PERSEPSI DAN PENGERTIAN PEMBELAAN NEGARA BERDASARKAN UUD 1945 (AMANDEMEN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI DAN PENGERTIAN PEMBELAAN NEGARA BERDASARKAN UUD 1945 (AMANDEMEN)"

Transkripsi

1 PERSEPSI DAN PENGERTIAN PEMBELAAN NEGARA BERDASARKAN UUD 1945 (AMANDEMEN) Oleh : Drs. H. Sutarman, Ws. M.Si PENDAHULUAN Bangsa dan warga negara Indonesia telah sepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia berlaku secara ienmalig artinya terjadi sekali dan tidak akan terulang lagi.proklamasi yang mengandung berbagai makna bagi bangsa Indonesia adalah merupakan titik kulminasi pergerakan perjuangan bangsa Indonesia dalam cita-citanya untuk merdeka. Kemerdekaan bukan merupakan tujuan tetapi hanya sebagai sasaran antara,karena dengan kemerdekaan itu kita ingin terus bersatu,berdaulat adil dan makmur. Terbentuknya masarakat adil dan makmur sebagai cita cita luhur bangsa Indonesia tidak akan tewrwujud begitu saja tanpa melalui proses,dan partisipasi serta strategi yang sistemik, terarah dan terpadu. Cita cita nasional sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 akan dapat terealisasi bila tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pemukaan UUD 1945 dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan nasional diperlukan adanya berbagai potensi dan partisipasi dari seluruh aspek kehidupan yang akan dapat menjamin kelangsungan dan keselamatan serta keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Keselamatan bangsa dan negara adalah suatu kondisi yang harus terwujud dan tidak dapat ditawar apabila bangsa dan negara itu ingin hidup survival. Masalah keselamatan erat sekali dengan keamanan dan untuk mewujudkan keamanan suatu negara diperlukan potensi dan kesadaran tentang bela negara. Atas dasar pertimbangan pertimbangan dan alasan alasan tersebut didepan maka baimananakah persepsi dan implementasi bela negara menurut Konstitusi atau Undang Undang Dasar kita? Permasalahan yang timbul adalah apakah nalar, persepsi dan pengertianserta implentasi Pembelaan Negara di Indonesia itu identik dengan Ketahanan Nasional? Kecuali itu bagaimanakah kaitan atau hubungannya antara Pembelaan Negara dengan Ketahanan Nasional? Untuk membahas permasalahan-permasalahan tersebut dimuka perlu kiranya terlebih dahulu dikemukakan beberapa pengertian pokok permasalahan sebagai dasar pembahasan sebagai berikut : 1. Pembelaan Negara atau Bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia,keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara, dan kerelaan unyuk berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional, serta nilai-nilai Paancasila dan UUD Drs. H. Sutarman, Ws, M.Si. : adalah dosen... Magistra No. 75 Th. XXIII Maret

2 2. Pertahanan Keamanan adalah daya upaya suatu bangsa dengan mendayagunakan sumber daya nasional dan prasarana nasionalnya guna melindungi kepentingan negara dan bangsa demi terwujudnya kondisi kelangsungan hidup dan perkembangan kehidupan bangsa dan negara, serta terpenuhinya hak dan kewajibannya sebagai warga negara, berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara, dalam pencapaian tujuan nasional. 3. Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta ( SISHANKAMRATA ) adalah tatanan segenap komponen kekuatan pertahanan keamanan negara, yang terdiri atas komponen dasar rakyat terlatih, komponen utama ABRI beserta cadangan TNI, komponen khusus Perlindungan masarakat dan komponen pendukung sumber daya alam, sumber daya buatan dan prasarana nasional, secara menyeluruh, terpadu dan terarah. 4. Perlawanan Rakyat Semesta adalah kesadaran, tekad, sikap dan pandangan seluruh rakyat Indonesia untuk menangkal, mencegah, menggagalkan, dan menumpas setiap ancaman yang membahayakan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan UUD 1945, dengan mendayagunakan segala sumber daya nasional dan prasarana nasional. 5. Ketahanan Nasional adalah Kondisi yang dinamis yang merupakan integrasi dan kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, baik dalam maupun dari luar negeri yang langsung maupun tidak langsung membahayakan identitas, keutuhan, kelangsungan hidup banhgsa dan negara, serta dalam mencapai tujuan nasionalnya. 6. Ketahanan Pertahanan keamanan adalah kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan keamanan negara yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dalam menangkal segala bentuk ancaman. 7. Sistem Senjata Teknologi (SISTEK) adalah keseluruhan yang teratur, berdaya dan berhasil guna dan saling bersangkut paut dari pengintegrasian sumua unsur-unsur kekuatan pisik dan teknologi, diwujudkan dalam satu pola tertentu, dan yang merupakan kondisi dan alat memenangkan perang. 8. Sistem Senjata Sosial (SISSOS) adalah suatu keseluruhan yang teratur, berdaya guna dan berhasilguna dan saling bersangkut paut dari pengintegrasian semua unsur unsur kekuatan sosial, diwujudkan dalam suatu pola tertentu, yang merupakan kondisi serta alat untuk mencapai tujuan. Selanjutnya perlu juga diperhatikan aspek aspek yang bisa memberikan konstribusi atau pengaruh dalam membahas permasalahan tersebut yaitu aspek alamiah (TRI GATRA) dan aspek sosial (PANCA GATRA) sebagaimana terkaji dalam Ketahanan Nasional Indonesia. 78 Magistra No. 75 Th. XXIII Maret 2011

3 PEMBAHASAN Guna membahas permasaalahan sebagaimana dikemukakan didepan mari kita ingat beberapa dasar pertimbangan yuridis yang tertuang dalam beberapa peraturan perundangan sebagai berikut : 1. Pasal 27 : 3 UUD 1945 (Amandemen kedua) yang berbunyi : Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara 2. Pasal 30 : 1 UUD 1945 (Amandemen kedua) yang berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara 3. Pasal 30 : 2 UUD 1945 (Amandemen kedua) yang berbunyi : Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendudukung 4. Pasal 30 : 5 UUD 1945 (Amandemen kedua) yang berbunyi : Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia didalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal- hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan negara diatur dengan undang-undang 5. Pasal 68 Undang-Undang N0. 39 Tahun 1999 yang berbunyi : Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan 6. Undang-Undang N0. 2 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara, yang dalam pasal 9 disebutkan : (1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara (2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diselenggarakan melalui : a. pendidikan kewarganegaraan b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib c. pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau secara wajib, dan d. pengabdian sesuai profesi. (3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang undang. Selanjutnya Chaidir Basrie menyatakan bahwa wawasan dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang telah dijadikan landasan dan sumber perjuangan bangsa untuk membela dan mempertahankan negara Proklamasi 17 Agustus 1945, merumuskan 4 prinsip dasar bagi penyelenggaraan pertahanan dan keamanan negara kesatuan Republik Indonesia. Magistra No. 75 Th. XXIII Maret

4 Keempat prinsip tersebut adalah : 1. Bahwa bangsa Indonesia berhak dan wajib membela dan mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia yangtelah diperjuangkan, yang meliputi segenap rakyat Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 2. Bahwa upaya pertahanan keamanan negara yang merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga negara harus dilakukan berdasarkan asas keyakinan akan kewenangan dan tidak kenal menyerah, serta tidak mengandalkan pada bantuan atau perlindungan kekuatan asing. 3. Bahwa bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta pada kemerdekaan dan kedaulatannya. 4. Bahwa bangsa Indonesia menentang segala macam penjajahan dalam berbagai bentuk dan Penampilannya, dan menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif. Persepsi tentang pengertian pembelaan negara secara umum identik dengan pemahaman pertahanan keamanan. Tanggapan seperti ini memang wajar, karena sejak Indonesia merdeka dan atau berdiri keikutsertaan warga negara dalam bela negara terwujud dalam kegiatan pertahanan keamanan. Atas dasar ini maka persepsi pemerintah maupun masyarakat terhadap bela negara,yaitu setelah seorang warga negara tersebut melaksanakan kegiatan dibidang komponen-komponen kekuatan pertahanan keamanan. Persepsi dan pengertian bela negara pada perkembangan tahun dimana saat itu merupakan periode perang kemerdekaan menghadapi ancaman dari Belanda bahwa warga negara dianggap talah menunaikan hak dan kewajiban dalam bela negara sebagaimana diminta dalam pasal 30 UUD 1945, apabila ia ikut serta dalam perang kemerdekaan, baik bersenjata maupun tidak bersenjata. Perkembangan berikutnya adalah periode tahun bahwa bela negara dipersepsikan identik dengan pertahanan keamanan dalam arti bahwa warga negara dikatakan ikut bela negara, apabila ia ikut serta dalam kegiatan kegiatan baik langsung maupun tidak langsung dalam salah satu komponen kekuatan pertahan keamanan. Sedang pada masa pemerintahan Orde Baru ( ) dimana ancaman yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia semakin komplek maka mulai dikenalkan dan dikembangkan tentang konsepsi Ketahanan Nasional. Ketahanan Nasional pada hakekatnya adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Dengan demikian lahirnya konsepsi Ketahanan Nasional tersebut, maka sebagai konsekwensinya adalah bahwa bela negara itu identik dengan Ketahanan Nasional, maka bentuk bela negara harus diwujudkan dalam segenap aspek kehidupan nasional bangsa Indonesia yang mencakup dibidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Dengan kata lain bahwa bela negara itu dapat dilakukan dengan tidak hanya dengan perang angkat senjata maju kemedan pertempuran, tetapi dapat dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia sesuai dengan bidang kemampuan dan keahliannya masing masing. 80 Magistra No. 75 Th. XXIII Maret 2011

5 SUMBER KEKUATAN BELA NEGARA Sumber kekuatan bela negara apabila kita melihat dalam Undang Undang N0. 20 Tahun Pokok-pokok Pertahanan dan Keamanan Negara Republik Indonesia adalah semua warga negara Indonesia. Rakyat Indonesia adalah sumber kekuatan bangsa yang menjadi kekuatan dasar upaya pertahanan keamanan negara (Pasal 2 UU N0. 20 Th.1982). Sedangkan dalam Undang Undang N0. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dalam pasal 9 ayat 1 disebutkan pula bahwa Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara Sesuai dengan Sishankamrata maka beberapa potensi harus dibina untuk mewujudkan daya dan kekuatan tangkal dengan membangun, memelihara, dan mengembangkan segenap komponen kekuatan pertahanan negara yang terdiri dari : a. Rakyat terlatih (Ratih) sebagai komponen dasar b. Angkatan bersenjata (ABRI) besertya cadangan Tentara Indonesia (Cad.TNI) sebagai komponen utama. c. Perlindungan masarakat (Linmas) sebagai komponen khusus d. Sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan prasarana nasional sebagai kmponen pendukung Selanjutnya perwujudan penyelenggaraan pertahanan keamanan rakyat semesta itu dilakukan melalui : a. Memasarakatkan upaya pertahanan keamanan negara b. Menegakkan Hak dan Kewajiban warga negara dalam bela negara menurut jalur / wadah yang ditentukan oleh peraturan perundang- undangan c. Mengamankan dan mendayagunakan sumber daya nasional dan prasarana nasional untuk kepentingan pertahanan keamanan negara. Hakekat sistem Pertahanan Keamanan negara Indonesia adalah Perlawanan Rakyat Semesta yang memiliki sifat-sifat : a. Kerakyatan, yaitu keikutsertaan seluruh rakyat warga negara sesuai dengan kemampuan dan keahliannya dalam komponen kekuatan pertahanan keamanan negara. b. Kesemestaan, yaitu seluruh daya bangsa dan negara mampu memobilisasikan diri guna menanggulangi setiap bentuk ancaman baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri c. Kewilayahan, yaitu seluruh wilayah negara merupakan tumpuhan perlawanan dan segenap lingkungan didayagunakan untuk mendukung setiap bentuk perlawanan secara berlanjut. BELA NEGARA PASKA UUD 1945 (AMANDEMEN ) Konsepsi pertahanan keamanan negara RI menurut UU N0. 20 Tahun 1982 yang dengan adanya amandemen didalamnya ditegaskan bahwa sistem yang dipakai adalah Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sihankamrata) dengan adanya amandemen UUD 1945 pada pasal 27 dan pada pasal 30 serta dengan diundangkannya UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) maka panggilan tentang partisipasi, implementasi serrta realisasi pembelaan warga negara Indonesia terhadap kedaulatan dan keuutuhan bangsa nampak lebih eksplisit, lebih lebih setelah diundangkannya UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Magistra No. 75 Th. XXIII Maret

6 Dalam pasal 27 UUD 1945 ( Amandemen) ayat 3 tersurat kata wajib iktu serta dalam upaya pembelaan negara. Hal ini merupakan implementasi dari right of equality Jadi tidak ada nilai diskriminatif. Pada pasal 30 UUD 1945 (Amandemen) tentang pembelaan negara dan pertahanan keamanan dimunculkan lagi (ayat 1 dan ayat 2) dan bahkan dalam ayat 2 juga dipertegas lagi oleh UU N0. 20 Tahun 1982 dimana pertahanan dan keamanan dilaksanakan menlalui Sishankamrata. Selanjutnya dalam pasal 68 UU N0. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia memberikan penegasan bahwa upaya pembelaan negara itu wajib bagi setiap warga negara,tetapi ada ketentuan menurut Undang-Undang. Demikian pula yang diatur dalam UU N0. 3 Tahun 2002 dalam pasal 9 ayat 1 disebutkan pula bahwa Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Menurut penjelasan UU N0. 3 Tahun 2002 dinyatakan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Selanjutnya bela negara itu dalam era sekarang ini dapat dipahami baik secaca fisik maupun secara non fisik. Bela negara fisik adalah bagi warga negara yang langsung maju perang dengan memanggul senjata, sedang bela negara non fisik adalah bela negara yang dilakukan oleh warga negara yang tidak langsung maju perang dengan angkat senjata, tetapi dilaksanakan melalui Pendidikan Kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesinya masingmasing. Beberapa contoh bentuk bela negara non fisik adalah : 1. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara,taat, patuh terhadap peraturan perundangan dan demokratis. 2. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada masarakat. 3. Beerperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara 4. Sadar mmembayar pajak untuk kepentingan bangsa dan negara. Selanjutnya apbila kita kaji lebih dalam lebih operasional maka nalar, makna dan pengertian tentang bela negara yang tercantum dibeberapa ayat dan pasal tersebut dimuka ternyata terdapat nilai- nilai kesamaan (identik) dengan nilai nilai Ketahanan Nasional. Bukankah hakekat pertahanan keamanan negara itu adalah dalam rangka terwujudnya Ketahanan Nasional yang mantab dan kondusif? Tentang mengenai kaitan / hubungan Pembelaan Negara dengan Ketahanan Nasional dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pembelaan Negara sebagai suatu sitem lebih menekankan pada komponen kekuatan, strategi dan sosialisasi.sedang Ketahanan Nasional itu merupakan sasaran dan tujuan dari upaya-upaya pembelaan negara. Tujuan Ketahanan Nasional akan diukur melelui seberapa jauh keuletan warga negara dalam partisipasi dan implementasinya dalam Ketahanan Nasional dan seberapa besar kekuatan ketangguhan warga negara dalam Ketahanan Nasional. 82 Magistra No. 75 Th. XXIII Maret 2011

7 2. Pembelaan Negara sebagai wujud partisipasi warga negara yang dilakukan secara semesta dalam arti bahwa seluruh daya bangsa dan negara mampu memobilisasi diri guna menanggulangi setiap bentuk ancaman baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam negeri adalah dalam rangka memelihara dan meningkatkan Ketahanan Nasional. 3. Perihal usaha atau upaya bela negara itu bagi warga negara bukan suatu kesadaran, fakultatif, tetapi harus diterima sebagai suatu panggilan tugas dan kewajiban, karena ancaman yang datang baik yang langsung maupun tidak langsung dapat timbul sewaktu - waktu, dan pengingkaran terhadap kewajiban bela negara merupakan karapuhan Ketahanan Nasional, yang pada gilirannya akan membahayakan identitas, keutuhan, kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasionalnya. Konkritisasi Persepsi dan Pengertian Pembelaan Negara. Persepsi dan pengertian pembelaan negara tidak hanya berhenti atau terbatas pada pengetahuan dan pemahaman teori dan konsep saja, tetapi yang lebih penting adalah harus dikongkritkan atau di implementasikan dalam sikap dan perilaku. Seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, terus meningkatnya peradaban dunia di era globalisasi ini bangsa Indonesia hendaknya dapat memposisikan diri secara fleksibel agar eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat tetap survive dalam kapasitasnya sebagai negara yang berdaulat. Demikian pula dengan berlangsung orde reformasi di Indonesia yang telah bergulir selama lebih satu dasa warsa dimana kran politik dan demokrasi terbuka secara pasif. Kondisi yang demikian apabila tidak diiringi dengan kesadaran bela negara warga negara Indonesia secara kongkrit maka yang mungkin terjadi adalah akan menjungkirbalikkan persepsi dan pengertian pembelaan negara yang pada gilirannya dapat mengganggu integritas dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu guna mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan, dan demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, demi terciptanya tata kehidupan yang kondusif menuju tercapainya tujuan nasional, maka potensi dan kekuatan bangsa serta berbagai peluang yang ada harus dimanfaatkan secara sistemik dan terukur. Potensi, kekuatan, peluang yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut : 1. Memaksimalkan fungsi Pancasila Pancasila yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 memiliki berbagai fungsi / peran bagi bangsa Indonesia. Pancasila jangan hanya dihafal dan dimengerti saja tetapi harus dihayati dan diamalkan secara sungguh-sungguh oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila jangan dilupakan, jangan dikesampingkan dan jangan hanya sebagai slogan kehidupan. 2. Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia Indonesia sebagai negara kepulauan yang dihuni oleh bebagai macam suku, ras, agama, golongan, perlu adanya kesatuan pandang (visi) dalam mencapai apa yang dicita-citakan, tanpa adanya persatuan dari berbagai unsur tersebut mustahil rasanya negara RI akan hidup dan jaya selamalamanya.bangsa Indonesia sepakat bahwa cara Magistra No. 75 Th. XXIII Maret

8 pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya sebagaimana telah dirumuskan dalam wawasan nasionalnya yaitu Wawasan Nusantara, yang berperan membimbing bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan kehidupannya serta sebagai rambu-rambu dalam perjuangan mengisi kemerdekaannya. Dengan demikian bangsa Indonesia diharapka menyadari pentingnya persatuan, kesatuan dan keutuhan wilayah negara, serta lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan pribadi, golongan, sehingga sadar berbakti, rela berkorban untuk bangsa dan negaranya. 3. Wilayah Indonesia dengan segala sumber kekayaan alamnya Wilayah RI yang terdiri dari darat laut dan udara ternyata sangat kaya, sangat banyak memiliki sumber kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan demi kepentingan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Para pemimpin dan para elit politik perlu menyadari dan membuat kebijakan dan keputusan yang dapat mengamankan dan mengelola sumber-sumber kekayaan tersebut dengan semboyan bahwa kekayaan negara yang kita miliki itu bukan warisan nenek moyangmu, tetapi itu adalah titipan anak cucumu Dengan demikian maka dari generasi ke generasi akan tetap tumbuh semangat nasionalisme dan patriotismenya. 4. Otonomi Daerah yang tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Sesuai dengan pasal 18 UUD 1945 bahwa NKRI dibagi atas daerah-daerah propinsi yang diabgi lagi menjadi daerah kabupaten dan kota. Sesuai dengan jiwa pasal 18 tersebut maka daerah diberi hak otonom, dan sesuai dengan UU N0. 22 Tahun 1999 jo UU N0.25 Tahun 1999 dan UU N0 32 Tahun 2004,maka daerah kabupaten dan kota diberikan hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dengan kata lain memiliki otonomi daerah. Diharapkan dengan otonomi daerah, pemerintah daerah dan masyarakat didaerah dapat lebih memperdayakan dirinya dan melaksanakan pembangunan daerahnya masing-masing. Otonomi daerah dimaksud adalah dalam kerangka NKRI. Jadi tidak boleh ada daerah yang ingin menjadi negara dalam negara. 5. Aparat Keamanan Stabilitas keamanan merupakan prasarat atau kunci kepercayaan luar negeri dan dalam negeri untuk melakukan nations and caracter building Aparat keamanan sesuai dengan tugas dan kewenangannya harus tetap setia pada Pancasila, UUD 1945, Sapta Marga, Sumpah Prajurit. TNI dan Polri sebagai kekuatan inti dalam bela negara agar terus ditingkatkan kesiap siagaan, profesionalismenya dan kesejahteraannya. 6. Supremasi Hukum Penegakan hukum merupakan salah satu agenda reformasi di Indonesia. Hukum harus ditegakkan, hukum harus diberlakukan secara adil dan semua warga negara wajib menjunjung hukum tanpa kecuali. Hukum tidak boleh tebang pilih. 7. Dukungan Luar Negeri Keberhasilan diplomasi pemerintah dalam rangka memperoleh dukungan negara-negara lain terhadap keutuhan NKRI dan bantuan dana yang tidak mengikat masih perlu dimantabkan, agar tidak berbalik bertentangan dan atau merugikan kepentingan Indonesia. 84 Magistra No. 75 Th. XXIII Maret 2011

9 PENUTUP 1. Sampai kapanpun persepsi, makna dan pengertian Pembelaan Negara (Bela Negara) dan Ketahanan Nasional tidak boleh hanya sampai pada tataran konsep / teori ataupun pengetahuan saja, tetapi harus benar-benar terinternalisasi dan terimplementasi dalam sikap dan perbuatan sehari-hari. 2. Harus disadari betul bahwa Pembelaan Negara adalah merupakan kewajian bagi seluruh warga negara Indonesia tanpa kecuali, dan dapat dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dan profesinya masing-masing. 3. Ketahanan Nasional sebagai suatu konsep harus terus dipelihara dan dikembangkan seiring dengan peluang dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD Mantab dan terwujudnya Ketahanan Nasional yang tangguh sangat bergantung dan atau terkait dengan kesadaran bela negara rakyat warga negara Indonesia sebagai sumber kekuatan bangsa dalam upaya pertahanan keamanan negara. 5. Persepsi dan pengertian Bela Negara dengan Ketahanan Nasional ternyata terdapat suatu kesamaan pada tujuan akhirnya, dimana keduanya adalah ingin mewujudkan keamanan dan kesejahteraan bagi rakyat warga negara Indonesia 6. Persepsi dan pengertian Pembelaan Negara berdasarkan UUD 1945 (Amandemen) seperti tercantum dalam Pasal 27 ayat 3 serta yang tercantum dalam UU N0. 3 Th merupakan upaya-upaya warga negara dalam usaha peingkatan kesadaran bela negara. Hal ini merupakan indikasi positif demi terwujudnya atau terciptanya tujuan pembangunan nasional. 7. Bagi bangsa Indonesia yang sejak masa reformasi dimana kran politik dan demokrasi sangat terbuka ternyata sangat rentan dengan ancaman disintegrasi bangsa. Oleh sebab itu pendidikan yang mengarah kepada kesadaran bela negara harus terus ditumbuh kembangkan melalui berbagai jalur. 8. Hubungan atau keterkaitan antara pembelaan negara dengan Ketahanan Nasional bersifat interrelationship, saling mengisi, saling melengkapi dan terletak pada unsur manusianya, sehingga apabila manusia warga negara Indonesia memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembelaan negara, maka Ketahanan Nasional Republik Indonesia juga akan mantab dan dinamis, sebaliknya Ketahanan Nasional yang mantab dan dinamis akan memotivasi tumbuhnya kesadaran bela negara yang besar dan tinggi. SARAN SARAN : Kepada Warga Negara Indonesia : 1. Agar memahami dan menyadri bahwa karena rakyat sebagai sumber kekuatan dalam pertahanan negara, maka warga negara Indonesia hendaknya senantiasa siap sedia bersikap dan bertekad untuk berperan serta dalam pemembelaan negara sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 2. Untuk tidak bersikap dan berbuat yang patut diduga atau dapat mengancam disintegrasi bangsa. Magistra No. 75 Th. XXIII Maret

10 3. Secara sendiri-sendiri maupun secara bersamasama mentaati tata perundang-undangan yang ada dan berlaku dalam hal bela negara demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kepada para Tokoh dan Elit Politik : 1. Memberikan fatwa, ajakan dan anjuran yang kondusif terhadap terciptanya kesadaran bela negara demi terwujudnya daya tangkal yang efektif terhadap kemungkinan ancaman yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. 2. Memberikan suri tauladan terhadap anggota dan partisipannya masing-masing berkaitan dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara dalam usaha-usaha bela negara. Kepada Pemerintah Republik Indonesia : 1. Harus tegas tetapi bijak dalam mengambil keputusan dan dalam menghadapi berbagai gangguan dan ancaman yang bisa membahayakan pertahanan dan keamanan negara. 2. Membangun kerja sama dengan infra struktur atau berbagai pihak dalam menangani berbagai masalah yang patut diduga mengancam stabilitas nasional dan dengan lebih mengedepankan pendekatan yang persuasif dan edukatif 3. Mensosialisasikan berbagai peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan usaha Bela Negara, Ketahanan Nasional dan Pertahanan Keamanan 4. Memperhatikan fasilitas pendukung dan kesejahteraan bagi para Komponen Bela negara. DAFTAR PUSTAKA Lembaga Ketahanan Nasional Kewiraan Untuk Mahasiswa Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Kaelan & Achmad Zubaidi Pendidikan Kewarganegaraan Paradigma Yogyakarta, 2007 Chaidir Basrie Bela Negara, Implementasi dan Pengembangannya Universitas Indonesia Press, 1995 Budi Santosa Tegaknya Ketahanan Nasional Untuk Menjamin Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Jurnal Ketahanan Nasional, Desember Undang-Undang Dasar 1945 ( Amandemen ) Undang-Undang N0. 20 Tahun 1982 Undang-Undang N0. 39 Tahun Magistra No. 75 Th. XXIII Maret 2011

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus 1 2 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan oleh para pendiri bangsa ini dengan tujuan yang sangat mulia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA Disusun Oleh: I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA UPT. PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA U N I V E R S I T A S U D A Y A N A B A L I 2016 JUDUL: PENDIDIKAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB II KONSEP DAN PRINSIP KEPRIBADIAN NASIONAL, DEMOKRASI KOSTITUSIONAL INDONESIA, SEMANGAT KEBANGSAAN,CINTA TANAH AIR SERTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pertahanan

Lebih terperinci

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

Ketahanan Nasional A. LATAR BELAKANG

Ketahanan Nasional A. LATAR BELAKANG Ketahanan Nasional 3 Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat memahami konsepsi dan peran ketahanan nasional dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan Instruksional Khusus : 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap bangsa memiliki cita-cita karena cita-cita berfungsi sebagai penentu untuk mencapai tujuan. Tujuan bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam

Lebih terperinci

Program Bela Negara Sebagai Perwujudan Hak Dan Kewajiban Warga Negara. Dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Oleh: Zaqiu Rahman *

Program Bela Negara Sebagai Perwujudan Hak Dan Kewajiban Warga Negara. Dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Oleh: Zaqiu Rahman * 1 Program Bela Negara Sebagai Perwujudan Hak Dan Kewajiban Warga Negara Dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 16 November 2015; disetujui: November 2015 Wacana Program

Lebih terperinci

ASTAGATRA. Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.

ASTAGATRA. Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. KMA ASTAGATRA Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. DASAR PEMIKIRAN ASTAGATRA Pancasila sebagai pandangan

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Kompetensi Dasar : 1.1. Mendeskripsikan Hakikat Bangsa Dan Unsur-unsur Terbentuknya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 2012, No.362 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 1. Latar belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia tidaklah mudah karena membutuhkan pengorbanan yang luar biasa kala itu dan merupakan

Lebih terperinci

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL ANATOMI KEAMANAN NASIONAL Wilayah Negara Indonesia Fungsi Negara Miriam Budiardjo menyatakan, bahwa setiap negara, apapun ideologinya, menyeleng garakan beberapa fungsi minimum yaitu: a. Fungsi penertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

PLEASE BE PATIENT!!!

PLEASE BE PATIENT!!! PLEASE BE PATIENT!!! CREATED BY: HIKMAT H. SYAWALI FIRMANSYAH SUHERLAN YUSEP UTOMO 4 PILAR KEBANGSAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PANCASILA NKRI BHINEKA TUNGGAL IKA UUD 1945 PANCASILA MERUPAKAN DASAR

Lebih terperinci

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

B. Tujuan C. Ruang Lingkup 27. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Pendidikan di diharapkan

Lebih terperinci

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen PANCASILA Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis HAK ASASI MANUSIA Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Pengakuan Atas Martabat dan Hak-Hak Yang Sama Sebagai Manusia Sebagai bagian dari masyarakat

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Tidak diragukan lagi, kesadaran bela Negara memang dan harus perlu ditumbuhkan dikalangan masyarakat dalam suatu Negara. Hal ini dikarenakan untuk menumbuhkan jiwa memiliki

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA Kelompok 3 Nama Anggota Kelompok : 1. Dewi nurfitri 2. Fatih 3. Fadri Wijaya 4. Moh. Akmal 5. Rahman Suwito PRODI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut bebas di antara pulau-pulau di Indonesia. Laut bebas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu tentang Pertahanan dan Keamanan, Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000)

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000) AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000) Perubahan kedua terhadap pasal-pasal UUD 1945 ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000. Perubahan tahap kedua ini ini dilakukan terhadap beberapa

Lebih terperinci

Maukuf, S,Pd. M.Pd. Pertemuan ke:

Maukuf, S,Pd. M.Pd. Pertemuan ke: Pertemuan ke: Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Salah satu upaya negara membangun nasionalisme rakyatnya yakni melalui sarana pendidikan, dalam hal ini dengan memprogramkan Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 4, 1988 (ADMINISTRASI. HANKAM. ABRI. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA)

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA) UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA) Tentang: MOBILISASI DAN DEMOBILISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2015 PERTAHANAN. Pertahanan Negara. 2015-2019 Kebijakan Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

LEARNING OUTCOMES PENDIDIKAN PANCASILA IPB 111 INSTITUT PERTANIAN BOGOR UNIT MATA KULIAH DASAR UMUM

LEARNING OUTCOMES PENDIDIKAN PANCASILA IPB 111 INSTITUT PERTANIAN BOGOR UNIT MATA KULIAH DASAR UMUM OUT PENDIDIKAN PANCASILA IPB 111 INSTITUT PERTANIAN BOGOR UNIT MATA KULIAH DASAR UMUM OUT MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA IPB 111 SKS : 2 (1-2) Deskripsi : Pendidikan Pancasila memberi pemahaman pada

Lebih terperinci

13MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam kehidupan bernegara. Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Modul ke: Fakultas

13MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam kehidupan bernegara. Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Modul ke: Fakultas Modul ke: Fakultas 13MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam kehidupan bernegara Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Manajemen Makna Sila Persatuan Indonesia Persatuan

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL PENDIDIKAN PANCASILA IPB 111 UNIT MATA KULIAH DASAR UMUM

LATIHAN SOAL PENDIDIKAN PANCASILA IPB 111 UNIT MATA KULIAH DASAR UMUM LATIHAN SOAL PENDIDIKAN PANCASILA IPB 111 UNIT MATA KULIAH DASAR UMUM LATIHAN SOAL BELA NEGARA Pilihlah jawaban yang benar. 1. Cinta tanah air merupakan perwujudan pengamalan Pancasila sila. A. Ketuhanan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA Yang saya hormati, Tanggal : 11 Agustus 2008 Pukul : 09.30 WIB Tempat : Balai

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

MATERI UUD NRI TAHUN 1945

MATERI UUD NRI TAHUN 1945 B A B VIII MATERI UUD NRI TAHUN 1945 A. Pengertian dan Pembagian UUD 1945 Hukum dasar ialah peraturan hukum yang menjadi dasar berlakunya seluruh peraturan perundangan dalam suatu Negara. Hukum dasar merupakan

Lebih terperinci

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan WAWASAN KEBANGSAAN Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat memahami konsepsi dan peran ketahanan nasional dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat memahami konsepsi dan peran ketahanan nasional dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketahanan Nasional 3 Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat memahami konsepsi dan peran ketahanan nasional dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan Instruksional Khusus : 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1 WAWASAN NUSANTARA Dewi Triwahyuni Page 1 WAWASAN NUSANTARA Wawasan Nusantara adalah cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1988 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

H.M.Umar Djani Martasuta

H.M.Umar Djani Martasuta H.M.Umar Djani Martasuta Garut, 15 Februarim1952 Jl. Sarijadi No.34 RT 02-RW 02 Kel. Sarijadi-Kec. Sukasari Kota Bandung HP.0811225154/022-2015456 E-mail : mujas52@ymail.com CITA-CITA & TUJUAN NASIONAL

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menyikapi permasalahan yang muncul di wilayah binaan pada era reformasi pembina teritorial pada hakekatnya adalah segala unsur potensi wilayah geografi,

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) NAMA : HARRY FITRI USMANTO NPM : 38412209 KELAS : 1ID08 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

KEWARGAN EGARAAN WAWASAN N USAN TARA

KEWARGAN EGARAAN WAWASAN N USAN TARA WAWASAN N USAN TARA Arah pandang wawasan nusantara meliputi : 1. Ke dalam Bangsa Indonesia harus peka dan berusaha mencegah dan mengatasi sedini mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI WAWASAN KEBANGSAAN BERBASIS KEORGANISASIAN MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI WAWASAN KEBANGSAAN BERBASIS KEORGANISASIAN MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap bangsa mempunyai wawasan kebangsaan yang merupakan visi bangsa yang bersangkutan menuju ke masa depan. Kehidupan berbangsa dalam suatu negara memerlukan

Lebih terperinci

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA (Penyusun: ) Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Dasar Negara Indikator: Untuk dapat menguji pengetahuan tersebut, mahasiswa akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan

Lebih terperinci

ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1

ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1 ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1 LANDASAN KONSTITUSIONAL Sebagaimana ditentukan dalam Alinea ke-iv Pembukaan UUD 1945, tujuan pembentukan Pemerintahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan nasional Indonesia adalah

Lebih terperinci

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009 Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, 05-10-09 Senin, 05 Oktober 2009 Â AMANAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN TNI KE-64 DI MABES TNI, CILANGKAP, JAKARTA

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

Modul ke: GEOSTRATEGI. 11Fakultas Teknik. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

Modul ke: GEOSTRATEGI. 11Fakultas Teknik. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Modul ke: 11Fakultas Teknik GEOSTRATEGI Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan pengertian dan latar belakang geostrategi dan hukum. 2. Menguraikan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN Pasal 19 s/d 37 Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan Yang dibina oleh Bapak Gatot Isnani Oleh Kelompok Ihwan Firdaus Ma rifatun Nadhiroh

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Kelompok 4 MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pentingnya Rasa Bela Negara Bagi Seluruh Warganegara, Nama Anggota Kelompok : 1. Teo Rinaldy Saputra (13518241050) 2. Wahyu Wachid Anshory (13518244012) 3.

Lebih terperinci

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Bab III Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Sumber: http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumi-pancasila. Gambar 3.1 Tekad Kuat Mempertahankan Pancasila Kalian telah

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah. membahas makna, tujuan, landasan, dan ruang lingkup, serta keterkaitan hubungan materi dalam pendidikan kewarganegaraan.

Tinjauan Mata Kuliah. membahas makna, tujuan, landasan, dan ruang lingkup, serta keterkaitan hubungan materi dalam pendidikan kewarganegaraan. xi M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Pendidikan kewarganegaraan diselenggarakan untuk memupuk kesadaran bela negara, cara berpikir yang komprehensif integralistik dalam rangka Ketahanan Nasional untuk

Lebih terperinci

Oleh : Uci Sanusi, SH., MH

Oleh : Uci Sanusi, SH., MH Oleh : Uci Sanusi, SH., MH PENGERTIAN BELA NEGARA Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh

Lebih terperinci

Dinno Mulyono, M.Pd. MM. STKIP Siliwangi 2017

Dinno Mulyono, M.Pd. MM. STKIP Siliwangi 2017 Dinno Mulyono, M.Pd. MM. STKIP Siliwangi 2017 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Konsep Dasar dan Sejarah PKn b. Analisis Landasan Yuridis, Historis, Sosiologis dan Politik PKn c. Urgensi PKn dan Tantangannya

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya nasional Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bendera negara yaitu

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA. Modul ke: 06Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA. Modul ke: 06Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Fakultas 06Teknik Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU A. PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN Hak adalah kekuasaan seseorang untuk melakukan sesuatu untuk melakukan

Lebih terperinci

Untuk turut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan sikapsikap:

Untuk turut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan sikapsikap: Cara Menjaga Keutuhan Indonesia. Pada masa penjajahan, para pahlawan membela dan menjaga keutuhan Indonesia dengan berjuang. Cara berjuangnya bemacammacam. Ada yang maju berlaga di medan pertempuran. Ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Kasus separatisme di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mengancam integritas Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1567, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pertahanan. Nirmiliter. Pedoman Strategis. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN STRATEGIS PERTAHANAN

Lebih terperinci

UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENGANGKATAN ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA YANG TELAH SELESAI MENUNAIKAN MASA DINASNYA MENJADI ANGGOTA CADANGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA (Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1981 Tanggal 5 Oktober

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2007 TANGGAL : 19 Juni 2007 ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA" Bahwa Veteran

Lebih terperinci

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag 3.2 Uraian Materi 3.2.1 Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag dari negara, ideologi negara, staatsidee. Dalam hal

Lebih terperinci

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia Aktivitas 5.9 Carilah permasalahan dalam pelaksanaan otonomi daerah di daerah kalian yang dapat membahayakan prinsip negara kesatuan. Diskusikan dalam kelompok mengapa masalah tersebut ada? Apa akibat

Lebih terperinci

ALUR PIKIR: KEHIDUPAN NASIONAL

ALUR PIKIR: KEHIDUPAN NASIONAL KETAHANAN NASIONAL BUDI UTOMO 1908 KESADARAN BERBANGSA ALUR PIKIR: KEHIDUPAN NASIONAL SUMPAH PEMUDA 28-10-1928 PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI 17-8-1945 BERFIKIR SATU BANGSA BERFIKIR SATU BANGSA PARADIGMA NASIONAL

Lebih terperinci

Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd

Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd IDENTITAS NASIONAL Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd PROSES BERBANGSA DAN BERNEGARA Bangsa Indonesia adalah seluruh manusia yang menurut wilayahnya telah ditentukan untuk tinggal bersama di wilayah nusantara dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya untuk mewujudkan kekuasaan warga negara untuk dijalankan oleh pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Gerakan pemisahan diri (separatisme) dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di wilayah Aceh, Papua, dan Maluku merupakan masalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi

Lebih terperinci

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SELAKU INSPEKTUR UPACARA PADA ACARA PERINGATAN HARI BELA NEGARA TAHUN 2015 JAKARTA, 19 DESEMBER 2015

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SELAKU INSPEKTUR UPACARA PADA ACARA PERINGATAN HARI BELA NEGARA TAHUN 2015 JAKARTA, 19 DESEMBER 2015 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SELAKU INSPEKTUR UPACARA PADA ACARA PERINGATAN HARI BELA NEGARA TAHUN 2015 JAKARTA, 19 DESEMBER 2015 Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Lebih terperinci