ANALISIS PENGELOLAAN PIUTANG USAHA IRYANI STIE WIRA BHAKTI MAKASSAR ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGELOLAAN PIUTANG USAHA IRYANI STIE WIRA BHAKTI MAKASSAR ABSTRAK"

Transkripsi

1 10 ANALISIS PENGELOLAAN PIUTANG USAHA IRYANI STIE WIRA BHAKTI MAKASSAR ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan piutang usaha terhadap resiko piutang tak tertagih pada Robin Cell. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan teknik studi kasus. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menilai resiko kredit, Robin Cell menerapkan 5C (capacity, character, capital, collateral, condition). Analisis kredit 5C bertujuan untuk memberikan gambaran bagi Robin Cell dalam memberikan piutang kepada debiturnya dalam melakukan pembayaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan metode penentuan taksiran kerugian piutang tak tertagih dengan menggunakan analisis umur piutang, menunjukkan bahwa pengelolaan piutang usaha pada Robin Cell telah berjalan dengan baik Kata-kata kunci: piutang usaha, piutang tak tertagih, dan pengelolaan piutang. Latar Belakang PENDAHULUAN Dewasa ini teknologi komunikasi semakin berkembang dan terus maju, berbagai alat komunikasi dengan teknologi canggih sudah banyak digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan sebutan HP (handphone) merupakan salah satu alat komunikasi yang sedang digemari oleh banyak orang. Pada awalnya penggunaan telepon genggam hanya oleh orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk membelinya, mengingat saat itu harga telepon genggam masih sangat mahal. Namun kini, dimanapun berada dapat dengan mudah menjumpai orang yang mempunyai handphone dan itu merupakan suatu pemandangan yang sudah biasa. Seiring berkembangnya waktu, handphone tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi saja, melainkan sebagai multimedia yang disebut smartphone. Smartphone memiliki daya tarik tersendiri di seluruh kalangan, baik dari anak-anak, remaja, maupun orang tua. Smartphone menjadi solusi tepat sebagai komunikasi saat ini karena teknologinya yang canggih, dan tidak sedikit orang yang sering mengganti smartphone-nya karena ingin fasilitas yang lebih baik untuk mengikuti perkembangan jaman, serta jumlah pengguna handphone dari tahun ke tahun semakin bertambah. Penggunaan alat komunikasi dapat menjadikan sebagai peluang usaha seperti konter penjualan handphone serta pulsa, karena mayoritas menggunakan kartu prabayar. Penggunaan telepon seluler di Indonesia lebih dari 80% mengunakan sistem prabayar, sedang selebihnya adalah menggunakan pascabayar (20%). Perkembangan lainnya adalah semakin banyaknya penggunaan BlackBerry, Android, iphone, sampai handphone yang murah, serta penggunaan modem yang menyediakan beberapa alternatif pilihan provider.

2 11 Kini hal tersebut dapat menjadi peluang usaha yang sangat menjanjikan dengan kemajuan teknologi telekomunikasi yang sangat cepat, dimana pengguna handphone semakin hari semakin terus bertambah. Apalagi di kota-kota besar, satu orang bisa mempunyai 2-3 nomor dari operator yang berbeda. Hal itu merupakan salah satu bukti bahwa peluang bisnis usaha tersebut dapat menjadi pilihan usaha alternatif. Dengan pertumbuhan ekonomi yang ada di Kota Makassar, maka usaha konter penjualan handphone serta pulsa menjadi berkembang di berbagai tempat. Pada umumnya, sebuah usaha mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan laba dengan memperhatikan pangsa pasar yang ada. Untuk meningkatkan kinerjanya, maka harus mempunyai suatu strategi. Salah satu strategi yang dilakukan adalah menjual barangnya secara kredit. Piutang menunjukkan adanya klaim perusahaan kepada pihak (perusahaan) lain dalam bentuk uang, barang, jasa atau dalam bentuk aktiva non kas lainnya yang harus dilakukan penagihan pada tanggal jatuh temponya (Syakur, 2009). Piutang usaha dapat berupa tagihan yang timbul karena penjualan barang dagangan dan jasa atau penjualan aktiva lainnya yang dilakukan secara kredit dan transaksi-transaksi lainnya. Robin Cell merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang penjualan handphone, pulsa, kartu prabayar, serta perbaikan handphone. Penjualan handphone yang dilakukan oleh Robin Cell dilakukan secara tunai dan kredit. Dalam melakukan penagihan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh Robin Cell. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengelolaan Piutang Usaha. Perumusan Masalah Sesuai dengan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah pada studi ini adalah apakah pengelolaan piutang usaha pada Robin Cell dapat dikendalikan dengan baik? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan piutang usaha terhadap resiko piutang tak tertagih pada Robin Cell. Batasan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka batasan masalah penelitian ini yaitu hanya membahas tentang pengelolaan piutang usaha yang berhubungan dengan resiko piutang tak tertagih dengan cara: 1. Menganalisa pengelolaan piutang usaha yang telah dijalankan oleh Robin Cell. 2. Menganalisa resiko piutang tak tertagih. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan input tentang pengelolaan piutang usaha dan resiko piutang tak tertagih pada Robin Cell. 2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja keuangan Robin Cell. 3. Sebagai referensi yang berkaitan dengan pengelolaan piutang usaha dan resiko piutang tak tertagih pada suatu usaha dan untuk mengetahui cara mengelola piutang usaha dalam menghadapi resiko piutang tak tertagih.

3 12 TINJAUAN PUSTAKA Piutang Piutang (receivables) merupakan hal penting bagi perusahaan yang menjual produk dan jasanya secara kredit. Penjualan produk dan jasa secara kredit dilakukan sebagai upaya dalam menarik pelanggan agar tetap loyal pada perusahaan. Sebelum uang muka yang berasal dari penjualan produk dan jasa secara kredit, maka akan timbul tagihan-tagihan yang merupakan piutang untuk suatu jangka waktu tertentu. Piutang adalah hak perusahaan untuk menerima kas di masa yang akan datang (Munawir, 2004). Menurut Warren, Reeve dan Fess (2005) piutang diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Piutang usaha (accounts receivable) Transaksi yang paling banyak memungkinkan menciptakan piutang adalah penjualan barang secara kredit. Piutang usaha ini normalnya akan ditagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti hari yang dikelompokkan sebagai aset lancar. 2. Wesel tagih (notes receivable) Wesel tagih adalah tagihan yang didukung dengan janji tertulis debitur untuk membayar pada tanggal tertentu. Wesel tagih diperkirakan akan ditagih dalam jangka waktu setahun. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. 3. Piutang lain-lain (other receivables) Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Apabila tertagihnya dalam waktu satu tahun, maka diklasifikasikan sebagai asset tidak lancar di bawah akun investasi. Piutang ini meliputi: bunga, piutang pajak, piutang pejabat atau piutang karyawan. Pada umumnya, setiap perusahaan telah mempersiapkan perencanaan yang sistematis dalam mengelola sumber dayanya untuk mencapai tingkat perkembangan dan pertumbuhan yang diharapkan dalam prakteknya, perkembangan dan pertumbuhan ini dapat dicapai melalui perluasan volume penjualan. Untuk meningkatkan volume penjualan, perusahaan cenderung melakukan penjualan barang dan jasa secara kredit dalam rangka meraih pelanggan sebanyak mungkin. Kebijakan penjualan barang dan jasa secara kredit yang diterapkan perusahaan menimbulkan piutang, dimana dana yang diinvestasikan dalam piutang tersebut diharapkan akan kembali dalam waktu kurang dari satu tahun sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pendapat bagi perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial dalam jangka pendek. Oleh karena itu, maka diperlukan suatu aktivitas penagihan yang terencana untuk menjamin kelangsungan operasional perusahaan. Hal tersebut dikarenakan jika perusahaan sanggup mempercepat perputaran piutang, maka waktu terikatnya modal pada piutang akan lebih pendek dan akan memperkecil kemungkinan resiko tidak dilunasinya piutang, sehingga perusahaan akan mendapatkan laba. Adapun risiko yang terkandung dalam piutang, yaitu: 1. Risiko tidak terbayarnya seluruh piutang. 2. Risiko tidak terbayarnya sebagian piutang. 3. Risiko keterlambatan modal dalam piutang. 4. Risiko tertanamnya modal dalam piutang. Perputaran piutang merupakan rasio perbandingan antara jumlah penjualan kredit selama periode tertentu dengan piutang rata-rata (Syamsudin, 2007). Menurut Wicaksana (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah:

4 13 1. Persentase Penjualan Kredit Semakin besar penjualan secara kredit maka semakin besar pula piutang yang akan diperoleh. Ketika perusahaan mengalami pertumbuhan penjualan maka tingkat investasi dalam piutang juga akan naik. 2. Ketentuan Penjualan Ketentuan penjualan mengidentifikasi kemungkinan diskon untuk pembayaran yang lebih awal, periode diskon, dan periode kredit total. Pada umumnya ketentuan penjualan dinyatakan dalam bentuk a/b, net c, yang menunjukkan bahwa pelanggan dapat mengurangi a persen apabila tagihan itu dibayar dalam b hari, bila tidak maka harus dibayar dalam c hari. 3. Tipe Pelanggan Penentuan tipe pelanggan merupakan variabel yang menentukan dalam melihat kualifikasi pelanggan dalam mendapatkan kredit. Ketika perusahaan menerima pelanggan yang kurang layak kredit akan mengakibatkan biaya gagal bayar. 4. Usaha Penagihan Kunci mempertahankan pengawasan atas penagihan piutang adalah fakta bahwa probabilitas gagal bayar meningkat seiring dengan umur tagihan. Kontrol atas piutang terfokus pada kontrol dan eliminasi piutang yang sudah lewat jatuh tempo. Kekuatan dan ketepatan waktu penagihan akan mempengaruhi periode tagihan yang sudah jatuh tempo tetapi masih lalai membayar. Sudah menjadi suatu kebiasaan dalam dunia usaha bahwa untuk memperlancar operasi dan perkembangan perusahaan dilakukan transaksi penjualan secara kredit, sehingga pemberian piutang juga untuk memenuhi keinginan pelanggan. Piutang Tak Tertagih Adanya piutang dalam kegiatan perusahaan memungkinkan terjadinya keadaan dimana piutang tersebut tidak dilunasi (bad debt). Perusahaan akan sangat dirugikan oleh adanya piutang tidak tertagih. Menurut Jerry, Kieso dan Terry (2007) piutang tidak tertagih adalah piutang pelanggan kepada perusahaan yang belum tentu bisa ditagih antara lain karena pelanggan menghilangkan diri atau karena memang tidak mampu membayar. Dengan adanya piutang tidak tertagih, maka perusahaan diharapkan menetapkan suatu kebijakan atas masalah piutang tidak tertagih. Dengan adanya volume penjualan yang cukup tinggi akan menimbulkan peningkatan piutang, sehingga resiko terjadinya kemacetan atas kerugian pendapatan piutang tersebut (piutang tidak tertagih) akan lebih tinggi dan nilai piutang akan berkurang. Oleh karena nilai piutang yang tinggi dan nilai total aktiva lancar dalam neraca, sehingga aktiva lancar yang digunakan untuk menghitung tingkat laba perusahaan akan lebih besar dengan meningkatnya piutang tidak tertagih tersebut. Suatu piutang yang tidak dapat ditagih merupakan kegiatan pendapatan yang memerlukan ayat pencatatan yang tepat dalam penurunan perkiraan piutang, penurunan laba, dan ekuitas perusahaan. Piutang tidak tertagih biasanya oleh pihak perusahaan menetapkan persentase tertentu untuk menggambarkan seberapa besar pengaruhnya terhadap kondisi keuangan perusahaan. Biasanya pengenaan persentasenya ditentukan berdasarkan umur piutang tersebut dan berdasarkan pengalaman periode yang lalu. Dalam proses mencairkan piutang untuk menjadi kas perusahaan, diperlukannya sistem yang memadai, sehingga diharapkan semua piutang dapat tertagih. Jika jumlah piutang tidak tertagih perusahaan cukup besar, maka hal ini akan mengurangi bentuk piutang yang terealisasi dan akan tentu dapat merugikan perusahaan.

5 14 Timbulnya piutang bagi perusahaan akan membawa konsekuensi perlunya penanganan yang serius, dimana diperlukan prosedur pencatatan piutang yang baik (Soemarso, 2004). Selain itu, perencanaan pengawasan yang memadai dan efektif, kemungkinan besar piutang dapat terlunasi sesuai dengan tanggal jatuh temponya. Menurut prinsip akuntansi, piutang tidak tertagih akan dibebankan menjadi biaya operasi. Apabila biaya operasi semakin meningkat, maka laba perusahaan akan menurun. Dalam laporan keuangan, piutang merupakan pos dari aktiva lancar yang dapat dijadikan sebagai investasi perusahaan. Jika jumlah piutang tidak tertagih perusahaan cukup besar, maka akan mengurangi jumlah piutang terealisasi, sehingga membuat investasi perusahaan akan berkurang menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Hampir setiap perusahaan pernah mengalami masalah piutang tak tertagih. Menurut Veithzal (2013) piutang tak tertagih dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari pihak kreditur. Faktor-faktor tersebut diantaranya: a. Keteledoran dari pihak kreditur mematuhi persetujuan pemberian piutang yang telah ditegaskan. b. Terlalu mudah memberikan piutang yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar kekayaan. c. Konsentrasi piutang pada sekelompok pengguna jasa atau sektor usaha yang beresiko tinggi. d. Kurang memadainya jumlah eksekutif dan staf bagian piutang. e. Lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepala para eksekutif dan staf bagian piutang. f. Lemahnya perusahaan mendeteksi timbulnya piutang macet termasuk mendeteksi arah perkembangan arus kas pengguna jasa atau debitur lama. 2. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari pihak debitur. Faktor-faktor tersebut diantaranya: a. Menurunnya kondisi ekonomi perusahaan yang disebabkan menurunnya kondisi ekonomi umum dan atau bidang usaha dimana mereka beroperasi. b. Adanya salah arus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan atau karena kurang pengalaman dalam bidang usaha yang ditangani. c. Problem keluarga, misalnya: perceraian, kematian, sakit berkepanjangan, pemborosan dana oleh salah satu atau beberapa anggota keluarga debitur. d. Kegagalan debitur pada bidang usaha atau perusahaan mereka yang lain. e. Munculnya kejadian diluar kekuasaan debitur, misalnya: perang dan bencana alam. f. Watak buruk debitur (yang semula memang merencanakan tidak akan melunasi piutangnya). Penyelesaian kredit atau piutang bermasalah berpedoman pada ketentuan sebagai berikut (Veithzal, 2013): 1. Terhadap debitur yang dipandang masih mempunyai prospek dan debitur masih mempunyai iktikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya, penyelamatan kredit antara lain dapat dilakukan melalui cara: a. Penagihan intensif oleh kreditur. b. Rescheduling, adalah upaya penyelamatan kredit dengan melakukan perubahan syaratsyarat perjanjian yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali atau jangka waktu. c. Reconditioning, adalah upaya penyelamatan kredit dengan cara melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh syarat perjanjian kredit, yang tidak terbatas hanya kepada

6 15 perubahan jadwal atau jangka waktu kredit saja, namun perubahan tersebut tanpa memberikan tambahan kredit. d. Restructuring, adalah upaya penyelamatan dengan melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit. e. Management Assistancy, adalah bantuan konsultasi dan manajemen profesional yang diberikan kreditur kepada debitur yang masih mempunyai prospek dan iktikad baik untuk melunasi kewajibannya, namun lemah di dalam pengelolaan perusahaannya, baik dengan cara menempatkan salah satu petugas kreditur maupun meminta bantuan pihak ketiga (konsultan) sebagai anggota manajemen. 2. Terhadap debitur yang dipandang kurang mempunyai prospek dan tidak mempunyai iktikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya, penyelesaian dapat ditempuh melalui cara: a. Novasi, adalah perjanjian yang menyebabkan hapusnya perikatan dan pada saat yang bersamaan timbul perikatan lainnya sebagai pengganti perikatan semula. b. Kompensasi, adalah salah satu cara hapusnya perikatan yang disebabkan oleh keadaan dimana dua orang atau pihak masing-masing merupakan nasabah satu terhadap lainnya. c. Likuidasi, adalah penjualan barang jaminan debitur untuk melunasi utang kepada bank, baik dilakukan oleh debitur yang bersangkutan maupun oleh pemilik jaminan dengan persetujuan dan dibawah pengawasan bank. d. Subrogasi, adalah penggantian hak-hak bank oleh pihak ketiga karena adanya pembayaran utang nasabah oleh pihak ketiga tersebut kepada bank yang dimaksud. e. Penebusan jaminan, adalah penarikan jaminan dari bank oleh nasabah atau pemilik jaminan denagn menyetorkan sejumlah uang yang ditetapkan oleh bank. 3. Terhadap debitur yang sudah tidak mempunyai prospek, namun masih mempunyai iktikad baik untuk melunasi kewajibannya dapat diberikan keringanan tunggakan bunga, denda, ongkos-ongkos. 4. Terhadap debitur yang sudah tidak mempunyai prospek dan tidak mempunyai iktikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya, penyelesaian kreditnya dapat ditempuh melalui pihak ketiga (Pengadilan Negeri). 5. Terhadap debitur kredit kecil yang sudah tidak mempunyai prospek dan masih mempunyai prospek, namun tidak memenuhi kewajibannya, penagihan dilakukan oleh kreditur secara intensif. Sistem Intern Pengendalian Piutang Pemberian piutang dimaksudkan untuk meningkatkan volume penjualan bagi sebuah perusahaan. Diharapkan dengan meningkatnya volume pejualan, maka sebuah perusahaan dapat memperoleh keuntungan. Namun, ada beberapa resiko atas keberadaan piutang yang dapat merugikan perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya pengendalian terhadap piutang tersebut. Untuk mengendalikan piutang, sebuah perusahaan perlu menetapkan kebijakan kreditnya. Kebijakan tersebut yang berfungsi sebagai standar. Apabila kemudian dalam pelaksanaan penjualan kredit dan pengumpulan piutang tidak dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka perusahaan perlu melakukan perbaikan. Tujuan melakukan pengendalian intern piutang adalah (Hery, 2014): 1. Meyakini kebenaran jumlah piutang yang ada yang benar-benar menjadi hak milik perusahaan. 2. Meyakini bahwa piutang yang ada dapat ditagih (collectable). 3. Ditaatinya kebijakan-kebijakan mengenai piutang. 4. Piutang aman dari penyelewengan.

7 16 Output dari sistem pengendalian intern piutang adalah berupa informasi dalam bentuk laporan keuangan atau laporan manajemen lain, sehingga karakteristik sistem pengendalian intern piutang identik dengan karakteristik informasi. Pada prinsipnya sistem pengendalian harus meminimalkan dan mendeteksi serta memperbaiki kesalahan ketika terjadi. Pelaksanaan sistem pengendalian intern untuk piutang harus menghasilkan suatu kepastian bahwa semua transaksi piutang telah dibukukan dan dapat dipertanggung jawabkan. Pengendalian intern terhadap piutang dimulai dari penerimaan order penjualan terus ke persetujuan atas order, persetujuan pemberian kredit, pengiriman barang, pembuatan faktur, verifikasi faktur, pembukuan piutang, penagihan piutang, yang akhirnya akan mempengaruhi saldo kas atau bank. Dalam hal ini harus diperhatikan pula retur penjualan secara periodik harus dibuat perincian piutang menurut golongan usianya untuk menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan dan menilai apakah bagian kredit dan bagian inkaso telah bekerja dengan efisien. Sistem pengendalian intern atas piutang secara keseluruhan, antara lain (Mulyadi. 2010): 1. Memisahkan fungsi pegawai atau bagian yang menangani transaksi penjualan (operasi) dari fungsi akuntansi untuk piutang. 2. Pegawai yang menangani akuntansi piutang, harus dipisahkan dari fungsi penerimaan hasil tagihan piutang. 3. Semua transaksi pemberian kredit, pemberian potongan dan penghapusan piutang, harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang. 4. Piutang harus dicatat dalam buku-buku tambahan piutang (accounts receivable subsidiary ledger). 5. Perusahaan harus membuat daftar piutang berdasarkan umurnya (aging schedule). Pengelolaan Piutang Dalam perjalanannya sebuah perusahaan memiliki dua sasaran yang saling bertentangan mengenai piutang. Disatu pihak, perusahaan ingin melakukan sebanyak mungkin penjualan kredit guna memperluas pangsa pasar. Namun disisi lain, piutang merupakan aktiva yang tidak produktif, yang tidak menghasilkan pendapatan (kas) hingga saat penagihannya terlunasi. Kesemuanya itu akan teratasi dengan adanya pengelolaan piutang yang baik, antara lain (Akmal, 2009): 1. Kebijakan kredit (standar kredit/kualitas rekening yang diterima, jangka waktu/periode kredit yang diberikan, discount/potongan tunai yang diberikan untuk pembayaran yang lebih awal). 2. Kebijakan pengumpulan piutang, dan faktor-faktor lain yang relevan. Keputusan kredit ini menyangkut tradeoff antara keuntungan (marginal profit) dan biaya tambahan (marginal cost) yang disebabkan oleh perubahan dalam salah satu atau kombinasi elemen-elemen tersebut. Banyaknya piutang yang tak tertagih akan membuat biaya penagihan meningkat. Akan tetapi, usaha pengumpulan piutang juga tidak dianjurkan terlalu agresif, karena dapat mengurangi penjualan dan keuntungan perusahaan di masa mendatang dan pelanggan akan beralih ke perusahaan lain, dalam hal pesaing. Pengelolaan piutang meliputi tiga tahap, yaitu: pertama, menyangkut kondisi yang menyebabkan timbulnya piutang; kedua, mengenai administrasi dan pengorganisasian piutang; dan ketiga menyangkut pelunasan piutang (Akmal, 2009).

8 17 Agar tujuan pengelolaan piutang dapat berjalan dengan baik dan benar dapat menekan tingkat piutang tak tertagih semaksimal mungkin, maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh pihak pimpinan perusahaan, yaitu (Akmal, 2009): 1. Character, menunjukkan kemungkinan atau probabilitas dari langganan untuk secara jujur untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. 2. Capacity, yaitu kemampuan langganan untuk membayar hutang tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian sebelum kredit diberikan. 3. Capital, yaitu modal yang dimiliki oleh langganan dalam menjalankan usahanya. Kalau modal langganan dalam menjalankan usahanya besar, maka diharapkan kerugian akibat piutang tak tertagih dapat ditekan seminimal mungkin. 4. Collateral, yaitu adanya jaminan guna mendukung pemberian kredit kepada langganan. 5. Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari tren ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan oleh perkembangan khusus dalam suatu bidang ekonomi yang mungkin mempunyai efek terhadap kemampuan langganan dalam memenuhi kewajibannya. Jenis Penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan teknik studi kasus yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta, objek atau subjek dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Robin Cell yang berlokasi di Kota Makassar. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Maret Mei Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari pihak yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan dan penyimpanan data (Sugiyono, 2013). Data sekunder adalah data yang sebelumnya telah tersedia, seperti data yang didapat dari laporan keuangan dan data lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian antara lain: 1. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung ke tempat objek yang diteliti untuk mendapatkan data yang bersangkutan. 2. Wawancara, yaitu dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan pihak perusahaan yang berwenang mengenai data.

9 18 Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu menganalisis data dengan cara menentukan, mengumpulkan, mengklarifikasi, menganalisis serta menginterprestasi (Sugiyono, 2013), sehingga menghasilkan gambaran mengenai pengelolaan piutang usaha terhadap resiko piutang tak tertagih. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Robin Cell adalah salah satu usaha yang bergerak di bidang penjualan handphone, pulsa, kartu prabayar, serta perbaikan handphone di Makassar yang didirikan sejak tahun 2015 dengan segmen pasar konsumen kelas menengah ke bawah. Modal awal pendirian Robin Cell sebesar Rp ,- yang memiliki satu orang karyawan, dan bangunannya berdiri diatas lahan sendiri. Penjualan handphone yang dilakukan oleh Robin Cell dilakukan secara tunai maupun kredit. Gambar 1 Piutang Bulan April 2016 (Dalam Ribu Rupiah) PENJUALAN UANG MUKA PIUTANG BUNGA Sumber: data primer diolah. Pada umumnya pelanggan lebih tertarik untuk membeli handphone secara kredit (gambar 1). Oleh karena itu, Robin Cell mempunyai kebijakan dalam memberikan kredit kepada pelanggannya yang dibuat untuk menghindari resiko yang dihadapi dalam penjualan kredit. Proses pembelian kredit kepada pelanggan Robin Cell, yaitu: 1. Calon debitur harus memiliki keeratan hubungan dengan karyawan maupun pemilik usaha. Hubungan tersebut berupa teman, saudara atau keluarga yang diketahui asal usulnya. Hal tersebut untuk menghindari calon kreditor apabila menunggak dan tidak diketahui asal usulnya. 2. Calon debitur mengajukan kredit dengan persyaratan administrasi, seperti: fotocopy KTP dan fotocopy KK. 3. Calon debitur memilih barang (handphone). 4. Calon debitur mengisi formulir pengajuan pembelian secara kredit dan menandatangani kesepakatan (kontrak) kredit barang. 5. Calon debitur membayar uang muka. 6. Barang (handphone) akan diantar sesuai dengan kesepakatan atau diambil di konter.

10 19 Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah investasi piutang pada Robin Cell, antara lain: 1. Persentase Penjualan Kredit Ketentuan penjualan mengidentifikasi kemungkinan diskon untuk pembayaran yang lebih awal, periode diskon, dan periode kredit total. Robin Cell memiliki suatu ketentuan dalam penjualan kreditnya. Ketentuannya yaitu, pembayaran angsuran yang dilakukan sebelum atau ketika jatuh tempo, maka debitur tidak akan dikenakan denda bunga. Ketentuan tersebut mempunyai dampak yang sangat baik bagi Robin Cell maupun debiturnya. Robin Cell akan memperoleh pembayaran piutang dengan lancar, dan debitur akan termotivasi untuk membayar hutangnya sesuai waktu yang telah ditentukan oleh Robin Cell. 2. Ketentuan Penjualan Penentuan tipe pelanggan merupakan faktor yang menentukan dalam melihat kualifikasi pelanggan dalam mendapatkan kredit. Dalam melakukan penjualan kredit, Robin Cell sangat memperhatikan 5C (Capacity, Character, Capital, Collateral, Condition). Analisis kredit ini dapat memberikan gambaran bagi Robin Cell dalam memberikan piutang kepada debiturnya dan Robin Cell lebih mengetahui hal-hal yang dimiliki debiturnya dalam melakukan pembayaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. a. Character (kepribadian) Robin Cell menilai kepribadian debiturnya berdasarkan informasi dari temannya maupun keluarganya, apakah debitur selalu lancar membayar hutangnya atau tidak. b. Capacity (kapasitas) Terkadang debitur ingin membeli barang secara kredit sebelum masa kredit habis. Oleh karena itu, Robin Cell memberikan solusi terbaik kepada debiturnya agar melunasi pembayarannya terlebih dahulu, kemudian Robin Cell akan mempermudah pembelian kredit berikutnya. c. Capital (modal) Robin Cell telah menetapkan kebijakan kepada karyawannya untuk menagih, piutang yang wajib ditagih kepada debitor adalah sebesar 95% dari jumlah piutangnya Jika karyawan berhasil menagih utangnya lebih dari 95%, maka Robin Cell memberikan insentif kepada karyawannya. Strategi ini dilakukan Robin Cell untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya. d. Collateral (kolateral) Robin Cell memberikan jaminan/garansi pada setiap barang yang dijualnya. e. Condition (kondisi) Robin Cell juga memiliki kebijakan dalam menilai resiko kredit yaitu faktor kondisi, seperti: ketika nasabah yang membeli barang secara kredit meninggal dunia, maka masalah pembayaran angsuran akan dibicarakan kepada keluarganya. Apakah pihak keluarga ingin melanjutkan pembayaran dengan meminta memperpanjang waktu angsuran atau tidak, semua akan disesuaikan menurut kesepakatan kedua belah pihak. 3. Usaha Penagihan Robin Cell mempunyai kebijakan mengenai penagihan. Penagihan yang dilakukan oleh Robin Cell sebenarnya telah sesuai prosedur. Prosedurnya yaitu penagihan melalui telepon sampai pemberian denda. Namun, pada pelaksanaannya masih terjadi kendala dalam penagihan piutang. Faktor utama yang menjadi kendala yang dihadapi Robin Cell dalam menagih piutang adalah faktor kondisi debitur, sehingga lalai membayar hutangnya. Misalnya debitor yang meninggal dunia, sehingga Robin Cell memberikan dispensasi dalam pembayaran angsuran. Kebijakan ini mempunyai sisi baik dan buruknya bagi Robin Cell. Jika dilihat dari sisi baiknya, maka Robin Cell akan mempunyai banyak nasabah karena perusahaan menerapkan kebijakan yang bersifat kekeluargaan, sedangkan sisi

11 20 buruknya adalah lambatnya penerimaan piutang sehingga mempengaruhi cash flow Robin Cell. 4. Pengendalian Piutang Didalam melakukan penjualan kredit, banyak resiko yang dihadapi Robin Cell. Oleh karena itu, Robin Cell membuat strategi untuk mengendalikan piutangnya. Selain menjual barangnya secara kredit, Robin Cell juga menjual barangnya secara tunai. Penerimaan penjualan secara tunai akan menjadi kas Robin Cell yang dapat digunakan apabila ada keterlambatan dalam pembayaran piutang usaha. Tabel 1 menunjukkan jumlah piutang pada bulan April 2016 sebesar Rp pada 20 orang debitor. Piutang yang belum jatuh tempo sebesar Rp Sedangkan, piutang yang jatuh tempo diklasifikasikan menjadi: 1 30 hari sebesar Rp , hari sebesar Rp , serta hari sebesar Rp Tabel 1 Piutang Jatuh Tempo Bulan April 2016 No. Debitor Jumlah Piutang Belum Jatuh Tempo Jatuh Tempo Total Sumber: data primer diolah. Penentuan taksiran kerugian piutang tak tertagih pada Robin Cell menggunakan analisa umur piutang. Tabel 2 menunjukkan bahwa besarnya piutang tak tertagih dengan rincian persentase piutang yang belum jatuh tempo sebesar 2% yaitu Rp Sedangkan persentase piutang yang sudah jatuh tempo 1 30 hari sebesar Rp (5%), persentase piutang yang sudah jatuh tempo hari sebesar Rp (10%), serta persentase piutang yang sudah jatuh tempo hari sebesar Rp (15%).

12 21 Tabel 2 Analisis Umur Piutang Status Piutang Saldo % Tak Tertagih Estimasi Piutang Tak Tertagih Belum Jatuh Tempo % Sudah Jatuh Tempo % % % Total Sumber: data primer diolah Perhitungan taksiran piutang tak tertagih pada Robin Cell dengan menggunakan analisa umur piutang sebesar Rp Ayat jurnal mencatat transaksi piutang tak tertagih Robin Cell pada bulan April 2016 sebagai berikut: Bulan/Tanggal Nama Akun Ref. Debit Kredit April 30 Cadangan Kerugian Piutang Rp Piutang Usaha Rp Kebijakan Robin Cell dalam melakukan pengendalian piutang yaitu dengan mengestimasi piutang tak tertagih sebesar 7%. Apabila piutang tak tertagih < 7%, maka pengendalian piutangnya baik. Tetapi, jika piutang tak tertagih > 7%, maka pengendalian piutangnya tidak baik. Dari metode penentuan taksiran kerugian piutang tak tertagih dengan menggunakan analisis umur piutang, dapat diketahui bahwa jumlah piutang tak tertagih pada bulan April 2016 sebesar 6% (Rp ) dari jumlah piutang (Rp ), sehingga menunjukkan bahwa pengelolaan piutang pada Robin Cell telah berjalan dengan baik. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Robin Cell sangat memperhatikan kebijakan kredit yang diberikan kepada debiturnya, yaitu: masa kredit, potongan harga, standar kredit, dan kebijakan penagihan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah investasi piutang pada Robin Cell, antara lain: persentase penjualan kredit, ketentuan penjualan, tipe pelanggan, dan usaha penagihan. 3. Dalam menilai resiko kredit, Robin Cell menerapkan 5C (Capacity, Character, Capital, Collateral, Condition) yang memberikan gambaran bagi Robin Cell dalam memberikan piutang kepada debiturnya dalam melakukan pembayaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 4. Pengelolaan piutang pada Robin Cell telah berjalan dengan baik, berdasarkan metode analisis umur piutang. Saran Perputaran piutang dan sistem penjualan kredit pada Robin Cell sudah cukup baik. Oleh karena itu, sebaiknya Robin Cell bisa lebih mengoptimalkan kinerja dari setiap bagian yang terkait dengan sistem penjualan kredit yang ada supaya dalam hasil perputaran piutang tidak mengalami penurunan. Salah satunya dengan cara memberikan pelayanan dan kualitas yang lebih baik kepada pelanggan. Dengan begitu, akan memperlancar penerimaan kas dan dapat mengurangi penunggakan karena keterlambatan membayar dari piutang, sehingga kinerja keuangan Robin Cell akan meningkat lebih baik.

13 22 DAFTAR PUSTAKA Akmal Pemeriksaan Manajemen Internal Audit. Jakarta: Penerbit Indeks. Hery Pengendalian Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana. Jerry, W.J., Kieso, D.E., & Terry, W.D Akuntansi Intermediate. Edisi Keduabelas. Jilid Satu. Jakarta: Salemba Empat. Munawir, S Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Aditya Media. Mulyadi Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Soemarso Akuntansi Suatu Pengantar. Buku Kesatu. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Syakur, S.A Intermediate Accounting. Jakarta: AV Publisher. Syamsudin, L Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Veithzal, R Manajemen Perbankan dari Teori ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Warren, C., Reeve, M.J., & Fess, P.E Accounting. Buku Kedua. Edisi Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat. Wicaksana, I Analisis Pengaruh Pengendalian Piutang Terhadap Efektifitas Arus Kas. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Sebagian besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Sebagian besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak 8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang usaha (account receivable) timbul akibat adanya penjualan kredit. Sebagian besar perusahaan menjual

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori-teori 1. Pengertian piutang Terdapat begitu banyak transaksi yang dilakukan perusahaan dalam aktivitasnya sehari-hari. Baik aktivitas membeli aktiva yang dibutuhkan perusahaan,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di PT. Dirgantara

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di PT. Dirgantara BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Pelaksanaan Kuliah Kerja Preaktek Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di PT. Dirgantara Indonesia Bandung, penulis ditempatkan di Direktorat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Sifat Sistem 2.1.1 Pengertian Sistem Sistem merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah perusahaan, karena sistem dapat menentukan berkembang atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang Herry (2009:266)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang  Herry (2009:266) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi suatu perusahaan karena merupakan aktiva lancar perusahaan yang paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, penelitian-penelitian yang pembahasannya menguraikan satu topik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, penelitian-penelitian yang pembahasannya menguraikan satu topik dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Adanya penelitian terdahulu yang telah dibahas sebelum penelitian ini dilakukan, penelitian-penelitian yang pembahasannya menguraikan satu topik dan permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mereka sendiri, dan disebut sistem lingkaran tertutup (closed-loop system). Sistem

BAB III LANDASAN TEORI. mereka sendiri, dan disebut sistem lingkaran tertutup (closed-loop system). Sistem BAB III LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan Laporan Kerja Praktek. Landasan teori yang akan dibahas ini meliputi permasalahan- permasalahan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian yang telah dilakukan Sitepu (2006) yang berjudul Analisis

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian yang telah dilakukan Sitepu (2006) yang berjudul Analisis BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang telah dilakukan Sitepu (2006) yang berjudul Analisis Manajemen Piutang Pada PT. Daya Muda Agung Cabang Medan, dengan perumusan masalah Apakah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piutang 2.1.1 Pengertian Piutang Secara umum piutang merupakan hak atas uang, barang dan jasa kepada orang lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Piutang Karena berbentuk penjualan kredit maka ada resiko yang tidak tertagih atau gagal bayar, maka dari itu perlu yang namanya manajemen piutang. Manajemen piutang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Piutang Istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas) dari pihak lain, baik sebagai akibat penyerahan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan kredit, oleh karena itu besar kecilnya penjualan kredit akan berpengaruh langsung terhadap jumlah piutang. Piutang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak

Lebih terperinci

Analisis Piutang Pada PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan Bandung

Analisis Piutang Pada PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan Bandung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-16 Analisis Piutang Pada PT. PLN (Persero) Area

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Proses menganalisis perusahaan, disamping dilakukan dengan melihat laporan keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang Menurut Niswonger et al (1999) piutang merujuk pada claims (tagihan) dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Piutang Penjualan barang dan jasa dari perusahaan pada saat ini banyak dilakukan dengan kredit sehingga ada tenggang waktu sejak penyerahan barang dan jasa sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Perputaran Piutang Usaha 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang dapat berubah menjadi kas (uang tunai). Piutang timbul dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang a. Pengertian Piutang Salah satu cara untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada serta menarik pelanggan baru adalah dengan melakukan penjualan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang usaha (account receivable) timbul akibtat adanya penjualan secara kredit. Pada sebagian besar perusahaan penjualan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

BAB 7 MANAJEMEN PIUTANG

BAB 7 MANAJEMEN PIUTANG BAB 7 MANAJEMEN PIUTANG A. Pendahuluan merupakan tagihan perusahaan kepada pihak lain yang timbul dari adanya transaksi penjualan perusahaan secara kredit. Manajemen piutang terutama menyangkut masalah

Lebih terperinci

CASH and RECEIVABLES

CASH and RECEIVABLES CHAPTER 7 CASH and RECEIVABLES Bab ini membahas mengenai elemen dari Laporan Keuangan, yaitu current assets Cash and Cash Equivalents and Receivables. Untuk kas, kata kuncinya adalah internal kontrol dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

kemudian hari bagi bank dalam arti luas; KAJIAN PUSTAKA Pengertian dasar tentang kredit bermasalah Dalam kasus kredit bermasalah, debitur mengingkari janji membayar bunga dan pokok pinjaman mereka yang telah jatuh tempo, sehingga dalam hal ini

Lebih terperinci

PENGANGGARAN PIUTANG

PENGANGGARAN PIUTANG PENGANGGARAN PIUTANG Pengertian Dan Manfaat Anggaran Piutang Piutang (receivable) adalah hak menagih sejumlah harta dari kreditor ( pemberi pinjaman) kepada debitor (penerima pinjaman) yang bersedia melunasinya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergantung sudut pandangnya, namun demikian definisi-definisi tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergantung sudut pandangnya, namun demikian definisi-definisi tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Piutang 1. Pengertian Piutang Setiap penulis memberikan definisi yang berbeda tentang piutang tergantung sudut pandangnya, namun demikian definisi-definisi tersebut memiliki

Lebih terperinci

TINGKAT KOLEKTIBILITAS PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI SAMARINDA. Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

TINGKAT KOLEKTIBILITAS PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI SAMARINDA. Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda TINGKAT KOLEKTIBILITAS PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI SAMARINDA Rian Saputra (1), LCA Robin Jonathan (2), Imam Nazaruddin Latif (2) rianpicces@gmail.com Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Akuntansi Pengertian sistem akuntansi (Mulyadi:2010) adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

Bab 7 Manajemen Piutang

Bab 7 Manajemen Piutang Dasar Manajemen Keuangan 97 Bab 7 Manajemen Piutang Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang manajemen piutang dan kredit, analisa perputaran dan anggaran pengumpulan piutang. D alam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Sistem Untuk mencapai tujuan suatu perusahaan dibutuhkan suatu sistem akuntansi yang dapat membantu perusahaan dalam mengelola sumber data keuangannya. Namun sebelum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Piutang 1) Pengertian Piutang Piutang merupakan keringanan kepada langganan-langganannya pada waktu melakukan pembayaran atas penjualan barang. Menurut Warren et al (2008: 404)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piutang Banyak perusahaan menjual produknya secara kredit agar dapat meningkatkan volume penjualannya, sehingga penerimaan kas pun akan lebih meningkat. Penjualan kredit tidak

Lebih terperinci

Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA

Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 2 PENGERTIAN DAN PENTINGNYA MODAL KERJA Terdapat dua konsep tentang modal kerja yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pencatatan sangat perlu dilakukan pada setiap kegiatan yang akan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pencatatan sangat perlu dilakukan pada setiap kegiatan yang akan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pencatatan 2.1.1.1 Pengertian Pencatatan Pencatatan sangat perlu dilakukan pada setiap kegiatan yang akan dan telah dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori tentang Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan tujuan (hasil akhir) dari suatu proses dan prosedur akuntansi, sebagai ringkasan informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penjualan Sumber pendapatan perusahaan diperoleh dari penjualan atau pemberian jasa perusahaan kepada pihak lain. Penjualan barang dan jasa dapat dilakukan dengan berbagai cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Untuk mencapai tujuan suatu perusahaan dibutuhkan suatu sistem akuntansi yang dapat membantu perusahaan dalam mengelola sumber data keuangannya. Namun sebelum

Lebih terperinci

ANALISIS PERPUTARAN PIUTANG USAHA TERHADAP HUTANG USAHA PADA PT. BINTANG AGROKIMIA UTAMA MEDAN

ANALISIS PERPUTARAN PIUTANG USAHA TERHADAP HUTANG USAHA PADA PT. BINTANG AGROKIMIA UTAMA MEDAN ANALISIS PERPUTARAN PIUTANG USAHA TERHADAP HUTANG USAHA PADA PT. BINTANG AGROKIMIA UTAMA MEDAN Sunarji Harahap STIE Professional Manajemen College Indonesia ABSTRAK Peranan piutang, khususnya piutang usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan yang ketat menyebabkan perusahaan harus mencari alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan yang ketat menyebabkan perusahaan harus mencari alternatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat persaingan yang ketat menyebabkan perusahaan harus mencari alternatif untuk meningkatkan volume penjualan produk. Peningkatan volume penjualan diharapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil penelitian ilmiah yang berkaitan dengan informasi akuntansi, informasi non akuntansi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud. BAB II LANDASAN TEORI Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas, Standar Akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit.

BAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit. BAB IV PEMBAHAS AN IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama IV.1.1. Analisis Kebijakan Penjualan Kredit Penjualan merupakan kegiatan operasional perusahaan di mana dengan ini perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A, Teori - Teori 1. Pengertian dan Jenis - Jenis Piutang Penjualan kredit merupakan strategi yang digunakan perusahaan untuk mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang Piutang juga merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi suatu perusahaan karena merupakan aktiva lancar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. operasional, manajemen sumber daya manusia dan manajemen keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. operasional, manajemen sumber daya manusia dan manajemen keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Kata manajemen memiliki pengertian yang sangat luas, ilmu manajemen ini memiliki beberapa cabang antara lain manajemen pemasaran,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dan berfungsi dengan tujuan yang sama. saling berintegritas satu sama lain.

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dan berfungsi dengan tujuan yang sama. saling berintegritas satu sama lain. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pengertian Sistem menurut Hall (2009:6), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan dan berfungsi dengan tujuan

Lebih terperinci

Volume II No.1, Februari 2016 ISSN : PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PIUTANG TERHADAP RESIKO KREDIT PADA KOPERASI IKA TEMAN LAMONGAN

Volume II No.1, Februari 2016 ISSN : PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PIUTANG TERHADAP RESIKO KREDIT PADA KOPERASI IKA TEMAN LAMONGAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PIUTANG TERHADAP RESIKO KREDIT PADA KOPERASI IKA TEMAN LAMONGAN *( Ratna Handayati Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran No.53A Lamongan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dewasa ini peranan akuntansi sebagai alat bantu pengambilan keputusankeputusan

BAB II LANDASAN TEORI. Dewasa ini peranan akuntansi sebagai alat bantu pengambilan keputusankeputusan BAB II LANDASAN TEORI A. AKUNTANSI Dewasa ini peranan akuntansi sebagai alat bantu pengambilan keputusankeputusan ekonomi dan keuangan semakin disadari oleh para usahawan. Peranan akuntansi dalam membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2012:210) merupakan klaim suatu perusahaan atas uang, barang, atau jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2012:210) merupakan klaim suatu perusahaan atas uang, barang, atau jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Piutang Menurut PSAK 55 (2015) Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah asset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentutakan dan tidak memepunyai

Lebih terperinci

Account Receivable Management

Account Receivable Management Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Account Receivable Management Umumnya perusahaan lebih menyukai penjualan secara tunai, tetapi tekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tunggal Tbk bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tunggal Tbk bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Peneliti Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2012) pada PT. Gajah Tunggal Tbk bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang terhadap likuiditas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori Teori 1. Pengertian dan Klasifikasi Piutang Piutang adalah tuntutan kepada pihak lain untuk memperoleh uang, barang dan jasa tertentu (aktiva) pada masa yang akan datang,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Piutang 2.1.1.1 Pengertian Piutang Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi suatu perusahaan karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan kas. Supaya tujuan tercapai dilakukan audit operasional pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan kas. Supaya tujuan tercapai dilakukan audit operasional pada PT BAB IV PEMBAHASAN Bab ini membahas peranan pengendalian intern atas penjualan, piutang, dan penerimaan kas. Supaya tujuan tercapai dilakukan audit operasional pada PT Geotechnical Systemindo yang dibatasi

Lebih terperinci

ANALISIS PEGENDALIAN PIUTANG TERHADAP RESIKO PIUTANG TAK TERTAGIH PADA PT XYZ

ANALISIS PEGENDALIAN PIUTANG TERHADAP RESIKO PIUTANG TAK TERTAGIH PADA PT XYZ ANALISIS PEGENDALIAN PIUTANG TERHADAP RESIKO PIUTANG TAK TERTAGIH PADA PT XYZ SRI RIWAYATI PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI, UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM AKUNTANSI Suatu sistem merupakan kesatuan, dimana masing-masing unsur yang ada di dalamnya merupakan keseluruhan dari susunan kesatuan itu. Berdasarkan hal tersebut,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

Lebih terperinci

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). 2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada masa sekarang ini telah banyak perusahaan dibidang industri maupun dagang menjual barang dagangannya secara kredit. Bagi banyak perusahaan, pendapatan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. 2.1 Piutang (Accounts Receivable) kredit atas barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan.

BAB II KERANGKA TEORI. 2.1 Piutang (Accounts Receivable) kredit atas barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan. BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Piutang (Accounts Receivable) Pada umumnya piutang timbul karena adanya transaksi penjualan secara kredit atas barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan. Penjualan kredit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut piutang didefinisikan sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut piutang didefinisikan sebagai 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Piutang Menurut Weaygandt Kimmel Kieso (2013:368) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut piutang didefinisikan sebagai jumlah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA Audit operasional adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah mempengaruhi semua bidang kehidupan. Hal ini menuntut dunia usaha untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba maksimal. Laba juga direfleksikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba maksimal. Laba juga direfleksikan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian suatu perusahaan mempunyai harapan agar selalu tumbuh dan berkembang serta berkelanjutan demi kelangsungan usaha dimasa mendatang dengan tujuan memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang Piutang meliputi semua klaim atau hak untuk menuntut pembayaran kepada pihak lain, yang pada umumnya akan berakibat adanya penerimaan kas di masa yang akan datang. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Piutang 1. Piutang Piutang adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Piutang digolongkan menjadi dua yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan, maka

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan, maka I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan, maka dibutuhkan alternatif sumber pembiayaan yang bertujuan untuk mendapatkan tambahan dana

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN PIUTANG SEBAGAI TINDAK LANJUT KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT

ANALISIS PENGELOLAAN PIUTANG SEBAGAI TINDAK LANJUT KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT ANALISIS PENGELOLAAN PIUTANG SEBAGAI TINDAK LANJUT KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT Suprihatmi Sri Wardiningsih Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT With increasing competition in the

Lebih terperinci

PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG PADA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) USAHA BERSAMA DESA SIALANG RINDANG

PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG PADA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) USAHA BERSAMA DESA SIALANG RINDANG PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG PADA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) USAHA BERSAMA DESA SIALANG RINDANG Muawamah Widiawati Fakultas Ekonomi Universitas Pasir Pengaraian, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. ABSTRAK

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODAL KERJA UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT MILLENNIUM INTERNASIONAL, TBK

OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODAL KERJA UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT MILLENNIUM INTERNASIONAL, TBK OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODAL KERJA UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT MILLENNIUM INTERNASIONAL, TBK Retno Martanti Endah Lestari Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Novita Sari Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Secara Umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan sebagaimana yang disebut dalam pasal 33 UUD 1945. Salah satu bentuk badan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Liabilitas Menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan (KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Piutang Istilah piutang timbul karena adanya kebijakan penjualan kredit di dalam perusahaan. Penjualan kredit ini tidak segera menghasilkan penerimaan kas pada saat penjualan dilakukan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

Bab 6, Manajemen Keuangan

Bab 6, Manajemen Keuangan BAB 6 MANAJEMEN PIUTANG RUANG LINGKUP MANAJEMEN PIUTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA INVESTASI DALAM PIUTANG PENILAIAN RESIKO KREDIT TINGKAT PERPUTARAN PIUTANG PENGERTIAN Piutang adalah tagihan

Lebih terperinci

BAB VI AKTIVA LANCAR-PIUTANG

BAB VI AKTIVA LANCAR-PIUTANG BAB VI AKTIVA LANCAR-PIUTANG 6.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Dalam Piutang Dalam rangka usaha untuk memperbesar volume penjualannya kebanyakan perusahaan besar menjual produknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laba yang maksimal. Laba yang maksimal tersebut dapat diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. laba yang maksimal. Laba yang maksimal tersebut dapat diperoleh melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencapai laba yang maksimal. Laba yang maksimal tersebut dapat diperoleh melalui peningkatan volume penjualan.

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI

BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI A. Penggolongan Akun / Perkiraan Pengertian Akun / rekening (account) adalah tempat untuk mencatat perubahan setiap laporan yang setiap saat dapat menunjukkan saldo pos tersebut.

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR PIUTANG DAGANG PADA PERUSAHAAN DAGANG JAYA AGUNG PALEMBANG

ANALISIS UMUR PIUTANG DAGANG PADA PERUSAHAAN DAGANG JAYA AGUNG PALEMBANG ANALISIS UMUR PIUTANG DAGANG PADA PERUSAHAAN DAGANG JAYA AGUNG PALEMBANG Ferah Jurusan Akuntansi POLTEK PalComTech Palembang Abstrak Piutang merupakan salah satu komponen dari kelompok aktiva lancar, piutang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan usaha. Setiap perusahaan tentunya membutuhkan modal kerja dalam melakukan kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit Macet 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

Proudly present. Manajemen Piutang. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

Proudly present. Manajemen Piutang. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK. Proudly present Manajemen Piutang Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK 081-331-529-764 www.bwmahardhika.com PIUTANG Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci