Fenomena Hidup dan Kehidupan Sebab-Musabab Yang Saling Bergantung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Fenomena Hidup dan Kehidupan Sebab-Musabab Yang Saling Bergantung"

Transkripsi

1 PATICCASAMUPPADA Fenomena Hidup dan Kehidupan Sebab-Musabab Yang Saling Bergantung (oleh Selamat Rodjali) Para pembaca yang baik... Paticcasamuppada (sebab-musabab yang saling bergantung) merupakan ajaran Buddha yang paling banyak disalahartikan oleh banyak orang, termasuk oleh umat Buddha sendiri. Walaupun rumusan prinsip umum-nya sangat sederhana, namun setelah kita memulai mendalami ke dalam tiap-tiap faktor dari rantai ikatan kondisi-kondisi yang mencul bergantungan yang merupakan standar prinsip umum, kita akan dengan mudah menghadapi keraguan. Standar format tersebut memiliki dua interpretasi Utama: satu format adalah sebagai proses yang berlangsung dari kehidupan satu ke kehidupan lain, sedangkan format yang lain merupakan sebuah proses segera, yang muncul di dalam saat-saat

2 kesadaran. Namun demikian, baik kita menginterprestasikannya yang mencakup kehidupan ke kehidupan berikut atau pun kemunculan dalam satu moment kesadaran, kita menghadapi subjek materi yang mengatasi persepsi biasa... Rumusan prinsip umum Paticcasamuppada yang banyak dikenal adalah sebagai berikut: Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu Dengan adanya ini, maka ada-lah itu Dengan padamnya ini, maka padamlah itu Dengan tidak adanya ini, maka itupun tidak ada (Samyutta Nikaya II:28:65, Sutta Pitaka) Rumusan sederhana di atas mengandung makna dalam. Dalam rumusan di atas, kata timbul tidak sama dengan kata ada, dan kata padam tidak sama dengan kata tidak ada. Apabila salah satu kalimat di atas tidak ada, maka rumusan tersebut tidak mencerminkan kaidah Pa4iccasamupp1da secara tepat. Demikian dalamnya hakekat hidup dan kehidupan yang diuraikan tersebut, sehingga di dalam salah satu Sutta, Sang Buddha menyatakan bahwa Ia yang melihat Paticcasamuppada, melihat Dhamma dan ia yang melihat Dhamma, melihat Paticcasamuppada. Secara umum di dalam Nidana Vagga, Samyutta Nikaya I:1:1, Sutta Pitaka, Paticcasamuppada diuraikan di dalam dua model sebagai kemunculan dukkha dan padamnya dukkha, sebagai berikut: Proses kemunculan yang saling bergantung (Anuloma) - Avijja (1) mengkondisikan sankhara - Sankhara (2) mengkondisikan vinnana - Vinnana (3) mengkondisikan nama-rupa - Nama-rupa (4) mengkondisikan salayatana - Salayatana (5) mengkondisikan phassa - Phassa (6) mengkondisikan vedana - Vedana (7) mengkondisikan tanha - Tanha (8) mengkondisikan upadana - Upadana (9) mengkondisikan bhava - Bhava (10) mengkondisikan jati - Jati (11) mengkondisikan jara-marana (12) Proses kepadaman yang saling bergantu (Patiloma): Dengan padamnya avijja maka padam-lah sankhara Dengan padamnya sankhara maka padam-lah vinnana Dengan padamnya vinnana maka padam-lah nama-rupa Dengan padamnya nama-rupa maka padamlah salayatana Dengan padamnya Salayatana maka padam-lah phassa Dengan padamnya phassa maka padam-lah Vedana Dengan padamnya vedana maka padam lah tanha Dengan padamnya tanha maka padamlah upadana Dengan padamnya upadana maka padamlah bhava Dengan padamnya bhava maka padamlah jati Dengan padamnya jati maka padam lah jara-marana Saudara, rumusan di atas, merupakan rumusan umum yang seringkali dibahas. Sebenarnya, di dalam mempelajari dan mencoba memahami Paticca samuppada ini, terdapat beberapa sudut pandang pembahasan, sebagai berikut: Dipandang dari 12 faktor (nidana 12) Dipandang dari 3 periode (tayo-addha 3) Dipandang dari 3 hubungan (ti-sandhi) Dipandang dari 2 akar (dve-mulani) Dipandang dari 3 lingkaran (tini-vattani) Dipandang dari 4 bagian (catu-sankhepa) Dipandang dari 4 fase 5 sebab-akibat (visatakara)

3 Pembahasan akan kita bagi secara bertahap berkesinambungan dimulai dari edisi yang saudara sedang baca dan akan berlanjut ke edisi-edisi berikutnya. Pada kesempatan ini, kita akan membahas sudut pandang pertama, yaitu dari sudut pandang 12 faktor. Namun sebagai peringatan kepada saudara, bahwa hanya dengan sudut pandang ini, bila tidak dicermati dengan baik, dapat mengakibatkan beberapa pandangan salah, yaitu : Memungkinkan munculnya pernyataan bahwa sebab pertama adalah Avijja (kebodohan batin). Pernyataan ini menganggap bahwa ternyata mirip dengan pandangan agama lain, ujungnya adalah X ±, dan X ± di dalam Buddhism ternyata adalah Avijja ±. Padahal saudara... tidak demikian...avijja bukanlah sebab pertama...memungkinkan munculnya pernyataan bahwa Pa4iccasamuppad1 ini hanya menyangkut tumimbal lahir di alam kehidupan lampau, kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Padahal... Tidak demikian... Saudara untuk mengatasi salah tafsir tersebut, saya menyarankan agar Saudara lengkap mengikuti uraian dari berbagai sudut pandang di atas, yang nanti akan saya uraikan di dalam edisi-edisi berikutnya. Dan untuk edisi ini, kita akan membahas dasariahnya dulu, yaitu dari sudut pandang 12 faktor (nidana 12). Saudara, mohon maaf...uraian kali ini... yang saya tuliskan ini..., sengaja saya bentuk seolah berbincang bersama para pembaca..., agar lebih komunikatif, tidak teoritis sebagai buku pegangan atau handbook. Sumber acuan untuk penulisan ini dapat saudara ketahui melalui senarai pustaka pada akhir dari tulisan... Selamat mengikuti.... PATICCASAMUPPADA Fenomena hidup dan kehidupan, sebab-musabab yang saling bergantung Saya akan membahas perihal fenomena hidup dan kehidupan, sebab-musabab kehidupan, tetapi bukan dari sisi empat kebenaran mulia (ariya sacca 4), melainkan dari sisi yang lebih rinci. Uraian ini menggunakan alat bantu, yang cukup menyeramkan bagi yang belum mengerti (terlampir). Alat ini dapat membuat kita mengerti, bila kita berusaha mendalaminya secara seksama. Para pembaca... telah mempelajari Dhamma cukup banyak, buku-buku lebih dari satu sudah dibaca, kalau saya bertanya demikian, kita melihat, hidup ini memang tidak memuaskan (istilah lain dari penderitaan) ±. Jika hidup ini memuaskan, untuk apa kita beragama, bermeditasi, bersembahyang, mencari ilmu dan sebagainya Banyak orang yang tidak menyetujui bahwa hidup ini tidak memuaskan. Mereka beranggapan, bahwa hidup ini bahagia. Apakah benar demikian Selama seseorang masih mencari uang, berdagang, bersekolah, mencari agama, belajar, mencari ilmu yang lebih tinggi, mencari pasangan hidup, mencari-mencari...hal ini membuktikan bahwa keadaan yang dialaminya saat itu masih belum memuaskan. Bila keadaannya cukup memuaskan untuk apa susah-susah, itu toh yang tertinggi, apakah demikian Semuanya ini menunjukkan, mau mengakui atau pun tidak, bahwa kehidupan kita sekarang ini masih belum memuaskan. Ini berarti bahwa kehidupan ini diliputi dukkha. Sekarang pertanyaannya, mengapa kita menderita, mengapa kita mati, sakit berbulan-bulan sampai habis jutaan, kena kanker, kecewa, gagal, jatuh bangun, dicaci, dihina, serba tidak memuaskan, sakit, tua, mati Anicca, keinginan, karena hawa nafsu, karena kamma, ini semua yang paling mudah dan umum dijawab, tetapi saudara, yang paling dekat dan paling mudah, mengapa Karena lahir, saudara. Kalau tidak lahir, tidak menderita. Tetapi, di dunia ini tidak ada sesuatu yang berdiri sendiri, tak ada yang tiba-tiba muncul. Semua perwujudan, keadaan, suka, duka, pintar, bodoh, jadi pria, jadi wanita, yang mancung, yang pesek, jelek, cakap, semua yang lahir ini ada sebabnya. Saudara, memang... kalau mau gampang nya... Bisa saja kita katakan... ±ya diciptakan ±..., selesai.... Saudara pendek, jelek, ganteng, jangkung, hitam, ya kodrat... selesai. Itu jawaban yang paling gampang. Gampang sekali, padahal kalau kita mau menganalisa, mau meneliti, cara ini apakah sesuai dengan ilmu pengetahuan, sesuai dengan psikologi Kalau kita malas, tidak senang, pertanyaan bisa cepat berhenti. Mengapa saudara beragama Buddha Karena panggilan... selesai..., tak ada lagi pertanyaan. Saudara... itu tidak benar, itu menyembah berhala...! Ya memang... sudah panggilan koq.... Kalau bukan karena panggilan, saya tidak beragama yang menyembah berhala ini. Saudara janganlah mempengaruhi saya, kalau saya sudah dipanggil, saya akan ke situ sendiri. Saya masih sedang dipanggil ke yang menyembah berhala ini... selesai.... Saudara, jawaban ini tidak akan menyelesaikan perkara... Saudara semua, mengapa ada kelahiran Kelahiran terjadi karena ada sebab yang membawa kita untuk memperpanjang penderitaan. Sesudah kematian terjadi, karena sebab itu masih ada maka terjadilah tumimbal lahir (istilah umum sering salah, yaitu kelahiran kembali). Mengapa kita suka, duka, gagal, menderita, frustrasi, marah, jengkel, emosi, rugi, sedih menderita, karena dilahirkan. Kalau kelahiran tidak ada, tidak ada menderita, tidak ada yang dinamakan penyakit. Mengapa terjadi kelahiran, tentu tidak berdiri

4 sendiri, dari nihil tidak mungkin menjadi ada, ada sebab yang menyebabkan kelahiran. Sebab itu adalah proses yang kita buat, proses yang memperpanjang penderitaan, proses perbuatan (kamma). Di dalam kamma itu ada kekuatan yang menyeret kita untuk tumimbal lahir meskipun fisik kita hancur, umur sudah tua, kekuatan kamma itu menyebabkan kita tumimbal lahir lagi. Mengapa kita membuat kamma yang bermacam-macam itu sehingga menyebabkan kita tumimbal lahir lagi Bukan sudah dari sananya! Kita membuat kamma bermacam-macam itu tidak lain dan tidak bukan, karena kita melekat. Melekat kepada sesuatu yang nikmat, yang kita sayangi, juga melekat kepada sesuatu yang kita benci. Ingin menikmati terus, merasakan terus, sehingga sampai kita mati, kekuatan untuk menikmati terus-menerus itu menyebabkan kita tumimbal lahir. Lalu, mengapa kita bisa melekat Kalau bertemu sekali, ingin bertemu terus-menerus...kalau sudah bertemu terus-menerus, bosan, mencari yang lain....mengapa mencari yang lain Karena keinginan itu tidak bisa padam begitu saja, menjerat, sehingga timbul kemelekatan, ingin menikmati terus, merasakan terus, baik melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, terus-menerus apa saja. Sudah tua, sudah mau mati, masih tetap ingin, akibatnya setelah mati, terpenuhi tumimbal lahir supaya dapat menikmati terus. Karena melekat timbul perbuatan yang beragam, sehingga tumimbal lahir untuk melanjutkan kemelekatan itu. Mengapa bisa melekat Apakah dari mata Melekat disebabkan nafsu keinginan (tanha). Tak hanya sekadar ingin minum, ingin makan, makan enak nafsu sekali, selanjutnya ingin enak, ingin lagi, ingin lagi. Bukan tidak boleh makan, tidak boleh bergaul, tidak boleh bersuami isteri. Boleh-boleh saja! Bukan berarti tidak boleh cari kepandaian, pengalaman. Boleh, Saudara, tetapi harus bijaksana. Kalau melekat karena bernafsu ingin memiliki, menguasai, kemelekatan ini akan menyebabkan hidupnya bersambung. Dapatkah dimengerti Cukup mudah, bukan Selama ilmu dapat dipandang secara bijaksana, dan kita mengerti ilmu itu berproses, tidak menjadi masalah. Tidak semua ilmu menyebabkan penderitaan. Ilmu-ilmu yang berpandangan bahwa segala sesuatu dicengkeram oleh ketidakkekalan (anicca), ketidakpuasan (dukkha), tak dapat dimiliki, tak berinti/ diri (anatta), maka ilmu itu tidak membawa penderitaan bila dipandang secara benar. Mengapa muncul nafsu keinginan Kalau mau gampangnya... Itu sudah kodrat, ya... sudah! Bukan demikian, saudara! Nafsu keinginan ini muncul dikondisikan oleh perasaan. Bila perasaan muncul terhadap sesuatu yang disentuh, dilihat, dikecap, dibaui dan sebagainya, maka bila tidak ada kebijaksanaan, dan pengendalian diri serta perhatian murni, maka terjadilah keinginan untuk merasakan, lalu ingin mengulangulang merasakan, sehingga melekat, dan selanjutnya dilakukanlah kamma yang menyebabkan proses tumimbal lahir terjadi lagi. Lalu, saudara, apa yang mengkondisikan munculnya perasaan Kebetulan Bukan, saudara! Perasaan terjadi dikondisikan oleh kontak! Kontak, bukan berarti kontak fisik, tetapi kejadian batin yang berlangsung saat proses bersama antara indera, objek, perhatian, dan media. Saat mata melihat objek penglihatan disertai perhatian pada saat cahaya cukup kuat, maka terjadilah proses batin yang disebut kontak berbarengan dengan kesadaran melihat. Saat kontak terjadi, perasaan otomatis muncul. Mengapa terjadi kontak Karena memiliki lima jendela dan satu pintu, yang semuanya disebut salayatana (6 landasan indera). Indera penglihatan dengan objek penglihatan, mengkondisikan kontak penglihatan. Indera pendengaran dengan objek pendengaran, mengkondisikan kontak pendengaran. Objek pendengaran tidak dapat dilihat, karena yang dilihat adalah objek penglihatan. Saudara, ini bukan berarti saya mengajarkan ilmu pengetahuan, supaya agama Buddha kelihatan ilmiah ditambah hal-hal seperti ini, bukan, saudara. Lebih dari dua ribu lima ratus tahun yang lalu, Sang Buddha sudah mengajarkan demikian. Oleh karena itu, saudara ikut mendengarkan dhamma menjadi baik dan pandai. Indera pendengaran ini landasan luarnya apa Suara! Rasa kecapan tidak dapat didengar telinga. Hanya suara yang dapat didengar. Fisik jasmani kontak dengan semua objek sentuhan, bukan dengan suara atau bentuk. Indera pikiran bisa kontak dengan kesan-kesan, ide/gagasan. Jadi, karena hawa nafsu keinginan dikondisikan oleh perasaan, dan perasaan dikondisikan oleh kontak sebagai akibat adanya 6 landasan indera, apakah berarti kita harus menghancurkan indera-indera kita Tidak, saudara. Bukan demikian. Pengertian benar kita akan hakekat sesungguhnya segala sesuatu yang dapat mengendalikan batin kita saat perasaan muncul ketika terjadi kontak sehingga tidak cenderung memunculkan nafsu keinginan (TANHA). Jadi bukan dengan cara menghancurkan indera, seseorang bisa

5 menjadi lebih suci, sebab jika demikian, orang buta tentu lebih suci, orang tuli, tentu lebih suci dan sebagainya. Jadi ajaran ini bukan berarti merusak jasmani, harus makan sayuran saja atau buah-buahan saja. Bukan demikian. Mengapa bisa ada 6 landasan indera Karena dikondisikan oleh batin (NAMA) dan jasmani (RUPA). Jika punya jasmani saja, seperti boneka, patung tak dapat mengalami. Selanjutnya mengapa timbul batin dan jasmani Karena ada proses yang menghubungkan kehidupan lampau dengan kehidupan sekarang. Ada kesadaran tumimbal lahir (patisandhi vi00ana), yang menghubungkan kehidupan lampau dengan kehidupan sekarang. Mengapa ada kesadaran tumimbal lahir (patisandhi vi00ana) Karena ada sa<khara (kamma) yang bermacam-macam yang telah dilakukan. Mengapa ada sankhara Karena dikondisikan oleh Avijja (kegelapan batin), tidak mengerti hakekat sesungguhnya segala sesuatu, tidak mengerti yang benar dan yang salah, tidak mengerti yang baik dan yang jahat. Saudara, belajar Dhamma bukan hanya satu kali saja, cukup. Belajar Dhamma harus berulangulang, sehingga Avijja makin berkurang. Keduabelas kondisi inilah, yang menyebabkan makhluk-makhluk tunggang langgang, lahir-mati, lahirmati tak henti-hentinya. Secara singkat, bila diulangi, kehidupan itu sebagai berikut: 1. Dikondisikan oleh kegelapan batin (avijja), terbentuklah kamma (sankhara). 2. Dikondisikan oleh sa<khara, terjadilah tumimbal lahir (patisandhi). 3. Dikondisikan oleh patisandhi terbentuklah batin (NAMA) dan jasmani(rupa). 4. Dikondisikan oleh NAMA-RUPA maka terdapat enam landasan indera 5. (SALAYATANA). 6. Dikondisikan oleh salayatana, terjadilah kontak (PHASSA). 7. Dikondisikan oleh phassa, terdapat perasaan (vedana). 8. Dikondisikan oleh perasaan, terjadilah nafsu keinginan (Tanha). 9. Dikondisikan oleh Tanha, muncullah kemelekatan (upadana) 10. Dikondisikan oleh kemelekatan, muncullah bentuk-bentuk proses perbuatan untuk meneruskan (Bhava). 11. Dikondisikan oleh Bhava, terjadilah kelahiran (Jati). 12. Dikondisikan oleh jati, terjadilah usia tua (jara) dan kematian (marana). Saudara, dalam rangkaian tersebut, semua sebab menimbulkan akibat; selanjutnya akibat menjadi sebab untuk menimbulkan akibat selanjutnya. Jadi, mengapa terjadi kematian dan usia tua Karena ada kelahiran. Mengapa terjadi kelahiran Karena ada kamma yang mempertahankan kemelekatan. Mengapa ada kamma yang mempertahankan kemelekatan Karena ada kemelekatan. Mengapa ada kemelekatan Karena ada nafsu keinginan yang terus-menerus. Mengapa ada nafsu keinginan Karena dikondisikan oleh perasaan. Mengapa ada perasaan Karena ada kontak. Mengapa ada kontak Karena ada enam landasan indera. Mengapa ada enam landasan indera Karena ada batin dan jasmani. Mengapa ada batin dan jasmani Karena ada tumimbal lahir / proses penerusan kehidupan. Mengapa ada proses penerusan Karena ada berbagai perbuatan. Mengapa ada berbagai perbuatan Karena dikondisikan oleh kegelapan batin. Beberapa hal yang patut diingat, Saudara, bahwa Avijja bukanlah sebab pertama. Jara-marana juga bukan menjadi penyebab avijja. Inilah gambaran umum pa4iccasamupp1da. Sang Buddha menggunakan rumusan ini untuk menjelaskan sebab-musabab penderitaan, dan cara agar terbebas dari penderitaan. Karena terkikisnya avijja hingga musnah, maka tidak ada lagi bentuk-bentuk perbuatan yang menyeret ke arah tumimbal lahir. Selanjutnya tidak ada lagi proses tumimbal lahir artinya tidak ada lagi kelahiran, dengan demikian tidak ada lagi usia tua dan kematian, tidak ada lagi ratap tangis, keluh kesah, tidak ada lagi penderitaan.

6 Saudara, untuk memudahkan mengingat rumusan di atas, dapat digunakan gambar di bawah ini: Gambar itu bukan gambar cap jie shio! Janganlah saudara memikirkan arti gambar yang macam-macam dulu, agar tidak terjadi salah tafsir. Gambar Paticcasamuppada (lihat lampiran) Sekarang saya akan menguraikan makna yang terkandung di dalam gambar tersebut. Pada pusat gambar, terdapat lingkaran dengan tiga ekor binatang, yaitu : 1. Seekor ayam, melambangkan keserakahan 2. Seekor ular, melambangkan kebencian 3. Seekor babi, melambangkan kegelapan batin Keserakahan tidak pernah muncul bersama dengan kebencian, tetapi keserakahan atau kebencian selalu muncul bersama dengan kegelapan batin. Ketiganya merupakan sebab akar buruk yang menyebabkan tumimbal lahir, dalang kelahiran dan kematian, dalang samsara. Di sebelah luar dari pusat tersebut, terdapat jalan berwarna putih dan jalan berwarna hitam. Di jalan berwarna putih, orang-orang berjalan dengan benar di dalam cara-cara latihan yang bermanfaat (kusala kamma), baik bhikkhu maupun upasaka-upasika; sedangkan di jalan berwarna hitam, orang-orang telanjang (simbol tidak tahu malu berbuat jahat/ahirika dan tidak takut akan akibat perbuatan jahat/anottappa) jatuh ke bawah akibat perbuatan-perbuatan jahatnya (akusala kamma). Dari jalan yang putih, dapat memasuki dua alam yang menyenangkan, namun dari jalan yang hitam jatuh ke dalam alam-alam menyedihkan. Selama dalangnya, yaitu lobha, dosa, moha masih ada, kita selalu tunggang langgang dalam putih dan hitam. Alam-alam yang menyenangkan ditunjukkan pada gambar sebelah atas di dalam lingkaran, di sebelah kanan melambangkan/mewakili alam surga. Ada para brahma bercahaya, ada istana para dewa yang cemerlang, ada yang mulai redup, di sebelah bawahnya terdapat gambar asura-deva yang sedang bertengkar/perang dengan para deva. Di sebelah kiri alam deva, digambarkan alam manusia. Ada rumah sakit (palang merah), ada gereja, ada Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma kepada lima orang petapa, ada dewa sedang mendengarkan khotbah (di sekitar pohon), ada gereja, ada mesjid, ada tank baja untuk perang, dan sebagainya. Dari mulut Sang Buddha keluar Dhamma yang berupa jalur teratai yang melintasi mata rantai Jati dan Jara-marana. Selama kehidupan kita dapat memotong rantai untuk merealisasi Nibbana melalui Jalan Mulia berunsur delapan. Dunia setan berada pada gambar di sebelah kanan bawah. Ada setan bermulut sebesar lubang jarum, ada setan yang bergelimpangan di kotoran, ada setan yang kepanasan (matahari sepotong), ada setan yang mengerubuti sesajian di meja sembahyang, yang menunggu pelimpahan jasa, ada semua yang dimakannya berubah jadi api dan sebagainya. Alam binatang, di bawah alam manusia. Ada sapi sedang meluku sawah, ada ikan (ada orang yang memancingnya), ada burung, ada pemburu sedang membidik burung, ada kambing dan pintu kandang, ada kapal selam, ada ikan besar memakan ikan kecil, ular dimakan burung, dan sebagainya. Kehidupan binatang serba tidak tenang. Di dasar lingkaran, digambarkan alam neraka. Ada makhluk yang menggelepar di sungai darah yang mendidih, ada yang tubuhnya tak kuasa dicabik-cabik binatang, tak terhindarkan tertusuk-tusuk batang pohon berduri, ada yang tersirami air panas, dan sebagainya, yang semuanya mengalami sensasi sangat tak menyenangkan yang tak terhindarkan akibat kamma buruknya. Mengitari lima (mewakili 31) alam ini adalah rantai sebab-musabab yang saling tergantung (pa4iccasamupp1da), dengan simbolisasi 12 mata rantai (diuraikan mulai dari mata rantai sebelah kanan mulut raksasa), sebagai berikut:

7 1. Mata rantai pertama, dengan gambar: pria buta tua sedang bersandar pada tongkatnya, bingung menentukan arah. Ada tonggak-tonggak yang menghadang di depannya. Gambar tersebut, melambangkan AVIJJA (kegelapan batin). Batin yang gelap... membingungkan seseorang, sehingga tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak benar, mana yang merupakan hakekat sesungguhnya mana yang bukan. Karena gelap, terjadi perbuatan macam-macam. 2. Mata rantai kedua, dengan gambar: pembuat periuk. Di sebelah belakangnya ada periuk yang sudah dibuat, ada yang masih utuh, ada yang besar, kecil, gendut, ada yang sudah pecah, sementara ia masih terus membuat periuk. Gambar tersebut melambangkan perbuatan - perbuatan lampau yang dilakukan (SANKHARA), yang baik maupun yang jelek, ada yang sudah berbuah (pecah) ada yang belum berbuah (masih utuh), dan tetap orang itu melakukan kamma terus (membuat pot). 3. Mata rantai ketiga, dengan gambar: seekor kera sedang meloncat dari dahan pohon yang sudah kering tanpa daun dan buah ke pohon yang masih lebat dan banyak buah. Gambar kera tersebut melambangkan kesadaran (VINNANA), yaitu kesadaran melihat, mendengar, mencium bau, mengecap rasa kecapan, mengalami sentuhan, memikirkan, kesadaran tumimbal lahir yang merupakan penerusan dari kehidupan yang lampau ± (pohon kering) ke kehidupan yang baru ± (pohon yang masih hijau dan lebat buahnya), sehingga terjadilah makhluk baru. ± Harap diingat bahwa kesadaran ini bukan roh. Bukan roh yang padam. Juga bukan berarti bahwa setelah padam kesadaran meloncat seperti kera pindah dari satu tubuh ke tubuh yang baru. Bukan demikian Mata rantai keempat, dengan gambar: pemuda dan pemudi (sepasang) sedang duduk di dalam perahu yang sama mendayung sampan bersama). Gambar tersebut melambangkan batin dan jasmani (NAMA-RUPA) yang bersatu dalam berproses (bekerja bersama-sama) terombangambing di tengah-tengah lautan kehidupan. 5. Mata rantai kelima, dengan gambar: rumah yang memiliki 5 jendela dan 1 pintu. Gambar tersebut melambangkan bahwa di dalam batin dan jasmani (rumah) ini terdapat lima pintu indera dan satu pintu pikiran (enam landasan indera/ SALAYATANA) 6. Mata rantai keenam, dengan gambar: Sepasang muda-mudi sedang duduk di malam hari dengan bulan sabitnya, tangan pemuda sedang kontak dengan pemudi. Gambar tersebut melambangkan kontak (PHASSA) antara enam landasan indera dengan objek-objeknya yang bersesuaian. 7. Mata rantai ketujuh, dengan gambar: orang terjatuh karena kedua matanya terkena panah. Gambar tersebut melambangkan perasaan (VEDANA). Perasaan akan membutakan seseorang apabila orang itu tidak memiliki pengendalian diri dan perhatian murni (SATI). 8. Mata rantai kedelapan, dengan gambar: malam hari dengan bulan sabitnya orang masih makanmakan, dan minum minuman keras. Gambar tersebut melambangkan nafsu (TANHA)yang membuat seseorang lupa daratan, mabuk kepayang. 9. Mata rantai kesembilan, dengan gambar: orang sedang memetik buah.buahan. Walaupun keranjang telah terisi penuh buah, namun ia tetap masih memetik sehingga ada banyak buah tercecer di sekitar keranjang. Gambar tersebut melambangkan kemelekatan (UPADANA) akan sesuatu yang telah dirasakan dan dinikmati dan masih terus ingin menikmatinya. 10. Mata rantai kesepuluh, dengan gambar: Seorang wanita hamil. Gambar tersebut melambangkan suatu proses menjadi (BHAVA) yang memiliki kekuatan untuk diteruskan di dalam kelahiran selanjutnya dan menyebabkan penderitaan menjadi lebih panjang. 11. Mata rantai kesebelas, dengan gambar: seorang wanita sedang melahirkan, ada tas dan tanda palang. Gambar tersebut melambangkan proses kelahiran/tumimbal lahir (jati). 12. Mata rantai keduabelas, dengan gambar: seorang tua renta sedang berjalan dan seonggok mayat sedang terbujur kaku. Gambar tersebut melambangkan proses penuaan (jara) dan kematian (marana) yang menimpa setiap makhluk yang dilahirkan. Antara kelahiran dan kematian, selama masih ada avijja dan tanha maka selalu terjadi proses-proses kamma dan berlanjutlah proses pa4iccasamupp1da ini. Semua kehidupan kita merupakan proses dari dua belas mata rantai tersebut. Rantai melingkar itu dicengkeram oleh raksasa kala/ waktu, semua diputar oleh kaki dan tangan raksasa waktu tersebut. Di atas kepala raksasa tersebut terdapat mahkota dengan lima buah tengkorak kepala, yang melambangkan bahwa makhluk-makhluk dalam samsara ini mengagungkan mahkota lima kelompok perpaduan (PANCAKKHANDHA) yang membahayakan, dan membentuk kepribadian kita. Padahal lima

8 kelompok perpaduan ini pada hakekatnya adalah tidak kekal, tidak memuaskan dan tanpa kepemilikan atau tanpa aku (digambarkan dengan dasar mahkota yang bertuliskan anicca, dukkha, anatta). Seluruh alam, rantai melingkar dan raksasa itu dikelilingi oleh lidah api, yang panas, seperti panasnya keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kegelapan batin (moha). Di bawah rantai tersebut, terdapat ekor raksasa yang panjang sekali, hingga tak terlihat ujungnya. Hal ini melambangkan kelahiran dan kematian kita yang tak dapat ditelusuri awalnya. Setiap pertanyaan tentang yang awal itu akan mengundang spekulasi menyesatkan dan sangat tidak bermanfaat dalam upaya menghancurkan penyebab penderitaan. Di sisi atas sebelah kiri atas, jalan Dhamma yang telah dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Buddha, digambar teratai (8 buah) dimulai dari mulut beliau menuju As Roda Dhamma yang berjari-jari 8 buah. Delapan teratai dijalani oleh para bhikkhu maupun upasaka-upasika. Delapan bunga teratai melambangkan jalan mulia berunsur delapan (Ariya Magga 8), sedangkan jari-jari roda melambangkan delapan kondisi dunia (Lokadhamma 8, yaitu untung rugi, dicela dipuji, terhormat tidak terhormat, suka - duka). Di luar jarijari terdapat 4 kali 3 buah teratai, yang melambangkan empat kebenaran mulia dalam tiga tahap perkembangan batin yang merealisasinya (tiga tahap dua belas segi pandangan seperti di bahas di dalam Dhammacakkappavattana Sutta) As Roda Dhamma sudah tidak berputar (diam), melambangkan Nibbana. Jalur teratai itu keluar dari mulut Sang Buddha di alam manusia melintasi mata rantai jati dan jara-marana. Di sisi kanan atas, terdapat Buddha sedang menunjukkan Nibbana yang berada di tepi seberang, Beliau yang telah selamat, terbebas dari sakitnya pengembaraan, dan memperingatkan kita yang masih jatuh bangun di dasar jurang gelap yang membahayakan dan menghadapi kita di manapun. Tunggang langgangnya makhluk, khususnya manusia, tidak harus tumimbal lahir sebagai manusia; ada yang tumimbal lahir sebagai binatang, setan, deva dan sebagainya, demikian pula makhluk lain ada yang tumimbal lahir sebagai manusia. Itulah sebabnya, walaupun program KB (keluarga berencana) ada, manusia tetap bertambah. Semua itu tergantung pada kamma yang telah dilakukan. Gambar di atas, dapat saja direkayasa atau digambar ulang dengan tambahan sana-sini oleh para pembaca... sehingga menjadi makin lengkap dan memadai, dengan warna-warni yang juga lebih mendekati, tidak ada yang melarang, juga tidak ada hak cipta.... Saudara, gambar di atas dapat menjelaskan banyak hal, perihal 5 alam (mewakili 31 alam), perihal 3 akar kejahatan, perihal perbuatan (kamma), perihal Nibbana, perihal Jalan Mulia Berunsur Delapan, perihal delapan kondisi dunia yang memusingkan manusia, perihal empat kebenaran mulia dalam tiga tahap dua belas segi pandangannya, perihal pancakkhandha, perihal tilakkhana, perihal paticcasamupp1da. Menjelaskan dengan menggunakan gambar, membuat indera penglihatan, indera pendengaran, indera pikiran turut bekerja semua. Saudara, sebagai salah satu cara sederhana memasyarakatkan ajaran Buddha yang cukup kompleks seperti pa4iccasamupp1da ini dengan menggunakan gambar, dapat saja dilakukan dengan cara mewarnai gambar tersebut. Di dalam sebuah keluarga misalnya, anak mewarnai bagian tertentu, ayah dan ibu mewarnai bagian lainnya... Dana selama proses mewarnai ini, pasti akan muncul tanya jawab antara anak, ayah dan ibu atas gambar tersebut... Di sinilah peluang untuk saling tukar informsi dan pengertian akan hakekat yang terkandung di dalam gambar tersebut... Dhamma dan pengertian akan Dhamma akan tersosialisasi dengan mulus dan mengalir sederhana... tanpa tekanan yang menyulitkan..., semua yang mewarnai terlibat di dalam perbincangan dan kusala citta (kesadaran baik). Atau saudara... Gambar tersebut bisa juga diwarnai dengan cara melombakannya kepada anak maupun remaja. Selain akan diperolah gambar yang sangat bagus, juga dalam persiapan lomba tersebut, pastilah terjadi sosialisasi Dhamma yang indah dalam keluarga para peserta tersebut. Tata cara ini merupakan salah satu cara untuk menimbulkan kusala kamma secara beruntun, banyak sekali... Atau... Mungkin saja saudara membuat bingkai (pigura) atas gambar yang telah diwarnai tersebut, dipajang di rumah..., di ruang tamu.... Mungkin saja ada tamu atau teman yang bertanya-tanya... gambar apakah ini apakah saudara pemuja setan Pemuja berhala Koq seram banget...! Mungkin saja tamu atau teman tersebut tidak mengungkapkan pertanyaannya, namun menunjukkan mimik yang bisa dibaca oleh

9 saudara.... Di sinilah saudara dapat mulai sedikit demi sedikit memasyarakatkan hakekat hidup dan kehidupan yang fana ini dengan menjelaskan gambar tersebut sedikit demi sedikit kepada tamu atau siapa pun yang bertanya, bahkan dapat dijelaskan tanpa menggunakan bahasa Pali sekalipun. Demikianlah saudara, kehidupan makhluk-makhluk, persoalan kehidupan ini dapat diatasi dengan berbuat baik sebanyak mungkin (berdana, melaksanakan latihan moralitas), melakukan meditasi dan meningkatkan pengertian benar kita dengan jalan mulia berunsur delapan, memutuskan rantai melingkar paticcasamupp1da. Upaya pengendalian diri saat munculnya perasaan akibat kontak, sangatlah diperlukan, sehingga tidak terjebak ke dalam tanha yang akhirnya membuat kita terus menderita. Akhir kata..., gambar ini bukan untuk disembahyangi, juga bukan untuk menolak bala ataupun menolak setan, tetapi untuk dimengerti sebagai alat di dalam memahami dhamma sehingga kebijaksanaan kita dapat bertambah. Semoga uraian yang sangat dasariah ini, pada kesempatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, semoga saudara senantiasa sehat dan sejahtera, semoga semua mahluk berbahagia. Sampai bertemu dalam edisi berikutnya... Bahan bacaan, pendengaran dan referensi: Khantipalo Bhikkhu. Buku Buddhism Explained, edisi Singapore Buddhist Meditation Centre, Singapore. Khantipalo Bhikkhu. The Wheel of Birth and Death, Wheel Series edisi Buddhist Publication Society, Sri Lanka. Maha-Nidana Sutta, Digha Nikaya, Tipitaka, edisi Pali Text Society, London Pannavaro Hasil rekaman kotbah Bhikkhu Pannavaro tentang Paticca Samuppada Dhamma, edisi Buddha Metta Arama, Jakarta Payutto P.A The Law of Conditionality Sumber: Majalah Dhammacakka Edisi 43/XII/2006

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu? TENTANG SANG BUDDHA 1. Apa arti kata Buddha? Kata Buddha berarti "Yang telah Bangun" atau "Yang telah Sadar", yaitu seseorang yang dengan usahanya sendiri telah mencapai Penerangan Sempurna. 2. Apakah

Lebih terperinci

Pengembara yang Tersesat

Pengembara yang Tersesat Pengembara yang Tersesat Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Dahulu kala ada seorang pengembara yang sering berpergian dari kota yang satu ke kota yang lainnya. Suatu ketika karena waktu yang sangat terbatas,

Lebih terperinci

62 PANDANGAN HIDUP YANG KELIRU Sumber: Sutta Pitaka, Digha Nikaya 1: Brahmajala Sutta

62 PANDANGAN HIDUP YANG KELIRU Sumber: Sutta Pitaka, Digha Nikaya 1: Brahmajala Sutta 62 PANDANGAN HIDUP YANG KELIRU Sumber: Sutta Pitaka, Digha Nikaya 1: Brahmajala Sutta 18 Pandangan yang Berpedoman pada Hal-hal Lampau 4 Pandangan Eternalis (Jiwa dan Dunia adalah Kekal) 4 Pandangan Semi-Eternalis

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XI/IV Alokasi Waktu : 120 menit Guru

Lebih terperinci

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75]

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] 1 Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] Magandiya, seandainya ada seorang penderita kusta yang dipenuhi luka- luka dan infeksi, dimakan oleh cacing, menggaruk

Lebih terperinci

62 Pandangan Salah (6)

62 Pandangan Salah (6) 62 Pandangan Salah (6) Dari Brahmajāla Sutta dan Kitab Komentarnya Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id PAHAM SPEKULATIF TENTANG MASA DEPAN (44) (APARANTAKAPPIKA) I. Paham tentang Pemusnahan

Lebih terperinci

62 PANDANGAN SALAH (3) Dhammavihārī Buddhist Studies

62 PANDANGAN SALAH (3) Dhammavihārī Buddhist Studies 62 PANDANGAN SALAH (3) D. PAHAM PENYANGKALAN TANPA AKHIR Amarāvikkhepavāda Para bhikkhu, beberapa pertapa dan Brahmana seperti belut yang menggeliat. Pada saat ditanya tentang sesuatu, mereka menjawab

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015 Dhamma Inside Vol. 22 - September 2015 Kematian Yang Indah Akhir dari Keragu-raguan Orang-orang Kematian Yang Indah Oleh : Bhikkhu Santacitto Kematian adalah peristiwa yang tidak dapat dihindari oleh siapapun,

Lebih terperinci

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

1.Definisi Hukum. 2.Pembagian/jenis-jenis Hukum

1.Definisi Hukum. 2.Pembagian/jenis-jenis Hukum 1.Definisi Hukum Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah atau larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat

Lebih terperinci

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) 1 Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) [Anguttara Nikaya 3.65] Demikianlah telah saya dengar. Bhagavan sedang melakukan perjalanan bersama orang-orang Kosala dengan sekumpulan

Lebih terperinci

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini. Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati. Malam di Perkuburan Diposkan pada 03 Januari 2016 Sebelumnya saya tidak pernah tinggal di tanah perkuburan. Dan tak ingin tinggal di sana. Namun suatu saat saya mengajak seorang pa-kow. Ketika saya sampai

Lebih terperinci

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian Tidak Ada Ajahn Chan Kelahiran dan Kematian Latihan yang baik adalah bertanya kepada diri Anda sendiri dengan sungguh-sungguh, "Mengapa saya dilahirkan?" Tanyakan diri Anda sendiri dengan pertanyaan ini

Lebih terperinci

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun PANDANGAN BENAR Penulis : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 80 x 120 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA (edited version 15/8/06, Daung) (edited version 17/8/06, Andi Kusnadi) CERAMAH DI CAMBRIDGE MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA OLEH : SAYADAW CHANMYAY Kata Pengantar Minggu sore 11 Juli 2004

Lebih terperinci

Sampul & Tata Letak: Jimmy Halim, Leonard Halim Tim Dana: Laura Perdana. Diterbitkan Oleh:

Sampul & Tata Letak: Jimmy Halim, Leonard Halim Tim Dana: Laura Perdana. Diterbitkan Oleh: Sutta Paticca-samuppada-vibhanga: Analisis dari Kemunculan Bersama yang Dependen Judul Asli: Paticca-samuppada-vibhanga Sutta: Analysis of Dependent Co-arising Diterjemahkan dari bahasa Pali oleh : Bhikkhu

Lebih terperinci

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta)

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) 1 Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) Demikianlah telah saya dengar. Suatu ketika Bhagavan sedang berada di Kalantakanivapa, Hutan Bambu, di Rajagaha. Kemudian Samana Vacchagotta

Lebih terperinci

Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings)

Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings) Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings) Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Ada beberapa alasan dari tidak tercapainya Dhamma Mulia. Sebuah contoh dari tidak terealisasinya Dhamma Mulia

Lebih terperinci

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Friday, April 12, 13 Dāna-4 Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Definisi Bhikkhu Leher-Kuning Anggota-anggota dari silsilah Buddha Gotama yang berleherkuning,

Lebih terperinci

SUTTA SATIPATTHANA [JALAN LANGSUNG]

SUTTA SATIPATTHANA [JALAN LANGSUNG] 1 SUTTA SATIPATTHANA Demikianlah telah saya dengar. Suatu ketika Bhagavan sedang berada di negeri Kuru, di kota para Kuru bernama Kammasadhamma. Beliau berkata kepada para bhikkhu: Para bhikkhu. Mereka

Lebih terperinci

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin Manfaatkan Waktu Semaksimal Mungkin Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Pernahkah anda merenungkan seberapa baik anda memanfaatkan waktu yang anda miliki? Dapat dipastikan jawabannya adalah TIDAK. Sebagian

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #24 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Meditasi Oleh : Taridi (0104510015) KTP Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Kompetensi Dasar Mendeskripsikan meditasi sebagai bagian dari jalan mulia berunsur delapan.

Lebih terperinci

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Seseorang harus benar-benar mempertimbangkan dan merenungkan penderitaan yang akan dijalaninya di neraka. Sewaktu Sang Buddha

Lebih terperinci

1. Mengapa bermeditasi?

1. Mengapa bermeditasi? CARA BERMEDITASI 1. Mengapa bermeditasi? Oleh: Venerable Piyananda Alih bahasa: Jinapiya Thera Dalam dunia ini, apakah yang dicari oleh kebanyakan orang dalam hidupnya? Sebenarnya, mereka ingin mencari

Lebih terperinci

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para 1 Ciri-ciri Seorang Sotapanna (The Character of a Stream-enterer) Pada umumnya Tipitaka menjelaskan seorang Sotapanna sehubungan dengan empat faktor. Tiga faktor pertama dari keempat faktor Sotapatti ini

Lebih terperinci

Membuka Jalan. Petunjuk untuk Para Yogi pada Saat Wawancara. Ceramah oleh: Shwe Taung Gon Sāsana Yeiktha Sayadaw U Panditābhivamsa

Membuka Jalan. Petunjuk untuk Para Yogi pada Saat Wawancara. Ceramah oleh: Shwe Taung Gon Sāsana Yeiktha Sayadaw U Panditābhivamsa Membuka Jalan Petunjuk untuk Para Yogi pada Saat Wawancara Ceramah oleh: Shwe Taung Gon Sāsana Yeiktha Sayadaw U Panditābhivamsa UNTUK DIBAGIKAN SECARA GRATIS Diterjemahkan (Inggris - Indonesia) oleh:

Lebih terperinci

Mahā Maṅgala Sutta (1)

Mahā Maṅgala Sutta (1) Mahā Maṅgala Sutta (1) Azimat Buddhis Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Pseudo Sebab-Akibat Jangan memindah guci-abu-jenasah yang sudah disimpan di vihāra. Penempatan guci-abu. Ibu mengandung

Lebih terperinci

Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101]

Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101] 1 Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101] [Buddha]: Menghampiri para Nigantha yang mengajarkan demikian, saya bertanya kepada mereka, Sahabat- sahabat Nigantha,

Lebih terperinci

SEMUA ORANG BERDOSA. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.

SEMUA ORANG BERDOSA. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Lesson 3 for October 21, 2017 SEMUA ORANG BERDOSA Seperti ada tertulis: Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua

Lebih terperinci

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Friday, April 12, 13 Dāna-3 Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD 1 Pandangan Tentang Dāna Kaum materialis: Dāna tidak ada buah karena tidak ada kehidupan setelah ini. Kaum Theis:

Lebih terperinci

The Purpose of Practice. The Purpose of Practice. Sayalay Susīlā s Dhamma talk

The Purpose of Practice. The Purpose of Practice. Sayalay Susīlā s Dhamma talk The Purpose of Practice Sayalay Susīlā s Dhamma talk 1 terhadap potensi karma. Reaksi Kebiasaan ini : 1. Mengakibatkan efek karma terhadap kehidupan sekarang 2. Mengakibatkan efek karma terhadap kehidupan

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya Pendidikan Agama Buddha 2 Hari Raya Agama Buddha Petunjuk Belajar Sebelum belajar materi ini Anda diharapkan berdoa terlebih dahulu dan membaca materi dengan benar serta ketika mengerjakan latihan soal

Lebih terperinci

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya 1 UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya Kelahiran Bodhisattva berikut menunjukkan bagaimana sebagai seorang pertapa, beliau mempraktikkan kemurahan hati dan pemberian secara terusmenerus,

Lebih terperinci

KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir. Pariyatti Sāsana  hp ; pin! KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD KEMUNCULAN TEORI KAMMA Ciri khas agama-agama di India sejak awal periode Vedic (1750-500

Lebih terperinci

Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 79) Wednesday, October 21, 2015

Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 79) Wednesday, October 21, 2015 Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 79) Wednesday, October 21, 2015 Prolog Kita sudah mendengar tentang kehidupan Kristus di dalam keadaan manusia daging, tetapi daging yang tidak berdosa, sementara kita adalah

Lebih terperinci

dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikatmalaikat kudus dan di depan mata Anak Domba.

dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikatmalaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #21 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #21 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Pentahbisan Yasa dan Buddha Memulai Misinya. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin

Pentahbisan Yasa dan Buddha Memulai Misinya. Pariyatti Sāsana Yunior 2  hp ; pin Pentahbisan Yasa dan Buddha Memulai Misinya Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Anattalakkhaṇa Sutta (S 3:67) Sutta tentang Karakteristik Bukan-diri dibabarkan 5 hari

Lebih terperinci

Surat Petrus yang kedua

Surat Petrus yang kedua 1 Surat Petrus yang kedua Kepada yang kekasih Saudara-saudari saya seiman yaitu kalian yang sudah diberkati Allah sehingga kalian percaya penuh kepada Kristus Yesus sama seperti kami. Dan oleh karena percaya

Lebih terperinci

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih)

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Dari ceramah Dhamma Chanmyay Sayadaw pada retret meditasi vipassanā tanggal 2-3 Jan.2009 di Pusat Meditasi YASATI, Bacom, Cianjur,

Lebih terperinci

Sabbadānam Dhammadānam Jināti Diantara semua pemberian, pemberian Dhamma adalah yang tertinggi

Sabbadānam Dhammadānam Jināti Diantara semua pemberian, pemberian Dhamma adalah yang tertinggi Sabbadānam Dhammadānam Jināti Diantara semua pemberian, pemberian Dhamma adalah yang tertinggi The Key to Liberation (Jalan Menuju Pembebasan) Nama Penulis: YM. Ajahn Chah Penerjemah: Aina Viriyawati Penyunting:

Lebih terperinci

I M A N Bagian ke-2. Sasaran kita adalah memiliki iman yang kuat dan penuh keyakinan seperti digambarkan Yesus dalam Injil Matius.

I M A N Bagian ke-2. Sasaran kita adalah memiliki iman yang kuat dan penuh keyakinan seperti digambarkan Yesus dalam Injil Matius. I M A N Bagian ke-2 Pengantar Dalam bagian pertama dari pelajaran ini, kita telah belajar bahwa iman kita sedemikian penting bagi Tuhan sehingga Ia telah membungkus kehidupan rohani kita dan semua janji-janji-nya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

Kura-kura dan Sepasang Itik

Kura-kura dan Sepasang Itik Kura-kura dan Sepasang Itik Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha.

Lebih terperinci

KESABARAN. Bhante Sri Pannavaro Mahanayaka Thera. DhammaCitta

KESABARAN. Bhante Sri Pannavaro Mahanayaka Thera. DhammaCitta KESABARAN Bhante Sri Pannavaro Mahanayaka Thera DhammaCitta KESABARAN Bhante Sri Pannavaro Mahanayaka Thera Ditranskripkan oleh : Yuliana Lie Pannasiri, BBA, MBA Dipublikasikan ebook oleh DhammaCitta.org

Lebih terperinci

KEHIDUPAN TIDAK PASTI, NAMUN KEMATIAN ITU PASTI (LIFE IS UNCERTAIN, DEAD IS CERTAIN) Oleh: Ven. Dr. K. Sri Dhammananda

KEHIDUPAN TIDAK PASTI, NAMUN KEMATIAN ITU PASTI (LIFE IS UNCERTAIN, DEAD IS CERTAIN) Oleh: Ven. Dr. K. Sri Dhammananda KEHIDUPAN TIDAK PASTI, NAMUN KEMATIAN ITU PASTI (LIFE IS UNCERTAIN, DEAD IS CERTAIN) Oleh: Ven. Dr. K. Sri Dhammananda Penerjemah : Tidak tercantum Sang Buddha bersabda: Kehidupan tidak pasti, namun kematian

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #19 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran book Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran Buddha bisa kita sebar kepada banyak orang. KARMA Ajaran

Lebih terperinci

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga Jeffrey Lim Puisi dibuat oleh Sdr. Jeffrey Lim TOC Daftar Isi I..Pendahuluan : Rumah sakit itu tempat

Lebih terperinci

Dhammacakka Pavattana Sutta!

Dhammacakka Pavattana Sutta! Khotbah Pertama Dhammacakka Pavattana Sutta! (S 5:420-424) Bagian1 Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD Bertemu Pertapa Telanjang Upaka Setelah 49 hari retret, Buddha

Lebih terperinci

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih Namo tassa bhagavato arahato sammā sambuddhassa. Pada kesempatan yang sangat baik ini saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran pengurus Dhammavihārī Buddhist Studies (DBS)

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #20 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Dua Jenis Tangisan. oleh: Andi Kusnadi

Dua Jenis Tangisan. oleh: Andi Kusnadi Dua Jenis Tangisan oleh: Andi Kusnadi Ini adalah penjelasan dari pertanyaan yang diajukan oleh seorang yogi pada Sayadaw. Pertanyaan: Saya sangat menikmati meditasi selama retret, tetapi karena berbagai

Lebih terperinci

Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136

Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136 1 Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136 1. Demikianlah telah saya dengar. Pada suatu waktu, Bhagavan

Lebih terperinci

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1)

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1) Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1) Kesadaran Indah-Lingkup Inderawi Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Saṅgaha: Pāpāhetukamuttāni, sobhanānīti vuccare. Ekūnasaṭṭhi cittāni, athekanavutīpi vā.

Lebih terperinci

Dharmayatra tempat suci Buddha

Dharmayatra tempat suci Buddha Dharmayatra tempat suci Buddha 1. Pengertian Dharmayatra Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,

Lebih terperinci

MENJADI PEMENANG ARUS

MENJADI PEMENANG ARUS MENJADI PEMENANG ARUS PENDAHULUAN Di dalam Agama Buddha kita mengenal adanya tingkat-tingkat kesucian yang dapat dicapai oleh seorang umat Buddha yang telah dapat mengerti melaksanakan dan menembus EMPAT

Lebih terperinci

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun PANDANGAN BENAR Penulis : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 80 x 120 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin

Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma. Pariyatti Sāsana Yunior 2  hp ; pin Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Aspirasi Superior (Abhinīhāra) Setelah Aku menyeberang lautan saṃsāra d e n g a n u s a h a

Lebih terperinci

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS. 5.1.2 Penciptaan Manusia Allah berkehendak menciptakan Adam dan keturunannya untuk menghuni bumi dan memakmurkannya. Allah menyampaikan kabar kepada para Malaikat bahwa Dia akan menciptakan makhluk lain

Lebih terperinci

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi. Ambillah waktu untuk berdoa,

Lebih terperinci

Ceramah Dhamma: "Dapatkah penderitaan berakhir, sekarang?" (tuntunan meditasi vipassana)

Ceramah Dhamma: Dapatkah penderitaan berakhir, sekarang? (tuntunan meditasi vipassana) Seri "Sayadaw U Tejaniya di Bali, 2010" (01) Ceramah Dhamma: "Dapatkah penderitaan berakhir, sekarang?" (tuntunan meditasi vipassana) Oleh: Sayadaw U Tejaniya & Sri Pannyavaro Mahathera di Vihara Buddha

Lebih terperinci

D. ucapan benar E. usaha benar

D. ucapan benar E. usaha benar 1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang

Lebih terperinci

MEDITASI KESADARAN ASHIN TEJANIYA TUNTUNAN UNTUK BERLATIH PUSAT MEDITASI SHWE OO MIN DHAMMA SUKHA TAWYA MARET 2010

MEDITASI KESADARAN ASHIN TEJANIYA TUNTUNAN UNTUK BERLATIH PUSAT MEDITASI SHWE OO MIN DHAMMA SUKHA TAWYA MARET 2010 ASHIN TEJANIYA MEDITASI KESADARAN TUNTUNAN UNTUK BERLATIH PUSAT MEDITASI SHWE OO MIN DHAMMA SUKHA TAWYA MARET 2010 DITERJEMAHKAN KE BAHASA INDONESIA OLEH: HUDOYO HUPUDIO NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMA

Lebih terperinci

PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin!

PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA. Pariyatti Sāsana Yunior 2  hp ; pin! PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD JALAN TENGAH PERUMPAMAAN TENTANG KECAPI Gb: Vīnā (kecapi India)

Lebih terperinci

Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra. Dhammavihārī Buddhist Studies

Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra. Dhammavihārī Buddhist Studies Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Tiga Jenis Virati 1. Pantangan kesempatan telah datang (sampattavirati) Seseorang, walaupun tidak sedang melatih

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #11 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #11 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #11 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #11 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

WA H Y U 1 2. Pdt Gerry CJ Takaria

WA H Y U 1 2. Pdt Gerry CJ Takaria PEREMPUAN DAN NAGA WA H Y U 1 2 WAHYU 12:1-2 Seorang Perempuan sedang Mengandung Berselubung Matahari Bulan di bawah kakinya Mahkota dengan dua belas bintang ARTI DARI LAMBANG Perempuan melambangkan jemaat

Lebih terperinci

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015 Kebahagiaan Berdana Diposkan pada 02 Desember 2015 Berdana dan melaksanakan Dhamma di dalam kehidupan sehari-hari, itulah berkah utama Kehidupan berlangsung terus dari waktu ke waktu. Hari berganti bulan

Lebih terperinci

Perkembangan Pandangan Terang

Perkembangan Pandangan Terang Perkembangan Pandangan Terang Diterjemahkan oleh: Henny Gunarsa 19-02-2007 Diedit oleh: Andi Kusnadi 23-02-2007 Buku Dhamma mengenai perkembangan pandangan terang ini hanyalah kutipan-kutipan dari beberapa

Lebih terperinci

KAMMA / KEWUJUDAN SEMULA

KAMMA / KEWUJUDAN SEMULA BAHAGIAN 1 1. Apa itu kamma? KAMMA / KEWUJUDAN SEMULA Kamma dalam Bahasa Pali bermaksud perlakuan (action). Apa itu kewujudan semula atau punarjadi? Suatu keadaan yang mana makhluk (manusia, dewa, haiwan,

Lebih terperinci

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d.

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d. KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d. 12 November 2005 1. Dari: Herlina, Medan Bhante, Selama ini sering ada pandangan

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

Belenggu Kehidupan Memandang Aku Dengan Bijak; Meniadakan Keraguan di Hati

Belenggu Kehidupan Memandang Aku Dengan Bijak; Meniadakan Keraguan di Hati Belenggu Kehidupan Memandang Aku Dengan Bijak; Meniadakan Keraguan di Hati Yulia Pannasiri Saat jam istirahat, seorang rekan kerja menghampiriku dan mencari tahu apa yang sedang aku lakukan. Sekilas melihat

Lebih terperinci

Beberapa pasal terakhir dari kitab Wahyu menggambarkan peristiwa akhir dari Pertentangan Besar:

Beberapa pasal terakhir dari kitab Wahyu menggambarkan peristiwa akhir dari Pertentangan Besar: Lesson 13 for March 26, 2016 Beberapa pasal terakhir dari kitab Wahyu menggambarkan peristiwa akhir dari Pertentangan Besar: Setan dirantai (Wahyu 20:1-3) Masa Penghakiman Seribu Tahun (Wahyu 20:4-6) Penghakiman

Lebih terperinci

Seri Iman Kristen (3/10)

Seri Iman Kristen (3/10) Seri Iman Kristen (3/10) Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN Nama Pelajaran : S e t a n Kode Pelajaran : DIK-P03 Pelajaran 03 - S E T A N DAFTAR ISI Teks Alkitab Ayat Kunci 1. Asal usul Setan 2. Dosa

Lebih terperinci

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus. Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #28 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #28 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Level 3 Pelajaran 10

Level 3 Pelajaran 10 Level 3 Pelajaran 10 TIDAK ADA LAGI KESADARAN AKAN DOSA Oleh Don Krow Pada suatu hari, seorang pria mabuk masuk kedalam mobilnya, melajukan kendaraannya ke arah yang salah, dan menabrak secara frontal

Lebih terperinci

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban) KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA (Pertanyaan dan Jawaban) 1 TUHAN, MANUSIA DAN DOSA * Q. 1 Siapakah yang membuat anda? A. Tuhan yang membuat kita. Kejadian 1:26,27; Kejadian 2:7 Q. 2 Apa lagi

Lebih terperinci

Mempertimbangkan Pendekatan Saudara

Mempertimbangkan Pendekatan Saudara Mempertimbangkan Pendekatan Saudara Di negara saya ada pepatah yang berbunyi, "Dengan satu tongkat orang dapat menggembalakan 100 ekor domba, tetapi untuk memimpin 100 orang dibutuhkan 100 tongkat." Semua

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

2 Petrus. 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan

2 Petrus. 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan 354 2 Petrus 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus kepadamu semua yang telah menerima iman yang sama harganya dengan yang kami telah terima. Kamu menerima iman itu karena Allah dan Juruselamat

Lebih terperinci

DPD Patria Sumatera Utara. Juara II. Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA

DPD Patria Sumatera Utara. Juara II. Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA DPD Patria Sumatera Utara Juara II Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa Namo Tassa Bhagavato

Lebih terperinci

Sang Buddha. Vegetarian&

Sang Buddha. Vegetarian& Vegetarian& Sang Buddha T: Beberapa waktu lalu, saya mendengar seorang guru yang lain mengatakan, Sang Buddha makan sepotong kaki babi dan Ia menderita diare. Apakah ini benar? Apakah ini benar-benar tercatat

Lebih terperinci

Kesalehan Ayub (Ayub 1-2) Ev. Bakti Anugrah, M.A.

Kesalehan Ayub (Ayub 1-2) Ev. Bakti Anugrah, M.A. Kesalehan Ayub (Ayub 1-2) Ev. Bakti Anugrah, M.A. Kesalehan menjadi sesuatu yang langka di zaman kita. Barang langka cenderung menjadi mahal atau dianggap aneh. Seorang yang saleh itu dapat menjadi aneh

Lebih terperinci

WAHYU 12 PEREMPUAN DAN NAGA. Pdt Gerry CJ Takaria

WAHYU 12 PEREMPUAN DAN NAGA. Pdt Gerry CJ Takaria WAHYU 12 PEREMPUAN DAN NAGA Wahyu 12:1-2 1. Seorang Perempuan sedang Mengandung 2. Berselubung Matahari 3. Bulan di bawah kakinya 4. Mahkota dengan dua belas bintang ARTI DARI LAMBANG Perempuan melambangkan

Lebih terperinci

DEPENDENT ORIGINATION ASAL USUL YANG SALING BERGANTUNGAN BHIKKHU DHAMMAVUḌḌHO MAHĀTHERA

DEPENDENT ORIGINATION ASAL USUL YANG SALING BERGANTUNGAN BHIKKHU DHAMMAVUḌḌHO MAHĀTHERA DEPENDENT ORIGINATION ASAL USUL YANG SALING BERGANTUNGAN BHIKKHU DHAMMAVUḌḌHO MAHĀTHERA PENERJEMAH: YULIANA LIE PAÑÑĀSIRI, MBA PENYUNTING: ÑĀṆA SURIYA JOHNNY, S.E PHOTOGRAPHER: SUKIRWAN WONGSO VIJAYA,

Lebih terperinci

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus. Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #29 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #29 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria Geli, Jijik, Menakutkan, Bikin Gatal Kelahiran adalah waktu sukacita. Sebuah benih bertunas, dan munculnya dua daun pertama, menjadikan pemilik kebun akan senang. Seorang bayi dilahirkan, dan tangisannya

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #37 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #37 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #37 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #37 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #36 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #36 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #36 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #36 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

KEJADIAN 12:1-3, 13:14-17

KEJADIAN 12:1-3, 13:14-17 BAB 2: ABRAHAM 22 ADA SEORANG LAKI-LAKI YANG BERNAMA ABRAHAM YANG TINGGAL DI ANTARA ORANG-ORANG PENYEMBAH BERHALA. ABRAHAM TIDAK PERCAYA BAHWA BERHALA ADALAH TUHAN. ABRAHAM TAHU BAHWA TUHAN ADALAH SANG

Lebih terperinci

Surga, Neraka dan Waktu Yang Terakhir (Hari Penghakiman)

Surga, Neraka dan Waktu Yang Terakhir (Hari Penghakiman) Surga, Neraka dan Waktu Yang Terakhir (Hari Penghakiman) Suatu hari, Tuhan menunjukkan visi mengenai masa depan kepada seorang anak kecil yang bernama Sa-rang di Korea, suatu negara kecil di Asia. [Tambahan

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #38 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #45 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #45 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #45 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #45 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Apabila kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia dengan perhiasan dan kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan racunnya

Apabila kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia dengan perhiasan dan kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan racunnya 0 1 Apabila kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia dengan perhiasan dan kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan racunnya yang membunuh yang diluarnya nampak lembut tetapi di

Lebih terperinci

Mutiara Islahul Qulub 6

Mutiara Islahul Qulub 6 0 Mutiara Islahul Qulub 6 Sesungguhnya tidak ada yang lain selain Allah dan diri kamu sendiri. Diri manusia itu bertentangan dengan Tuhan. Segala sesuatu itu tunduk kepada Allah dan diri manusia itupun

Lebih terperinci

Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa

Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa 1 Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa Sujud kepada Guruku, Manjushri yang belia! Yang melihat dan membabarkan pratityasamutpada (saling

Lebih terperinci

YUNUS. 1 7/15/15 Yunus 1. Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe

YUNUS. 1 7/15/15 Yunus 1. Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe 1 7/15/15 Yunus 1 YUNUS Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe 1 Pada jaman dahulu, ada seorang nabi di Israel yang bernama Yunus. Ayahnya bernama Amitai. ALLAH memberi

Lebih terperinci

MANFAATKANLAH WAKTU ANDA

MANFAATKANLAH WAKTU ANDA MANFAATKANLAH WAKTU ANDA Oleh : Lie Jan Tjong ( Aji ) 1. Waktu tidak terbatas. Berbicara tentang waktu, tentunya tidak terlepas dari putaran bumi yang mengelilingi matahari, yang disebut rotasi. Kita tidak

Lebih terperinci