Sesi Penyuluhan tentang Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sesi Penyuluhan tentang Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman"

Transkripsi

1 Sesi Penyuluhan tentang Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman Panduan untuk Fasilitator

2 ini disusun oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi (OIM) Indonesia dengan dukungan dana dari United States Government Office to Monitor and Combat Trafficking in Persons (G/TIP). Isi ini telah dikordinasikan dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Republik Indonesia Organisasi Internasional untuk Migrasi (OIM) Indonesia Hak cipta dilindungi. Tidak diperkenankan untuk menerbitkan ulang bagian apapun dari publikasi ini, menyimpan atau memindahkannya dalam segala macam bentuk atau cara, secara elektronik, mekanis, penyalinan, atau pencatatan ulang, tanpa ijin tertulis dahulu dari penerbitnya.

3 Daftar Isi 01 Catatan untuk Fasilitator 05 Bab I : Pendahuluan 08 Bab II : Memahami Migrasi 12 Bab III : Pendaftaran 13 Bab IV : Rekrutmen & Pra-Pemberangkatan 16 Bab V : Pemberangkatan 17 Bab VI : Penempatan 19 Bab VII : Kepulangan 20 Bab VIII : Kesimpulan

4

5 Catatan untuk Fasilitator Migrasi Tenaga Kerja di Indonesia Indonesia saat ini merupakan negara pengirim tenaga kerja terbesar di dunia. Sebagian besar tenaga kerja yang berasal dari Indonesia berketrampilan rendah dan bekerja di sektor informal, yang terbatas pada pekerjaan yang kotor, sulit dan berbahaya (juga dikenal sebagai pekerjaan 3D Dirty, Difficult and Dangerous). Hingga akhir tahun 2008, Pemerintah RI memperkirakan bahwa ada sekitar 4,3 juta Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri 1, namun demikian jumlah sebenarnya dinyatakan lebih tinggi jika para pekerja yang tidak berdokumen disertakan dalam angka tersebut. Walau terdapat beberapa kesepakatan di tingkat pemerintah (Government-to-Government atau G-to-G) tentang penempatan antara Indonesia dan beberapa negara tujuan (yakni, Korea dan Jepang), sebagian besar TKI direkrut dan ditempatkan oleh agen penempatan swasta atau Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI), dimana beberapa beroperasi secara legal sedangkan lainnya secara ilegal. TKI terkonsentrasi di kawasan Asia Tenggara dan Timur serta Timur Tengah, khususnya Malaysia, Singapura, Hong Kong SAR, Taiwan Propinsi Cina, Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab. Migrasi tenaga kerja bagi wanita telah tumbuh secara pesat sejak Krisis Keuangan Asia di tahun 1997, sehingga tenaga kerja wanita (TKW) sekarang menempati 80% dari total arus migrasi dari Indonesia (tertinggi di Asia Tenggara). TKW Indonesia adalah yang paling sering direkrut pada sektor informal sebagai pembantu rumah tangga. Pengembangan perekonomian dan sumberdaya manusia Indonesia merupakan faktor pendorong dari migrasi tenaga kerja internasional. Sejak tahun 2007, pengiriman uang, atau remitensi, secara resmi ke Indonesia menyumbangkan lebih dari ASD 6 milyar setiap tahunnya, yang merupakan sumber pendapatan ketiga terbesar setelah migas dan pariwisata. Walau TKI memberi sumbangsih besar terhadap pembangunan ekonomi negara mereka, mereka, khususnya yang direkrut di luar program G-to-G dan bekerja di dalam sektor informal, seringkali tidak menerima perlindungan yang cukup dari perundangundangan dan praktek-praktek perlindungan yang ada, baik pada saat mereka masih di Indonesia maupun di negara tujuan. Mereka seringkali tidak mengetahui atau tidak diberitahu mengenai realita migrasi, hak yang seharusnya mereka dapatkan termasuk prosedur bermigrasi yang legal dan aman, serta bagaimana mengakses layanan bantuan saat mengalami masalah. Hal ini membuat mereka sangat rentan terhadap perekrutan tenaga kerja yang menyeleweng, kekerasan secara fisik dan psikologis, eksploitasi, serta perdagangan orang sepanjang proses migrasi. Menurut data IOM Indonesia yang diperoleh dari program pendampingan korban perdagangan orang yang telah diimplementasikan sejak tahun , hampir 70% korban perdagangan orang yang telah dibantu telah diperdagangkan untuk tujuan kerja dan 55% dipaksa ke dalam penghambaan domestik, mencerminkan tingginya perdagangan tenaga kerja dari Indonesia. Dengan meningkatnya tuntutan pekerja murah dari negaranegara pengirim khususnya dalam sektor informal, dikaitkan dengan tingginya tingkat pengangguran serta kemiskinan yang endemik di Indonesia, tidak diragukan lagi bahwa Indonesia merupakan negara utama penghasil tenaga kerja murah, baik yang bermigrasi melalui atau dipaksa untuk melalui jalur migrasi yang ilegal dan/atau tidak aman. Latar Belakang Sesi Penyuluhan Tentang Bekerja di Luar Negeri Secara Legal dan Aman Di Indonesia, secara umum telah diakui bahwa salah satu alasan utama di belakang tingginya jumlah TKI yang dianiaya diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan TKI, calon TKI maupun masyarakat, tentang konsekuensi nyata, hukum, sosial, dan ekonomi dari bermigrasi ke luar negeri termasuk mengenai prosedur penempatan yang resmi sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Bahkan, sejak dimulainya proses migrasi, banyak calon TKI mengabaikan 1 Laporan Hasil Kinerja 2008, BNP2TKI. 2 Sejak tahun 2005, Pemerintah AS telah mendukung bantuan individual bagi para korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) disamping mekanisme umum untuk membantu program Anti TPPO IOM Indonesia. Sejak bulan Maret 2005 hingga Desember 2010, IOM telah berhasil membantu korban TPPO. 1

6 atau tidak cukup diberi informasi tentang persyaratan administratif untuk bermigrasi melalui jalur resmi dan apa dampak dari setiap tahap migrasi tersebut. TKI seringkali tidak mengetahui mengenai besaran biaya yang harus dibayarkan dan dokumen apa saja yang diperlukan untuk bekerja ke luar negeri, serta pentingnya dokumen-dokumen tersebut bagi keamanan mereka selama bekerja di luar negeri. Tanpa pemahaman penuh tentang pentingnya dokumentasi yang lengkap dan akurat, banyak calon TKI, khususnya yang direkrut langsung dari desa oleh agen PPTKIS atau calo, setuju untuk memalsukan beberapa atau seluruh dokumen mereka dalam rangka mempercepat atau memangkas biaya proses migrasi. 3 Pemalsuan dokumen membawa konsekuensi serius bagi TKI yang menghadapi masalah di negara tujuan. Tanpa dokumentasi yang resmi, seringkali sulit bagi petugas kedutaan besar Indonesia di negara tujuan untuk mengetahui identitas TKI yang bermasalah, khususnya dalam hal terjadinya kematian. Tidak adanya dokumen juga membuat TKI lebih terbuka terhadap eksploitasi, mereka tidak dapat mencari bantuan karena takut dideportasi. Kurangnya informasi juga membawa dampak serius bagi TKI yang telah ditempatkan, pada masa bekerja di negeri orang. Seringkali TKI meninggalkan Indonesia tanpa menyadari secara penuh mengenai hak-hak mereka ataupun tentang realita bermigrasi, khususnya yang bersifat negatif seperti tindak pidana perdagangan orang. Mereka kurang diberi informasi mengenai bagaimana mereka dapat mencari bantuan sewaktu berada di luar negeri. TKI yang pulang, khususnya mereka yang telah mengalami kekerasan atau penganiayaan selama penempatan, mungkin tidak mengetahui juga mengenai berbagai layanan bantuan yang tersedia bagi mereka, dengan risiko jatuh lagi ke tangan kelompok yang tidak bertanggung jawab. Informasi yang tepat waktu dan akurat oleh karenanya menjadi penting untuk menjamin migrasi yang legal dan aman. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas layanan bagi TKI, termasuk layanan informasi, sebagai cara untuk melindungi TKI dan warga negara Indonesia secara lebih baik dan membatasi risiko penganiayaan, termasuk perdagangan orang. Dalam rangka mendukung pemerintah RI dan upaya-upaya yang dilaksanakannya, IOM menerima bantuan pendanaan dari Pemerintah Amerika Serikat untuk sebuah proyek baru yang berjudul Memperkuat Kapasitas Pemerintah untuk Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja ke Luar Negeri Dalam Rangka Memerangi Perdagangan Orang di Indonesia. Proyek ini didanai melalui program GTiP dan bertujuan untuk memberikan sumbangsih terhadap upaya Indonesia guna menciptakan migrasi yang aman dan memerangi perdagangan orang, dengan memperkuat kapasitas lembaga pemerintah maupun nonpemerintah yang bertanggung jawab dalam penempatan dan perlindungan TKI, termasuk dengan melakukan upaya pencegahan perdagangan orang serta perlindungan bagi korban perdagangan orang. Proyek ini meliputi beberapa komponen, diantaranya: pengembangan kapasitas, sosialisasi, dan bantuan secara langsung bagi korban tindak pidana perdagangan orang. Berikut adalah komponen sosialisasi proyek tersebut, IOM berkomitmen untuk memberi penyuluhan kepada calon TKI, TKI yang akan berangkat serta masyarakat pada umumnya - tentang realita migrasi tenaga kerja ke luar negeri. Dengan harapan, warga dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang cukup menyangkut keinginan untuk bermigrasi dan bagaimana cara bermigrasi, sangatlah penting bahwa informasi yang cukup dapat diberikan tepat waktu kepada mereka. Oleh karena itu IOM akan mengadopsi sebuah pendekatan dengan cara meningkatkan kualitas dan ketersediaan informasi di tahap yang sedini mungkin, serta menjadikan masyarakat sebagai sasaran (termasuk pada tingkat kecamatan atau desa). Dalam mengupayakan hal tersebut, IOM akan bermitra dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau organisasi kemasyarakatan lainnya, yang secara langsung berinteraksi dengan masyarakat melalui penyampaian sesi penyuluhan tentang bermigrasi yang aman, penyebaran materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang bekerja ke luar negeri secara legal dan aman. Materi KIE ini dikembangkan oleh IOM, termasuk dalam bentuk Buku Saku mengenai panduan bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman; poster tentang bekerja ke luar negeri secara legal dan aman. Materi KIE tersebut akan didistribusikan kepada peserta penyuluhan, selain juga akan disebarkan melalui jalur strategis lainnya. Lebih dari itu, IOM juga mengembangkan sebuah "Paket Informasi" yang akan digunakan oleh lembaga mitra guna melakukan sosialisasi dan penyuluhan di proyek, serta akan dibagikan kepada pelaku-pelaku lainnya yang terlibat dalam inisiatif peningkatan kesadaran tentang migrasi yang legal dan aman di luar kerangka proyek ini. Baik materi KIE maupun sesi Penyuluhan bertujuan untuk melengkapi calon TKI, TKI yang akan berangkat maupun masyarakat pada umumnya agar memiliki pengetahuan yang memadai dan nantinya dapat membantu mereka membuat keputusan berdasarkan informasi yang cukup, untuk membangun sebuah harapan yang realistis tentang bermigrasi ke luar negeri, dan mampu mengatasi resiko serta tantangan yang akan mereka hadapi pada proses sebelum dan selama migrasi. 3 Menurut sebuah Studi Ecosoc tahun 2007, 40% dokumen tenaga kerja migran dipalsukan, dimana sebagian besar pemalsuan dilakuan atas permintaan agen rekrutmen atau perantara (calo). 2

7 Paket Informasi bekerja ke luar negeri secara legal dan Aman Dalam rangka mendukung lembaga mitra dalam menyampaikan informasi yang efisien dan akurat, IOM telah mengembangkan sebuah Paket Informasi, "Panduan untuk Fasilitator". Paket informasi tentang migrasi yang aman tersebut perlu digunakan oleh fasilitator terlatih dari lembaga mitra IOM yang telah dipilih dan pelaku-pelaku lainnya ketika menyampaikan penyuluhan tentang bekerja ke luar negeri secara legal dan aman ke masyarakat. Papan Informasi Paket Informasi mencakup 16 (enam belas) papan terlapis plastik dengan ukuran masing-masing 70x50cm. Mereka dirancang untuk diperlihatkan kepada sebanyak-banyaknya 50 peserta dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Papan-papan tersebut menyajikan urutan kronologis dari proses migrasi dan menampilkan tahapan migrasi yang aman secara ringkas agar mudah diingat oleh peserta penyuluhan. Paparan yang dimuat dalam papan informasi juga tersedia dalam bentuk format CD yang dapat digunakan oleh fasilitator pada penyuluhan di dalam ruangan dengan menggunakan komputer dan LCD proyektor. Panduan yang terdapat dalam Paket Informasi mencerminkan isi dari 16 papan yang dimaksud di atas dan akan memandu fasilitator dalam menjelaskan 16 papan tersebut dengan menyediakan instruksi dan saran-saran yang lebih terperinci. Bagaimana cara untuk menyampaikan penyuluhan dan bagaimana cara menggunakan Paket Informasi? Sejalan dengan pendekatan dari hilir ke hulu, kegiatan penyuluhan atau sosialisasi dirasa perlu untuk disampaikan kepada masyarakat ditingkatan yang paling kecil (desa, kecamatan), idealnya kepada mereka yang sedang mempertimbangkan untuk bermigrasi atau sebelum mereka membuat keputusan untuk bermigrasi. Penyuluhan juga dapat ditujukan kepada warga yang belum mempertimbangkan atau yang tidak akan bermigrasi. Adalah penting untuk juga menargetkan warga pada golongan ini, karena tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami penganiayaan, seperti perdagangan orang. Dengan pertimbangan bahwa resiko seperti ini dapat terjadi terhadap siapa pun, pada waktu kapan pun, bahkan ditempat yang paling tidak terduga sekali pun. Sesi penyuluhan tentang migrasi yang aman tersebut juga dimaksudkan untuk ditujukan kepada tokoh masyarakat (yakni kepala desa, tokoh agama, guru, dll.) atau pelaku lainnya yang memiliki pengaruh atau peran sebagai pembuat keputusan bagi anak atau keluarga mereka. Mereka perlu dilibatkan sebagai peserta yang juga harus ditingkatkan kesadarannya, karena mereka berpotensi untuk menjadi pejuang TKI di komunitasnya masing-masing. Mohon dicatat bahwa ini bukan merupakan sebuah pelatihan, namun sebuah penyuluhan. Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan informasi kepada khalayak umum mengenai migrasi tenaga kerja, dengan segala peluang dan risiko yang menyertainya. Kegiatan tersebut sama sekali tidak bertujuan memberikan informasi mengenai cara untuk bermigrasi ke suatu negara tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. Informasi awal ini seharusnya membantu masyarakat untuk waspada mengenai risiko migrasi agar mereka dapat mengambil keputusan yang benar berdasarkan pada informasi yang memadai. Secara tidak langsung, informasi tersebut akan pada akhirnya membantu meminimalisir risiko TKI dianiaya, dan turut berkonstribusi pada proses migrasi yang aman. Walau papan informasi tersebut di atas dirancang untuk digunakan di dalam maupun di luar ruangan, untuk memudahkan proses penggunaannya disarankan agar fasilitator dapat mencari lokasi yang terdapat dinding, papan pengumuman, papan tulis, atau benda-benda lainnya yang dapat berfungsi sebagai penopangnya. Fasilitator perlu memastikan bahwa papan informasi tersebut harus diletakkan di tempat yang dapat terlihat oleh semua peserta. Sebelum memulai sesi penyuluhan, fasilitator juga perlu membagikan kepada tiap peserta, Buku Saku "Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman" dan materi KIE lainnya. Adalah penting bahwa semua peserta mesti menerima satu buah Buku Saku, karena fasilitator akan merujuk pada buku tersebut selama proses penyuluhan. 3

8 Terakhir, fasilitator perlu menggunakan buku panduan bagi fasilitator untuk menyampaikan informasi pada saat penyuluhan. Buku panduan bagi fasilitator ini memuat informasi yang ada di dalam Buku Saku dan papan informasi. Buku panduan bagi fasilitator ini dibagi ke dalam delapan (8) bagian, yakni: Bagian I: Pendahuluan Bagian II: Memahami migrasi Bagian III: Pendaftaran Bagian IV: Rekrutmen & Pra-Pemberangkatan Bagian V: Pemberangkatan Bagian VI: Kedatangan & Penempatan Bagian VII: Kepulangan Bagian VIII: Kesimpulan Masing-masing bagian memuat keterangan tentang: pengaturan waktu, sasaran, tujuan dan proses. Selama sesi penyuluhan, fasilitator disarankan untuk berinteraksi sebanyak mungkin dengan peserta dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan atau meminta pendapat tentang hal-hal tertentu. Kami mengucapkan selamat menjalankan sesi penyuluhan! 4

9 Bab I. Pendahuluan Waktu: 15 menit Sasaran: Untuk menjelaskan kepada peserta tentang tujuan dan pentingnya sesi Penyuluhan mengenai "Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman"; Untuk mendefinisikan migrasi dan permasalahan-permasalahan terkait; Untuk membuat peserta penyuluhan memahami bahwa migrasi merupakan pengalaman besar yang mengubah hidup baik secara positif maupun negatif, yang mana mereka perlu memiliki pemahaman yang memadai dan mempersiapkan diri sebelum mengambil keputusan. Materi: Papan #1: Apa itu Migrasi? Dan Apakah Migrasi Tenaga Kerja? Buku Saku "Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman" Proses: 1. Fasilitator perlu memulai sesi dengan memperkenalkan diri kepada peserta atau, seorang tokoh masyarakat yang terpandang dapat memperkenalkan fasilitator kepada peserta. Setelah perkenalan, fasilitator perlu menjelaskan tujuan dari penyuluhan, yakni membahas mengenai cara menjadi TKI yang legal dan aman. 2. Pada sesi pertama, fasilitator akan memulai dengan dua pertanyaan: a. Apakah Migrasi itu? b. Apakah Migrasi Tenaga Kerja itu? Fasilitator perlu meminta 2-3 peserta untuk memberikan jawaban mereka dan kemudian menanyakan kepada peserta apakah mereka sepakat atau tidak sepakat. Fasilitator kemudian perlu memperlihatkan PAPAN #1 yang memberikan definisi dari migrasi dan migrasi tenaga kerja. Fasilitator perlu membaca definisi keras-keras dan memberikan contoh konkrit mengenai bentuk migrasi yang terkait dengan konteks lokal yang dikenal oleh peserta. Contoh-contoh tersebut seharusnya membantu peserta untuk memahami defnisi migrasi secara lebih baik. Fasilitator perlu mengarahkan peserta ke Buku Saku "Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman" yang memuat istilahistilah pokok di bidang migrasi yang akan dibahas selama sesi penyuluhan. 3. Fasilitator akan melanjutkan sesi dengan berinteraksi secara langsung dengan peserta, berdiskusi mengenai pandangan dan tingkat pemahaman mereka mengenai proses migrasi. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu disampaikan dalam proses diskusi: a. Berapa banyak dari Anda pernah mempertimbangkan atau sedang mempertimbangkan untuk bekerja di luar negeri? Atau, "berapa banyak dari peserta sekalian yang kenal dengan seseorang (bisa seorang teman, orang tua, kakak, adik, dll.) yang telah melakukan migrasi, atau pernah mempertimbangkan untuk bermigrasi atau saat ini mempertimbangkan untuk bermigrasi untuk mencari pekerjaan? Bagi mereka yang telah atau saat ini kenal dengan seseorang seperti itu, mohon angkat tangan. Jumlah dari jawaban positif akan menunjukkan seberapa besar migrasi merupakan bagian dari konteks sosial-ekonomi dan pola sosial dari suatu daerah/komunitas. 5

10 b. Mengapa anda atau orang yang anda kenal tersebut ingin bekerja ke luar negeri? Apa alasan-alasannya? Jawaban-jawaban yang mungkin diberikan termasuk: Untuk mencari pekerjaan; Untuk mendapatkan uang yang banyak atau uang yang lebih banyak; Untuk memenuhi kebutuhan keluarga; Untuk membayar hutang keluarga; Untuk membayar biaya pendidikan anak; Untuk menabung untuk keperluan tertentu; Untuk belajar keterampilan baru; Untuk menghindari masalah keluarga atau masalah rumah-tangga; Didorong oleh anggota keluarga atau teman; Untuk memperoleh pengalaman baru. Daftar di atas bukan merupakan daftar yang lengkap, dan fasilitator perlu menggunakannya sebagai referensi untuk memandu atau merangkum diskusi. c. Apa yang anda ketahui mengenai migrasi ke luar negeri untuk bekerja? Di sini, para peserta dapat bercerita mengenai pengalaman pribadi mereka bagi yang pernah bekerja ke luar negeri, atau berbagi pengalaman dari cerita teman atau anggota keluarga mereka mengenai bermigrasi ke luar negeri. Jawaban yang diberikan oleh peserta dapat menyangkut: proses dan persyaratan untuk bermigrasi; atau realita, peluang dan risiko bermigrasi. 4. Fasilitator menutup sesi pertama dengan menyimpulkan diskusi dan menyatakan bahwa "migrasi merupakan pengalaman besar yang mengubah kehidupan orang baik secara positif maupun negatif, untuk itu calon TKI perlu memiliki informasi yang memadai dan mempersiapkan diri". Sesi penyuluhan ini diharapkan dapat memberikan kepada mereka bekal yang diperlukan. Beberapa hal-hal yang dapat dibicarakan untuk menutup sesi: Orang bermigrasi untuk berbagai alasan. Ada yang karena alasan pribadi dan ada yang karena alasan umum, seperti kemiskinan, tidak adanya lapangan pekerjaan dll. Berfikir untuk bermigrasi ke negara lain membutuhkan keberanian dan menunjukkan tekad. Namun, migrasi merupakan pengalaman besar yang mengubah hidup, baik secara positif maupun negatif. Bekerja ke luar negeri mungkin berbeda dari apa yang dibayangkan oleh peserta, dan prosesnya pun tidak sederhana, melibatkan berbagai proses tahapan yang harus ditempuh. Kesempatan menghasilkan uang yang banyak dan merasakan kebudayaan yang berbeda, membutuhkan biaya psikologis, fisik, sosial dan uang. Dengan kata lain, akan selalu ada risiko di setiap proses yang akan Anda tempuh. Penting juga untuk mencatat bahwa, mereka yang tidak mempertimbangkan untuk bermigrasi, bisa saja menjadi terpaksa bekerja jauh dari rumah. Tanpa menyadarinya, Anda bisa saja tiba-tiba berada dalam situasi yang sulit di suatu tahapan migrasi, termasuk sebelum Anda sempat mempertimbangkan untuk bermigrasi. 6

11 Adalah penting untuk memiliki informasi yang cukup dan mempersiapkan diri sebelum membuat keputusan untuk mendaftarkan diri mencari pekerjaan ke luar negeri atau menerima tawaran bekerja ke luar negeri. Hal ini akan meminimalisir risiko berada dalam situasi yang sulit atau setidaknya melengkapi anda untuk bersiap-siap dalam menghadapi tantangan-tantangan yang bisa timbul setiap saat selama menjalani proses migrasi. Fasilitator perlu menekankan bahwa sesi penyuluhan ini hanya merupakan perkenalan terhadap migrasi. Kegiatan ini sama sekali tidak bertujuan memberikan informasi mengenai persyaratan migrasi untuk masing-masing negara tujuan secara spesifik. Kegiatan ini hanya bertujuan untuk memberikan gambaran umum yang realistis mengenai migrasi dan memandu peserta melalui setiap tahap proses tersebut dengan memberikan saran-saran yang berguna untuk bermigrasi secara aman. Fasilitator perlu mengingatkan peserta untuk berhati-hati mengenai informasi yang mereka terima atau dengar dari lingkungan mereka sendiri (seperti keluarga, teman, dll.) tentang migrasi. Memang, walau terdengar mengejutkan, terkadang justru orang-orang paling dekat dengan calon TKI lah yang memberikan informasi yang tidak benar atau kurang akurat. Hal ini mungkin karena mereka sungguh tidak tahu atau mereka sendiri memiliki informasi yang tidak benar, atau karena mereka berusaha untuk membuat orang lain terkesan, atau berusaha mempengaruhi atau membujuk. Oleh karena itu fasilitator perlu menekankan kepada peserta untuk selalu mencari informasi lebih banyak dari berbagai jalur atau sumber informasi yang terpercaya: 1. Kantor DISNAKERTRANS setempat di kota atau kabupaten; 2. Kantor BP3TKI di tingkat propinsi; 3. LSM pendamping TKI atau organisasi masyarakat. Sebagai penutup, fasilitator dapat mengucapkan kalimat berikut kepada peserta: berhati-hatilah, jangan menelan mentah-mentah informasi yang Anda terima dan selalu periksa kembali informasi yang Anda dapatkan! Ini merupakan langkah pertama menuju migrasi yang aman. 7

12 bab II. Memahami Migrasi Waktu : 15 menit Sasaran: Untuk memberikan gambaran yang realistis mengenai migrasi; Untuk menguatkan pemahaman peserta mengenai manfaat, risiko, dan tantangan dari migrasi. Materi: Papan #2: Manfaat Bekerja ke Luar Negeri Papan #3: Risiko Bekerja ke Luar Negeri Papan #4: Apa itu Perdagangan Orang? Papan #5: Apakah TKI Tidak Berdokumen (Ilegal)? dan Apakah Penyelundupan Manusia? Buku Saku "Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman" Proses: 1. Fasilitator perlu memulai sesi ini dengan menekankan bahwa migrasi bukan proses yang sederhana atau pun mudah, banyak manfaat bekerja ke luar negeri, namun banyak juga risiko dan tantangan yang mungkin timbul. Dalam sesi ini, fasilitator lebih lanjut akan menjelaskan mengenai hal tersebut. 2. Fasilitator perlu melanjutkan sesi ini dengan bertanya kepada peserta pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a. Apa manfaat bekerja ke luar negeri? Fasilitator perlu meminta 2-3 peserta memberikan jawaban dan kemudian bertanya kepada yang lainnya apakah mereka sepakat atau tidak. Fasilitator kemudian perlu merangkum diskusi dengan memperlihatkan PAPAN #2 yang mencantumkan beberapa manfaat. Manfaat migrasi dapat mencakup hal-hal sebagai berikut: Saya dapat membantu keluarga saya secara ekonomi; Saya dapat memberikan anak-anak saya kehidupan yang lebih baik; Saya dapat membantu keluarga dan lingkungan saya dengan pengetahuan dan keterampilan baru yang saya peroleh dari luar negeri; Saya dapat mengenal negara lain, kebudayaan lain dan bahasa lain; Saya menjadi lebih mandiri dan mengambil inisiatif lebih banyak; Saya dapat memberikan layanan yang berguna bagi negara tujuan, dan meningkatkan pembangunan negara tersebut; Saya dapat membantu menyebarkan pemahaman mengenai kebudayaan Indonesia di tempat saya bekerja. Daftar di atas bukan merupakan daftar yang lengkap, dan fasilitator perlu menggunakannya sebagai referensi untuk memandu atau merangkum diskusi Fasilitator perlu menekankan bahwa pergi bekerja ke luar negeri tidak hanya akan membawa manfaat bagi TKI itu sendiri, namun juga bagi keluarga, lingkungan, negara asal serta negara penerima. TKI perlu mengingat bahwa mereka berharga bagi masyarakat di negara mereka maupun di negara dimana mereka bekerja. b. Apa risiko dan/atau tantangan yang dapat dijumpai saat bermigrasi? Fasilitator perlu meminta 2-3 peserta memberikan jawaban dan kemudian bertanya kepada yang lainnya apakah mereka sepakat atau tidak. Fasilitator kemudian perlu merangkum diskusi dengan memperlihatkan PAPAN #3 yang memuat sejumlah risiko dan/atau tantangan bekerja ke luar negeri. 8

13 Risiko dan/atau tantangan migrasi dapat mencakup hal-hal sebagai berikut: Masalah dapat muncul di segala tahapan proses migrasi: sebelum keberangkatan, selama penempatan dan setelah pulang ke Indonesia; Risiko yang paling besar, yang sangat nyata bagi wanita, anak-anak dan orang muda adalah perdagangan orang (walau pria juga berisiko menjadi korban perdagangan orang); Berhati-hatilah sewaktu menjalani atau menerima proses migrasi yang cepat. Hal ini akan membuat anda menjadi seorang TKI tidak berdokumen (ilegal), sehingga menjadi lebih rentan terhadap perdagangan orang: Dokumen palsu: Tidak adanya dokumen dapat membuat anda lebih rentan terhadap eksploitasi, termasuk perdagangan orang, dan lebih sulit untuk mencari bantuan; Anda mungkin diminta bayaran lebih atau dikenakan bayaran tambahan; Anda mungkin dipaksa untuk menandatangani dokumen yang anda tidak pahami; Gaji anda mungkin tidak dibayar atau dibayar hanya sebagian; Anda dapat dibohongi, diberi informasi yang salah, dianiaya dan dieksploitasi oleh perekrut, pemberi pekerjaan atau pihak lainnya; Anda mungkin dipaksa untuk meminum alkohol dan/atau mencoba narkoba; Anda mungkin akan mengalami diskriminasi atau sikap tidak bersahabat oleh warga setempat di negara tujuan; Bermigrasi dapat membawa tantangan emosional misalnya rasa kesepian, ingin pulang, isolasi, depresi; Migrasi juga dapat berdampak pada keadaan keluarga Anda. Daftar di atas bukan merupakan daftar yang lengkap, dan fasilitator perlu menggunakannya sebagai referensi untuk memandu atau merangkum diskusi Ketika membahas daftar risiko di atas, fasilitator mungkin dapat memberikan contoh dan penekanan pada hal-hal berikut ini: º Dokumen palsu, dan/atau tidak memiliki dokumen perjalanan, dapat membawa konsekuensi serius bagi keselamatan dan keamanan TKI. Tanpa dokumen yang benar, TKI berakhir pada situasi ilegal, membuatnya semakin sulit untuk mencari bantuan termasuk mendapat akses ke kedutaan RI, atau sulit untuk mendapatkan klaim atas penggantian biaya sakit dan kecelakaan. Sebagai seorang TKI tidak berdokumen (ilegal), mereka juga bisa dideportasi secara paksa oleh pihak yang berwajib dan menghadapi konsekuensi hukum jika tertangkap. º Jauh dari rumah dan keluarga, hidup di negara lain dengan bahasa dan budaya yang sama sekali berbeda dapat menimbulkan kekagetan dan membawa tantangan emosional. º Bermigrasi bagi orang tua (mereka yang telah berkeluarga dan memiliki anak) juga dapat mengganggu situasi keluarga. Sebagai contoh, tidak adanya orang tua untuk waktu yang lama dapat berdampak pada perkembangan anak di sekolah atau dapat mempengaruhi hubungan antara suami dan isteri. º Adalah penting untuk menambahkan bahwa, tenaga kerja wanita, baik yang berdokumen maupun tak berdokumentasi, lebih rentan terhadap diskriminasi, eksploitasi dan penganiayaan dikarenakan adanya keyakinan bahwa pelaku pelanggaran terhadap wanita tidak akan dikenakan hukuman atau adanya pandangan bahwa wanita adalah mahluk yang lemah. º Risiko dan tantangan tidak hanya terjadi pada TKI yang bermigrasi melalui jalur tidak resmi, melainkan juga pada TKI berdokumen yang bekerja secara legal di negara tujuan. Sebagai contoh, penganiayaan fisik pun terjadi kepada wanita yang bekerja sebagai pekerja penatalaksana rumah tangga (PRT) yang bekerja secara resmi. Jika beberapa peserta belum bisa memahami mengenai istilah-istilah penting yang digunakan di atas, seperti perdagangan orang, penyelundupan manusia, TKI tidak berdokumen (ilegal), dll., fasilitator perlu merujuk pada Buku Saku yang menjelaskan definisi mengenai istilah-istilah tersebut. 9

14 Fasilitator mungkin ingin menambahkan beberapa penjelasan berikut ini mengenai perdagangan orang dan penyelundupan manusia: º Perdagangan Orang (Fasilitator dapat memperlihatkan PAPAN #4) Walau perdagangan orang terjadi dengan berbagai cara, perdagangan orang terdiri dari tiga unsur: proses (termasuk rekrutmen, transportasi, penampungan atau penerimaan orang), cara, dan tujuan (eksploitasi). (i) Proses 1. Rekrutmen dapat berupa: Rekrutmen dengan penipuan sebagian Korban mungkin sadar mereka akan bekerja dalam suatu pekerjaan namun tidak tahu dalam kondisi seperti apa. Rekrutmen dengan penipuan penuh Korban dipancing dengan janji pekerjaan dan uang serta ditipu secara penuh menyangkut maksud yang sebenarnya dari para pelaku. Rekrutmen secara paksa Korban diambil secara paksa. 2. Fakta-fakta tentang Transportasi: Korban dapat masuk ke suatu negara secara legal atau ilegal Perjalanan melalui darat, udara atau laut Seringkali dibarengi dengan (dokumen ditahan) oleh pelaku perdagangan orang (ii) Cara Cara meliputi ancaman atau penggunaan ancaman atau bentuk-bentuk pemaksaan lainnya, penculikan, penipuan, kebohongan, penyalahgunaan wewenang oleh pemberian atau penerimaan pembayaran atau keuntungan untuk mendapatkan izin dari seseorang yang memiliki penguasaan atas orang lain. Rekrutmen atau transportasi seorang anak (orang yang berumur di bawah usia delapan belas tahun) untuk tujuan eksploitasi akan dianggap sebagai perdagangan orang bahkan jika kegiatan tersebut tidak melibatkan cara-cara di atas. (iii) Tujuan Tujuan utama dari perdagangan manusia adalah eksploitasi. Eksploitasi mencakup eksploitasi prostitusi terhadap orang lain, atau dalam bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja paksa, perbudakan atau praktekpraktek yang serupa perbudakan, penghambaan atau pengambilan organ tubuh. Eksploitasi terhadap anak dianggap sebagai perdagangan orang bahkan jika kegiatannya tidak melibatkan cara-cara yang disebutkan di atas. Pada bulan April 2007, Indonesia mensahkan sebuah undang-undang anti-perdagangan orang, yakni UU 21 tahun Undang-undang tersebut memuat ketentuan yang lengkap mengenai perdagangan orang beserta ketentuan-ketentuan yang menjamin bantuan dan perlindungan korban yang komprehensif. º Penyelundupan manusia (Fasilitator dapat memperlihatkan PAPAN #5) Penyelundupan manusia berbeda dari perdagangan orang dari segi: Perdagangan orang merupakan tindak pidana terhadap seseorang, sedangkan penyelundupan manusia umumnya adalah suatu tindak pidana terhadap pemerintah, sebagai pelanggaran undang-undang imigrasi. Penyelundupan manusia melibatkan pelintasan perbatasan negara secara tidak sah dengan menggunakan dokumen-dokumen yang tidak sah, sedangkan perdagangan orang dapat mengandung pergerakan orang secara legal maupun ilegal. 10

15 Perdagangan orang melibatkan eksploitasi yang dapat terus berlanjut kendati korban telah tiba di tempat tujuan, sedangkan penyelundupan manusia berakhir saat seseorang telah tiba di tempat tujuan. Perdagangan orang melibatkan korban kejahatan yang tidak pernah memberi persetujuan terhadap migrasi kerja, atau jika pun mereka pada awalnya setuju, persetujuan tersebut menjadi tidak berarti dikarenakan tipu daya dan penganiayaan yang mereka alami. Sebagai perbandingan, penyelundupan manusia melibatkan korban yang telah setuju untuk diselundupkan. Perdagangan orang dapat terjadi di dalam suatu negara dan antar negara, penyelundupan manusia selalu bersifat lintas batas antar negara. 3. Sebelum meneruskan ke sesi berikutnya, fasilitator perlu menanyakan kepada peserta apakah ada pertanyaan. 11

16 bab III. Pendaftaran Waktu: 10 menit Sasaran: Untuk memberi informasi kepada peserta mengenai langkah pertama bekerja ke luar negeri; Untuk memberi informasi kepada peserta mengenai proses pendaftaran untuk bekerja ke luar negeri. Materi: Papan #6: Proses Penempatan dan Kepulangan TKI Papan #7: Pendaftaran Buku Saku "Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman" Proses: 1. Sebelum memberikan informasi yang rinci mengenai proses pendaftaran, fasilitator perlu menekankan kembali pentingnya mendapatkan informasi yang akurat sebelum mengambil keputusan, dari sumber yang dapat dipercaya. Informasi dapat diperoleh dari kantor DISNAKERTRANS dan BP3TKI di tingkat propinsi, kota dan kabupaten. Fasilitator disarankan untuk mencari tahu sebelumnya mengenai keterangan pihak yang dapat dihubungi oleh calon TKI di kantor DISNAKERTRANS atau BN3TKI di daerah setempat. 2. Fasilitator kemudian perlu memperlihatkan PAPAN #6 yang memberikan tinjauan umum mengenai siklus migrasi. Fasilitator perlu menjelaskan bahwa terdapat langkah-langkah dan persyaratan yang perlu dipenuhi oleh mereka yang berminat bekerja ke luar negeri. Dalam sesi ini, fasilitator akan menjelaskan langkah pertama yakni PENDAFTARAN. Fasilitator disarankan untuk meletakkan PAPAN #6 di tempat yang dapat terlihat hingga akhir sesi penyuluhan, karena dirinya akan perlu merujuk kembali ke papan tersebut dari waktu ke waktu. 3. Kemudian, fasilitator perlu menanyakan kepada peserta pertanyaan-pertanyaan berikut ini: a. Di mana Anda dapat mendaftarkan diri? b. Dokumen apa yang diperlukan untuk mendaftarkan diri sebagai calon TKI? Fasilitator perlu meminta beberapa peserta menjawab pertanyaan. Fasilitator kemudian perlu memperlihatkan PAPAN # 7. Terkait dengan butir-butir di atas, fasilitator perlu menekankan mengenai beberapa petunjuk mengenai migrasi yang aman dengan merujuk pada saran-saran yang termuat dalam Buku Saku di bawah bagian judul Tahap Pendaftaran. 4. Sebelum meneruskan ke sesi berikutnya, fasilitator perlu menanyakan kepada peserta apakah ada pertanyaan. 12

17 bab IV. Rekrutmen & Pra-PeMberangkatan Waktu: 20 menit Sasaran: Untuk memberikan informasi kepada peserta mengenai proses rekrutmen dan apa yang akan terjadi sebelum pemberangkatan. Materi: Papan #6: Proses Penempatan dan Kepulangan TKI Papan #8: Rekrutmen Papan #9: Pra-Pemberangkatan Papan #10: Biaya Apa Saja yang Saya Keluarkan untuk Bekerja ke Luar Negeri? Buku Saku "Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman" Proses: 1. Sebelum memberikan keterangan yang lengkap mengenai proses rekrutmen dan pra-pemberangkatan, fasilitator perlu memulai sesi dengan sekali lagi memperlihatkan PAPAN #6 yang memberikan tinjauan umum mengenai siklus migrasi yang legal, dan jelaskan bahwa langkah berikutnya adalah REKRUTMEN dan PRA-PEMBERANGKATAN. 2. Fasilitator kemudian perlu memperlihatkan PAPAN #8 dan menjelaskan proses REKRUTMEN yang perlu dilalui oleh calon TKI. Sehubungan dengan penjelasan-penjelasan di atas, fasilitator kemudian perlu memberikan saran-saran migrasi yang aman, sebagai berikut: º Berdasarkan undang-undang, semua job order harus disahkan oleh KEMENAKERTRANS dan diumumkan secara resmi oleh kantor DISNAKERTRANS. Jika seseorang dihubungi secara langsung oleh seorang calo atau agen rekrutmen dengan sebuah tawaran kerja, seharusnya tawaran tersebut tidak harus dipercayai, apalagi jika pekerjaan tersebut menawarkan gaji yang tinggi. º PPTKIS (disebut juga dengan PT atau PJTKIS) adalah badan hukum yang memiliki izin tertulis untuk menyelenggarakan penempatan TKI ke luar negeri. PPTKIS memiliki lisensi dari KEMENAKERTRANS. Jika seseorang dihubungi oleh pegawai yang mengaku sebagai agen PPTKIS, maka ia dapat memeriksa kebenarannya ke kantor DISNAKERTRANS setempat apakah kantor rekrutmen tersebut telah didaftarkan secara resmi. Jika perlu atau diminta, fasilitator dapat menjelaskan lebih lanjut bahwa selama sesi pembekalan, calon TKI perlu mendapatkan setidaknya informasi-informasi berikut ini tentang penawaran pekerjaan: a. lowongan, jenis pekerjaan, lokasi, dan keterangan lebih lanjut mengenai persyaratan yang diperlukan; b. mekanisme perlindungan bagi calon TKI dan risiko yang mungkin dihadapi; c. waktu, tempat dan persyaratan pendaftaran; d. mekanisme dan prosedur rekrutmen; e. persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon TKI; f. syarat dan ketentuan pekerjaan, termasuk gaji, jam kerja, jam istirahat/cuti, lembur, jaminan perlindungan, dan fasilitas lainnya yang akan diterima; g. perundang-undangan, kebudayaan, situasi dan kondisi negara penempatan; h. kelengkapan dokumen penempatan; i. biaya yang akan dikenakan terhadap calon TKI (dalam hal ini adalah biaya yang tidak ditanggung oleh PPTKIS atau majikan), dan mekanisme pembayaran yang berlaku; dan j. hak dan kewajiban para TKI. 13

18 Jika beberapa peserta tidak jelas mengenai istilah Perjanjian Penempatan, maka fasilitator perlu merujuk pada definisi yang termuat dalam Buku Saku. Fasilitator juga dapat menambahkan bahwa perjanjian penempatan dibuat dalam rangkap 4 (empat) dan diserahkan kepada: 1. Calon TKI yang bersangkutan 2. PPTKIS yang bersangkutan 3. Kantor DISNAKERTRANS 4. Kantor BP3TKI 3. Kemudian fasilitator perlu memperlihatkan PAPAN #9 yang menjelaskan proses PRA-PEMBERANGKATAN dan PAPAN #10 tentang biaya migrasi. Sehubungan dengan penjelasan-penjelasan di atas, fasilitator perlu menekankan beberapa hal mengenai migrasi yang aman dengan merujuk pada saran-saran lainnya yang termuat di dalam Buku Saku di bagian berjudul Tahap Rekrutmen dan Pra-Pemberangkatan. Jika ada peserta yang tidak jelas mengenai istilah-istilah penting yang digunakan di atas, seperti penempatan, perjanjian, paspor, izin kerja, dll., fasilitator perlu merujuk pada Buku Saku yang memberikan definisi dari istilah-istilah tersebut. Mengenai Pembekalan Pra-Pemberangkatan, fasilitator perlu menambahkan: sesi pembekalan tersebut seharusnya memberikan informasi kepada calon TKI mengenai (i) undang-undang, budaya, kebiasaan dan iklim setempat di negara tujuan; (ii) prosedur keberangkatan dari negara asal dan kedatangan di negara tujuan; (iv) peran dari misi diplomatik Indonesia, dan bagaimana mengakses bantuan; (v) klaim asuransi; (vi) jalur perbankan dan remitensi (pengiriman uang) yang aman; (vii) tips kesehatan; (viii) masalah-masalah yang perlu disadari, seperti narkoba, HIV/ AIDS dan perdagangan orang; (ix) peningkatan rasa percaya diri untuk menangani kekagetan budaya, stres, rasa kesepian, masalah pekerjaan, dll., dan (x) prosedur kepulangan. Sehubungan dengan kontrak kerja, fasilitator bisa menambahkan bahwa tidak ada kontrak kerja baku, karena tiap negara penerima memiliki aturan yang berbeda-beda, bergantung jenis pekerjaan. Namun informasi yang diberikan seharusnya mencakup hal-hal berikut ini: a. nama dan alamat pengguna; b. nama dan alamat TKI; c. posisi dan jenis pekerjaan; d. hak dan kewajiban para pihak (TKI & Pengguna); e. syarat dan ketentuan kerja yang mencakup jam kerja, gaji dan metode pembayaran gaji, cuti dan jam istirahat, fasilitas jaminan sosial; dan f. masa berlaku kontrak kerja. Menyangkut KTKLN, fasilitator mungkin bisa menambahkan bahwa KTKLN perlu memuat informasi-informasi berikut ini: º Data Pribadi: nama lengkap TKI; tempat/tanggal lahir; jenis kelamin; keterangan di KTP; alamat & nomor telpon TKI; alamat dan nomor telpon orang tua; sertifikat pendidikan; nomor paspor. º Data Biometric: foto dan sidik jari. º Data Penempatan: nama PPTKIS dan Pengguna; referensi visa kerja; sertifikat pelatihan; sertifikat PAP; surat keterangan kesehatan; surat keterangan keterampilan; asuransi; kontrak kerja dan keterangan tentang kontrak kerja (tugas, gaji, sektor, negara penempatan, dll.), tanggal penerbitan KTKLN; tanggal keberangkatan embarkasi, kedatangan di negara penempatan; keterangan mengenai kedutaan besar RI di negara penempatan, dll. 14

19 Mengenai biaya migrasi, dianjurkan kepada fasilitator agar mencari tahu terlebih dahulu biaya penempatan di beberapa negara tujuan, karena biaya penempatan berbeda-beda dari satu negara ke negara lainnya. Besarnya biaya tetap yang berlaku bagi SEMUA TKI adalah: º Paspor: Rp ,00 º Asuransi: Rp ,00 º Uji Kompetensi: Rp ,00 º Biaya perlindungan: Rp ,00 4. Sebelum melanjutkan ke sesi berikutnya, fasilitator perlu bertanya kepada peserta apakah mereka memiliki pertanyaan. 15

20 bab V. Pemberangkatan Waktu: 15 menit Sasaran: Untuk memberi informasi kepada peserta mengenai proses pemberangkatan. Materi: Papan #6: Proses Penempatan dan Kepulangan TKI Papan #11: Pemberangkatan Buku Saku "Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman" Proses: 1. Sebelum memberikan informasi yang rinci mengenai proses ini, fasilitator perlu memulai sesi dengan memperlihatkan PAPAN #6 yang memberikan gambaran umum mengenai siklus migrasi yang legal, serta jelaskan langkah berikutnya, PEMBERANGKATAN. 2. Fasilitator kemudian perlu memperlihatkan PAPAN #11 dan menjelaskan proses yang terjadi pada hari keberangkatan. Sehubungan dengan penjelasan-penjelasan di atas, fasilitator perlu menekankan beberapa hal mengenai migrasi yang aman dengan merujuk pada saran-saran lainnya yang termuat di dalam Buku Saku dibagian Tahap Pemberangkatan. Jika ada beberapa peserta yang tidak mengetahui secara jelas apa yang dimaksud dengan kedutaan RI atau kantor perwakilan RI, fasilitator dapat memberi penjelasan berikut ini: Kedutaan bertindak sebagai perwakilan diplomatik resmi dari suatu negara yang berada di wilayah negara orang lain. Dalam kaitannya dengan hal ini, TKI sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), perlu berhubungan dengan kedutaan Indonesia. Kedutaan biasanya berlokasi di satu gedung/ rumah. Di suatu negara dimana anda bekerja, terkadang tidak ada kedutaan, namun ada sebuah konsulat. Baik kedutaan maupun konsulat Indonesia akan memberikan bantuan kepada WNI jika mereka mengalami masalah atau dalam keadaan darurat. Kedutaan atau Konsulat umumnya memiliki pegawai khusus untuk membantu WNI, termasuk TKI. Pegawai tersebut disebut Atase Tenaga Kerja, Konselor dan Pejabat Konsular. Fasilitator perlu merujuk ke bagian 6 dari Buku Saku untuk melihat alamat dari kedutaan atau konsulat Indonesia di luar negeri. Fasilitator juga perlu memberikan anjuran kepada peserta untuk mencatat alamat dan nomor kedutaan atau konsulat yang dapat dihubungi di secarik kertas yang dapat mereka simpan di pakaian mereka saat pemberangkatan. Seringkali dilaporkan bahwa setelah tiba di negara tujuan, semua dokumen dan benda berharga milik TKI diambil dari mereka. 3. Sebelum berlanjut ke sesi berikutnya, fasilitator perlu menanyakan apakah peserta memiliki pertanyaan. 16

21 bab VI. Penempatan Waktu: 15 menit Sasaran: Untuk memberikan informasi penting mengenai apa yang terjadi setelah TKI ditempatkan di negara tujuan; Untuk memberikan informasi mengenai hak-hak dasar TKI dan apa yang harus dilakukan sewaktu mendapatkan masalah, termasuk masalah emosional (rasa kesepian, kangen rumah, terisolasi, dll.). Materi: Papan #6: Proses Penempatan dan Kepulangan TKI Papan #12: Penempatan Papan #13: Apa hak-hak saya sebagai TKI selama penempatan? Buku Saku "Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman" Proses: 1. Sebelum memberikan informasi yang rinci mengenai proses ini, fasilitator perlu memulai sesi dengan memperlihatkan PAPAN #6 yang memberikan gambaran umum mengenai siklus migrasi yang legal, serta jelaskan langkah berikutnya, PENEMPATAN. 2. Fasilitator kemudian perlu memperlihatkan PAPAN #12 dan menjelaskan langkah-langkah dari Kedatangan dan Penempatan kepada peserta. Sehubungan dengan penjelasan-penjelasan di atas, fasilitator perlu menekankan beberapa hal mengenai migrasi yang aman dengan merujuk pada saran-saran lainnya yang termuat di dalam Buku Saku dibagian Tahap Penempatan. 3. Sesi ini berbicara mengenai hak-hak TKI dan apa yang perlu mereka lakukan jika terdapat masalah. Adalah penting agar fasilitator mengarahkan perhatian peserta secara penuh ke hal-hal di bawah ini, terkait dengan keamanan dan keselamatan TKI. Fasilitator perlu mulai dengan mengatakan: Semua orang, terlepas dari kebangsaan, ras, jenis kelamin, status hukum maupun status lainnya, berhak atas hak azasi dan perlindungan kerja, semu orang disini tentunya termasuk TKI dan keluarga mereka. Apakah ada dari Anda yang mengetahui hak apa yang anda miliki sebagai TKI? Fasilitator perlu meluangkan beberapa menit bagi peserta untuk memikirkan dan mengungkapkan ide mereka. Setelah beberapa jawaban diberikan, fasilitator perlu menunjukkan PAPAN #13 dan membacakan hak-hak yang dimiliki TKI sewaktu berada di luar negeri. Fasilitator juga perlu menjelaskan lebih lanjut mengenai, bahwa TKI yang legal pun seringkali mengalami pelanggaran atas hak-hak dasar mereka. Fasilitator perlu merujuk pada saran-saran yang termuat di dalam Buku Saku dibagian Tahap Penempatan yang mencantumkan sejumlah masalah atau pelanggaran hak yang umumnya dihadapi TKI sewaktu di luar negeri. Jika hal ini terjadi, TKI harus melaporkan secara langsung ke kedutaan/konsulat Indonesia dan polisi di negara setempat. Umumnya kedutaan/konsulat Indonesia akan berusaha memberi bantuan kepada TKI yang bermasalah. 17

22 Terkait dengan jenis bantuan yang dapat diberikan oleh kedutaan/konsulat kepada para TKI, fasilitator dapat menambahkan penjelasan berikut ini: º Jika TKI adalah korban kekerasan atau penganiayaan, kedutaan/konsulat Indonesia dapat membantu mendokumentasikan kasus TKI tersebut, memberikan bantuan hukum jika diperlukan dan memfasilitasi kepulangan mereka ke Indonesia. Perlu dicatat bahwa beberapa kedutaan/konsulat juga menyediakan penampungan dimana mereka dapat menampung warga Indonesia yang telah menjadi korban kekerasan. º Jika ada TKI yang tertangkap karena melanggar hukum negara penempatan, kedutaan/konsulat hanya dapat memberikan bantuan secara terbatas. Namun mereka dapat: i. mengunjungi TKI di penjara; ii. memberikan daftar pengacara setempat; iii. menghubungi pihak berwajib setempat untuk membantu memastikan perlakuan yang layak berdasarkan undang-undang yang berlaku dan sesuai dengan standar yang diakui secara internasional; iv. mengajukan keberatan terhadap penganiayaan yang dilakukan terhadap TKI; v. memberitahukan keluarga TKI. Selain dari aspek keselamatan dan pelanggaran hak, fasilitator juga perlu mengingatkan bahwa migrasi dapat menjadi sulit secara emosional. Oleh karenanya fasilitator perlu memberikan saran-saran berikut ini mengenai bagaimana menanggulangi rasa kaget akan budaya baru, kangen akan kampung halaman dan rasa kesepian: º Bertindak dan berfikir secara positif; º Bersabar; º Berusaha untuk beradaptasi; º Jalin hubungan dengan TKI lainnya; º Tetap jaga rasa percaya diri; º Usahakan untuk belajar mengenai bahasa dan pahami budaya negara penempatan. 4. Sebelum berlanjut ke sesi berikutnya, fasilitator perlu menanyakan apakah peserta memiliki pertanyaan. 18

23 Bab VIII. Kepulangan Waktu: 15 menit Sasaran: Untuk memberi informasi kepada TKI mengenai kepulangan dan reintegrasi. Materi: Papan #6: Proses Penempatan dan Kepulangan TKI Papan #14: Kepulangan (1) Papan #15: Kepulangan (2) Buku Saku "Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman" Proses: 1. Sebelum memberikan informasi yang rinci mengenai proses kepulangan ini, fasilitator perlu memulai sesi dengan memperlihatkan PAPAN #6 yang memberikan gambaran umum mengenai siklus migrasi yang legal, serta menjelaskan langkah berikutnya, Kepulangan ke kampung halaman. 2. Fasilitator kemudian perlu memperlihatkan PAPAN #14 dan #15 dan menjelaskan proses kepulangan. Sehubungan dengan penjelasan-penjelasan di atas, fasilitator perlu menekankan beberapa hal mengenai migrasi yang aman dengan merujuk pada saran-saran lainnya yang termuat di dalam Buku Saku dibagian Tahap Kepulangan. Pos Pelayanan TKI, dalam hal kepulangan seorang TKI, bertugas untuk: a. Memonitor kedatangan TKI berdasarkan jadwal kepulangan mereka secara koordinasi dengan instansi-instansi terkait. b. Memandu TKI dengan memberikan arahan terkait dengan perlindungan. c. Mengumpulkan data yang mencakup tempat penempatan TKI, nama dan alamat pengguna, PPTKIS pengirim, nomor dan tanggal paspor, tanggal keberangkatan dan kepulangan, tempat asal TKI, dan alasan kepulangan. d. Mengurus TKI yang bermasalah dengan cara memfasilitasi pemenuhan hak-hak mereka. e. Mengurus TKI yang sakit dengan cara memfasilitasi perawatan medis disamping rehabilitasi fisik dan mental. f. Mengumpulkan data dan memfasilitasi TKI yang pulang karena cuti. g. Mengumpulkan data dan memfasilitasi TKI yang pulang karena memperpanjang kontrak kerja mereka. h. Memfasilitasi kepulangan TKI dengan menyediakan layanan angkutan, layanan keuangan dan pengiriman barang milik pribadi. i. Memastikan keselamatan TKI saat pulang di tempat-tempat embarkasi. j. Memonitor kepulangan TKI hingga tempat asal mereka. Pos Pelayanan TKI tidak hanya terdapat di Jakarta namun juga di beberapa bandara dan pelabuhan yang ditentukan di Indonesia. 3. Sebelum berlanjut ke sesi berikutnya, fasilitator perlu menanyakan apakah peserta memiliki pertanyaan. 19

24 bab VIII. Kesimpulan Waktu: 15 menit Sasaran: Untuk merangkum informasi dan menggarisbawahi berbagai saran berkaitan dengan bekerja ke luar negeri secara legal dan aman yang diberikan selama sesi penyuluhan. Materi: Papan #6: Proses Penempatan dan Kepulangan TKI Papan #16: Saran: Harus & Jangan Buku Saku "Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman" Proses: 1. Fasilitator memulai sesi ini dengan pertama-tama menanyakan kepada peserta apakah mereka telah mengerti keseluruhan sesi penyuluhan dan apa yang telah mereka pelajari dari sesi tersebut. Fasilitator perlu memberikan waktu yang cukup bagi peserta untuk memikirkan pertanyaan tersebut dan memberi jawaban. Kegiatan ini seyogyanya berbentuk diskusi terbuka, sehingga fasilitator perlu mendorong semua peserta untuk berbagi pendapat dan menghormati pendapat orang lain. 2. Fasilitator kemudian memperlihatkan PAPAN #16 dan menggarisbawahi saran-saran mengenai bekerja ke luar negeri secara legal dan aman. 3. Fasilitator kemudian perlu merujuk kembali ke PAPAN #6 dan menyimpulkan sesi dengan mengatakan bahwa peserta perlu mengetahui proses migrasi untuk meminimalisir risiko yang ada dan mendapatkan pengalaman migrasi yang aman. 20

Apa itu migrasi? Apakah Migrasi Tenaga Kerja? Migrasi adalah tindakan berpindah ke tempat lain baik di dalam satu negara maupun ke negara lain.

Apa itu migrasi? Apakah Migrasi Tenaga Kerja? Migrasi adalah tindakan berpindah ke tempat lain baik di dalam satu negara maupun ke negara lain. Apa itu migrasi? Migrasi adalah tindakan berpindah ke tempat lain baik di dalam satu negara maupun ke negara lain. Apakah Migrasi Tenaga Kerja? 1 Manfaat Bekerja ke Luar Negeri Membantu ekonomi keluarga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ±278 juta orang) Mencerminkan sumber tenaga kerja yang juga besar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. ±278 juta orang) Mencerminkan sumber tenaga kerja yang juga besar. Jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia yang besar (sampai tahun 2013 mencapai ±278 juta orang) Mencerminkan sumber tenaga kerja yang juga besar. Jumlah penduduk yang besar

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tamba

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1370, 2015 BNP2TKI. Calon TKI. Daerah Perbatasan. Kabupaten Nunukan. Penempatan. Pelayanan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

Lebih terperinci

ANGGOTA GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN

ANGGOTA GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN B U K U S A K U B A G I ANGGOTA GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA Penyusun Desainer : Tim ACILS dan ICMC : Marlyne S Sihombing Dicetak oleh : MAGENTA FINE PRINTING Dikembangkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK:

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: 1 The Regional Support Office of the Bali Process (RSO) dibentuk untuk mendukung dan memperkuat kerja sama regional penanganan migrasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NO. 18 TH 2007

PERATURAN MENTERI NO. 18 TH 2007 PERATURAN MENTERI NO. 18 TH 2007 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-18/MEN/IX/2007. TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa bekerja merupakan hak asasi

Lebih terperinci

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KESRA. Pekerja Migran. Pelindungan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 242) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1. tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment),

BAB I PENDAHULUAN. waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1. tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment), BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1 Hal ini harus selaras dengan perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 22/MEN/XII/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 22/MEN/XII/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 22/MEN/XII/2008 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI MENTERI TENAGA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini pada hakekatnya adalah suatu usaha untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Selain itu, pembangunan nasional

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.368, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HUKUM. Luar Negeri. Pengungsi. Penanganan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR KECAMATAN KERUAK DESA TANJUNG LUAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR KECAMATAN KERUAK DESA TANJUNG LUAR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR KECAMATAN KERUAK DESA TANJUNG LUAR PERATURAN DESA TANJUNG LUAR NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBINAAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL DESA TANJUNG LUAR YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : PER.19/MEN/V/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : PER.19/MEN/V/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : PER.19/MEN/V/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : PER.19/MEN/V/2006

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : PER.19/MEN/V/2006 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : PER.19/MEN/V/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. HASIL PENELITIAN 1. Defenisi Human Trafficking Protokol Palermo Tahun 2000 : Perdagangan orang haruslah berarti perekrutan, pengiriman, pemindahan, menyembunyikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci

2013, No.3 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Da

2013, No.3 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Da No.3, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENAGA KERJA. Perlindungan. Luar Negeri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5388) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 19/MEN/V/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDON

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDON LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.30, 2015 TENAGA KERJA. Pengawasan. Penempatan. Perlindungan. Luar Negeri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5660) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi sekarang ini mengakibatkan kemajuan di segala bidang, bukan saja masalah kehidupan ekonomi, tetapi telah melanda dalam kehidupan politik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat internasional, hal ini disebabkan oleh perbedaan kekayaan. sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kemajuan di bidang ilmu

I. PENDAHULUAN. masyarakat internasional, hal ini disebabkan oleh perbedaan kekayaan. sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kemajuan di bidang ilmu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tidak ada satu negarapun yang hidup mengisolasi diri dari kehidupan masyarakat internasional, hal ini disebabkan oleh perbedaan kekayaan sumberdaya

Lebih terperinci

KERENTANAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN

KERENTANAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN KERENTANAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN oleh: Farida Sondakh dan Tita Naovalitha Juli, 2003 KERENTANAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN: oleh Farida Sondakh dan Tita Naovalitha Jakarta, Juli 2003 Paper prepared for World

Lebih terperinci

Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia

Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia MIGRANT WORKERS ACCESS TO JUSTICE SERIES Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia RINGKASAN EKSEKUTIF Bassina Farbenblum l Eleanor Taylor-Nicholson l Sarah Paoletti Akses

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

Daftar Isi. Motto...III. Kata Pengantar...3

Daftar Isi. Motto...III. Kata Pengantar...3 Daftar Isi Motto...III Kata Pengantar...3 Bagian I Peluang dan Proses untuk bekerja ke luar negeri Bab 1 Pertimbangan Sebelum Menjadi TKI...7 1.1 Siapa saja yang terkait dalam penempatan TKI ke luar negeri?...10

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN PEKERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN PEKERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN PEKERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Jika Anda diperlakukan secara tidak adil atau hak Anda dilanggar, hubungi nomor bebas pulsa berikut:

Jika Anda diperlakukan secara tidak adil atau hak Anda dilanggar, hubungi nomor bebas pulsa berikut: Apakah Anda Datang Ke Amerika untuk Bekerja Sementara atau Belajar? Kami percaya bahwa Anda akan mendapatkan pengalaman yang berharga. Tetapi, apabila Anda mendapatkan masalah, Anda memiliki hak dan Anda

Lebih terperinci

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 2 R-201: Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak

Lebih terperinci

SEJAK 2011, BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REKOMENDASIKAN MORATORIUM PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA KE TIMUR TENGAH

SEJAK 2011, BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REKOMENDASIKAN MORATORIUM PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA KE TIMUR TENGAH SEJAK 2011, BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REKOMENDASIKAN MORATORIUM PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA KE TIMUR TENGAH Kompas.com Kepala Biro Humas dan Kerja sama Internasional Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15B Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15B/ 1 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia 0 P a g e 1 Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia Perdagangan manusia (atau yang biasa disebut dalam udang-undang sebagai perdagangan orang) telah terjadi dalam periode yang lama dan bertumbuh

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/X/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/X/2010 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/X/2010 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN CALON TENAGA KERJA INDONESIA/ TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang 5 Perbedaan dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Apa perbedaan dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan

Lebih terperinci

KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)

KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/X/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/X/2010 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/X/2010 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa perdagangan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perdagangan Manusia untuk tenaga kerja (Trafficking in persons for labor) merupakan masalah yang sangat besar. Data Perdagangan Manusia di Indonesia sejak 1993-2003

Lebih terperinci

NO. UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 DRAF REVISI UU 39 TAHUN 2004 Versi TIMUS CATATAN/ KETERANGAN TIMUS

NO. UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 DRAF REVISI UU 39 TAHUN 2004 Versi TIMUS CATATAN/ KETERANGAN TIMUS MATRIKS PERSANDINGAN UU 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DAN DRAFT RUU PERUBAHAN ATAS UU UU 39 TAHUN 2004 NO. UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 DRAF

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 04/MEN/II/005 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBEKALAN AKHIR PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENTERI TENAGA

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG A. Deskripsi UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang 1. Sejarah Singkat

Lebih terperinci

Pulang ke rumah. Tantangan dalam reintegrasi korban perdagangan orang (trafficking) di Indonesia

Pulang ke rumah. Tantangan dalam reintegrasi korban perdagangan orang (trafficking) di Indonesia Pulang ke rumah. Tantangan dalam reintegrasi korban perdagangan orang (trafficking) di Indonesia 2016 Rebecca Surtees, Laura S. Johnson, Thaufiek Zulbahary dan Suarni Daeng Caya Penelitian dan publikasi

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NO. 04 TH 2005

PERATURAN MENTERI NO. 04 TH 2005 PERATURAN MENTERI NO. 04 TH 005 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 04/MEN/II/005 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBEKALAN AKHIR PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja

I. PENDAHULUAN. setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja atau angkatan

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RUU PPILN

REKOMENDASI KEBIJAKAN KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RUU PPILN REKOMENDASI KEBIJAKAN KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RUU PPILN RUU PPILN Harus Sejalan dengan Agenda Pembangunan Nasional: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.515, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Penempatan. Perlindungan. TKI.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.515, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Penempatan. Perlindungan. TKI. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.515, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Penempatan. Perlindungan. TKI. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/X/2010

Lebih terperinci

BUPATI LEMBATA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 20 TAHUN 2015

BUPATI LEMBATA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 20 TAHUN 2015 BUPATI LEMBATA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN LEMBATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. TKI. Pembekalan. Pemberangkatan. Penyelenggaraan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. TKI. Pembekalan. Pemberangkatan. Penyelenggaraan. No.39, 009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. TKI. Pembekalan. Pemberangkatan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.17/MEN/VIII/009 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH KONSTISI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan tingkat kelahiran yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian serta penyebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI DR. AGUSMIDAH, SH., M.HUM DOSEN FH USU MEDAN

PROSEDUR PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI DR. AGUSMIDAH, SH., M.HUM DOSEN FH USU MEDAN PROSEDUR PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI DR. AGUSMIDAH, SH., M.HUM DOSEN FH USU MEDAN Hak untuk Bekerja Setiap orang berhak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak (Pasal 27 ayat 2 UUD RI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN, PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL JAWA BARAT 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI LUAR NEGERI

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI LUAR NEGERI PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI LUAR NEGERI Latar Belakang Bekerja adalah hak asasi manusia. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mendapat pekerjaan yang layak,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa hubungan kerja antara Pekerja Rumah Tangga

Lebih terperinci

2017, No memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak, yang pelaksanaannya dilakukan dengan tetap memperhatikan harkat, martabat, hak asasi

2017, No memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak, yang pelaksanaannya dilakukan dengan tetap memperhatikan harkat, martabat, hak asasi No.242, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Pekerja Migran. Pelindungan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6141) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN KE LUAR NEGERI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN KE LUAR NEGERI PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN KE LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SALINAN BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENEMPATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENEMPATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, dan telah

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bekerja merupakan hak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bekerja merupakan hak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah satu penyumbang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa bekerja merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Undang-undang Nomor 8 Drt. Tahun 1955 Tentang Tindak Pidana Imigrasi telah dicabut dan diganti terakhir dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT

PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, ANAK, MASYARAKAT DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI KALIMANTAN BARAT JL. SULTAN ABDURRACHMAN NO.

Lebih terperinci