Metode SQ3R untuk Meningkatkan Kemampuan. Membaca Pemahaman Teks Bahasa Jerman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metode SQ3R untuk Meningkatkan Kemampuan. Membaca Pemahaman Teks Bahasa Jerman"

Transkripsi

1 Metode SQ3R untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Teks Bahasa Jerman Trie Utami Hardianti Cahyana, Setiawan, Hafdarani Abstrak Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan dasar yang harus dikuasai dalam pembelajaran bahasa Jerman di Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk menguasai keterampilan membaca, pembelajar berlatih untuk membaca teks-teks pendek yang berhubungan dengan tema kehidupan sehari-hari dan kehidupan sekolah. Dalam kenyataannya tidak sedikit pembelajar yang menghadapi kesulitan dalam memahami teks berbahasa Jerman. Kesulitan ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya penguasaan kosakata, penguasaan struktur dan tema yang berhubungan dengan teks bacaan, serta metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru dapat membantu pembelajar dengan cara menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajar. Salah satu metode pembelajaran membaca yang dapat digunakan adalah metode SQ3R. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite dan Review) merupakan metode pembelajaran membaca yang terdiri atas lima langkah, yaitu: (1) survei terhadap teks melalui judul, gambar, tabel atau grafik yang terdapat dalam bacaan; (2) mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan teks; (3) membaca teks secara keseluruhan; (4) menceritakan kembali isi teks; dan (5) mengulang kembali pertanyaan di tahap dua dan menjawabnya dengan kata-kata sendiri. Dengan menggunakan metode ini pembelajar dapat berlatih untuk berpikir kritis dan bisa mengingat informasi dengan lebih baik dan lebih lama. 1

2 Synopse Lesefertigkeit ist eine der Grundkenntnisse, die man im Deutschunterricht in der Oberschule beherrschen soll. Um diese Lesefertigkeit zu beherrschen, sollen die Lernenden üben, kürze Texte mit dem Thema Alltag und dem Thema Schule zu lesen. In der Tatsache haben noch viele Schüler Schwierigkeiten, deutsche Texte zu verstehen. Diese Schwierigkeiten werden durch viele Faktoren verursacht, wie die Mangel an der Wortschatz-; Struktur-, und Themenbeherrschung, die sich auf den Text beziehen. Um diese Probleme zu überwinden, kann der Lehrer den Lernenden helfen, indem er eine bestimmte Lesemethode einsetzt. Eine der Lesemethoden, die den Lernenden im Leseunterricht helfen kann, ist die SQ3R- Methode. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite und Review) ist eine Methode des Leseunterrichts, die aus fünf Phasen besteht: (1)einen Überblick zum Text durch Titel, Bilder, Tabellen, oder Grafiken machen; (2) Fragen zum Text stellen; (3) den Text durchlesen; (4) den Text wiedererzählen; (5) die Fragen in der zweiten Phase mit eigenen Wörtern wiederstellen. Mit dieser Methode können die Lernenden kritisch denken und können die Informationen besser und länger im Kopf behalten. Schlüsselwörter: SQ3R-Methode, Lesefertigkeit, Lesefähigkeit, deutsche Text. Pendahuluan Dalam mempelajari bahasa Jerman, pembelajar harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak (Hörverstehen), berbicara (Sprechfertigkeit), membaca (Lesefertigkeit), dan menulis (Schreibfertigkeit). Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan satu sama lain, dan kemampuan membaca sama pentingnya dengan keterampilan berbahasa yang lainnya. Membaca bagi sebagian orang merupakan hobi atau kegemaran, tapi bagi pembelajar membaca merupakan sebuah keharusan.banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari membaca, di antaranya adalah untuk meningkatkan kosakata, meningkatkan konsentrasi dan fokus, membangun kepercayaan diri, meningkatkan kreativitas, meningkatkan memori, meningkatkan kedisiplinan dan juga bisa mengurangi kebosanan (Dewi, 2013 dalam 1

3 3 Dari berbagai manfaat yang telah disebutkan di atas, semuanya berhubungan erat dengan proses belajar bahasa Jerman. Membaca teks pelajaran berbeda dengan membaca novel, komik atau cerpen. Untuk membaca teks pelajaran diperlukan pemahaman dan juga metode yang tepat agar informasi yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca. Pada kenyataannya banyak pembelajar yang sering mengalami kesulitan dalam memahami teks berbahasa Jerman. Kesulitan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah kurangnya penguasaan kosakata bahasa Jerman, penguasaan struktur dan tema yang berhubungan dengan teks, kurangnya intensitas membaca pembelajar, serta kurangnya ketersediaan waktu bagi pengajar untuk menerapkan metode yang dapat mempermudah pembelajar dalam memahami teks berbahasa Jerman. Salah satu metode yang dapat mempermudah pembelajar untuk bisa memahami bacaan adalah metode SQ3R. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite dan Review) merupakan metode pembelajaran membaca yang terdiri atas lima langkah, yaitu: (1) survei terhadap teks melalui judul, gambar, tabel atau grafik yang terdapat dalam bacaan; (2) mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan teks; (3) membaca teks secara keseluruhan; (4) menceritakan kembali isi teks; dan (5) mengulang kembali pertanyaan di tahap dua dan menjawabnya dengan kata-kata sendiri. Ada beberapa peneliti yang sudah membuktikan adanya pengaruh positif dari penggunaan metode SQ3R, seperti Apriani (2009: 54) yang telah membuktikan bahwa kemampuan membaca pemahaman bahasa Jepang meningkat setelah menggunakan metode SQ3R. Senada dengan Apriani, Yulianti (2010: 69) juga membuktikan bahwa terjadi peningkatan kemampuan membaca pemahaman bahasa Prancis setelah digunakan metode tersebut. Dari kedua penelitian di atas dapat diketahui bahwa metode SQ3R dapat membantu

4 4 pembelajar dalam memahami teks dan terdapat peningkatan yang signifikan setelah pengajar menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman. Pembahasan A. Hakikat Metode SQ3R Hakikat Metode Metode merupakan kegiatan yang bisa membantu seorang pengajar sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai. Dengan menggunakan metode, maka pengajar tidak akan terlalu kesulitan dalam proses mengajar. Pengertian metode dalam dijelaskan bahwa Methode ist das systematisierte Verfahren zur Gewinnung von Erkenntnisse. Kutipan di atas berarti metode adalah cara yang sistematis untuk memperoleh pengetahuan. Senada dengan pengertian diatas, Hatimah dalam file upi.edu menyebutkan bahwa Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran Dari kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwa metode diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan agar tujuan pengajaran bisa tercapai. Metode berfungsi untuk mempermudah pengajaran, bila pengajar bisa memilih metode yang tepat dan dapat disesuaikan dengan bahan yang akan diajarkan, situasi kondisi, pembelajar itu sendiri, dan media pengajarannya. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang metode mengajar sangat diperlukan bagi pengajar untuk membantu proses pembelajaran, karena dengan menggunakan metode yang tepat dalam mengajarakan terjadi keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar. Hakikat Metode SQ3R Seperti yang telah dijelaskan di atas dapat diketahui bahwa ternyata metode merupakan suatu cara untuk bisa mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini

5 5 tujuan yang akan dicapai adalah kemampuan membaca pemahaman pembelajar. Terdapat peneliti yang membuktikan bahwa kemampuan membaca pemahaman pembelajar kurang. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor bahasa dan faktor nonbahasa, termasuk metode pembelajaran. Salah satu metode yang dapat mempermudah pembelajaran membaca pemahaman adalah metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review). Metode ini pertama kali dikembangkan oleh seorang profesor yang bernama Francis Robinson dari Universitas Ohio pada tahun 1940 (Sagala, 2011:59). Muhibbinsyah dalam Sagala (2011:59) menyebutkan bahwa metode membaca buku teks tersebut bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar untuk semua mata pelajaran. Dengan menggunakan metode SQ3R para pembelajar bukan hanya diarahkan untuk membaca saja, tapi dari mulai awal membaca mereka sudah diarahkan untuk berpikir lebih jauh tentang keseluruhan isi bacaan. Tahapan-tahapan metode SQ3R menurut Sobur (2003: 253) adalah: 1. Survey (menyelidiki) Pada tahap survei pembelajar memperhatikan judul dan rangkuman bab untuk menemukan persoalan dari bab tersebut. Hal itu untuk memberi kerangka berpikir yang bisa digunakan untuk mengatur bahan yang dibaca. Sebelum melanjutkan langkah berikutnya, pastikan bahwa pembelajar mengerti tujuan bab itu dan apa yang hendak diajarkan. Melakukan penyelidikan sebaiknya tidak memakan waktu lebih dari satu menit. Dengan mempunyai gambaran mengenai pokok-pokok yang akan dipelajari maka para pembelajar dapat dengan lebih cepat dan juga bisa menghubungkan pokok-pokok satu sama lain dengan baik. 2. Question (bertanya) Merumuskan pertanyaan yang berhubungan dengan teks bacaan untuk meningkatkan keingintahuan dan mengubah pembacaan para pembelajar menjadi tugas yang bertujuan tugas untuk menjawab tugas tersebut. 3. Read (Membaca)

6 6 Membaca keseluruhan dari teks yang dipelajari untuk mencari jawaban dari tahap sebelumnya. Dengan cara ini, pembelajar harus menggali bahan, aktif mencari hal-hal yang penting. Kunci tipe pembaca adalah selektif. Perhatian dipusatkan pada bahan yang paling penting. Membaca hendaknya tidak merupakan suatu perbuatan yang pasif, melainkan berupa perbuatan aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. 4. Recite (menceritakan kembali) Setelah melakukan tahapan membaca, maka tutuplah buku dan ceritakan kembali jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan. Gunakan kata-kata sendiri. Jawablah semua pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis dengan beberapa kata kunci. Buatlah catatan tersebut sesingkat mungkin.langkah ini sangat penting bagi pemasukan bahan tersebut ke dalam otak. 5. Review ( mengulang kembali) Setelah menyelesaikan seluruh tahapan maka ulangi semua pertanyaan tersebut sekali lagi dan jawablah dengan kata-kata sendiri. Mengulang ini menolong agar tidak cepat lupa, yaitu lupa apa yang baru saja dipelajari. Setelah itu ulangi bahan tersebut secara berkala. Tahap 4 dan 5 menurut Sobur relatif sama yaitu bahwa pembelajar harus menutup buku dan menceritakan kembali jawaban pertanyaan-pertanyaan dengan kata-kata sendiri. Perbedaannya adalah bahwa pada tahap 4 pertanyaan diajukan dan dijawab secara tertulis sedangkan pada tahap 5 secara lisan. Dalam suatu metode pasti terdapat kekurangan dan kelebihan dari metode tersebut. Kelebihan dan kekurangan dari metode SQ3R adalah: Menurut Sagala (2011: 60) Kelebihan Metode SQ3R adalah: lebih memberikan pemahaman yang luas tentang materi pelajaran yang terdapat di dalam buku teks tersebut, membuat pembelajar menjadi lebih aktif dan membuat pembelajar terarah langsung pada intisari atau kandungan-kandungan pokok materi yang tersirat dan tersurat dalam teks. Sedangkan menurut Apriani (2009:

7 7 55) diperoleh kesimpulan bahwa manfaat yang diperoleh setelah menggunakan metode SQ3R adalah pembelajar dapat mengingat materi pelajaran lebih lama, menguasai pelajaran lebih mendalam, berpikir kritis, lebih memahami teks bacaan, serta sebagian besar pembelajar menanggapi cukup efektif sehingga dapat djadikan alternatif metode pembelajaran. Kekurangan metode SQ3R menurut Apriani (2009: 55) adalah sulitnya menentukan ide gagasan dalam teks, kurangnya waktu belajar serta kesulitan dalam membuat pertanyaan dalam bahasa asing. B. Hakikat Membaca Pemahaman Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting di antara yang lainnya, tetapi pada kenyataannya proses membaca itu sendiri tidaklah mudah. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhinya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Nurhadi (2004: 13), sebagai berikut: Membaca adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit. Kompleks artinya dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal dapat berupa intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca dan sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan (sederhana-berat, mudah-sulit), faktor lingkungan atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan dan tradisi membaca Faktor internal dan eksternal tiap orang berbeda-beda. Hal ini yang menjadi alasan kemampuan membaca tiap orang itu berbeda-beda. Westhoff (1997:51) menyatakan: Lesen ist also ein konstruktiver Prozess, in dem unsere Kenntnisse eine wichtige Rollespielen. Westhoff menjelaskan bahwa membaca merupakan suatu proses konstruktif, yang di dalamnya pengetahuan pembaca mempunyai peranan yang penting. Senada dengan pendapat di atas, Leveau dalam Buhlmann (2000:235) menyebutkan bahwa Lesen ist eine Funktion des Zusammenwirkens von u.a Aufmerksamkeit,

8 8 dem Erkennen und Merkmalen der Textstruktur und deren Beziehungen, der Speicherung im Gedächtnis, der Antizipation von Äuβerungen, menurut Leveau Membaca merupakan sebuah fungsi kerja sama dari antara lain perhatian, pengetahuan pembaca sebelum membaca teks, ciri-ciri struktur teks, dan hubungan-hubungannya dari penyimpanan di dalam ingatan, antisipasi ungkapanungkapan. Dari pendapat Leveau dan Westhoff dapat diketahui bahwa ternyata membaca erat hubungannya dengan pengetahuan pembaca. Pembelajar bisa dapat memahami suatu bacaan bila pembelajar mempunyai pengetahuan tentang tema yang ingin dibahas. Dalam membaca pemahaman terdapat proses untuk bisa memahami bacaan, kemudian menuangkan kembali ide yang didapatkan dari bacaan yang telah dibaca. Dalam proses ini, pembaca menyatukan antara informasi atau pesan yang terdapat di dalam tulisan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Somadayo (2011)di bawah ini: Membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Terdapat tiga hal pokok yang harus diiliki dalam membaca pemahaman yaitu:1) Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki tentang topik, 2) Menghubungkan pengetahuan dan pengalaman dengan teks yang akan dibaca, 3) proses memperoleh makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki Dari pendapat Somadayo ini dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman terdiri atas beberapa proses. Proses itu adalah menghubungkan pengetahuan yang dimiliki pembelajar dengan isi dari bacaan yang sedang dipelajari.

9 9 Dari semua pendapat yang telah disebutkan di atas dapat diketahui bahwa membaca pemahaman erat kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki pembacanya. Pengetahuan yang dimiliki tiap orang berbeda-beda. Jika seorang pembaca memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang tema teks, maka ia akan lebih mudah dalam memahami teks, begitu pula sebaliknya, jika pengetahuan yang dimiliki pembaca kurang maka kemampuan memahami teks pun akan rendah. C. Penerapan Metode SQ3R Membaca pemahaman menitikberatkan kepada kemampuan pembelajar untuk bisa memahami secara keseluruhan isi dari bacaan. Salah satu cara yang dapat mempermudah pembelajar untuk dapat memahami bacaan adalah dengan menggunakan metode SQ3R. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa SQ3R terdiri atas lima langkah. Penggunaan metode ini dapat dijelaskan dengan contoh teks berikut: Wir stellen vor: Max Tullner Das ist Max Tullner, 31 Jahre alt. Er trägt meistens ein T-Shirt, Jeans und Jogging-Schuhe. Er ist sehr nett. Und was macht Max Tullner? Max Tullner ist Lehrer am Schiller-Gymnasium. Er unterrichtet zwei Fächer: Deutsch und Englisch. Er hat die Klassen 11 und 13. Er arbeitet fünf Tage pro Woche. Er unterrichtet morgens von 8 bis 12 Uhr oder von 8 bis 13 Uhr. Nachmittags korrigiert er Klassenarbeiten und plant den Unterricht. Am Dienstagnachmittag macht er eine AG; er trainiert von 15 bis 17 Uhr die Schiller-Elf. Die Schiller-Elf ist super! Sie ist bald Stadtmeister! Max Tullner ist prima, sagen die Schülerinnen und Schüler.

10 10 Wir haben Glück. Er hat immer Zeit- er ist ein Freund!. ( Teks diambil dari buku Kontakte Deutsh 1 halaman 86) Penerapan metode SQ3R dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman bahasa Jerman dengan menggunakan teks tersebut dapat dilihat dalam langkahlangkah berikut (diadaptasi dari RPP Pembelajaran bahasa Inggris yang terdapat di dalam situs a. Kegiatan Pendahuluan Tahap Surveying: Setelah mengucapkan salam pengajar menunjukkan gambar yang ada di dalam teks bacaan dan meminta pembelajar untuk menjelaskan apa saja yang mereka lihat dari gambar tersebut dalam bahasa Jerman dengan bantuan guru. Auf dem Bild ist ein Mann. Er liest ein Buch. Er trägt eine Brille und eine Jeans (Pada gambar tersebut terdapat seorang pria. Dia sedang membaca buku. Dia memakai kacamata dan celana Jeans). Tahap Questioning: sebagai persiapan tahap questioning, pengajar membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Kemudian pengajar memberikan teks yang berhubungan dengan gambar yang telah ditunjukkan tadi. Setelah itu, pembelajar diminta untuk berdiskusi dengan kelompoknya untuk menyusun pertanyaan berdasarkan judul yang telah mereka baca. Pertanyaan yang bisa dibuat seperti: Wer ist Max Tullner? (Siapa Max Tullner?); Wie alt ist er? (Berapa umurnya?); Was trägt er? (Apa yang dikenakannya?). b. Kegiatan Inti Tahap Reading: pembelajar membaca teks dan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. Pertanyaan Jawaban Wer ist Max Tullner? Max Tullner ist Lehrer.

11 11 (Siapa Max Tullner?) Wie alt ist er? (Berapa umurnya?) Was trägt er? (Apa yang dikenakannya?) (Max Tullner adalah seorang guru.) Er ist 31 Jahre alt. (Dia berumur 31 tahun.) Er trägt meistens ein T- Shirt, Jeans und Jogging Schuhe. (Dia sering memakai kaos, celana Jeans dan sepatu olahraga.) Tahap Reciting: pembelajar diminta untuk menceritakan kembali atau menyebutkan hal-hal penting yang terdapat di dalam teks secara tertulis. Max Tullner ist Lehrer. Er unterrichtet Deutsch und English in der Klasse 11 und der Klasse 13 von 8 bis 12 Uhr oder von 8 bis 13 Uhr. Er arbitet von Montag bis Freitag. Er korrigiert Klassenarbeiten am Nachmittag. Die Schülerinnen und Schüler finden Max Tullner nett. (Max Tullner adalah seorang guru. Dia mengajar bahasa Jerman dan bahasa Inggris di kelas 11 dan 13 dari pukul 8 sampai pukul 12 atau dari pukul 8 sampai pukul 13. Dia bekerja dari hari Senin sampai hari Jumat. Dia mengoreksi hasil ujian siswa pada sore hari. Siswa dan siswi berpendapat Max Tullner baik). Kata-kata pentingnya: Lehrer, Deutsch und Englisch, in der Klasse 11 und der Klasse 13, nett. (guru, bahasa Inggris dan Jerman, di kelas 11 dan 13, baik) Tahap Reviewing: pembelajar diminta untuk menelusuri kembali teks atau bagian penting dan ide utama yang perlu diingat kembali. Tahap ini bisa juga dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam buku pelajaran tanpa membaca teks secara lisan. Max Tullner istlehrer am Schiller Gymnasium. Er ist 31 Jahre alt. Er unterrichtet Deutsch und Englisch in der Klasse 11 und der Klasse 13 von 8 bis 12 Uhr oder von 8 bis 13 Uhr. Er arbeitet von Montag bis Freitag.Am Nachmittags korrigiert er Klassenarbeiten. Er hat viel Arbeit von morgens bis nachmittags. Er ist sehr nett. (Max Tullner adalah seorang guru di

12 12 Schiller- Gymnasium. Dia berumur 31 tahun. Dia mengajar bahasa Jerman dan bahasa Inggris di kelas 11 dan 13 dari pukul 8 sampai 12 atau dari pukul 8 sampai pukul 13. Dia bekerja dari hari Senin sampai hari Jumat. Sore hari dia mengoreksi hasil ujian siswa. Dia mempunyai banyak pekerjaan dari pagi sampai sore hari. Dia sangat baik.) c. Kegiatan Akhir Pengajar memberikan kesimpulan Simpulan Dalam mempelajari bahasa Jerman, pembelajar harus menguasai keterampilan membaca. Membaca erat hubungannya dengan pengetahuan. Semakin baik pengetahuan pembelajar tentang tema yang berhubungan dengan teks, maka pembelajar akan mudah dalam memahami teks. Salah satu cara yang dapat mempermudah pembelajar memahami teks adalah dengan metode SQ3R. Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa metode ini dapat dijadikan sebagai alternatif metode pembelajaran, karena dengan menggunakan metode ini pembelajar dapat mengingat materi pelajaran lebih lama, menguasai pelajaran lebih mendalam, berpikir lebih kritis, dan juga lebih memahami teks bacaan. Daftar Pustaka Apriani, Rini. (2009). Penerapan Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite dan Review) dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Teks Bahasa Jepang Dokkai. Skripsi FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan. Buhlmann, Rosemary. (2000). Handbuch des Fachsprachenunterrichts. Gunter Narr Verlag:Thüringen. Dewi, Oki Setiana. (2013). Manfaat Membaca. [Online].Tersedia : Diakses [16 Mei 2013]

13 13 Hatimah, Ihat. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran. Tersedia: file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_sekolah/ IHAT_HATIMAH/Pengertian_Pendekatan%2C_strategi%2C_metode%2C_tekni k%2c_taktik_dan.pdf. Diakses [14 Maret 2013] Marbun, Eva Maria. Hardjono, Tini. Nainggolan, Sartati. (2004).Kontakte Deutsch 1.Katalis. Jakarta. Nurhadi.(2004).Membaca Cepat dan Efektif. Sinar Baru: Bandung. Rulam.(2012). RPP Bahasa Inggris SMP Kelas VII Semester Genap.Tersedia : [ 03 Juni 2013] Sagala, Syaiful. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Alfabeta: Bandung. Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Pustaka Setia: Bandung. Somadayo, Samsu. (2011). Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Graha Ilmu: Yogyakarta. Westhoff, Gerard. (1997). Fertigkeit Lesen. Berlin: Langenscheidt. Wikipedia. Methode. [Online]. Tersedia : Diakses [16 Mei 2013] Yulianti, Meti.(2010). Efektivitas Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa: (Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Tingkat II Semester III Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI Tahun Akademik 2009/2010.Skripsi FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana Departemen Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ (TQ) PADA KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS X SMA N 1 KAMAL. Novita Putri Pratiwi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ (TQ) PADA KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS X SMA N 1 KAMAL. Novita Putri Pratiwi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ (TQ) PADA KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS X SMA N 1 KAMAL Novita Putri Pratiwi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN Nama Pendidikan : SMA Kelas / Semester : X / 2 Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur,

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA. Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H.

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA. Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H. PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H. Saragih Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya siswa yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat menggunakan bahasa yang dipelajarinya untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis dengan

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SCRAMBLE, KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SCRAMBLE, KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SCRAMBLE, KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Pembelajaran Kooperatif Dalam sebuah pembelajaran, pemilihan model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di Sekolah Menengah Atas. Selain bahasa Jerman dipelajari juga bahasa Inggris, bahasa Jepang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang harus dikuasai adalah tata bahasa. Dalam bahasa Jerman, tata bahasa atau yang biasa dikenal

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Tema Alokasi Waktu Standar Kompetensi Nilai kebangsaan : SMAN 2 Purworejo : Bahasa Jerman : XI IPS/IPS : Familie in Deutschland

Lebih terperinci

No. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari

No. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari 1. Fakultas / Program Studi : Bahasa dan Seni/ Pendidikan Bahasa Jerman 2. Mata Kuliah & Kode : Hörverstehen III Kode : GER 204 3. SKS : Teori : 1 SKS Praktik : 1 SKS Sem : 1 Waktu : 2 X 50 Menit 4. Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula pembelajaran bahasa-bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pula pembelajaran bahasa-bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa di Indonesia dewasa ini tidak hanya mencakup pembelajaran bahasa nasional dan bahasa lokal saja, namun telah berkembang pula pembelajaran

Lebih terperinci

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran :

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran : BAHAN AJAR / RPP Bidang Studi : Bahasa Jerman Pokok Tema : Erste Kontake Sub Tema :Erste Kontakte mit Deutschen ( ich, du, sie/er/es (sing), Sie, sie (pl)) Kelas / Semester: X / gasal Standar Kecakapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa bahasa orang akan sulit untuk mengekspresikan apa yang diinginkannya. Bahasa dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan. Pada umumnya masyarakat Indonesia menguasai dua bahasa yakni bahasa daerah sebagai bahasa pertama

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas / Semester : XI / 1 Materi Pokok : membaca Bestimmte-unbestimmte Artikel im Nominativ und Akkusativ Alokasi waktu : 2 jam pelajaran

Lebih terperinci

SILABUS DAN SISTIM PENILAIAN

SILABUS DAN SISTIM PENILAIAN SILABUS DAN SISTIM PENILAIAN Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Kediri Program : Pilihan Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas : X Semester : 2 ( dua ) Tahun Pelajaran : 2008-2009 : 15 minggu x 2 JP Standar Dasar

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 47 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2/ Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi Waktu

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Identifikasi Awal Dalam bab ini akan dibahas data dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan kegiatan observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia, yang pembelajarannya dimulai pada tingkat SMA. Seperti halnya pada setiap pembelajaran

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS- TS) DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 SEYEGAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

GAMBAR DALAM PENGAJARAN BAHASA ASING Oleh Nining Warningsih Abstrak

GAMBAR DALAM PENGAJARAN BAHASA ASING Oleh Nining Warningsih Abstrak GAMBAR DALAM PENGAJARAN BAHASA ASING Oleh Nining Warningsih Abstrak Tak dapat disangkal lagi bahwa penampilan gambar dalam suatu buku ajar atau buku bacaan memberikan nilai lebih tersendiri bagi buku tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia, karena dengan bahasa orang dapat bersosialisasi dengan baik. Di era globalisasi seperti saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran membaca mempunyai peranan penting dalam membekali anak didik sekolah dasar. Dalam pembelajaran membaca guru dapat memilih wacana- wacana yang memudahkan

Lebih terperinci

SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1. Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd.

SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1. Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd. SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1 Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd. PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

Irma Indriani, Azis Mahfuddin, Irma Permatawati

Irma Indriani, Azis Mahfuddin, Irma Permatawati Efektivitas Penggunaan Metode Talking Stick dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman (Studi Penggunaan Metode Talking Stick di SMAN 3 Cimahi) Irma Indriani, Azis Mahfuddin, Irma Permatawati

Lebih terperinci

Penggunaan Artikel pada Majalah Juma dalam Pembelajaran Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Siswa Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Tumpang

Penggunaan Artikel pada Majalah Juma dalam Pembelajaran Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Siswa Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Tumpang Penggunaan Artikel pada Majalah Juma dalam Pembelajaran Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Siswa Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Tumpang Maimun Fariziah 108241416351 Pembimbing I: Deddy Kurniawan, S.Pd.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia, khususnya di beberapa SMA dan di Universitas tertentu. Dalam belajar bahasa Jerman terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE DALAM MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS X SMA ISTIQLAL SUMBER CENTENG KOTAANYAR

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE DALAM MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS X SMA ISTIQLAL SUMBER CENTENG KOTAANYAR Dwi Hadi Rachmawati S1 PENDIDIKAN BAHASA JERMAN, FBS, UNESA dhadi11@yahoo.com Abstrak Menulis adalah kegiatan atau keterampilan yang produktif dan kompleks. Siswa perlu ide-ide untuk menulis sesuatu. Untuk

Lebih terperinci

Penerapan Methode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Pada Pembelajaran Membaca di SMA Negeri 8 Malang

Penerapan Methode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Pada Pembelajaran Membaca di SMA Negeri 8 Malang Penerapan Methode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Pada Pembelajaran Membaca di SMA Negeri 8 Malang Yoyok Budiono Pembimbing 1: Sri Prameswari Indriwardhani, M.Pd. Pembimbing 2:

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 55 LAMPIRAN 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2/ Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak (Hörfertigkeit),

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak (Hörfertigkeit), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Jerman, terdapat empat keterampilan bahasa yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak (Hörfertigkeit), keterampilan

Lebih terperinci

PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING. Lersianna Saragih*)

PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING. Lersianna Saragih*) PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING Lersianna Saragih*) Abstrak Jeder Fremdsprachelernende bewusst oder unbewusst verwendet in seinem Lernprozess eine Strategie. Ermust mit der von

Lebih terperinci

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Strukturen 1 Kode Matakuliah : JER 46006 Kredit Semester : 4 (empat) Program Studi : Pendidikan Bahasa Jerman Status : Wajib Tempuh Semester /tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan. Untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pikiran seseorang tidak

Lebih terperinci

SPRECHFERTIGKEIT AN DER SMAN 1 KAMAL KLASSE X

SPRECHFERTIGKEIT AN DER SMAN 1 KAMAL KLASSE X Laterne-VOL IV No 3-Oktober 2015 DIE ANWENDUNG DER LERNMETHODE PICTURE AND PICTURE IN DER SPRECHFERTIGKEIT AN DER SMAN 1 KAMAL PUJI AYU LESTARI Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SQ3R MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SQ3R MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SQ3R MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Oleh: Bambang Riadi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA Lailatul Rohmah Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHAREDALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHAREDALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHAREDALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA Fiqih Sri Ayundari, Azis Mahfuddin, Hafdarani SYNOPSE Einer der Faktoren für den Lernprozesserfolg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara

BAB I PENDAHULUAN. menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari bahasa asing, dalam hal ini bahasa Jerman, siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara (sprechen),

Lebih terperinci

E JURNAL UNESA ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA JERMAN KELAS X MIA 6 SMA NEGERI 1 MAOSPATI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

E JURNAL UNESA ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA JERMAN KELAS X MIA 6 SMA NEGERI 1 MAOSPATI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 E JURNAL UNESA ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA JERMAN KELAS X MIA 6 SMA NEGERI 1 MAOSPATI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Irena Melinda Febriani Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, dengan cara mengumpulkan data-data berbagai bentuk latihan-latihan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 19 Penipuan Terungkap

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 19 Penipuan Terungkap Pelajaran 19 Penipuan Terungkap Walaupun bundaran gandum dibuat oleh para petani, tetap mempercayai eksistensi UFO. Informasi yang beredar di penduduk desa tentang penipuan bundaran gandum menyeret dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting manusia yang memungkinkan ia unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi. Bahasa memiliki peran sentral dalam

Lebih terperinci

SKENARIO PEMBELAJARAN. Dari Ruang Kuliah Menuju Museum Pengembangan Keterampilan Menulis Melalui Tugas Mandiri

SKENARIO PEMBELAJARAN. Dari Ruang Kuliah Menuju Museum Pengembangan Keterampilan Menulis Melalui Tugas Mandiri SKENARIO PEMBELAJARAN Dari Ruang Kuliah Menuju Museum Pengembangan Keterampilan Menulis Melalui Tugas Mandiri Diajukan untuk mengikuti FPBS Award UPI Bandung 2008 Oleh: DRA. HAFDARANI, M.Pd. NIP. 132044357

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kegiatan pembelajaran tidak pernah terlepas dari kegiatan membaca dan menulis. Setiap siswa diharapkan dapat melakukan kegiatan tersebut dengan baik

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN 1. Fakultas / Program Studi : FBS / Pendidikan Bahasa Jerman 2. Mata Kuliah & Kode : Schreibfertigkeit II Kode : GER 215 3. Jumlah SKS : Teori : 1 SKS Praktik : 1 SKS 4. Semester : Sem : 2 / genap Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Jerman terdapat empat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Jerman terdapat empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Jerman terdapat empat komponen penting keterampilan bahasa, yakni keterampilan menyimak (Hörverstehen), keterampilan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Penguasaan Kosakata, Media Permainan Tic Tac Toe.

Kata Kunci : Penguasaan Kosakata, Media Permainan Tic Tac Toe. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN TIC TAC TOE DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA ANGKASA BANDUNG Winne Juliyanti, Ending Khoerudin, Pepen Permana Kosakata merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini bahasa Jerman merupakan bahasa asing selain bahasa Inggris yang banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan

Lebih terperinci

METODE SQ3R. Dra. Lilis Siti Sulistyaningsih, M. Pd. Universitas Pendidikan Indonessia

METODE SQ3R. Dra. Lilis Siti Sulistyaningsih, M. Pd. Universitas Pendidikan Indonessia METODE SQ3R Dra. Lilis Siti Sulistyaningsih, M. Pd. Universitas Pendidikan Indonessia A. Pengertian Metode SQ3R Sering kita mengalami kesulitan dalam memahami sebuah buku atau bahan bacaan lainnya. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. Keterampilan menulis dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang harus dilatih. Keempat keterampilan itu meliputi. keterampilan menyimak Hören, keterampilan membaca Lesen,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang harus dilatih. Keempat keterampilan itu meliputi. keterampilan menyimak Hören, keterampilan membaca Lesen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa ada beberapa keterampilan yang harus dipelajari. Demikian halnya dengan pembelajaran bahasa Jerman, ada empat keterampilan yang harus

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 65 LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN II. 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2 / Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini dititikberatkan pada keterampilan siswa. Berdasarkan kurikulum 2006 siswa dituntut

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Jerman meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu Hörfertigkeit (menyimak), Sprechfertigkeit (berbicara), Lesefertigkeit (membaca) dan

Lebih terperinci

No. RPP/JER/24 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari

No. RPP/JER/24 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari : Sem : 2 (dua) : 100 lisan setingkat A1. lisan sesuai dengan tingkat dasar (A1. 1) Jerman (1) fragen und sagen, was man möchte... (2) fragen und beantworten nach dem Preis... (3) kommentieren, wie der

Lebih terperinci

Tabel.1 Hubungan antar Skor Hasil Belajar Bahasa Inggris Correlations. Tabel.2 Descriptives Hasil Belajar

Tabel.1 Hubungan antar Skor Hasil Belajar Bahasa Inggris Correlations. Tabel.2 Descriptives Hasil Belajar 1 Tabel.1 Hubungan antar Skor Hasil Belajar Bahasa Inggris Correlations Eksperimen-1 Eksperimen-2 Eksperimen-3 Eksperimen-1 Pearson Correlation 1 626 60 Sig. (2-tailed). 000 000 Sum of Squares and Cross-products

Lebih terperinci

SILABUS. JR 420, Arbeit mit Lesetexten III: S1, 2 Sks, Semester VI. DESKRIPSI MATA KULIAH Arbeit mit Lesetexten III

SILABUS. JR 420, Arbeit mit Lesetexten III: S1, 2 Sks, Semester VI. DESKRIPSI MATA KULIAH Arbeit mit Lesetexten III DESKRIPSI MATA KULIAH Arbeit mit Lesetexten III JR 420, Arbeit mit Lesetexten III: S1, 2 Sks, Semester VI Mata kuliah Arbeit mit Lesetexten III merupakan salah satu Mata Kuliah Perluasan dan Pendalaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Seiring dengan berkembangnya zaman, semakin bertambah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN BUCHSTABENDIKTAT DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN. Milda Anika, Lucky Herliawan Y.A.

EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN BUCHSTABENDIKTAT DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN. Milda Anika, Lucky Herliawan Y.A. 1 EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN BUCHSTABENDIKTAT DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN Milda Anika, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana Abstrak Dalam mempelajari bahasa Jerman ada empat keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Teknik Pembelajaran SQ3R Metode SQ3R adalah metode membaca untuk memahami dan menguasai isi bacaan dengan langkah-langkah: mensurvai isi (Survey: S), mengajukan

Lebih terperinci

Efektivitas Penggunaan Teknik Uji Rumpang Dalam Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa di SMK. Isma Rhahesmy Utami Putri, Setiawan, Irma Permatawati.

Efektivitas Penggunaan Teknik Uji Rumpang Dalam Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa di SMK. Isma Rhahesmy Utami Putri, Setiawan, Irma Permatawati. Efektivitas Penggunaan Teknik Uji Rumpang Dalam Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa di SMK Isma Rhahesmy Utami Putri, Setiawan, Irma Permatawati. Abstraksi Dalam proses pembelajaran bahasa Jerman siswa

Lebih terperinci

oleh Cindhy Dwi Meidany

oleh Cindhy Dwi Meidany KONTRIBUSI PENGUASAAN KOSAKATA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BERBAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN ANIMASI SMK NEGERI 5 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar suatu bahasa tidak terlepas dari latihan keterampilan berbahasa. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman terdapat empat

Lebih terperinci

ANALISIS LATIHAN PADA SITUS YANG DAPAT MENUNJANG KOMPETENSI DASAR. Kornalia Florida Aleng. Drs. Abdul Karim, M.pd

ANALISIS LATIHAN PADA SITUS  YANG DAPAT MENUNJANG KOMPETENSI DASAR. Kornalia Florida Aleng. Drs. Abdul Karim, M.pd ANALISIS LATIHAN PADA SITUS www.cornelsen.de YANG DAPAT MENUNJANG KOMPETENSI DASAR Kornalia Florida Aleng Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peningkatan efisiensi dan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran terus dilakukan, termasuk dalam hal ini mata kuliah lapangan seperti mata kuliah Praktik Pengalaman

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. studio d A1 yang mencakup Start auf Deutsch sampai dengan Einheit. 12, dapat disimpulkan sebagai berikut;

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. studio d A1 yang mencakup Start auf Deutsch sampai dengan Einheit. 12, dapat disimpulkan sebagai berikut; 89 BAB V KESMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data mengenai latihan kosakata dalam buku studio d A1 yang mencakup Start auf Deutsch sampai dengan Einheit 12, dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

STATIONENLERNEN : SUATU BENTUK BELAJAR BERDASARKAN PRINSIP BELAJAR MANDIRI ( AUTONOMES LERNEN ) DALAM PENGAJARAN BAHASA JERMAN 1

STATIONENLERNEN : SUATU BENTUK BELAJAR BERDASARKAN PRINSIP BELAJAR MANDIRI ( AUTONOMES LERNEN ) DALAM PENGAJARAN BAHASA JERMAN 1 STATIONENLERNEN : SUATU BENTUK BELAJAR BERDASARKAN PRINSIP BELAJAR MANDIRI ( AUTONOMES LERNEN ) DALAM PENGAJARAN BAHASA JERMAN 1 Hafdarani *) Abstrak Setiap orang mempunyai kemampuan dan kecepatan belajar

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya, serta memberikan berbagai informasi kepada

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Motivasi Membaca Melalui Layanan Bimbingan Belajar Teknik SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Pada Siswa

Upaya Meningkatkan Motivasi Membaca Melalui Layanan Bimbingan Belajar Teknik SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Pada Siswa Upaya Meningkatkan Melalui Layanan Bimbingan Belajar Teknik SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Pada Siswa Minanur Rohman (09220173) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN KREISLAUF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN KREISLAUF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang banyak dipelajari di berbagai sekolah di Indonesia. Adanya ketertarikan terhadap negara dan kebudayaan Jerman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam. bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam. bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam pengajaran bahasa Jerman, pembelajar

Lebih terperinci

SILABUS. Alokasi Waktu. Sumber Belajar Kompetensi. Standar Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

SILABUS. Alokasi Waktu. Sumber Belajar Kompetensi. Standar Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian SILABUS Nama Sekolah : SMA N 3 Kediri Program : Pilihan/ Umum Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas : XI Semester : 2 Tahun Pelajaran : 2007-2008 : 19 minggu x 2 JP Standar Dasar Materi Pembelajaran Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan potensi diri manusia dalam berekspresi, menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan menuangkan hasil karya

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting untuk dikuasai. Keterampilan membaca merupakan proses reseptif yang diperlukan sebelum

Lebih terperinci

Diktat Mata Kuliah. Oleh: Sulis Triyono Wening Sahayu Tia Meutiawati

Diktat Mata Kuliah. Oleh: Sulis Triyono Wening Sahayu Tia Meutiawati Diktat Mata Kuliah Oleh: Sulis Triyono Wening Sahayu Tia Meutiawati KATA PENGANTAR Berkat rahmat Allah SWT, selesailah Penulisan Diktat Mata Kuliah: Hörverstehen IV yang dimulai pada bulan Juni 2007 hingga

Lebih terperinci

SILABUS. : 1. Mendengarkan: Memahami wacana lisan berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga

SILABUS. : 1. Mendengarkan: Memahami wacana lisan berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga SILABUS Sekolah : Senior High School 5 Surabaya Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas/Semester : XI/1 Referensi : BSNP / CIE Standar Kompetensi : 1. Mendengarkan: Memahami wacana lisan berbentuk paparan atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Jurusan Fisika FMIPA UNNES Jl. Raya Sekaran, Gunungpati Semarang. Masykur, dkk., Penerapan Metode SQ3R Dalam Pemb 73

PENDAHULUAN. Jurusan Fisika FMIPA UNNES Jl. Raya Sekaran, Gunungpati Semarang. Masykur, dkk., Penerapan Metode SQ3R Dalam Pemb 73 PENERAPAN METODE SQ3R DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN TATA SURYA PADA SISWA KELAS VII SMP Masykur, Siti Khanafiyah, Langlang Handayani Jurusan Fisika

Lebih terperinci

DIE BEZIEHUNG ZWISCHEN DEM LOGISCHEN DENKVERMÖGEN UND DEM HÖRVERSTEHEN IM DEUTSCHEN. Fitri Apriani Susliawati, Pepen Permana, Amir.

DIE BEZIEHUNG ZWISCHEN DEM LOGISCHEN DENKVERMÖGEN UND DEM HÖRVERSTEHEN IM DEUTSCHEN. Fitri Apriani Susliawati, Pepen Permana, Amir. DIE BEZIEHUNG ZWISCHEN DEM LOGISCHEN DENKVERMÖGEN UND DEM HÖRVERSTEHEN IM DEUTSCHEN Fitri Apriani Susliawati, Pepen Permana, Amir. Abstrakt Das logische Denkvermögen ist eine Denkaktivität, die auf dem

Lebih terperinci

Hakikat Keterampilan Membaca Teks Bahasa Jerman

Hakikat Keterampilan Membaca Teks Bahasa Jerman Hakikat Keterampilan Membaca Teks Bahasa Jerman Oleh: Iman Santoso, M.Pd 1 A. Hakekat Membaca Dari sudut pandang ketrampilan berbahasa, membaca dapat digolongkan dalam ketrampilan berbahasa yang bersifat

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak dan bertanya kepada laki-laki yang dianggap sebagai Raja Ludwig di istana Schloss Neuschwanstein. Tetapi secara kebetulan menemukan sesuatu yang menarik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya (2013:1) menyatakan, Pentingnya orang belajar matematika tidak terlepas dari perannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kamaludin Gumilar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kamaludin Gumilar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi bagi manusia, melalui bahasa orang dapat menyampaikan dan menerima informasi. Berbahasa merupakan suatu proses interaktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tujuan dari pembelajaran bahasa asing untuk peserta didik adalah agar peserta didik mampu berkomunikasi dengan bahasa yang dipelajarinya dan mampu bersaing di

Lebih terperinci

SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS

SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS CONTOH-CONTOH KESALAHAN YANG UMUM DILAKUKAN OLEH MAHASISWA DALAM MENULIS KARANGAN BAHASA JERMAN, YANG BERASAL DARI ASPEK BUDAYA 1. Ich und meine Freunde gehen in die

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit),

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa dikelompokan menjadi dua yaitu, keterampilan reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit), serta keterampilan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PQ4R PADA PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMAN 1 SEDAYU BANTUL

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PQ4R PADA PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMAN 1 SEDAYU BANTUL KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PQ4R PADA PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMAN 1 SEDAYU BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajar yang mempelajari bahasa Jerman diduga tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajar yang mempelajari bahasa Jerman diduga tidak asing lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajar yang mempelajari bahasa Jerman diduga tidak asing lagi dengan Fragewörter, yang merupakan salah satu unsur dari W-Fragen. Dalam pembelajaran bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran bahasa terdapat empat kompetensi dasar, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran bahasa terdapat empat kompetensi dasar, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran bahasa terdapat empat kompetensi dasar, yaitu menulis (la production écrite), membaca (la compréhension écrite), berbicara (la production

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam model pembelajaran SQ3R ini siswa diharapkan menguasai materi

BAB I PENDAHULUAN. dalam model pembelajaran SQ3R ini siswa diharapkan menguasai materi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar.

Lebih terperinci

2015 METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN (SAKUBUN)

2015 METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN (SAKUBUN) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang paling banyak dipelajari di Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir oleh The Japan Foundation pada tahun 2012,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu pemersatu bangsa. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya karena manusia merupakan makhluk sosial yang

Lebih terperinci

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Modul ke: 05 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id MATA KULIAH BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS SUPRIYADI, S.Pd., M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583 E-Mail:

Lebih terperinci