Pengaruh Infiltrasi terhadap Parameter Tanah Jenuh Sebagian dalam Analisis Stabilitas Lereng
|
|
- Susanto Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pengaruh Infiltrasi terhadap Parameter Tanah Jenuh Sebagian dalam Analisis Stabilitas Lereng Heriansyah Putra Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia Ahmad Rifa i Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia ahmad.rifai@tsipil.ugm.ac.id Joko Sujono Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia jsujono@yahoo.com ABSTRACT Infiltration causes the soil condition changes, from unsaturated to saturated, so that matric suction increase until zero and become positive pore water pressure. Pore water pressure decreases normal stress and soil shear strength, so that safety factor of the slope is reduced. The aim of this research is analysis effect of infiltration to unsaturated soil parameters change as matric suction, degree of saturated, shear strength parameters and safety factor of the slope. The laboratory test of matric suction uses filter paper method. This results are fitting soil water characteristic curve parameters with SoilVision program. Hydraulic conductivity function analysis uses Brooks and Corey s equation (1964). Rainfall intensity analysis uses WindRose program and is obtained dominant rainfall duration. This results are used for rainfall models in infiltration analysis with modified Green Ampt infiltration method. Pore water pressure change analysis uses SEEP/W program and is used as parameters in shear strength parameters change analysis in slope stability analysis uses SLOPE/W program. Infiltration analysis indicates that the highest cumulative infiltration is caused by rainfall model III, namely average rainfall with longtime duration, meanwhile, average rainfall and high intensity rainfall in same duration (rainfall model I and rainfall model II) cause cumulative infiltration that relative similar. The pore water pressure change are significantly in initial rain season. The critic condition of the slope reaches if intensity rainfall 4 mm/day occurs during 15 days in October. Keywords: unsaturated soil, infiltration, pore water pressure, slope stability I. PENDAHULUAN Infiltrasi menyebabkan perubahan kondisi tanah dari kondisi jenuh sebagian (unsaturated) menjadi jenuh (saturated), akibatnya tekanan air pori negatif (suction) berkurang hingga mencapai nol pada saat tanah jenuh sempurna dan berubah menjadi tekanan air pori positif pada tanah yang berada di bawah posisi muka air tanah. Dengan naiknya tekanan air pori, maka tegangan normal tanah akan berkurang dan mengakibatkan turunnya kuat geser tanah, sehingga stabilitas tanah berkurang (Hardiyatmo, 26). Metode analisis stabilitas lereng secara umum sering mengabaikan pengaruh tingkat kejenuhan tanah berupa suction. Dalam analisis stabilitas lereng tanah dianggap dalam kondisi jenuh atau kering, hasil analisis faktor aman lereng pun sering tidak akurat karena mengabaikan pengaruh suction. Permasalahan utama aplikasi konsep tanah jenuh sebagian dalam analisis yaitu dalam penentuan parameter tanahnya. Menurut Fredlund et al (1997), terdapat beberapa pendekatan untuk menentukan parameter tanah jenuh sebagianseperti menggunakan tes laboratorium dan knowledge-based system. II. TINJAUAN TEORI A. Matric Suction PUSTAKA DAN LANDASAN Matricsuction merupakan selisih antara tekanan udara pori (ua) dengan tekanan air pori (uw). Pengujian matric suction dilakukan dengan dengan metode filter paper berdasarkan ASTM D Pada dasarnya metode filter paper berdasarkan pada asumsi bahwa sebuah filter paper akan mendatangkan keseimbangan dengan tanah yang mempunyai matric suction tertentu. Keseimbangan dapat dicapai oleh 1
2 liquid atau perubahan kelembaban antara tanah dan filter paper. Ketika terjadi kontak langsung antara filter paper dengan sampel tanah, diasumsikan bahwa aliran air dari tanah ke paper terjadi hingga keseimbangan tercapai. Menurut Ho dan Fredlund (1982) dalam Ambramson (1995) peningkatan kuat geser tanah akibat tekanan air pori negatif dapat dijelaskan dengan persamaan berikut: = + ( ) tan (1) dengan: c c (ua-uw) b : : : : kohesi tanah (kn/m 2 ), kohesi efektif (kn/m 2 ), matric suction (kn/m 2 ), Sudut gesek internal relatif terhadap matric suction ( o ). Fredlund dan Rahardjo (1993) mengusulkan persamaan kuat geser tanah pada kondisi jenuh sebagian seperti berikut. c' ( ua ) ( ua u w ) tan (2) dengan: ( ) : tekanan normal pada bidang runtuh (kn/m 2 ), = : parameter derajat kejenuhan. Sementara itu, Rifa i (211) mengusulkan suatu hubungan non-linier antara kohesi dan matric sution, seperti persamaan berikut: c c' r (( u u ) ( u u ) ) p c a w 3(3 sin ') r c r k 6 cos ' dengan : r c : perubahan parameter kohesi, c : kohesi tanah jenuh (kn/m 2 ), s : matric suction (kn/m 2 ), s e : air-entry value (kn/m 2 ), pa : tekanan atmosfer (kn/m 2 ), r k : perubahan parameter, : sudut gesek internal tanah jenuh ( ). B. Soil Water Characteristic Curve(SWCC) (3) (4) SWCC merupakan hubungan antara matric suction dengan gravimetric water content, volumetric water content atau derajat kejenuhan seperti pada Gambar 2.1. SWCC merupakan salah satu parameter utama yang digunakan untuk pemodelan aliran air tanah (Xiaoli, et al., 211). SWCC merupakan kurva yang menggambarkan hubungan jumlah air dalam tanah yang mempengaruhi perubahan suction tanah (L Heureux, 25). Jumlah air biasa diartikan sebagai a w b a volumetric water content ( w), kadar air gravimetric (w), atau derajat kejenuhan (S). SWCC juga sering diartikan sebagai retention curve atau volumetric water content curve yang menggambarkan kemampuan tanah untuk menyimpan dan melepaskan air. SWCC memberikan gambaran tentang distribusi ukuran butir tanah dan informasi penting mengenai hidrolik, sama seperti karakteristik mekanik dan perilaku tanah jenuh sebagian (Leroueil dan Hight, 23). Banyak sifat tanah yang bisa diperoleh dari SWCC, seperti kuat geser tanah, koefesien permeabilitas dan derajat kejenuhan. Gambar 2.1 :Volumetric water content functions (Fredlund. Et al.,1996) C. WindRose Analisis curah hujan dilakukan dengan menggunakan program WindRose. Program ini merupakan program yang biasanya digunakan dalam perencanaan dan perancangan bandar udara yaitu untuk menentukan arah landasan pacu yang memungkinkan di lokasi rencana pembangunan tersebut. Penentuan arah landasan pacu ini didasarkan pada data arah dan kecepatan angin. Dari data tersebut dapat diperoleh pendekatan terbaik untuk mengetahui karakteristik dan pola arah angin di lokasi rencana (Triatmodjo,1996). Dalam penelitian ini program WindRose digunakan untuk menentukan durasi hujan dominan yang terjadi di lokasi penelitian berdasarkan data hujan jam-jaman selama 15 tahun. D. Green Ampt Infiltration Method Infiltrasi merupakan proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah (Chow, et al., 1988). Adapun kapasitas infiltrasi merupakan kapasitas maksimum rata- rata air yang bisa masuk ke dalam tanah. Infiltrasi mencakup tiga proses berurutan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu proses masuknya air di permukaan tanah, diikuti proses aliran air dalam 2
3 tanah, dan perubahan tampungan dalam tanah (Harto, 2). Green dan Ampt mengembangkan pendekatan teori fisik yang dapat diselesaikan dengan persamaan analitis exact (exact analytical solution) untuk menentukan kapasitas infiltrasi. Dalam pendekatan metode Green-Ampt dikemukakan istilah front pembasahan, yaitu suatu batas yang jelas antara tanah yang mempunyai kelembaban tertentu di bawah tanah dengan tanah jenuh di atasnya. Front pembasahan ini terdapat pada kedalaman L yang dicapai pada waktu t (Chow, et al., 1988), seperti pada Gambar 2.2. i i Ponded water s h o = H z = Wetted zone Wetting front n L h 1 = = f z = L h 2 = f + L Gambar 2.2: Metode infiltrasi Green Ampt (Chow, et al., 1998) Model infiltrasi Green Ampt dikembangkan untuk memodelkan infiltrasi pada permukaan tanah horizontal. Sementara itu untuk permukaan tanah dengan kemiringan tertentu memerlukan modifikasi. Persamaan berikut dapat digunakan untuk menghitung infiltrasi pada permukaan tanah miring yang diajukan oleh Chen dan Young (26). f ( t) F t k k sat sat t cos cos ln F 1 t F cos (5) (6) Besarnya infiltrasi sangat dipengaruhi oleh waktu ponding. Waktu ponding (t p) merupakan waktu yang dibutuhkan oleh tanah untuk mencapai kondisi jenuh (S=1%). Infiltrasi yang terjadi selama waktu ponding akan sama besarnya dengan curah hujan yang terjadi. Waktu ponding dapat dihitung dengan persamaan berikut: t sedangkan,infiltrasi kumulatif berdasarkan waktu ponding dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut. Untuk :t t p, maka F = i x t (8) Untuk : t>tp, makaf dihitung dengan persamaan: F k sat ( t t p ) F FCos (9) F Cos E. Pengaruh Infiltrasi terhadap Stabilitas Lereng Menurut Hasrullah (29), infiltrasi air hujan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar air, derajat kejenuhan tanah dan angka pori, semakin lama hujan maka peningkatan yang terjadi semakin besar. Sedangkan tekanan air pori negatif dan kohesi akan mengalami penurunan akibat adanya infiltrasi. Keruntuhan lereng sering disebabkan oleh proses meningkatnya regangan geser atau menurunnya tegangan geser tanah. Peningkatan kadar air akibat hujan akan menurunkan suction tanah dan menaikkan berat tanah (Abramson, et al.,1995). Infiltrasi hujan menyebabkan air meresap ke dalam lereng sehingga mengakibatkan peningkatan berat isi tanah (peningkatan beban massa tanah), berkurang atau hilangnya tegangan suction pada zona tidak jenuh air, peningkatan tekanan air pori di dalam tanah, erosi internal dan perubahan kandungan mineral penyusun massa tanah pada lereng (Karnawati, 26). III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian p Penelitian ini dilakukan pada lereng di KM 15.9 sekitar Saluran Induk Kalibawang, Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti pada Gambar 3.1. Desa Banjararum Cos Ln p t p k sat i( i k Cos sat ) (7) Gambar 3.1: Lokasi Penelitian 3
4 B. Prosedur Penelitian Pengujian matric suction di laboratorium dilakukan dengan metode filter paper. Hasil uji ini merupakan parameter fitting soil water characteristic curve (SWCC) menggunakan program SoilVision. Analisis hydraulic conductivity function menggunakan persamaan Brooks and Corey (1964). Analisis curah hujan menggunakan program WindRose dan diperoleh durasi hujan dominan.hasil ini dipakai untuk pemodelan hujan dalam analisis kapasitas infiltrasi dengan Green Ampt infiltration method. Analisis perubahan tekanan air pori dilakukan menggunakan program SEEP/W dan dijadikan sebagai parameter dalam analisis perubahan parameter kuat geser tanah dalam analisis stabilitas lereng menggunakan program SLOPE/W. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Lereng Dari hasil penyelidikan lapangan dan pengujian laboratorium maka diketahui terdapat beberapa jenis lapisan tanah pada lokasi penelitian seperti pada Gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1: Profil lapisan tanah pada lereng Kalibawang B. Fitting SWCC Data hasil pengujian matric suction dengan metode filter paper kemudian digunakan sebagai data fitting SWCC menggunakanprogram SoilVision Database sehingga diperoleh kurva Soil Water Characteristic Curve (SWCC) seperti pada Gambar 4.2 berikut. Derajat Kejenuhan, S (%) , Matric Suction, Ua - Uw (kpa) Lanau Kelempungan Batu Lempung Lempung Gambar 4.2: Soil Water Characteristic Curve (SWCC) Metode Fredlund and Xing merupakan metode fitting yang dipilih, karena nilai koefesien determinasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode van Genuchen yaitu dengan R 2 =.89 pada lanau kelempungan, R 2 =.86 pada batu lempung dan R 2 =.99 pada lempung. Selain itu nilai air entry value (s e) yang dihasilkan dua model tersebut juga relatif sama. Hasil fitting metode Fredund and Xing ini juga digunakan dalam estimasi hydraulic conductivity function dan perubahan matric suction untuk setiap bulannya. C. Analisis Curah Hujan Analisis sebaran hujan dilakukan dengan menggunakan program WindRose. Dari hasil analsis diperoleh durasi hujan harian dominan pada setiap bulannya dalam bentuk grafik Mawar Angin atau WindRose. Dengan menggunakan data hujan jamjaman sebagai data masukan, maka diperoleh sebaran hujan seperti pada Gambar 4.3. Gambar tersebut menunjukkan sebaran hujan dominan hasil grafik WindRose. Sebaran hujan ditunjukkan oleh arsiran warna sesuai dengan intensitasnya, sementara durasi hujan dominan ditunjukkan oleh resultant vector yang berupa garis putus-putus dalam grafik. 4
5 Gambar 4.3: Sebaran hujan hasil analisis WindRose pada bulan Februari D. Pemodelan Hujan Model hujan rancangan diperoleh dari durasi hujan dominan hasil analisis program WindRose yang dikombinasikan dengan curah hujan maksimum yang terjadi di lokasi penelitian. Model hujan rancangan akan digunakan dalam analisis infiltrasi, sehingga diperoleh hubungan model hujan dengan infiltrasi yang terjadi. 1. Model hujan I Model hujan I berupa hujan maksimum dengan durasi dominan yang dihasilkan dari grafik WindRose untuk setiap bulannya. 2. Model hujan II Model hujan II berupa hujan maksimum rata-rata dengan durasi hujan dominan yang dihasilkan dari grafik mawar angin untuk setiap bulannya. 3. Model hujan III Model hujan III berupa curah hujan maksimum berdurasi panjang. Model hujan III memiliki nilai hujan kumulatif yang sama dengan hujan I, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh intensitas dan durasi hujan terhadap kapasitas infiltrasi. Adapun pemodelan hujan rancangan secara lengkap seperti pada tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1: Pemodelan hujan rancangan Model hujan rancangan Bulan I II III i t i t i t Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
6 E. Analisis Infiltrasi Banyaknya air yang terinfiltrasi ke dalam tanah selama hujan berlangsung dinyatakan dalam infiltrasi kumulatif (F). Besarnya infiltrasi kumulatif tergantung pada kondisi tanah, curah hujan dan durasi hujan. Dari hasil analisis diketahui bahwa infiltrasi kumulatif yang disebabkan oleh pengaruh model hujan III lebih besar daripada infiltrasi kumulatif yang disebabkan oleh pengaruh hujan model I dan model hujan II, sementara itu infiltrasi kumulatif yang disebabkan oleh hujan model I dan II relatif sama. Dari kondisi tersebut diketahui bahwa pada kondisi tanah yang sama, maka curah hujan rata-rata berdurasi lama lebih berpengaruh secara signifikan terhadap kapasitas infiltrasi suatu tanah. F. Perubahan Tekanan Air Pori Berdasarkan simulasi numeris menggunakan program SEEP/W maka diperoleh perubahan tekanan air pori setiap bulannya. Perubahan tekanan air pori yang terjadi kemudian diplotkan pada grafik perubahan tekanan air pori versus kedalaman untuk setiap bulannya seperti pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5. Gambar tersebut merupakan grafik perubahan tekanan air pori bulanan pada proses wetting (dari musim kemarau ke musim penghujan) untuk ketiga model hujan rancangan. Secara umum terdapat kecendrungan perubahan tekanan air pori yang sama dari ketiga model hujan di atas. Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa nilai tekanan air pori yang terjadi relatif lebih besar dibandingkan Gambar 4.4. Hal ini karena infiltrasi yang terjadi pada model hujan III ini relatif lebih besar dari pada infiltrasi model hujan I dan model hujan II. Elevasi (m) Tekanan Air Pori (kpa) Initial Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Gambar 4.4: Perubahan tekanan air pori model hujan I dan model hujan II Elevasi (m) Tekanan Air Pori (kpa) Initial Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Gambar 4.5: Perubahan tekanan air pori model hujan III Perubahan tekanan air pori yang relatif linier terjadi pada kondisi steady state (tanpa hujan). Pada bulan Agustus tekanan air pori mengalami perubahan sampai pada elevasi 127 m. Kondisi ini terjadi karena adanya air yang terinfiltrasi ke dalam tanah. Sementara itu, tekanan air pori pada kedalaman 121 m 126 m terlihat masih bernilai negatif, karena infiltrasi belum mencapai kedalaman tersebut, sehingga tanah masih dalam kondisi jenuh sebagian. Perubahan tekanan air pori mulai konstan pada bulan September, karena kondisi tanah sudah mengalami proses penjenuhan. Sehingga infiltrasi air ke dalam tanah akan berkurang. Ketika tanah sudah mulai jenuh, hujan yang terjadi akan cenderung menjadi aliran permukaan karena tanah sudah tidak mampu lagi menyerap air. G. Pengaruh Infiltrasi terhadap Faktor Aman Infiltrasi air ke dalam tanah akan menyebabkan menurunnya stabilitas lereng dan perubahan tekanan air pori tanah. Pada kondisi kering, tanah memiliki daya hisap (suction) atau tekanan air pori negatif. Tekanan air pori negatif akan berubah apabila terjadi pembasahan tanah. Tekanan air pori yang awalnya bernilai negatif akan meningkat hingga bernilai nol pada kondisi tanah yang berada tepat setinggi muka air tanah (MAT) dan akan bernilai positif untuk tanah yang berada di bawah MAT. Perubahan tekanan air pori ini juga mengakibatkan perubahan terhadap parameter kuat geser tanah seperti kohesi dan kuat gesek internal tanah. Perubahan parameter kuat geser tanah yang terjadi akibat adanya infiltrasi seperti pada Gambar 4.6 sampai Gambar
7 4 3, 3 2,5 2, Kohesi, kpa 2 1 b, ( o ) 1,5 1,,5, Model I Model II Model III Rifa'i Model I Model II Model III Gambar 4.6: Perubahan parameter kuat geser tanah pada lanau kelempungan Kohesi, kpa b, ( o ) 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, Model I Model II Model III Rifa'i Model II Model II Model III Gambar 4.7: Perubahan parameter kuat geser tanah pada batu lempung Kohesi, kpa b, ( o ) 3,5 3,4 3,3 3,2 3,1 3, 2,9 2,8 2,7 Model I Model II Model III Rifa'I Model I Model II Model III Gambar 4.8. Perubahan parameter kuat geser tanah pada lempung 7
8 Gambar tersebut menunjukkan perubahan parameter kuat geser tanah akibat adanya infiltrasi. Secara umum kohesi mengalami penurunan seiring dengan waktu. Semakin kering tanah maka kohesi tanah akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin jenuh tanah maka kohesi akan semakin rendah. Perubahan kohesi dianalisis menggunakan metode Ho and Fredlund (1982) dan metode Rifa i (211). Secara umum perubahan kohesi yang terjadi memiliki kecendrungan yang sama. Perbedaan nilai kohesi hanya terjadi pada awal musim hujan saja, hasil perhitungan metode Rifa i (211) menghasilkan nilai kohesi yang lebih besar dari pada hasil perhitungan metode Ho and Fredlund (1982). Perubahan juga terjadi pada sudut gesek internal tanah relatif terhadap matric suction ( b ). Perubahan b berbanding terbalik dengan perubahan b kohesi. mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya derajat kejenuhan tanah. Secara umum terlihat perilaku perubahan yang sama dari parameter kuat geser tanah, perubahan secara signifikan terjadi dari kondisi initial (tanpa hujan) sampai kondisi pada bulan Agustus, dan untuk selanjutnya perubahan yang terjadi relatif konstan. Hal ini terjadi karena pada kondisi initial sampai dengan bulan Agustus terjadi perubahan tekanan air pori yang signifikan sehingga merubah kondisi tanah dari kondisi jenuh sebagian menuju kondisi jenuh. Untuk pemodelan stabilitas lereng dengan SLOPE/W menggunakan parameter kuat geser tanah yang berasal dari hubungan parameter kuat geser tanah dengan perubahan tekanan air pori yang terjadi pada setiap bulannya, sementara itu distribusi tekanan air pori diperoleh dari hasil pemodelan SEEP/W dengan berbagai variasi model hujan. Dari hasil simulasi, diperoleh perubahan faktor aman lereng setiap bulannya seperti pada Tabel 4.2 dan Gambar 4. 9 berikut Tabel 4.2: Nilai faktor aman (SF) lereng Hasil Simulasi dengan SLOPE/W Model Hujan Bulan Metode Ho and Fredlund Rifa i I II III Initial Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Faktor Aman, SF 2, 1,5 1,,5, Metode Rifa'i Ho and Fredlund Gambar 4.9: Perbandingan Faktor aman Metode Ho and Fredlund (1982) dengan metode Rifa i (211) Gambar di atas menunjukkan perubahan SF lereng yang terjadi dengan menggunakan parameter kuat geser tanah dari dua persamaan, yaitu persamaan Ho and Fredlund (1982) dan persamaan Rifa i (211). Secara umum SF hasil analisis dengan parameter hasil persamaan Rifa i (211) menghasilkan faktor aman lereng yang lebih besar dari pada persamaan Ho and Fredlund (1982) pada awal terjadinya hujan. Setelah itu nilai SF lereng yang terjadi cenderung sama dan konstan. Perubahan faktor aman ini memiliki kecendrungan yang sama dengan perubahan nilai kohesi tanah. Perubahan faktor aman kemudian dihubungkan dengan nilai infiltrasi kumulatif yang terjadi, sehingga dapat diketahui pengaruh infiltrasi terhadap faktor aman, seperti pada Gambar 4.1 sampai dengan Gambar SF F (cm) 1,2 1,4 1,15 1,1 1,5 1,,95,9 1,2,8,6,4,2 Gambar 4.1: Pengaruh Infiltrasi terhadap faktor aman Hujan model I 1 8
9 SF 1,2 1,15 1,1 1,5 1,,95,9 F (cm) 1 Gambar 4.11: Pengaruh Infiltrasi terhadap faktor aman Hujan model II 2 1 SF F (cm) 1,2 3,9,8,7,6,5,4,3,2,1 kondisi basah dari pada tanah yang memiliki derajat kejenuhan yang tinggi. Dari hasil simulasi numeris dengan menggunakan SEEP/W dan SLOPE/W dapat diestimasi waktu hujan kritis untuk setiap kondisi tanah dengan pola hujan pada setiap bulannya seperti pada gambar 5.13 berikut. Durasi (hari) ,15 1,1 1,5 1,,95,9 Gambar 4.12: 2,5 1,5,5 Pengaruh Infiltrasi terhadap faktor aman Hujan model III Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa secara umum nilai SF lereng mengalami penurunan secara signifikan pada kondisi initial (awal Agustus) sampai September. Hal ini terjadi karena nilai infiltrasi yang terjadi pada bulan September relatif besar sehingga perubahan tekanan air pori dan parameter kuat geser tanah juga signifikan menurun. Pada periode bulan Oktober sampai Februari, faktor aman lereng cenderung konstan, hal ini terjadi karena kondisi tanah sudah mulai jenuh. Dengan demikian perubahan tekanan air pori dan parameter kuat geser tanah akibat adanya infiltrasi cenderung kecil dan stabil. Jadi dapat diartikan bahwa infiltrasi akan lebih berpegaruh signifikan pada kondisi tanah yang kering (derajat kejenuhan rendah) menuju 2 1 Durasi Hujan Gambar 4.13: Estimasi waktu hujan kritis Dari gambar di atas, terlihat bahwa pada bulan Agustus dan September kondisi kritis akan tercapai apabila terjadi hujan secara terus menerus selama 75 dan 45 hari. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pada dua bulan tersebut, kondisi kritis lereng tidak akan pernah tercapai karena jangka waktu tersebut lebih dari satu bulan. Sementara itu, pada bulan Oktober, kondisi kritis lereng bisa tercapai apabila intensitas hujan 4 mm/hari yang terjadi selama 15 hari berturut-turut. Hal ini sebabkan oleh nilai matric suction pada akhir bulan September mendekati nilai air entry value atau kondisi jenuh, sehingga dengan hujan 15 hari dapat menyebabkan stabilitas lereng mencapai kondisi kritis. Untuk bulan November sampai dengan Februari, dengan kondisi tanah yang sudah mengalami penjenuhan, maka kondisi lereng sudah mencapai kritis tanpa adanya hujan yang terjadi. V. KESIMPULAN Matric suction (kpa) Hujan rata-rata berdurasi lama merupakan hujan yang paling berpengaruh terhadap besarnya infiltrasi yang terjadi, sedangkan hujan rata-rata dan hujan deras pada durasi yang sama menghasilkan infiltrasi kumulatif yang relatif sama. Semakin tinggi infiltrasi yang terjadi, maka perubahan tekanan air pori akan semakin besar. Perubahan tekanan air pori mempengaruhi parameter kuat geser tanah, semakin tinggi tekanan air 9
10 pori, maka kohesi akan semakin rendah dan sudut gesek internal relatif terhadap matric suction akan semakin tinggi. Pengaruh infiltrasi akan signifikan terhadap perubahan keamanan lereng pada saat kondisi lereng masih kering (derajat kejenuhan kecil) menuju jenuh (awal Agustus-September), yaitu dari menjadi 1.25 sementara itu pada kondisi lereng yang mendekati kondisi jenuh (Oktober- Februari) pengaruh infiltrasi yang terjadi tidak signifikan, yaitu 1.12 menjadi 1.. Hujan yang terjadi pada pada bulan Agustus- September tidak akan menyebabkan kondisi lereng kritis. Kondisi tersebut baru akan tercapai apabila terjadi hujan dengan intensitas 4 mm/hari yang terjadi pada bulan Oktober selama 15 hari berturut-turut. VI. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada DIKTI atas dukungan finansial dari Beasiswa Unggulan (BU) DIKTI 212. DAFTAR PUSTAKA Abramson, Lee W et al., 1995, Slope Stability and Stabilization Methods, John Willey & Sons, Inc, Newyork. ASTM, 23, Annual Books of ASTM Standard, ASTM, Easton, MD, USA. Chen, L. dan Young, M.H., 26, Green-Ampt Infiltration Model for sloping Surface, Water Resources Research, vol 42, W742, doi:1129/25wr4468. Chow, Ven Te, et al., 1988, Applied Hydrology, McGraw-Hill International Editions Civil Engineering Series, Singapura. Fredlund, D.G. dan Rahardjo, H., 1993, Soil Mechanicsfor Unsaturated Soils, John Willey & Sons, INC, Canada. Fredlund, D. G., Xing, A., Fredlund, M.D. and Barbour, S.L., 1996, The Relationship of the Unsaturated Soil Shear Strength Function to the Soil-Water Characteristic Curve, Canadian Geotechnical Journal, 33(3): Fredlund, M.D., Fredlund, D.G. dan Wilson, G.W.,1997, Estimation of unsaturated Soil Properties Using a Knowledge-Based System, University of Saskatchewan, Saskatoon, Sask., Canada. Fu, Xiaoli., Shao, Mingan., Lu, Dianqing., Wang, Huimin,211, Soil water characteristic curve measurement without bulk density changes and its applications in the estimation of soil hydraulic properties, Geoderma :1-8. Hardiyatmo, H.C., 26, Penaggulangan Tanah Longsor dan Erosi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Harto, Sri Br., 2, Hidrologi Teori, Masalah dan Penyelesaian, Nafiri, Yogyakarta. Hasrullah, 29, Studi Pengaruh Infiltrasi Air Hujan Terhadap Kestabilan Lereng, Jurnal Ilmu- Ilmu Teknik Sistem, vol 5 No. 2:1-13. Karnawati, 26, Pengaruh Kondisi Vegetasi dan Geologi Terhadap Gerakan Tanah dengan Pemicu Hujan, Media Teknik No. 3: Krahn, J., 24, Seepage Modeling with SEEP/W An Engineering Methodology, Calgary, Alberta, Canada. Leroueil, S.,Hight,D., 23, Characteritation and Engineering Properties of Natural Soil, Proceeding of the International Workshop, Singapura : L Heureux, JS., 25, Unsaturated Soils and Rainfall Induced Landslides, Master of Theses, University of Oslo, Norwey. Rifa i, 211, Effect of Matric Suction Changes on Unsaturated Soil Parameter in Slope Stability Analiysis Due to Rainfall. Seminar Nasional- 1-BMTTSSI-Konteks 5:G15-G23 Triatmodjo, Bambang, 1996, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta. 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelongsoran merupakan indikasi ketidakstabilan lereng yang ditandai dengan angka aman (SF) lereng kurang dari 1,00. Stabilitas lereng dipengaruhi oleh
Lebih terperinciTEGANGAN PORI NEGATIF SEBAGAI PARAMATER STABILITAS LERENG TANAH TAK JENUH (SOIL MECHANICS ON UNSATURATED SOIL)
31 TEGANGAN PORI NEGATIF SEBAGAI PARAMATER STABILITAS LERENG TANAH TAK JENUH (SOIL MECHANICS ON UNSATURATED SOIL) I Nengah Sinarta 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa
Lebih terperinciKey word : landslide, rain infiltration, suction,slope stability.
PENGARUH KARAKTERISTIK CURAH HUJAN TERHADAP KESTABILAN LERENG Dian Hastari Agustina Dosen Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Kepulauan Batam ABSTRACT Landslide is one of accident that
Lebih terperinciPENGARUH KEDALAMAN MUKA AIR AWAL TERHADAP ANALISIS STABILITAS LERENG TAK JENUH
Seminar Nasional X 1 Teknik Sipil ITS Surabaya PENGARUH KEDALAMAN MUKA AIR AWAL TERHADAP ANALISIS STABILITAS LERENG TAK JENUH Agus Setyo Muntohar 1 dan Rio Indra Saputro 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciPENGARUH INFILTRASI DAN MATERIAL GEOLOGI TERHADAP ANALISIS STABILITAS LERENG MENGGUNAKAN TRMM
PENGARUH INFILTRASI DAN MATERIAL GEOLOGI TERHADAP ANALISIS STABILITAS LERENG MENGGUNAKAN TRMM R. Rochmawati 1, A. Rifa i 2, W. Wilopo 3 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Sistem Informasi, Universitas
Lebih terperinciPENENTUAN PARAMETER PERMEABILITAS KONDISI TIDAK JENUH AIR METODE FREDLUND & XING
ISBN: 978-979-8636--2 PENENTUAN PARAMETER PERMEABILITAS KONDISI TIDAK JENUH AIR METODE FREDLUND & XING ABSTRAK Arifan Jaya S 1, Khori Sugianti 1, dan Y. Sunarya Wibawa 1 1 Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengujian Sampel Tanah Berdasarkan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang tertera pada subbab 3.2, diperoleh hasil yang diuraikan pada
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN NILAI SUCTION AKIBAT HUJAN TERHADAP KESTABILAN LERENG
ANALISIS PERUBAHAN NILAI SUCTION AKIBAT HUJAN TERHADAP KESTABILAN LERENG Martini* * Abstract Infiltration of rainfall into slope will have an effect on to condition of slope hydrology and more specifically
Lebih terperinciPENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TIMBUNAN JALAN TOL DI JAWA BARAT
PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TIMBUNAN JALAN TOL DI JAWA BARAT Nama:Endang Saputra NRP : 02 21 072 Pembimbing :Theo F.Najoan,Ir.,M.Eng FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Karakteristik Hujan terhadap Gerakan Lereng
JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 13, No. 2, 15-115, November 21 15 Analisis Pengaruh Karakteristik Hujan terhadap Gerakan Lereng (Analysis on Rainfall Characteristics Effect to the Slope Movement) SRI
Lebih terperinciKONDISI TANAH TAK JENUH DENGAN PENGUJIAN SOIL WATER CHARACTERISTIC CURVE
MENENTUKAN PARAMETER θ w, S r dan ( U a U w ) PADA KONDISI TANAH TAK JENUH DENGAN PENGUJIAN SOIL WATER CHARACTERISTIC CURVE Dian Afriani NRP : 0421064 Pembimbing : Ir. Ibrahim Surya, M. Eng FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciPengaruh Infiltrasi Hujan dalam Analisis Stabilitas Lereng Kondisi Jenuh Sebagian Menggunakan Metode Elemen Hingga
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Juli 2015 Pengaruh Infiltrasi Hujan dalam Analisis Stabilitas Lereng Kondisi Jenuh Sebagian Menggunakan Metode
Lebih terperinciPengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2018 Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen
Lebih terperinciMahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Juli 2015 Pengaruh Hujan Terhadap Perkuatan Lereng dengan Kondisi Partially Saturated Soil Menggunakan Metode Elemen
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Penelitian ini meninjau kestabilan sebuah lereng yang terdapat Desa Tambakmerang, Kecamatan Girimarto, DAS Keduang, Wonogiri akibat adanya beban hujan 3 harian.
Lebih terperinciKeaktifan lereng adalah proses perpindahan masa tanah atau batuan 1 1. PENDAHULUAN. Ha %
1. PENDAHULUAN Ende merupakan sebuah kabupaten yang berada di pulau Flores yang dibatasi oleh Kabupaten Ngada sebelah Barat, Kabupaten Sikka sebelah Timur, Laut Sawu di bagian Selatan dan Laut Flores di
Lebih terperinciPENENTUAN SIFAT TEKNIS TANAH JENUH SEBAGIAN DAN ANALISIS DEFORMASI LERENG AKIBAT PENGARUH VARIASI HUJAN
POLI TEKNOLOGI VOL. NO., JANUARI PENENTUAN SIFAT TEKNIS TANAH JENUH SEBAGIAN DAN ANALISIS DEFORMASI LERENG AKIBAT PENGARUH VARIASI HUJAN Determination of Unsaturated Soil Properties and Slope Deformation
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang digunakan untuk memodelkan potensi hydraulic fracture pada saat pengisian pertama bendungan rockfill. Berikut
Lebih terperinciC I N I A. Karakteristik Fisik Dan Mekanik Tanah Residual Balikpapan Utara Akibat Pengaruh Variasi Kadar Air
C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Karakteristik Fisik Dan Mekanik Tanah Residual Balikpapan Utara Akibat Pengaruh Variasi Kadar Air Mohammad Muntaha1,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan tol Semarang - Solo sebagai salah satu jalan regional utama yang menghubungkan wilayah Utara-Selatan dan Timur-Barat merupakan jalan Tol Provinsi Jawa Tengah,Indonesia.
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS LERENG DI DAS TIRTOMOYO WONOGIRI DENGAN METODE SIMPLIFIED BISHOP AKIBAT HUJAN PERIODE ULANG
ANALISIS STABILITAS LERENG DI DAS TIRTOMOYO WONOGIRI DENGAN METODE SIMPLIFIED BISHOP AKIBAT HUJAN PERIODE ULANG Febrian Rizal Trisatya 1), Niken Silmi Surjandari 2), Noegroho Djarwanti 3) 1) Mahasiswa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Soenarmo, dkk. (2008) melakukan penelitian pengaruh intensitas curah hujan terhadap pendugaan potensi tanah longsor. Pada penelitian tersebut
Lebih terperinciPENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG
Jurnal TEKNIK SIPIL - UCY ISSN: 1907 2368 Vol. 1 No. 2, Agustus 2006 PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG Agus Setyo Muntohar * Abstrak: Pengaruh aliran air atau rembesan
Lebih terperinciSTUDY OF SLOPE MODEL CRITICAL CONDITION WITH SILT LAND IN THE ENDE FLORES REGION, DURING THE WETTING
TESIS-PS 2399 STUDY OF SLOPE MODEL CRITICAL CONDITION WITH SILT LAND IN THE ENDE FLORES REGION, DURING THE WETTING BY : VERONIKA MIANA RADJA NRP : 3107 201 001 SUPERVISOR : Prof. Dr. Ir. Indarto Dra. Sri
Lebih terperinciANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN
25 Juni 2012 ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN. (LOKASI: DESA GOSARI KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR)
Lebih terperinciSTUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK TERHADAP SIKLUS PEMBASAHAN PADA TANAH LERENG DENGAN KEDALAMAN 5-20M DI NGANTANG MALANG
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 STUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK TERHADAP SIKLUS PEMBASAHAN PADA TANAH LERENG DENGAN KEDALAMAN 5-20M DI NGANTANG MALANG Aburizal
Lebih terperinciPENGARUH PROSES PEMBASAHAN TERHADAP PARAMETER KUAT GESER c, ϕ DAN ϕ b TANAH LANAU BERPASIR TAK JENUH ABSTRAK
PENGARUH PROSES PEMBASAHAN TERHADAP PARAMETER KUAT GESER c, ϕ DAN ϕ b TANAH LANAU BERPASIR TAK JENUH Mentari Surya Pratiwi NRP : 0921017 Pembimbing : Ir. Asriwiyanti Desiani, M.T. ABSTRAK Pada dasarnya,
Lebih terperinciINFRASTRUKTUR ANALISIS PERUBAHAN HIDROLOGI LERENG AKIBAT HUJAN TERHADAP KESTABILAN LERENG
INFRASTRUKTUR ANALISIS PERUBAHAN HIDROLOGI LERENG AKIBAT HUJAN TERHADAP KESTABILAN LERENG Analysis Change of Slope Hidrology Result of The Rainfall To The Slope Stability Martini Jurusan Teknik Sipil Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Pembacaan nilai suction Hasil pengamatan diperoleh grafik hubungan waktu dan nilai suction di lapangan (lihat Gambar 4.). Pada titik A (Zf m) cenderung
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH TEBAL TANAH LUNAK DAN GEOMETRI TIMBUNAN TERHADAP STABILITAS TIMBUNAN
STUDI PENGARUH TEBAL TANAH LUNAK DAN GEOMETRI TIMBUNAN TERHADAP STABILITAS TIMBUNAN Andryan Suhendra 1 1 Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. KH Syahdan No. 9, Palmerah,
Lebih terperinciPENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR
PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR Yulvi Zaika, Syafi ah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jl. MT. Haryono
Lebih terperinciKegagalan lereng (slope failure) studi kasus : Jalan antara Samarinda Tenggarong
Kegagalan lereng (slope failure) studi kasus : Jalan antara Samarinda Tenggarong Tommy Ilyas Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Jakarta ABSTRAK: Timbunan tanah (embankment) yang
Lebih terperinciDosen pembimbing : Disusun Oleh : Dr. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro,M.Eng. Aburizal Fathoni Trihanyndio Rendy Satrya, ST.
STUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK, MEKANIK, DAN DINAMIK TANAH TERHADAP SIKLUS PEMBASAHAN PADA TANAH LERENG DENGAN KEDALAMAN 5-20M DI NGANTANG- MALANG Disusun Oleh : Aburizal Fathoni 3110.1060.14 Abraham
Lebih terperinciAnalisis Kapasitas Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah Jenuh Sebagian
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 215 Analisis Kapasitas Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah Jenuh Sebagian NURCAHYANA, AGUNG 1., HAMDHAN,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari studi yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah melakukan pengujian dilaboratorium, pengaruh proses pengeringan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari studi yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah melakukan pengujian dilaboratorium, pengaruh proses pengeringan
Lebih terperinciANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN
1 ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN. (LOKASI: DESA GOSARI KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR) Fandy
Lebih terperinciKAJIAN KESTABILAN TUBUH WADUK RUKOH KECAMATAN TITIEU KEUMALA KABUPATEN PIDIE (109G)
KAJIAN KESTABILAN TUBUH WADUK RUKOH KECAMATAN TITIEU KEUMALA KABUPATEN PIDIE (109G) Devi Sundary 1 dan Azmeri 1 1 Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Syiah Kuala, Jl.Syaech Abdurrauf No. 7 Darussalam
Lebih terperinciRate Infiltration Evaluation on Several Land Uses Using Infiltration Method of Horton at Sub DAS Coban Rondo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang
Evaluasi Laju Infiltrasi Horton di Sub DAS Coban Rondo (Wirosoedarmo dkk) EVALUASI LAJU INFILTRASI PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN METODE INFILTRASI HORTON DI SUB DAS COBAN RONDO KECAMATAN PUJON
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 ANALISIS STABILITAS TANGGUL YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN KAPUR, FLY ASH, DAN BIOBAKTERI AKIBAT MUSIM HUJAN DAN MUSIM KEMARAU DI SUNGAI BENGAWAN SOLO CROSS
Lebih terperinciGRAFIK HUBUNGAN ( angka pori dengan kadar air) Pada proses pengeringan
( angka pori dengan kadar air) Pada proses pengeringan 1,550 Grafik e VS Wc 1,500 1,450 1,400 1,350 e 1,300 1,250 1,200 1,150 1,100 0 10 20 30 40 50 60 Wc (%) Siklus 1 Siklus 2 Siklus 4 Siklus 6 ( kohesi
Lebih terperinciUNIKOM_WILSON KOVEN KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih karunia dan anugerah yang diberikan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai syarat kelulusan dari Program Studi
Lebih terperinciAnalisis Stabilitas dan Penurunan pada Timbunan Mortar Busa Ringan Menggunakan Metode Elemen Hingga
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 2 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juni 2017 Analisis Stabilitas dan Penurunan pada Timbunan Mortar Busa Ringan RIFKI FADILAH, INDRA NOER HAMDHAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koefisien permeabilitas tanah memiliki nilai yang berbeda untuk berbagai jenis tanah dan penting diketahuinya nilai tersebut guna mengetahui seberapa cepat tanah dapat
Lebih terperinciPerilaku variasi kadar air pada tanah ekspansif serta perannya terhadap nilai faktor adhesi dari daya dukung terhadap friksi pada pondasi tiang
Perilaku variasi kadar air pada tanah ekspansif serta perannya terhadap nilai faktor adhesi dari daya dukung terhadap friksi pada pondasi tiang Indarto Guru Besar FTSP-ITS Daniel Tjandra Mahasiswa program
Lebih terperinciDISUSUN OLEH : CHRYSTI ADI WICAKSONO ARENDRA HARYO P
STUDI KESTABILAN TANAH PERMUKAAN AKIBAT PROSES PENGERINGAN DAN PEMBASAHAN ( STUDI KASUS KELONGSORAN TANAH PERMUKAAN LERENG, LOKASI DESA KEMUNING JEMBER ) DISUSUN OLEH : CHRYSTI ADI WICAKSONO 3105 100 100
Lebih terperinciKUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2
KUAT GESER Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT. 5/6/05 NORMA PUSPITA, ST. MT. KUAT GESER =.??? Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap desakan atau tarikan.
Lebih terperinciSOIL BIOENGINEERING SEBAGAI ALTERNATIF METODA STABILISASI LONGSORAN
SOIL BIOENGINEERING SEBAGAI ALTERNATIF METODA STABILISASI ABSTRAK LONGSORAN Dian Hastari Agustina (Pengajar pada Program Studi Teknik Sipil Universitas Riau Kepulauan) Longsoran merupakan salah satu bencana
Lebih terperinciEVALUASI KESTABILAN LERENG KUPASAN TANAH VULKANIK JALUR LINTAS BARAT LIWA-BUKIT KEMUNING, LAMPUNG BARAT
EVALUASI KESTABILAN LERENG KUPASAN TANAH VULKANIK JALUR LINTAS BARAT LIWA-BUKIT KEMUNING, LAMPUNG BARAT Prahara Iqbal 1, Asep Mulyono 1, Arifan Jaya Syahbana 2 1 UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Setiap kasus tanah yang tidak rata, terdapat dua permukaan
Lebih terperinciPengaruh Intensitas Curah Hujan dan Kemiringan Lereng Terhadap Erosi yang Berpotensi Longsor
Pengaruh Intensitas Curah Hujan dan Kemiringan Lereng Terhadap Erosi yang Berpotensi Longsor Farid Sitepu* 1, Mary Selintung 1, Tri Harianto 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciKelongsoran pada Bantaran Sungai Studi Kasus Bantaran Kali Ciliwung Wilayah Jakarta Selatan dan Timur
Kelongsoran pada Bantaran Sungai Studi Kasus Bantaran Kali Ciliwung Wilayah Jakarta Selatan dan Timur Tommy Ilyas, Erly Bahsan, Agus Indrayono, Rita P, Siti Rasyidati Grup Riset Geoteknik Universitas Indonesia
Lebih terperinciMekanisme keruntuhan
METODA COULOMB Mekanisme keruntuhan Dalam metoda Coulomb mekanisme keruntuhan harus diasumsi Gerakan gerakan dinding tanah Asumsi bid. keruntuhan Jika ini mekanisme keruntuhan maka kriteria keruntuhan
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL
ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL Niken Silmi Surjandari 1), Bambang Setiawan 2), Ernha Nindyantika 3) 1,2 Staf Pengajar dan Anggota Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciPENENTUAN KOEFISIEN PERMEABILITAS TANAH TAK JENUH AIR SECARA TIDAK LANGSUNG MENGGUNAKAN SOIL-WATER CHARACTERISTIC CURVE
PENENTUAN KOEFISIEN PERMEABILITAS TANAH TAK JENUH AIR SECARA TIDAK LANGSUNG MENGGUNAKAN SOIL-WATER CHARACTERISTIC CURVE Bona Johanes Simbolon NRP : 01211116 Pembimbing : Ir. Theo F. Najoan, M. Eng. FAKULTAS
Lebih terperinciPengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir
JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 16, No. 1, 57-64, Mei 2013 57 Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir (The Effect of Rain to the Change
Lebih terperinciPROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015
PENGARUH CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN TERHADAP STABILITAS LERENG STUDI KASUS DESA MANGUNHARJO KECAMATAN JATIPURNO KABUPATEN WONOGIRI ` THE EFFECT OF THE MAXIMUM MONTHLY RAINFALL ON THE SLOPE STABILITY
Lebih terperinciPENENTUAN PARAMETER KUAT GESER TANAH TAK JENUH AIR SECARA TIDAK LANGSUNG MENGGUNAKAN SOIL-WATER CHARACTERISTIC CURVE
PENENTUAN PARAMETER KUAT GESER TANAH TAK JENUH AIR SECARA TIDAK LANGSUNG MENGGUNAKAN SOIL-WATER CHARACTERISTIC CURVE Aulia Handayani NRP : 0121088 Pembimbing : Ir. Theo F. Najoan, M. Eng. FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciREKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH
REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH O. B. A. Sompie Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Dam dari timbunan tanah (earthfill dam) membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stability Radar (SSR) dan Peg Monitoring WITA, terjadi longsoran besar di low-wall
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data deformasi lereng yang didapatkan dari perekaman Slope Stability Radar (SSR) dan Peg Monitoring WITA, terjadi longsoran besar di low-wall
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH (CIV -205)
MEKANIKA TANAH (CIV -205) OUTLINE : Tipe lereng, yaitu alami, buatan Dasar teori stabilitas lereng Gaya yang bekerja pada bidang runtuh lereng Profil tanah bawah permukaan Gaya gaya yang menahan keruntuhan
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK HUJAN PEMICU LONGSORAN PADA RUAS JALAN TAWAELI-TOBOLI SULAWESI TENGAH
STUDI KARAKTERISTIK HUJAN PEMICU LONGSORAN PADA RUAS JALAN TAWAELI-TOBOLI SULAWESI TENGAH Martini * * Abstract Landslide is one of the most types of slope movements of soil\rock often occur in Indonesia
Lebih terperinciPENGARUH TINGGI GALIAN TERHADAP STABILITAS LERENG TANAH LUNAK ABSTRAK
PENGARUH TINGGI GALIAN TERHADAP STABILITAS LERENG TANAH LUNAK Nikodemus Leomitro NRP: 1221043 Pembimbing: Ir. Herianto Wibowo, M.Sc. ABSTRAK Lereng merupakan sebidang tanah yang memiliki sudut kemiringan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar air volumetrik, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Uji kurva retensi air tanah Dari uji nilai kurva retensi air tanah didapatkan nilai r, s, α, n, dan l, hasil tersebut disajikan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. batuan, bahan rombakan, tanah, atau campuran material tersebut yang bergerak ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau campuran material tersebut yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Lebih terperinciSTUDI MENGENAI FRIKSI ANTARA TIANG DAN BEBERAPA JENIS TANAH LEMPUNG YANG BERBEDA YANG DIPENGARUHI OLEH KADAR AIR, WAKTU, DAN JENIS MATERIAL
STUDI MENGENAI FRIKSI ANTARA TIANG DAN BEBERAPA JENIS TANAH LEMPUNG YANG BERBEDA YANG DIPENGARUHI OLEH KADAR AIR, WAKTU, DAN JENIS MATERIAL Christopher Henry Sugiarto 1, Hendry Indra Pramana 2, Daniel
Lebih terperinciKestabilan Lereng Kupasan Tanah Vulkanik Segmen L-15 Dan L-28, Pada Jalur Lintas Barat Liwa - Bukit Kemuning, Lampung Barat
JLBG JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI Journal of Environment and Geological Hazards ISSN: 2086-7794, e-issn: 2502-8804 Akreditasi LIPI No. 692/AU/P2MI-LIPI/07/2015 e-mail: jlbg_geo@yahoo.com - http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg
Lebih terperinciANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN SHEET PILE
ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN SHEET PILE Etika Cahyaning Utami 1), Niken Silmi Surjandari 2), dan R. Harya Dananjaya H.I. 3) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT
PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT In civil construction frequently encountered problems in soft soils, such as low bearing capacity and
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN DENGAN SOFTWARE KOMPUTER
BAB IV PEMODELAN DENGAN SOFTWARE KOMPUTER 4.1 Umum Pemodelan Hydraulic Fracture pada studi ini akan dilakukan dengan menggunakan software GEO-STUDIO 2007 yaitu: SEEP/W 2007 dan SIGMA/W 2007. Program SEEP/W
Lebih terperinciPENGGUNAAN SHEET PILE UNTUK PERKUATAN LERENG DI DESA TAMBAKMERANG KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI
PENGGUNAAN SHEET PILE UNTUK PERKUATAN LERENG DI DESA TAMBAKMERANG KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI Kurniawan Diliaristianto 1), Niken Silmi Surjandari 2), Raden Harya Dananjaya H.I 3) 1) Mahasiswa
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI
BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI 2.1. Tinjauan Umum Untuk dapat merencanakan penanganan kelongsoran tebing pada suatu lokasi, terlebih dahulu harus diketahui kondisi existing dari lokasi tersebut. Beberapa
Lebih terperinciANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN PILE DAN SHEET PILE SKRIPSI
ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN PILE DAN SHEET PILE SLOPE SAFETY FACTOR (SF) ANALYSIS IN CIGEMBOL RIVER KARAWANG WITH PILE AND SHEET PILE REINFORCEMENT SKRIPSI
Lebih terperinciANALISA CURAH HUJAN DALAM MEBUAT KURVA INTENSITY DURATION FREQUENCY (IDF) PADA DAS BEKASI. Elma Yulius 1)
1 ANALISA CURAH HUJAN DALAM MEBUAT KURVA INTENSITY DURATION FREQUENCY (IDF) PADA DAS BEKASI Elma Yulius 1) 1) Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam 45 Bekasi E-mail: elmayulius@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciAch. Lailatul Qomar, As ad Munawir, Yulvi Zaika ABSTRAK Pendahuluan
Pengaruh Variasi Jarak Celah pada Konstruksi Dinding Pasangan Bata Beton Bertulang Penahan Tanah Terhadap Deformasi Lateral dan Butiran Yang Lolos Celah dari Lereng Pasir + 20% Kerikil Ach. Lailatul Qomar,
Lebih terperinciKESTABILAN LERENG KUPASAN TANAH VULKANIK SEGMEN L-15 dan L-28, JALUR LINTAS BARAT LIWA-BUKIT KEMUNING, LAMPUNG BARAT
KESTABILAN LERENG KUPASAN TANAH VULKANIK SEGMEN L-15 dan L-28, JALUR LINTAS BARAT LIWA-BUKIT KEMUNING, LAMPUNG BARAT Commented [i1]: SUDAH DIEDIT CUT SLOPE STABILITY OV VOLCANIC SOIL AT L-15 AND L-28 SEGMENT,
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 Pemodelan Lereng Dengan Perkuatan Teramesh System Studi Kasus Di Ruas Jalan Tanjung Palas-Sekatak,Kab.Bulungan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NUSA TENGGARA TIMUR
PENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NUSA TENGGARA TIMUR Hikmat NRP : 9021020 NIRM: 41077011900138 Pembimbing : Ir. Theo F. Najoan, M.Eng FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciINFILTRASI. Infiltrasi adalah.
INFILTRASI REKAYASA HIDROLOGI Universitas Indo Global Mandiri Infiltrasi adalah. Infiltrasi adalah proses air masuk (penetrating) ke dalam tanah. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kekayaan budaya berupa situs-situs peninggalan sejarah. Salah satu peninggalan sejarah Indonesia yang terletak
Lebih terperinciEstimasi Odds Ratio Model-1
Estimasi Odds Ratio Model- Parameter OR Derajat kejenuhan Tebal lapisan lanau-2 Sudut kemiringan lereng Pembasahan 25% Pembasahan 5% Pembasahan 75% 3 m 6 o 7 o 8 o 384.672 777.37 2.34 7.27 95.249 6.76
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari studi yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah melakukan pengujian dilaboratorium, pengaruh proses pengeringan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi yang menjadi obyek penelitian berada di Bukit Ganoman Jalan Raya Matesih - Tawangmangu KM 03+400-04+100 Desa Koripan, Kecamatan Matesih, Kabupaten
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang kaya akan budaya dan memiliki begitu banyak situs-situs peninggalan sejarah. Candi Prambanan
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS LERENG MENGGUNAKAN SOFWARE GEO STUDIO 2007 DENGAN VARIASI KEMIRINGAN (STUDI KASUS: BUKIT GANOMAN KAB KARANGANYAR)
ANALISIS STABILITAS LERENG MENGGUNAKAN SOFWARE GEO STUDIO 2007 DENGAN VARIASI KEMIRINGAN (STUDI KASUS: BUKIT GANOMAN KAB KARANGANYAR) Meilani Adriyati 1) R.Harya Dananjaya 2) Niken Silmi Surjandari 3)
Lebih terperinciPemodelan 3D Pada Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Tiang Menggunakan Metode Elemen Hingga
Reka Racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Pemodelan 3D Pada Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Tiang Menggunakan Metode Elemen Hingga PUTRA, GILANG
Lebih terperinciOleh: Dewinta Maharani P. ( ) Agusti Nilasari ( ) Bebby Idhiani Nikita ( )
PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI BAHAN KIMIA (FLY ASH, KAPUR DAN BIO-BAKTERI) TERHADAP PARAMETER FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK AKIBAT SIKLUS PEMBASAHAN-PENGERINGAN PADA TANAH RESIDUAL DI DAERAH LERENG Oleh:
Lebih terperinciAnalisa Stabilitas Lereng akibat Curah Hujan Bulanan dengan Metode Fellenius di Desa Sumbersari DAS Tirtomoyo Wonogiri SKRIPSI
Analisa Stabilitas Lereng akibat Curah Hujan Bulanan dengan Metode Fellenius di Desa Sumbersari DAS Tirtomoyo Wonogiri Slope Stability Analysis cause by Monthly Rainfall with Fellenius Methode in Sumbersari
Lebih terperinciANALISIS NUMERIK STABILITAS LERENG DENGAN DRAINASE HORISONTAL KARENA RAPID DRAWDOWN UNTUK BERBAGAI KEMIRINGAN (178G)
ANALISIS NUMERIK STABILITAS LERENG DENGAN DRAINASE HORISONTAL KARENA RAPID DRAWDOWN UNTUK BERBAGAI KEMIRINGAN (78G) M. Farid Ma ruf Jurusan Teknik Sipil, Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37, Jember Email:
Lebih terperinciStabilitas Lereng Menggunakan Cerucuk Kayu
Agus Darmawan Adi, Lindung Zalbuin Mase Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Theo Pranata, Sebastian Leonard Kuncara PT. Praba Indopersada Desy Sulistyowati PT. PLN (Persero) PUSENLIS
Lebih terperinciPERHITUNGAN FAKTOR KEAMANAN DAN PEMODELAN LERENG SANITARY LANDFILL DENGAN FAKTOR KEAMANAN OPTIMUM DI KLAPANUNGGAL, BOGOR
PERHITUNGAN FAKTOR KEAMANAN DAN PEMODELAN LERENG SANITARY LANDFILL DENGAN FAKTOR KEAMANAN OPTIMUM DI KLAPANUNGGAL, BOGOR Fadhila Muhammad LT* 1, Muhammad Kholik, Syaiful 3 1,2,3 Universitas Ibn Khaldun
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI
BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI 4.1. LONGSORAN DI DAERAH PENELITIAN Di daerah penelitian banyak ditemukan kasus longsoran.
Lebih terperinciANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO. Maya Amalia 1)
35 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 2, Desember 2011 ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO Maya Amalia 1) Abstrak Besaran debit banjir akhir-akhir ini mengalami
Lebih terperinciPemodelan Infiltrasi Air ke Dalam Tanah dengan Alat Kolom Infiltrasi untuk Menghitung Koefisien Permeabilitas Tanah Tidak Jenuh (k w ) ABSTRAK
Jurnal APLIKASI Volume 8, Nomor 1, Pebruari 2010 Pemodelan Infiltrasi Air ke Dalam Tanah dengan Alat Kolom Infiltrasi untuk Menghitung Koefisien Permeabilitas Tanah Tidak Jenuh (k ) Moh Muntaha Staft Pengajar
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS LERENG DI DAS TIRTOMOYO WONOGIRI AKIBAT HUJAN PERIODE ULANG
ANALISIS STABILITAS LERENG DI DAS TIRTOMOYO WONOGIRI AKIBAT HUJAN PERIODE ULANG (Studi Kasus Dusun Damon, Hargorejo, Wonogiri) Analysis of Slope Stability in Wonogiri Tirtomoyo Watershed by The Rain Period
Lebih terperinciAnalisis Stabilitas Lereng Tanah Berbutir Kasar dengan Uji Model Fisik
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 2 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juni 2016 Analisis Stabilitas Lereng Tanah Berbutir Kasar dengan Uji Model Fisik DIANA DESTRI SARTIKA,YUKI
Lebih terperinciPENGARUH SIKLUS PENGERINGAN DAN PEMBASAHAN TERHADAP SIFAT FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK PADA TANAH TANGGUL SUNGAI BENGAWAN SOLO CROSS SECTION
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 PENGARUH SIKLUS PENGERINGAN DAN PEMBASAHAN TERHADAP SIFAT FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK PADA TANAH TANGGUL SUNGAI BENGAWAN SOLO CROSS SECTION 0 500 DESA SEMAMBUNG
Lebih terperinciJl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp
ANALISIS STABILITAS LERENG BERDASARKAN PENGARUH HUJAN BULANAN MAKSIMUM DI DAS TIRTOMOYO WONOGIRI MENGGUNAKAN METODE BISHOP DISEDERHANAKAN (Studi Kasus di Dusun Pagah, Hargantoro, Tirtomoyo, Wonogiri) M.
Lebih terperinciPENGARUH HUJAN PADA STABILITAS LERENG DI JALAN TOL GEMPOL PANDAAN
PENGARUH HUJAN PADA STABILITAS LERENG DI JALAN TOL GEMPOL PANDAAN Dewi Atikah 1, Pitojo Tri Juwono 2, Andre Primantyo Hendrawan 2 1 Mahasiswa Magister Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,
Lebih terperinciPEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK DALAM MERESPON PERUBAHAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DENGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA
PEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK DALAM MERESPON PERUBAHAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DENGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA Supandi Jurusan Teknik Pertambangan, STTNAS Jalan Babarsari, Catur Tunggal, Depok, Sleman Email
Lebih terperinci