BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. memproduksi barang dibutuhkan data-data perusahaan yang berhubungan dengan data

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. memproduksi barang dibutuhkan data-data perusahaan yang berhubungan dengan data"

Transkripsi

1 85 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyajian Data Perusahaan Dalam menghitung biaya produksi yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk memproduksi barang dibutuhkan data-data perusahaan yang berhubungan dengan data bahan baku, data tenaga kerja dan data overhead pabrik. Pada sub bab penyajian data perusahaan ini, penulis akan menyajikan data bahan dan harga, data tenaga kerja serta data biaya overhead pabrik Data Bahan dan Harga Pada PT. Gedesco Sejahtera, data bahan dan harganya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : data bahan baku langsung dan data bahan tidak langsung / bahan pendukung Bahan Baku Langsung Bahan baku langsung yang dipakai oleh PT. Gedesco Sejahtera dalam memproduksi kursi kantor meliputi busa foam, busa molded, busa rebonded, papan, base five stars, mekanism back rest, roda, gaslift, armrest, karet, cover gaslift, kain, dan kulit (oscar). Busa foam ini digunakan untuk melapisi bagian belakang sandaran kursi, sedangkan busa molded digunakan untuk melapisi bagian depan sandaran dan dudukan kursi sebagai bantalan sehingga kursi terasa empuk ketika diduduki. Busa rebonded digunakan sebagai busa pembentuk pada bagian-bagian tertentu dari sandaran kursi

2 86 sehingga bentuk sandaran menjadi lebih menarik. Karet digunakan untuk melapisi pinggiran kursi dan menutupi bagian dari kursi yg disteples sehingga kursi terlihat rapi. Armrest dipakai sebagai sandaran tangan dan tidak semua type dari kursi yang diproduksi PT.Gedesco Sejahtera menggunakan arm rest. Pada tipe MAA, tidak dipakai armrest karena tipe ini tidak menggunakan sandaran tangan. Papan merupakan kayu lapis yang telah dipress dan digunakan sebagai rangka dari kursi untuk memberi bentuk dasar dari sandaran dan dudukan kursi. Gaslift dan gaslift cover berfungsi sebagai pompa hidrolik pada kursi sehingga ketinggian kursi dapat dirubah-rubah sesuai dengan kebutuhan. Kain dan kulit digunakan untuk melapisi dudukan dan sandaran sehingga busa maupun papan dari dudukan dan sandaran tidak terlihat dan tampak lebih menarik. Mekanism backrest merupakan bagian pada kursi yang digunakan untuk menempelkan dudukan dan sandaran serta tempat pemasangan gaslift. Kemudian base five stars dan roda berfungsi sebagai kaki dari kursi dan tempat pemasangan gaslift sehingga kursi dapat berputar dengan bebas dan mudah dipindahkan. Bahan-bahan baku tersebut semuanya dibeli dari supplier dan kebanyakan dipesan setiap satuan serta telah diproses sesuai dengan pesanan dari PT. Gedesco Sejahtera, dalam arti PT. Gedesco Sejahtera tidak melakukan proses perubahan ataupun produksi terhadap bahan-bahan tersebut namun hanya melakukan proses perakitan / assembly terhadap bahan-bahan tersebut, seperti busa foam, busa molded, busa rebonded, papan, base five stars, mekanism, back rest, gaslift, dan cover gaslift. Sedangkan bahan-bahan seperti kain, kulit, dan karet dipesan dalam gulungan dengan ukuran tertentu dan dilakukan proses perubahan seperti pemotongan sebelum dirakit. Bahan-bahan seperti gaslift, mekanism, armrest diperoleh dengan cara mengimpor dari supplier luar karena bahan-bahan ini memang tidak diproduksi di dalam negeri.

3 87 Berikut dapat dilihat tabel pemakaian bahan baku dan tabel harga bahan baku untuk masing-masing produk yang dihasilkan pada divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera. Tabel 5.1 Data Bahan Baku dan Jumlah Pemakaian per Unit Type Produk Komponen Utama Jumlah Pemakaian / Produk SCC SLH SLL MAR MAA Satuan Busa Moulded & foam Set Busa Rebonded 0,1 0,1 0, M2 Kayu Press Set Roda Buah Base Five Star Buah Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) Buah Gaslift & Gaslift Cover Buah Karet 4,42 4,42 4,12 2,85 2,85 Meter Kain New Scotland 1,2 1,08 0,9 0,5 0.5 M2 Kain Kuartas - 0,4 0,4 0,3 0,3 M2 Kulit Sintetis Oscar 1,2 0,6 0,5 0,2 0,2 M2 Arm Rest Pasang Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera

4 88 Tabel 5.2 Data Bahan Baku dan Harga per Satuannya untuk masing-masing Type Produk Komponen Utama Harga / Satuan (Rp) SCC SLH SLL MAR MAA Satuan Busa Moulded & foam Set Busa Rebonded M2 Kayu Press Set Roda Buah Base Five Star Buah Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) Buah Gaslift & Gaslift Cover Buah Karet Meter Kain New Scotland M2 Kain Kuartas M2 Kulit Sintetis Oscar M2 Arm Rest Pasang Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera Bahan Baku Tidak Langsung / Bahan Pendukung Untuk proses produksi kursi kantor, PT. Gedesco Sejahtera menggunakan 7 jenis bahan pendukung, yaitu : staples, lem, baut, baut bracket, mur tnut, engsel dan plastik mika. Staples digunakan untuk melekatkan kain dan kulit pada dudukan maupun sandaran kursi.untuk lem digunakan lem merk fox dan dipakai untuk melekatkan busa baik busa molded, busa foam maupun busa rebonded pada kayu press / papan. Baut dan mur tnut digunakan untuk melekatkan armrest, mechanism, maupun backrest pada dudukan dan sandaran kursi. Engsel digunakan sebagai dudukan sebelum armrest dipasang, namun engsel hanya dipergunakan pada produk kursi kantor type SCC, SLH,

5 89 dan SLL. Sedangkan plastik mika digunakan untuk melapisi dudukan dan sandaran kursi yang telah dirakit sehingga kursi tampak lebih rapi dan bersih. Bahan pendukung seperti staples dibeli per dos dengan harga Rp ,00. Dalam satu dos terdapat 2 batang steples, masing-masing sebanyak 100 pieces. Lem fox yang dipakai dibeli per kaleng dengan berat 3.5 kilogram seharga Rp ,00. Baut yang dipake adalah baut type JP 25 mili dengan harga per baut Rp 500,00. Untuk mur tnut dibeli per lot sebanyak 1000 biji dengan harga per biji Rp 300,00. Engsel dibeli per buah dengan harga Rp 1.500,00 Sedangkan plastik pembungkus dibeli per roll / gulungan sepanjang 36 meter dengan harga Rp 3.000,00 per meter. Berikut dapat dilihat tabel harga bahan pendukung untuk produk yang dihasilkan pada divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera.. Tabel 5.3 Data Harga Bahan Pendukung Komponen Harga / Satuan Pendukung (Rp) Satuan Mur Tnut 300 Buah Baut 500 Buah Baut Bracket 500 Buah Engsel Buah Plastik Mika M2 Lem Fox Kaleng Staples Dos Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera Data Tenaga Kerja Dalam menjalankan kegiatan produksinya, PT. Gedesco Sejahtera membagi kegiatan ke dalam stasiun kerja ( work station ) untuk divisi assemblynya. Ada 3 stasiun

6 90 kerja yang digunakan dalam memproduksi / merakit kursi kantor, di mana stasiun kerjastasiun kerja tersebut telah mempunyai pembagian tugas dan kerja masing-masing Data Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung ini merupakan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses perakitan pada departemen assembly. Tenaga kerja langsung yang ditempatkan pada divisi assembly berjumlah 12 orang dan merupakan karyawan tetap / bukan karyawan kontrak. Tenaga kerja langsung ini ditempatkan pada 3 work station yang ada pada divisi assembly, di mana masing-masing work station akan dikerjakan oleh 4 orang tenaga kerja langsung. Adapun gaji yang diberikan kepada karyawan divisi assembly ini diberikan sebesar 120% dari UMR (Rp ,00) untuk daerah Tangerang yang berlaku, yaitu sebesar Rp ,00.karena tenaga kerja langsung yang dipekerjakan PT. Gedesco Sejahtera diambil dari tenaga kerja daerah Tangerang. Berikut tabel data jumlah tenaga kerja langsung pada setiap work station. Tabel 5.4 Data Tenaga Kerja Langsung untuk setiap Work Station Divisi Assembly PT. Gedesco Sejahtera. Jumlah Tenaga No Work Station Kerja (orang) 1 WS WS WS 3 4 Total 12 Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera

7 Data Tenaga Kerja tidak Langsung Tenaga kerja tidak langsung ini merupakan karyawan-karyawan yang dipekerjakan oleh PT. Gedesco Sejahtera, namun demikian mereka tidak terlibat langsung dalam proses produksi / perakitan pada divisi assembly. Tenaga kerja tidak langsung pada PT. Gedesco Sejahtera terdiri dari karyawan departemen pemasaran (marketing) dan penjualan sebanyak 4 orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan promosi, pemasaran dan mengkoordinir penjualan produk yang dihasilkan perusahaan, karyawan bagian keuangan sebanyak 2 orang yang bertanggung jawab terhadap masalah keuangan dan akuntansi perusahaan, karyawan departemen produksi sebanyak 3 orang yang bertugas melakukan pengawasan proses produksi / perakitan pada divisi assembly serta melakukan pengujian terhadap produk jadi, dan yang terakhir adalah 2 orang karyawan bagian pembelian yang bertugas melakukan pemesanan dan pembelian bahan baku. Di samping itu ada 2 orang karyawan bagian gudang yang bertugas melakukan penerimaan bahan serta penyimpanan barang jadi. Besar gaji yang diberikan pada tenaga kerja tidak langsung ini bervariasi dan didasarkan pada tingkat tanggung jawab dan tugas-tugas yang dibebankan pada mereka.. Untuk data tenaga kerja tidak langsung PT. Gedesco Sejahtera, dapat dilihat table 5.5 sebagai berikut :

8 92 Tabel 5.5 Data Tenaga Kerja Tidak Langsung Departemen Jabatan Jumlah (orang) Umum dan Staff Umum 1 Personalia Staff Personalia 1 Manager Marketing 1 Marketing Staff Pemasaran 2 Staff Penjualan 2 Keuangan Manager Keuangan 1 Staff Keuangan 2 Produksi Manager Produksi 1 Supervisor 2 Pembelian Staff Pembelian 2 Total 15 Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera Data Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead ini merupakan biaya-biaya yang dikategorikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membentuk suatu produk mulai dari produk dipesan, dibeli sampai dengan penjualan produk tersebut dan tidak termasuk biaya bahan baku langsung. Biaya overhead pada PT. Gedesco Sejahtera dapat dikelompokkan menjadi 11 kategori, yaitu : - Bahan tidak Langsung - Tenaga Kerja tidak Langsung - Kesejahteraan Pegawai (upah lembur, uang makan, uang transport) - Energi dan Fasilitas (listrik, bahan bakar, telepon) - Depresiasi (depresiasi mesin, bangunan dan peralatan) - Pajak - Promosi (sewa stand, pembuatan brosur dan spanduk)

9 93 - Biaya Pengiriman - Biaya Pesan - Reparasi dan Maintenace Untuk rincian biaya overhead, diambil contoh laporan kerja biaya overhead yang terjadi pada bulan Agustus tahun 2005 sebagai berikut : Tabel 5.6 Perincian Biaya Overhead PT. Gedesco Sejahtera untuk bulan Agustus 2005 No Jenis Overhead Jumlah 1 Bahan tidak Langsung Tenaga Kerja tidak Langsung Kesejahteraan Pegawai Energi dan Fasilitas Promosi Biaya Pesan Biaya Pengiriman Reparasi dan Maintenance Depresiasi Pajak Total Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera 5.2 Analisis Data dan Pembahasan Untuk menyusun suatu biaya produksi diperlukan tiga elemen biaya yang paling utama, yaitu : biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Dalam hal ini, penulis akan menghitung biaya produksi untuk masing-masing produk dengan cara menghitung pengeluaran biaya yang dilakukan perusahaan terhadap masing-masing produk yang dihasilkan sehingga akan terbentuk suatu harga pokok produksi pada setiap produk.

10 94 Untuk perhitungan biaya bahan langsung, akan dirincikan pemakaian bahan lansung yang dibebankan untuk masing-masing produk dan akan dihitung berapa biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian bahan tersebut. Untuk perhitungan biaya tenaga kerja, akan digunakan total jam kerja yang terpakai. Total jam kerja dihitung kemudian dialokasikan ke masing-masing produk dan dihitung total biaya yang dikeluarkan atas dasar jam kerja tersebut. Sedangkan untuk perhitungan biaya overhead, akan dibandingkan metode tradisional yang selama ini digunakan oleh perusahaan dengan metode Activity Based Costing, lalu akan dirumuskan kembali biaya produksi untuk masing-masing produk. Setelah ketiga elemen utama biaya tersebut dihitung, baru kemudian akan dilakukan perhitungan biaya produksi berdasarkan kertas kerja PT. Gedesco Sejahtera bulan Agustus tahun 2005 yang diolah. Sehingga produk-produk yang tidak diproduksi pada divisi assembly tidak akan dihitung biaya produksinya. Berikut ini adalah data produksi PT. Gedesco Sejahtera pada bulan Agustus tahun 2005 untuk divisi assembly Tabel 5.7 Data Produksi PT. Gedesco Sejahtera untuk Divisi Assembly pada Bulan Agustus tahun 2005 No Type Produk Jumlah Produksi (unit) 1 SCC 21 2 SLH 42 3 SLL 80 4 MAR MAA 362 Total Produksi 892. Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera

11 95 Setelah perhitungan biaya produksi terhadap masing-masing produk dilakukan, maka akan dilakukan perhitungan biaya produksi. Dalam kasus ini, harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi yang dihitung karena PT. Gedesco Sejahtera tidak pernah menghasilkan barang dalam proses, dalam arti PT. Gedesco Sejahtera selalu melakukan proses produksi berdasarkan target per bulannya. Sehingga apabila dalam bulan tertentu, perusahaan membuat target sebanyak 200 unit maka harus terbentuk 200 unit barang pada bulan tersebut tanpa adanya barang dalam proses Perhitungan Biaya Bahan Langsung Dalam pemakaian bahan langsung, produk kursi kantor yang diproduksi pada divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera membutuhkan bahan-bahan dengan jumlah yang sudah pasti, hal ini disebabkan karena bahan langsung yang digunakan dipesan dalam bentuk barang jadi, seperti busa foam yang sudah jadi dengan ukuran tertentu, armrest, mechanism dan bahan-bahan langsung lainnya yang kesemuanya dipesan dalam bentuk barang jadi. Hanya beberapa bahan seperti busa rebonded, karet, yang dipesan tidak dalam bentuk barang jadi. (dalam bentuk roll / gulungan sehingga harus dipotong dengan ukuran tertentu terlebih dahulu sebelum dirakit) Dalam kegiatan produksinya, bahan-bahan seperti busa foam, busa molded yang terpakai sama dengan bahan yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena untuk proses produksi kursi kanto, hanya dilakukan proses perakitan / assembly dan tidak dilakukan proses perubahan terhadap bahan-bahan tersebut. Namun demikian untuk bahan-bahan seperti busa rebonded, karet, bahan yang terpakai akan lebih sedikit daripada bahan yang dibutuhkan. Hal ini terjadi karena perusahaan telah membuat perkiraan kebutuhan optimal bahan-bahan tersebut untuk memproduksi kursi kantor.

12 96 Untuk perhitungan biaya bahan langsung akan dihitung per unit produk yang dihasilkan. Besar biaya yang dibutuhkan untuk masing-masing produk akan dihitung sesuai dengan tingkat / jumlah pemakaian produk. Berikut dapat dilihat hasil perhitungan biaya bahan langsung untuk masing-masing type produk yang dihasilkan oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera. Tabel 5.8 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Produk Kursi Kantor Type SCC Nama Bahan Harga / Satuan (Rp) a Jumlah Pemakaian (Satuan) b Satuan Total Biaya (Rp) a x b Busa Moulded & foam Set Busa Rebonded ,21 M Kayu Press Set Roda Buah Base Five Star Buah Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) Buah Gaslift & Gaslift Cover Buah Karet ,82 Meter Kain New Scotland ,20 M Kain Kuartas - - M2 - Kulit Sintetis Oscar ,20 M Arm Rest Pasang Total Biaya Bahan Langsung

13 97 Tabel 5.9 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type SLH Nama Bahan Harga / Satuan (Rp) a Jumlah Pemakaian (Satuan) b Satuan Total Biaya (Rp) a x b Busa Moulded & foam Set Busa Rebonded ,42 M Kayu Press Set Roda Buah Base Five Star Buah Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) Buah Gaslift & Gaslift Cover Buah Karet ,64 Meter Kain New Scotland ,36 M Kain Kuartas ,80 M Kulit Sintetis Oscar ,20 M Arm Rest Pasang Total Biaya Bahan Langsung Tabel 5.10 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type SLL Nama Bahan Harga / Satuan (Rp) a Jumlah Pemakaian (Satuan) b Satuan Total Biaya (Rp) a x b Busa Moulded & foam Set Busa Rebonded ,4 M Kayu Press Set Roda Buah Base Five Star Buah Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) Buah Gaslift & Gaslift Cover Buah Karet ,60 Meter Kain New Scotland M Kain Kuartas M Kulit Sintetis Oscar M Arm Rest Pasang Total Biaya Bahan Langsung

14 98 Tabel 5.11 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type MAR Nama Bahan Harga / Satuan (Rp) a Jumlah Pemakaian (Satuan) b Satuan Total Biaya (Rp) a x b Busa Moulded & foam Set Busa Rebonded - - M2 - Kayu Press Set Roda Buah Base Five Star Buah Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) Buah Gaslift & Gaslift Cover Buah Karet ,95 Meter Kain New Scotland ,50 M Kain Kuartas ,10 M Kulit Sintetis Oscar ,40 M Arm Rest Pasang Total Biaya Bahan Langsung Tabel 5.12 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type MAA Nama Bahan Harga / Satuan (Rp) a Jumlah Pemakaian (Satuan) b Satuan Total Biaya (Rp) a x b Busa Moulded & foam Set Busa Rebonded - - M2 - Kayu Press Set Roda Buah Base Five Star Buah Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) Buah Gaslift & Gaslift Cover Buah Karet ,70 Meter Kain New Scotland M Kain Kuartas ,60 M Kulit Sintetis Oscar ,40 M Arm Rest - - Pasang - Total Biaya Bahan Langsung

15 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Gaji yang diterima oleh tenaga kerja langsung adalah sebesar 120 % UMR (Rp ,00) untuk daerah Tangerang yang berlaku, yaitu Rp ,00. Jumlah tenaga kerja langsung yang bekerja pada divisi assembly sebanyak 12 orang. Dengan demikian, maka total pengeluaran untuk biaya tenaga kerja langsung dapat dihitung sebesar Rp ,00 x 12 = Rp ,00. Untuk perhitungan biaya tenaga kerja langsung per produk akan dilakukan pengalokasian biaya berdasarkan jumlah produk yang diproduksi untuk masing-masing type. Pengalokasian biaya tenaga kerja ini akan dipakai prosentase produksi baru kemudian dihitung jumlah biaya tenaga kerja langsung yang terjadi. Berikut adalah tabel pengalokasian biaya tenaga kerja langsung berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan untuk masing-masing type. Tabel 5.13 Data Perhitungan Pengalokasian Biaya Tenaga Kerja Langsung Divisi Assembly untuk masing-masing Type Produk No Type Produk Jumlah Produksi (unit) Prosentase (%) Alokasi Biaya (Rp) 1 SCC ,00 2 SLH ,00 3 SLL ,00 4 MAR ,00 5 MAA ,00 Total ,00

16 Perhitungan Biaya Overhead Dalam perhitungan biaya overhead produk untuk kasus ini, penulis akan mencoba menggunakan 2 metode yang berbeda, yaitu metode tradisional dan metode ABC (Activity Based Costing). Kemudian setelah diperoleh biaya overhead per produk dengan masing-masing metode, akan dibuat perbandingan biaya overhead yang dihasilkan oleh kedua metode tersebut Perhitungan Overhead dengan Metode Tradisional Metode tradisional yang selama ini digunakan oleh PT. Gedesco Sejahtera adalah dengan membebankan biaya overhead ke unit organisasi terlebih dahulu (divisi assembly dan divisi machine production) baru kemudian membebankan biaya overhead ke produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Total biaya overhead akan dibagi dengan tingkat produksi yang terlaksana untuk semua jenis produk yang diproduksi sehingga terbentuklah suatu tarif overhead. Kemudian tarif overhead ini akan digunakan sebagai dasar perhitungan biaya overhead untuk setiap produk. Namun demikian metode tradisional yang selama ini dipakai perusahaan sulit untuk mendeteksi pengalokasian biaya overhead, terutama disebabkan karena produk dari divisi assembly dan divisi machine production mempunyai proses yang sangat berbeda dalam kegiatan produksinya. Pada divisi assembly, produk-produk yang dihasilkan lebih banyak terjadi karena kegiatan perakitan / assembly yang dilakukan oleh tenaga manusia. Sedangkan produk-produk dari divisi machine production terjadi melalui proses pemotongan, pengepressan yang semuanya lebih banyak dilakukan dengan tenaga mesin maupun tenaga manusia. Berdasarkan hal ini, pengalokasiaan biaya overhead berdasarkan metode tradisional yang dilakukan perusahaan dengan

17 101 membebankan biaya overhead pada masing-masing divisi dan kemudian baru membebankan biaya overhead ke produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi sangatlah tidak relevan dan akurat. Akan tetapi, untuk memberikan perbandingan yang jelas, maka penulis akan tetap menghitung biaya overhead per produk yang terjadi dengan metode tradisional. Berdasarkan tabel 5.7 dapat dihitung bahwa total biaya overhead yang terjadi pada bulan Agustus tahun 2005 adalah sebesar Rp ,00. Dengan metode tradisional ini, biaya overhead pertama-tama dibebankan ke masing-masing divisi produksi yang ada. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak perusahaan, biaya overhead untuk divisi assembly dan divisi machine production dibebankan dengan perbandingan 1 : 1. Berarti divisi assembly memperoleh pembebanan biaya overhead sebesar Rp ,00 x ½ = Rp ,00 dan divisi machine production memperoleh pembebanan biaya overhead sebesar Rp ,00 x ½ = Rp ,00 Baru kemudian pada masing-masing divisi untuk produk dengan jenis yang berbeda dibebani ongkos overhead yang sama sehingga total produksi yang dipakai adalah total produksi untuk semua jenis produk baik dari divisi assembly maupun dari divisi machine production. Berdasarkan tabel 5.8 diperoleh total produksi dari divisi assembly sebesar 892 unit sedangkan untuk divisi machine production sebesar 485 unit, sehingga total produksi yang dihasilkan oleh departemen produksi sebesar 1377 unit Atas dasar total biaya overhead dan tingkat produksi yang telah dihitung, maka tarif overhead untuk setiap produk dari divisi assembly adalah sebagai berikut :

18 102 Alokasi Overhead Divisi Assembly Tarif Overhead / Unit = Total Unit yang Dihasilkan = Rp , unit = Rp ,778 Setelah diperoleh tarif overhead / unit di atas, kemudian tarif overhead tersebut akan digunakan untuk menhitung biaya overhead yang dibebankan ke masing-masing produk yang dihasilkan. Kemudian total biaya overhead untuk setiap produk akan diperoleh dengan cara mengalikan tarif overhead / unit dengan tingkat produksi yang dihasilkan pada masing-masing produk. Perhitungan total biaya overhead untuk masing-masing produk dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.14 Alokasi Biaya Overhead untuk Masing-Masing Produk Divisi Assembly PT. Gedesco Sejahtera (Metode Tradisional) No Type Produk Jumlah Produksi (Unit) Tarif Overhead / Unit (Rp) Biaya Overhead (Rp) 1 SCC ,34 2 SLH ,68 3 SLL ,24 4 MAR ,10 5 MAA ,64 Total Produksi 892 Total Overhead ,00

19 103 Untuk biaya overhead divisi machine production tidak dilakukan perhitungan karena perhitungan hanya difokuskan pada perhitungan biaya produksi untuk produkproduk yang dihasilkan oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera saja Perhitungan Overhead dengan Metode Activity Based Costing (ABC) Dalam menghitung biaya overhead dengan menggunakan metode ABC, ada 2 tahap yang harus dilakukan, yaitu : Tahap I : Menelusuri Biaya Overhead ke Aktivitas Pada tahap ini akan dilakukan pengklasifikasiaan biaya overhead dan pengidentifikasian aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya. Sehingga pada tahap ini ada 2 langkah yang mesti dilakukan, yaitu : Langkah I : Mengklasifikasi Biaya Overhead Pengklasifikasiaan biaya overhead ini telah dilakukan sebelumnya dan dilihat pada tabel 5.6. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan sebelumnya, klasifikasi biaya overhead yang terjadi adalah sebagai berikut : - Bahan tidak Langsung - Tenaga Kerja tidak Langsung - Kesejahteraan Pegawai (upah lembur, uang makan, uang transport) - Energi dan Fasilitas (listrik, bahan bakar, telepon) - Depresiasi (depresiasi mesin, bangunan dan peralatan) - Pajak - Promosi (sewa stand, pembuatan brosur dan spanduk, biaya iklan, dan sebagainya)

20 104 - Biaya Pengiriman - Biaya Pesan - Reparasi dan Maintenance Langkah II : Identifikasi Aktivitas yang Menimbulkan Biaya Aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya ini dapat diidentifikasi melalui penganalisaan proses pembentukan / produksi barang jadi yang dilakukan oleh perusahaan mulai dari bahan baku dipesan sampai dengan pengiriman barang jadi. Adapun proses pembentukan / produksi barang jadi pada PT. gedesco Sejahtera dapat dideskripsikan sebagai berikut : Pertama-tama, bahan baku / material yang dibutuhkan untuk proses produksi dipesan dari supplier. Pada saat pemesaanan dilakukan, staff bagian pembelian akan menghubungi supplier untuk melakukan pengiriman barang. Aktivitas pemesanan ini dilakukan untuk beberapa kali pemesanan dan menimbulkan biaya seperti biaya fasilitas untuk telepon dan tenaga kerja bagian pembelian, sehingga aktivitas pemesanan barang dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya. Kemudian barang dikirm dan bahan-bahan seperti busa foam, busa molded, mechanism back rest, gaslift, base five star, dan bahan-bahan lainnya akan diperiksa kondisi dan kelengkapannya apakah barang-barang tersebut ada yang deflect / cacat, kemudian dibawa ke tempat penyimpanan bahan baku / gudang. Untuk melakukan aktivitas ini dibutuhkan waktu dan proses yang cukup banyak dan berlangsung hampir setiap hari. Di samping itu, dibutuhkan pula cukup banyak tenaga kerja untuk aktivitas penerimaan barang ini. Berdasarkan hal tersebut, maka aktivitas penerimaan barang dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.

21 105 Untuk divisi assembly, sebelum memulai rutinitas produksi dalam hal ini melakukan proses assembly kursi kantor, tenaga kerja langsung akan melakukan pengecekkan dan menyalakan mesin kompresor. Mesin ini nantinya akan dipakai sebagai mesin penggerak dari mesin bor dan mesin staples. Untuk pengecekkan mesin kompresor, pekerja akan mengecek bahan bakar (solar) terlebih dahulu. Jika tersedia / cukup maka mesin tingal dinyalakan dengan menarik tuas yang ada pada mesin dan mesin lansung bekerja. Karena aktivitas pengecekkan dan penyalaan mesin ini hanya membutuhkan sedikit waktu dan aktivitas, maka aktivitas set up mesin dapat diabaikan sebagai aktivitas penyebab biaya. Setelah mesin dinyalakan, proses assembly dimulai. Proses assembly pada divisi assembly sebenarnya terdiri dari banyak aktivitas yang dilakukan secara brulang-ulang. Namun demikian, aktivitas-aktivitas tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa aktivitas dasar sebagai berikut : - Pelubangan - Pengeleman - Pembentukkan - Pelapisan - Perakitan Aktivitas pelubangan, pengeleman, pembentukkan, pelapisan dan perakitan dikategorikan sebagai aktivitas dasar karena aktivitas-aktivitas ini dilakukan pada ketiga stasiun kerja yang ada dalam divisi assembly dan aktivitas-aktivitas ini juga membutuhkan proses dan waktu yang banyak karena dilakukan hampir pada seluruh proses pembentukkan kursi kantor. Berdasarkan aktivitas-aktivitas dasar tersebut, maka

22 106 dapat teridentifikasi 5 aktivitas yang juga menimbulkan biaya, yaitu aktivitas pelubangan, pengeleman, pembentukkan, pelapisan dan perakitan. Kemudian setelah diperoleh aktivitas dasar untuk divisi assembly, aktivitas dasar untuk divisi machine production juga mesti dianalisa, karena aktivitas-aktivitas dasar pada divisi ini juga akan menjadi aktivitas yang menimbulkan biaya pula. Untuk divisi machine production, sebelum proses produksi dilakukan, pekerja akan mengecek dan menyalakan mesin-mesin utama yang nantinya akan digunakan untuk proses produksi seperti mesin pemotong dan mesin press. Mesin-mesin ini nantinya akan dipakai untuk memotong bahan-bahan seperti particle board dan melakukan pengepressan sehingga particle board yang telah dilapisi, permukaannya rata / tidak membengkok. Proses set up mesin ini tidak memerlukan waktu yang lama dan prosesnya juga sangat sederhana sehingga aktivitas set up mesin pada divisi machine production juga dapat diabaikan sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya. Seperti halnya pada divisi assembly, pada divisi machine production ini juga dapat diidentifikasi 5 aktivitas dasar yang dilakukan dalam menghasilkan produk jadi, yaitu : - Pemotongan - Pengeleman - Pengepressan - Pelapisan - Perakitan Seperti halnya pada divisi assembly, aktivitas-aktivitas dasar pada divisi machine production ini juga dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya karena aktivitas ini dilakukkan hampir secara terus-menerus pada divisi machine

23 107 production dan membutuhkan proses yang cukup banyak, sehingga aktivitas pemotongan, pengeleman, pengepressan, pelapisan dan perakitan pada divisi machine production dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya Selain aktivitas-aktivitas tersebut di atas, masih ada beberapa aktivitas yang dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya, seperti aktivitas pengujian, penyimpanan barang jadi dan aktivitas penjualan barang yang meliputi kegiatan pemasaran dan pengiriman barang. Setelah barang selesai di produksi baik dari divisi assembly maupun divisi machine production, barang-barang tersebut diuji terlebih dahulu untuk menghindari adanya barang-barang yang cacat / terproduksi dengan tidak sempurna. Misalnya perakitan yang tidak sempurna sehingga kursi kantor tidak dapat diputar, disesuaikan tinggi rendahnya maupun tidak nyaman ketika diduduki. Aktivitas pengujian ini memakan banyak waktu dan tenaga karena proses pengujian dilakukan setiap kali produk selesai diproduksi baik melalui divisi assembly maupun machine production. Di samping itu, proses pengujian ini dilakukan oleh supervisor produksi sehingga menimbulkan adanya biaya tambahan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka aktivitas pengujian dapat dikategorikan sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya. Seperti halnya aktivitas penerimaan bahan, aktivitas penyimpanan barang juga membutuhkan waktu dan proses dan tenaga kerja yang cukup banyak karena aktivitas ini dilakukan setiap hari setelah barang jadi selesai diproduksi dan lulus dari tahap pengujian. Dengan demikian aktivitas penyimpanan barang jadi juga dapat dikategorikan sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya. Kemudian selanjutnya barang-barang jadi akan dipasarkan melalui media periklanan seperti sewa stand, pembuatan brosur serta media periklanan lainnya dan

24 108 dikirim ke stand-stand milik PT. Gedesco Sejahtera untuk dijual ataupun dikirim ke tempat pelanggan yang memesan produk-produk perusahaan. Aktivitas pengiriman barang ini dilakukan juga hampir setiap hari baik dengan menggunakan kendaraan pengangkut milik perusahaan ataupun dikirim melalui jasa pos / perusahaan ekspedisi yang disewa oleh perusahaan untuk melakukan pengiriman ke daerah-daerah di luar Jakarta. Untuk itu dibutuhkan biaya seperti biaya angkut dan pengiriman yang cukup besar jumlahnya mengingat bahwa produk PT. Gedesco Sejahtera ini dipasarkan di daerah Jawa dan Bali. Sehingga berdasarkan hal-hal tersebut, maka aktivitas penjualan barang jadi dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya. Berdasarkan analisa di atas maka aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya baik untuk aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada divisi assembly maupun divisi machine production adalah sebagai berikut : Aktivitas Divisi Assembly - Pemesanan Barang - Penerimaan Bahan - Pelubangan - Pengeleman - Pembentukan - Pelapisan - Perakitan - Pengujian - Penyimpanan Barang Jadi - Penjualan Barang Jadi

25 109 Aktivitas Divisi Machine Production - Pemesanan Bahan - Penerimaan Bahan - Pemotongan - Pengeleman - Pengepressan - Pelapisan - Perakitan - Pengujian - Penyimpanan Barang Jadi - Penjualan Barang Jadi Langkah III : Penelusuran Biaya Overhead untuk Masing-Masing Aktivitas. Untuk penelusuran biaya overhead pada masing-masing aktivitas, akan dianalisa apakah terdapat hubungan antara aktivitas dengan jenis biaya overhead yang terjadi pada perusahaan. Kemudian setelah diketahui ada tidaknya hubungan antara aktivitas dengan biaya overhead baru akan dilakukan analisa untuk mengetahui seberapa besar hubungan tersebut dan seberapa besar pembebanan yang akan dilakukan pada masing-masing aktivitas tersebut. Berikut dapat dilihat tabel matriks hubungan antara aktivitas-aktivitas yang menyebabkan biaya dengan biaya overhead yang terjadi.

26 110 Tabel 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya dengan Jenis Overhead Jenis Overhead Bahan Tidak Langsung Perusahaan Tenaga Kerja Tidak Langsung Aktivitas Aktivitas Divisi Assembly (DA) Pemesanan Bahan DA * * * * * Penerimaan Bahan DA * * * * Pelubangan DA * * * * * * Pengeleman DA * * * * Pembentukan DA * * * Pelapisan DA * * * * * * * Perakitan DA * * * * * * * Pengujian DA * * * Penyimpanan Barang Jadi DA * * * * Penjualan Barang Jadi DA * * * * * * Aktivitas Divisi Machine Production (DM) Pemesanan Bahan DM * * * * * Penerimaan Bahan DM * * * * Pemotongan DM * * * * * * Pengeleman DM * * * * Pengepressan DM * * * * * * Pelapisan DM * * * * Perakitan DM * * * * * * * Pengujian DM * * * Penyimpanan Barang Jadi DM * * * * Penjualan Barang Jadi DM * * * * * * Kesejahteraan Pegawai Energi dan Fasilitas Promosi Biaya Pesan Biaya Pengiriman Reparasi dan Maintenance Depresiasi Pajak Setelah dianalisa hubungan setiap aktivitas dengan jenis overhead yang ada, maka selanjutnya akan dihitung alokasi biaya overhead pada masing-masing aktivitas

27 111 tersebut. Untuk perhitungan pengalokasian biaya overhead pada masing-masing aktivitas akan dideskripsikan pada perhitungan berikut : Perhitungan Pengalokasian biaya overhead pada masing masing aktivitas. 1. Biaya Bahan tidak Langsung Biaya bahan tidak langsung merupakan biaya yang terjadi akibat adanya aktivitas yang membutuhkan bahan tidak langsung dalam kegiatannya. Maka dari itu, biaya bahan tidak langsung berhubungan dengan aktivitas-aktivitas pengeleman, pelapisan, dan perakitan pada divisi assembly, serta pengeleman, pelapisan, dan perakitan pada divisi machine production. (Lihat table 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya dengan Jenis Overhead Perusahaan) Untuk pengalokasian biaya bahan tidak langsung ini akan digunakan dasar pemakaian bahan tidak langsung yang terjadi pada divisi assembly maupun pada divisi machine production. Berikut data pemakaian bahan tidak langsung / pendukung yang diperoleh melalui wawancara dengan manajemen perusahaan pada bulan Agustus o Pemakaian bahan tidak langsung untuk divisi assembly = Rp ,00 o Pemakaian bahan tidak langsung untuk divisi machine production = Rp ,00 o Total pemakaian bahan tidak langsung = Rp ,00 Maka berdasarkan data total pemakaian bahan dan aktivitas yang menimbulkan biaya dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya bahan tidak langsung ke aktivitas dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

28 112 Pada divisi assembly, terdapat 3 aktivitas yang menggunakan bahan tidak langsung dalam proses pengerjaannya. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi aktivitas pengeleman, pelapisan dan perakitan: Karena aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang dilakukan divisi assembly dalam memproduksi produknya, maka pengalokasian biaya ke aktivitas akan digunakan dasat total pemakaian bahan tidak langsung yang terjadi pada divisi assembly pada bulan September yaitu sebesar Rp ,00 dan dibandingkan dengan total pemakain bahan tidak langsung secara keseluruhan sebesar Rp ,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menggunakan bahan tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut : % Alokasi = x x 100 % = % Sedangkan untuk divisi machine production, di sini juga terdapat 3 aktivitas yang menggunakan bahan tidak langsung dalam proses pengerjaannya, yaitu aktivitas pengeleman, pelapisan dan perakitan. Karena aktivitas tersebut berhubungan dengan proses pembuatan produk pada divisi machine production, maka untuk pengalokasiannya akan digunakan dasar total pemakaian bahan tidak langsung pada divisi machine production sebesar Rp ,00 dan dibandingkan dengan total pemakaian bahan tidak langsung untuk secara keseluruhan sebesar Rp Rp ,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menggunakan bahan tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas tersebut sebagai berikut :

29 % Alokasi = x x 100 % = % Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung Biaya tenaga kerja tidak langsung ini berhubungan dengan aktivitas-aktivitas seperti pemesanan bahan, pengujian dan pengiriman barang, karena aktivitasaktivitas tersebut dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung perusahaan seperti staff bagian pembelian, supervisor bagian produksi, sopir perusahaan, staff pemasaran dan penjualan. (Lihat table 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya dengan Jenis Overhead Perusahaan) Untuk pengalokasian biaya tenaga kerja tidak langsung akan digunakan dasar total pemakaian bahan bulan Agustus tahun 2005 yang terjadi pada divisi assembly dan divisi machine production. Berikut adalah total pemakaian bahan perusahaan pada bulan Agustus tahun 2005 pada yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak manajemen perusahaan. o Total pemakaian bahan untuk divisi assembly pada bulan Agustus 2005 = Rp ,00 o Total pemakaian bahan untuk divisi machine production pada bulan Agustus 2005 = Rp ,00 o Total pemakaian bahan = Rp ,00

30 114 Berdasarkan total pemakaian bahan yang dibebankan tersebut, maka dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya tenaga kerja tidak langsung ke aktivitas dengan cara sebagai berikut : Pada divisi assembly, terdapat 3 aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung, yaitu aktivitas pemesanan bahan, pengujian dan penjualan barang jadi. Ketiga aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang terjadi pada siklus produk divisi assembly sehingga pengalokasiaannya digunakan dasar total pemakaian bahan untuk divisi assembly, yaitu sebesar Rp ,00 dan dibandingkan dengan total pemakaian bahan secara keseluruhan sebesar Rp ,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas tersebut sebagai berikut : % Alokasi = x x 100 % = 18,841 % Sedangkan pada divisi machine production, terdapat 3 aktivitas pula yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung, yaitu aktivitas pemesanan bahan, pengujian dan penjualan barang jadi. Karena aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang terjadi pada siklus produk divisi machine production, maka pengalokasiaannya akan digunakan dasar total pemakaian bahan dvisi machine production, sebesar Rp ,00 dan dibandingkan dengan total pemakain bahan secara keseluruhan sebesar Rp ,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

31 % Alokasi = x x 100 % = 14,491 % 3. Biaya Kesejahteraan Pegawai Biaya kesejahteraan pegawai berhubungan dengan semua aktifitas yang ada baik aktifitas divisi assembly maupun aktivitas divisi machine production, hal ini disebabkan karena semua aktivitas-aktivitas tersebut dikerjakan oleh karyawan PT. Gedesco Sejahtera. Untuk pengalokasian biaya akan digunakan dasar total gaji yang dikeluarkan pada aktivitas-aktivitas yang terjadi. Berikut adalah total gaji yang dikeluarkan pada aktivitas-aktivitas yang terjadi yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak manajemen perusahaan.. o Total gaji staff bagian pembelian (2 orang) = Rp ,00 o Total gaji supervisor produksi (2 orang) = Rp ,00 o Total gaji staff pemasaran (2 orang) = Rp ,00 o Total gaji staff penjualan (2 orang) = Rp ,00 o Total gaji sopir (4 orang) = Rp ,00 o Total gaji karyawaan produksi divisi assembly (12 orang) = Rp o Total gaji karyawaan produksi divisi machine production (29 orang) = ,00 o Total gaji yang dibebankan = Rp ,00 Berdasarkan total gaji yang dikeluarkan pada masing-masing aktivitas tersebut, dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok aktivitas, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan pembelian, aktivitas yang berhubungan dengan produksi,

32 116 aktivitas pengujian dan aktivitas penjualan. Sehingga berdasarkan keempat kelompok aktivitas tersebut dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya kesejahteraan pegawai ke aktivitas dengan cara sebagai berikut : Total gaji staff bagian pembelian sebesar Rp ,00 akan digunakan untuk pengalokasian aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pembelian bahan perusahaan, dalam hal ini berhubungan dengan aktivitas pemesanan bahan baik divisi assembly maupun machine production. Kemudian total gaji bagian pembelian akan dibandingkan dengan total keseluruhan gaji yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp ,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang berhubungan dengan pembelian, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan sebagai berikut : % Alokasi = x x 100 % = 3,27 % Terdapat 7 aktivitas pada kelompok aktivitas yang berhubungan dengan produksi untuk divisi assembly, yaitu aktivitas penerimaan bahan, pelubangan, pengeleman, pembentukkan, pelapisan, perakitan dan penyimpanan, yang kesemuanya dilakukan oleh karyawan produksi divisi assembly sehingga untuk pembobotannya akan digunakan total gaji karyawan divisi assembly sebesar Rp dan dibandingkan dengan total gaji yang dikeluarkan sebesar Rp ,00, kemudian dibagi dengan 7 aktivitas yang berhubungan dengan produksi divisi assembly sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

33 % Alokasi = x x 100 % = 2,70 % Sedangkan kelompok aktivitas yang berhubungan dengan produksi untuk divisi machine production, juga terdapat 7 aktivitas, yaitu : penerimaan bahan, pelubangan, pengeleman, pembentukkan, pelapisan, perakitan, dan penyimpanan. Aktivitasaktivitas ini dilakukan oleh karyawan produksi divisi machine production sehingga untuk pembobotannya digunakan dasar total gaji karyawan produksi divisi machine production sebesar Rp ,00 dan dibandingkan dengan total keseluruhan gaji yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp ,00 kemudian dibagi dengan 7 aktivitas yang berhubungan dengan produksi pada divisi machine production sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut : % Alokasi = x x 100 % = 6,52 % Terdapat 2 aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas pengujian, yaitu aktivitas pengujian divisi assembly dan aktivitas pengujian divisi machine production. Aktivitas pengujian ini dilakukan oleh supervisor produksi sehingga untuk pembobotannya digunakan dasar total gaji karyawan supervisor produksi sebesar Rp ,00 dan dibandingkan dengan total keseluruhan gaji yang dikeluarkan sebesar Rp ,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang berhubungan dengan pengujian, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

34 % Alokasi = x x 100 % = 3,74 % Dan kelompok aktivitas yang terakhir adalah aktivitas yang berhubungan dengan penjualan. Dalam hal ini tersapat 2 aktivitas yang berhubungan dengan penjualan, yaitu : aktivitas penjualan barang jadi divisi assembly dan aktivitas penjualan barang jadi divisi machine production. Aktivitas penjualan ini melibatkan staff pemasaran, staff penjualan dan sopir perusahaan dalam pelaksanaannya, sehingga untuk pembobotannya digunakan dasar total gaji staff pemasaran sebesar Rp ,00, ditambah total gaji staff penjualan sebesar Rp ,00, ditambah dengan total gaji sopir sebesar Rp ,00 dan dibandingkan dengan total keseluruhan gaji yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp ,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang berhubungan dengan penjualan, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut : % Alokasi = x x 100 % = 10,72 % 4. Biaya Energi dan Fasilitas Biaya energi dan fasilitas ini berhubungan dengan aktivitas-aktivitas yang menggunakan energi atau fasilitas pada saat aktivitas tersebut dilakukan. Aktivitasaktivitas yang diidentifikasi sebagai aktivitas yang menggunakan / membutuhkan energi dan fasilitas adalah aktivitas pemesanan bahan, pelubangan pada divisi

35 119 assembly, pelapisan baik pada divisi assembly, perakitan baik pada divisi assembly dan machine production, pemotongan dan pengepressan pada divisi machine production. (Lihat table 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya dengan Jenis Overhead Perusahaan) Untuk pengalokasian biaya overhead, akan digunakan dasar total biaya energy dan fasilitas yang terjadi pada masing-masing aktivitas tersebut. Berikut merupakan total biaya energy telepon, bahan bakar dan listrik yang dikeluarkan oleh perusahaan pada September o Total biaya telepon = Rp ,00 o Total biaya bahan bakar = Rp ,00 o Total biaya listrik = Rp ,00 o Total biaya yang dibebankan = Rp ,00 Maka berdasarkan data total biaya energy dan fasilitas yang dikeluarkan oleh perusahaan, dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya energy dan fasilitas ke aktivitas dengan cara sebagai berikut : Aktivitas pemesanan bahan menyebabkan biaya telepon, aktivitas pelubangan, pelapisan pada divisi assembly dan perakitan pada divisi assembly dan machine production menyebabkan biaya bahan bakar (solar) karena alat-alat yang digunakan menggunakan tenaga penggerak kompresor, sedangkan aktivitas pemotongan dan pengepressan pada divisi machine production menyebabkan timbulnya biaya listrik. Sehingga perhitungan pembobotannya dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : kategori pemakaian biaya telepon, kategori biaya bahan bakar, dan kategori biaya listrik.

36 120 Untuk kategori biaya telepon, terdapat 2 aktivitas yang menyebabkan terjadinya biaya telepon, yaitu aktivitas pemesanan bahan divisi assembly dan pemesanan bahan divisi machine production. Untuk pengalokasiaannya akan digunakan dasar total biaya telepon yang terjadi yaitu sebesar Rp ,00 dan kemudian dibandingkan dengan total biaya energy dan fasilitas yang terjadi, yaitu sebesar Rp ,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menyebabkan biaya telepon, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut : % Alokasi = x x 100 % = 5,90 % Untuk kategori biaya bahan bakar, terdapat 4 aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya bahan bakar, yaitu aktivitas pelubangan, pelapisan, dan perakitan divisi assembly serta aktivtas perakitan divisi machine production. Untuk pengalokasiannya akan digunakan dasar total biaya bahan bakar yang terjadi sebesar Rp ,00 kemudian dibandingkan dengan total biaya energy dan fasilitas yang terjadi pada perusahaan yaitu sebesar Rp ,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menyebabkan terjadinya biaya bahan bakar, yaitu 4 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut : % Alokasi = x x 100 % = 1,45 %

37 121 Sedangkan untuk kategori biaya listrik, terdapat 2 aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya listrik, yaitu aktivitas pemotongan dan aktivitas pengepressan pada divisi machine production. Untuk pengalokasiaanya akan digunakan dasar total biaya listrik yang terjadi sebesar Rp ,00 dan dibandingkan dengan total biaya energi dan listrik yang terjadi pada perusahaan, yaitu sebesar Rp ,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menyebabkan terjadinya biaya listrik, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut : % Alokasi = x x 100 % = 41,20 % 5. Biaya Promosi Biaya promosi berkenaan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan produk sehingga biaya ini dibebankan pada semua aktivitas yang ada baik aktivitas divisi assembly maupun divisi machine production secara merata. Untuk pengalokasiannya akan digunakan dasar total jumlah aktivitas yang ada pada divisi assembly maupun divisi machine production. Total jumlah aktivitas yang ada baik pada divisi assembly maupun pada divisi machine production = 20 aktivitas, sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut. 1 % Alokasi = x 100 % = 5 % 20

38 Biaya Pesan Biaya pesan ini hanya berhubungan dengan aktivitas pemesanan bahan, baik untuk pemesanan bahan kebutuhan dari divisi assembly maupun divisi machine production. Biaya pesan ini merupakan biaya yang dibebankan oleh supplier ke perusahaan untuk pengiriman bahan baku / biaya pengangkutan bahan baku. Untuk pengalokasian biaya pesan ini akan digunakan dasar total penerimaan bahan divisi assembly dan divisi machine production yang terjadi pada bulan Agustus Berikut adalah data penerimaan bahan perusahaan pada bulan Agustus 2005 yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak manajemen perusahaan. o Penerimaan bahan untuk divisi assembly pada bulan Agustus 2005 = Rp ,00 o Penerimaan bahan untuk divisi machine production pada bulan Agustus 2005 = Rp ,00 o Total penerimaan bahan = Rp ,00 Berdasarkan data total penerimaan bahan tersebut maka dapat dihitung pembobotan per aktivitas sebagai berikut. Aktivitas pemesanan bahan divisi assembly % Alokasi = x 100 % = % Aktivitas pemesanan bahan divisi machine production % Alokasi = x 100 % = %

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 6 BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Gedesco Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri furniture. Perusahaan ini memproduksi berbagai jenis furniture untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN ABC METODOLOGI DI PT. GEDESCO SEJAHTERA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN ABC METODOLOGI DI PT. GEDESCO SEJAHTERA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2005/2006 PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN ABC METODOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada SETIA BARU Furniture Pada bab ini Penulis akan membahas tentang perhitungan Harga Pokok Produksi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Klasifikasi Biaya pada PT Hotmal Jaya Perkasa

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Klasifikasi Biaya pada PT Hotmal Jaya Perkasa BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerapan Klasifikasi Biaya pada PT Hotmal Jaya Perkasa Dalam melakukan analisis biaya relevan, diperlukan pengklasifikasian biaya yang terjadi di dalam suatu perusahaan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan CV Danmas Cushion merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang ekspor mebel,yang tepatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Pembagian tugas berdasarkan jabatan pada struktur organisasi di PT. Ocean Centra Furnindo adalah sebagai berikut: 1. Direktur Direktur adalah merupakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada Bab IV mengenai analisis perbandingan alokasi kos metode tradisional departemental dengan metode activity-based

Lebih terperinci

Penentuan Harga Jual Berdasarkan Perhitungan Harga Pokok Pesanan Dengan Menggunakan Metode Full Costing Pada Cyber Advertising

Penentuan Harga Jual Berdasarkan Perhitungan Harga Pokok Pesanan Dengan Menggunakan Metode Full Costing Pada Cyber Advertising Penentuan Harga Jual Berdasarkan Perhitungan Harga Pokok Pesanan Dengan Menggunakan Metode Full Costing Pada Cyber Advertising Sherly Vicky Handayani 26211740 Akuntansi Latar Belakang Masalah Tujuan didirikannya

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB Akuntansi Biaya Modul ke: Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk Bab IV PEMBAHASAN Perhitungan harga pokok produksi yang akurat sangatlah penting bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk dapat menentukan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan.

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan. BAB IV PEMBAHASAN IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi Pada PT Grahacitra Adhitama ditemukan pengklasifikasian dan perhitungan biaya produksi yang kurang tepat, yaitu : 1. Ada beberapa unsur

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE JUST IN TIME DALAM PENGADAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA DRESS COLLECTION. Adri Maldini Fakultas Ekonomi Akuntansi

PENERAPAN METODE JUST IN TIME DALAM PENGADAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA DRESS COLLECTION. Adri Maldini Fakultas Ekonomi Akuntansi PENERAPAN METODE JUST IN TIME DALAM PENGADAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA DRESS COLLECTION Adri Maldini 20213267 Fakultas Ekonomi Akuntansi Latar Belakang Masalah 1. Perusahaan harus mengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga barang kebutuhan sehari-hari dan tidak menutup kemunginan harga bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga barang kebutuhan sehari-hari dan tidak menutup kemunginan harga bahanbahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kenaikan harga minyak dunia, yang juga berimbas pada naiknya harga BBM di Indonesia tidak dapat dihindari lagi dampaknya. Hal ini sangat berdampak pada naiknya harga-harga

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. Ocean Centra Furnindo PT. Ocean Centra Furnindo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur khususnya industri spring bed. Tempat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PT. MAHOGANY LESTARI 1. Direktur Direktur merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasional perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

Bab 1. PENDAHULUAN

Bab 1.  PENDAHULUAN Bab 1 http://www.gunadarma.ac.id/ PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi biaya yang tepat dan akurat dapat membantu perusahaan untuk menentukan harga jual yang sesuai dengan mutu produk tersebut.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI SOAL KASUS METODE HARGA POKOK PESANAN PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI SOAL KASUS METODE HARGA POKOK PESANAN PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI SOAL KASUS METODE HARGA POKOK PESANAN PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA ALOKASI ANGGARAN BOP DAN PERHITUNGAN TARIF BOP PERUSAHAAN MEBEL MEKAR JAYA ALOKASI ANGGARAN BOP

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan BAB IV HASIL PENELITIAN Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan Surapati nomor 109 Bandung, dimana perusahaan bergerak pada bidang konveksi yang memproduksi dan menjual berbagai

Lebih terperinci

HARGA POKOK PESANAN. Kasus:

HARGA POKOK PESANAN. Kasus: 1 Kasus: HARGA POKOK PESANAN A. Informasi Umum Perusahaan Sejak tanggal 1 Januari 2013, Tuan Fadhil mendirikan sebuah perusahaan mebel JUJUR yang berlokasi di Dusun Ketulan RT04/RW02, Candibinangun, Pakem,

Lebih terperinci

PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN)

PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN) PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN) Karakteristik Perusahaan Manufaktur Dalam perusahaan manufaktur ada tiga kegiatan atau fungsi utama yaitu kegiatan produksi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco (PT. CAKUP) terletak di Jl. Eka Surya Gg.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco (PT. CAKUP) terletak di Jl. Eka Surya Gg. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco (PT. CAKUP) terletak di Jl. Eka Surya Gg. Sidodadi Lingk. XXII Kelurahan Gedung Johor, Deli Tua, Medan didirikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Komponen Biaya Produksi. 1. Terdapat perhitungan tenaga kerja langsung yang kurang tepat,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Komponen Biaya Produksi. 1. Terdapat perhitungan tenaga kerja langsung yang kurang tepat, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Komponen Biaya Produksi Menghitung dan menganalisis harga pokok produksi diperlukan data data biaya yang akurat dan perhitungan biaya harga pokok produksi

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) A. Pengertian Activity Based Costing ( ABC ) Sebelum mengetahui apa itu yang dimaksud dengan Activity Based Costing (ABC), telebih dahulu

Lebih terperinci

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA - Jurusan Teknik Industri TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA Teknik Industri Lesson 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Kode : TID 4019 Semester : 3 Beban Studi : 3 SKS Capaian Pembelajaran (CPL): 1. Menguasai

Lebih terperinci

BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ACTIVITY-BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA MENGADAKAN PENINGKATAN TERHADAP EFISIENSI, KUALITAS DAN WAKTU

BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ACTIVITY-BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA MENGADAKAN PENINGKATAN TERHADAP EFISIENSI, KUALITAS DAN WAKTU MEDIA BISNIS ISSN: 2085-3106 Vol. 7, No. 1, Edisi Maret 2015, Hlm. 75-110 http: //www.tsm.ac.id/mb BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ACTIVITY-BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA MENGADAKAN PENINGKATAN

Lebih terperinci

OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB

OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB Sumber daya adl : unsur yang dibebankan atau yang digunakan dalam pelaksanaan suatu aktivitas. Misalnya : gaji

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Latar Belakang Instansi/Perusahaan

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Latar Belakang Instansi/Perusahaan BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Latar Belakang Instansi/Perusahaan merupakan salah satu home industry yang bergerak dalam bidang furniture. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian di PT. Jaya Sakti Tekstil dan melakukan pembahasan atas hasil penelitian tersebut, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Perusahaan Ardy Craft merupakan sebuah perusahaan keluarga yang bergerak di bidang industry kerajinan tradisional yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Lampiran I : Uraian Tugas dan Tanggung Jawab PT. Sinar Makmur 1. Direktur Direktur merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang bertanggung jawab terhadap seluruh

Lebih terperinci

HARGA POKOK PRODUKSI

HARGA POKOK PRODUKSI HARGA POKOK PRODUKSI Suatu perusahaan perlu menetukan harga pokok bagi produksi yang dihasilkan, karena harga pokok itu merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi penentuan harga jual dasar penentuan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN Gejala-gejala Sistem Biaya yang Telah Usang 1. Hasil penawaran yang sulit dijelaskan 2. Harga jual bervolume tinggi yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 2. Diskripsi CV. Jawa Dipa CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1. Latar Belakang Perusahaan PT. Sinar Jaya Prakarsa merupakan sebuah perusahaan swasta yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas), didirikan pada tahun 1982 oleh Bapak Amir Djohan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah perusahaan PT GAGAHMAS WIRAMAJU merupakan sebuah perusahaan industri Polyurethane yang bergerak dalam bidang pembuatan dan penjualan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Ivana Mery Lestari Matras merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi spring bed. Perusahaan ini berdiri pada tahun

Lebih terperinci

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang BAB III Objek Penelitian III.1. Sejarah singkat Perusahaan PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang furniture / meubel. Kegiatan utama dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang membahas mengenai penentuan harga pokok produk. Akuntansi biaya secara khusus berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Biaya Produksi PT. Sorin Maharasa adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri berbahan baku daging. Perusahaan tersebut menghasilkan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Agribisnis Semester : IV Pertemuan Ke : 5 Pokok Bahasan : Penentuan Harga Jual dan Pengambilan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Andini Sarana didirikan pada tanggal 31 Mei 1983 oleh Drg. John Takili dengan menempati sebuah garasi dengan beberapa mesin sederhana dan 6 orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya dan Pengklasifikasian Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, dagang dan jasa. Dalam

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

BAB III BIAYA PRODUKSI USAHA DAGANG TIGA PUTRA MOJOKERTO UNTUK PENINGKATAN LABA USAHA. A. Deskripsi Umum Usaha Dagang Tiga Putra

BAB III BIAYA PRODUKSI USAHA DAGANG TIGA PUTRA MOJOKERTO UNTUK PENINGKATAN LABA USAHA. A. Deskripsi Umum Usaha Dagang Tiga Putra BAB III BIAYA PRODUKSI USAHA DAGANG TIGA PUTRA MOJOKERTO UNTUK PENINGKATAN LABA USAHA A. Deskripsi Umum Usaha Dagang Tiga Putra 1. Sejarah Usaha Dagang Tiga Putra UD. Tiga Putra merupakan sebuah usaha

Lebih terperinci

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB Pembebanan Biaya ke Produk 2 Obyek Biaya Biaya Langsung Biaya Bahan Biaya Tenaga Kerja PRODUK Biaya tdk Langsung Biaya

Lebih terperinci

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI BAB I HARGA POKOK PRODUKSI A. Definisi Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA Manajemen dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai keahlian serta kemampuan untuk memanfaatkan setiap faktor produksi yang ada. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi dan pengelompokan biaya. dengan pendapatan untuk menentukan laba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi dan pengelompokan biaya. dengan pendapatan untuk menentukan laba. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Biaya Produksi a. Definisi dan pengelompokan biaya Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 50 LAMPIRAN 51 LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informasi ataupun data yang diperoleh penulis didapat melalui pengamatan langsung dan wawancara terstruktur kepada informan. Wawancara dilakukan denggan pemilik

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Pertemuan 3 Activity Based Costing 1 Pertemuan 3 Activity Based Costing A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture. 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah dan perkembangan perusahaan Jepara merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Apindowaja Ampuh Persada merupakan industri manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan dan perbaikan mesin-mesin produksi kelapa sawit. PT.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Secara garis besar bahwa akuntansi dapat diartikan sebagai pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum A. Sejarah Singkat Giat Printing Malang Giat Printing Malang merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang percetakan kertas. Usaha yang didirikan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI, ACTIVITY BASED COSTING DAN SISTEM BIAYA KONVENSIONAL PADA PERUSAHAAN X.

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI, ACTIVITY BASED COSTING DAN SISTEM BIAYA KONVENSIONAL PADA PERUSAHAAN X. PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI, ACTIVITY BASED COSTING DAN SISTEM BIAYA KONVENSIONAL PADA PERUSAHAAN X. Maya Sova dan Juli Anwar Universitas Respati Indonesia & STIE Binaniaga ABSTRACT The activity Based

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

METODE HARGA POKOK PESANAN

METODE HARGA POKOK PESANAN 1 METODE HARGA POKOK PESANAN Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method) adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus mendapat perhatian dalam menentukan biaya produksi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA 1. Sudah berapa lama APP berdiri? APP sudah berdiri selama 16 tahun, didirikan pada tanggal 25 April 1997 yang dibuat di hadapan notaris Rachmat Santoso, S.H agar dapat memproduksi

Lebih terperinci

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek? Nama : Bagian : A. Analisis Sasaran Perusahaan Analisis Dukungan Fungsi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan No. Kategori Pertanyaan Y T 1. Rencana Jangka Panjang (Strategis) 1. Apakah selama ini fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Journal of Applied Business And Economics Vol. 3 No. 2 (Des 2016) 61-68 ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Oleh: Litdia Dosen Fakultas

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-10 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

COST ACCOUNTING MATERI-10 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA COST ACCOUNTING MATERI-10 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA DEFINISI BIAYA TENAGA KERJA Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC)

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC) Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC) Masitoh 1, Hadi Setiawan 2, Sirajuddin 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa masitoh_12ipa3@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konsumen dibuat berdasarkan biaya produksi per unit ditambah persentase mark up,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konsumen dibuat berdasarkan biaya produksi per unit ditambah persentase mark up, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulu Penelitian Setiadi dkk. (2014) mengenai perhitungan harga pokok produksi dalam penentuan harga jual pada CV. Minahasa Mantap Perkasa diperoleh hasil

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Putra Sejahtera Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang pendaurulangan (vulkanisir) ban. Vulkanisir ban adalah suatu proses perbaikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM Nama NPM Jurusan : Siswanti : 2A214321 : Akuntansi Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Carter & Usry (2006;11)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Carter & Usry (2006;11) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar bisa dibagi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan faktor penting dalam menentukan harga pokok, karena dalam kegiatan operasi suatu perusahaan untuk menghasilkan produk harus mengeluarkan

Lebih terperinci

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan Bab 1 Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya 1.1 Pengertian Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana mencatat, megukur dan melaporkan tentang informasi biaya

Lebih terperinci

BIAYA OVERHEAD PABRIK

BIAYA OVERHEAD PABRIK Pert 14 BIAYA OVERHEAD PABRIK T E A M T E A C H I N G U N I V E R S I T A S I S L A M M A L A N G 2016 Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM/PROGRAM YANG BERJALAN. produksi/semi produksi/ jasa cutting tissue (converting tissue). Perusahaan ini berdiri

BAB 3 ANALISIS SISTEM/PROGRAM YANG BERJALAN. produksi/semi produksi/ jasa cutting tissue (converting tissue). Perusahaan ini berdiri BAB 3 ANALISIS SISTEM/PROGRAM YANG BERJALAN 3.1. Latar belakang perusahaan PT. Duta Indah Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi/semi produksi/ jasa cutting tissue (converting

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi Rulam, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ar-Ruzz Media : Yogyakarta, 2014.

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi Rulam, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ar-Ruzz Media : Yogyakarta, 2014. 72 DAFTAR PUSTAKA Alimuddin, Analisis Pendekatan Target Costing Sebagai Alat Penilaian Efisiensi Produksi Semen Pada PT. Semen Tonasa Kabupaten Pangke, Skripsi Universitas Hasanuddin : Makassar, 2012.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. Sinar Rejeki Lasindounggul merupakan perkembangan dari Sinar Rejeki yang didirikan pada tanggal 30 agustus 1982. Sinar Rejeki pada

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING. Prepared by Yuli Kurniawati

ACTIVITY BASED COSTING. Prepared by Yuli Kurniawati ACTIVITY BASED COSTING Prepared by Yuli Kurniawati BIAYA PER UNIT Biaya per unit adalah total biaya terkait dengan unit yang diproduksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Contoh : Jumlah biaya

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PEMASARAN

ANALISIS BIAYA PEMASARAN ANALISIS BIAYA PEMASARAN Dalam arti sempit biaya pemasaran hanya meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual produk ke pasar. Dalam arti luas biaya pemasaran meliputi semua biaya yang terjadi sejak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Ada beberapa penafsiran mengenai pengertian Akuntansi Biaya seperti yang dikemukakan oleh : Menurut Mulyadi (2005:7) dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Akuntansi Manajemen 1. Pengertian Akuntansi Manajemen Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI BAB II HARGA POKOK PRODUKSI Bab ini berisi teori yang akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis data. Mencakup pengertian dan penggolongan biaya serta teori yang berkaitan dengan penentuan harga

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan Dosen: Christian Ramos K COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan REFERENSI: Hongren, Charles T., Cost Accounting, Prentice Hall (BOOK) Vanderbeck, Principles of Cost Accounting, Cengage

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI Di Susun oleh : FITRI AFRIYANTI 3 EB 21 22210824 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN Kelancaran atau keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar untuk

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS Pert 4 PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya per Unit Perhitungan biaya berdasarkan fungsi dan berdasarkan aktivitas membebankan biaya kepada objek

Lebih terperinci

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK. Muniya Alteza

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK. Muniya Alteza ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK Muniya Alteza Pada bagian ini akan dibicarakan biaya-biaya sbb: 1. Biaya-biaya pabrik (disebut pula biaya overhead pabrik) 2. Biaya-biaya distribusi (disebut pula biaya penjualan)

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak.

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak. Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci