Fransiska Nathalia Marganda Libertina,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Fransiska Nathalia Marganda Libertina,"

Transkripsi

1 ANALISIS PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP BESARAN TARIF BUS UMUM ANGKUTAN PENUMPANG ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI (AKAP) KELAS EKONOMI PERUM DAMRI. Fransiska Nathalia Marganda Libertina, ABSTRAKSI Sejak tahun 2008 sampai awal tahun 2009, pemerintah telah empat kali menetapkan kebijakan perubahan harga bahan bakar minyak (BBM) yaitu satu kali menaikan harga BBM dan tiga kali melakukan kebijakan menurunkan harga BBM. Dampak perubahan harga BBM tersebut, menimbulkan pertanyaan bagi pengusaha angkutan bus umum PERUM DAMRI mengenai berapa besar prosentase penyesuaian tarif yang wajar untuk bus yang diusahakannya sejalan dengan perubahan biaya pokok produksi akibat perubahan harga BBM. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif secara kualitatif guna mendapatkan gambaran hubungan antara perubahan harga bahan bakar minyak yang terjadi selama tahun 2008 dan awal 2009 terhadap biaya pokok produksi dan tarif angkutan penumpang bus umum AKAP kelas ekonomi PERUM DAMRI. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebelum terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak solar atau pada saat harga BBM solar Rp 4.300, besarnya biaya pokok produksi jasa angkutan bus umum Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi PERUM DAMRI pada tingkat load factor penumpang 70% adalah sebesar Rp 100,26 per pnp-km. Berdasarkan ini maka PERUM DAMRI menetapkan tarif angkutan penumpang kelas ekonomi sebesar Rp. 125,33 per pnp-km. Dari hasil perhitungan lebih lanjut, apabila harga BBM mengalami kenaikan sebesar 27,91 % atau dari harga sebelumnya Rp menjadi Rp 5.500, maka besarnya penyesuaian tarif angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi minimal harus mengalami kenaikan sebesar 15,78%. Kemudian dengan adanya penurunan harga BBM sebesar 12,73% dari harga sebelumnya Rp menjadi Rp 4,800, maka tarif dapat diturunkan maksimum sebesar 5,21% per pnp-km. Bilamana harga bahan bakar minyak mengalami penurunan sebesar 6,25% atau pada harga BBM solar menjadi Rp 4.500, maka PERUM DAMRI dapat menurunkan tarif penumpang bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi maksimum sebesar 2,39%. 1. PENDAHULUAN Jasa angkutan umum bus angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa transportasi yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan mobilitas masyarakat diberbagai wilayah, terutama masyarakat yang tergolong memiliki penghasilan yang relatif rendah.

2 Mengingat peranannya yang demikian penting tersebut, maka kelangsungan usaha angkutan penumpang bus Angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi perlu mendapatkan perhatian, sehingga dengan demikian kegiatan pengangkutan penumpang atau orang dapat berjalan dengan lancar dan selamat, terjangkau dan aman. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, terdapat dua hal yang yang harus dipenuhi jasa angkutan Antar Kota Antar Propinsi kelas ekonomi yaitu pemenuhan kualitas pelayanan terkait dengan fasilitas sarana, prasarana dan pemenuhan profesionalisme sumber daya manusia dalam menjalankan penyelenggaraan jasa angkutan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pemerintah melakukan pengawasan pelayanan dan menetapkan tarif batas atas dan batas bawah untuk angkutan bus AKAP kelas ekonomi. Pengusahaan angkutan umum bus antar kota antar propinsi kelas ekonomi sangat rentan terhadap berbagai kebijakan pemerintah terutama berkaitan dengan penetapan harga bahan bakar minyak. Sebagaimana diketahui bahwa dalam waktu dua tahun belakangan ini (tahun ), pemerintah telah menetapkan kebijakan perubahan harga bahan bakar minyak (BBM) sebanyak empat kali. Kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) membawa dampak terjadinya kenaikan biaya pengusahaan angkutan sehingga para pengusaha mengharapkan agar pemerintah melakukan penyesuaian tarif angkutan umum termasuk bus angkutan antar kota antar propinsi kelas ekonomi secara proporsional. Demikian halnya, apabila terjadi penurunan harga BBM diharapkan pemerintah melakukan penyesuaian tarif secara proporsional pula. Namun masyarakat pemakai jasa angkutan mengharapkan, penyesuaian tarif ini hanya terbatas pada perubahan komponen biaya bahan bakar, sehingga tarif angkutan tidak perlu mengalami lonjakan yang tinggi dari tarif sebelum terjadinya kenaikan harga BBM. Keadaaan tersebut mengakibatkan terjadinya polemik antara masyarakat pemakai jasa angkutan dengan para pengusaha yang mengharapkan penyesuaian tarif dilakukan dengan melihat terjadinya perubahan terhadap seluruh komponen biaya pembentukan tarif angkutan. Sejalan dengan adanya berbagai permasalahan di atas, maka untuk mengakomodasi kepentingan pengguna jasa angkutan penumpang umum (konsumen) sekaligus memperhatikan kepentingan penyedia jasa, maka penulis mencoba melakukan analisis dampak perubahan harga BBM terhadap biaya pokok produksi jasa angkutan bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi dengan studi kasus PERUM DAMRI. Pemilihan PERUM DAMRI sebagai objek penelitian, berdasarkan pertimbangan bahwa PERUM DAMRI memiliki armada bus AKAP kelas ekonomi yang tersebar diseluruh wilayah tanah air. Di samping itu, mengingat PERUM DAMRI sebagai Badan Usaha Milik Negara yang mempunyai fungsi sebagai agen pembangunan dan memupuk keuntungan, maka Departemen Perhubungan dalam setiap perubahan harga bahan bakar minyak, selalu memilih PERUM DAMRI sebagai salah satu acuan untuk menghitung besaran biaya pokok produksi

3 pengusahaan bus AKAP kelas ekonomi, guna menetapkan besaran tarif penyesuaian lebih lanjut. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian skripsi ini diberi judul Analisis Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak terhadap Besaran Tarif Bus Umum Angkutan Penumpang Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) Kelas Ekonomi PERUM DAMRI. Penelitian ini membatasi pembahasan pada perhitungan besarnya penyesuaian tarif angkutan bus umum AKAP kelas ekonomi yang harus dilakukan PERUM DAMRI apabila terjadi kenaikan harga BBM, dengan bertitik tolak pada hasil perhitungan biaya pokok produksi jasa bus AKAP kelas ekonomi PERUM DAMRI sebagai akibat terjadi perubahan harga bahan bakar minyak. Dengan demikian permasalahan didalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Berapa besaran biaya pokok produksi jasa bus umum Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi PERUM DAMRI pada kondisi biaya bahan bakar minyak sebelum mengalami kenaikan?, berapa besar kenaikan atau penurunan setiap komponen biaya pokok produksi jasa bus umum Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi PERUM DAMRI, apabila terjadi kenaikan atau penurunan harga bahan bakar minyak? Dan berapa besar prosentase penyesuaian kenaikan atau penurunan tarif penumpang bus angkutan AKAP kelas ekonomi PERUM DAMRI, apabila terjadi kenaikan atau penurunan harga bahan bakar minyak?. Adapun tujuannya adalah untuk menganalisis besaran biaya pokok produksi, jasa bus umum angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi PERUM DAMRI, menganalisis besarnya dampak perubahan BBM terhadap biaya pokok produksi jasa bus umum angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi PERUM DAMRI dan menganalisis besaran prosentase penyesuaian tarif bus umum angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi PERUM DAMRI sebagai dampak terjadinya perubahan harga bahan bakar minyak. 2. TELAAH PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu cabang akuntansi sebagai alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Pada awal timbulnya akuntansi biaya, mula-mula hanya ditujukan untuk penetuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan. Akan tetapi dengan semakin pentingnya biaya non produksi, seperti biaya pemasaran dan administrasi umum, maka akuntansi biaya saat ini ditujukan untuk menyajikan informasi biaya bagi manajemen baik produksi maupun non produksi. Berikut ini dapat diuraikan pengertian akuntansi biaya, pengertian biaya dan penggolongan biaya Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan suatu proses identifikasi, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran berbagai informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan,

4 pengendalian, penganalisaan, dan perhitungan biaya atau harga pokok produksi. Pengertian akuntansi biaya menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : 1. Horngren dan foster (2000; 5) Akuntansi biaya menunjukan cara pengumpulan dan pembebanan biaya historis pada satuan produk dan departemen, terutama untuk tujuan penilaian persediaan dan penentuan pendapatan. 2. R. A. Supriyono (2007; 12) Akuntansi biaya salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat menajemen untuk memonitor dan merekam biaya transaksi secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. 3. Mulyadi (2005; 7) Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya. Dari beberapa definisi biaya di atas, maka dapat disimpulkan seperti : 1) Biaya merupakan suatu pengorbanan sumber ekonomis. 2) Biaya dapat diukur dalam satuan uang. 3) Biaya dibuat untukmencapai suatu tujuan tertentu di saat ini maupun masa yang akan datang Tujuan dan Manfaat Akuntansi Biaya Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa akuntansi biaya adalah suatu proses identifikasi, pengklasifikasian dan pengikhtisaran berbagai informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan, pengendalian, penganalisan dan perhitungan biaya atau harga pokok produksi. Akuntansi biaya mempunyai tujuan dan manfaat dalam menyediakan informasi biaya yang diperlukan untuk : 1. Menentukan harga pokok (cost determination). 2. Perencanaan dan pengendalian biaya (cost planning and controlling). 3. Penganalisaan biaya Pengertian Biaya Objek utama dari akuntansi biaya adalah biaya. Untuk menghasilkan suatu produk dan jasa, suatu perusahaan harus mengorbankan sumber daya. Pengorbanan sumber daya ini disebut juga sebagai biaya. Biaya juga merupakan pengorbanan nilai akibat penggunaan barang dan jasa. Dalam menjelaskan pengertian biaya, terdapat beberapa pendapat para ahli, antara lain : 1) Mulyadi (2005; 8), biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. 2) Menurut Supriyono (2007; 16) biaya merupakan harga perolehan yang dikorbankan atau dipergunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.

5 3) Hansen & Mowen (2000; 38), biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa kini dan masa yang akan datang untuk organisasi. 4) Horngren and Foster (2000; 28), Accountants define cost as a resouce or forgone to achieve a specifics objectives. It usually measured as the monetary amount tahat must be paid to acquired goods and services.. dari definisi tersebut, pengertian biaya adalah nilai pengorbanan dalam bentuk uang atau aktiva lain yang dikeluarkan atau akan dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa yang berguna untuk mecapai suatu tujuan tertentu. 2.2 Formula Perhitungan Biaya Pokok Angkutan Penumpang Bus Penggunaan metode full costing dalam kebijakan tarif ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 89 Tahun Di dalam keputusan tersebut, termaktub bahwa biaya pokok dikelompokan menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari harga pembelian bus (sekarang) dalam bentuk penyusutan; biaya awak bus (pengemudi, kondektur dan kenek) maupun tunjagan sosial yang diberikan kepada mereka; biaya bahan bakar; biaya ban dan accu; biaya pemeliharaan (oli mesin, gardan, dan persneling dan minyak rem); perbaikan mesin dan body (suku cadang mesin, chasis dan lain-lain); retribusi (parkir); pajak kendaraan bermotor (STNK) dan biaya uji (kir); biaya asuransi; baiaya tol dan penyeberangann dan biaya lain-lain: biaya pemasaran (iklan, percetakan karcis dan komisi agen dan biaya-biaya lain yang menyangkut pengoperasian bus). Semua biaya langsung memiliki hubungan dengan jarak angkutan, kecuali penyusutan bus. Biaya tidak langsung terdiri dari gaji dan upah pegawai (non crew) serta jaminan sosial yang diberikan kepada mereka; biaya investasi kantor dan perbengkelan (dalam bentuk penyusutan atau sewa beserta pemeliharaannya); biaya keperluan kantor yang menyangkut administrasi, pemeliharaan, listrik, dan air, telepon, keperluan dinas dan lain-lain; pajak PBB, serta biaya-biaya lainnya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan bus antar kota untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pengangkutan. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Interview, yaitu suatu teknik mengadakan tanya jawab kepada pegawai yang mempunyai wewenang untuk memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Adapun pegawai yang diinterview yaitu Direksi atau Pejabat yang mewakili Perum DAMRI, pegawai Departemen Perhubungan yang menangani perhitungan biaya pokok angkutan bus antar kota serta pejabat peneliti di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Perhubungan. 3.2 Metode Analisis Data Penulisan ini dengan menggunakan analisis berikut ini adalah dengan penggunaan tabel atau gambar dan alat bantu lainnya yang digunakan untuk megukur

6 hubungan antara perubahan harga bahan bakar minyak terhadap besaran biaya pokok produksi jasa angkutan penumpang dengan bus umum antar kota antar propinsi kelas ekonomi. Namun, analisis hubungan kedua variabel ini dilakukan dengan metode deskriptip secara kualitatip. 3.3 Data Yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Data kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak Solar pada periode 2006, 2008 dan Data biaya pokok produksi jasa angkutan Perum DAMRI pada saat harga BBM Rp Data biaya pokok produksi jasa angkutan Perum DAMRI pada saat harga BBM Rp Data biaya pokok produksi jasa angkutan Perum DAMRI pada saat harga BBM Rp Data biaya pokok produksi jasa angkutan Perum DAMRI pada saat harga BBM Rp ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Biaya Pokok Angkutan Penumpang Bus AKAP Kelas Ekonomi Dari hasil pengumpulan data-data biaya dikaitkan dengan tingkat produktivitas bus, maka dapat diperkirakan besaran arus biaya pengoperasian bus AKAP dan biaya pokok produksi jasa per penumpang per kilometer. Karakteristik kendaraan yang dioperasikan oleh PERUM DAMRI tipe bus besar single decker dengan jenis pelayanan bus antar kota kelas ekonomi, dan kapasitas angkut 55 penumpang Produksi per bus Dari hasil penelitian lebih lanjut dapat diketahui berbagai faktor atau variabel perhitungan produksi bus AKAP DAMRI, bahwa jarak tempuh bus per rit rata-rata 500 Km dengan frekuensi, pelayanan bus sebanyak 1 (satu) rit per hari, sehingga jarak tempuh pelayanan bus per hari adalah 500 km. Hari operasi bus per bulan dilakukan 25 hari, dan dalam satu tahun, bus dioperasikan selama 300 km. Dengan demikian, bus AKAP PERUM DAMRI dapat menempuh perjalanan dalam setahun sebesar Km. Dengan kapasitas angkut (load factor) yang mecapai 100% dari 55 temapt duduk (seat) yang tersedia, maka produksi bus per tahun mencapai seat (tempat duduk) per tahun. Analisis perhitungan biaya pokok, dilakukan pada harga bahan bakar minyak (solar) Rp per liter, diketahui biaya pokok produksi jasa angkutan bus antar kota antar propinsi PERUM DAMRI sebesar Rp 70,18 penumpang-km dengan asumsi load factor 100% dan 100,26 per penumpang-km pada load factor 70%.

7 Rekapitulasi Biaya Produksi Jasa Angkutan AKAP Per seat-km pada tingkat harga BBM Rp Jenis Biaya Biaya per Seat-Km (Rp) 1. Biaya Langsung a. Biaya Penyusutan 10,86 b. Biaya Bunga Modal 5,19 c. Biaya Awak Bus 7,01 d. Biaya Bahan Bakar 26,06 e. Biaya Ban 7,73 f. Biaya Pemeliharaan Kendaraan 8,02 g. Biaya Terminal 0,36 h. Biaya PKB (STNK) 0,39 i. Biaya Keur Bus 0,04 j. Biaya Asuransi 1,70 Total Biaya Langsung 67,36 2. Biaya Tidak Langsung a. Biaya Pegawai Kantor 2,09 b. Biaya Pengelolaan 0,73 Total Biaya Tidak Langsung 2,82 Total Biaya per Penumpang (LF=100%) 70,18 Biaya per pnp-km untuk LF = 70% 100,26 pnp-km Sumber : Hasil analisis 4.2 Analisis Dampak Perubahan Harga BBM Terhadap Biaya Pokok Penumpang Bus AKAP Kelas Ekonomi Untuk mengetahui dampak perubahan harga BBM terhadap biaya pokok produksi jasa bus angkutan antar kota antar propinsi PERUM DAMRI dilakukan dengan cara membandingkan antara biaya pada keadaan harga BBM sebelum dan sesudah ada perubahan harga BBM baik kenaikan maupun penurunan BBM, yang hasilnya dapat diketahui sebagai berikut : a. Dampak kenaikan harga BBM solar dari Rp menjadi Rp per liter Peningkatan harga BBM solar sebesar 27,91% dari harga sebelumnya, membawa dampak terjadinya kenikan biaya pokok produksi per penumpang-kilometer dari Rp 70,18 menjadi Rp 81,24 atau mengalami peningkatan sebesar 15, 78 % pada kondisi load factor bus 70%, maka biaya pokok produksi jasa angkutan bus antar kota antar propinsi dari 100,26 menjadi Rp 116,06 per penumpang kilometer atau mengalami kenaikan sebesar 15,76 %. Gambaran yang lebih rinci dampak kenaikan harga bahan bakar minyak solar terhadap komponen biaya produksi per penumpang-km bus antar kota antar propinsi dapat dilihat dalam tabel berikut :

8 Dampak Kenaikan Harga BBM dari Rp menjadi Rp Terhadap Biaya Pokok Produksi Bus AKAP Kelas Ekonomi PERUM DAMRI Komponen Harga Bahan Bakar Minyak Presentase perubahan Rp Rp Biaya langsung a. Biaya penyusutan 10,86 11,57 6,54 % b. Biaya bunga modal 5,19 4,55 (12,33 %) c. Biaya awak bus 7,01 7,78 10,98 % d. Biaya BBM 26,06 33,33 27,9 % e. Biaya ban 7,73 9,55 23,54 % f. Biaya pemeliharaan kendaraan 8,02 8,89 10,85 % g. Biaya terminal 0,36 0,36 Tetap h. Biaya PKB (STNK) 0,39 0,27 (30,77 %) i. Biaya keur bus 0,04 0,04 Tetap j. Biaya asuransi 1,70 1,81 6,47 % Jumlah Biaya Langsung 67,36 78,15 16,03 % 2. Biaya tidak langsung a. Biaya pegawai kantor 2,09 2,36 14,35 % b. Biaya Pengelolaan 0,73 0,73 Tetap Jumlah Biaya Tidak Langsung 2,82 3,09 9,57 % Biaya per pnp-km (LF=100%) 70,18 81,24 15,78 % Biaya per pnp-km (LF=70 %) 100,26 116,06 15,76 % Sumber : Hasil Analisis b. Dampak Penurunan harga BBM Solar dari Rp menjadi Rp per liter Penurunan harga BBM solar yang ditetapkan pemerintah sebesar 12,72%, harga BBM solar per liter menjadi Rp dari sebelumnya Rp5.500 hanya mampu menurunkan biaya pokok produksi per penumpang-km dari Rp 81,24 menjadi Rp 77,00 atau 5,21 %, dengan asumsi tingkat load factor bus 100%, sedangkan pada tingkat load factor 70%, biaya pokok produksi per penumpang hanya mengalami penurunan sebesar 5,22%, atau dari Rp 116,06 menjadi Rp 110,00 per penumpang kilometer. Gambaran lebih rinci dampak penurunan harga bahan bakar minyak dari Rp menjadi Rp terhadap biaya pokok per penumpang-km dapat dilihat dalam tabel berikut

9 Dampak Penurunan Harga BBM Solar dari Rp menjadi Rp Terhadap Biaya Pokok Produksi Bus AKAP Kelas Ekonomi PERUM DAMRI Komponen Harga Bahan Bakar Minyak Presentase perubahan Rp Rp Biaya langsung a. Biaya penyusutan 11,57 11,57 Tetap b. Biaya Bunga Modal 4,55 4,55 Tetap c. Biaya Awak Bus 7,78 7,78 Tetap d. Biaya BBM 33,33 29,09 (12,72 %) e. Biaya Ban 9,55 9,55 Tetap f. Biaya Pemeliharaan Kendaraan 8,89 8,89 Tetap g. Biaya Terminal 0,36 0,36 Tetap h. Biaya PKB (STNK) 0,27 0,27 Tetap i. Biaya Keur Bus 0,04 0,04 Tetap j. Biaya Asuransi 1,81 1,81 Tetap Jumlah Biaya Langsung 78,15 73,91 (5,43 %) 2. Biaya Tidak langsung a. Biaya Pegawai kantor 2,36 2,36 Tetap b. Biaya Pengelolaan 0,73 0,73 Tetap Jumlah Biaya Tidak Langsung 3,09 3,09 Tetap Biaya per pnp-km (LF=100 %) 81,24 77,00 (5,21 %) Biaya per pnp-km (LF = 70%) 116,06 110,00 (5,22 %) Sumber : Hasil Analisis c. Dampak penurunan harga BBM solar dari Rp menjadi Rp per liter Keputusan pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak solar pada tanggal 15 Januari 2009 sebesar 6,25% atau dari harga Rp menjadi Rp per liter, hanya dapat menurunkan biaya pokok produksi per penumpang km angkutan bus AKAP sebesar 2,36% atau dari Rp 77,00 menjadi Rp 75,18 per penumpang kilometerpada load factor 100 %. Sedangkan pada load factor bus 70%, besarnya biaya pokok per penumpang-km sebesar Rp 75,18. Penurunan harga bahan bakar minyak sebesar 6,25%, tampaknya tidak dapat menurunkan secara significant biaya pokok produksi per penumpang per kilometer angkutan bus AKAP PERUM DAMRI. Hal ini disebabkan bahwa penurunan harga BBM solar, hanya berpengaruh terhadap penurunan komponen biaya penggunaan BBM solar, sedangkan komponen biaya lainnya tidak mengalami penurunan sama sekali, sebagaimana layaknya pada saatterjadi penurunan harga BBM dari Rp menjadi Rp Gambaran lebih rinci dampak penurunan harga BBM solar dari Rp menjadi Rp per liter

10 terhadap biaya pokok produksi per penumpang kilometer angkutan bus AKAP dapat dilihat pada tabel berikut Dampak Penurunan Harga BBM Solar dari Rp menjadi Rp Terhadap Biaya Pokok Produksi Bus AKAP Kelas Ekonomi PERUM DAMRI Komponen Rp Harga Bahan Bakar Minyak Rp Presentase perubahan 1. Biaya langsung a. Biaya penyusutan 11,57 11,57 Tetap b. Biaya bunga modal 4,55 4,55 Tetap c. Biaya awak bus 7,78 7,78 Tetap d. Biaya BBM 29,09 27,27 (12,72 %) e. Biaya ban 9,55 9,55 Tetap f. Biaya pemeliharaan 8,89 8,89 Tetap kendaraan g. Biaya terminal 0,36 0,36 Tetap h. Biaya PKB (STNK) 0,27 0,27 Tetap i. Biaya keur bus 0,04 0,04 Tetap j. Biaya asuransi 1,81 1,81 Tetap JUMLAH 73,91 72,09 (2,46%) 2. Biaya tidak langsung a. Biaya pegawai kantor 2,36 2,36 Tetap b. Biaya pengelolaan 0,73 0,73 Tetap JUMLAH 3,09 3,09 Tetap Total Biaya per pnp (LF=100%) 77,00 75,18 (2,36 %) Biaya per pnp-km (LF 70%) 110,00 107,40 (2,36%) Sumber : Hasil Analisis 4.3 Analisis Dampak Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak terhadap Tarif Angkutan Dari hasil analisis terdahulu, diketahui bahwa perubahan harga bahan bakar minyak solar akan membawa perubahan biaya pokok produksi jasa angkutan penumpang mobil bus umum antar kota antar propinsi. Perubahan biaya pokok akibat adanya perubahan harga bahan bakar minyak, sudah tentu akan membawa dampak perubahan terhadap tarif angkutan Antar Kota Antar Propinsi PERUM DAMRI. Apabila harga bahan bakar minyak solar mengalami kenaikan sebesar 27,91 %, maka PERUM DAMRI harus melakukan kenaikan tarif pada kondisi load factor (LF) 100%, minimal sebesar 15,78 % dan pada LF 70%, minimal 15,76% dari tarif

11 semula. Sedangkan, apabila terjadi penurunan harga bahan bakar minyak solar 12,73%, maka PERUM DAMRI hanya dapat menurunkan besaran tarif maksimal sebesar 5,21 % dengan kondisi LF 100 %, dan 5,22 % pada LF 70 %. 5. KESIMPULAN 1. Setelah menghitung dan menganalisis besaran komponen biaya produksi jasa angkutan bus antar kota antar propinsi kelas ekonomi PERUM DAMRI per penumpang-kilometer pada saat tahun dasar dalam penelitian ini atau harga bahan bakar minyak saat Rp adalah biaya penyusutan Rp 11,57, biaya bunga modal Rp 4,55, biaya awak bus Rp 7,78, biaya BBM solar Rp 26,06, biaya pemeliharaan kendaraan Rp 9,86, biaya terminal Rp 0,36, biaya pajak kendaraan bermotor Rp 0,27, biaya keur bus Rp 0,04 dan biaya asuransi Rp 1,81, biaya pegawai kantor Rp 2,36 dan biaya pengelolaan Rp 0,73. Dengan kata lain, besaran komponen biaya langsung Rp 67,36 per penumpang kilometer dan biaya tidak langsung sebesar 2,82 per penumpang kilometer. 2. Pada saat terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak sebesar 27,91% atau dari Rp menjadi Rp per liter, besaran komponen biaya langsung mengalami peningkatan sebesar 16,03% menjadi Rp 78,15 per penumpang kilometer dan biaya tidak langsung mengalami mengalami peningkatan sebesar 9,57% menjadi Rp 3,09 per penumpang kilometer. Penurunan harga bahan bakar minyak solar sebesar 12,73% atau menjadi Rp per liter dari semula Rp per liter hanya membawa dampak terhadap penurunan biaya pokok produksi 5,21% atau Rp 77,00 per pnp-km. Setelah terjadi penurunan harga bahan bakar minyak solar sebesar 6,2% dari Rp menjadi Rp 4.500, maka biaya pokok angkutan penumpang hanya mengalami penurunan 2,36% atau menjadi 75,18 per pnp-km, terdiri dari komponen biaya langsung Rp 72,09 per pnp-km dan biaya tidak langsung Rp 3,09 per pnp-km 3. Apabila terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak sebesar 27,91%, maka PERUM DAMRI harus menaikan tarif angkutan antar kota antar propinsi minimal 15,78% dari tarif yang berlaku. Sedangkan pada saat terjadi penurunan 12,73%, maka PERUM DAMRI dapat menurunkan tarif angkutan antar kota antar propinsi maksimal 5,21% dari tarif yang berlaku. 6. DAFTAR PUSTAKA Abas Salim, 2006, Manajemen Transportasi, Rajagrafindo Persada, Jakarta. Alex Nitisemito, 2005, Wawasan Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek, Bumi Aksara, Jakarta.

12 Darsono Prawiranegoro dan Ari Purwanti, 2008, Akuntansi Manajemen, Mitra Wacana Media, Jakarta. Departemen Perhubungan, 1997, Studi Pemantapan konsep Dasar Pengembangan Model Perhitungan Biaya Pokok Angkutan jalan Raya, Departemen Perhubungan, Jakarta. Hansen, Don. R., and Maryanne M. Mowen Cost Management : Accounting and Control, Ohio : South Western Publishing Co. Hendriksen, Eldon S. Teori Akuntansi (judul asli : Accounting Theory), edisi kelima, jilid 2. penterjemah Wim Liyono, Erlangga. Jakarta Horngren, Charles T., George Foster, and Srikant M. Datar Cost Accounting : A Managerial Emphasis, tenth edition. New Jersey : Prentice- Hall inc. Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi keuangan, per 1 April 2002, Jakarta : Salemba Empat. Morlok, Edward, 2001, Pengantar teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta. Muchtarudin Siregar, 2001, Ekonomi dan Manajemen Pengangkutan, FE UI, Jakarta. Mulyadi, 2005, Akuntansi Biaya, Salemba empat, Jakarta. R. A. Supriyono, 2007, Akuntansi Biaya, BPFE, Yogyakarta., Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM I Tahun 2009 tentang Tarif Dasar Batas Atas dan Batas Bawah Angkutan Penumpang Antar Kota Antar Propinsi Kelas Ekonomi di Jalan dengan Mobil Bus Umum.

13

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 89 TAHUN 2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 89 TAHUN 2002 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 89 TAHUN 2002 TENTANG MEKANISME PENETAPAN TARIF DAN FORMULA PERHITUNGAN BIAYA POKOK ANGKUTAN PENUMPANG DENGAN MOBIL BUS UMUM ANTAR KOTA KELAS EKONOMI MENTERI PERHUBUNGAN,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. DAMRI rute bandara Soekarno Hatta _ Bogor, dibuat bagan alir sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. DAMRI rute bandara Soekarno Hatta _ Bogor, dibuat bagan alir sebagai berikut : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Langkah Kerja Untuk mengevaluasi tingkat pelayanan terhadap kepuasaan pelanggan bus DAMRI rute bandara Soekarno Hatta _ Bogor, dibuat bagan alir sebagai berikut : Mulai

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh BAB IV DATA DAN ANALISIS Indikator indikator pelayanan yang diidentifikasi sesuai dengan standar yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh waktu waktu sibuk pada jaringan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang tentang pedoman teknis penyelenggaraan

BAB III LANDASAN TEORI. SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang tentang pedoman teknis penyelenggaraan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kapasitas Kendaraan Menurut Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang tentang pedoman teknis penyelenggaraan angkutan penumpang umum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah kerja penelitian Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif pada angkutan Bus DAMRI Trayek Blok M Bandara Soekarno-Hatta dapat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. maupun taksi kosong (Tamin, 1997). Rumus untuk menghitung tingkat

BAB III LANDASAN TEORI. maupun taksi kosong (Tamin, 1997). Rumus untuk menghitung tingkat BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Okupansi Okupansi merupakan perbandingan prosentase antara panjang perjalanan taksi isi penumpang dengan total panjang taksi berpenumpang maupun taksi kosong (Tamin, 1997).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur.

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur. BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Hasil Survey Primer Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan secara langsung kepada operator yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur. Metode wawancara

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Kebijakan penetuan tarif angkutan penumpang umum harus dipertimbangkan sesuai dengan harga fluktuasi bahan bakar minyak yang setiap tahun berubah.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan tahapan yang akan dilakukan dalam menentukan tarif pada bus Mayasari Bakti patas 98A Trayek Pulogadung Kampung Rambutan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Penentuan Tarif Perhitungan biaya untuk menetapkan tarif angkutan umum sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK. 687 / AJ. 206 / DRJD / 2002

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL Menurut UU No.13/1980, tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol.. Kemudian pada tahun 2001 Presiden mengeluarkan PP No. 40/2001. Sesuai

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh : IMMANUEL A. SIRINGORINGO NPM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menetukan tariff

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menetukan tariff BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Penelitian Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menetukan tariff pada angkutan TransJakarta dapat dilihat pada flowchart berikut.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data mengenai perhitungan biaya produksi dengan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data mengenai perhitungan biaya produksi dengan 67 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data mengenai perhitungan biaya produksi dengan menggunakan pendekatan target costing ini, maka dapat diberi kesimpulan bahwa agar industri ini

Lebih terperinci

Analisis Harga Pokok Produksi Amplang Pada UD Mawar Sari Di Samarinda. Ety Murdiana Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

Analisis Harga Pokok Produksi Amplang Pada UD Mawar Sari Di Samarinda. Ety Murdiana Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Analisis si Amplang Pada UD Mawar Sari Di Samarinda Ety Murdiana Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Iskandar, SE., M.Si, Ak Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Muhammad Ikbal, SE., M.Sa Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK)

ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) Christian Yosua Palilingan J.A. Timboeleng, M. J. Paransa Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Langkah kerja penelitian Secara spesifik, tahapan-tahapan yang diambil dalam menentukan tarif pada angkutan bus BKTB route pantai indah kapuk (PIK)-monas dapat di lihat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. biaya aktivitas saat terjadi perubahan aktivitas output yang memungkinkan

BAB V PENUTUP. biaya aktivitas saat terjadi perubahan aktivitas output yang memungkinkan BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Activity Based Flexible Budgeting dapat mengidentifikasikan perubahan biaya aktivitas saat terjadi perubahan aktivitas output yang memungkinkan manajer untuk lebih berhati-hati

Lebih terperinci

DAFTAR KEPUSTAKAAN. Carter, William K. and Milton F. Usry Cost Accounting. Thirteenth Edition. Ohio : South Western Publishing Co.

DAFTAR KEPUSTAKAAN. Carter, William K. and Milton F. Usry Cost Accounting. Thirteenth Edition. Ohio : South Western Publishing Co. DAFTAR KEPUSTAKAAN Blocher, Edward, Kung H. Chen, and Thomas W. Lin. 2002. Cost Management: A Strategic Emphasis. International Edition. New York: McGraw- Hill Companies International, Inc. Carter, William

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya 2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi sebagai salah satu ilmu terapan mempunyai dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Salah satu yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengantar Dalam rangka penyusunan laporan Studi Kajian Jalur Angkutan Penyangga Kawasan Malioboro berbasis studi kelayakan/penelitian, perlu dilakukan tinjauan terhadap berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

KAJIAN JASA TRAVEL JURUSAN PALANGKARAYA-SAMPIT DITINJAU DARI BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENUMPANG

KAJIAN JASA TRAVEL JURUSAN PALANGKARAYA-SAMPIT DITINJAU DARI BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENUMPANG MEDIA ILMIAH TEKNIK SIPIL Volume 5 Nomor 1 Desember 2016 Hal. 1-8 KAJIAN JASA TRAVEL JURUSAN PALANGKARAYA-SAMPIT DITINJAU DARI BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENUMPANG Fitri Wulandari (1), Nirwana Puspasari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Untuk melakukan evaluasi kinerja dan tarif bus DAMRI trayek Bandara Soekarno Hatta Kampung Rambutan dan Bandara Soekarno Hatta Gambir dibuat langkah kerja

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN TARIF STANDAR ANGUTAN KOTA DI KABUPATEN BANYUWANGI. Rahayuningsih ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN TARIF STANDAR ANGUTAN KOTA DI KABUPATEN BANYUWANGI. Rahayuningsih ABSTRAK ANALISIS PENENTUAN TARIF STANDAR ANGUTAN KOTA DI KABUPATEN BANYUWANGI Rahayuningsih ABSTRAK Tarif adalah biaya yang dibayarkan oleh pengguna jasa angkutan persatuan berat atau penumpan per kilometer, penetapan

Lebih terperinci

penumpang yang dilakukan system sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan

penumpang yang dilakukan system sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Umum Angkutan umum penumpang (AUP) adalah angkutan umum penumpang yang dilakukan system sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan kota (bus, minibus, dsb),

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG DALAM TRAYEK TETAP DAN TERATUR WALIKOTA BOGOR, Menimbang

Lebih terperinci

berakhir di Terminal Giwangan. Dalam penelitian ini rute yang dilalui keduanya

berakhir di Terminal Giwangan. Dalam penelitian ini rute yang dilalui keduanya BABV ANALISIS A. Rute Perjalanan Rute perjalanan angkutan umum bus perkotaan yang diteliti ada dua jalur yaitu jalur 7 dan jalur 5 yang beroperasinya diawali dari Terminal Giwangan dan berakhir di Terminal

Lebih terperinci

KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM TRAYEK PAAL DUA POLITEKNIK DI KOTA MANADO

KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM TRAYEK PAAL DUA POLITEKNIK DI KOTA MANADO KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM TRAYEK PAAL DUA POLITEKNIK DI KOTA MANADO Moses Ricco Tombokan Theo K. Sendow, Mecky R. E. Manoppo, Longdong Jefferson Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. PT.Merak Mekar Abadi perlu menerapkan metode target costing dalam perhitungan

BAB V PENUTUP. PT.Merak Mekar Abadi perlu menerapkan metode target costing dalam perhitungan 56 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan mengenai penerapan metode target costing dalam upaya meningkatkan volume penjualan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Data Penumpang Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November 2014 dan minggu 16 November 2014 (data terlampir) diperoleh data naik dan turun penumpang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data mengenai penerapan target costing dalam

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data mengenai penerapan target costing dalam BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data mengenai penerapan target costing dalam menekan biaya produksi dengan studi kasus pada perusahaan konveksi Yuan F Collection Yogyakarta, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BABIV KES~PULANDANSARAN. Setelah dilakukan penelitian terhadap situasi dan kondisi yang ada dalam

BABIV KES~PULANDANSARAN. Setelah dilakukan penelitian terhadap situasi dan kondisi yang ada dalam BABIV KES~PULANDANSARAN 4.1 Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian terhadap situasi dan kondisi yang ada dalam Departemen Kantor Depan Hotel"X", dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Adanya

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA 12 BAB II PENENTUAN BIAYA JASA 2.1. Jasa Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakn barang dan jasa bagi masyarakat, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

Addendum Dokumen Pengadaan

Addendum Dokumen Pengadaan PEMERINTAH KOTA BANDUNG Addendum Dokumen Pengadaan Perawatan dan Pengoperasian Bus Sekolah Koridor 3 Cibiru Asia Afrika Nilai HPS : Rp. 719.483.300,- Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Perhubungan Kota

Lebih terperinci

BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) SEBAGAI DASAR PENENTUAN TARIF ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP)

BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) SEBAGAI DASAR PENENTUAN TARIF ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) 35 BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) SEBAGAI DASAR PENENTUAN TARIF ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) Dewa Ayu Nyoman Sriastuti 1), A. A. Rai Asmani, K. 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VEHICLE OPERATION COST GUNA KESINAMBUNGAN PERUSAHAAN: (STUDI KASUS SHUTTLE SERVICE TUJUAN BANDUNG-BANDARA SOEKARNO HATTA)

PERHITUNGAN VEHICLE OPERATION COST GUNA KESINAMBUNGAN PERUSAHAAN: (STUDI KASUS SHUTTLE SERVICE TUJUAN BANDUNG-BANDARA SOEKARNO HATTA) Yogyakarta, 22 Juli 2009 PERHITUNGAN VEHICLE OPERATION COST GUNA KESINAMBUNGAN PERUSAHAAN: (STUDI KASUS SHUTTLE SERVICE TUJUAN BANDUNG-BANDARA SOEKARNO HATTA) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANGKUTAN KOTA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI DKI JAKARTA 26 MEI 2008

ANGKUTAN KOTA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI DKI JAKARTA 26 MEI 2008 RENCANA KENAIKAN TARIF ANGKUTAN KOTA SEBAGAI DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI DKI JAKARTA 26 MEI 2008 D A S A R 1. Berdasarkan Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 16

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 71 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, maka perbandingan tarif angkutan umum berdasarkan biaya operasional kendaraan (BOK) dikabupaten

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hansen dan Mowen Accounting Managerial, terjemahan Arnos Deny Kwary, buku 1 edisi 8, Salemba Empat, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Hansen dan Mowen Accounting Managerial, terjemahan Arnos Deny Kwary, buku 1 edisi 8, Salemba Empat, Jakarta. 66 DAFTAR PUSTAKA. Armanto Witjaksono.2013. Akuntansi Biaya, edisi revisi Graha Ilmu, Yogyakarta. Bustami, Bastian dan Nurlela. 2013.Akuntansi Biaya, Mitra Wacana Media, Jakarta. Cecily A. Raiborn, Michael

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa: 1. Metode pemilihan pemasok kawat pada perusahaan Medion berdasarkan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Biaya Operasional Kendaraan, Kenaikan Tarif, Kenaikan Harga BBM, 2015

Kata Kunci : Biaya Operasional Kendaraan, Kenaikan Tarif, Kenaikan Harga BBM, 2015 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 7 DAMPAK KENAIKKAN TARIF ANGKUTAN UMUM KOTA PALANGKA RAYA PASCA KENAIKKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) Oleh: Hersi Andani 1), Supiyan 2), dan Zainal Aqli 3) Kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Rujukan penelitian pertama yaitu Tugas Akhir Muhammad Hanafi Istiawan mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya 2013

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 67 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, maka perbandingan tarif umum berdasarkan biaya operasional kendaraan (BOK) di Kabupaten Gunungkidul

Lebih terperinci

BIAYA POKOK ANGKUTAN BUS TRANS JOGJA PASCA KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (241T)

BIAYA POKOK ANGKUTAN BUS TRANS JOGJA PASCA KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (241T) BIAYA POKOK ANGKUTAN BUS TRANS JOGJA PASCA KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (241T) Imam Basuki Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta Email: imbas2004@gmail.com

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: anggaran, perencanaan, pengendalian UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK. Kata kunci: anggaran, perencanaan, pengendalian UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK Seiring dengan berkembangnya berbagai macam industri yang ada di Indonesia, industri garmen juga mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini menyebabkan munculnya banyak perusahaan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

Penentuan Umur Ekonomis Truk Trailer Berdasarkan Biaya Tahunan Rata-rata di PT Richie Persada Logistindo

Penentuan Umur Ekonomis Truk Trailer Berdasarkan Biaya Tahunan Rata-rata di PT Richie Persada Logistindo Penentuan Umur Ekonomis Truk Trailer Berdasarkan Biaya Tahunan Rata-rata di PT Richie Persada Logistindo Syafrianita Program Studi Manajemen Transportasi Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia Jl.

Lebih terperinci

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK Nurul Badriyah,SE,MPd ABSTRAK Direct costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melakukan pengamatan, pengumpulan data, dan. melakukan analisis atas data yang telah diperoleh dari perusahaan Bakpia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melakukan pengamatan, pengumpulan data, dan. melakukan analisis atas data yang telah diperoleh dari perusahaan Bakpia 68 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah penulis melakukan pengamatan, pengumpulan data, dan melakukan analisis atas data yang telah diperoleh dari perusahaan Bakpia Djogdja, maka penulis membuat kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Moda Angkutan Umum Secara umum, ada 2 (dua) kemlompok moda transportasi, dalam hal ini yang dimaksud adalah moda angkutan penumpang yaitu : 1. Kendaraan pribadi (private transportation),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Defenisi angkutan umum menurut undang-undang No. 14 Tahun 1992 adalah angkutan untuk mana penggunanya dipungut bayaran. Konsep angkutan publik atau umum muncul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selamat, aman, nyaman, dan terjangkau. perkotaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu choice dan captive.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selamat, aman, nyaman, dan terjangkau. perkotaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu choice dan captive. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Peraturan Pemerintah mor 74 Tahun 2014 pasal 14 ayat 1 tentang Angkutan Jalan menyebutkan bahwa angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO Astrid Fermilasari NRP : 0021060 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS SEDANG (Studi Kasus Trayek Lhokseumawe-Bireuen)

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS SEDANG (Studi Kasus Trayek Lhokseumawe-Bireuen) STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS SEDANG (Studi Kasus Trayek Lhokseumawe-Bireuen) T. M. Ridwan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh Email: ponwan_04@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Grafik jumlah penumpang TransJakarta rata-rata perhari

Grafik jumlah penumpang TransJakarta rata-rata perhari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Busway-TransJakarta 2.1.1. Pendahuluan TransJakarta atau yang biasa dipanggil Busway (kadang Tije) adalah sebuah system transportasi bus cepat di Jakarta Indonesia. Sistem ini

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan dari hasil seluruh analisis dan pembahasan dalam tugas akhir

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan dari hasil seluruh analisis dan pembahasan dalam tugas akhir BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil seluruh analisis dan pembahasan dalam tugas akhir ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut: 1. dari hasil analisis

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Menurut L. Gaylee Rayburn (1999:3), pengertian Akuntansi Biaya adalah sebagai berikut : Akuntansi Biaya adalah proses mengidentifikasi,

Lebih terperinci

ANALISA INVESTASI AKTIVA TETAP TERHADAP BIAYA VOLUME LABA PADA PT BARATA INDONESIA GRESIK

ANALISA INVESTASI AKTIVA TETAP TERHADAP BIAYA VOLUME LABA PADA PT BARATA INDONESIA GRESIK Hal 32-40 ANALISA INVESTASI AKTIVA TETAP TERHADAP BIAYA VOLUME LABA PADA PT BARATA INDONESIA GRESIK Ketut Ariasna, Rizki Putri Nuri Sari ABSTRAK Dalam menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju, sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Transportasi Transportasi adalah suatu kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan suatu sistem tertentuuntuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PENETAPAN TARIF TAKSI DI KOTA PADANG

TINJAUAN PENETAPAN TARIF TAKSI DI KOTA PADANG TINJAUAN PENETAPAN TARIF TAKSI DI KOTA PADANG Titi Kurniati Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas ABSTRAK Salah satu pilihan angkutan umum yang tersedia di kota Padang adalah taksi, yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tepat. Hal ini disebabkan karena harga pesanan khusus berupa Plywood-CF

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tepat. Hal ini disebabkan karena harga pesanan khusus berupa Plywood-CF 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Berdasarkan penyajian dan analisis data pada bab IV dapat ditarik kesimpulan bahwa jika didasarkan pada penerapan biaya relevan, keputusan yang diambil PT

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntasi Biaya Secara garis besar Akuntasi berarti pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian dari transaksi-transaksi

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN : KT221212

KONTRAK PERKULIAHAN : KT221212 Mata Kuliah KONTRAK PERKULIAHAN SKS : 3 Kode Mata Kuliah A. Deskripsi singkat : : AKUNTANSI BIAYA II : KT221212 Akuntansi Biaya II membahas konsep, pemanfaatan, dan perekayasaan informasi biaya untuk penentuan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada Perusahaan FD, maka penulis mengambil kesimpulan mengenai masalah yang telah diidentifikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk,

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN TARIF ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA MANADO (STUDI KASUS : TRAYEK PUSAT KOTA 45 MALALAYANG)

ANALISA KELAYAKAN TARIF ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA MANADO (STUDI KASUS : TRAYEK PUSAT KOTA 45 MALALAYANG) ANALISA KELAYAKAN TARIF ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA MANADO (STUDI KASUS : TRAYEK PUSAT KOTA 45 MALALAYANG) Samuel A. R. Warouw T. K. Sendow, Longdong J. dan M. R. E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Sipil

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA OPERASI KENDARAAN (BOK) ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA DALAM PROPINSI RUTE PALU - POSO

ANALISA BIAYA OPERASI KENDARAAN (BOK) ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA DALAM PROPINSI RUTE PALU - POSO JURNAL Rekayasa dan Manajemen Transportasi Journal of Transportation Management and Engineering ANALISA BIAYA OPERASI KENDARAAN (BOK) ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA DALAM PROPINSI RUTE PALU - POSO Rahmatang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai peranan anggaran bahan baku terhadap efektifitas bahan baku di PT. Gold Coin Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MANADO (Studi Kasus : Paal Dua Politeknik)

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MANADO (Studi Kasus : Paal Dua Politeknik) ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MANADO (Studi Kasus : Paal Dua ) Natal Pangondian Siagian Junior Audie L.E.Rumayar, Theo K. Sendow Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data - Data Primer Data primer adalah data-data yang didapat dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Baru Kredit, suku bunga %/Thn Bekas Leasing, suku bunga %/Thn Lainnya, sebutkan!

LAMPIRAN 1. Baru Kredit, suku bunga %/Thn Bekas Leasing, suku bunga %/Thn Lainnya, sebutkan! LAMPIRAN 1 FORMULIR ISIAN SURVEI BIAYA OPERASI KENDARAAN Hari/Tanggal:Senin/23Mei2011 I. Karakteristik Kendaraan & Operasi a. Umum Kelas Kendaraan: Angkutan Penumpang 1. No Plat Kendaraan: D 1952 BM 2.

Lebih terperinci

Struktur organisasi BIDANG ANGKUTAN SARANA DAN PRASARANA TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Struktur organisasi BIDANG ANGKUTAN SARANA DAN PRASARANA TUGAS POKOK DAN FUNGSI Struktur organisasi BIDANG ANGKUTAN SARANA DAN PRASARANA KEPALA BIDANG ANGKUTAN SARANA DAN PRASARANA SEKSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DAN PERBENGKELAN SEKSI TERMINAL DAN PERPARKIRAN SEKSI ANGKUTAN Bidang

Lebih terperinci

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti Desen Pembimbing: Prof. Gugus Irianto, SE., MSA., Ph.D., Ak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya dan Penggolongan Biaya 1. Pengertian Biaya Sebelum mengetahui lebih lanjut apa dan bagaimana biaya, berikut pengertian biaya menurut Horngren dan Foster (2000;

Lebih terperinci

BABIII LANDASAN TEORI

BABIII LANDASAN TEORI ;'.~- _.. BABIII LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Biaya Menurut Morlok ( 1984 ), biaya ada1ah sesuatu yang dikaitkan dengan penyediaan suatu barang atau pelayanan, seperti halnya produksi jasa bidang transportasi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Pengertian biaya yang dikemukakan oleh Mulyadi, dalam bukunya akuntansi Biaya ialah sebagai berikut : - Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN : KT221212

KONTRAK PERKULIAHAN : KT221212 Mata Kuliah KONTRAK PERKULIAHAN SKS : 3 Kode Mata Kuliah : AKUNTANSI BIAYA II : KT221212 A. Deskripsi singkat : nakuntansi Biaya II membahas konsep, pemanfaatan, dan perekayasaan informasi biaya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah cara mencari kebenaran dan asas-asas gejala alam, masyarakat, atau kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu tertentu (Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Jual Menurut Mulyadi (1993), Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah Mark-up.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Undang undang Nomor 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mendefinisikan angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Di masa lalu, akuntansi biaya secara luas dianggap sebagai cara perhitungan nilai persediaan yang dilaporkan di neraca dan harga pokok penjualan yang disajikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi penilaian. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah 2.2 Angkutan Undang undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

Handy Nugroho 1), Ratna Purwaningsih 2)

Handy Nugroho 1), Ratna Purwaningsih 2) Jurnal Teknik Industri, Volume x, Nomor x, Tahun 2015, Halaman x-x Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/ieoj ANALISIS TARIF BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) DAN WILLINGNESS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2007:18) yang dimaksud dengan harga pokok produksi adalah harga pokok produksi memperhitungkan semua unsur biaya yang terdiri dari biaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

BAB V KESIMPULAN dan SARAN 7 BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan di dalam bab IV, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: Wisma Djoglo belum menghitung

Lebih terperinci

KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DI PULAU TAGULANDANG

KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DI PULAU TAGULANDANG KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DI PULAU TAGULANDANG Ferry Yakob Theo K. Sendow, M. J. Paransa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi email: ferryyakob@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan transportasi semakin lama semakin meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan transportasi semakin lama semakin meningkat seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat saat ini. Transportasi telah menjadi media untuk melakukan perpindahan barang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan activity based costing dimulai

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan 104 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Tujuan dilakukan penerapan ABC dan ABM dalam perhitungan biaya produksi pada dasarnya adalah untuk menghitung biaya produksi dalam rangka memperbaharui harga jual produk

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK ABSTRAK Vivi Parita Sari email: vivi.paritasari@yahoo.com Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci