BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia."

Transkripsi

1 1 PROGRAM PENGAWASAN MELEKAT SEBAGAI IMPLEMENTASI REVOLUSI MENTAL POLRI GUNA MENCEGAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA OLEH PERSONIL POLRES SEMARANG DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMDAGRI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan masyarakat merupakan tujuan atau out comes yang ingin diraih oleh Polri dalam rangka pelaksanaan tugas pokok sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yakni memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat. 1 Kondisi riil untuk menilai keberhasilan Polri dalam melaksanakan tugas pokok tersebut antara lain ditentukan oleh kualitas moral dan profesionalisme serta persepsi masyarakat terhadap kinerja Polri. Profesionalisme merupakan tuntutan yang tidak bisa dihindari jika menginginkan kinerja yang baik. Selain itu juga tidak boleh mengesampingkan aspek moralitas personil dalam melaksanakan tugas. Profesionalisme dan moralitas yang baik dalam 1 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2 2 pelayanan masyarakat akan menghasilkan kinerja yang kreatif dan bersih dari KKN. 2 Namun dalam kenyataannya, kepercayaan masyarakat terhadap Polri senantiasa mengalami pasang surut. Penilaian positif yang dibangun sebagai komitmen menuju profesionalisme Polri, ternyata sering 'dikotori' oleh ulah oknumnya sendiri sehingga Polri sulit untuk keluar dari penilaian negatif masyarakat. Fenomena ini tampaknya menjadi siklus yang abadi dalam tubuh Polri. Menyelaraskan dengan visi, misi, dan program Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo dalam konteks sistem politik Indonesia, dengan Nawa Cita dan program revolusi mental, yang harus dijabarkan oleh setiap kementerian, lembaga, dan instansi pemerintahan, termasuk Polri. Sebagai organisasi yang berada dalam struktur pemerintahan, Polri dituntut untuk melakukan revolusi mental dalam setiap pelaksanaan tugas pokok Polri, baik dalam penegakan hukum, pemeliharaan kamtibmas, perlindungan, pengayoman, maupun pelayanan masyarakat. Fokus revolusi mental Polri telah ditegaskan oleh Kapolri, Jenderal Badrodin Haiti, pada karakter, jati diri, perilaku, moralitas, mentalitas, dan kepribadian anggota Polri yang didasari kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan sosial. Polri harus mampu mengubah mindset dan culture set organisasi secara cepat sehingga akan mampu menggerakkan revolusi mental dalam setiap kesatuan Polri, baik di tingkat Mabes, Polda, Polres, Polsek, maupun Babinkamtibmas. Paradigma polisi sipil dan community policing harus mampu dijadikan modal untuk melakukan revolusi mental Polri yang nyata, kongret, dan riil dalam tugas pokok Polri Manajemen Pemeliharaan Keamanan, ceramah Kuliah Sespimmen Polri, Lembang, hal

3 3 Revolusi mental merupakan resep yang sangat mujarab untuk mengubah mentalitas Polri. Hal itu sebenarnya sejalan dengan reformasi Polri yang digariskan melalui reformasi instrumental, struktural, dan kultural. Revolusi mental Polri sebenarnya telah dilaksanakan Polri dengan melakukan reformasi kultural Polri dengan sasaran perubahan pada mindset dan culture set anggota Polri. Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk menciptakan kepercayaan masyarakat adalah dengan mewujudkan personil Polri yang bermoral sesuai etika profesinya, dan profesional dalam pelaksanaan tugasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka salah satu caranya adalah dengan melakukan pengawasan melekat kepada seluruh anggota. Pengawasan melekat dilakukan kepada setiap anggota dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat agar senantiasa sejalan dengan aturan hukum dan etika profesi Polri, diharapkan bentuk pengawasan melekat akan mencegah sekaligus menghilangkan perilaku negatif yang masih sering dilakukan oleh anggota Polri, oleh karena itu setiap unsur pimpinan dalam tubuh Polri diharapkan agar senantiasa melakukan pengawasan melekat kepada anggota yang menjadi bawahannya secara berjenjang. Demikian pula yang harus dilakukan oleh unsur pimpinan pada satuan Polres Semarang beserta seluruh jajarannya agar melakukan pengawasan melekat secara berjenjang kepada seluruh personilnya, sehingga akan terwujud personil Polres Semarang yang bermoral dan profesional bebas dari penyalahgunaan nrkoba dalam rangka Kamdagri B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam Naskah Karya Perorangan ini adalah: Bagaimana penerapan program pengawasan melekat sebagai implementasi revolusi

4 4 mental Polri guna mencegah penyalahgunaan narkoba oleh personil Polres Semarang dalam rangka mewujudkan kamdagri dapat dilakukan C. Pokok-pokok persoalan Untuk mencari jawaban atas permasalahan tersebut di atas, maka perlu ditentukan pokok-pokok persoalan yang menyertainya. Penulis merumuskan pokok persoalan sebagai berikut: 1. Bagaimana menyiapkan dukungan sumber daya manusia pelaksana pengawasan melekat yang dimiliki Polres Semarang agar dapat melakukan pengawaan melekat kepada personil bawahannya. 2. Bagaimana menyusun sistem pengawasan melekat secara efektif guna mewujudkan personil yang bermoral, profesional dan bebas dari penyalahgunaan narkoba. D. Ruang lingkup Ruang lingkup penulisan naskah ini dibatasi pada upaya menerapkan program pengawasan melekat sebagai implementasi revolusi mental Polri guna mencegah penyalahgunaan narkoba oleh personil Polres Semarang dalam rangka mewujudkan kamdagri. E. Maksud dan tujuan 1. Maksud Naskah Karya Perorangan ini disusun dengan maksud untuk menggambarkan penerapan program pengawasan melekat sebagai implementasi revolusi mental Polri guna mencegah penyalahgunaan narkoba oleh personil Polres Semarang dalam rangka mewujudkan kamdagri. 2. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan Naskah Karya Perorangan ini adalah:

5 5 a. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti seleksi pendidikan di Sespimmen Polri Dikreg ke-56 T.A b. Sebagai sumbangan pemikiran penulis terhadap organisasi, khususnya sebagai wujud kebanggan penulis terhadap Satuan Polres Semarang agar senantiasa dapat menolong, melayani dan melindungi masyarakat dan menjadikan personil Polres Semarang sebagai sosok penegak hukum yang profesional. F. Metode dan Pendekatan 1. Metode Dalam menulis Naskah Karya Perorangan ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yakni menggambarkan dan menganalisis fenomena serta fakta-fakta yang berhubungan dengan pengawasan melekat dan segala persoalannya yang terjadi dalam fenomena adanya penyalahgunaan narkoba oleh personil Polres Semarang. 2. Pendekatan Penulisan ini menggunakan pendekatan Manajemen Strategik yakni manajemen yang memperhatikan faktor lingkungan strategi baik yang bersifat internal maupun eksternal. G. Sistematika Untuk memudahkan dalam memahami tulisan ini, maka penulis membuat sistematika yang tersusun menjadi beberapa bab yang saling berhubungan satu sama lain, sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Membahas tentang latar belakang yang mendorong penulis untuk melakukan penulisan, disertai permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan naskah ini, juga pokok-pokok persoalan, ruang lingkup,

6 6 maksud dan tujuan penulisan, metode yang digunakan serta pengertian utama yang terdapat dalam tulisan ini. BAB II LANDASAN TEORI Membahas tentang teori atau konsep yang berhubungan dengan pokok permasalahan dalam penulisan, kemudian dijadikan pisau analisa untuk mengupas kondisi faktual sehingga mendapatkan kondisi ideal dan upaya pemecahan masalah. BAB III KONDISI UPAYA PENERAPAN PROGRAM PENGAWASAN MELEKAT SEBAGAI IMPLEMENTASI REVOLUSI MENTAL POLRI GUNA MENCEGAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA OLEH PERSONIL POLRES SEMARANG DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMDAGRI SAAT INI Pada Bab ini akan dibahas tentang kondisi faktual dari sumber daya manusia pelaksana pengawasan melekat yang dimiliki Polres Semarang baik dari sisi pengetahuan, keterampilan maupun perilaku, serta sistem pengawasan melekat yang dilaksanakan saat ini oleh unsur pimpinan Polres Semarang selaku pelaksana pengawasan melekat baik pada sebelum, pada saat pelaksnaan tugas maupun pada saat di luar jam dinas. BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UPAYA PENERAPAN PROGRAM PENGAWASAN MELEKAT SEBAGAI IMPLEMENTASI REVOLUSI MENTAL POLRI GUNA MENCEGAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA OLEH PERSONIL POLRES SEMARANG DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMDAGRI Membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya permasalahan belum terselenggaranya pengawasan melekat, baik itu yang bersifat internal yakni

7 7 kekuatan dan kelemahan, maupun faktor eksternal yakni peluang dan kendala. BAB V KONDISI UPAYA PENERAPAN PROGRAM PENGAWASAN MELEKAT SEBAGAI IMPLEMENTASI REVOLUSI MENTAL POLRI GUNA MENCEGAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA OLEH PERSONIL POLRES SEMARANG DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMDAGRI YANG DIHARAPKAN Membahas tentang kondisi yang dikehendaki yang merupakan kondisi ideal dari pengawasan melekat yang mampu mewujudkan personil Polres Semarang yang bermoral dan profesional dalam rangka Kamdagri BAB VI UPAYA PENERAPAN PROGRAM PENGAWASAN MELEKAT SEBAGAI IMPLEMENTASI REVOLUSI MENTAL POLRI GUNA MENCEGAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA OLEH PERSONIL POLRES SEMARANG DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMDAGRI. merupakan pembahasan mengenai upaya-upaya dari penulis yang dirumuskan melalui langkah-langkah pemecahan masalah dan dideskripsikan dengan pendekatan manajemen strategik seperti membuat visi dan misi, menetapkan tujuan dan sasaran, menentukan strategi dan kebijakan untuk diimplementasikan dalam bentuk rencana aksi (action plan) pengawasan melekat guna mewujudkan personil Polres Semarang yang bermoral dan profesional dalam rangka Kamdagri BAB VII PENUTUP Merupakan akhir dari penulisan yang berisi kesimpulan sebagai gambaran dari keseluruhan penulisan dan rekomendasi dari penulis sebagai sumbangan pemikiran

8 8 mengenai penerapan program pengawasan melekat guna mewujudkan personil Polres Semarang yang bermoral dan profesional dalam rangka Kamdagri H. Pengertian-pengertian 1. Implementasi Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Kalau diibaratkan dengan sebuah rancangan bangunan yang dibuat oleh seorang Insinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada kertas kalkirnya maka impelemntasi yang dilakukan oleh para tukang adalah rancangan yang telah dibuat tadi dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan melenceng atau tidak sesuai dengan rancangan, apabila yang dilakukan oleh para tukang tidak sama dengan hasil rancangan akan terjadi masalah besar dengan bangunan yang telah di buat karena rancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit, sulit dan telah sempurna darisisi perancang dan rancangan itu. Maka implementasi kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalankan dengan segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah dirancang maka terjadilah kesia-sian antara rancangan dengan implementasi. Rancangan kurikulum dan impelemntasi kurikulum adalah sebuah sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam hubungannya (konsep linearitas) dalam arti impementasi

9 9 mencerminkan rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman guruserta aktor lapangan lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai intikurikulum untuk memahami perancangan kuirkulum dengan baik dan benar Pengawasan melekat Adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara preventif atau refresif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara berdaya guna sesuai dengan rencana kegiatan dan perundang-undangan yang berlaku. 4 Konsep pengawasan melekat sebagai bentuk pengawasan yang dilakukan secara terus menerus yang dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya baik pejabat struktur maupun Pembina fungsi yang bersangkutan secara preventif atau refresif agar tugas bawahannya berjalan secara berdaya guna dan sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang mendukung kelancaran dan ketetapan pelaksanaan tugas-tugas umum dan pembangunan kebijaksanaan, rencana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Revolusi Mental Revolusi mental Polri adalah perubahan mental setiap anggota Polri yang dilakukan dengan mampu merebut hati dan pikiran masyarakat sehingga masyarakat akan mendukung eksistensi Polri. Karakter anggota Polri dalam memelihara Kamtibmas dalam revolusi mental harus ditampilkan secara halus, sopan, santun, dan 3 diunduh pada tanggal 17 Desember 2016, pukul wib. 4 Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989.

10 10 simpatik di tengah masyarakat. Upaya memelihara kamtibmas harus sejauh mungkin meninggalkan budaya dan mentalitas arogan, militeristis, antagonistis, brutal, dan kasar yang justru akan menimbulkan antipati publik kepada Polri. Polri harus mampu menampilkan diri sebagai anggota yang bermental humanis dan bermoral protagonis yang diimplementasikan kepada perubahan strategi pemolisian dengan menempatkan masyarakat sebagi mitra aktif dengan pemberdayaan bentuk Pamswakarsa, siskamling, ronda keliling, poskamling, polmas, dan mekanisme deteksi dini di tengah masyarakat, termasuk kegiatan quick wins dengan cepat dan sigap mendatangi TKP harus menjadi andalan Polri sehingga masyarakat semakin percaya terhadap kerja Polri dalam menjaga kamtibmas. 4. Mewujudkan Berasal dari kata wujud yang berarti rupa dan bentuk yang dapat diraba, adanya sesuatu benda yang nyata atau tangible (bukan roh atau intangible). Kata Mewujudkan berarti kata kerja yang dalam tulisan ini diartikan sebagai berikut: 5 1) Membuat jadi berwujud (benar-benar ada), 2) Menyatakan, melaksanakan perbuatan cita-cita dan sebagainya, 3) Menerangkan (memperlihatkan dengan benda yang konkrit). 5. Personil Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia, pengertian personil sama dengan kata personel yakni pegawai, anak buah, awak. Dalam tulisan ini yang dimaksud personil adalah anggota, anak buah atau pegawai pada Satuan Polres Semarang. 6. Polres Semarang Polres Semarang bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, 5 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa, edisi keempat, Departemen Pendidikan Nasional

11 11 6 menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dan melaksanakan tugas-tugas Polri lainnya dalam daerah hukum Polres Semarang, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, dimana dalam melaksanakan tugas Polres Semarang menyelenggarakan fungsi : 6 a. pemberian pelayanan kepolisian kepada masyarakat, dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan dan pertolongan termasuk pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, dan pelayanan surat izin/keterangan, serta pelayanan pengaduan atas tindakan anggota Polri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. pelaksanaan fungsi intelijen dalam bidang keamanan guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning); c. penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik lapangan dalam rangka penegakan hukum, serta pembinaan, koordinasi, dan pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS); d. pembinaan masyarakat, yang meliputi pemberdayaan masyarakat melalui perpolisian masyarakat, pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan, terjalinnya hubungan antara Polri dengan masyarakat, koordinasi dan pengawasan kepolisian khusus; Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resort dan Kepolisian Sektor, pasal 5-6.

12 12 e. pelaksanaan fungsi Sabhara, meliputi kegiatan pengaturan, penjagaan pengawalan, patroli (Turjawali) serta pengamanan kegiatan masyarakat dan pemerintah, termasuk penindakan tindak pidana ringan (Tipiring), pengamanan unjuk rasa dan pengendalian massa, serta pengamanan objek vital, pariwisata dan Very Important Person (VIP); f. pelaksanaan fungsi lalu lintas, meliputi kegiatan Turjawali lalu lintas, termasuk penindakan pelanggaran dan penyidikan kecelakaan lalu lintas serta registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dalam rangka penegakan hukum dan pembinaan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas; g. pelaksanaan fungsi kepolisian perairan, meliputi kegiatan patroli perairan, penanganan pertama terhadap tindak pidana perairan, pencarian dan penyelamatan kecelakaan di wilayah perairan, pembinaan masyarakat perairan dalam rangka pencegahan kejahatan, dan pemeliharaan keamanan di wilayah perairan; dan 7. Bermoral Pengertian Bermoral menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mempunyai pertimbangan baik buruk, berakhlak baik, sesuai adat sopan santun dan sebagainya. 7 Dalam tulisan ini, penulis mengartikan bermoral adalah sesuai dengan norma hukum yang berlaku dalam masyarakat dan etika profesi Polri. 8. Profesional Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian profesional adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. 8 Maka penulis 7 8 Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

13 13 mengartikan profesional dalam tulisan ini adalah bekerja sesuai dengan tuntutan tugas kepolisian yang berdasarkan kepada aturan hukum dan perundang-undangan. 9. Kepercayaan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata kepercayaan adalah anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata. 9 Maka dalam tulisan ini yang dimaksud kepercayaan adalah keyakinan bahwa Polri telah melaksanakan tugas pokok dengan sebaik-baiknya. 10. Keamanan dalam negeri ( Kamdagri) Dalam memelihara kamdagri, Polri harus mampu menerapkan revolusi mental dalam setiap anggota Polri yang bertugas menjaga kamtibmas di tengah masyarakat, Polri harus mampu hadir di tengah masyarakat untuk menciptakan keamanan, kenyamanan, dan ketenangan dalam setiap aktivitas kehidupan masyarakat. Apabila masyarakat telah merasakan kehadiran Polri di tengah masyarakat, revolusi mental Polri di bidang pemeliharaan kamdagri bisa dikatakan telah berhasil. 11. Masyarakat Pengertian masyarakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. 10 Untuk itu penulis mengartikan masyarakat adalah seluruh warga Negara Indonesia Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

14 14

15 15 BAB II LANDASAN TEORI Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teori adalah pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan atas suatu kejadian. Teori adalah alat yang terpenting dari suatu ilmu pengetahuan. Menurut Kerlinger (1973) teori didefinisikan sebagai seperangkat konstruktur (konsep), definisi dan proposisi yang menyajikan gejala (fenomena) secara sistematis, merinci hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan meramalkan dan menerangkan gejala tersebut. (Consuelo G. Sevilla, dkk, 1993:30). Selanjutnya Drs. Mardalis (1989) mengatakan bahwa: Kerangka teoritis adalah untuk memberikan gambaran atau suatu batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang dilakukan, adalah teori mengenai variabel-variabel permasalahan yang akan diteliti (Mardalis, 1989: 18). Penulis berpendapat bahwa untuk membahas permasalahan dalam penulisan ini, harus berdasarkan arti dari pengertian teori seperti yang diuraikan di atas, maka penulis menggunakan teori dan konsep di bawah ini sebagai pisau analisa untuk dipergunakan dalam mengupas fakta yang ditemukan sehingga diperoleh suatu kondisi ideal yang diharapkan sebagai jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi. Adapun teori dan konsep yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: A. Konsep Pengawasan Melekat Pengawasan melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara preventif atau refresif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara berdaya guna sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1989 Tentang Pengawasan Melekat.

16 16 Dalam institusi Polri, terdapat fungsi pengawasan umum yang dilaksanakan untuk menjamin terselenggaranya tugas Polri secara efektif, ekonomis dan efisien serta jauh dari penyimpangan-penyimpangan. Fungsi pengawasan umum tersebut salah satunya dilaksanakan melalui pola pengawasan melekat. Sasaran pengawasan melekat adalah: 1. Meningkatkan disiplin serta prestasi kerja dan pencapaian sasaran pelaksanaan tugas. 2. Menekan sekecil mungkin penyalahgunaan wewenang. 3. Menekan sekecil mungkin kebocoran serta pemborosan keuangan Negara dan segala bentuk pungutan liar. 4. Mempercepat penyelesaian perizinan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. 5. Mempercepat pengurusan kepegawaian sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Cara melakukan pengawasan melekat adalah: 1. Menciptakan sarana dan sistem kerja berdasarkan kewenangan yang dimiliki sehingga pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan rencana atau ketentuan yang berlaku. 2. Memantau, mengamati dan memeriksa pelaksanaan tugas agar berjalan sesuai rencana dan ketentuan yang berlaku agar berdaya guna dan berhasil guna. 3. Mengidentifikasi dan menganalisa gejala-gejala dan penyimpangan serta kesalahan yang terjadi guna menentukan sebab dan akibat serta cara mengatasinya. 4. Merumuskan tindak lanjut dan mengambil langkah-langkah yang tepat sesuai dengan kewenangan dengan memperhatikan kewenangan pejabat/instansi yang terkait. 5. Menjalin kerja sama dengan aparat pengawasan fungsional dan lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pengawasan melekat.

17 17 6. Meminta laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas bawahannya. 7. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahannya. 8. Membina bawahannya agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Dalam penulisan ini, konsep pengawasan melekat digunakan untuk menganalisa bagaimana sistem pengawasan melekat yang selama ini dilakukan oleh unsur pimpinan Polres Semarang, apakah sudah sesuai dengan konsep pengawasan melakat, sehingga diperoleh solusi untuk menerapkan pengawasan melekat guna mewujudkan personil Polres Semarang yang bermoral dan profesional dalam rangka Kamdagri Kelemahan kita (Polri) adalah pada pengawasan. Anggota yang tugas di lapangan harus ada pengawasan. Pengawasan tidak boleh terlalu longgar sehingga mengakibatkan banyak toleransi, hendaknya tugas anggota di lapangan dicek, memberdayakan pengawas eksternal/masyarakat dan meminta masukan dari masyarakat. Hendaknya pimpinan Satker melakukan pengecekan, sehingga dapat mengetahui keluhan dan masalah yang dihadapi masyarakat. Setiap pelanggaran yang dilakukan harus ditindak tegas, dikaji sebabnya apa. Pelanggaran disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain disebabkan lemahnya pengawasan, moral personel yang bersangkutan sendiri, sehingga jika ada pelanggaran oleh personel, maka atasannya juga harus ditegur, jangan dibiarkan, diberikan treatment khusus terhadap anggota yang sering lakukan pelanggaran serta pemantauan dan pengawasan setelah dilakukan treatment diunduh pada tanggal 15 Desember 2016, pukul wib.

18 18 B. Teori Analisis Swot Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan Kekuatan (Strength) dan Peluang (Oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan Kelemahan (Weakness) dan Ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. 13 Setiap organisasi tidak bisa terlepas dari keempat faktor tersebut. Kekuatan dan kelemahan merupakan dimensi internal organisasi yang harus dikenali secara akurat sehingga kekuatan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk menghadapi tantangan maupun untuk memanfaatkan peluang yang ada. Kelemahan yang ada pada organisasi harus kita kelola agar tidak mengganggu atau bahkan menggagalkan rencana pencapaian tujuan organisasi. Analisis ini akan digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan pengawasan melekat yang dilakukan unsur pimpinan Polres Semarang guna mewujudkan personil Polres Semarang yang bermoral dan profesional dalam rangka Kamdagri C. Teori Broken Window Teori Jendela Pecah (Broken Windows) digagas oleh kriminolog James Q. Wilson dan George Kelling. Wilson dan Kelling berpendapat bahwa kriminalitas merupakan akibat tak terelakkan dari ketidakteraturan. Jika sebuah jendela rumah pecah dan dibiarkan saja, siapapun yang lewat 13 Freddy Rangkuti Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

19 19 cenderung menyimpulkan pastilah di situ tidak ada yang peduli atau bahwa rumah itu tidak berpenghuni. Dalam waktu singkat akan ada lagi jendelanya yang pecah, dan belakangan berkembang anarki yang menyebar ke sekitar tempat itu. Di sebuah kota, awal yang remeh seperti coret-coret, ketidakteraturan, dan pemalakan, kata kriminolog itu, semua setara dengan jendela pecah, yaitu ajakan untuk berbuat kejahatan lebih serius. 14 Teori "broken windows" sangat relevan dalam kehidupan kita sehari-hari. Coba perhatikan seisi rumah Anda. Adakah keran air yang bocor tapi belum diperbaiki, adakah lampu yang mati tapi belum diganti, adakah atap yang bocor belum diperbaiki, adakah selokan yang mampet belum dibersihkan? Menurut teori "broken windows", maka kerusakan kecil seperti itu harus segera diperbaiki, karena dapat mendorong kerusakan yang lebih besar yang ujung-ujungnya akan memakan biaya yang lebih besar. Seringkali rantai kerusakannya di luar dugaan kita. Misalnya, kebocoran keran air ternyata memicu kerusakan pompa air, kerusakan pompa air memicu hubungan pendek dan listrik mati, listrik mati mendadak memicu rusaknya kulkas dan sebagainya. Demikian juga dalam organisasi Polri, teori ini juga sangat cocok untuk diterapkan terutama dalam hal pengawasan anggota. Jangan pernah membiarkan kesalahan sekecil apapun, karena jika sebuah kesalahan kecil dibiarkan, maka si pelaku merasa bahwa perbuatannya itu benar dan akan mendorong orang lain untuk berbuat kesalahan yang sama, dan pada akhirnya kesalahan tersebut menjadi kesalahan bersama. Lama kelamaan akan muncul kesalahan atau pelanggaran yang lebih besar lagi. Dalam tulisan ini, teori Broken Windows akan digunakan untuk menganalisa dan meyakinkan bahwa pengawasan melekat sangat dibutuhkan oleh organisasi, karena dengan pengawasan melakat ini, sekecil apapun 14 http//fauzirachmanto.blogspot.com/2008/01/sebatang-paku.html diunduh tanggal 02 Desember 2015

20 20 kesalahan, pelanggaran ataupun ketidakteraturan akan segara diketahui dan diharapkan segera diperbaiki agar tidak menjadi sesuatu yang besar. Untuk itu agar seluruh unsur pimpinan Polres Semarang memahami arti pentingnya pengawasan melekat, sehingga bisa segera memperbaiki kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh anggota bawahannya, sehingga tidak memancing munculnya kesalahan lain bahkan yang lebih besar lagi yang pada akhirnya dapat menurunkan bahkan menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri. D. Teori Manajemen Stratejik Manajemen adalah sebuah sistem, struktur sistem merupakan komponen-komponen yang berkaitan satu dengan lainnya yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem dan merupakan tahap-tahap yang harus dilalui untuk mewujudkan tujuannya. Proses sistem manajemen terdiri dari enam tahap: sistem perumusan strategi, sistem penyusunan rencana strategik, sistem penyusunan program, sistem penyusunan anggaran, sistem implementasi, dan sistem pemantauan. Sebuah lembaga, baik itu pemerintah maupun swasta, dalam melaksanakan tujuan organisasinya memerlukan sistem manajemen yang mampu memotivasi personel dalam menempuh langkah-langkah strategik dalam usaha untuk melipatgandakan kinerja lembaga. Manajemen strategik merupakan sistem manajemen yang menjanjikan dihasilkannya langkahlangkah strategik dalam membangun masa depan lembaga. Manajemen strategik adalah suatu proses yang digunakan oleh pihak yang terlibat dalam lembaga untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi dalam penyediaan value terbaik untuk mewujudkan visi organisasi. Pada dasarnya manajemen strategik adalah suatu upaya manajemen untuk membangun masa depan organisasi. Dari definisi manajemen strategik tersebut ada empat hal penting yang menjadi kunci yakni : 1. Manajemen strategik merupakan suatu proses.

21 21 2. Proses digunakan untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi. 3. Strategi digunakan untuk menyediakan value terbaik guna mewujudkan visi organisasi. 4. Pimpinan dan anggota di dalam lembaga adalah pelaku manajemen strategik. Manajemen strategik merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses, manajemen strategik terdiri dari rangkaian langkah yang melibatkan banyak orang dalam organisasi, mulai dari manajemen puncak sampai dengan bawahan. Manajemen strategik merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus sepanjang perjalanan organisasi dalam mewujudkan visinya. Manajemen strategik menghasilkan suatu peta perjalanan kegiatan yang senantiasa memerlukan pemutakhiran (up dating) sesuai dengan perubahan lingkungan yang dihadapi oleh organisasi. Berdasarkan peta perjalanan inilah, pengelolaan organisasi lembaga dilaksanakan, sehingga keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh seberapa akurat peta perjalanan tersebut mencerminkan teritorial yang digambarkan dalam peta. Beberapa alasan berikut ini menjadi dasar mengapa manajemen Polri sekarang memadukan sistem untuk melaksanakan manajemen strategik: pertama; untuk menghadapi perkembangan lingkungan yang kompleks, kedua; perencanaan dan implementasi rencana memerlukan konsensus, dan yang ketiga; guna mengantisipasi keluaran suatu organisasi bersifat maya dan tidak terstruktur. Teori Manajemen strategik ini akan digunakan untuk menganalisa manajemen pengawasan yang dilaksanakan saat ini, sehingga diperoleh upaya untuk pengawasan melekat dengan menggunakan tahapan manajeman strategik dari mulai penentuan Visi, Misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan

22 22 sampai dengan action plan pengawasan melekat guna mewujudkan personil Polres Semarang yang bermoral dan profesional.

23 23 BAB III KONDISI UPAYA PENERAPAN PROGRAM PENGAWASAN MELEKAT SEBAGAI IMPLEMENTASI REVOLUSI MENTAL POLRI GUNA MENCEGAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA OLEH PERSONIL POLRES SEMARANG DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMDAGRI SAAT INI Pada Bab ini akan dibahas tentang kondisi pengawasan melekat yang dilakukan oleh unsur pimpinan Polres Semarang saat ini, yang didukung oleh data-data sumber daya manusia pelaksana pengawasan melekat yang dimiliki Polres Semarang dan bagaimana sistem pengawasan melekat yang dilaksanakan oleh unsur pimpinan Polres Semarang saat ini. Dengan melihat kondisi pengawasan melekat saat ini, bisa tergambarkan mengapa pengawasan melekat di jajaran Polres Semarang belum efektif sehingga masih terdapat penyalahgunaan narkoba di internal Polres Semarang, perlu dibuat sebuah rancagan sistem pengawasan melekat guna mewujudkan personil Polres Semarang yang bermoral dan profesional terbebas dari penyalahgunaan narkoba dalam rangka terciptanya kepercayaan masyarakat, untuk memudahkan dalam memahami kondisi tersebut, di bawah ini akan diuraikan secara detail satu persatu. A. Sumber daya manusia pelaksana pengawasan melekat yang dimiliki Polres Semarang saat ini Secara struktural pelaksana pengawasan terhadap internal Polres Semarang adalah dilaksanakan oleh Sipropam sebagaimana dimaksud dalam Perkap Nomor 23 Thaun 2010, Pasal 9 huruf e, sebagai unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolres. Sipropam Polres Semarang bertugas melaksanakan pembinaan dan pemeliharaan disiplin, pengamanan internal, pelayanan pengaduan masyarakat yang diduga dilakukan oleh anggota Polri dan/atau PNS Polri,

24 24 melaksanakan sidang disiplin dan/atau kode etik profesi Polri, serta rehabilitasi personel, dalam melaksanakan tugas Sipropam Polres Semarang menyelenggarakan fungsi: a. pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan tindakan personel Polres Semarang; b. penegakan disiplin, ketertiban dan pengamanan internal personel Polres Semarang; c. pelaksanaan sidang disiplin dan/atau kode etik profesi serta pemuliaan profesi personel Polres Semarang; d. pengawasan dan penilaian terhadap personel Polres Semarang yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan/atau kode etik profesi; dan e. penerbitan rehabilitasi personel Polres Semarang yang telah melaksanakan hukuman dan yang tidak terbukti melakukan pelanggaran disiplin dan/atau kode etik profesi; Sipropam Polres Semarang dipimpin oleh Kasipropam yang bertanggung jawab kepada Kapolres Semarang dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres Semarang, Sipropam Polres Semarang dalam melaksanakan tugas dibantu oleh: a. Unit Provos, yang bertugas melakukan pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan tindakan personel Polri, penegakan disiplin dan ketertiban personel Polres, pelaksanaan sidang disiplin dan/atau kode etik profesi, serta pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap personel Polres yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan/atau kode etik profesi; dan b. Unit Pengamanan Internal (Unitpaminal), yang bertugas melakukan pengamanan internal dalam rangka penegakan disiplin dan

25 25 1. Secara kuantitas pemuliaan profesi, penyiapan proses dan keputusan rehabilitasi personel Polres yang telah melaksanakan hukuman dan yang tidak terbukti melakukan pelanggaran disiplin dan/atau kode etik profesi. a. Kekuatan personel Polri : per 31 Desember 2014 NO. PANGKAT POLRI DSP RIIL KET Kombes Pol - 2. AKBP Kompol AKP Inspektur Ba/Ta Jumlah b. Personel PNS : per 31 Desember 2014 NO. PANGKAT POLRI DSP RIIL KET Golongan IV Golongan III Golongan II Golongan I Capeg - - Jumlah c. Kekuatan personel Polri : per November 2015 DATA REKAPITULASI JUMLAH PERSONEL POLRI BULAN : NOPEMBER 2015 LAMPIRAN 12 DSP RIIL NO FUNGSI AKBP KOMPOL AKP IPTU IPDA AIPTU AIPDA BRIPKA BRIG BRIPTU BRIPDA JML KET AKBP KP AKP IP BA JML P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W 1 MAPOLRES POLSEK UNGARAN POLSEK BAWEN POLSEK BERGAS POLSEK AMBARAWA POLSEK BANDUNGAN POLSEK JAMBU POLSEK TUNTANG POLSEK BRINGIN POLSEK BANYUBIRU POLSEK SUMOWONO POLSEK GETASAN POLSEK SURUH POLSEK TENGARAN POLSEK SUSUKAN POLSEK PABELAN POLSEK KALIWUNGU JUMLAH

26 26 d. Personel PNS : per November 2015 DATA REKAPITULASI PNS POLRI BULAN : NOPEMBER 2015 LAMPIRAN 13 DSP RIIL NO KESATUAN III D III C III B III A II D II C II B II A I D I C I B I A JML KET IV III II/I JML P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W 1 MAPOLRES POLSEKTA UNGARAN POLSEK BERGAS POLSEK BAWEN POLSEK AMBARAWA POLSEK BANYUBIRU POLSEK JAMBU POLSEK SUMOWONO POLSEK TUNTANG POLSEK BRINGIN POLSEK SURUH POLSEK SUSUKAN POLSEK TENGARAN POLSEK GETASAN POLSEK PABELAN 16 POLSEK BANDUNGAN POLSEK KALIWUNGU JUMLAH e. Jumlah pelaksana pengawasan melekat per November 2015 DATA REKAPITULASI PERSONEL POLRI SESUAI UNIT ORGANISASI PADA TINGKAT POLRES BULAN : NOPEMBER 2015 LAMPIRAN 17 DSP RIIL NO FUNGSI AKBP KOMPOL AKP IPTU IPDA AIPTU AIPDA BRIPKA BRIG BRIPTU BRIPDA JML KET AKBP KP AKP IP BA JML P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W 1 PIMPINAN BAG OPS BAG SUMDA BAG REN SIUM SIKEU SIPROPAM SIWAS SPKT SAT INTELKAM SAT RESKRIM SAT RES NARKOBA SAT BINMAS SAT SABHARA SAT LANTAS SAT TAHTI SITIPOL PA DAN BA POLRES JUMLAH

27 27 DATA REKAPITULASI PNS POLRI SESUAI UNIT ORGANISASI PADA TINGKAT POLRES BULAN : NOPEMBER 2015 LAMPIRAN 18 DSP RIIL NO FUNGSI III D III C III B III A II D II C II B II A I D I C I B I A JML KET IV III II/I JML P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W 1 PIMPINAN 2 BAG OPS BAG REN BAG SUMDA SIWAS SIPROPAM SIKEU SIUM SPKT 10 SAT INTELKAM SAT RESKRIM SAT RESNARKOBA SAT BINMAS SAT SABHARA SAT LANTAS SAT TAHTI 17 SITIPOL JUMLAH Secara kualitas Secara kualitas, sumber daya manusia pelaksana pengawasan melekat yang dimiliki Polres Semarang saat ini bisa ditinjau dari sisi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan perilaku (attitude). Di bawah ini akan dijelaskan kualitas sumber daya manusia pelaksana pengawasan melekat yang dimiliki oleh Polres Semarang, sebagai berikut: a. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan bisa diperoleh seseorang melalui sekolah atau pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan khusus. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seorang pimpinan dalam melakukan tugasnya. Oleh sebab itu, kita dapat mengetahui kualitas unsur pimpinan pelaksana pengawasan melekat yang dimiliki Polres Semarang melalui tingkat pendidikannya, baik pendidikan umum, pendidikan dasar kepolisian maupun pendidikan lanjutan atau kejuruan, seperti data di bawah ini:

28 28 1) Kualifikasi pendidikan umum : Oktober 2015 NO. PANGKAT JUMLAH JENIS PENDIDIKAN S2 S1 D3 SLTA SLTP SD 1. AKBP KOMPOL AKP INSPEKTUR BRIGADIR JUMLAH K E T 2) Kualifikasi pendidikan pembentukan :per 31 Desember 2014 NO. GOLONGAN JUMLAH AKPOL SIPS SEBA SETA KET. PANGKAT 1. PAMEN PAMA BINTARA JUMLAH Kualifikasi pendidikan pengembangan : per 31 Desember 2014 NO. GOLONGAN JML SES- PIM PTIK/ SESPIMMA SIP SAG PANGKAT STIK 1. PAMEN PAMA BINTARA JUMLAH ) Kualifikasi pendidikan spesialis : per 31 Desember 2014 NO. KEJURUAN JUMLAH POLRI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PAMEN PAMA BA GOL GOL GOL GOL IV III II I KET LANTAS RESERSE INTEL SABHARA BINMAS SDM SARPRAS GARKU PERENCANAAN LAIN-LAIN JUMLAH ) Kualifikasi pendidikan Pegawai Negeri Sipil : per 31 Desember 2014 NO. GOLONGAN PANGKAT JUMLAH KET. 1. PNS GOLONGAN IV 2. PNS GOLONGAN III S1 : 5, D3 : 2 SMA : PNS GOLONGAN II S1 : 1, SMA : 11 SMP : 1, SD : 2 4. PNS GOLONGAN I SLTP : 1 JUMLAH 36

29 29 Dari tabel data pendidikan para pelaksana pengawasan melakat yang dimiliki Polres Semarang di atas, terlihat bahwa pendidikan umum dari para pelaksana pengawasan melekat sebagian besar adalah SMU, oleh sebab itu tidak mengherankan jika pengetahuan para pelaksana pengawasan melekat pun hanya rata-rata saja dan sama dengan anggota lainnya. Demikian halnya dengan pendidikan kepolisian dari para pelaksana pengawasan melekat, sebagian besar adalah golongan brigadir berasal dari pendidikan Bintara (SPN) dan yang perwira pun sebagian besar bersumber dari pendidikan reguler. Tidak jauh berbeda halnya dengan pendidikan kejuruan dari pelaksana pengawasan melekat yang dimiliki Polres Semarang, sebagian besar belum mengikuti pendidkan lanjutan. b. Kemampuan (skill) Kemampuan pengawasan melekat yang dimiliki oleh para pelaksana waskat saat ini dirasa masih sangat kurang. Para unsur pimpinan pelaksana waskat belum memiliki kemampuan mengenai teknik pengawasan yang efektif dalam hal mencari informasi tentang perilaku anggota, apa saja pelanggaran yang dilakukan anggota, dan bagaimana cara mengantisipasi agar anggota tidak melakukan pelanggaran. Selain itu juga belum memiliki kemampuan untuk melakukan pembinaan atau perbaikan perilaku anggota yang sifatnya mendidik, bagaimana memberikan reward and punishment yang benar dan juga dalam hal memberikan motivasi kepada anggota agar melakukan tugas dengan baik dan benar. Para petugas waskat belum memiliki konsep yang jelas tentang bagaimana cara melakukan pengawasan melekat yangefektif.

30 30

31 31 c. Perilaku (attitude) Para unsur pimpinan pengemban fungsi waskat belum memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi atas kewajibannya untuk melakukan pengawasan melekat terhadap anggotanya. Pimpinan seolah lupa akan tugasnya, dan cenderung menganggap remeh masalah waskat. Mereka seakan dibuat sibuk oleh tugas lain padahal sebagaimana kita ketahui bahwa tugas pokok Polres Semarang adalah menyiapkan personilnya untuk melaksanakan tugas pemolisian sebagaimana yang dimaksud dalam UU No 2 tahun 2002 tentang Polri. Para pimpinan seharusnya melakukan waskat dalam setiap kegiatan anggota. Sikap kurang peduli dari para pimpinan dalam hal waskat inilah yang menyebabkan moral anggota menurun, disiplin menjadi hilang, kesiapan fisik kurang dan latihan kemampuan lapangan juga kurang efektif sehingga berpengaruh terhadap pelaksanaan tugastugas di lapangan yang menjadi tidak profesional. Para pelaksana pengawasan melekat belum memahami dan melaksanakan Kode Etik Profesi Polri sehingga sikap dan perilaku pengawas pun belum mencerminkan sebagai personil Polri yang sesuai dengan etika profesi. B. Sistem pengawasan melekat yang dilaksanakan oleh unsur pimpinan Polres Semarang saat ini 1. Sistem pengawasan melekat saat ini Unsur pimpinan jajaran Polres Semarang senantiasa berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja anggotanya, baik dalam apel kesiapan sebelum melaksanakan tugas, pada saat pelaksanaan tugas maupun di luar dinas atau dalam kehidupan seharihari. Seluruh kegiatan pengawasan melekat tersebut merupakan sebuah sistem yang tidak bisa dipisahkan karena satu sama lain saling berkaitan.

32 32 Berikut ini akan diuraikan masing-masing tahapan pelaksanaan pengawasan melekat, sebagai berikut: a. Pengawasan pada saat apel pagi; pelaksanaan pengawasan pada saat apel pagi dilakukan dengan cara: 1) Seluruh personil diwajibkan hadir 15 (lima belas) menit sebelum apel pagi dimulai pada pukul WIB, namun sering ditemukan banyak personil yang terlambat dengan berbagai alasan: seperti rumah yang jauh atau mengantar anak sekolah dan sebagainya. 2) Tidak konsisten bagi setiap anggota melaksanakan kewajiban untuk menandatangani daftar hadir yang telah disiapkan untuk masing-masing unit. 3) Tidak konsisten melaksanakan proses pemeriksaan berupa kewajiban masing-masing Panit mengecek kelengkapan dan kerapian anggotanya serta melaporkan kepada Kanit dan sikap tidak peduli para Kanit melakukan pemeriksaan kesiapan dan sikap korek anggotanya serta melaporkan kepada Kasat. 4) Anggota dibiarkan bertugas tanpa didahului briefing / APP yang jelas, maupun persiapan operasi tanpa dipimpin oleh Perwira penanggung jawab/ pengendali. 5) Untuk tingkat Polres, para Kasat sering abai menugaskan minimal satu perwira sebagai Pa Piket fungsi dalam melakukan tugas kepolisian sehari-hari khususnya saat diluar jam dinas. b. Pengawasan pada saat pelaksanaan tugas; pelaksanaan pengawasan melekat pada saat pelaksanaan tugas dilakukan dengan cara: 1) Setelah selesai apel pagi / kegiatan personil langsung bubar masing-masing tanpa adanya briefing atau APP

33 33 lebih lanjut dari masing-masing Perwira penanggung jawab kegiatan. 2) Dalam pelaksanaan kegiatan kepolisian, anggota terlihat kurang bersemangat. Tidak ada upaya pembinaan fisik yang memadai bagi personil, sehingga banyak personil yang kelebihan berat badan (overweight) dan terlihat loyo. 3) Kurangnya kemampuan Para Perwira satuan untuk memberikan materi APP secara sistematis dan menarik kepada anggotanya. 4) Para Perwira Satuan kurang menguasai tugas dan kurang ahli dalam memberikan perintah atau petunjuk kepada jajaranya sehingga kerap menjadi bahan lelucon bawahan karena dianggap tidak kompeten. 5) Unsur Staff dan pelayanan kurang menyadari tugasnya untuk memberikan pelayanan administrasi bagi seluruh personil, sehingga terkesan dipersulit, lambat dan membuat personil kecewa terhadap pekerjaan staf. c. Pengawasan di luar jam dinas; pelaksanaan pengawasan melekat pada saat di luar jam dinas dilakukan dengan cara: 1) Kerap lalai setelah selesai kegiatan jam dinas, dilakukan apel siang / apel konsolidasi akhir kegiatan dan diberikan penekanan untuk mengecek kembali ruangan dan meninggalkan kantor dengan tertib dan mematikan seluruh aliran listrik yang tidak digunakan. 2) Para unsur pimpinan jarang menekankan agar seluruh anggota tidak melakukan pelanggaran atau tindakan yang dapat merugikan diri sendiri dan mencoreng kesatuan.

34 34 3) Tidak adanya pengawsan secara struktural terhadap anggota yang memiliki kegiatan pribadi di luar jam dinas dengan alasan untuk mencari tambahan penghasilan. 4) Pelaksanaan apel malam khusus hanya untuk personil Brigadir remaja dan yang terlibat siaga atau on call pada pukul WIB. 5) Belum ada tindakan tegas ketika menemukan ada anggota yang mendatangi tempat hiburan malam. 6) Tidak dilakukan pengecekan atau pengawasan kepada para personil oleh unsur pimpinan sebagai pengawas pada saat di luar jam dinas, apalagi terhadap personil yang tinggalnya jauh di luar kesatrian. 7) Tidak ada kegiatan olahraga bersama secara terkordinir di luar jam dinas sebagai sarana untuk mengawasi personil agar tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu. 8) Tidak rutin melaksanakan kegiatan agama sebagai sarana pembinaan rohani dan mental personil secara terprogram di luar jam dinas, padahal sarana ibadah khususnya bagi personil yang muslim sudah memadai. 2. Beberapa tindakan pelanggaran personil akibat belum terselengaranya program pengawasan melekat saat ini Kinerja anggota Polres Semarang dalam menyelenggarakan tugasnya ambivalent dan kompleks, di satu sisi harus melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat, tetapi di sisi lain harus bertindak tegas dan menegakkan aturan hukum. Personil Polres Semarang dalam melaksanakan tugasnya juga memiliki kewenangan yang besar seperti upaya paksa, melakukan kontrol sosial maupun melaksanakan tindakan tegas atau menggunakan kekuatan bahkan menggunakan senjata, dengan tujuan untuk mewujudkan dan memelihara

35 35 Kamtibmas dan tentu saja untuk mengangkat harkat dan martabat manusia yaitu meningkatnya kualitas hidup masyarakat. Pada pelaksanaan tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari, terdapat anggota Polres Semarang yang masih melakukan pelanggaran terhadap peraturan disiplin maupun Kode Etik profesi Polri, seperti terlihat pada laporan dari Unit Provos selama dua tahun terakhir yang tertera di bawah ini. Dengan melihat kondisi sumber daya manusia pengawasan melekat yang dimiliki Polres Semarang saat ini baik dari sisi pengetahuan, keterampilan, maupun perilaku dan sistem pengawasan melekat yang diterapkan oleh unsur pimpinan selaku pelaksana pengawasan melekat, baik pada saat apel pagi, pada saat pelaksanaan tugas ditambah dengan pada saat di luar jam dinas. Fakta masih trend adanya peningkatan pelanggaran khususnya penyalahgunaan narkoba ( tanda kuning ) yang dilakukan oleh personil Polres Semarang saat ini, terlihat jelas bahwa perlunya penerapan dan pelaksanaan program pengawasan melekat guna mewujudkan personil Polres Semarang yang bermoral dan profesional dalam rangka Kamdagri

36 36

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN Jalan Imam Bonjol 37 Pariaman 25519 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN Pariaman, 02 Januari 2012 2 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RESOR PANGKALPINANG STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING I. PENDAHULUAN 1. UMUM a. Polri sebagai aparat negara yang bertugas

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA T ENT ANG TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING) DI W ILAYAH HUKUM POL R E S

Lebih terperinci

RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. 2016

RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Latihan adalah merupakan salah satu upaya

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA RENSTRA POLRES SIDOARJO TAHUN (PERUBAHAN)

INDIKATOR KINERJA UTAMA RENSTRA POLRES SIDOARJO TAHUN (PERUBAHAN) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR RESORT SIDOARJO INDIKATOR KINERJA UTAMA RENSTRA POLRES SIDOARJO TAHUN 2015-2019 (PERUBAHAN) 1 Terpenuhinya Alpalkam / Almatsus dan kapor Polri guna

Lebih terperinci

ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keamanan dalam negeri

Lebih terperinci

SOSIALISASI. Perkap Nomor 3 Tahun 2016 MADIUN, 10 NOPEMBER 2016

SOSIALISASI. Perkap Nomor 3 Tahun 2016 MADIUN, 10 NOPEMBER 2016 SOSIALISASI Perkap Nomor 3 Tahun 2016 MADIUN, 10 NOPEMBER 2016 Latar Belakang Perkap Nomor 3 Tahun 2016 Sesuai Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI I. D A S

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No. 1811, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Pengamanan Internal. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMANAN INTERNAL DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUMTENTANG LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Polsek Tampan kota Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUMTENTANG LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Polsek Tampan kota Pekanbaru BAB II GAMBARAN UMUMTENTANG LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Polsek Tampan kota Pekanbaru Polsek Tampan berdiri pada tahun 1998 bertepatan di Jl. HR. Subrantas Kota Pekanbaru. Diresmikan oleh Kapolri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri.

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) memiliki peranan yang penting dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri. Berdasarkan TAP MPR RI

Lebih terperinci

MOTIVASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERSONEL POLRI DI POLRES TANGGAMUS

MOTIVASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERSONEL POLRI DI POLRES TANGGAMUS MOTIVASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERSONEL POLRI DI POLRES TANGGAMUS BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah merupakan salah satu bentuk organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LKIP Biro Rena Polda NTB PENDAHULUAN

LKIP Biro Rena Polda NTB PENDAHULUAN BAB PENDAHULUAN I A. Umum Bahwa sebagai pertanggung jawaban Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menggunakan anggaran dan pendapatan belanja negara dalam rangka pelaksanaan fungsi, peran dan tugasnya,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA KOMISI III DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA 2015 [1] RANCANGAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH BENGKULU BIDANG PROFESI DAN PENGAMANAN STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA Bengkulu, September 2014

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Tentang SISTEM PELAYANAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN POLRES PARIAMAN I. PENDAHULUAN 1. Umum Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan lembaga yang menjalankan tugas kepolisian sebagai profesi, maka membawa konsekuensi adanya kode etik profesi maupun

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN MARET DIBANDING BULAN FEBRUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN MARET DIBANDING BULAN FEBRUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN MARET DIBANDING BULAN FEBRUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG MUTASI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG MUTASI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG MUTASI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 28-1997 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan:

1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan: LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1 TAHUN 1989 TANGGAL : 20 MARET 1989 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT I. UMUM 1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan: a. Pengawasan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa dalam rangka upaya meningkatkan dayaguna dan hasilguna

Lebih terperinci

INISIATIF BAGIAN PERENCANAAN TAHUN 2016 SOP BAGIAN PERENCANAAN POLRES SUMBAWA 1

INISIATIF BAGIAN PERENCANAAN TAHUN 2016 SOP BAGIAN PERENCANAAN POLRES SUMBAWA 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA DATASOP INISIATIF BAGIAN PERENCANAAN TAHUN 2016 NO JENIS TAHUN TENTANG JUMLAH KET 1 2 3 4 5 6 1 SOP YANG DIBUAT OLEH KABAG

Lebih terperinci

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa besar yang bersifat majemuk dan heterogen, yaitu terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang tersebar mulai

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang a. Bahwa institusi

Lebih terperinci

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN: IMPLEMENTASI SISTEM KEAMANAN SWAKARSA (STUDI PATROLI KEAMANAN POLISI) DI KECAMANTAN KATINGAN HILIR, KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Oleh Santi Bahar Ising dan Indra Chusin Program Studi Administrasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan informasi dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) BAGIAN PERENCANAAN POLRES MATARAM

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) BAGIAN PERENCANAAN POLRES MATARAM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM 1. Latar belakang STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) BAGIAN PERENCANAAN POLRES MATARAM BAB I PENDAHULUAN a. Bahwa Institusi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI

Lebih terperinci

7. PENUTUP Kesimpulan

7. PENUTUP Kesimpulan 7. PENUTUP 7.1. Kesimpulan Tulisan ini ingin menunjukan bahwa keberadaan kelompok preman yang dipimpin oleh MT memiliki daerah kekuasaan di PD. Pasar Jaya Pasar Minggu dan sekitarnya, bahkan hampir seluruh

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN KEGIATAN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENANGANAN COMPLAIN DARI MASYARAKAT DI LINGKUNGAN POLRES LOMBOK TIMUR I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HSL RPT TGL 5 MART 09 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran Kepolisian tidak dapat dipisahkan dari supra sistem yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang membahas tantang kepolisian dapat disimpulkan

Lebih terperinci

RENCANA PELATIHAN FUNGSI JAJARAN POLRES SAMBAS

RENCANA PELATIHAN FUNGSI JAJARAN POLRES SAMBAS 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTAN BARAT RESORT SAMBAS Jalan Kartiasa 16, Sambas RENCANA PELATIHAN FUNGSI JAJARAN POLRES SAMBAS Sambas, Januari 2017 2 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui

Lebih terperinci

2011, No Menetapkan : 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

2011, No Menetapkan : 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.916, 2011 KEPOLISIAN NEGARA RI. Diklat. PPNS. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MUTASI DI LINGKUNGAN POLRES LOMBOK BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MUTASI DI LINGKUNGAN POLRES LOMBOK BARAT 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK BARAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MUTASI DI LINGKUNGAN POLRES LOMBOK BARAT 1. PENDAHULUAN a. bahwa dalam upaya memenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 1 PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas No.605, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. Pegawai Pemasyarakatan. Majelis Kehormatan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN DALAM RANGKA OPERASI LILIN 2014 TANGGAL 23 DESEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian Yang Saya

Lebih terperinci

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016 KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016 Selong, 3 Januari 2016 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERHENTIAN SEMENTARA DARI JABATAN DINAS KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA KOTA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA KOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA KOTA Raba, Januari 2016 Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan pedoman kerja bagi Satker SPKT Polres Bima Kota dan Jajarannya,

Lebih terperinci

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA UPACARA PERINGATAN KE-70 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL, 17 AGUSTUS 2015

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA UPACARA PERINGATAN KE-70 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL, 17 AGUSTUS 2015 KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA UPACARA PERINGATAN KE-70 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL, 17 AGUSTUS 2015 ASSALAMU ALAIKUM Wr. Wb. SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI

BAB II DESKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI BAB II DESKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI 2.1. Sejarah Inspektorat Jenderal TNI Satuan kerja Inspektorat Jenderal Tentara Nasional Indonsia dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA

PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 24 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan suatu institusi negara yang bertugas memastikan keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat. POLRI mempunyai

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGGELEDAHAN SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari 2016 STANDAR OPERASIONAL

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH

BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH 33 BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH 3.1 Organisasi Polda Jawa Tengah Sesuai dengan keputusan Kapolri No. Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat 57 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat pertahanan negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Hal ini terbukti dari banyaknya jenis tindak pidana dan modus

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGURUSAN TAHANAN PADA RUMAH TAHANAN DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGURUSAN TAHANAN PADA RUMAH TAHANAN DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGURUSAN TAHANAN PADA RUMAH TAHANAN DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI KEPOLISIAN KHUSUS DAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL OLEH KEPOLISIAN NEGARA

Lebih terperinci

TARGET KINERJA DAN PENDANAAN POLRES BIMA KOTA TAHUN

TARGET KINERJA DAN PENDANAAN POLRES BIMA KOTA TAHUN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA KOTA TARGET KINERJA DAN PENDANAAN POLRES BIMA KOTA TAHUN 2015-2019 PROGRAM/KEGIATAN SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom. *) ABSTRAK Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PELAKSANAAN APEL PAGI, APEL SIANG PELAKSANAAN PAM OPSNAL, ONCALL POLRES MATARAM

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT TAHANAN

Lebih terperinci

BAB III PERANAN PIHAK POLDA SUMATERA UTARA DALAM MENAGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN NERMOTOR YANG DILAKUKAN SECARA TERORGANISIR

BAB III PERANAN PIHAK POLDA SUMATERA UTARA DALAM MENAGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN NERMOTOR YANG DILAKUKAN SECARA TERORGANISIR BAB III PERANAN PIHAK POLDA SUMATERA UTARA DALAM MENAGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN NERMOTOR YANG DILAKUKAN SECARA TERORGANISIR A. Tinjauan Terhadap Unit Kendaraan Bermotor (Unit Ranmor) Polda Sumatra Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu lembaga penegak hukum serta merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu lembaga penegak hukum serta merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polri merupakan salah satu lembaga penegak hukum serta merupakan harapan dan teladan bangsa, karena mengemban tugas-tugas untuk memelihara keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 52/2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN BINMAS POLRES MATARAM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN BINMAS POLRES MATARAM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN BINMAS POLRES MATARAM SAT BINMAS POLRES MATARAM i KATA PENGANTAR Kepercayaan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka membangun Kompolnas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAANKEGIATAN OPERASIONAL DIT PAMOBVIT POLDA NTBTAHUN 2016

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAANKEGIATAN OPERASIONAL DIT PAMOBVIT POLDA NTBTAHUN 2016 KEPOLISIANNEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT PAMOBVIT LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAANKEGIATAN OPERASIONAL DIT PAMOBVIT POLDA NTBTAHUN 2016 I. PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP.05.02 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN KETERANGAN BELAJAR, IZIN BELAJAR, TUGAS BELAJAR, SURAT KETERANGAN TANDA LAPOR TELAH MEMILIKI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi No.1388, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BIN. Kode Etik Intelijen. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK INTELIJEN NEGARA DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA POL R E S B I M A K O T A

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA POL R E S B I M A K O T A KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA DALAM MELAKSANAKAN PATROLI MULT I FU NGSI SEBAG AI W UJUD PELAYANAN PRIMA

Lebih terperinci

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2017 KEMENLU. Pengawasan Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 45 Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 45 Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru terletak antara 101 0 14-101 0 34 Bujur timur dan 0 0 25 0 0 45 Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA-

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA- KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR DOKUMEN : /III/2013 Tentang PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOBA Tangerang, Maret 2013 KASAT RESNARKOBA KAPOLRES METRO TANGERANG KOTA KABIDKUM POLDA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM POLRES JEMBER. Lokasi Polres Jember berada di Jalan Kartini No.17, Jember Jawa

BAB II GAMBARAN UMUM POLRES JEMBER. Lokasi Polres Jember berada di Jalan Kartini No.17, Jember Jawa BAB II GAMBARAN UMUM POLRES JEMBER 1.7 Sejarah Singkat Polres Jember Polres Jember adalah Institusi Polri yang mempunyai tugas pokok Polri Sebagai pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat serta penegakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA pkumham.go PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban dalam negeri, memiliki kewajiban untuk

Lebih terperinci

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisia

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisia No. 947, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Kepangkatan Anggota. Administrasi. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1767, 2016 POLRI. Calon Angoota POLRI. Penerimaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENERIMAAN CALON ANGGOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SEKADAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SEKADAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SEKADAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1507, 2017 KEMENKUMHAM. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG KODE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara keamanan dan memberantas kejahatan, maka diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara keamanan dan memberantas kejahatan, maka diperlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polri sebagai organisasi yang mempunyai banyak fungsi dan berperan dalam memelihara keamanan dan memberantas kejahatan, maka diperlukan organisasi kepolisian yang

Lebih terperinci