BAB I PENDAHULUAN. sebuah kenyataan yang dipercaya benar adanya, meski mungkin hanya ilusi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sebuah kenyataan yang dipercaya benar adanya, meski mungkin hanya ilusi"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan suatu karya seni yang menggambarkan realita kehidupan secara nyata dengan dimensi waktu dan ruang yang tak terbatas. Film dapat membuat sebuah kenyataan yang dipercaya benar adanya, meski mungkin hanya ilusi semata (Cleve, 2006, hlm. 1). Film Story of Unbounding Journey dibuat berdasarkan pengalaman penulis skenario. Penulis skenario menceritakan mengenai kehidupan masa kecilnya dan bagaimana orang tuanya mendidik, serta memberlakukan aturan dalam kehidupannya. Film pendek Story of Unbounding Journey mengangkat tema mengenai fantasi dan petualangan, dimana fantasi yang dibangun adalah sebuah mimpi dan petualangannya merupakan pengalaman di lokasi yang berbeda. Penulis ikut serta dalam pembuatan film pendek berjudul Story of Unbounding Journey karena penulis merasa jalan cerita pada film ini dekat dengan pengalaman masa kecilnya juga. Penulis ingin menunjukkan kepada penonton mengenai arti keluarga, dimana hubungan antar anggota itu sangat diperlukan. Dalam film ini hubungan keluarga dikemas dengan menggunakan tema petualangan dan fantasi anak kecil. Dalam produksi film pendek ini, penulis mengambil peran sebagai seorang production manager. Maka penulis harus mengetahui terlebih dahulu tugas seorang produser dalam memimpin sebuah produksi, kemudian hal apa saja yang berkaitan dengan production manager. Saroengallo (2011) berpendapat, seorang production 1

2 manager bertugas mengkoordinasi, dan mengawasi jalannya proses produksi dari proses pra-produksi sampai produksi (hlm ). Penulis akan menjelaskan mengenai persiapan dan hal apa saja yang dilakukan dalam produksi film pendek Story of Unbounding Journey. Oleh karena itu penulis sebagai Production manager dalam film pendek Story of Unbounding Journey tertarik untuk membahas topik mengenai production manager Rumusan Masalah Bagaimana peranan production manager dalam pengaturan pra-produksi dan produksi pada film Story of Unbounding Journey? 1.3. Batasan Masalah Peran production manager dalam film pendek berjudul Story of Unbounding Journey, yang fokus pada topic mengkoordinasi dan mengawasi keperluan logistik, safety, budgeting, jadwal dalam proses pra-produksi dan produksi Tujuan Tugas Akhir Tujuan Tugas Akhir ini adalah untuk menjelaskan mengenai peranan production manager dalam film Story of Unbounding Journey Manfaat Tugas Akhir 1. Penulis menulis laporan ini agar dapat mengetahui lebih lengkap mengenai peranan production manager dalam sebuah film pendek. 2. Bagi orang lain atau masyarakat dapat mengetahui pentingnya peran production manager dalam pembuatan film pendek. 2

3 3. Bagi UMN dapat menjadi bahan perimbangan dan pelajaran bagi mahasiswa lain yang ingin mengetahui peran production manager pada pembuatan film pendek. 3

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produser Menurut Yager dan Yager (2009) produser memiliki peranan penting dalam terwujudnya sebuah film (hlm. 59). Worthington (2009) mengatakan produser adalah orang yang bertanggung jawab atas lahirnya sebuah film. Produser bertugas dari awal produksi dimulai sampai selesai dan ia yang memberikan keputusan akhir dalam proses produksi, karena itu produser harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai film yang akan dibuatnya (hlm. 11). Mamer (2009) mengemukakan hal yang sama bahwa produser bertugas dari awal sampai akhir produksi berlangsung, dimana tugasnya tergantung dari besar kecilnya produksi yang dikerjakan. Pada umumnya seorang produser tidak akan mengurusi urusan logistik saat produksi berlangsung, tetapi lebih mengawasi jalannya produksi (hlm.51). Menurut Rea dan Irving (2010) produser memiliki fokus tugasnya sendiri, seperti pada bagan dibawah ini (hlm.38): 4

5 Gambar 2.1. Tanggung Jawab Produser Pra-produksi (Rea dan Irving, 2010) Perbedaan Job Desk Tabel 2.1. Perbedaan Jobdesk Produser Production manager Astrada Bekerjasama Bertanggung Bekerjasama Worthington dengan jawab dalam dengan sutradara (2000) sutradara untuk mengatur dan produser membuat keuangan dan agar produksi 5

6 terwujudnya berurusan berjalan sesuai sebuah film. dengan jalannya jadwal yang Mengorganisasi produksi sehari- dibuat. dan hari. Mengatur mengkoordinasi Mengorganisasi jalannya produksi kan kebutuhan dan sehari-hari. produksi mengkoordinasik Bertanggung (kreatif, an kebutuhan jawab terhadap keuangan, produksi. jadwal syuting. kontrak) Mencari crew Mencari tim tambahan. kreatif seperti Selalu mengecek sutradara, art dan mengontrol director dan keuangan. editor. Mengontrol dan memberi persetujuan terhadap keuangan dan jadwal produksi. Mamer Mengatur dan Bertanggung Menjadi tangan (2009) mengawasi jawab mengatur kanan sutradara. 6

7 jalannya dan mengontrol Penghubung produksi dari keuangan dan antara sutradara awal sampai logistik, serta dengan crew akhir. aspek realis lainnya. selama produksi. Memberitahukan Bersama astrada jadwal shot yang mengontol dan akan diambil mengatur jadwal berikutnya sehari-hari kepada crew. produksi. Saroengallo (2011) Membentuk tim kreatif. Bertanggung jawab atas pembuatan film dari awal sampai akhir. Bertanggung jawab atas pelaksanaan harian sebuah proses syuting. Mengatur logistik. Memantau jadwal syuting. Menyusun dan mengawasi keuangan. Bertugas dalam bidang manajerial. Menguasai adegan. Membuat jadwal syuting. Menjadi sumber informasi bagi crew lainnya. Bertanggung jawab penuh atas jalannya proses 7

8 syuting sesuai jadwal. Gambar 2.2. Jalur Komando Produksi (Cleve, 2006) Production manager Menurut Worthington (2000) seorang production manager bertanggung jawab dalam mengontrol keuangan dan berurusan dengan jadwal syuting sehari-hari. (hlm.70). Mamer (2009) mengatakan seorang production manager bertanggung jawab dalam mengontrol keuangan dan pengaturan logistik. Beliau menambahkan seorang production manager bersama dengan astrada bertanggung jawab dalam mengatur dan mengontrol jadwal syuting produksi sehari-hari (hlm. 51). Cleve 8

9 (2006) menambahkan seorang production manager yang bertugas membantu produser memiliki kewajiban: 1. Mempersiapkan jadwal shooting. 2. Mempersiapkan budget. 3. Memperhatikan hal-hal yang diperlukan sebelum syuting, terutama survei lokasi. 4. Persiapan produksi. 5. Mencatat laporan atau hasil shooting selama produksi berlangsung. 6. Mempersiapkan kendaraan dan tempat tinggal untuk crew dan cast. 7. Memperhatikan keamanan selama produksi. 8. Menjaga hubungan baik dengan pihak yang berwenang terhadap lokasi yang digunakan (hlm.3). Menurut Saroengallo (2011) tanggung jawab seorang production manager adalah: 1. Mengkoordinasi, menyiapkan akomodasi, dan mengawasi jalannya produksi. 2. Membuat breakdown skenario dan jadwal syuting. 3. Membuat anggaran dasar. 4. Negosiasi fee/honor kepada crew dan cast. 5. Negosiasi harga sewa alat. 9

10 6. Memantau pengeluaran harian. 7. Melakukan pengawasan lokasi syuting. 8. Memperhatikan keputusan yang diambil selama produksi. 9. Persiapan untuk perubahan jadwal sewaktu waktu. 10. Mengurusi urusan logistik selama produksi. 11. Mengatur akomodasi. 12. Mengurus kebutuhan asuransi untuk crew. 13. Menjamin peralatan yang disewa. 14. Menguasai jalannya produksi dan siap dengan perubahan jadwal sewaktuwaktu. 15. Membuat laporan harian produksi (hlm. 97) Pra-Produksi Menurut Worthington (2009) tahap pra-produksi adalah melakukan setiap perencanaan dan persiapan yang diperlukan dalam proses pembuatan film. Dalam tahap ini, dilakukan juga perekrutan crew dan cast, serta persiapan lokasi shooting (hlm. 111). Stoller (2009) menegaskan bahwa perlu memperhatikan lokasi yang akan digunakan untuk pengambilan adegan. Menurut beliau, hal seperti perencanaan akomodasi harus dipersiapkan terutama jika syuting dilakukan di luar 10

11 kota, maka pastikan bahwa lokasi yang ingin digunakan sudah di-booking pada tanggal pengambilan adegan (hlm. 14). Menurut Cleve (2004) pada tahap ini, yang perlu dilakukan adalah penyusunan jadwal shooting, persiapan dan perijinan lokasi, perkiraan budget, perekrutan crew, persiapan alat dan perlengkapan syuting. Oleh karena itu kerjasama yang baik dalam tim sangat diperlukan agar semua persiapan berjalan dengan lancar (hlm. 12). Menurut Rea dan Irving (2010) dalam proses pra-produksi ada beberapa kunci penting yang perlu diperhatikan dan hampir sama dengan yang dikatakan oleh Soroengallo (2011), seperti: 1. Bila ada keraguan langsung dipertanyakan. 2. Jangan beramsusi apapun. 3. Melakukan pengecekan setiap saat. Namun Rea dan Irving menambahkan beberapa hal yaitu: 1. Berpikir positif dan menjaga sikap selama produksi berlangsung. 2. Menjaga kesehatan. 3. Mengatur jadwal agar waktu cukup untuk melakukan persiapan produksi. 4. Mengatur jadwal rapat antara crew inti dengan crew tambahan serta cast. 5. Mempersiapkan jadwal produksi. Selain itu, Stoller (2009) mengatakan bahwa sebelum melakukan proses syuting, penting untuk mengetahui sifat dan keadaan lokasi syuting, indoor atau outdoor, private atau publik, dan situasi serta keadaan lokasi seperti cuaca. 11

12 Budgeting Dalam memperhitungkan anggaran untuk produksi Saroenggallo (2011) mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti (hlm ): 1. Film panjang / film pendek atau video biasa. 2. Jumlah hari syuting. 3. Jumlah lokasi syuting. 4. Lokasi syuting di dalam atau di luar kota. 5. Biaya-biaya tidak terduga. Worthington juga menambahkan adanya sumber pemborosan selama produksi yaitu: 1. Operasional (uang tol, bensin dan lain-lain) 2. Lokasi (pungutan liar dari satpam atau preman) 3. Artistik (kebutuhan art yang dibeli mendadak atau last minute). Dalam perhitungan budgeting sebuah produksi, seorang produser (dalam perannya sebagai production manager) maka perlu memperhatikan berapa lama syuting akan berlangsung dan ide kreatif apa saja yang ingin diwujudkan oleh sutradara dalam film (Worthington, 2009, hlm. 112). Cleve (2004) menambahkan bahwa seorang production manager harus mengawasi pengeluaran harian dari pra-produksi sampai produksi pembuatan sebuah film. Apabila terjadi over-budget pada salah satu departemen maka PM akan menekan di bagian departemen lain. Oleh karena itu setiap pengeluaran yang terjadi 12

13 selama proses pra-produksi dan produksi harus dicatat dan di-update setiap harinya (hlm. 141) Pengaturan Jadwal Dalam menyusun jadwal shooting, Tomaric (2008) berpendapat bahwa setiap lokasi harus sudah dipastikan aman dan dapat digunakan pada hari yang ditentukan. Dengan begitu, jadwal dapat disusun dengan pasti, sehingga setiap crew dan cast yang terlibat dapat bekerja dengan baik dan maksimal sesuai jadwal (hlm.73). Dalam bukunya, Cleve (2004) mengungkapkan, dalam proses shooting, perlu dipastikan bahwa setiap rencana yang sudah disusun dalam jadwal berjalan dengan baik, agar tidak mengakibatkan biaya membengkak. Kemudian ia menambahkan, dalam menyusun jadwal shooting, ada sejumlah pertimbangan yang harus diperhatikan seperti: 1. Cuaca bersahabat, maka lakukan adegan di luar ruangan terlebih dahulu. 2. Komunikasi yang dibangun sebelum melakukan syuting sangat penting, terutama apabila belum pernah bekerja sama dalam sebuah tim. 3. Syuting dilakukan dengan kondisi waktu berurutan, dan lokasi yang berurutan. Apabila melakukan syuting dalam satu rumah, lakukan adegan di luar rumah terlebih dahulu baru di dalam. Akan tetapi apabila sudah melakukan set di dalam rumah maka lakukan yang di dalam rumah terlebih dahulu. 4. Saat menentukan jadwal syuting perlu memperhatikan jadwal cast juga. Cleve kemudian menambahkan, ketika seluruh kebutuhan produksi sudah dipersiapkan, dan jadwal shooting sudah ditetapkan, maka pastikan semua crew dan 13

14 cast yang terlibat siap tepat pada waktunya sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing (hlm ). Worthington (2009) berpendapat bahwa dalam merencanakan jadwal shooting, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan. Pertama, melakukan shooting di lokasi yang sama dalam urutan waktu yang beruntun. Dengan ini, waktu yang digunakan akan lebih efisien. Kemudian, rencanakan untuk melakukan pengambilan gambar dengan set di luar ruangan lebih dahulu, karena pengambilan gambar ini akan sangat bergantung terhadap cuaca. Perhatikan pula, adegan yang cukup rumit yang mungkin memakan waktu cukup lama (hlm. 118) Produksi Tahap ini menurut Worthington (2009) merupakan bagian yang sangat penting dan melelahkan. Selama produksi berlangsung, akan ada sejumlah masalah yang harus diselesaikan, maka perlunya mempersiapkan back-up plans apabila terjadi suatu hal yang tidak diinginkan 1. Cuaca Cuaca merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan terutama saat melakukan syuting di tempat terbuka. Perubahan cuaca yang mungkin saja tiba-tiba terjadi dapat mengubah seluruh susunan jadwal dan budget film. Oleh karena itu yang perlu dilakukan adalah melakukan adegan luar ruangan terlebih dahulu baru kemudian di dalam ruangan. 2. Logistik 14

15 Lakukanlah pengecekan kembali semua persiapan yang sudah disiapkan, pastikan lokasi, makanan, dan peralatan siap sebelum hari shooting dimulai (hlm. 121). 3. Lokasi Menurut Cleve (2004), penting dalam memastikan lokasi untuk dapat dipakai selama waktu yang dibutuhkan selama proses shooting, dan pastikan peralatan aman di malam hari untuk ditinggalkan. Ia melanjutkan, sebisa mungkin untuk menghemat waktu dan tenaga, usahakan agar peralatan dapat ditinggalkan di lokasi apabila akan menggunakannya lagi keesokan harinya (hlm ). Rea dan Irving (2010) menambahkan bahwa dalam proses produksi pastikan lokasi dapat dipakai sesuai jadwal syuting yang ditentukan, hal yang perlu diperhatikan: 1. Surat ijin lokasi 2. Biaya penggunaan lokasi 3. Ijin menggunakan lokasi pada wilayah tertentu. 4. Asuransi. 5. Komunikasi dengan pihak penanggung jawab lokasi, dan siapa yang bertanggung jawab pada lokasi yang digunakan. 6. Transportasi menuju lokasi. 7. Lahan parkir pada lokasi. 15

16 8. Konsumsi untuk crew dan cast (hlm ) Logistik Menurut McCurdy (2011) dalam dunia perfilman, logistik merupakan segala bentuk persiapan secara detail mengenai hal-hal yang diperlukan dalam proses syuting. Logistik dapat berupa persiapan lokasi, persiapan crew, dan pengaturan seluruh alat kelengkapan yang diperlukan, setiap detail dalam perencanaan logistik akan sangat berpengaruh dalam proses syuting (hlm. 124). Lyons (2012) mengatakan perencanaan logistik berperan sangat besar dalam kesuksesan suatu film. Tanpa perencanaan logistik yang baik, kelangsungan suatu produksi film dapat terganggu dan tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, menurutnya, diperlukan suatu daftar secara detail mengenai hal-hal yang diperlukan. Agar tidak terjadi kesalahankesalahan yang tidak diinginkan karena kurangnya persiapan (hlm. 59). Mamer (2009) memberikan pendapat bahwa kerjasama crew dalam mempersiapkan kebutuhan sebelum, saat dan sesudah pengambilan film sangat diperlukan. Menurut beliau kerjasama yang baik, kekompakan, tanpa rasa individualistis dan ego dalam setiap anggota kelompok dapat memperlancar jalannya proses pembuatan sebuah film. Setiap crew dengan tanggung jawab masing-masing namun tetap bekerja bersama dan maju sebagai sebuah tim (hlm. 66). Menurut Rahmel (2004) sejumlah keperluan dalam shooting perlu diperhatikan dengan seksama, contohnya seperti lokasi shooting. Shooting dapat dilakukan di daerah berpenduduk padat hingga daerah yang tidak dihuni. Namun, setiap pemilihan lokasi harus disertai dengan pertimbangan yang tepat, baik dari 16

17 ketersediaan parkir, ijin dari pihak yang berwenang, keamanan lokasi, dan lain sebagainya. Ia menambahkan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam proses shooting, yaitu (hal. 34): 1. Toilet, perlunya ketersediaan sejumlah kamar mandi dengan jarak berdekatan dengan lokasi shooting. Kamar mandi yang cukup bersih dan nyaman digunakan untuk crew dan cast. 2. Lahan parkir, pastikan tersedianya cukup tempat parkir untuk kendaraan yang digunakan oleh cast dan crew. Pastikan lokasi dimana parkir diperbolehkan, dan tidak mengganggu keadaan sekitar. 3. Perlengkapan dan peralatan, merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk persiapan shooting, baik itu kamera, lighting maupun perlengkapan lainnya. Selain itu, pastikan kebutuhan tersebut dapat dengan mudah dipindahkan ke berbagai tempat meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama baik saat pemuatan alat shooting maupun pemindahan lokasi shooting. 4. Make-up location, tidak semua cast dapat mempersiapkan dirinya dengan baik sebelum sampai di lokasi shooting. Oleh karena itu, penting bagi crew untuk mempersiapkan tempat yang nyaman bagi mereka untuk make-up dan sekaligus menunggu persiapan set lokasi. 5. Generator Location, lokasi generator listrik dalam proses pengambilan gambar harus diperhatikan. Apabila generator listrik terlalu dekat dengan set pengambilan gambar, maka akan mengganggu hasil pengambilan sound. 17

18 6. Akomodasi, lokasi untuk beristirahat dan makan sebaiknya mudah diakses dari lokasi syuting. Biasanya merupakan tempat para crew dan cast untuk beristirahat dan berbincang-bincang, sehingga perlu dipersiapkan lokasi yang tidak mengganggu jalannya shooting Safety Rea dan Irving (2010) mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi resiko kehilangan atau kecelakaan selama produksi (hlm ): 1. Mengenakan sarung tangan dan sepatu boots jika diperlukan di lokasi. 2. Perlengkapan shooting dan barang berharga tidak boleh ditinggalkan dilokasi atau di kendaraan yang tidak dijaga. 3. Perlatan lampu tidak boleh diletakkan di dekat barang-barang yang sensitif terhadap panas. Lampu shooting memiliki suhu yang tinggi sehingga dapat memercikkan api sehingga berbahaya jika diletakkan dekat dengan barang yang sensitif terhadap panas. 4. Lampu shooting yang menggunakan stand harus aman dan dibebankan dengan sandbags. 5. Kabel kabel atau barang elektronik harus dijauhkan dari air. Menurut Rahmel (2000) berikut adalah beberapa peraturan safety dasar yang perlu diperhatikan dalam proses produksi (hlm. 1-2): 18

19 1. Mencari seseorang dalam lingkup lokasi syuting yang sudah cukup berpengalaman untuk membantu mengetahui hal-hal dasar yang harus diperhatikan di lokasi. 2. Perhatikan instruksi dasar pada lokasi yang digunakan. 3. Perhatikan bahaya pada lokasi yang akan digunakan. 4. Bekerja dengan seorang teman yang dapat membantu terwujudnya film yang akan dibuat. 5. Jangan terburu buru dalam mengambil keputusan. 6. Bekerja di tempat dengan ventilasi udara yang baik. Keamanan selama proses syuting perlu diperhatikan terutama di lokasi yang mempunyai banyak komponen mudah terbakar. Hal yang perlu diperhatikan seperti (Mamer, 2009, hlm ): 1. Berhati-hati dengan pancaran panas yang dapat membakar (contoh: saat menyalakan lighting). 2. Berhati-hati dengan listrik yang mudah terjadi hubungan arus pendek atau dapat meledak sewaktu-waktu. (contoh: sambungan kabel) 3. Perhatikan peralatan dan perlengkapan syuting yang berat dan berada atau dibuat pada posisi tinggi seperti stand lighting. 4. Perhatikan juga keselamatan crew dan cast yang berada pada posisi tinggi seperti berdiri diatas batu yang tinggi. 19

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan BAB III TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab III, Tinjauan Pustaka, penulis akan menerangkan tentang penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan dengan Pengerjaan Iklan Layanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas, yaitu meliputi pengertian film dan dilm pendek, Art Director, proses desain dan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab IV ini akan dijelaskan mengenai proses produksi hingga pasca

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab IV ini akan dijelaskan mengenai proses produksi hingga pasca BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab IV ini akan dijelaskan mengenai proses produksi hingga pasca produksi. Seperti yang telah terencana pada pra produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Di bagian pra

Lebih terperinci

Lokasi Produksi FTV Benjang

Lokasi Produksi FTV Benjang Lokasi Produksi FTV Benjang 108 BENJANG 109 TRANSKIP WAWANCARA KEY INFORMAN Key Informan Job Deskription : Wibowo Mukti : Produser Tanggal : 27 April 2016 Waktu Durasi : 10.00 WIB : 20 Menit 1. Penulis

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. berada di dalam tim program Rupa Indonesia. Keempat orang ini berperan penting

BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. berada di dalam tim program Rupa Indonesia. Keempat orang ini berperan penting BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Profile Informan Dalam melakukan penelitian, peneliti mewawancarai empat informan yang berada di dalam tim program Rupa Indonesia. Keempat orang ini berperan penting

Lebih terperinci

Produksi Iklan Audio _ Visual

Produksi Iklan Audio _ Visual Modul ke: Produksi Iklan Audio _ Visual Membuat Storyline Perancangan Produksi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id STORYLINE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser.

BAB 1 PENDAHULUAN. bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Adanya sebuah film, baik itu film pendek maupun film panjang, tidak hanya peranan sutradara saja dalam film tersebut tetapi ada orang lain yang memiliki

Lebih terperinci

Sekilas Tentang Pembuatan Film 3

Sekilas Tentang Pembuatan Film 3 Sekilas Tentang Pembuatan Film 3 Dipublikasi pada Maret 6, 2010 oleh raff29 JOB DESCRIPTION FILM PRODUCTION I. PRODUCTION DEPARTMENT : Bagian yang menentukan batasan biaya dan menangani persiapan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI. 5.1 Editing dan Mixing

BAB V EVALUASI. 5.1 Editing dan Mixing BAB V EVALUASI 5.1 Editing dan Mixing Setelah melakukan tahap pra produksi dan produksi, selanjutnya dilakukan tahap pasca produksi. Pada tahap ini pembuat karya sekaligus sebagai editor membuat rough

Lebih terperinci

PT. NUSANTARA MEDIA MANDIRI JOBDESK PRODUCTION FACILITIES DEPARTEMENT NO. PSM/JKO-HRD/04 DISAHKAN. Pada tanggal Randy Monthonaro Tampubolon

PT. NUSANTARA MEDIA MANDIRI JOBDESK PRODUCTION FACILITIES DEPARTEMENT NO. PSM/JKO-HRD/04 DISAHKAN. Pada tanggal Randy Monthonaro Tampubolon PT. NUSANTARA MEDIA MANDIRI JOBDESK PRODUCTION FACILITIES DERTEMENT NO. PSM/JKO-HRD/04 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal... 2015 Randy Monthonaro Tampubolon DIREKTUR UTAMA 1 PT NUSANTARA

Lebih terperinci

Manajemen Produksi Pertunjukan Studi Kasus: Pementasan

Manajemen Produksi Pertunjukan Studi Kasus: Pementasan Manajemen Produksi Pertunjukan Studi Kasus: Pementasan Oleh: Eko Santosa Salah satu faktor pendukung yang sangat penting dalam proses penciptaan teater adalah manajemen. Dalam teater bahasan manajemen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROSES

BAB IV ANALISIS PROSES 72 BAB IV ANALISIS PROSES 4.1 Tahapan Proses Produksi Film pendek 5 Rumus Cinta merupakan film bergenre drama fiksi yang dikarang oleh Rizka Anwar Fauzia. Film ini melewati berbagai tahapan proses dari

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. Pictures Indonesia Yogyakarta yang pelaksanaannya pada: Tanggal : 01 Agustus 2016 sampai 02 September 2016

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. Pictures Indonesia Yogyakarta yang pelaksanaannya pada: Tanggal : 01 Agustus 2016 sampai 02 September 2016 BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN 4.1 Metode Pelaksanaan Pelaksanaan Kerja Praktik berlangsung selama 30 (tiga puluh) hari. Dalam kurun waktu 1 (satu) bulan, program Kerja Praktik yang dilaksanakan pada Lookout

Lebih terperinci

Mekanisme Produksi Usaha

Mekanisme Produksi Usaha Mekanisme Produksi Usaha 1. Man Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menjalankan sebuah wirausaha. SDM dalam hal ini merupakan pemilik NSO dan karyawan yang mempunyai jam kerja selama 8 jam,

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : TEKNIK BROADCASTING KOMPETENSI KEAHLIAN :

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Merancang dan Membuat Rencana Kerja Kamera

JUDUL UNIT : Merancang dan Membuat Rencana Kerja Kamera KODE UNIT : TIK.MM02.006.01 JUDUL UNIT : Merancang dan Membuat Rencana Kerja Kamera DESKRIPSI UNIT : Unit ini mendeskripsikan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk menginterpretasikan uraian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab dua, dalam kajian komunikasi. menurut Laswel terdapat lima unsur komunikasi.

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab dua, dalam kajian komunikasi. menurut Laswel terdapat lima unsur komunikasi. 144 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kajian dari Ilmu Komunikasi Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab dua, dalam kajian komunikasi menurut Laswel terdapat lima unsur komunikasi. Yaitu: (1) komunikator dalam program

Lebih terperinci

BAB V CATATAN PRODUKSI. kurang lebih 14 bulan yang dimulai pada awal agustus tahun 2014 dan terselesaikan

BAB V CATATAN PRODUKSI. kurang lebih 14 bulan yang dimulai pada awal agustus tahun 2014 dan terselesaikan BAB V CATATAN PRODUKSI Proses pengerjaan film dokumenter MEANINGFUL ini memakan waktu kurang lebih 14 bulan yang dimulai pada awal agustus tahun 2014 dan terselesaikan pada akhir desember 2015 dengan rincian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. PROBLEMATIKA FORMAT PROGRAM SIARAN DAKWAH di JAWA POS. MEDIA TELEVISI (JTV) SURABAYA diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

BAB V PENUTUP. PROBLEMATIKA FORMAT PROGRAM SIARAN DAKWAH di JAWA POS. MEDIA TELEVISI (JTV) SURABAYA diperoleh beberapa kesimpulan sebagai 94 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berangkat dari uraian pembahasan skripsi dengan judul PROBLEMATIKA FORMAT PROGRAM SIARAN DAKWAH di JAWA POS MEDIA TELEVISI (JTV) SURABAYA diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fasilitas umum merupakan sebuah sarana yang dibangun oleh pemerintah. Fasilitas ini dibangun untuk masyarakat. Tujuan dari pembangunan fasilitas umum ini tentu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tata Artistik Televisi adalah bagian dari krutelevisi, di beberapa stasiun televisi, Tata Artistik masuk kedalam Departemen Artistik atau Art Department. Di dalam departemen

Lebih terperinci

Produksi dan Editing Teknik Green Screen. Film Pendek Dance. Untuk memenuhi tugas Penyuntingan Digital II

Produksi dan Editing Teknik Green Screen. Film Pendek Dance. Untuk memenuhi tugas Penyuntingan Digital II Produksi dan Editing Teknik Green Screen Film Pendek Dance Untuk memenuhi tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu Mata Kuliah : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Oleh : Windy Junita (13 148 132) Azka Nabila

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

Project Officer/ Event Manager Field Officer Field Officer Talent Officer Show Director

Project Officer/ Event Manager Field Officer  Field Officer Talent Officer Show Director Demikian pula dengan konser musik, konser musik yang di selenggarakan di hotel berbintang akan memiliki tim yang berbeda dengan konser musik yang dilaksanakan di stadion. Perbedan tersebut didasari oleh:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya. 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya. 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya NO Judul Program Isi Program 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis *Dipresenteri oleh satu presenter laki laki yang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN BAB IV KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan Dalam sebuah produksi perfilman harus memiliki struktur manajemen yang baik agar sebuah produksi tersebut dapat berjalan dengan lancar. Tim-tim yang terlibat didalamnya

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PELAKSANAAN PROGRAM KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS GUNADARMA

POKOK-POKOK PELAKSANAAN PROGRAM KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS GUNADARMA POKOK-POKOK PELAKSANAAN PROGRAM KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS GUNADARMA Dalam rangka melaksanakan Surat Keputusan Rektor Universitas Gunadarma No. 911.1/SK/REK/UG/2003

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Editing imovie

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Editing imovie BAB 5 EVALUASI 5.1 Editing dan Mixing Setelah selesai tahapan pra produksi dan tahapan produksi maka tahapan selanjutnya adalah pasca produksi. Dimana dalam tahapan pasca produksi ini adalah sebuah tahapan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN 3.1 Proses Pelaksanaan Umum Di sebuah stasiun televisi, Department Production and Facilities adalah pusat segala produksi acara televisi di dalam lingkungan internal televisi,

Lebih terperinci

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Modul ke: Program Dokumenter Drama Fakultas 12FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Program Dokumenter Drama Dokumentasi drama (drama dokumenter), yakni suatu film atau drama televisi

Lebih terperinci

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api;

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api; PP 81/1998, LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 81 TAHUN 1998 (81/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA) Tentang: LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PRESIDEN

Lebih terperinci

: Teknik Produksi dan Penyiaran Program Pertelevisian

: Teknik Produksi dan Penyiaran Program Pertelevisian Mapel/Kompetensi Keahlian Jenjang : Teknik Produksi dan Penyiaran Program Peran : SMK Kompetensi Paedagogik 1. Menganalisis teori belajar dan prinsip-prinsip, serta karakteristik peserta didik. 2. Merencanakan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN 41 BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN Dalam Bab IV ini akan dibahas mengenai deskripsi pekerjaan selama melakukan Kerja Praktik di Bios TV Surabaya. Pada pelaksaan Kerja praktik ini dilaksanakan secara sistematis

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Dasar Pengemudi

Tanggung Jawab Dasar Pengemudi Tanggung Jawab Dasar Pengemudi Panduan ini menerangkan kondisi utama yang harus dipenuhi oleh pengemudi yang akan mengoperasikan kendaraan PMI (baik pengemudi yang merupakan karyawan PMI atau pun pegawai

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PEMBUATAN FILM PADA REMAJA YANG BERUSIA TAHUN

PENDIDIKAN PEMBUATAN FILM PADA REMAJA YANG BERUSIA TAHUN PENDIDIKAN PEMBUATAN FILM PADA REMAJA YANG BERUSIA 16-18 TAHUN Abstrak: Perkembangan teknologi membuat pembuatan film menjadi lebih murah dan mudah diakses oleh semua kalangan, bukan lagi terbatas pada

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Evaluasi Camera Person Evaluasi Audio

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Evaluasi Camera Person Evaluasi Audio BAB 5 EVALUASI 5.1 Evaluasi Camera Person 5.1.1 Evaluasi Audio Audio yang sudah diambil pada saat syuting hingga akhir, ada sebagian audio yang bocor dan noise. Oleh karena itu camera person melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan pekerja (Choi dkk, 2012). Pada saat pekerja merasa nyaman dalam bekerja maka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 3 PRA PRODUKSI 3.1 Ide dan Pengembangan Konsep

BAB 3 PRA PRODUKSI 3.1 Ide dan Pengembangan Konsep BAB 3 PRA PRODUKSI 3.1 Ide dan Pengembangan Konsep Awal mula tim terbentuk, produser memiliki ide untuk membuat sebuah program kreativitas untuk menjalin hubungan erat antara ibu dan anak, dengan judul

Lebih terperinci

PROSES Sebagai rumah produksi layanan penuh, kami menyediakan semua dukungan produksi, dari hulu hingga hilir.

PROSES Sebagai rumah produksi layanan penuh, kami menyediakan semua dukungan produksi, dari hulu hingga hilir. PROSES Sebagai rumah produksi layanan penuh, kami menyediakan semua dukungan produksi, dari hulu hingga hilir. MODERN DAY PRODUCTION COMPANY & CONTENT STUDIO Riset Goal Penonton Ide Setelah mendapatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI TENTANG PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Nomor : 384 / KPTS / M / 2004 Tanggal : 18 Oktober 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan representasi psikologis masing-masing orang yang dibangun dari latar belakang

Lebih terperinci

TATA ARTISTIK RISTIA KADIASTI

TATA ARTISTIK RISTIA KADIASTI TATA ARTISTIK RISTIA KADIASTI 085643055940 Tata artistik: seni dekorasi panggung Dengan mengedepankan konsep Estetika. Tata Artistik merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari tata kelola panggung,

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter Creation Of Daniel s ini, peneliti

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter Creation Of Daniel s ini, peneliti BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Tujuan peneliti dalam film dokumenter Creation Of Daniel s ini, peneliti ingin menunjukan karya dari Daniel Alamsjah kepada masyarakat bahwa Bukit Rhema

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Merancang Dan Membuat Animasi

JUDUL UNIT : Merancang Dan Membuat Animasi KODE UNIT : TIK.MM02.046.01 JUDUL UNIT : DESKRIPSI UNIT : Unit ini mendeskripsikan ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengintepretasikan karya kreatif secara singkat dan mengimplementasikan

Lebih terperinci

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-7

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-7 Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-7 39. Membangun toilet diantara kantor dan tempat tunggu 40. Merancang toilet sesuai kebutuhan 41. Menanyakan kepada pelanggan mengenai pelayanan 42. Memberikan layanan penuh

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Menyiapkan Dan Membuat Frame/Cel Berwarna

JUDUL UNIT : Menyiapkan Dan Membuat Frame/Cel Berwarna KODE UNIT : TIK.MM02.049.01 JUDUL UNIT : Menyiapkan Dan Membuat Frame/Cel Berwarna DESKRIPSI UNIT : Unit ini mendeskripsikan ketrampilan dan pengetahuan yang digunakan untuk memahami spesifikasi animasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi sudah menjadi alat komunikasi yang efektif didalam masyarakat Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya membuat televisi

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person BAB 5 EVALUASI 5.1 Camera Person Sebuah program acara, seorang camera person sangat berperan penting dan bertanggung jawab atas semua aspek saat pengambilan gambar. Seperti pergerakan kamera, ukuran gambar,

Lebih terperinci

BAB III. GAMBARAN UMUM RUMAH PRODUKSI dan PERLAKUAN PPN ATAS PENYERAHAN PRODUK RUMAH PRODUKSI

BAB III. GAMBARAN UMUM RUMAH PRODUKSI dan PERLAKUAN PPN ATAS PENYERAHAN PRODUK RUMAH PRODUKSI BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH PRODUKSI dan PERLAKUAN PPN ATAS PENYERAHAN PRODUK RUMAH PRODUKSI A. Gambaran Umum Usaha Rumah Produksi 1. Perkembangan Usaha Kemunculan usaha rumah produksi atau biasa disebut

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. kualitatif dengan melakukan penyajian data dan analisis data, penulis

BAB IV PENUTUP. kualitatif dengan melakukan penyajian data dan analisis data, penulis BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan melakukan penyajian data dan analisis data, penulis menemukan beberapa hal yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982). 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi resiko: 1. Kejadian yang sering terjadi pada event tertentu atau faktor yang terjad selama proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). 2. Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang sedang banyak digemari oleh masyarakat di indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah pengendara sepeda motor mengalami

Lebih terperinci

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja Pengetahuan Selama Bekerja Pengetahuan selama bekerja 1. Selalu bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Tahap ini meliputi: 1. Survei pendahuluan lokasi untuk mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan

Lebih terperinci

BAB V PASCA PRODUKSI

BAB V PASCA PRODUKSI BAB V PASCA PRODUKSI 5.1 Editing dan Mixing Setelah melakukan proses produksi, tahap selanjutnya adalah pasca produksi. Pasca produksi yang dilakukan meliputi editing dan mixing. Pembuat karya yang bertugas

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Tinjauan Umum Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang diharapkan yaitu berupa kualitas konstruksi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah Pembuatan film

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah Pembuatan film BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah Pembuatan film animasi 3D dengan background Matte Painting tentang anak pecandu video game. Hal ini dilatar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 16 BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metodologi Penelitian Dalam bab ini, menggunakan metodologi penilitian kualitatif sebagai prosedur penelitian ini. Hal tersebut berdasarkan dari pentingnya

Lebih terperinci

Panduan Lengkap Memilih Fotografer

Panduan Lengkap Memilih Fotografer Panduan Lengkap Memilih Fotografer Untuk Acara Pernikahan Anda Anda baru saja bertunangan dan tengah merencanakan acara pernikahan. Venue atau tempat acara, katering dan undangan biasanya menjadi hal-hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI (AWAL) PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI (AWAL) PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU Mata Kuliah Jenjang : Broadcasing : SMK/MA KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI (AWAL) PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU A. KOMPETENSI PROFESIONAL Kompetensi Inti Guru 1) Menguasai teknik dasar elektronika

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA A. Deskripsi Kegiatan Kuliah Kerja Media (KKM) Selama melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Media, penulis didampingi oleh Ine Yudhawati selaku PA (production assistant)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai Peran Director Of Photography Dalam Proses

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai Peran Director Of Photography Dalam Proses BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian mengenai Peran Director Of Photography Dalam Proses Produksi Film Gie, penulis melakukan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi

Lebih terperinci

Sine n m e a m t a o t g o r g a r f a e f r e r Berpikir produksi

Sine n m e a m t a o t g o r g a r f a e f r e r Berpikir produksi Sinematografer Berpikir produksi Analisis Naratif Membaca skenario (final draft) dengan seksama Tangkap rasa apa yang ingin disampaikan oleh cerita (MOOD) Kira kira LOOK apa yang ingin dicapai Analisis

Lebih terperinci

TAHUN : 2006 NOMOR : 04

TAHUN : 2006 NOMOR : 04 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2006 NOMOR : 04 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 402 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN SUB UNIT PENGELOLAAN TERMINAL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) TERMINAL DINAS

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI. 5.1 Editing dan Mixing

BAB V EVALUASI. 5.1 Editing dan Mixing BAB V EVALUASI 5.1 Editing dan Mixing Dalam tahap pasca produksi ini dilakukan tahap editing dan mixing. Hasil shooting yang sebelumnya dilakukan selama 3 hari, disortir dan dibuat list yang setelah itu

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Membuat Animasi Stop Motion (Modeling)

JUDUL UNIT : Membuat Animasi Stop Motion (Modeling) KODE UNIT : TIK.MM02.051.01 JUDUL UNIT : Membuat Animasi Stop Motion (Modeling) DESKRIPSI UNIT : Unit ini menggambarkan ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memahami spesifikasi animasi dan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Fasilitas Fisik saat ini yang ada pada ruangan motion capture adalah: Meja komputer Kursi komputer Pintu ruangan Kondisi fasilitas fisik yang tidak ergonomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2008, dari: 1 Mengurai Kemacetan Lalu Lintas Ibu Kota, Kompas, 16 Desember 2004.

BAB I PENDAHULUAN. 2008, dari:  1 Mengurai Kemacetan Lalu Lintas Ibu Kota, Kompas, 16 Desember 2004. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap hari puluhan ribu manusia yang berada di lingkaran ibu kota baik dari Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang melangkahkan kakinya ke Ibu Kota Jakarta untuk

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab 4 ini akan dijelaskan mengenai implementasi karya sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya. Untuk lebih jelas maka akan diuraikan tentang proses produksi

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

www.sitimustiani.com Dari mana datangnya film? www.sitimustiani.com Darimana datangnya Film? Ya, tentu saja dari tangan-tangan kreatif yang bekerja sepenuh hati menghasilkan gabungan gambar bergerak dengan

Lebih terperinci

REVIEW KARYA TUGAS AKHIR PENYUTRADARAAN VIDEO MUSIK REGGAE BERJUDUL PANTAIKU DENGAN PESAN KESELAMATAN PANTAI

REVIEW KARYA TUGAS AKHIR PENYUTRADARAAN VIDEO MUSIK REGGAE BERJUDUL PANTAIKU DENGAN PESAN KESELAMATAN PANTAI REVIEW KARYA TUGAS AKHIR PENYUTRADARAAN VIDEO MUSIK REGGAE BERJUDUL PANTAIKU DENGAN PESAN KESELAMATAN PANTAI Untuk memenuhi Tugas Penyutingan Digital II Program Studi Televisi dan Film. OLEH: Yessy Arisanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 53 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Nabatindah Sejahtera adalah sebuah perusahaan nasional yang resmi didirikan di Jakarta, sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 14 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Umum Transportasi Kebutuhan akan transportasi timbul dari kebutuhan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang memungkinkan perpindahan barang

Lebih terperinci

BAB V PASCA PRODUKSI

BAB V PASCA PRODUKSI BAB V PASCA PRODUKSI 5.1 Editing dan Mixing Setelah melalui tahapan pra produksi dan produksi, tahap selanjutnya adalah pasca produksi. Dalam tahapan ini penulis akan melakukan editing gambar hasil shooting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Peneliti menyusun simpulan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk

BAB 5 PENUTUP. Peneliti menyusun simpulan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Peneliti menyusun simpulan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui Proses Produksi dan Analisis SWOT program Sexophone di TRANS TV. Berdasarkan penelitian yang

Lebih terperinci

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi MODUL PERKULIAHAN TV PROGRAMMING PRODUKSI PROGRAM TELEVISI Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting TatapMuka 03 Kode MK A31415EL DisusunOleh Gunanto Abstract Kompetensi Pembahasan Suatu program

Lebih terperinci

4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI

4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI 4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran Modul Diklat Basic PKP-PK 4.1 Penjelasan bahaya kebakaran (Fire Hazard) 4.1.1 Fire Hazard Timbulnya fire hazard disebabkan adanya 3 unsur yaitu : a. Material yang

Lebih terperinci

Surat Perjanjian Kerja Sama Terkait Program Pemagangan Keterampilan Orang Asing (Contoh)

Surat Perjanjian Kerja Sama Terkait Program Pemagangan Keterampilan Orang Asing (Contoh) (Tipe Pengawasan Asosiasi) Surat Perjanjian Kerja Sama Terkait Program Pemagangan Keterampilan Orang Asing (Contoh). dari negara. (selanjutnya disebut Lembaga Pengirim) dan. dari negara Jepang (selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meresap banyak informasi secara langsung dari media. berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. 2 Komunikasi mengacu tindakan

BAB I PENDAHULUAN. meresap banyak informasi secara langsung dari media. berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. 2 Komunikasi mengacu tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan serta pertumbuhan ilmu-ilmu pengetahuan menggambarkan perkembangan manusia dalam berkomunikasi dan kesadaran dalam bermasyarakat. Komunikasi masa

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Kerangka berpikir studi diatas merupakan tahap dari konsep berpikir penulis, berikut penjelasan secara singkat: 1. Passing note Judul dari film pendek yang diangkat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. Lembaga Sandi Negara. Tempat Kegiatan Sandi. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. Lembaga Sandi Negara. Tempat Kegiatan Sandi. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.186, 2010 Lembaga Sandi Negara. Tempat Kegiatan Sandi. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR TEMPAT KEGIATAN SANDI

Lebih terperinci

Merancang produk menetapkan produk sesuai keinginan/rencana yg ditetapkan.

Merancang produk menetapkan produk sesuai keinginan/rencana yg ditetapkan. Manajemen Produksi Manajemen Produksi adalah semua aktifitas/proses untuk mewujudkan suatu produk sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Proses manajemen ini berlaku POAC (Planning, Organizing, Actuating,

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS Teori adalah generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik (Sugiyono, 2005,p.41). karena itu dalam bab ini penulis akan menjelaskan secara

Lebih terperinci