Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Pengetahuan Awal Siswa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Pengetahuan Awal Siswa"

Transkripsi

1 Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Pengetahuan Awal Siswa Dasa Ismaimuza (Lektor Kepala pada Pendidikan Matematika FKIP Universitas Tadulako Palu) Abstrak: Penelitian eksperimental ini menggunakan desain 3x2 faktorial. Instrumen yang digunakan meliputi tes kemampuan matematika, nilai rapor, tes kemampuan berpikir kritis matematis, untuk mengkaji dan menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang menerima pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (PBLKK) dan pembelajaran konvensional (KV) ditinjau dari keseluruhan dan pengetahuan awal siswa (tinggi, sedang, dan rendah). Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif PBLKK lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Kata kunci: konflik kognitif, berpikir kritis matematis, PAM PENDAHULUAN Cermin dari pengusaan materi matematika siswa SMP di Indonesia terlihat dari hasil laporan The Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) 1999, Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara, masih jauh dari negara tetangga Singapura yang berperingkat 1, dan Malaysia berperingkat 16. Hasil TIMSS 1999 mengungkapkan bahwa kemampuan matematis siswa Indonesia untuk soal-soal tidak rutin sangat lemah, namun relatif baik dalam menyelesaikan soal-soal fakta dan prosedur (Mullis dkk, 2000). Hasil studi TIMSS tahun 2003 untuk siswa kelas VIII, masih menempatkan Indonesia pada urutan ke-34 dari 46 negara pada penguasaan umum. Pada penguasaan dan pengetahuan tentang fakta, prosedur dan konsep, Indonesia menempati urutan ke-33. Dalam hal penerapan pengetahuan dan pemahaman konsep, Indonesia menempati urutan ke-36. Lima Negara yang memperoleh skor tertinggi dalam kategori-kategori di atas adalah Singapura, Korea, China Taipe, Jepang, dan Hongkong. Hasil TIMSS terbaru tahun 2007 menempatkan Indonesia pada urutan ke 36 dari 48 negara tentang penguasaan matematika untuk siswa sekolah menengah pertama. Selain dari hasil TIMSS 1999 dan 2003, hasil tes Programme for International Student Assesment (PISA) 2003 yang dikoordinir oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan bahwa penguasaan matematika siswa Indonesia pada usia tahun (kelas VIII) berada di peringkat 38 dari 40 negara. Peringkat Indonesia yang baru pertama kali mengikuti PISA relatif sedikit lebih baik daripada Brazil dan Tunisia. Sedangkan negara tetangga yang 11

2 ikut PISA, hanya Thailand yang peringkat penguasaan matematika siswanya berada pada peringkat 36. Peringkat pertama sampai keempat masing-masing China, Finlandia, Korea dan Belanda (Zulkardi, 2005). Survei PISA tahun 2006, Indonesia berada pada urutan ke 52 dari 57 negara dalam hal matematika. Bila dilihat nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) matematika siswa sekolah menengah, rata-rata hasil UN matematika siswa SMP di provinsi Sulawesi Tengah masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1. Tabel 1. Hasil Ujian Nasional Bidang Studi Matematika Tahun Ajaran 2006/2007 Sekolah Rata-Rata Nasional Rata-Rata Sulawesi Tengah Peringkat Nasional Sulawesi Tengah SMP 6,96 6,11 30 MTs 6,89 6,07 31 SMA IPA 7,29 6,69 31 SMA IPS 6,58 5,56 31 Tabel 2. Hasil Ujian Nasional Bidang Studi Matematika Tahun Ajaran 2007/2008 Sekolah Rata-Rata Nasional Rata-Rata Sulawesi Tengah Peringkat Nasional Sulawesi Tengah SMP 7 5,58 29 MTs 6,69 5,83 29 SMA IPA 6,68 6,91 24 SMA IPS 7,1 5,89 32 Dari Tabel 1 dan Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai ujian Nasional bidang studi matematika di Sulawesi Tengah masih di bawah rata-rata nasional untuk semua tingkatan sekolah, untuk tingkat SMP berperingkat 30 atau 29 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Ennis (1996) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses yang bertujuan agar kita dapat membuat keputusankeputusan yang masuk akal, sehingga apa yang kita anggap terbaik tentang suatu kebenaran dapat kita lakukan dengan benar. Menurut Baron dan Stemberg (1987: 10) terdapat lima hal dasar dalam berpikir kritis yaitu praktis, reflektif, masuk akal, keyakinan, dan tindakan. Dari penggabungan lima hal dasar ini maka didefinisikan bahwa berpikir kritis itu adalah suatu pikiran reflektif yang difokuskan untuk memutuskan apa yang diyakini untuk dilakukan. Sejalan dengan itu Marzano et al (1989: 18) mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah sesuatu yang masuk akal, berpikir reflektif yang difokuskan pada apa keputusan yang diyakini, dikerjakan, dan diperbuat. Pendapat Ennis, Baron dan Stemberg, serta Marzano sama dengan pendapat Krulick yang mengemukakan bahwa berpikir kritis itu 12

3 adalah suatu cara berpikir yang menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari suatu situasi masalah, termasuk didalamnya kemampuan untuk mengumpulkan informasi, mengingat, menganalisis situasi, membaca serta memahami dan mengidentifikasi hal-hal yang diperlukan. Berdasarkan pengertian berpikir kritis menurut Krulik dan Rudnick, maka berpikir kritis merupakan berpikir analitis, hal ini disebabkan oleh karena dalam berpikir kritis, kita melakukan selangkah demi selangkah, dilakukan dengan menghubungkan semua informasi yang ada. Berpikir analitis adalah proses berpikir untuk mengklarifikasi, membandingkan, menarik kesimpulan dan mengevaluasi. Berpikir kritis dapat diinterpre-tasikan dalam berbagai cara. Menurut Fisher (1995: 65) berpikir kritis adalah menjelaskan apa yang dipikirkan. Belajar untuk berpikir kritis berarti : belajar bagaimana bertanya, kapan bertanya, apa pertanyaannya, bagaimana nalarnya, kapan menggunakan penalaran, dan metode penalaran apa yag dipakai. Seorang siswa dapat dikatakan berpikir kritis bila siswa tersebut mampu menguji pengalamannya, mengevaluasi pengetahuan, ide-ide, dan mempertimbangkan argumen sebelum mendapatkan justifikasi. Agar siswa menjadi pemikir kritis maka harus dikembangkan sikap-sikap keinginan untuk bernalar, ditantang, dan mencari kebenaran. Kemampuan berpikir kritis matematis yang akan dibahas pada penelitian ini adalah tentang mengidentifikasi, menghubungkan, meng-analis, mengevaluasi dan meme-cahkan masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis, antara siswa yang menerima pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (PBLKK) dan siswa yang belajar secara konvensional ditinjau dari: keseluruhan dan pengetahuan awal matematika siswa (tinggi, sedang, dan rendah?. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena peneliti bermaksud memberikan perlakuan kepada subjek penelitian untuk selanjutnya ingin mengetahui pengaruh dari perlakuan tersebut. Perlakuan tersebut adalah pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (PBLKK) dan pembelajaran konvensional (KV). Kelas yang diajar dengan PBLKK merupakan kelas eksperimen, sedangkan kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional (KV) merupakan kelas kontrol pada SMP di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematis.. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal (student prior knowledge) matematika siswa (PAM). PAM siswa adalah pengetahuan matematika yang telah dimiliki siswa sebelum penelitian ini dilaksanakan. PAM siswa ditentukan oleh tes kemampuan awal matematika dan nilai rapor matematika siswa ketika duduk di kelas VII. Disain eksperimen yang digunakan adalah postets only group disign yang digabung dengan disain 3 2, yaitu tiga kelompok PAM siswa (tinggi, sedang, dan rendah), dan dua 13

4 model pembelajaran (PBLKK dan KV). Disain eksperimen yang digunakan pada penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut: X O O Pada disain eksperimen ini, pengelompokan subjek penelitian dilakukan secara acak (A). Kelompok eksperimen diberi perlakuan pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (X) dan kelompok kontrol mendapat pembelajaran konvensional tanpa perlakuan khusus. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di kota Palu Sulawesi Tengah. Sampel penelitian ini sebanyak 200 orang siswa, terdiri dari 102 siswa yang memperoleh pembelajaran PBLKK (kelas eksperimen) dan 98 siswa yang memperoleh pembelajaran KV (kelas kontrol). Terdapat tiga perangkat pembelajaran atau bahan ajar yang dikembangkan dan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Buku Paket, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan panduan aktivitas bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrumen tes yang terdiri dari seperangkat soal untuk mengukur dan mengetahui kemampuan awal matematika siswa, tes kemampuan berpikir kritis matematis dan rapor siswa kelas VII. Dari penelitian yang akan dilakukan maka diperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif didapat melalui tes kemampuan berpikir kritis. Setelah data diperoleh, kemudian dianalisis untuk didiskripsikan dan diberikan tafsiran-tafsiran. Pengolahan data kuantitatif dilakukan melalui dua tahapan utama. Tahap pertama: menguji persyaratan statistik yang diperlukan sebagai dasar dalam pengujian hipotesis, yaitu uji normalitas sebaran data subyek sampel dan uji homogenitas varians. Tahap kedua: menguji ada atau tidak adanya perbedaan dari masingmasing kelompok dengan menggunakan Uji-t, ANAVA satu jalur dengan bantuan perangkat lunak SPSS-17 for Windows. HASIL Pengetahuan awal matematika siswa adalah pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung. Pengetahuan awal matematika merupakan ratarata dari nilai tes kemampuan matematika, nilai rapor matematika siswa pada semester I dan II di kelas VII SMP. Untuk mengetahui kesetaraan sampel penelitian, perlu dilakukan analisis statistik uji perbedaan rata-rata dari skor pengetahuan awal matematika. Sebelum dilakukan uji perbedaan rata-rata, perlu dilakukan uji normalitas dan homogenitas varians data. Hipotesis yang diuji adalah: H 0 :Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H a :Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Kriteria pengujian: jika nilai sig. dari uji Kolmogorov-Smirnov Z lebih besar dari = 0,05, maka hipotesis nol diterima. Hasil uji normalitas data PAM siswa berdasarkan pada level sekolah dan model pembelajaran disajikan pada Tabel 3. 14

5 Level Sekolah Tinggi Sedang Rendah Tabel 3. Uji Normalitas Data PAM Model Pemb. n Rata-rata K-S (Z) Sig. H 0 PBLKK 34 62,970 0,805 0,536 Terima KV 31 65,968 0,620 0,837 Terima PBLKK 37 67,973 0,805 0,467 Terima KV 39 65,897 0,491 0,969 Terima PBLKK 31 61,397 0,814 0,522 Terima KV 28 61,654 0,614 0,845 Terima Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai sig dari kedua model pembelajaran pada setiap level sekolah lebih besar dari 0,05, ini berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas PAM berdasarkan model pembelajaran disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Uji Normalitas Skor PAM berdasarkan Model Pembelajaran Model Pemb. n Rata-rata K-S (Z) Sig. H 0 PBLKK ,3070 1,040 0,229 Terima KV 82 64,7077 0,731 0,660 Terima Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa nilai sig. dari kedua model pembelajaran lebih besar dari 0,05, ini berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian Hipotesis 1: H 0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran PBLKK dan pembelajaran KV H a : Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran PBLKK dan pembelajaran KV. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika nilai sig. lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol (H 0 ) diterima. Sebelum hipotesis diuji, perlu dilihat normalitas data dan homogenitas varians dari kemampuan berpikir kritis matematis berdasarkan pada pembelajaran PBLKK dan KV. Hasil perhitungan uji normalitas kemampuan berpikir kritis matematis disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis berdasarkan Pembelajaran Model Pembelajaran. n Rata-rata K-S Asyimp.Sig.( (Z) 2-tailed) H 0 PBLKK ,314 1,281 0,75 Terima KV 98 60,714 0,978 0,294 Terima 15

6 Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa nilai asyimp.sig.(2-tailed) dari kedua model pembelajaran lebih besar dari 0,05, ini berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian, data kemampuan berpikir kritis matematis berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji-t kemampuan berpikir kritis berdasarkan pembelajaran PBLKK dan KV disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Uji t Kemampuan berpikir Kritis Matematis Berdasarkan Pembelajaran Kemampuan t dk sig. (2-tailed) H 0 Kritis 2, ,000 Tolak Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai sig. kemampuan berpikir matematis lebih kecil dari 0,05. Ini berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran PBLKK dan pembelajaran KV. Dari data nilai rata-rata terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran PBLKK lebih tinggi dibandingkan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.. Pengujian Hipotesis 2. Hipotesis yang diuji adalah: H 0 : Tidak terdapat perbedaan kemam-puan berpikir kritis matematis siswa setelah memperoleh pembelajaran PBLKK berdasarkan pengetahuan awal matematika (PAM) siswa. H a :Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah memperoleh pembelajaran PBLKK berdasarkan pengetahuan awal matematika (PAM) siswa. Kriteria pengujian adalah jika nilai sig. lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis nol diterima. Distribusi kemampuan berpikir kritis matematis siswa berdasarkan pengetahuan awal matematika (PAM) siswa dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis berdasarkan PAM Siswa PAM n Rata-rata Simpangan Baku Tinggi 4 92,5000 6,45497 Sedang 65 71, ,46859 Rendah 33 61, ,55725 Perbandingan kemampuan berpikir kritis matematis berdasarkan PAM siswa dapat dilihat pada Tabel 7. Dari tabel tersebut terlihat bahwa berdasarkan PAM siswa, maka kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran PBLKK masih lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Selisih yang 16

7 paling besar terjadi pada siswa dengan PAM rendah, diikuti oleh PAM sedang dan PAM tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran PBLKK memberi pengaruh yang besar pada PAM rendah. Jadi PBLKK sangat cocok untuk siswa dengan PAM rendah. Setelah dilakukan uji homogenitas data kemampuan berpikir kritis berdasarkan pengetahuan awal matematika (PAM) siswa, maka untuk melihat apakah ada perbedaan kemampuan kritis matematis berdasarkan pengetahuan awal matematika (PAM) siswa maka dilakukanlah uji ANAVA. Kriteria pengujian adalah jika nilai sig. lebih kecil dari = 0,05, maka hipotesis nol ditolak. Hasil perhitungan ANAVA kemampuan berpikir kritis matematis berdasarkan PAM disajikan pada Tabel 8. Pada Tabel 8 terlihat bahwa nilai sig. kemampuan berpikir kritis matematis berdasarkan pengetahuan awal matematika (PAM) siswa lebih kecil dari 0,05. Ini berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis siswa berdasarkan pengetahuan awal matematika (PAM) siswa. Untuk melihat pada PAM siswa mana saja yang berbeda maka dilakukan uji Scheffe yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8 Uji ANAVA Kemampuan Berpikir Kritis terhadap PAM Siswa Sumber Jumlah Kuadrat dk Kuadrat Rata-rata Antar Kelompok 4524, ,083 19,622 0,000 Dalam Kelompok 11413, ,284 Total 15937, F Sig. Kemampuan berpikir kritis yang berbeda secara signifikan berdasarkan pengetahuan awal matematika (PAM) siswa dapat dilihat dari nilai sig. yang lebih kecil dari 0,05. Dari tabel 9 dapat disimpulkan kemampuan berpikir kritis matematis yang berbeda secara signifikan adalah untuk PAM siswa tinggi dengan PAM siswa sedang, PAM siswa tinggi dengan PAM siswa rendah, dan PAM siswa sedang dengan PAM siswa rendah. Dari analisis yang dilakukan maka PBLKK cocok untuk setiap PAM. Tabel 9 memberi gambaran deskripsi tentang kemampuan berpikir kritis matematis siswa, dimana siswa yang memperoleh pembelajaran PBLKK secara keseluruhan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran KV, hal ini dapat dilihat dari perolehan skor rata-rata PBLKK sebesar 69,22 sedangkan rata-rata pembelajaran konvensional sebesar 60,92. Untuk tiap level sekolah, siswa yang memperoleh pembelajaran dengan PBLKK kemampuan berpikir kritisnya masih lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 17

8 Tabel 9 Uji Scheffe Kemampuan Berpikir Kritis berdasarkan PAM Siswa (I) PAM (J) PAM Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Tinggi Sedang 20,80769 * 5, ,001 Rendah 30,98485 * 5, ,000 Sedang Tinggi -20,80769 * 5, ,001 Rendah 10,17716 * 2, ,000 Rendah Tinggi -30,98485 * 5, ,000 Sedang -10,17716 * 2, ,000 PEMBAHASAN Berdasarkan pada hipotesis 2, setelah dilakukan perhitungan dan analisis tentang normalitas, homogenitas, dan uji Kolmogorov- Smirnov maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran PBLKK dan pembelajaran KV. Artinya bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran PBLKK lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar secara konvensional. Gambaran umum kualitas kemam-puan berpikir kritis matematis siswa berdasarkan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan beberapa hal berikut. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran PBLKK lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran KV. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa Saran Pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (PBLKK), hendaknya berdasarkan pada model pembelajaran, dan pengetahuan awal matematika (PAM) siswa disajikan pada Tabel 9. Rata-rata kemampuan kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran PBLKK dengan PAM tinggi = 92,50, sedang = 71,69 dan rendah = 61,52. Rata-rata ini masih lebih tinggi dari rata-rata kemampuan kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran KV dengan PAM tinggi = 87,500, sedang = 64,64 dan rendah = 48,85. Jadi siswa yang memperoleh pembelajaran PBLKK lebih tinggi dari siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional berdasarkan PAM siswa. berbeda berdasarkan pengetahuan awal matematika (PAM) siswa, yaitu untuk PAM siswa tinggi dengan PAM siswa sedang, PAM siswa tinggi dengan PAM siswa rendah, dan untuk PAM siswa sedang dengan PAM siswa rendah. dapat terus dikembangkan di lapangan dan dijadikan sebagai alternatif pilihan guru dalam pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan 18

9 pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta sikap positif siswa dalam matematika; melibatkan aktivitas siswa secara optimal; memfasilitasi siswa menemukan dan membangun pengetahuannya; menciptakan suasana pembelajaran lebih kondusif, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk bebas melakukan eksplorasi. Dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (PBLKK) dengan tujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, guru perlu mempersiapkan secara baik dan mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada saat proses pembelajaran serta mempertimbangkan kemampuan siswa. Beberapa hal yang perlu diper-hatikan dalam mengimplemen-tasikan pembelajaran PBLKK yaitu: bahan ajar hendaklah berupa masalah yang lebih menantang dan memicu terjadinya konflik kognitif, sehingga dapat mengembangkan setiap aspek kemampuan berpikir secara optimal; pertanyaan arahan yang diajukan oleh guru sebaiknya bersifat terbuka supaya dapat melatih siswa dalam berpikir. Guru matematika hendaknya mencoba mengkombinasikan satu model pembelajaran dengan model pembelajaran lain yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Melalui cara seperti itu diharapkan pembelajaran berjalan tidak monoton dan membosankan. Dengan memperhatikan temuan bahwa berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (PBLKK) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta sikap siswa, diharapkan menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan untuk mengadakan perubahan-perubahan terhadap paradigma pembelajaran matematika. Perlu diteliti bagaimana proses konflik kognitif itu terjadi pada siswa, tingkatan konflik kognitif serta bagaimana cara mengatasinya. DAFTAR RUJUKAN Baron, J. B and Sternberg, R. J. (1987). Teaching Thinking Skills : Theory and Practice. (New York : W. H. Freeman and Company). Ennis, R. H, (1996). Critical Thinking. (United States of America: Prentice-Hall Inc). Fisher, R. (1995). Thinking Children to Think, Cheltenham, (United Kingdom : Stanley Thornes Ltd). Marzano, R. J et.al. (1989). Dimention of Thingking : A Framework for Curricullum and Instruction. (Alexanderia US : Association for Supervision and Curriculum Development). Mayadina, D. (2005). Pembelajaran dengan Pendekatan Diskursus untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Mahasiswa Calon Guru Sekolah Dasar. (Bandung: Tesis UPI tidak dipublikasi). Mudrikah, A. (2006). Penggunaan Model Pembelajaran Konsep Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik dan Ketrampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. (Bandung: Tesis UPI tidak dipublikasi) Mullis, I.V.S dkk. (2000). TIMSS 1999: Trends in Mathematics and Science Study: Assessment Frameworks and Specifications International 19

10 Report. (Boston: The International Study Center) Mullis, I.V.S dkk. (2004). TIMSS 2003: Trends in Mathematics and Science Study: Assessment Frameworks and Specifications International Report. (Boston: The International Study Center) Mullis, I.V.S dkk. (2008). TIMSS 2007: Trends in Mathematics and Science Study: Assessment Frameworks and Specifications International Report. (Boston: The International Study Center). Zulkardi (2005). Pendidikan Matematika di Indonesia Beberapa Permasalahan dan Upaya Penyelesaiannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Pendidikan Matematika (Palembang: FKIP UNSRI). 20

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SIKAP SISWA SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SIKAP SISWA SMP PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SIKAP SISWA SMP Dasa Ismaimuza Abstrak: Kemampuan berpikir kritis matematis, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari berbagai studi, baik yang berskala internasional maupun nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dari berbagai studi, baik yang berskala internasional maupun nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari berbagai studi, baik yang berskala internasional maupun nasional menunjukan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU P-30 Risnanosanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Bengkulu Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena peneliti melakukan pemberian perlakuan kepada subjek penelitian untuk selanjutnya ingin diketahui

Lebih terperinci

P-34 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

P-34 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK P-34 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK Nila Kesumawati (nilakesumawati@yahoo.com) FKIP Universitas PGRI Palembang ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai jenjang pendidikan dasar. Matematika timbul karena olah pikir manusia yang berhubungan dengan ide, proses

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 PM - 26 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Viviana Muplihah (Fakultas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Nila Kesumawati Email: nilakesumawati@yahoo.com ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Nila Kesumawati Email: nilakesumawati@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik melalui Metode Inkuiri Model Alberta

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik melalui Metode Inkuiri Model Alberta Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik melalui Metode Inkuiri Model Alberta Depi Setialesmana Pendidikan Matematika,FKIP,UNSIL, depi_setia23@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini dibahas hasil penelitian dengan analisis data yang diperoleh, perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

Lebih terperinci

SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. M. Gilar Jatisunda 1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. M. Gilar Jatisunda 1) PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL M. Gilar Jatisunda 1) 1) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Majalengka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Ihsan (2011: 2) menyatakan bahwa pendidikan bagi kehidupan

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT-OREOVOCZ DAN PEMBELAJARAN TEKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT-OREOVOCZ DAN PEMBELAJARAN TEKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT-OREOVOCZ DAN PEMBELAJARAN TEKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP Nego Linuhung FKIP Universitas Muhammadiyah Metro E-mail: nego_mtk@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Yaitu sumber daya yang dapat bersaing dan. menetapkan keputusan dengan daya nalar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Yaitu sumber daya yang dapat bersaing dan. menetapkan keputusan dengan daya nalar yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi seperti saat ini, bangsa Indonesia dituntut untuk dapat bersaing dengan bangsa lain, dan menghasilkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP Oleh: Imas Teti Rohaeti (1) Bambang Avip Priatna (2) Endang Dedy (2) ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONECTED MATHEMATICS PROJECT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONECTED MATHEMATICS PROJECT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONECTED MATHEMATICS PROJECT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP Lucy Asri Purwasi STKIP-PGRI Lubuklinggau; asripurwasi@gmail.com Abstract. Tujuan dalam penelitian

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa di Madrasah Tsanawiyah Kota Tangerang Selatan

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa di Madrasah Tsanawiyah Kota Tangerang Selatan SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 132 Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa di Madrasah Tsanawiyah Kota

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Ramdhan F. Suwarman, 1 Akmal Aulia Candra 2 1 Universitas Suryakancana ramdhan.dans@gmail.com

Lebih terperinci

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Risnanosanti Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMB Email : rnosanti@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING Tutit Sarimanah SMP Negeri 1 Cianjur tutitsarimanah@yahoo.com ABSTRAK Kemampuan berpikir kritis matematik penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat. Manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu membangun kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

Unnes Journal of Mathematics Education

Unnes Journal of Mathematics Education UJME 5 (1) (2016) Unnes Journal of Mathematics Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme PENGARUH PBL PENDEKATAN KONTEKSTUAL STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DAN KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan negara saat ini tidak terlepas dari mutu SDM-nya. Salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan mutu SDM adalah pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membangun bangsa. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut Puspendik (2012: 2), kualitas

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING

PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING P-31 Oleh : Abd. Qohar Dosen Jurusan Matematika F MIPA UM, Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika UPI e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang banyak digunakan dan dimanfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan pada hampir semua mata pelajaran yang

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Divergen Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Divergen Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 142 Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Divergen Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Rino Richardo, Risdawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jika ditelisik pencapaian prestasi belajar IPA (biologi) siswa Indonesia menurun. Siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan

Lebih terperinci

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF Nahor Murani Hutapea Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau, Pekanbaru, e-mail: nahor_hutapea@yahoo.com Abstrak. Kemampuan komunikasi matematis (KKM) belum berkembang secara baik, diperkirakan dapat

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill Feri Haryati Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email : ririmida@yahoo.com ABSTRAK. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai undangundang dasar yang berlaku. Begitu pula Bangsa Indonesia memiliki tujuan nasional yang tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang membosankan bagi siswa, tak terkecuali di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan penyelenggaraan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi ini. Setiap negara berlomba-lomba dalam kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Kemampuan IPA peserta didik Indonesia dapat dilihat secara Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah Suska Journal of Mathematics Education (p-issn: 2477-4758 e-issn: 2540-9670) Vol. 2, No. 2, 2016, Hal. 97 102 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah Mikrayanti

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS Sovian Hakim 1, Sri Hastuti Noer 2, Pentatito Gunowibowo 2 abbi_ian3@yahoo.com 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam setiap jenjang pendidikan, merupakan ilmu universal yang mendasari teknologi modern, mempunyai peranan

Lebih terperinci

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMAN 9 MAKASSAR EFFECTIVENESS THE USE OF COOPERATIVE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah pondasi penting dalam pengembangan sains dan teknologi. Tanpa adanya pondasi fisika yang kuat, keruntuhan akan perkembangan sains dan teknologi

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATANANG S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATANANG S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan matematika sebagai ilmu yang berhubungan dengan cara berpikir, berkomunikasi, dan menyelesaikan masalah dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA Sulis Widarti 1, Tina Yunarti 2, Rini Asnawati 2 sulis_widarti@yahoo.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR MATEMATIS SISWA

EFEKTIFITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR MATEMATIS SISWA EFEKTIFITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR MATEMATIS SISWA Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, UPY email: sagita.laela@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL LITERASI MATEMATIKA

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL LITERASI MATEMATIKA Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL LITERASI MATEMATIKA M. Rusli B 1, Aswar Anas 2 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

Komparasi Kemampuan Penalaran Siswa Kelas VIII antara Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Two Stay-Two Stray (TS-TS)

Komparasi Kemampuan Penalaran Siswa Kelas VIII antara Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Two Stay-Two Stray (TS-TS) SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM -77 Komparasi Kemampuan Penalaran Siswa Kelas VIII antara Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Two Stay-Two Stray (TS-TS) Fadhilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu berpikir kritis di era globalisasi. Salah satunya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena pendidikan dapat mengembangkan potensi diri seseorang untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam upaya membentuk generasi bangsa yang siap menghadapi masalah-masalah di era globalisasi. Namun, kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah penalaran Nurbaiti Widyasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah penalaran Nurbaiti Widyasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengambilan keputusan terhadap masalah yang dihadapi oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari tentu tidak terlepas dari aspek-aspek yang mempengaruhinya. Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM), sejalan dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Rusdi Setiono 1, Sri Hastuti Noer 2, Widyastuti 2 rusdisetiono.354@gmail.com 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam bidang ekonomi, geografi,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS V SD

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS V SD PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS V SD Aprianto Akasi, Marcella, Muhammad Iqbal Perdana Program Studi Pendidikan Matematika STKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika, idealnya siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman dan pengetahuan yang dikembangkan oleh siswa sesuai perkembangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah penelitian, hasil analisis data, temuantemuan dalam penelitian, dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Maulana

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Maulana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia. Melalui berpikir, manusia dapat menyelesaikan masalah, membuat keputusan, serta memperoleh pemahaman

Lebih terperinci

PENDEKATAN EKSPLORATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

PENDEKATAN EKSPLORATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENDEKATAN EKSPLORATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA Siti Maryam 1, Isrok atun 2, Ani Nur Aeni 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum sekolah mulai dari SD sampai dengan SMA. Matematika perlu diberikan kepada siswa agar

Lebih terperinci

Pendekatan Pembelajaran Metacognitive Scaffolding dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMA

Pendekatan Pembelajaran Metacognitive Scaffolding dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Pendekatan Pembelajaran Metacognitive Scaffolding dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMA

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS Noviana Laksmi 1, Nurhanurawati 2, Rini Asnawati 2 novianalaksmi@yahoo.co.id 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor penentu kualitas kehidupan suatu bangsa adalah bidang pendidikan. Pendidikan sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, terbuka

Lebih terperinci

Jaya Dwi Putra. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Korespondensi:

Jaya Dwi Putra. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Korespondensi: PYTHAGORAS, Vol. 3(2): 85-98 ISSN 2301-5314 Oktoberr 2014 PENERAPAN ACCELERATED LEARNING DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Jaya Dwi Putra Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka diperoleh data kuantitatif maupun data kualitatif. Data kuantitatif meliputi hasil pretes dan hasil postes pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan, kurikulum dalam pendidikan formal mempunyai peran yang sangat strategis. Kurikulum memiliki kedudukan dan posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Artikel) Oleh KHOIRUNNISA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 PENGARUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Menurut UU RI tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

Keterangan : X = Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMR O = Tes KIM dan KBKM

Keterangan : X = Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMR O = Tes KIM dan KBKM 3.1 Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu karena dilakukan pada siswa dalam kelas yang sudah terbentuk, dengan menerapkan pendekatan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan yang paling penting dan meresap di sekolah adalah mengajarkan siswa untuk berpikir. Semua pelajaran sekolah harus terbagi dalam mencapai tujuan ini

Lebih terperinci

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro   Abstract PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT- OREOVOCZ DALAM PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP DITINJAU DARI PENGETAHUAN AWAL MATEMATIS (PAM) SISWA Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Strategi Inkuiri Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Strategi Inkuiri Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Suska Journal of Mathematics Education Vol.2, No. 1, 2016, Hal. 52 56 Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Strategi Inkuiri Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Lies Andriani Program

Lebih terperinci

P 46 BERPIKIR KREATIF SISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM PEMECAHAN MASALAH

P 46 BERPIKIR KREATIF SISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM PEMECAHAN MASALAH P 46 BERPIKIR KREATIF SISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM PEMECAHAN MASALAH Karim FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya karim_unlam@hotmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil angket siswa dan lembar observasi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam 18 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung tahun pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses berpikir selalu terjadi dalam setiap aktivitas manusia yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan, maupun untuk mencari pemahaman.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DENGAN TPS

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DENGAN TPS PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DENGAN TPS Amelia Susantika 1, Tina Yunarti 2, Pentatito Gunowibowo 2 Amelia_Susantika@ymail.com 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 104 Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA Samsul Feri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bandar Lampung. Kelas VIII di SMP Negeri 24 Bandar Lampung terdiri dari

METODE PENELITIAN. Bandar Lampung. Kelas VIII di SMP Negeri 24 Bandar Lampung terdiri dari 1 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Bandar Lampung. Kelas VIII di SMP Negeri 4 Bandar Lampung terdiri dari sepuluh kelas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA Annissawati 1, Sri Hastuti Noer 2, Tina Yunarti 2 annissawati@gmail.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Pedagogy Volume 2 Nomor 2 ISSN 2502-3802 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Jumarniati 1, Shindy Ekawati 2 Universitas

Lebih terperinci

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 1 No.2 November 2015

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 1 No.2 November 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING DAN LEARNING (CTL) Rika Rostikaningsih, Uba Umbara, Ir. Irmakhamisah. STKIP Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Demikian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs Nego Linuhung 1), Satrio Wicaksono Sudarman 2) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Suharyanto NIM S

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Suharyanto NIM S 0 EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) YANG DIMODIFIKASI PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hudojo (2001, hlm. 45) menyatakan bahwa matematika merupakan pengembang cara berpikir sehingga sangat diperlukan untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ratunya ilmu (Mathematics is the Queen of the Sciences), maksudnya yaitu matematika itu tidak bergantung pada bidang studi lain. Matematika

Lebih terperinci

Media Pembelajaran Berbasis Open-Ended, Peningkatan Kemampuan High Order Thingking Dan Self Regulated Learning

Media Pembelajaran Berbasis Open-Ended, Peningkatan Kemampuan High Order Thingking Dan Self Regulated Learning SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Media Pembelajaran Berbasis Open-Ended, Peningkatan Kemampuan High Order Thingking Dan Self Regulated Learning Sri Hastuti Noer Dosen Pendidikan

Lebih terperinci