Buletin. Volume 3, Maret 2016
|
|
- Glenna Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Buletin Volume 3, Maret 2016
2 Dalam volume ini: Sunardi Mengharapkan Kelanjutan Kolaborasi dengan CI untuk Mengembangkan Pertanian Ramah Lingkungan (halaman 3) Putra Asli Tinada yang Mengabdikan Diri untuk Kesejahteraan Petani di Kampung Halamannya (halaman 4) Tentang SALP Program Sustainable Agriculture Landscapes Partnership (SALP) bertujuan mendukung pembangunan yang berkelanjutan di Pakpak Bharat sekaligus menjaga bentang alam penting di Sumatera Utara, melalui model pertanian berkelanjutan dan konservasi alam yang secara langsung berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Program ini juga bertujuan mendukung komitmen Pemerintah Indonesia memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian hutan. Mengolah Sampah menjadi Berkah (halaman 6) 29 Petani Mendapatkan Pelatihan Budidaya Lebah Madu Trigona (halaman 7) Saling Belajar untuk Memperkaya Pengetahuan dan Upaya Perlindungan Modal Alam di Asia (halaman 8) Dicetak dan diterbitkan oleh: Conservation International Indonesia untuk program Sustainable Agriculture Landscapes Partnership Disunting oleh Desytha Dwiutami Conservation International Indonesia CI Indonesia - Kantor Jakarta: Pejaten Barat 16A, Kemang, Jakarta 12550, Indonesia Telepon: Fax: CI Indonesia - Kantor Medan: Komplek Bukit Johor mas Blok C No.1 Medan Telepon: Dampak Program Intensifikasi Pertanian Berkelanjutan: 172 petani terpilih untuk mengadopsi model intensifikasi pertanian berkelanjutan 66,5 hektar direncanakan akan ditanami di musim tanam ini Kesepakatan Konservasi dengan Komunitas: 3 desa telah berkomitmen untuk menjaga sumber daya alamnya melalui kesepakatan konservasi hektar area hutan terjaga dalam kesepakatan konservasi Sekolah Lapang Petani: 170 petani terpilih untuk mengikuti program sekolah lapang Kerjasama dengan Pemerintah: 20 orang staf pemerintah mendapatkan pelatihan pengenalan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 18 orang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) menerima pelatihan Training of Trainers (TOT) tentang praktik terbaik dalam pertanian berkelanjutan Pendidikan Lingkungan: 45 orang murid baru mendapatkan sesi pendidikan lingkungan tentang pentingnya menjaga ekosistem hutan Foto sampul oleh: Syaiful Purba/Conservation International Indonesia Seorang murid Sekolah Dasar di Pakpak Bharat menanam pohon di tengah program edukasi lingkungan dari SALP. 2
3 SUNARDI MENGHARAPKAN KELANJUTAN KOLABORASI DENGAN CI UNTUK MENGEMBANGKAN PERTANIAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Untuk mendukung program yang berkelanjutan di Pakpak Bharat, kerjasama yang erat dengan pemerintah daerah sangatlah penting. Dalam pelaksanaan berbagai program penyuluhan, CI Indonesia mendapatkan dukungan penuh dari berbagai instansi pemerintah lokal, termasuk dari Badan Koordinasi Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Pakpak Bharat. Bapak Sunardi, SP, Plt Kepala BP4K di Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu contoh tokoh pemerintahan yang mendedikasikan hidupnya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lahir dari sebuah keluarga sederhana di desa Bengabing, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Perbaungan, Sumatera Utara Pak Sunardi mengabdikan diri dalam pembangunan sektor pertanian di daerahnya. Selepas menyelesaikan pendidikannya, beliau bekerja menjadi Penyuluh Pertanian Lapangan sampai tahun 2000, kemudian pindah dan menjabat sebagai koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Kecamatan Salak, Kabupaten Dairi. Bapak Sunardi kini menjabat sebagai Sekretaris BP4K dan Plt Kepala BP4K Kabupaten Pakpak Bharat. Dalam melakukan pekerjaanya memberdayakan berbagai kelompok tani di Pakpak Bharat, Bapak Sunardi memiliki visi untuk mewujudkan peningkatan sumber daya manusia yang handal, tangguh, jujur dan bertanggung jawab. Bapak Sunardi juga bertekad untuk membantu masyarakat memanfaatkan potensi sumber daya pertanian yang berwawasan lingkungan di daerahnya. Sepakat bahwa menjaga hutan secara bijak adalah solusi terbaik bagi kesinambungan dan kesejahteraan masyarakat setempat, Bapak Sunardi menyampaikan harapannya agar dapat terus bekerjasama dengan CI Indonesia. Kita perlu memberdayakan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Program ekonomi alternatif seperti budidaya lebah madu dan pariwisata berbasis alam dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan di saat yang sama, meningkatkan ekonomi warga, jelasnya. Di samping kesibukannya sebagai abdi negara beliau juga menyempatkan diri bertani untuk menyalurkan hobi. Bapak Sunardi mempraktekkan budidaya jeruk sebanyak kurang lebih 400 batang pohon. Selain jeruk, Bapak Sunardi juga bertanam cabai dan tanaman sayuran lainnya dan saat ini tengah menikmati musim panen. Ditulis oleh Syaiful Purba CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA/ FOTO OLEH SYAIFUL PURBA Bapak Sunardi memberikan pengarahan dalam pembukaan program sekolah lapang di Desa Ulu Merah, Kecamatan STTU Julu. 3
4 PUTRA ASLI TINADA YANG MENGABDIKAN DIRI UNTUK KESEJAHTERAAN PETANI DI KAMPUNG HALAMANNYA Belajar langsung bersama dengan masyarakat adalah sebuah kebahagiaan tersendiri di dalam menjalankan tugas saya sebagai penyuluh pertanian. Di tahun 2015, Bapak Patar kembali ke kampung halamannya di Desa Tinada dan bertanggung jawab memberikan pendampingan teknis kepada masyarakat untuk meningkatkan produktivitas pertanian. CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA/ FOTO OLEH SYAIFUL PURBA Bapak Patar Padang mendapatkan ucapan selamat dari Bapak Sunardi (Plt Kepala BP4K) sebagai PPL pendamping terbaik dalam program sekolah lapang dengan CI Indonesia pada acara Farmer Field Day (FFD) di desa Tinada. Suksesnya proses transfer pengetahuan kepada para petani tidak terlepas dari kerja keras para penyuluh pertanian yang bekerja bersama CI Indonesia di tingkat akar rumput. Adalah Patar Padang, sosok yang dikenal oleh petani di Desa Tinada sebagai seorang penyuluh pertanian yang sangat berdedikasi. Bapak Patar dilahirkan 43 tahun yang lalu di Desa Tinada dari sebuah keluarga sederhana dengan latar belakang petani dan sejak tahun 2010 hingga 2012 terpilih menjadi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Tenaga harian Lepas (THL) daerah penempatan desa Kuta Jungak, Kecamatan Siempat Rube. Atas usaha dan kegigihannya dalam melaksanakan tugas lapangan, Bapak Patar sempat terpilih oleh salah satu lembaga swadaya masyarakat untuk menjadi fasilitator desa dalam kegiatan sekolah lapang komoditas kopi dan jeruk di desa Traju dan Siempat Rube 4. Kerjasama ini kemudian berlanjut di tahun 2013 hingga 2014 di mana Bapak Patar terpilih kembali menjadi fasilitator desa dengan Lembaga Swadaya Masyarakat lainnya untuk memberikan pendampingan dan pelatihan kepada masyarakat di kecamatan Julu dan Siempat Rube untuk komoditas kopi. Prestasi Bapak Patar tidak sampai di situ, beliau juga dipercaya untuk memberikan pendampingan kepada petani dalam program sekolah lapang Pengenalan Hama terpadu (PHT) untuk komoditas padi dengan sistem legowo 4-1 di desa Kuta Jungak dan desa Tinada yang mengaplikasikan sistem tanam empat tanaman padi dengan satu jarak di baris tanam yang sama. Teknik ini dikenal dapat menghasilkan panen yang lebih besar dengan penggunaan pupuk yang lebih sedikit. Di sela kesibukan sebagai PPL di desanya, Bapak Patar juga banyak membantu CI Indonesia dalam menjalankan program sekolah lapang untuk komoditi jeruk beberapa waktu yang lalu. Bapak Patar aktif mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam sekolah lapang yang diadakan oleh program SALP. Program ini sangat bagus dan berbeda dengan pelatihanpelatihan sebelumnya, karena sekolah lapang ini kita langsung belajar di lahan, menemukan permasalahan di lahan dan langsung diselesaikan permasalahan tersebut langsung di lahan. Pembelajaran lebih cepat terserap karena kami banyak melakukan praktek secara langsung di lahan jeruk, kata salah satu petani peserta program sekolah lapang. Bapak Patar adalah sosok yang inspiratif bagi desanya. Selain aktif menjadi seorang motivator tata kelola pertanian yang baik bagi berbagai komoditas lokal, beliau juga mempraktikkan semua ilmu yang dimiliki secara langsung dengan mengelola kebun miliknya sendiri. Beberapa macam usaha tani yang dijalankan antara lain adalah budidaya tanaman jeruk, padi sawah dan padi ladang. Ke depan, beliau berharap kerjasama dengan CI Indonesia dapat berjalan berkesinambungan sehingga ilmu yang diterima oleh para petani akan terus bertambah dan memberikan manfaat praktis bagi para petani ketika mempraktikannya di lahan masing-masing. Ditulis oleh Syaiful Purba 4
5 CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA/ FOTO OLEH SYAIFUL PURBA Jeruk adalah salah satu komoditas utama di Kabupaten Pakpak Bharat. Pelatihan dari program SALP meningkatkan pengetahuan petani tentang praktik pertanian yang lebih baik.
6 MENGOLAH SAMPAH MENJADI BERKAH Bagi masyakarat, daur ulang sampah plastik memberikan dampak pada lingkungan dan ekonomi. Bagi lingkungan, daur ulang sampah dapat mengurangi beban polusi dan pencemaran tanah. Di sisi ekonomi, daur ulang plastik bisa meningkatkan pemasukan keluarga karena memberikan peluang bagi ibu-ibu petani untuk mendapatkan uang tambahan di samping upah yang didapatkan dari kegiatan bercocok tanam sehari-hari. Di Pakpak Bharat, sampah plastik yang pada awalnya hanya dikelola secara konvensional melalui pembakaran, saat ini perlahan-lahan sudah mulai dikumpulkan pada skala rumah tangga dan di daur ulang kembali menjadi barang kreatif. CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA/ FOTO OLEH SARMAIDAH DAMANIK Melalui pelatihan, sampah plastik kini diubah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi dan dapat dijual. Sampah plastik merupakan salah satu masalah lingkungan terbesar di berbagai kota, termasuk Pakpak Bharat, di mana tentunya konsumsi berbagai produk berbahan plastik di setiap rumah tangga cukup tinggi. Penggunaan tas kresek untuk berbelanja sekitar 25 menit, dibutuhkan waktu hingga 500 tahun untuk hancur dan terurai. Belum lagi, ancaman kondisi kesehatan tanah yang diakibatkan oleh penumpukan sampah plastik. Penguatan kualitas dan desain tentunya masih harus terus ditingkatkan untuk mendapatkan hasil produk yang lebih baik. Pendampingan dan pelatihan yang berkesinambungan dalam program pengolahan sampah daur ulang diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk menciptakan kesadaran lingkungan yang lebih luas serta memberikan tambahan penghasilan kepada para ibu yang berhasil mengolah sampah menjadi berkah. Ditulis oleh Sarmaidah Damanik CI memahami bahwa rumah tangga merupakan salah satu segmen penting yang turut berperan serta dalam upaya pelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Pelatihan daur ulang sampah plastik kepada ibu-ibu telah dimulai pada bulan Juni 2014 dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat kesadaran daur ulang sampah ibu-ibu. Dina Manik adalah seorang petani dan ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Siempat Rube 2. Sebelum adanya pelatihan dari CI Indonesia, seperti kebanyakan, Ibu Dina terbiasa untuk langsung membuang sampah plastik bekas deterjen dan pembungkus kopi ke tempat sampah, tanpa memahami nilai daur ulangnya. Sejak adanya pelatihan pengolahan sampah, Ibu Dina kini makin bersemangat untuk mengolah sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat seperti tas dan dompet. CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA/ FOTO OLEH SARMAIDAH DAMANIK Sampah plastik kini diubah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi dan dapat dijual. 6
7 CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA/ FOTO OLEH SARMAIDAH DAMANIK Golam Pandiangan, salah satu petani yang menerima pelatihan kini mempraktikkan budidaya lebah madu Trigona di kebunnya. 29 PETANI MENDAPATKAN PELATIHAN BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA Masyarakat Pakpak Bharat hidup berdampingan erat dengan hutan dan banyak menggantungkan pemasukan keluarga dari pengolahan kayu. Padahal, jika pepohonan di hutan dimanfaatkan secara terus menerus untuk kebutuhan ekonomi, maka akan mengancam eksistensinya yang memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan warga sekitar. Selain membantu masyarakat untuk meningkatkan jumlah produksi dengan mengimplementasikan teknik bercocok tanam secara berkelanjutan, program SALP juga bertujuan untuk memberikan kegiatan ekonomi alternatif bagi warga. Lebah madu dinilai sebagai komoditas yang potensial bagi warga Pakpak Bharat. Secara ekonomi, lebah madu memiliki nilai yang tinggi. Kebutuhan pasar terhadap berbagai jenis produk yang dihasilkan lebah antara lain seperti royal jelly, pollen, hingga propolis terus meningkat. Seperti harga propolis yang mencapai Rp per kilogram. Wilayah Pakpak Bharat merupakan daerah ideal untuk mengembangkan budidaya lebah madu. Dengan tutupan hutan sebesar 80% dan lokasi daerah di lereng pegunungan Bukit Barisan, suhu dan kondisi alam Pakpak Bharat sesuai untuk menjadi lokasi perkembangbiakan lebah. Praktek pelatihan budidaya lebah madu melibatkan 29 petani yang tergabung dalam kelompok tani Tenggoli Mandiri. Program pelatihan selama tiga hari telah dilakukan pada Agustus 2014 di Dusun Lae Mbereng Desa Kuta Meriah, Kecamatan Kerajaan. Dalam pelatihan ini para petani mendapatkan beberapa materi baik pengetahuan tentang komoditas lebah madu maupun praktik budidaya yang produktif dan ramah lingkungan. Dalam materi pengenalan komoditas madu, penyuluh berpengalaman memperkenalkan lebih jauh jenis lebal lokal Apis cerana yang sudah dikenal dan dikembangbiakkan oleh petani setempat. Selain itu, juga diperkenalkan lebah madu jenis trigona yang dikenal karena cara budidayanya yang mudah dan tidak membutuhkan biaya produksi yang tinggi. Untuk mengembangbiakan lebah madu jenis trigona, hanya diperlukan stube dan pakan yang tidak sulit didapat. Dalam materi praktik budidaya, diberikan pengetahuan tentang teknis pembuatan stube (sarang lebah madu dengan modifikasi sekat-sekat sarang) hingga proses pemanenan. Pelatihan yang diberikan telah menampakkan hasil. Para petani setempat kini mulai mengembang biakkan lebah madu trigona yang sebelumnya tidak pernah diternakkan. Penambahan glodokan serta pembuatan stube lebah madu secara mandiri juga terus diupayakan oleh para petani. Golam Pandiangan merupakan salah seorang petani madu yang telah mulai mengembang biakkan lebah madu trigona dengan sekitar 15 stube semenjak pelatihan berlangsung. Golam mengungkapkan bahwa ia tertarik mengembang biakkan jenis lebah madu yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari madu lokal biasa tersebut, karena memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi, baik dari nilai jual madu maupun propolisnya. Lebah madu trigona tidak memerlukan stube seperti lebah lokal Apis Cerana yang memerlukan sekat-sekat di dalam stube, Trigona menempatkan telur, madu dan propolis secara terpisahpisah, dan lebahnya juga tidak menyengat. Sementara itu, Dahlan Sitakkar yang merupakan ketua Kelompok Tenggoli Mandiri, perlahan-lahan mulai mengajarkan pemindahan lebah madu dari glodokan ke stube kepada beberapa petani dan keluarga yang belum memahami proses tersebut. Ia memberikan pemahaman kepada para petani lain agar mulai mengembangkan ternak madu lebah trigona karena potensi ekonomis yang ada serta ketersediaan lokasi geografis di sekitar desa Kutameriah yang mendukung untuk budidaya lebah madu. Pengenalan lebah madu sebagai komoditas alternatif bagi warga tentunya memiliki tantangan, antara lain seperti gagalnya pemindahan lebah disebabkan curah hujan yang tinggi, serangan hama seperti musang, hingga material stube yang kurang sesuai dengan lebah setempat. Namun, tantangan ini menjadi proses pembelajaran untuk terus berinovasi membudidayakan lebah madu dengan hasil yang lebih baik. Ditulis oleh Sarmaidah Damanik 7
8 SALING BELAJAR UNTUK MEMPERKAYA PENGETAHUAN DAN UPAYA PERLINDUNGAN MODAL ALAM DI ASIA Kunjungan Conservation International China dan Shan Shui Conservation Center ke Lokasi Program SALP di Pakpak Bharat Pada Oktober 2015 lalu, CI Indonesia mendapatkan kesempatan menerima kunjungan dari CI China dan Shan Shui Conservation Center. Kunjungan dilakukan di dua lokasi yaitu di Kota Medan dan Kabupaten Pakpak Bharat. Melalui kunjungan ini, rekan dari negeri tirai bambu bermaksud meninjau pelaksanaan kegiatan kesepakatan konservasi dan berbagai program inisiatif lain di Pakpak Bharat. Kunjungan diawali dengan agenda pengenalan kegiatan masing-masing lembaga. CI China menyampaikan sebuah konsep yang sangat menarik tentang agroforestry sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan dalam upaya perlindungan alam di negaranya. Tim Shan Shui Conservation Center bercerita tentang kesepakatan konservasi yang telah dilakukan sejak lebih dari 5 tahun yang lalu di desa Liziba, Cina dimana konsep tersebut kini telah diadopsi oleh pemerintah setempat. Dalam kesempatan ini, CI Indonesia menyampaikan pendekatan kesepakatan konservasi yang dilakukan di kabupaten Tapanuli Selatan, Madina, dan juga Pakpak Bharat. Pendekatan yang telah dilakukan selama 2014 tahun telah menghasilkan berbagai perkembangan di antaranya kesepakatan konservasi pada 35 desa disekitar kawasan hutan lindung dan kaya akan keanekaragaman hayati dan dukungan kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan. Kunjungan dilakukan di desa Malum lokasi kegiatan kesepakatan konservasi serta lokasi kegiatan sekolah lapang di desa Siempat Rube 2 dan pelatihan lebah madu di desa Kuta Meriah. Setelah berbincang dengan para petani secara langsung, sistem penilaian terhadap performa petani dan penyuluh lapangan merupakan salah satu hal yang menarik perhatian tim kunjungan karena belum pernah diterapkan pada kegiatan mereka sebelumnya. Kesepakatan konservasi antara masyarakat desa dengan pimpinan adat merupakan hal lainnya yang dianggap menarik dan sangat baik untuk keberlanjutan program. Dalam diskusi ditemukan bahwa hal yang menjadi tantangan bagi kegiatan kesepakatan konservasi adalah tentang keberlanjutan program. CI Indonesia tengah mempersiapkan strategi dalam mendapatkan dukungan keuangan dan teknis, untuk keberlanjutan kegiatan ini, sehingga upaya perlindungan modal alam di Pakpak Bharat dapat terus berlanjut. Ditulis oleh Fitri Hasibuan CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA/ FOTO OLEH SAIFUL PURBA Mendengarkan langsung dari petani tentang manfaat program SALP bagi praktik pertanian mereka sehari-hari. 8
9 Hubungi Kami Fitri Hasibuan Sustainable Agriculture Project Manager Kantor CI Indonesia - Jakarta Jl. Pejaten Barat 16A Kemang, Jakarta Telepon: CI Indonesia - Medan Komplek Bukit Johor Mas Blok C no.1 Medan Telepon: CI Indonesia - Pakpak Bharat Jl. Sikandang Njandi, Kantor BPP Salak (Depan SMA 1 Salak), Kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat Telepon:
10
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita
PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KONSULTAN KOMUNIKASI CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA
KERANGKA ACUAN KONSULTAN KOMUNIKASI CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA Nama Organisasi Periode pekerjaan: Conservation International Indonesia Mei : Mendukung pencapaian visi dan misi CI Indonesia melalui
Lebih terperinciPENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK
PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK 1 Hutwan Syarifuddin, 1 Wiwaha Anas Sumadja, 2 Hamzah, 2 Elis Kartika, 1 Adriani, dan 1 Jul Andayani 1. Staf Pengajar Fakultas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen penting di dalam strategi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlebahan memiliki peran penting dalam membantu penyediaan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen
Lebih terperinci1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH Visi merupakan pandangan ideal yang menjadi tujuan dan cita-cita sebuah organisasi.
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung
Lebih terperinciBUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2
BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri dari sepuluh Provinsi. Salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera adalah Provinsi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya pemanfaatan sumber daya alam khususnya hutan, disamping intensitas teknologi yang digunakan. Kehutanan
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati
Lebih terperinciPerkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan
Prinsip Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yaitu dibangun dari kumpulan rumah tangga agar mampu mewujudkan kemandirian pangan melalui pemanfaatan pekarangan dengan berbagai jenis tanaman pangan, sayuran,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sosial memegang peranan yang sangat penting dalam tindakan-tindakan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan pertanian semakin lama semakin kurang produktif sebagai tempat aktivitas petani dalam berusahatani. Berbagai kemungkinan akibat produktivitas menurun yaitu petani
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT
BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN DAN KEHUTANAN BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu perhatian masyarakat sehubungan dengan meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan adalah usaha untuk mengkonsumsi lebih banyak lagi sayuran dan buah buahan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah
PENDAHULUAN Latar Belakang Alih-guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI
SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang menjadikan sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor pertanian. Walau termasuk sektor penting, namun sektor pertanian ini masih
Lebih terperinciM.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK
PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI PEMBUATAN DAN APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA DEMPLOT SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN TALANG KERAMAT KABUPATEN BANYUASIN M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya
TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Lebih terperinciAGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri
AGROFORESTRI Ellyn K. Damayanti, Ph.D.Agr. M.K. Ekoteknologi Konservasi Tumbuhan Bogor, 19 Maret 2013 PENDAHULUAN Apa itu Agroforestri? Agro/agriculture; forestry Nama bagi sistem-sistem dan teknologi
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
1 PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan pada proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit dinamakan pertanian
Lebih terperinciPEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK
PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK Margarettha, Hasriati Nasution, dan Muhammad. Syarif Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Masyarakat kota
Lebih terperinciKAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI
KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI YAN FITRI SIRINGORINGO JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS
TROPICAL FOREST CONSERVATION ACTION FOR SUMATERA RENCANA STRATEGIS 2010-2015 A. LATAR BELAKANG Pulau Sumatera merupakan salah kawasan prioritas konservasi keanekaragaman hayati Paparan Sunda dan salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berwawasan lingkungan merupakan implementasi dari konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) yang bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sehingga dalam pengelolaan harus sesuai dengan kemampuan agar tidak menurunkan produktivitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,
Lebih terperinciKARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU
KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU Disusun Oleh : Muhammad Burhan Kurniawan NIM : 10.11.4556 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Meraup Untung dari Usaha Lebah Madu Abstraksi Bisnis lebah madu
Lebih terperinciINTRODUKSI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENGGUNAKAN PIPA PARALON DI DESA TANJUNG SETEKO KECAMATAN INDRALAYA UTARA KABUPATEN OGAN ILIR
INTRODUKSI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENGGUNAKAN PIPA PARALON DI DESA TANJUNG SETEKO KECAMATAN INDRALAYA UTARA KABUPATEN OGAN ILIR Selly Oktarina, Yulian Junaidi, Idham Alamsyah, Thirtawati, Desi Aryani
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian hutan kemasyarakatan Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry memiliki beberapa pengertian, yaitu : 1. Hutan kemasyarakatan menurut keputusan menteri
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2011 DI KABUPATEN
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi BPPKP sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 52 Tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jenis salak yang terdapat di Indonesia, yakni : salak Jawa Salacca zalacca
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salak merupakan salah satu buah tropis yang banyak diminati orang karena memiliki keunggulan baik dari segi rasa maupun penampilan buahnya. Ada 3 (tiga) jenis salak yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara agraris Indonesia sangat kaya akan berbagai sumber daya alam termasuk aneka jenis buah-buahan tropis. Sekitar 25 persen jenis buah tropis yang dikonsumsi
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian Tugas pokok penyuluhan pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan
Lebih terperinciPENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)
PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman
Lebih terperinciECHO Asia Notes, Issue 21 June 2014
ECHO Asia Notes, Issue 21 June 2014 Belajar dari Petani Ditulis oleh Rajendra Uprety, dicetak ulang dari Farming Matters, Maret 2013 Penerjemah: Tyas Budi Utami Pertama kali saya membaca tentang SRI adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya. Kemampuan sektor pertanian dapat ditunjukan
Lebih terperinciBUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012
BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012 T E N T A N G ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciGeografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik
Kurikulum xxxxxxxxxx2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami
Lebih terperinciDana Reboisasi: Pengertian dan pelaksanaannya
Dana Reboisasi: Pengertian dan pelaksanaannya Salam sejahtera, Kabar dari: Tim Pengelolaan Hutan Bersama No. 16, Agustus 2003. Bapak-bapak dan ibu-ibu yang berbahagia, kita berjumpa lagi dalam seri kabar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sayur dan buah merupakan komoditas pertanian yang sangat berpotensi dalam memajukan dan meningkatkan pendapatan petani. Selain itu, komoditas sayur dan buah Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008 PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MUARA ENIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciI. DESKRIPSI KEGIATAN
I. DESKRIPSI KEGIATAN 1.1 JUDUL KKN PPM Manggis. 1.2 TEMA Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Buah Manggis Sebagai Komoditas Ekspor Unggulan 1.3 LOKASI Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Suhardiyono (1992), dalam rangka membangun pertanian tangguh para pelaku pembangunan pertanian perlu memiliki kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,
WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU Jl. Let. Jend. S. Pa[ PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA BENGKULU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan
Lebih terperinci*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang
PENERAPAN PENGGUNAAN INSEKTISIDA BIORASIONAL UNTUK MENGENDALIKAN HAMA KUTU KEBUL, Bemisia tabaci PENYEBAB PENYAKIT VIRUS KUNING KERITING CABAI DI NAGARI BATU TAGAK, KECAMATAN LUBUK BASUNG, KABUPATEN AGAM,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan
252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan permasalahan yang cukup pelik dan sulit untuk dihindari. Jika tidak ada kesadaran dari berbagai pihak dalam pengelolaan lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. menjadi 5 wilayah Binaan Penyuluhan Pertanian. Letak Kecamatan
56 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Umum Wilayah Luas Kecamatan Kedondong ± 164,47 km 2 terdiri dari 21 desa dan terbagi menjadi 5 wilayah Binaan Penyuluhan Pertanian. Letak Kecamatan Kedondong
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di beberapa tempat, jagung merupakan bahan pokok makanan utama pengganti beras atau sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang Kehutanan No.41 tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup. Hutan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DESA PERTANIAN ORGANIK BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN
PENGEMBANGAN DESA PERTANIAN ORGANIK BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN LATAR BELAKANG Kementerian Pertanian telah menetapkan Rencana Strategis tahun 2015 2019 melalui Peraturan Menteri Pertanian nomor 19/Permentan/HK.140/4/2015.
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN
Lebih terperinciAGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN
AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast
Lebih terperinciLEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN
1 LEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN SEKARANG KITA BERSAMA!!!! LANGKAH AWAL UNTUK PENGELOLAAN HUTAN KORIDOR SALAK-HALIMUN YANG ADIL, SEJAHTERA, DAN LESTARI Apa itu
Lebih terperinciPraktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung
Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI Talangagung Tantangan Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia. Sebagian besar tempat pemrosesan akhir sampah di Indonesia
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.43/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN
Lebih terperinciPERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS
PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan
Lebih terperinciGambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 166 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah karunia alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi populasi manusia
Lebih terperinciKESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JERUK (Citrus sp.) DAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI KECAMATAN SIEMPAT RUBE KABUPATEN PAKPAK BHARAT SKRIPSI.
KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JERUK (Citrus sp.) DAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI KECAMATAN SIEMPAT RUBE KABUPATEN PAKPAK BHARAT SKRIPSI Oleh: GILBERT F. CIBRO 070303030 DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS
Lebih terperinci