ILTEK,Volume 7, Nomor 13, April KARTINI YUNUS Dosen Prodi Teknik Industri, STITEK Dharma Yadi Makassar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ILTEK,Volume 7, Nomor 13, April KARTINI YUNUS Dosen Prodi Teknik Industri, STITEK Dharma Yadi Makassar"

Transkripsi

1 PENERAPAN POLA DISTRIBUSI HASIL-HASIL PERTANIAN, DAN TAMBANG ANTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN DAN KALIMANTAN SELATAN DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL KARTINI YUNUS Dosen Prodi Teknik Industri, STITEK Dharma Yadi Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan pola pergerakan produksi hasil-hasil pertanian dan tambang pada kedua wilayah. Sedangkan hasil penelitian diperoleh bahwa, Distribusi Komuditas secara umum melalui pelabuhan Makassar, Paotere, AwarangenBarru, Pare-Pare dan Mamuju Sulbar dengan tujuan ke Kalimantan Timur untuk selanjutnya ke Kalimantan Selatan. Distribusi perdagangan sayur-sayuran dilakukan oleh pedagang besar di Kalimantan Timur bermitra dengan pedagang pengumpul yang membeli langsung ke petani, dimana pedagang besar memberi bantuan permodalan kepada pedagang pengumpul. Pendistribusian beras disamping dilaksanakan oleh pedagang besar antar pulau, juga dilakukan langsung oleh perusahaan penggilingan di Sulawesi Selatan ke Kalimantan Timur melalui pelabuhan Pare-Pare, Mamuju dan selanjutnya ke Kalimantan Selatan, dan juga dilakukan langsung ke Kalimantan Selatan melalui Awarannge dan Paotere. Komuditas yang diperdagangkan dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan adalah barang hasil tambang berupa Batu Bara yang pengirimannya sebahagian besar melalui pelabuhan Biringkassi Pangkep untuk tujuan Industri Semen Tonasa, sedangkan kebutuhan semen Bosowa kebanyakan melalui pelabuhan Sukarno-Hatta. Proses pendistribusian produk dagangan antara Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan membutuhkan dukungan kebijakan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan peran perdagangan, dan menjadi salah satu sektor ekonomi yang dapat menjadi penyedia lapangan kerja bagi masyarakat kedua wilayah tersebut. Kata Kunci : Pendistribusian PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan hasi-hasil bumi Sulawesi Selatan, bukan hanya ditentukan karena daerahnya yang sebagian besar adalah daerah pertanian dengan areal persawahan yang cukup luas, akan tetapi juga ditentukan oleh karena letak geografisnya. Sulawesi Selatan dengan Ibu kota Makassar, terletak di tengahtengah kepulauan Nusantara, berada dipersimpangan jalan lalulintas laut dan udara dari bagian Indonesia Barat ke bagian Indonesia Timur dan dari kawasan Utara ke kawasan Selatan. Dengan letak demikian maka Sulawesi Selatan dapat berfungsi sebagai Area Transito dan pusat kegiatan perdagangan dan perhubungan untuk kawasan Indonesia Timur. Pola distribusi hasil pertanian tanaman pangan dalam perdagangan antar wilayah yaitu dilakukan satu arah ke Kalimantan Selatan. Dan pola distribusi bahan tambang seperti batu bara juga dilakukan satu arah ke sulawesi Selatan. Sedangkan pola distribusi dua arah yang memungkinkan terjadi pada hasil industri yaitu produk industri dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan dan sebaliknya dapat pula terjadi produk industri dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan. Jika dilihat dari perkembangan perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan, maka terdapat beberapa kelompok jenis produk seperti kelompok produk karet alami, kelompok produk kayu, kelompok produk rotan, kelompok produk perikanan, kelompok produk 982 tambang dan kelompok produk lainnya. Kelompokkelompok produk tersebut merupakan produk yang dapat diperdagangkan baik antar provinsi maupun untuk ekspor. Dalam kebijakan pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, pembangunan industri diarahkan pada industri-industri yang berbasis pertanian dan pertambangan, sehingga nantinya daerah ini mampu memanfaatkan hasil-hasil pertanian dan pertambangan secara optimal, memberikan nilai tambah yang tinggi dan mampu bersaing dalam pasar lokal, regional dan global melalui pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan teknologi dan bioteknologi. Menyimak arus perdagangan dari Provinsi Kalimantan Selatan ke Provinsi Sulawesi Selatan selama ini, yang lebih didominasi oleh perdagangan jenis produk industri dan tambang, maka distribusi hasil-hasil pertanian, pertambangan dari dua provinsi tersebut, sangat menarik untuk diteliti mengenai pola distribusinya dan pengaruhnya terhadap pembangunan ekonomi daerah dan regional yakni antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Kalimantan Selatan. 1.2 Perumusan Masalah 1. Belum tergambarnya pola pergerakan produksi hasil-hasil pertanian dan tambang pada kedua wilayah. 2. Belum terdatanya kontribusi yang diberikan oleh hasil-hasil pertanian dan tambang terhadap pembangunan ekonomi daerah ataupun regional.

2 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menerapkan pola pergerakan produksi hasil-hasil pertanian dan tambang pada kedua wilayah. 2. Mengkaji kontribusi yang diberikan oleh hasil-hasil pertanian dan tambang terhadap pembangunan ekonomi daerah ataupun regional. 1.3 Manfaat Hasil Penelitian 1. Berguna bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan pengembangan perdagangan antar pulau 2. Berguna bagi pelaku bisnis (pedagang antar pulau), pelaku bisnis jasa transportasi laut, udara dan darat serta pelaku bisnis lainnya yang terkait dengan kegiatan perdagangan kedua provinsi tersebut. 3. Berguna bagi masyarakat khususnya petani dalam melihat dan mengatur jumlah dan kualitas produksi komoditi yang dibutuhkan, dan harus disiapkan untuk mensuplai kebutuhan masyarakat Kalimantan Selatan. METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada dua provinsi yaitu provinsi Sulawesi Selatan dan provinsi Kalimantan Selatan. Untuk lokasi pengambilan sampel di Provinsi Sulawesi Selatan ditentukan enam Kabupaten/Kota yaitu Kota Pangkep, Barru, Pare-Pare, Sidrap, dan Enrekang. Sedangkan untuk Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan ditetapkan pada satu Kota yaitu Kota Banjarmasin. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2009 sampai pada bulan November 2009 (6 bulan) 2.2 Populasi dan Sampel Penelitian pada dua provinsi yaitu Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan dengan populasi penelitian mencakup seluruh pelaku tataniaga (seperti pedagang pengumpul, pedagang antar pulau, pedagang pengecer, perusahaan) dan instansi terkait dengan kegiatan perdagangan antar dua provinsi (seperti Dinas Perindag, Dinas Perhubungan, Pemerintah Daerah) Sampel dilakukan pada dua provinsi dengan memberikan pembatasan daerah sampel yaitu untuk Provinsi Sulawesi Selatan dilakukan hanya pada empat daerah dan untuk Provinsi Kalimantan Selatan yaitu pada satu daerah sebagaimana tersebut pada bagian di atas. 2.3 Indikator/Parameter Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Indikator pertama adalah jenis-jenis barang dagangan hasil-hasil tambang, dan komoditi pangan. Indikator kedua adalah alur pergerakan perdagangan komoditi / barang-barang hasil produksi dari kedua provinsi tersebut. Indikator ketiga adalah Pertumbuhan ekonomi kedua provinsi khususnya daerah sampel. Adapun parameter yang digunakan untuk analisis hasil penelitian adalah: Parameter pertama mencakup jumlah hasil-hasil tambang dan komoditi pangan yang diperdagangkan pada dua provinsi berdasarkan jenisjenis barangnya. Parameter kedua adalah tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masingmasing daerah sampel. 2.4 Pendekatan atau Model Analisis Dalam analisis data digunakan pendekatan analisis deskriptif kuantitatif untuk melihat alur pergerakan (pola distribusi) perdagangan komoditi/barang dari Provinsi Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan dan sebaliknya dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan. Selanjutnya digunakan analisis kontribusi hasilhasil perdagangan produk pertanian dan pertambangan pertumbuhan ekonomi kedua provinsi khususnya kabupaten sampel. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Distribusi Hasil-hasil Tambang dan Komuditi Pangan Komuditas yang diperdagangkan baik berupa bahan pangan dan hasil tambang antara Propinsi Sulawesi Selatan dengan Kalimantan selatan dan sebaliknya dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan dilakukan pada berbagai pelabuhan antar kedua wilayah. Perkembangan bongkar muat barang di Sulawesi Selatan yang diantar pulaukan ke pulau Kalimantan mayoritas Komuditas bahan pangan. tempat pendistribusian komuditas di Sulawesi selatan untuk pulau Kalimantan yaitu pelabuhan Biringkassi Pangkep, Awarange Barru dan Pare-Pare. Berdasarkan hasil survey, kegiatan pendistribusian barang terbesar adalah bahan pangan yang pengirimannya melalui beberapa pelabuhan dari sulawesi selatan dengan Tujuan Kalimantan. Gambaran ini dapat diperoleh secara nyata antara lain pada ke empat pelabuhan strategis yang dijadikan sampel dalam pendistribusian berbagai komuditas asal Sulawesi Selatan. Tabel 3.1 (terlampi) bahwa komuditas bahan pangan yang didistribusikan ke Kalimantan umumnya adalah Komuditas bahan pangan. Hal ini disebabkan karena disamping fasilitas pelabuhan yang cukup memadai di Kalimantan Timur juga jarak yang lebih dekat jika komuditas melalui pelabuhan Pare-Pare dan pelabuhan Mamuju Propinsi Sulawesi Barat. Bahan tambang khususnya batu bara untuk PT. Semen Tonasa, PT. Semen Bosowa dan beberapa perusahaan lainnya yang membutuhkan dan sebagian lainnya melalui pelabuhan Pare-Pare,pelabuhan Sukarno Hatta Makassar serta pelabuhan Paotere. perkembangan pendistribusian barang melalui pelabuhan Pare-Pare selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 3.2 (terlampir) 983

3 Tabel 3.2 terlihat bahwa komuditas pangan umumnya mengalami peningkatan dalam waktu tiga tahun terakhir 2006 s/d Komuditas yang mengalami penurunan adalah bawang merah, telur, buah-buahan dan hewan. Menurunnya pengiriman bahan pangan tersebut lewat pelabuhan Pare-Pare disebabkan karena komuditas yang dihasilkan bersamaan produksi daerah lain yang juga banyak menghasilkan produk yang sama seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan telur. 3.2 Pola Distribusi Beras Aktivitas pendistrbusian beras yang dilakukan pengusaha penggilingan juga dilakukan oleh usaha perorangan yang masing-masing memiliki jaringan dalam mendistrubusikan beras baik antara Kabupaten/Kota maupun antar Propinsi terutama Propinsi Kalimantan Timur. Tabel 3.3 (terlampir) bahwa data pengiriman beras yang diantar pulaukan di Propinsi Sulawesi Selatan sebahagian besar melalui pelabuhan PT. Pelindo IV (Persero Cabang Pare-Pare) dan mayoritas mendistribusikan beras ke Kalimantan adalah pengusaha Penggilingan pada dua Kabupaten yaitu Kabupaten Sidrap dan Pinrang. Selain itu pendistribusian beras ke Kalimantan Timur juga dilakukan melalui pelabuhan Mamuju Propinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan alur distribusi perdagangan beras pada gambar 3.1 (terlampir), pada dasarnya menjelaskan bahwa terdapat beberapa alternatif alur pendistribusian yang selama ini dilakukan responden pada wilayah penelitian antara lain alur dari produsen (petani) ke pengusaha penggilingan melalui petugas pengumpul, kemudian dimasukkan ke Dolog, grosir dan akhirnya ke Konsumen. Alternatif lain yang dilakukan yaitu dari usaha penggilingan padi ke pedagang besar antar pulau ke konsumen atau dari penggilingan padi langsung di antar pulaukan Pola Distribusi Buah-buahan Komuditas buah-buahan yang kebanyakan bersumber dari Kabupaten Enrekang dan Tanatoraja juga diperdagangkan ke Kalimantan. Buah yang biasa diperdagangankan oleh responden adalah berupa buah salak, jeruk yang pengirimannya melalui pelabuhan Pare-Pare langsung menuju ke Kalimantan Selatan. Adapun distribusi pengiriman Buah-buahan berdasarkan data dari responden malalui beberapa pelabuhan pada tabel 3.4. Tabel 3.4 di atas menunjukan bahwa buah-buahan yang diperdagankan ke pulau Kalimantan kebanyakan melalui pelabuhan Mamuju Sulawesi Barat, kemudian disusul pelabuhan Pare-pare dengan rata-rata volume pengiriman buah-buahan 44,05 ton/tahun. Pengiriman buah-buahan setiap tahunnya selama 2007 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan buah yang banyak dikirim adalah jeruk dan durian. 3.4 Pola Distribusi Sayur-Sayuran Dalam mendistribusikan sayur-sayuran ke Kalimantan, pedagang pengumpul di Kabupaten 984 Enrekang bermitra dengan pedagang besar di Samarinda Kalimantan Timur dan selanjutnya pedagang besar di Kalimantan Timur memasarkan produk sayuran di Samarinda dan ke pedagang antar Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur dan juga memasarkan ke Banjarmasin dan beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi Kalimantan Selatan. Adapun distribusi perdagangan sayur-sayuran yang diantar pulaukan ke Kalimantan dari tahun pada tabel 3.5 (terlampir) Tabel 3.5 terlihat bahwa pengiriman sayur-sayuran yang dilakukan pedagang ke pulau Kalimantan terutama ke Samarinda Kalimantan Timur adalah kebanyakan melalui pelabuhan Mamuju Propinsi Sulawesi Barat dengan volume pengiriman selama tiga tahun mencapai ton, dan melalui pelabuhan parepare dengan volume 356 ton. Jenis sayur-sayuran yang diantar pulaukan berdasarkan wawancara responden di Kabupaten Enrekang dan volume pengiriman pada tabel 3.6. (terlampir). Dari tabel 3.6 terlihat bahwa sayur sayuran terbanyak yang dikirim dari Kabupaten Enrekang adalah Kol dengan volume pengiriman mencapai 480 ton, disusul jenis sayuran Kentang 85 ton dan paling sedikit adalah jenis sayuran bawang merah 8 ton. 3.5 Pola Distribusi Hasil Tambang Dalam rangka memenuhi kebutuhan peroduksi Semen Tonasa maka, didatangkan batu bara dari Kalimantan selatan yang pendistribusiannya dilakukan oleh salah satu perusahaan PT. Adaro Indonesia melalui pelabuhan Biringakassi Pangkep dan untuk PT. Bosowa melalui pelabuhan Soekarna-Hatta. Pengiriman batu bara dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan untuk tujuan pabrik semen dapat Dilihat Pada Tabel 3.7 Tabel 3.7 di atas memperlihatkan bahwa penggunaan batu bara untuk kebutuhan pabrik semen PT. Semen Tonasa mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu ton menjadi tahun 2008, dan untuk kebutuhan batu bara pabrik semen Bosowa juga mengalami peningkatan dari ton tahun 2006 ton menjadi ton tahun Pemakaian batu bara ini disebabkan karena meningkatnya produksi semen akibat permintaan baik di Propinsi Sulawesi Selatan maupun yang diantar pulaukan ke Propinsi lain termasuk Kalimantan Selatan. PENUTUP 4.1. Kesimpulan 1. Distribusi Komuditas Hasil Pertanian dan Tambang : a. Distribusi Komuditas secara umum melalui pelabuhan Makassar, Paotere, AwarangenBarru, Pare-Pare dan Mamuju Sulbar dengan tujuan ke Kalimantan Timur untuk selanjutnya ke Kalimantan Selatan.

4 b. Distribusi perdagangan sayur-sayuran dilakukan oleh pedagang besar di Kalimantan Timur bermitra dengan pedagang pengumpul yang membeli langsung ke petani, dimana pedagang besar memberi bantuan permodalan kepada pedagang pengumpul. c. Pendistribusian beras disamping dilaksanakan oleh pedagang besar antar pulau, juga dilakukan langsung oleh perusahaan penggilingan di Sulawesi Selatan ke Kalimantan Timur melalui pelabuhan Pare-Pare, Mamuju dan selanjutnya ke Kalimantan Selatan, dan juga dilakukan langsung ke Kalimantan Selatan melalui Awarannge dan Paotere. d. Komuditas yang diperdagangkan dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan adalah barang hasil tambang berupa Batu Bara yang pengirimannya sebahagian besar melalui pelabuhan Biringkassi Pangkep untuk tujuan Industri Semen Tonasa, sedangkan kebutuhan semen Bosowa kebanyakan melalui pelabuhan Sukarno-Hatta. e. Proses pendistribusian produk dagangan antara Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan membutuhkan dukungan kebijakan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan peran perdagangan, dan menjadi salah satu sektor ekonomi yang dapat menjadi penyedia lapangan kerja bagi masyarakat kedua wilayah tersebut Saran 1. Untuk Kelancaran pendistribusian produk dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan sebaikanya pemerintah daerah berperan dalam memperbaiki peningkatan kualitas produk-produk yang diperdagangkan ke Kalimantan Selatan khususnya pengepakan produk guna menjaga kualitas produk pada pasar sasaran melalui pelatihan penanganan produk. 2. Untuk meningkatkan hubungan perdagangan antara Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan secara kondusif, maka frekuensi pelayaran langsung perlu ditingkatkan, serta diperlukan payung ekonomi kerjasama antara pemerintah daerah dan para pengusaha. 3. Untuk mendukung Distribusi perdagangan produk antara Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan, maka perlu dukungan pemerintah daerah dalam rangka peningkatan peran pelabuhan di Sulawesi Selatan guna menjadi jaminan optimalisasi pendistribusian produk ke Kalimantan Selatan DAFTAR PUSTAKA Azis, Iwan Jaya Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta. Djojohadikusumo, Sumitro Perkembangan Potensi Ekonomi: Dasar Teori Pertumbuhan dan 985 Pembangunan, PT. Pustaka LP-3ES Indonesia, Jakarta. HALCROE, h.g Ekonomi Pertanian, Terjemahan Sudiyono, A. Bagian Penelitian Universitas Muhammadiyah, Malang. Lewangka, O Pemasaran Relasional: Landasan Pengembangan Sistem Pemasaran Petani Perantara-Eksportir Tiga Jenis Komoditas Unggulan. Makassar: PPs- Unhas. Masry, Maringan S Ekonomi Transportasi, Ghalia Indonesia, Jakarta Nasution, Manajemen Transportasi, Edisi Kedua. Ghalia Indonesia, Jakarta. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No 12 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Presman, Lima Puluh Pemikir Ekonomi Dunia. Terjemahan Budisantoso. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Rangkuti, F Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis, Edisi Empat Belas. PT. Gramedia Pustaka Indonesia. Tambunan, T Perekonomian Indonesia, Teori dan Temuan Empiris, Ghalia. Indonesia. Sjafrizal, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma no.3. Sufri, Analisis Daya Saing Komoditas Ekspor Non-Migas dan Perubahan Struktur Ekonomi Implikasinya terhadap Kebijaksanaan Pembangunan di Sulawesi Selatan. Disertasi, tidak dipublikasikan, PPs Unair Surabaya. Wibowo, R Penyediaan Pangan dan Permasalahannya, Pertanian dan Pangan, Bungarampai Peikiran Menuju Ketahanan Pangan Pustaka Sinar harapan, Jakarta. Tabel 3.1. Alur Distribusi Barang Dari Sulawesi Selatan Ke Daerah Kalimantan dan Sebaliknya Dari Daerah Kalimantan Ke Sulawesi Selatan di Empat Strategis Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun No. Jenis Barang (Ton/M 3 /Ekor) Asal Sulawesi Selatan Paotere Biring kassi Aw aran ge Pare- Pare Asal/Tujuan 1. Beras 355, Bawang Merah 5. Buah- Buahan 9. Sayur- Sayuran TJ. Rebo Balik papan, TJ.R ebo 10. Jagung Tj.Rebo Asal Kalimantan 17 Pupuk BBM 21 Kayu Bontang, Gersik Tarakan Tarakan

5 Tabel 3.2. Alur Distribusi Barang Dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Timur melalui Pelindo IV Persero Cab.Pare-Pere tahun Jenis Barang Daerah Tujuan Beras Bulog Nunukan, tarakan Beras Swasta Nunukan, tarakan (Tahun) Perdagangan Bawang Merah Bontang Kopi Samarinda Buah-Buahan Tj.Rebo Hewan Nunukang, Samarinda Telur Sayur-Sayuran TJ.Rebo TJ.Rebo Jagung Tj.Reb, Samarinda Kac -Kacangan TJ.Rebo Gula Merah Tj. Rebo Sumber : Data Sekunder setelah di olah, 2009 Tabel 3.3. Alur Distribusi Beras Dari Sulawesi Selatan Ke Kalimantan No 1. Paotere Asal (Ton) 355,49 Distribusi Beras Tujuan Balik Papan, Banjarmasin Persentase 27,87 % 2. Biringkassi Sukarno Hatta Awarange 390 Bontang % 4. Pare-Pare 5. Jumlah 530 Balik papan, Nunukan, Tj.Redep, Bontang 41,55 % % Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2009 Banjarmasin Tabel 3.6. Jenis dan (ton) Sayur-Sayuran yang di antar pulaukan Jenis Sayuran (ton) Persentase (%) Tujuan Pengiriman Kol ,58 Kaltim, Samarinda Buncis 22 3,23 Kalimantan Timur Kentang 85 12,50 Kaltim, Samarinda Bawang Merah 8 1,17 Kaltim, Samarinda Bawang Perei 28 4,11 Kalimantan Timur Sawi 42 6,17 Kalimantan Timur Lainnya 10 1,47 Kalimantan Timur Jumlah ,00 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2009 Tabel 3.7. Perkembangan Distribusi Batu Bara (Ton) Dari Kalimantan Selatan Ke Sulawesi Selatan Tahun PT. Semen Tonasa PT. Semen Bosowa Total Pengiriman , , ,170,000, , , ,579,000, , , ,00 * ,00* Tabel 3.4. Distribusi Pengiriman Buah-buahan melalui beberapa pelabuhan Pengiriman (Ton/Tahun) Tujuan Sukarno Hatta Paotere Biringkassi Awarange 24,12 29,15 22,24* Batulicin Kalsel, Kotabaru Pare-Pare 35,25 37,85 35,58* Balikapapan, samarinda Mamuju 42,70 49,52 39,94* Balikapapan, Banjarmasin Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2009 Tabel 3.5. Distribusi Perdagangan Sayur-sayuran yang diantarpulaukan ke Kalimantan tahun Pengiriman Sayur-Sayuran (Ton/Tahun) Jumlah Tujuan Sukarno Hatta Paotere Biringkassi Awarange Pare-Pare B anjarmasin Mamuju *

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat nadi berkembangnya perekonomian suatu wilayah dan negara. Transportasi penumpang dan barang yang efisien haruslah menjadi prioritas pembangunan.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) TUGAS AKHIR Oleh : RINA MERIANA L2D 305 139 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Melalui penelitian dan pengamatan langsung di lokasi penelitian terdapat

BAB V PENUTUP. diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Melalui penelitian dan pengamatan langsung di lokasi penelitian terdapat 56 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lokasi penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Melalui penelitian dan pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat potensial dan memiliki peran yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat potensial dan memiliki peran yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah Sektor pertanian adalah sektor yang sangat potensial dan memiliki peran yang amat penting dalam perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian terbukti

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN PENDAHULUAN Dalam mendorong ekonomi kerakyatan, Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan mengembangkan Gerakan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitan Berdasarkan lingkup kegiatan dan permasalahan-permasalahan dalam penjelasan Kerangka Acuan Kerja (KAK), penelitian ini tidak termasuk kategori

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015 No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015 DI BANTEN, MARGIN PERDAGANGAN DAN PENGANGKUTAN BERAS 4,97 PERSEN, CABAI MERAH 23,04 PERSEN, BAWANG MERAH 13,18 PERSEN, JAGUNG PIPILAN

Lebih terperinci

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill MARJIN PEMASARAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR YANG MENGGUNAKAN PAKAN PRODUKSI PABRIK SKALA KECIL DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Susanti I.S 1, N. Ali 1 dan St. Rohani 2 1 Fakultas Peternakan dan Perikanan

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015 BPS PROVINSI SUMATRA SELATAN No. 13/02/16/Th.XVIII, 05 Februari 2016 PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015 DI SUMATRA SELATAN, MARJIN PERDAGANGAN DAN PENGANGKUTAN BERAS 15,24 PERSEN, CABAI MERAH 24,48 PERSEN,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 009. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga buku Statistik Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 dapat kami susun dan sajikan.

Lebih terperinci

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang. ELABORASI Letak geografis yang strategis menunjukkan betapa kaya Indonesia akan sumber daya alam dengan segala flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya yang melimpah. Sumber daya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografi Daerah Wilayah Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terluas di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak di posisi : 00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK UREA UNTUK SEKTOR PERTANIAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16 KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MALUKU TENGAH Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia merupakan focus dari arus utama pembangunan nasional. Secara perlahan diarahkan secara umum

Lebih terperinci

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007 BPS KOTA TARAKAN No.05/04/6473/Th.I, 17 April 2007 INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007 Inflasi Kota Tarakan bulan Maret 2007 sebesar 0,11%. Kelompok Bahan Makanan mengalami deflasi sebesar 1,14 persen

Lebih terperinci

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari I. A. Latar Belakang dan Masalah Perioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI SELATAN MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI SELATAN MEI 2017 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 34/06/73/Th. XI, 15 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI SELATAN MEI MEI EKSPOR SULAWESI SELATAN SENILAI US$ 87,48 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Selatan pada bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga

PENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga PENDAHULUAN Propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah penghasil beras di luar Pulau Jawa, yang berperan penting dalam upayah pelestarian swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI TENAGA KERJA, NILAI INVESTASI, NILAI PRODUKSI DAN NILAI BAHAN BAKU PENOLONG MENURUT SEKTOR DI KOTA PAREPARE TAHUN 2012

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI TENAGA KERJA, NILAI INVESTASI, NILAI PRODUKSI DAN NILAI BAHAN BAKU PENOLONG MENURUT SEKTOR DI KOTA PAREPARE TAHUN 2012 JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI TENAGA KERJA, INVESTASI, PRODUKSI DAN BAHAN BAKU PENOLONG MENURUT SEKTOR DI KOTA PAREPARE TAHUN 2012 NO SEKTOR JUMLAH PERUSA HAAN JUMLAH TENAGA KERJA INVESTASI PRODUKSI BAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, pertama, sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan hal yang sangat penting karena merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang subsidi pupuk merupakan

Lebih terperinci

Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah

Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk Sulawesi Tengah dengan padi, kakao, kelapa, cengkeh dan ikan laut sebagai komoditi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis

Lebih terperinci

Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia

Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia 04/03/2012 Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel Oleh Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia Latar Belakang Provinsi Sulsel sebagai pintu gerbang Indonesia Timur?? Dari segi kesehatan keuangan suatu

Lebih terperinci

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JANUARI

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JANUARI BPS KOTA TARAKAN No.03/02/6473/Th.I, 12 Pebruari 2007 INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JANUARI Inflasi Kota Tarakan bulan Januari 2007 sebesar 0,08 %. Kelompok Bahan Makanan mengalami deflasi sebesar 0,58 persen

Lebih terperinci

PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN

PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN 2003-2006 Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2006 PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN 2003-2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara mampu memenuhi sendiri kebutuhannya. Sehingga hal yang lazim disaksikan adalah adanya kerjasama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PETANI DENGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG DALAM PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK

ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PETANI DENGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG DALAM PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PETANI DENGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG DALAM PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK OLEH YEL SEPTRIA 06114034 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Publikasi Statistik Harga Produsen Sektor Pertanian tahun 1996-2000 merupakan kelanjutan dari seri publikasi sebelumnya, yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik setiap tahunnya. Mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan. Pelabuhan memiliki peranan

Lebih terperinci

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014 s. bp uk ab. am uj m :// ht tp id go. STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014 ISSN : - No. Publikasi : 76044.1502 Katalog BPS : 830.1002.7604 Ukuran Buku : 18 cm x 24 cm Jumlah Halaman : v + 26 Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Indikator penting untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor dan Impor Bulan September 2017 Provinsi Sulawesi Selatan

Perkembangan Ekspor dan Impor Bulan September 2017 Provinsi Sulawesi Selatan Perkembangan Ekspor dan Impor Bulan Provinsi Sulawesi Selatan No. 57/10/73/Th. XI, 16 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Perkembangan Ekspor dan Impor Bulan Provinsi Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal, seperti masalah kesenjangan dan iklim globalisasi. Yang disebut

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang BAB III TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN BERAU 3.1. Tinjauan Umum Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN KINERJA PERDAGANGAN ANTAR PULAU DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN. Reni Kustiari

KAJIAN PENINGKATAN KINERJA PERDAGANGAN ANTAR PULAU DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN. Reni Kustiari KAJIAN PENINGKATAN KINERJA PERDAGANGAN ANTAR PULAU DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN PENDAHULUAN Reni Kustiari 1. Perbedaan sumber daya alam membentuk keunikan komoditas di masingmasing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia meliputi pembangunan segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XIV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,45 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 83,67 persen,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cocok dan mendukung untuk digunakan dalam budidaya tanaman, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. cocok dan mendukung untuk digunakan dalam budidaya tanaman, khususnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan Geografis Indonesia termasuk Jawa Tengah yang merupakan wilayah tropis, beriklim basah, serta berada diwilayah khatulistiwa sangat cocok dan mendukung

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 44/07/Th. XIII, 1 Juli PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI HARGA GROSIR NAIK 0,72 PERSEN Pada bulan Juni Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI SELATAN DESEMBER 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI SELATAN DESEMBER 2013 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 07/02/73/Th. VIII, 3 Februari 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI SELATAN DESEMBER DESEMBER EKSPOR SULAWESI SELATAN SENILAI US$ 122,91 JUTA Nilai ekspor Sulawesi

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan Ringkasan Eksekutif Analisis Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Selatan 2012 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Pengelolaan Keuangan Daerah di Gerbang Indonesia Timur 1. Perkembangan Umum dan Arah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI PERDAGANGAN DALAM NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/05/Th. XIV, 2 Mei 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,78 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 84,25 persen,

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor dan Impor Bulan Oktober 2017 Provinsi Sulawesi Selatan

Perkembangan Ekspor dan Impor Bulan Oktober 2017 Provinsi Sulawesi Selatan BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Perkembangan Ekspor dan Impor Bulan Provinsi Sulawesi Selatan Ekspor, Ekspor Sulawesi Selatan Menurun 1,17 persen dibandingkan bulan Nilai ekspor barang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 23/05/76/Th. VIII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL 2014 MAMUJU INFLASI 0,10 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang 51 IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang 52 Kota Bontang terletak antara 117 23 BT - 117 38 BT dan 0 01 LU - 0 12 LU atau berada pada

Lebih terperinci

Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel (TPK) dan Transportasi Kalimantan Selatan Bulan Agustus 2017

Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel (TPK) dan Transportasi Kalimantan Selatan Bulan Agustus 2017 No. 055/10/Th. XXI, 02 Oktober 2017 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel (TPK) dan Transportasi Kalimantan Selatan Bulan Agustus 2017 TPK hotel bintang bulan Agustus tahun 2017 sebesar 51,88 persen,

Lebih terperinci