PENYIMPANGAN GRAMATIKAL PADA PUISI SAJAK PUTIH KARYA CHAIRIL ANWAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYIMPANGAN GRAMATIKAL PADA PUISI SAJAK PUTIH KARYA CHAIRIL ANWAR"

Transkripsi

1 Linguistika Akademia Vol.1, No.1, 2012: 59~72 ISSN: PENYIMPANGAN GRAMATIKAL PADA PUISI SAJAK PUTIH KARYA CHAIRIL ANWAR Husnul Muhaiminah ABSTRACT One of the causes that makes poem differs from othe literary work is the poet use his creativity in using language to make a poem. Include in grammatical deviation that a poet does purposely to get a beautiful poem. This paper aims to reveal the forms of grammatical deviation in the level of morphology and syntax in Sajak Putih. The method which is used in this research is descriptive analysis to get comple information and knowledge. The result of this research shows that there are some deviation in level of morphology and syntax. e.g : morphology deaviation in process of affixation, where it often omits of morpheme which is needed in affixation process. ABSTRAK Salah satu hal yang membuat puisi berbeda dari karya satra lainnya adalah karena penyair menggunakan kekreatifannya dalam bahasa untuk menciptakan sebuah puisi. Termasuk dalam penyimpangan gramatikal yang penyair lakukan dengan sengaja untuk memperoleh suatu puisi yang indah. Seperti pada puisi Chairil Anwar yang berjudul Sajak Putih. Paper ini bertujuan untuk menyingkap segala bentuk penyimpangan gramatikal pada tataran morfologi dan sintaksis yang terjadi pada puisi Sajak Putih. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif untuk menemukan informasi dan kelengkapan pengetahuan yang diperlukan. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukan bahwa terdapat beberapa penyimpangan dalam tataran morfologi dan sintaksis, misalnya pada penyimpangan tataran morfologi yaitu dalam proses afiksasi, dimana sering terjadi penghilangan morfem yang dibutuhkan dalam proses afiksasi. Kata kunci: penyimpangan, gramatikal, puisi. A. PENDAHULUAN Sejak jaman dahulu hingga sekarang, puisi merupakan karya sastra yang populer. Karya sastra ini lahir dari sebuah pemikiran seorang penyair, dipandang sebagai pengalaman seseorang baik itu dapat dilihat secara langsung atau tidak. Hasil karya pemikiran ini merupakan karya yang memiliki kandungan kebahasaan yang

2 60 kompleks. Dengan berbagai unsur-unsur yang ada di dalamnya seperti unsur bahasa dan estetika yang saling melengkapi, maka puisi ini memiliki keterkaitan makna antara satu dengan yang lainnya. Pada hakikatnya, puisi merupakan sebuah karya yang merupakan bentuk yang menurut pada aturan tata bahasa dengan makna yang terikat pada aturan bahasa itu. Namun dalam mengungkapkan sebuah gagasan dalam puisi, seorang penyair memiliki cara mereka sendiri. Bahasa dalam puisi sedikit berbeda dengan bahasa ilmiah lainnya. Puisi mempunyai kekhasan tersendiri, pertama adalah ketidaklangsungan ekspresi atau makna yang disebabkan oleh tiga hal: (Riffaterre, 1978: 2) pertama adalah penggantian arti (displacing of meaning), kedua adalah penyimpangan arti (distorting of meaning), dan yang ketika adalah penciptaan makna (creating of meaning). Ketidaklangsungan gagasan atau makna tersebut merupakan suatu ekspresi dari seorang penyair. Oleh karena itu, dalam memahami sebuah puisi, tidak hanya dibutuhkan kemampuan dalam memahami kode sastra, namun juga harus memiliki kemampuan dalam memahami kode bahasa. Dalam hal ini, puisi itu sendiri memiliki ketatabahasaan dalam puisi yang dinamakan lisensa poetika, di mana lisensa poetika itu sendiri adalah hak seorang penyair untuk mengabaikan aturan dan kesepakatan secara umum yang dianut oleh para pengguna bahasa (Leech, 1969: 36). Kebebasan itu diartikan sebagai sebuah kebebasan yang diberikan kepada penyair ntuk memanipulasi penggunaan bahasa untuk menimbulkan efek tertentu dalam karyanya. Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para penyair ini menyebabkan sulitnya bagi para pembaca untuk memahami sebuah pesan atau isi yang terkandung dalam sebuah puisi. Fenomena seperti ini sangat wajar ditemui di Indonesia. Oleh karena itu, cukup penting bagi penulis untuk meneliti penyimpanganpenyimpangan yang terjadi dalam puisi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui segi-segi penyimpangan dalam puisi di Indonesia khususnya pada puisi Chairil Anwar yang berjudul Sajak Putih. Dalam teori lisensa poetika, terdapat beberapa jenis-jenis penyimpangan gramatikal yang ada dalam puisi. Dalam penelitian kali ini, penulis membatasi hanya dalam aspek morfologis dan Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72

3 Linguistika Akademia ISSN: sintaksis. Dalam penelitian ini, akan diketahui pola-pola penyimpangan yang terjadi dalam puisi Chairil Anwar tersebut. Masalah pokok dalam penelitian adalah (1) bagaimana wujud penyimpangan morfologis dalam puisi Chairil Anwar Sajak Putih, (2) bagaimana wujud penyimpangan sintaksis dalam puisi Chairil Anwar Sajak Putih, (3) perumusan pola penyimpangan kaidah morfologis dan sintaksis dalam puisi Chairil Anwar Sajak Putih. Kedua masalah pokok ini merupakan ruang lingkupnya dari beberapa rumusan masalah, yaitu penyimpangan pada kontruksi kata, penyimpangan kontruksi frasa, penyimpangan kontruksi klausa, upaya penyerdehanaan ungkapan, dan perumusan pola pada penyimpangan kaidah morfologis dan sintaksis. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, dimana metode analisis deskriptif dilakukan untuk menemukan informasi dan kelengakapan pengetahuan tentang objek yang diteliti yang kali ini berupa salah satu karya satra yaitu puisi. B. LANDASAN TEORI Penelitian ini berdasarkan pada teori linguistik strukturalis yang mengacu pada teori Fungsi Estetika yang dicetuskan oleh Jan Mukarovsky pada tahun 1930-an dan awal tahun 1940-an. Jan Mukarovsky adalah salah satu tokoh dalam aliran Praha. Aliran Praha itu sendiri adalah salah satu pengikut aliran Saussure, teori Strukturalisme. Aliran Praha memfokuskan penelitian-penelitiannya pada fungsi kegunaan bahasa. Teori fungsi estetika ini sendiri oleh Jan Mukarovsky dituangkan dalam bukunya Aesthetic Function, Norm, and Value as Social Facts. Fungsi estetik itu sendiri menurut Mukarovsky adalah penyimpangan unsur-unsur linguistik yang sengaja untuk maksud estetika. Ia menyebutkan bahwa munculnya telaah estetik tidak lepas dari penelitian formal struktural. Jika telaah struktural hanya menekankan pada telaah makna sehingga aspekaspek yang mengungkapkan fakta estetik seperti terabaikan, kemudian muncul telaah estetika. Telaahnya ini sangat tepat dikembangkan dalam bidang penerjemahan dan karya sastra, dan dengan teorinya ini ia dianggap sebagai peletak dasar Teori Resepsi Sastra. (Chaedar, 1993: 40) Penyimpangan Gramatikal pada Puisi Sajak Putih (Husunul Muhaiminah)

4 62 Penelitian ini juga mengikuti teori linguistik struktural yang menegaskan bahwa objek linguistik adalah langue dan untuk menelaahnya diperlukan parole, yaitu fenomena atau data linguistik yang sebenarnya. Langue itu tidak lain dari sistem suatu bahasa yang akan dideskripsikan secara sinkronik sebagai satu kesatuan elemen yang saling berkaitan, dalam langue juga terdapat pola yang fleksibel yang memungkinkan adanya variasi dalam unit serta pemilihan dan penyusunan unit-unit sejauh tidak melanggar batas. Distorsi (penyimpangan) yang diturunkan Jan Mukarovsky merupakan penyimpangan pola dalam norma sosial, namum masih dibatasi sistem tanda, karena unit-unit yang menyimpang itu juga berasal dari sistem itu sendiri. Dalam kritik sasra, istilah ini dinamakan deautomatization (deautomatisasi atau defamiliarisasi) Dalam puisi, unit-unit lingual di dalamnya diproses secara berbeda atau lain dari kaidah umum gramatika bahasa Indonesia, maka ini juga dikategorisasikan sebagai wujud penyimpangan gramatikal. Penyimpangan gramatikal ini selanjutnya diidentifikasi menjadi penyimpangan-penyimpangan kaidah morfologis dan sintaktis. Puisi juga terikat dengan sajak, baris, tekanan, dan intonasi di samping pemilihan kata dan tertib susunannya. Kesemua ini membentuk puisi sebagai satu kesatuan sebuah karya sastra. Sebagai kesatuan deautomisasi, yang kemudian sewaktu menikmatinya kita mengembalikan pada biasanya, pola yang normal yang mudah dipahami sehari-hari. Proses tersebut dinamakan naturalisasi. C. ANALISIS SAJAK PUTIH Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72

5 Linguistika Akademia ISSN: Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah... Penyimpangan gramatikal yang terjadi pada tataran morfologis bertujuan untuk mendapatkan variasi stilistika dengan bentuk kata yang kontras dengan kata yang biasa digunakan oleh masyarakat umum. Selain juga digunakan untuk mendapatkan konstruksi kata yang lebih singkat dan mendapatkan rima yang diinginkan oleh penyair. Penyimpangan pada tataran morfologis ini biasanya terjadi dalam afiksasi, reduplikasi, dan dalam kata majemuk. Dalam penyimpangan tataran sintaksis, bertujuan untuk mendapatkan bentuk bahasa yang tidak biasa atau kreatif, selain itu juga bertujuan untuk menekankan ungkapan-ungkapan yang ada di puisi, dan juga untuk memperindah pemaknaan dalam puisi tersebut dan juga untuk keperluan penataan irama pada puisi tersebut. Bentuk-bentuk penyimpangan gramatikal dalam tataran sintaksis biasanya dalam puisi di Indonesia, ditandai dengan gejala urutan yang tidak sesuai dengan kaidah sintaksis, penghilangan morfemmorfem tertentu dan terbentuknya kombinasi-kombinasi baru yang berbeda dan tidak mengindahkan dengan kaidah tata bahasa Indonesia. 1) Bersandar pada tari warna pelangi Bersandar pada tari berwarna pelangi Pada baris pertama dari puisi Chairil Anwar yang berjudul Sajak Putih ini, dimulai dengan bersandar pada tari warna pelangi. Kalimat pertama dari puisi ini mempunyai makna bahwa ada seorang gadis yang duduk di depan si aku. Dan si aku itu, ia bersandar pada suatu senja yang indah penuh dengan warnawarni pelangi. Pada kalimat pertama pada puisi ini, terdapat satu kata yang masuk dalam penyimpangan gramatikal, yaitu penyimpangan pada tataran morfologi dan tataran sintaksis. a. Penyimpangan pada tataran morfologi, itu bisa dilihat pada kata warna. Jika dilihat dari makna yang sebenarnya atu makna yang tersirat dalam kalimat tersebut. Dalam hal ini Penyimpangan Gramatikal pada Puisi Sajak Putih (Husunul Muhaiminah)

6 64 ada dua pilihan kata yang sebenarnya ingin diungkapkan oleh si penyair adalah berwarna. Dengan kata lain, penyimpangan kaidah morfologi ini terjadi pada tataran kata dengan penghilangan afiksasi sebagai permasalahannya. Dalam hal ini, penyair berupaya untuk menyederhanakan kata yang digunakan dalam puisinya dengan menghilangkan afiksasi. b. Pada hal tataran sintaksis, kata warna yang berkaitan dengan frasa tari warna pelangi juga mengalami penyimpangan pada tataran frasa. Dimana dalam kaidah bahasa Indonesia dengan penggunaan EYD, kata sifat warna pelangi yang menjelaskan kata nominal tari tidak sesuai dengan kaidah. Kata warna disini mempunyai kelompok kata yang sama dengan tari, yaitu kelompok kata nominal. Maka itu untuk merubah dari nominal menjadi adjektiva untuk menjelaskan kata tari, kata warna diberi imbuhan prefiks ber-. Sehingga ia akan berbunyi tari berwarna pelangi. Pada kaidah sintaksis, kata warna menyimpang dalam kontruksi frasa. 2) Kau depanku bertudung sutra senja Kau di depanku bertudung sutra senja Pada baris kedua ini terdapat kalimat kau depanku bertudung sutra senja. Kalimat ini bermakna bahwa seorang gadis yang menggunakan tudung sutra pada senja hari. Dalam kalimat ini, hanya terdapat satu jenis penyimpangan gramatikal, yaitu penyimpangan pada tataran sintaksis. Pada saat penulis menginterpretasikan makna yang terkandung dalam kalimat tersebut, situasi pada saat itu adalah ada seorang gadis yang sedang duduk di depan si aku. maka sewajarnya penyair menggunakan kata di depan. Di sinilah terdapat penyimpangan sintaksis. Di mana pada sintaksis terdapat kaidah tentang preposisi atau dapat dikatakan sebagai kata keterangan tempat. Pada kaidah preposisi, biasanya di awali dengan kata-kata seperti ke di dari dan lainnya. Namun pada kalimat kau depanku bertudung sutra senja, kata di yang seharusnya berada di depan kata depanku telah dihilangkan oleh sang penyair. Pada kalimat ini, penyimpangan dalam tataran sintaksis terlihat dalam bentuk penyimpangan konstruksi kata dengan penghilangan kata di. Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72

7 Linguistika Akademia ISSN: ) Dihitam matamu kembang mawar melati Dalam hitamnya matamu terlihat bunga mawar dan melati Pada baris selanjutnya, terdapat kalimat dihitam matamu kembang mawar melati yang mempunyai makna dalam hitamnya mata si gadis, terdapat bunga mawar dan bunga melati. Dalam kalimat ini, penulis hanya menemukan satu jenis penyimpangan, yaitu penyimpangan pada tataran sintaksis. Terdapat beberapa penyimpangan tataran sintaksis, yaitu (1) penyimpangan kontruksi frasa Dihitam matamu, (2) penyimpangan tataran klausa, hilangnya kata kerja atau predikat dalam kalimat dihitam matamu kembang mawar melati, (3) penyimpangan tataran kata, hilangnya konjungsi atau kata penghubung diantara kata mawar melati. Dalam penyimpangan yang pertama, di mana terdapat dalam kontruksi frasa, frasa dihitam matamu. Dalam frasa ini terdapat penyimpangan pada penggunaan kaidah frasa nominal. Pada frasa dihitam matamu, kata matamu adalah sebagai benda yang dijelaskan oleh kata adjektif hitam, sedangkan kata di hanya sebagai preposisi saja. Maka, menurut kaidah penggunaan frasa adjektifa yang benar adalah di matamu yang hitam. Pada penyimpangan yang kedua, terjadi penyimpangan gramatikal pada tataran klausa, yaitu hilangnya kata kerja dalam kalimat dihitam matamu kembang mawar melati. Menurut kaidah pada klausa, sebuah klausa minimal mempunyai subjek dan predikat. Sedangkan jika melihat pada kalimat di atas, tidak ditemukan adanya predikat. Berdasarkan interpretasi penulis terhadap kalimat tersebut, predikat yang telah dihilangkan oleh penyair adalah kata terdapat, yang mempunyai arti hadir. Pada penyimpangan yang terakhir pada kalimat dihitam matamu kembang mawar melati, adalah penyimpangan pada kontruksi kata penghubung atau konjungsi. Dalam kata mawar melati, jika terdapat dua buah kata nominal yang berdampingan, minimal di antara keduanya harus ada tanda baca atau konjungsi, sedangkan dalam kedua kata tersebut, tidak ada satupun tanda baca atau konjungsi yang ditemukan. Merunut pada makna yang tersirat pada kalimat tersebut, maka penulis Penyimpangan Gramatikal pada Puisi Sajak Putih (Husunul Muhaiminah)

8 66 beranggapan bahwa sang penyair telah menghilangkan konjungsi dan di antara mawar dan melati. 4) Harum rambutmu mengalun bergelut senda Rambutmu yang harum mengalun bersenda gurau Pada baris keempat dari puisi Chairil Anwar yang berjudul Sajak Putih terdapat kalimat Harum rambutmu mengalun bergelut senda. Interpretasi makna dari kalimat tersebut adalah harumnya rambut sang gadis terurai lembut karena tiupan angin tampak seperti sedang bersenda gurau. Dalam kalimat pada baris keempat ini, hanya ditemukanpenyimpangan gramatikal pada tataran sintaksis, yaitu pada kontruksi frasa. Penyimpangan ini memiliki kesamaan pada baris sebelumnya. Dalam kaidah frasa dalam bahasa Indonesia, sebuah kata adjektiva biasanya berada di belakang kata nominal yang dijelaskannya. Maka di sini terdapat pertukaran tempat antara yang menjelaskan dan yang dijelaskan. Untuk menjadikannya sesuai dengan kaidah yang berlaku pada frasa nomina, maka menjadi rambutmu yang hitam. 5) Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Sepi menyanyi, malam dalam doa tiba Interpretasi makna pada baris kelima dari puisi Chairil Anwar ini adalah ketika si aku dan si gadis dalam situasi yang sepi, dan malam dalam mendoa tiba berarti bahwa diantara keduanya tidak ada percakapan. Mereka hanya diam tanpa sepatah kata pun, sama halnya ketika mereka dalam doa ketika malam telah tiba. Dalam kalimat ini, penulis menemukan penyimpangan gramatikal dalam tataran morfologis dan sintaksis. a. Dalam penyimpangan tataran morfologis, terdapat kata mendoa yang menyimpang. Biasanya dalam penyimpanganpenyimpangan yang terjadi dalam morfologis, mereka berbentuk penghilangan afiksasi, namun pada kata mendoa justru sebaliknya. Di dalamnya terdapat penambahan afiksasi yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Prefiks menyang mendampingi kata doa seakan-akan tidak mempunyai makna, bahkan member kesan rumit pada kata doa. Oleh Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72

9 Linguistika Akademia ISSN: karena itu cukup dengan kata doa maka pembaca akan memahami kalimat ini. b. Pada penyimpangan yang kedua pada tataran sintaksis, terjadi penyimpangan pada konstruksi klausa. Yaitu pada hilangnya konjungsi ketika sebagai penjelas kata malam, dan pertukaran tempat pada kata kerja tiba. Penyimpangan yang pertama, ketika kata malam tidak dilengkapi dengan preposisi atau konjungsi, maka itu tidak jelas fungsinya sebagai sebuah kata keterangan waktu, maka dengan penambahan konjungsi misalnya ketika, kata malam sangat jelas fungsinya sebagai kata keterangan waktu. Pada permasalahan yang kedua, menurut kaidah tata bahasa, predikat tiba seharusnya berada setelah kata malam yang notabennya sebagai subjek dan tiba menjadi predikatnya. Dengan itu kalimat itu akan mudah dipahami oleh pembaca. Maka keseluruhan kalimat tersebut dapat di artikan sebagai berikut: sepi menyanyi, ketika malam tiba dalam doa. 6) Meriak muka air kolam jiwa Beriak permukaan air kolam jiwa Pada penyimpangan gramtikal selanjutnya, terdapat penyimpangan pada tataran morfologis saja. Yaitu pada kata muka, dalam baris keenam tersebut yang dimaksud oleh sang penyair adalah permukaan air kolam jiwa yang beriak-beriak. Maka disini terjadi penghilangan konfiks, yaitu awalan per- dan akhiran an. 7) Dan dalam dadaku memerdu lagu Dan dalam dadaku terdengar merdu lagu Pada baris ketujuh dari puisi Chairil Anwar ini, mempunyai makna bahwa dalam dada si aku itu seakan-akan terdengar lagu yang sangat merdu. Dalam kalimat tersebut, terdapat penyimpangan gramatikal pada tataran morfologi. Dimana kata memerdu ini merupakan pengungkapan makna dari kata terdengar merdu, penyimpangan ini disebut proses inkorporasi, dimana terdapat peleburan antara dua kata menjadi satu kata. Dengan meleburnya terdengar dan merdu menjadi memerdu Penyimpangan Gramatikal pada Puisi Sajak Putih (Husunul Muhaiminah)

10 68 maka rima yang dihasilkan pada puisi tersebut menjadi lebih indah dan bermakna. 8) Menarik menari seluruh aku Seluruh jiwaku dan ragaku menari Interpretasi makna pada kalimat pada baris kedelapan ini adalah kegembiraan yang sangat dalam yang dirasakan oleh si aku, seakan-akan seluruh jiwa dan raganya sedang menari-nari. Dalam hal ini, ditemukan suatu penyimpangan pada tataran sintaksis. Yaitu penempatan predikat yang sehausnya berada setelah subjek. Dalam hal ini, subjek dari kalimat di atas adalah seluruh aku, sedangkan predikatnya adalah menarik menari. Maka koreksi dari kalimat di atas yang menurut kaidah tata bahasa Indonesia adalah seluruh aku menarik menari. 9) Hidup dari hidupku, pintu telah terbuka Pintu telah terbuka dalam hidupku Kalimat pada baris kesembilan berarti bahwa si aku merasa bahwa hidupnya masih terbuka lebar untuk kesempatankesempatan baik yang datang dalam hidupnya. Dalam kalimat ini tidak terdapat adanya penyimpangan pada tataran morfologis maupun sintaksis. Namun jika kalimat tersebut dinaturalisasikan, terdapat pemborosan kata, khususnya pada frasa hidup dari hidupku. Dua kata hidup di sini yang menjadi permasalahannya. Lebih baik untuk menggunakan satu kata hidup, maka pesan yang ingin penyair maksudkan sudah tersampaikan pada pembaca. Maka setelah melewati proses naturalisasi, frasa hidup dari hidupku menjadi dalam hidupku. 10) Selama matamu bagiku menengadah Selama kau masih menegadahkan matamu padaku Pada baris ke sepuluh ini, makna yang terkandung dalam kalimat selama matamu bagiku menengadah adalah ketika si gadis melihat kepada wajah si aku dan mencintainya. Dalam kalimat ini terjadi penyimpangan gramatikal pada tataran morfologis dan sintaksis. a. Pada pola penyimpangan gramatikal pada tataran morfologi, terdapat pada kata menengadah. Dengan Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72

11 Linguistika Akademia ISSN: merunut pada interpretasi makna yang ada, terjadi penghilangan sufiks pada akhir kata menengadah, yaitu sufiks kan. Dengan demikian kata menengadah berubah menjadi menengadahkan. b. Penyimpangan gramatikal pada tataran sintaksis terjadi dalam kontruksi klausa. Dimana pada kalimat di atas, terjadi penempatan yang kurang mudah dipahami oleh pembaca. Yaitu penempatan selama, matamu, bagiku dan padaku yang berpola (K/O/K/P) menjadi selama kau masih menengadahkan matamu padaku (K/S/P/O/K) yang lebih mudah dipahami oleh pembaca. 11) Selama kau darah mengalir dan luka Selama ada kau, darahku masih mengalir meski terluka Dalam kalimat selanjutnya pada baris ke sebelas, interpretasi makna dari kalimat tersebut adalah meskipun raganya terluka, darahnya masih tetap mengalir asalkan ada si gadis di sisinya. Pada kalimat tersebut, penulis menemukan dua jenis penyimpangan dalam gramatikal, yatu penyimpangan pada tataran morfologis dan pada tataran sintaksis. a. Pada tataran morfologis, penyimpangan ini dapat ditemukan pada kata luka. Kata luka pada kalimat tersebut dengan jelas juga melanggar aturan sintaksis, dimana di situ terdapat konjungsi dan yang berarti kata-kata yang dihubungkan dengan konjungsi tersebut harus setara, misalnya predikat dengan predikat. Namun luka disini adalah nomina yang jelas tidak setara dengan mengalir. Maka dari itu, dengan penambahan prefiks ter-, keduanya akan menjadi setara. b. Pada penyimpangan pada tataran sintaksis, ditemukan terdapat penyimpangan pada kontruksi frasa pada kata darah. Dalam kalimat tersebut, darah yang dimaksud oleh sang penyair adalah darah si aku, namun kata penjelas yang mempunyai arti kepemilikan telah dihilangkan oleh si penyair. Kata penjelas tersebut adalah ku, yang tertulis sebagai darahku, yang berarti darah milik si aku. dalam kalimat ini juga terdapat penyimpangan pada aturan S-P- O-K, namun dalam kalimat tersebut tidak terlihat susunan Penyimpangan Gramatikal pada Puisi Sajak Putih (Husunul Muhaiminah)

12 70 tersebut, maka kemudian, agar pembaca mudah untuk memahami apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh si penyair, maka perlu diadakan naturalisasi, dengan car mengembalikan pada pola asli dari puisi tersebut. 12) Antara kita mati datang tidak membelah Antara kita kematian datang tidak membelahkan/memisahkan Pada baris terakhir dalam puisi Chairil Anwar yang bejudul Sajak Putih, terdapat kalimat antara kita mati datang tidak membelah. Makna yang tersirat dalam bahwa walaupun kematian datang, mereka tidak akan terpisah dan tetap mencintai, dalam analisis penyimpangan gramatikal yang terjadi, terdapat dua jenis penyimpangan, yaitu dalam tataran morfologis dan sintaksis. a. Pada penyimpangan tataran morfologs, terdapat dua kata yang perlu dianalisis, mati dan membelah. Setelah kata mati terdapat kata datang. Dalam tataran sintaksis, kelas kata yang jatuh sebelum kata kerja adalah kata nominal. Bentuk nominal dari mati adalah kematian. Maka dalam hal ini, penyair telah menghilangkan konfiks ke- dan an dalam kata mati. Pada kata membelah, kata tersebut terlihat rancu tanpa tambahan sufiks kan, selain juga penggunaan membelah pada kalimat tersebut kurang tepat. Maka dalam hal ini, penyair telah menghilangkan sufiks kan pada akhir kata membelah. b. Pada penyimpangan pada tataran sintaksis. Dalam kalimat tersebut, penyimpangan terdapat pada penempatan yang kurang tepat pada objek, yaitu kita. Objek dalam kaidah tata bahasa Indonesia adalah berada setelah predikat. Pada kalimat di atas, predikatnya adalah datang dan membelah. Maka seharusnya kata kita berada setelah kedua kata tersebut. Maka urutan kalimat yang benar menjadi Mati datang tidak membelah antara kita. D. KESIMPULAN Dalam penelitian tentang penyimpangan gramatikal dalam tataran morfologis dan sintaksis yang terjadi dalam puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Sajak Putih, ditemukan beberapa penyimpangan: Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72

13 Linguistika Akademia ISSN: Penyimpangan dalam tataran morfologi Dalam tataran morfologi, penyimpangan yang paling sering terjadi adalah dalam proses afiksasi dan ini termasuk dalam penyimpangan kontruksi kata. Sang penyair dalam hal ini, dalam beberapa kasus sering menghilangkan morfem-morfem tambahan sebagai syarat dalam proses afiksasi, dan hanya beberapa yang memberikan unsur afiksasi pada kata yang sebenarnya tidak perlu untuk dilakukan. Selain itu juga terdapat proses inkorporasi, yaitu meleburnya dua kata menjadi satu dengan tambahan afiksasi di dalamnya. 2. Penyimpangan dalam tataran sintaksis Dalam tataran sintaksis, terdapat beberapa jenis kasus penyimpangan yang terjadi. Yang pertama adalah dalam kontruksi frasa, dimana terjadi kesalahan dalam penggunaan kaidah frasa nomina. Selain itu juga terjadi dalam kontruksi klausa, dimana sering terjadi kekeliruan dalam memposisikan subjek, predikat, objek, dan kata keterangan sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia yang benar. Meski banyak penyimpangan yang terjadi dalam puisi Chairil Anwar ini, namun sang penyair memang sengaja melakukannya. Di samping untuk membuat puisi tersebut lebih hidup, penyair juga menggunakan penyimpangan ini untuk memperindah puisinya dengan membentuk urutan rima yang indah, dan juga untuk membuat puisi ini lebih bermakna dengan kata-kata yang perlu dipahami lebih oleh para pembaca. Pada penelitian ini, penulis mampu untuk mengungkap penyimpangan-penyimpangan gramatikal dalam tataran morfologi dan sintaksis. Peneliti lain diharapkan melakukan penelitian yang lebih dalam tentang penyimpangan gramatikal pada tataran linguistik yang lain, dan juga meneliti puisi-puisi karya Chairil Anwar. E. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar Beberapa Madzhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Penerbit Angkasa. Chaer, Abdul Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, Darwis, M Penyimpangan Gramatikal dalam Puisi Indonesia. Disertasi Doktor. Universitas Hasanuddin, Makassar. Penyimpangan Gramatikal pada Puisi Sajak Putih (Husunul Muhaiminah)

14 72 Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffrey N A Linguistic Guide to English Poetry. London: Longman. Macapat. Sajak Putih-Chairil Anwar. 16 Januari Web. 27 March 2012 < Mees. C. A Tatabahasa Indonesia. Bandung: G. Kolf & Co. Riffaterre, Michael Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press. Google Book Search. Web. 20 June 2012 Verhaar, J.W.M Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Linguistika Akademia Vol. 1, No. 1, 2012 : 59 72

PENYIMPANGAN GRAMATIKAL DALAM PUISI-PUISI CHAIRIL ANWAR

PENYIMPANGAN GRAMATIKAL DALAM PUISI-PUISI CHAIRIL ANWAR Linguistika Akademia Vol.1, No.1, 2012: 43~58 ISSN: 2089-3884 PENYIMPANGAN GRAMATIKAL DALAM PUISI-PUISI CHAIRIL ANWAR Muhamad Faozan Akrom e-mail: nuiakram@yahoo.com ABSTRACT The deviation of grammatical

Lebih terperinci

LAMPIRAN NASKAH PUISI. Naskah Puisi 01 SATU Sutardji Calzoum Bachri

LAMPIRAN NASKAH PUISI. Naskah Puisi 01 SATU Sutardji Calzoum Bachri LAMPIRAN NASKAH PUISI Naskah Puisi 01 SATU Sutardji Calzoum Bachri kuterjemahkan tubuhku ke dalam tubuhmu ke dalam rambutmu kuterjemahkan rambutku jika tanganmu tak bisa bilang tanganku kuterjemahkan tanganku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

DEAUTOMATISASI DALAM ANTOLOGI PUISI BAKDI SOEMANTO

DEAUTOMATISASI DALAM ANTOLOGI PUISI BAKDI SOEMANTO Linguistika Akademia Vol.1, No.2, 2012, pp. 193~204 ISSN: 2089-3884 DEAUTOMATISASI DALAM ANTOLOGI PUISI BAKDI SOEMANTO Septian Dona Prasetyo e-mail: dyo_aufklarung@yahoo.co.id ABSTRACT Poem is a piece

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN UNSUR-UNSUR LINGUISTIK DALAM KUMPULAN SAJAK-SAJAK LENGKAP OLEH GOENAWAN MOHAMAD. Dzulfikri Rh

PENYIMPANGAN UNSUR-UNSUR LINGUISTIK DALAM KUMPULAN SAJAK-SAJAK LENGKAP OLEH GOENAWAN MOHAMAD. Dzulfikri Rh Linguistika Akademia Vol.1, No.1, 2012: 73~84 ISSN: 2089-3884 PENYIMPANGAN UNSUR-UNSUR LINGUISTIK DALAM KUMPULAN SAJAK-SAJAK LENGKAP 1961-2001 OLEH GOENAWAN MOHAMAD Dzulfikri Rh e-mail: pejoeank_09@yahoo.com

Lebih terperinci

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

KELAINAN KETATABAHASAAN. DALAM PUISI INDONESIA: KAJIAN STILISTIKA i oleh Muhammad Darwis Universitas Hasanuddin ABSTRAK

KELAINAN KETATABAHASAAN. DALAM PUISI INDONESIA: KAJIAN STILISTIKA i oleh Muhammad Darwis Universitas Hasanuddin ABSTRAK KELAINAN KETATABAHASAAN DALAM PUISI INDONESIA: KAJIAN STILISTIKA i oleh Muhammad Darwis Universitas Hasanuddin ABSTRAK Gejala-gejala kelainan ketatabahasaan dalam puisi merupakan hal yang lazim. Ada tiga

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE Ni Made Suryaningsih Wiryananda email: nanananda41ymail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstracts This study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

KAJIAN IMPRESIONISTIK PUISI-PUISI KARYA CHAIRIL ANWAR. Hambali 1 Anzar 2

KAJIAN IMPRESIONISTIK PUISI-PUISI KARYA CHAIRIL ANWAR. Hambali 1 Anzar 2 KAJIAN IMPRESIONISTIK PUISI-PUISI KARYA CHAIRIL ANWAR Hambali 1 Anzar 2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Makassar hambali.umm@gmail.com Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1 ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Penggunaan Frasa dan Klausa Bahasa Indonesia (Kunarto) 111 PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Kunarto UPT Dinas Pendidikan Kacamatan Deket Kabupaten Lamongan

Lebih terperinci

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas NAMA-NAMA PENGGEMAR GRUP BAND DI INDONESIA TINJAUAN MORFOLOGI SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Sastra Universitas Andalas Oleh Muhammad Fadlan BP

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ucapan, pikiran perasaan seseorang yang teratur serta yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut Kridalaksana (dalam Abdul Chaer,

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 24431109 KEGIATAN LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA MAHASISWA SEMESTER IVA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM

ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL Muhammad Riza Saputra NIM 100388201040 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih yang disebut masyarakat bilingual (dwibahasawan). Interferensi merupakan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013 ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013 ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 116 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan dan analisis data tentang konsep perlawanan makna dalam epigram berbahasa Inggris, kesimpulan yang bisa diperoleh akan disampaikan dalam bab ini. Selain itu,

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana pembelajaran yang dapat diperoleh baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan yang utama diperoleh melalui sebuah lembaga

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI Dita Marisa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI thasamarisa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI Dalam kritik yang diberikan Teeew atas karya sastra SUDAH LARUT SEKALI : Kawanku dan Aku karya Chairil Anwar ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

OTOMATISASI PADA PUISI THE DEATH OF LOVERS KARYA CHARLES BAUDELAIRE

OTOMATISASI PADA PUISI THE DEATH OF LOVERS KARYA CHARLES BAUDELAIRE Linguistika Akademia Vol.3, No.2, 2014, pp. 256~267 ISSN: 2089-3884 OTOMATISASI PADA PUISI THE DEATH OF LOVERS KARYA CHARLES BAUDELAIRE Deni Anggriawan e-mail: deni.literature@gmail.com ABSTRACT A poem

Lebih terperinci

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Bahasa sebagai Sistem Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Bahasa sebagai sebuah sistem Bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur. Unsur-unsur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Daftar Isi... i BAB I Pendahuluan... 1 BAB II Pembahasan... 2 BAB III Penutup Daftar Pustaka... 13

DAFTAR ISI Daftar Isi... i BAB I Pendahuluan... 1 BAB II Pembahasan... 2 BAB III Penutup Daftar Pustaka... 13 DAFTAR ISI Daftar Isi... i BAB I Pendahuluan... 1 BAB II Pembahasan... 2 1. Latar Belakang Aliran... 2 2. Ciri-Ciri Aliran Struktural Bloomfield... 4 3. Tokoh-Tokoh Aliran Struktural Bloomfield... 7 4.

Lebih terperinci

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik)

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik) Bahasa dipelajari atau dikaji oleh disiplin ilmu yang disebut linguistik atau ilmu bahasa. Seperti halnya disiplin-displin yang lain, linguistik juga memiliki tiga pilar penyangga, yakni ontologi, epistemologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk hubungan makna yang terdapat dalam satuan bahasa yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia biasanya disebut dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar JURNAL INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V MI YAA BUNAYYA DANDONG SRENGAT KABUPATEN BLITAR TAHUN AJARAN 2015-2016 Javanese Language Interferance in Language Essay of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA. PENDAHULUAN bahasa adalah salah satu cara manusia untuk dapat menguasai dan menggunakan suatu

Lebih terperinci

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS BAHASA BATAK ANGKOLA DALAM KARANGAN BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS 5 SDN 105010 SIGAMA KECAMATAN PADANG BOLAK TAPANULI SELATAN Fitriani Lubis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sudah tidak bisa ditahan lagi. Arus komunikasi kian global seiring berkembangnya

Lebih terperinci

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang Oleh: Murliaty 1, Erizal Gani 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya Modul 1 Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya B PENDAHULUAN Drs. Joko Santoso, M.Hum. agi Anda, modul ini sangat bermanfaat karena akan memberikan pengetahuan yang memadai mengenai bentuk, pembentukan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan zaman, cara berpikir manusia serta cara menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini, bahasa juga terlibat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri

Lebih terperinci

(26 November February 1913) By: Ubaidillah

(26 November February 1913) By: Ubaidillah TEORI LINGUISTIK STRUKTURAL Ferdinand de Saussure (26 November 1857 22 February 1913) Sumber Bacaan: 1. Sampson, Geoffrey. 1980. Schools of Linguistics, Competition and Evolution. Hutchinson: London, Melbourne,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU Oleh: Ida Satriyani Kasran Ramsi ABSTRAK Masalah pokok dalam penelitian ini adalah apa sajakah afiks infleksi dalam bahasa Kulisusu, dalam hal ini meliputi pembagian afiks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata merupakan salah satu unsur penting dalam pembetukan suatu bahasa salah satunya dalam suatu proses pembuatan karya tulis. Kategori kata sendiri merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna. Hal ini disebabkan karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan media

Lebih terperinci

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) PENGGUNAAN AFIKSASI PADA SKRIPSI PERIODE WISUDA KE-52 MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT ARTIKEL JURNAL Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci