisiatif mengembangkan potensi pariwisata di Bali bagian timur. Untuk itu memerlukan jalan raya alteri yang memadai.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Jalan Menurut Arthur Wignall (2003 : 12) secara sederhana jalan didefinisikan sebagai jalur dimana masyarakat mempunyai hak untuk melewatinya tanpa diperlakukannya izin khusus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar perencanaan geometrik 2.1.1 Pengertian Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang menitik beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan

Lebih terperinci

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM 109+635 SAMPAI DENGAN KM 116+871 ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA DOUBLE TRACK GEOMETRIC INVESTIGATION FROM KM 109+635 UNTIL KM 116+870 BETWEEN CIGANEA

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat beberapa parameter perencanaan yang akan dibicarakan dalam bab ini, seperti kendaraan rencana, kecepatan rencana,

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur Ferdiansyah Septyanto, dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 TINJAUAN UMUM Tinjauan pustaka merupakan peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related literature). Sesuai dengan arti tersebut, suatu tinjauan pustaka

Lebih terperinci

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000 Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Gambar Situasi Skala 1:1000 Penentuan Trace Jalan Penentuan Koordinat PI & PV Perencanaan Alinyemen Vertikal

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TINJAUAN GEOMETRIK JALAN RAYA PADA TITIK-TITIK RAWAN KECELAKAAN (BLACKSPOTS) DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Jalan Prof Hamka,

TUGAS AKHIR TINJAUAN GEOMETRIK JALAN RAYA PADA TITIK-TITIK RAWAN KECELAKAAN (BLACKSPOTS) DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Jalan Prof Hamka, TUGAS AKHIR TINJAUAN GEOMETRIK JALAN RAYA PADA TITIK-TITIK RAWAN KECELAKAAN (BLACKSPOTS) DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Jalan Prof Hamka, Gombel Lama dan Kolonel H. Imam Suparto) Diajukan Sebagai Syarat

Lebih terperinci

HADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2

HADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2 Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Juni 2015 Perencanaan Geometrik Simpang Susun Double Trumpet Pada Jalan Tol Jakarta Serpong Berdasarkan Transportation

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN PANDAAN TAPEN KOTA MADYA SALATIGA TUGAS AKHIR

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN PANDAAN TAPEN KOTA MADYA SALATIGA TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN PANDAAN TAPEN KOTA MADYA SALATIGA TUGAS AKHIR Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Perencanaan Geometrik Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada alinyemen horizontal dan alinyemen vertical sehingga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Tinjauan pustaka

BAB II DASAR TEORI Tinjauan pustaka BAB II DASAR TEORI.1. Tinjauan pustaka Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan route dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data dan data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Evaluasi teknis adalah mengevaluasi rute dari suatu ruas jalan secara umum meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data yang ada atau tersedia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Perencanaan Geometrik 2.1.1 Pengertian Perencanaan Geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada alinymen horizontal dan alinymen

Lebih terperinci

NOTASI ISTILAH DEFINISI

NOTASI ISTILAH DEFINISI DAFTAR DEFINISI, ISTILAH DAN SIMBOL Ukuran kinerja umum NOTASI ISTILAH DEFINISI C KAPASITAS Arus lalu-lintas maksimum (mantap) yang dapat (smp/jam) dipertahankan sepanjang potongan jalan dalam kondisi

Lebih terperinci

Jarak pandang berguna untuk :

Jarak pandang berguna untuk : E. JARAK PANDANG Definisi jarak pandang : Yaitu panjang jalan di depan kendaraan yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh pengemudi yang diukur dari titik kedudukan pengemudi. Jarak pandang berpengaruh

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP : Oleh Mahasiswa PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) JALAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SEPANJANG RUAS JALAN Ds. MAMEH Ds. MARBUI STA 0+00 STA 23+00 MANOKWARI PROPINSI PAPUA

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN, ANGGARAN BIAYA, DAN RENCANA KERJA JALAN BANYUDONO KRECEK KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN, ANGGARAN BIAYA, DAN RENCANA KERJA JALAN BANYUDONO KRECEK KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN, ANGGARAN BIAYA, DAN RENCANA KERJA JALAN BANYUDONO KRECEK KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada

Lebih terperinci

BAB IV. PERENCANAAN ALIGNAMENT HORIZONTAL B.4.1. LENGKUNG PERALIHAN Secara teoritis perubahan jurusan yang dilakukan pengemudi dari jalan lurus (R =

BAB IV. PERENCANAAN ALIGNAMENT HORIZONTAL B.4.1. LENGKUNG PERALIHAN Secara teoritis perubahan jurusan yang dilakukan pengemudi dari jalan lurus (R = BAB IV. PERENCANAAN ALIGNAMENT HORIZONTAL B.4.1. LENGKUNG PERALIHAN Secara teoritis perubahan jurusan yang dilakukan pengemudi dari jalan lurus (R = oo) ke tikungan berbentuk busur lingkaran (R = R) hams

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Geometrik Jalan Raya Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 37 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 TAHAPAN PENELITIAN Penelitian ini di bagi menjadi 2 tahap: 1. Pengukuran kondisi geometri pada ruas jalan Ring Road Selatan Yogyakarta Km. 36,7-37,4 untuk mengkorfirmasi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian atau studi yang direncanakan berada di jalur kereta api Lintas Muara Enim Lahat, yaitu dimulai dari Stasiun Muara Enim (Km 396+232) sampai

Lebih terperinci

Sesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus

Sesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus Sesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus Jalan umum dikelompokan berdasarkan (ada 5) Sistem: Jaringan Jalan Primer; Jaringan Jalan Sekunder Status: Nasional; Provinsi; Kabupaten/kota; Jalan desa Fungsi:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Dasar Perencanaan Geometrik Pengertian

BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Dasar Perencanaan Geometrik Pengertian 5 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Dasar Perencanaan Geometrik 2.1.1 Pengertian Perencanaan geometrik jalan merupakan suatu perencanaan rute dari suatu ruas jalan secara lengkap, menyangkut beberapa komponen jalan

Lebih terperinci

Bagas Aryo Y JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang Kumpulrejo TUNDAAN

Bagas Aryo Y JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang Kumpulrejo TUNDAAN SIMPANG BERSINYAL Tanggal Ditangani oleh Formulir SIG-V Formulir SIG-V PANJANG ANTRIAN Kota Salatiga Bagas Aryo Y JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang Kumpulrejo TUNDAAN Waktu siklus Kode Arus Kapasitas Derajat

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA STANDAR Konstruksi dan Bangunan No. 007/BM/009 Geometri Jalan Bebas Hambatan Untuk Jalan Tol DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DAFTAR ISI Daftar Isi.. i Prakata. ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

No Dokumen Revisi Ke: Dokumen Level: 3 PANDUAN Tanggal Berlaku: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1

No Dokumen Revisi Ke: Dokumen Level: 3 PANDUAN Tanggal Berlaku: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1 Identitas Mata Kuliah Course Identity Kode mata kuliah Course code : TKS22227 Bobot satuan kredit semester (sks) :4 Course credit unit : 4 Semester : Semester

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH Diajukan Sebagai Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) DISUSUN OLEH : SLAMET RIYADI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI D3 TEKNIS SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG. Debi Oktaviani Nofita Milla Ana Farida

BAB II DASAR TEORI D3 TEKNIS SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG. Debi Oktaviani Nofita Milla Ana Farida BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Jalan Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta Sta

EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta Sta EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta 2+223.92 Sta 3+391.88) JURNAL PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Kendaraan rencana dikelompokan kedalam 3 kategori, yaitu: 1. kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang,

BAB III LANDASAN TEORI. Kendaraan rencana dikelompokan kedalam 3 kategori, yaitu: 1. kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang, BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Kendaraan Rencana Menurut Dirjen Bina Marga (1997), kendaraan rencana adalah yang dimensi dan radius putarnya digunakan sebagai acuan dalam perencanaan geometric jalan. Kendaraan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 1 BAB II STUDI PUSTAKA.1 TINJAUAN UMUM Studi pustaka adalah suatu pembahasan berdasarkan bahan baku referensi yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan maupun sebagai dasar untuk menggunakan rumus-rumus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Geometrik Jalan Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal sehingga

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN TINGKIR TENGAH BENDOSARI KOTAMADYA SALATIGA

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN TINGKIR TENGAH BENDOSARI KOTAMADYA SALATIGA PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN TINGKIR TENGAH BENDOSARI KOTAMADYA SALATIGA TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KENDARAAN

KARAKTERISTIK KENDARAAN 1 KARAKTERISTIK KENDARAAN Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. Materi Kuliah PPI MSTT PENDAHULUAN 2 Kriteria untuk desain geometrik jalan dan tebal perkerasan didasarkan pada: 1. Karakteristik statis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Geometrik Jalan 2.1.1 Pengertian Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya

Lebih terperinci

ALINEMEN VERTIKAL. PDF created with pdffactory Pro trial version

ALINEMEN VERTIKAL. PDF created with pdffactory Pro trial version ALINEMEN VERTIKAL ALINEMEN VERTIKAL Alinemen vertikal adalah proyeksi dari sumbu jalan pada suatu bidang vertikal yang melalui sumbu jalan tersebut, atau bidang tegak melalui sumbu jalan, atau disebut

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Di dalam merencanakan suatu kegiatan atau proyek dibutuhkan dasar teori mengenai hal tersebut. Dasar teori ini diambil dari kajian pustaka yang ada dari bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 1. Kendaraan Kecil, diwakili oleh mobil penumpang. 2. Kendaraan Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus II-1

BAB 2 DASAR TEORI. 1. Kendaraan Kecil, diwakili oleh mobil penumpang. 2. Kendaraan Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus II-1 BAB DASAR TEORI.1 Perencanaan Geometrik Perencanaan geometrik jalan adalah bagian dari perencanaan jalan dimana geometrik atau dimensi yang nyata dari suatu jalan beserta bagian bagiannya disesuaikan dengan

Lebih terperinci

BAB IV. PERENCANAAN ALIGNAMEN VERTIKAL JALAN

BAB IV. PERENCANAAN ALIGNAMEN VERTIKAL JALAN BAB IV. PERENCANAAN ALIGNAMEN VERTIKAL JALAN Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang pertemuaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui

Lebih terperinci

KATA HANTAR. hitungan dan data Binamarga dan di dalam perencanaanya kita harus mengetahui

KATA HANTAR. hitungan dan data Binamarga dan di dalam perencanaanya kita harus mengetahui KATA HANTAR Pada perencanaan tugas akhir ini dengan topik Evaluasi Trase Terhadap Arus Lalulintas dan Geometrik Jalan,pada perencanaanya saya menggunakan metode analisis yaitu dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

ABSTRAKSI EVALUASI GEOMETRIK JALAN RUAS JALAN R. A. KARTINI, KOTA KUPANG, PROVINSI NTT (STA STA 0+400)

ABSTRAKSI EVALUASI GEOMETRIK JALAN RUAS JALAN R. A. KARTINI, KOTA KUPANG, PROVINSI NTT (STA STA 0+400) ABSTRAKSI NOMOR : 937/WM/FT.S/SKR/2016 EVALUASI GEOMETRIK JALAN RUAS JALAN R. A. KARTINI, KOTA KUPANG, PROVINSI NTT (STA 0+000 STA 0+400) Ruas Jalan R. A. Kartini Kota Kupang Provinsi NTT adalah ruas jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Geometrik Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Geometrik Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan rute dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan

Lebih terperinci

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN STANDARD PERENCANAAN Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13/1970 Direktorat

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perancangan sebuah proyek diperlukan adanya aturan-aturan dan ketentuan yang mengacu pada standar yang berlaku. Standar yang dimaksud berupa teori-teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perencanaan Geometrik Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan rute dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALAN RAYA CEMOROSEWU-DESA PACALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

PERENCANAAN JALAN RAYA CEMOROSEWU-DESA PACALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PERENCANAAN JALAN RAYA CEMOROSEWU-DESA PACALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRI, TEBAL PERKERASAN, ANGGARAN BIAYA DAN RENCANA KERJA JALAN DAWUNG - KORIPAN

PERENCANAAN GEOMETRI, TEBAL PERKERASAN, ANGGARAN BIAYA DAN RENCANA KERJA JALAN DAWUNG - KORIPAN PERENCANAAN GEOMETRI, TEBAL PERKERASAN, ANGGARAN BIAYA DAN RENCANA KERJA JALAN DAWUNG - KORIPAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Geometrik Jalan Raya 2.1.1 Umum Perencanaan geometrik adalah bagian dari perencanaan jalan dimana bentuk dan ukuran yang nyata dari suatu jalan yang direncanakan beserta

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Di dalam merencanakan suatu kegiatan atau proyek dibutuhkan dasar teori mengenai hal tersebut. Dasar teori ini diambil dari kajian pustaka yang ada dari bahan-bahan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL Disusun Oleh : RADITYO ARDHIAN PRATAMA L2A000142 RONNY SAGITA L2A000157 Disetujui dan disahkan pada : Hari : Tanggal : Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini akan dipaparkan melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut : MULAI DATA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. Disusun Oleh : ATIKA DARA PRAHITA L2A TITIN ENY NUGRAHENI L2A

LEMBAR PENGESAHAN. Disusun Oleh : ATIKA DARA PRAHITA L2A TITIN ENY NUGRAHENI L2A LEMBAR PENGESAHAN EVALUASI KINERJA DAN ANALISA OPERASIONAL LALU LINTAS PADA KONDISI KELANDAIAN KHUSUS TERHADAP PENGARUH KENDARAAN BERAT (STUDI KASUS: RUAS JALAN TOL SEKSI A KRAPYAK- JATINGALEH, SEMARANG)

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI Pengertian Umum

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI Pengertian Umum BAB II STUDI PUSTAKA Studi Pustaka digunakan untuk memecahkan masalah yang ada, baik untuk menganalisa faktor-faktor dan data pendukung maupun untuk merencanakan suatu konstruksi dalam hal ini konstruksi

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ALTERNATIF PALIMA-CURUG (Studi Kasus : Kota Serang)

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ALTERNATIF PALIMA-CURUG (Studi Kasus : Kota Serang) PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ALTERNATIF PALIMA-CURUG (Studi Kasus : Kota Serang Rindu Twidi Bethary 1, M. Fakhruriza Pradana, M. Bara Indinar. 3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH) SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH) Disusun oleh : M A R S O N O NIM. 03109021 PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Evaluasi Perencanaan Geometri Jalan Ruas Cipanas Warung Banten Dengan Menggunakan Software Autocad Land

Lebih terperinci

EVALUASI GEOMETRIK JALAN (Studi Kasus Ruas Jalan Pembangkit Listrik Bumi PT. Sarula Operation Limited Sumatera Utara STA Sampai STA 1+656)

EVALUASI GEOMETRIK JALAN (Studi Kasus Ruas Jalan Pembangkit Listrik Bumi PT. Sarula Operation Limited Sumatera Utara STA Sampai STA 1+656) EVALUASI GEOMETRIK JALAN (Studi Kasus Ruas Jalan Pembangkit Listrik Bumi PT. Sarula Operation Limited Sumatera Utara STA 0+000 Sampai STA 1+656) Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Jalan, Klasifikasi Jalan Raya dan Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya

2.1 Pengertian Jalan, Klasifikasi Jalan Raya dan Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Jalan, Klasifikasi Jalan Raya dan Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya 2.1.1 Pengertian Jalan Jalan adalah. prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

Lebih terperinci

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN Ahmadi : 1213023 (1) Bambang Edison, S.Pd, MT (2) Anton Ariyanto, M.Eng (2) (1)Mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Pasir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan BAB 1 PENDAHULUAN Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada

Lebih terperinci