BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pada dasarnya aktiva merupakan pembagian dari modal yang dapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pada dasarnya aktiva merupakan pembagian dari modal yang dapat"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Aktiva Pada dasarnya aktiva merupakan pembagian dari modal yang dapat terlihat pada neraca sebuah perusahaan. Sisi kiri suatu neraca merupakan pembagian modal menurut bentuknya yang disebut dengan modal aktif. Jadi dapat dikatakan bahwa modal aktif ialah modal yang tertera di sebelah debit dari neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam mana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. (Riyanto, 1995: 19). Menurut Wild et.al. (2005:23) aktiva merupakan sisi kiri dari persamaan akuntansi yang terkait dengan sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan. Sedangkan aset menurut PSAK No. 18 paragraf 08 adalah sumber daya yang: (1) dikendalikan oleh perusahaan sebagai akibat peristiwa masa lampau; dan (2) bagi perusahaan diharapkan akan menghasilkan manfaat ekonomis di masa depan. Sumber daya ini merupakan investasi yang diharapkan untuk menghasilkan laba di masa depan melalui aktivitas operasi. Aktiva tidak hanya terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang serta aktiva tidak berwujud lainnya misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan. Berdasarkan cara dan 15

2 16 lamanya perputaran, aktiva atau kekayaan perusahaan dapat dibedakan antara aktiva lancar dan aktiva tidak lancar Aktiva Lancar Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yangpendek (umumnya kurang dari satu tahun). (Riyanto, 1995:19). Menurut Wild et.al. (2005:24) aktiva lancar (current asset) diharapkan untuk terkonversi menjadi kas atau digunakan pada operasi dalam waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi, yang mana yang lebih panjang. Aktiva lancar menurut Munawir (2007: 14) adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Pos-pos aktiva lancar dalam neraca didasarkan pada urutan likuiditasnya, sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuid sampai dengan aktiva yang paling tidak likuid. Menurut Munawir (2007:14-16), jenis aktiva termasuk didalam kelompok aktiva lancar antara lain: a. Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para langganan dan simpanan di Bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di Bank yang dapat diambil kembali dengan menggunakan cek atau bilyet setiap saat diperlukan oleh perusahaan. b. Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable securities), yaitu investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi.

3 17 c. Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undangundang. d. Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. e. Persediaan. Untuk perusahaan perdagangan, yang dimaksud persediaan adalah semua barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang/ belum laku dijual. Sedangkan untuk perusahaan manufaktur, persediaan meliputi persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. f. Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa/prestasinya, tetapi belum menerima pembayarannya sehingga merupakan tagihan. g. Persekot atau biaya dibayar dimuka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa/prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya, atau jasa/prestasi dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan periode selanjutnya Aktiva Tidak Lancar Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang memiliki umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali putaran operasi perusahaan). (Munawir, 2007:16). Riyanto (1995: 19) menyebutkan bahwa aktiva tetap termasuk dalam aktiva tidak lancar, ialah aktiva-aktiva yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi. antara lain: Munawir (2007:16) membagi aktiva tidak lancar menjadi lima bagian, a. Investasi jangka panjang. Bagi perusahaan yang cukup besar dalam arti mempunyai kekayaan atau modal yang cukup, bahkan sering berlebih, maka perusahaan dapat menanamkan modalnya pada investasi di luar usaha pokoknya. Investasi ini dapat berupa saham dari perusahaan lain, aktiva tetap yang tidak ada hubungannya dengan usaha perusahaan, atau dalam bentuk dana yang sudah ada tujuannya tertentu. b. Aktiva tetap, yaitu kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak (konkrit). Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aktiva

4 18 tetap selain aktiva itu dimiliki oleh perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aktiva tersebut mempunyai umur kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan). Yang dimaksud dalam aktiva tetap meliputi: (1) Tanah yang di atasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi seperti lapangan, tempat parkir, dan lain sebagainya. (2) Bangunan, baik bangunan kantor, toko, maupun bangunan pabrik. (3) Mesin. (4) Inventaris. (5) Kendaraan dan perlengkapan atau alat lainnya. c. Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets), adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Yang termasuk ke dalam intangible fixed assets antara lain: hak cipta, merk dagang, biaya pendirian (organization cost), lisensi, goodwill, dan sebagainya. d. Beban yang ditangguhkan (deferred charges), adalah menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun), atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya. Aktiva ini harus dihapuskan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan umur kegunaannya. Yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain: biaya pemasaran, diskonto obligasi, biaya pembukaan perusahaan, biaya penelitian, dan sebagainya. e. Aktiva lain-lain, adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka panjang. Wild et.al (2005:227) menyebutkan aktiva tetap merupakan aktiva berwujud tak lancar yang digunakan dalam proses manufaktur, penjualan, atau jasa untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas selama lebih dari satu periode. Karenanya, aktiva ini memiliki periode manfaat yang diharapkan (masa manfaat) yang meliputi lebih dari satu periode. Aktiva ini diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas operasi dan bukan untuk dijual pada aktivitas usaha biasa.

5 Pengakuan dan Perlakuan Aktiva Tidak Lancar a. Investasi Jangka Panjang Investasi jangka panjang menurut Hery dibagi menjadi investasi dalam available for sale securities dan held-to-maturity securities. (Hery, 2009: 172). Investasi jangka panjang juga dapat berupa penyertaan atau kepemilikan saham biasa dalam perusahaan afiliasi atau anak perusahaan (investasi dalam equity method securities). Investasi dalam available for sale securities akan disajikan di neraca sebesar nilai pasar wajar. Sedangkan untuk investasi dalam held-tomaturity securities akan disajikan di dalam neraca sebesar biaya historis atau harga perolehan yang telah diamortisasi, bukan sebesar nilai pasar wajarnya. Biaya historis tersebut dihitung sebagai hasil penjumlahan antara harga perolehan investasi dengan diskonto yang telah diamortisasi. Perubahan harga pasar pada held-to-maturity securities tidak diakui, oleh karena itu sekuritas yang dimiliki hingga jatuh tempo tidak dilaporkan dalam neraca sebesar nilai pasar wajarnya. Sedangkan untuk investasi dalam trading securities dan available for sale securities, tidak ada amortisasi yang dilakukan atas diskonto atau premium yang timbul. Hal tersebut disebabkan oleh investasi yang dilakukan tidak untuk dimiliki hingga jatuh tempo. Perolehan saham biasa perusahaan lain dilakukan untuk mengendalikan atau mempengaruhi kegiatan operasi investee. Perlakuan saham biasa tersebut menggunakan metode ekuitas (equity method) bukan dengan metode harga perolehan (cost method). Investasi dalam equity method securities dilaporkan dalam neraca sebesar biaya historis atau harga perolehan setelah disesuaikan

6 20 dengan perubahan yang terjadi dalam aktiva bersih investee. (Hery, 2009: 174). Saldo akun investasi dalam saham akan bertambah untuk memperlihatkan bagian proporsional atas laba bersih yang dilaporkan investee atau berkurang apabila investee melaporkan adanya kerugian. Pada saat dividen tunai diterima oleh investor, maka akun investasi akan berkurang. Dengan equity method, saldo akun investasi akan bertambah bila aktiva bersih investee bertambah, dan sebaliknya. Aktiva bersih investee tersebut bertambah dengan adanya laba bersih yang dihasilkan dan akan berkurang apabila dengan adanya rugi bersih yang dilaporkan atau dividen tunai yang dibayarkan. Perlakuan akuntansi untuk mencatat investasi saham biasa di dalam pembukuan investor yaitu berdasarkan besarnya pengaruh yang dimiliki oleh investor atas aktivitas yang dijalankan investee. Apabila besarnya kepemilikan investor di perusahaan investee kurang dari 20% dan investor tidak memiliki pengaruh terhadap perusahaan investee, maka investor mencatat dalam pembukuan dengan metode harga pokok (cost method). Namun apabila kepemilikan di atas 50%, berarti investor mengendalikan perusahaan investee, dan investor mencatat dalam pembukuannya dengan metode ekuitas dan prosedur konsolidasi. b. Aktiva Tetap Aktiva tetap dalam neraca dilaporkan berdasarkan urutan masa manfaatnya yang paling lama, yaitu dimulai dari tanah, bangunan, dan seterusnya. Aktiva tetap harus dicatat sebesar biaya perolehannya atau historical cost, karena

7 21 merupakan dasar untuk akuntansi aktiva tersebut pada periode-periode selanjutnya. Biaya perolehan (cost) berdasarkan PSAK No. 16 par. 06 adalah Jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai persyaratan tertentu dalam PSAK lain. (IAI, 2007: 16.2) Berdasarkan PSAK No. 16 par 07 mengenai pengakuan biaya perolehan aset tetap, Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika : (a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan akan mengalir ke entitas; dan (b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. (IAI, 2007: 16.2). Sedangkan komponen biaya perolehan itu sendiri berdasarkan PSAK No. 16 par 15 meliputi: a) harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potonganpotongan lain; b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen; c) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban biaya yang timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. (IAI, 2007: 16.4). Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai aset. Penyusutan merupakan alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. (IAI, 2007: 16.2). Tujuan dari penyusutan adalah mencapai prinsip pengaitan (matching principle), yaitu mengaitkan pendapatan pada satu periode akuntansi dengan biaya dari barang dan jasa yang

8 22 dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Penyusutan pada setiap periode diakui sebagai beban untuk periode bersangkutan. Beban penyusutan (depreciation expense) adalah biaya perolehan aktiva tetap yang diakui sudah dikonsumsi selama periode akuntansi/fiskal. (Henry, 2000: 394). Sedangkan akumulasi penyusutan adalah bagian dari biaya perolehan aktiva tetap yang dialokasikan ke penyusutan sejak aktiva tersebut diperoleh. Akumulasi penyusutan merupakan rekening kontra aktiva, yang mengimbangi rekening aktiva dengan rekening yang berhubungan. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi komputasi penyusutan: biaya perolehan aktiva tetap; masa manfaatnya, yaitu periode waktu aset diharapkan akan digunakan oleh entitas atau jumlah produksi yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut; dan nilai sisa/residu, yaitu jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini pada akhir masa manfaat suatu aktiva dikurangi dengan taksiran biaya pelepasan. Metode yang digunakan dalam penyusutan antara lain: metode garis lurus (mengalokasikan beban penyusutan yang sama besarnya selama masa manfaat aktiva); metode satuan produksi (mengalokasikan penyusutan ke periode-periode waktu berdasarkan keluaran aktiva); metode saldo menurun (metode penyusutan dipercepat yang penyusutannya dihitung dengan mengalikan nilai buku aktiva pada awal periode dengan dua kali tarif garis lurus); dan metode jumlah angka tahun (mengalokasikan penyusutan dengan mengalikan biaya perolehan aktiva yang tersusutkan yaitu biaya perolehan-nilai residu dengan tarif penyusutan).

9 23 Jumlah tercatat aset dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan; atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. (IAI, 2007: par 69). Aktiva tetap bisa saja tidak lagi berguna bagi perusahaan karena beberapa sebab, misalnya karena kejadian yang tidak diduga sebelumnya seperti bencana alam, pencurian, atau kerusakan fatal. Ketidakbergunaan aktiva membuat perusahaan mengambil sikap untuk melepas aktiva tersebut. Aktiva lama bisa saja dijual, ditukar dengan aktiva lain, atau dibesituakan. Sedangkan pencatatan penyusutan harus tetap dilakukan hingga tanggal pelepasan aktiva. Pencatatan aktiva tetap harus tetap berada dalam buku besar menskipun aktiva tersebut telah disusutkan secara penuh guna menjaga pertanggungjawaban atas aktiva yang telah digunakan tersebut. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap harus ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat atas aset tersebut. Sedangkan piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal sebesar nilai wajarnya. c. Aktiva Tetap Tidak Berwujud Aktiva tetap tidak berwujud dimasukkan ke dalam catatan akuntansi pada biaya perolehan. Biaya perolehan tersebut meliputi berbagai macam pengeluaran yang diperlukan untuk menempatkan aktiva tidak berwujud tersebut ke dalam kapasitas memberikan jasa. (Henry, 2000: 320). Semua biaya dikapitalisasi karena membantu memberikan manfaat ekonomi untuk periode-periode di masa mendatang. Aktiva tetap tidak berwujud dibagi ke dalam dua kategori. Pertama

10 24 adalah aktiva tidak berwujud yang teridentifikasi secara spesifik, yaitu aktiva tidak berwujud yang biaya-biayanya dapat teridentifikasi dengan mudah sebagai bagian dari biaya perolehan aset dan masa manfaatnya ditentukan, misalnya hak paten, merk dagang, waralaba, dan hak cipta intelektual. Kedua yaitu aktiva tidak berwujud yang tidak teridentifikasi secara spesifik, adalah aktiva tetap tidak berwujud yang hak atau masa manfaatnya tidak dapat ditentukan dan biaya perolehannya inheren dalam kelangsungan usaha, contohnya yaitu goodwill. Aset tidak berwujud diakui jika dan hanya jika: (a) kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut; dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. (IAI, 2007: 19.5 par. 20). Pengakuan aset tidak berwujud sebagai beban dilakukan pada saat terjadinya, kecuali pos tersebut diperoleh melalui suatu penggabungan usaha yang berbentuk akuisisi dan tidak dapat diakui sebagai aset tidak berwujud. Penyusutan untuk aktiva tidak berwujud disebut dengan amortisasi. Amortisasi adalah lokasi sistematik biaya perolehan aktiva tanwujud selama masa manfaatnya. (Henry, 2000: 323). Amortisasi dilakukan dengan mendebit rekening beban amortisasi dan mengkredit rekening aktiva tidak berwujud terkait. Pada dasarnya proses penyusutan aktiva tetap tidak berwujud sama dengan penyusutan aktiva tetap berwujud. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menetapkan metode amortisasi aktiva tetap tidak berwujud adalah dengan metode garis lurus (straight line method), kecuali jika ada metode lain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahan. Periode amortisasi tidak boleh melebihi 20 tahun berdasarkan pertimbangan bahwa dalam 20 tahun sudah banyak perkembangan

11 25 yang terjadi sehingga untuk tenggang waktu selebihnya aktiva tetap tidak berwujud diprediksi tidak lagi memiliki manfaat ekonomi. Suatu aset tidak berwujud tidak boleh lagi diakui dan harus dihilangkan dari neraca pada saat aset terseut dilepas atau ketika tidak ada lagi manfaat masa depan yang diharapkan dari penggunaannya dan pelepasan yang telah dilakukannya. Keuntungan atau kerugian dari pelepasan atau penghentian aset tidak berwujud itu ditentukan dengan menghitung selisih antara jumlah penerimaan bersih dari pelepasan aset dan nilai tercatat aset tersebut, serta diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi Aktiva Dalam Neraca Perusahaan Pos-pos yang berada dalam neraca umumnya diklasifikasikan sebagai pos lancar (jangka pendek) dan pos tidak lancar (jangka panjang). Untuk aktiva yang tergolong lancar, urutan penyajiannya di neraca haruslah berdasarkan pada urutan tingkat likuiditas. Kas merupakan aktiva yang paling likuid (lancar), lalu diikuti dengan investasi jangka pendek, piutang, persediaan, pendapatan yang masih harus diterima, dan biaya dibayar dimuka. Setelah menyusun aktiva lancar, dilanjutkan dengan penyusunan aktiva tidak lancar. Aktiva tidak lancar yang dilaporkan dalam neraca sebesar harga perolehan (biaya historis). Namun banyak juga aktiva jangka panjang yang dilaporkan sebesar nilai pasar wajarnya. Namun setelah diberlakukannya penyusunan laporan keuangan berdasarkan IFRS di Indonesia, urutan penyajian aktiva dalam neraca sedikit

12 26 berbeda. Penyajian aktiva di neraca tidak lagi berdasarkan urutan tingkat likuiditas yang paling likuid (lancar), melainkan sebaliknya yaitu disusun dari aktiva yang paling tidak likuid, mulai dari aktiva tidak lancar (tanah, mesin bangunan, lisensi, goodwill, dan lain sebagainya) lalu diikuti dengan aktiva lancar (piutang penghasilan, persediaan, piutang dagang, piutang wesel, investasi jangka pendek, hingga yang terakhir adalah kas) Struktur Aktiva Struktur aktiva merupakan keseimbangan atau perbandingan baik dalam arti absolut maupun dalam arti relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. (Irawati, 2006: 8). Sama halnya dengan yang disebutkan oleh Riyanto (2001: 22) mengenai struktur aktiva, yaitu disebut pula struktur kekayaan ialah perimbangan atau perbandingan baik dalam arti absolut maupun dalam arti relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Sedangkan Husnan (2000: 7) menyebutkan bahwa keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan, dengan demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Aktiva yang harus disediakan untuk beroperasinya perusahaan adalah golongan aktiva tetap. Perusahaan-perusahaan industri diasumsikan akan memperoleh hasil yang lebih besar dari aktiva tetap dibandingkan dengan aktiva lancar, sehingga dapat dikatakan bahwa aktiva tetap menggambarkan aktiva yang benar-benar dapat memberikan hasil kepada perusahaan. Oleh karena itu besarnya aktiva tetap yang dapat dilihat dari perbandingannya antara aktiva tetap dengan

13 27 total aktiva menggambarkan seberapa besar perusahaan industri memiliki aktiva tetap dalam operasional perusahaan. Jumlah aktiva tetap yang ada dalam perusahaan paling tidak dipengaruhi oleh sifat atau jenis dari proses produksi yang dilaksanakan. Input utama dalam proses produksi selain bahan mentah dan tenaga kerja adalah biaya-biaya produksi tidak langsung yang sebagian besar biaya overhead ini tergantung pada jumlah mesin dan peralatan yang akan digunakan. Ada perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang relatif besar daripada tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi, sedangkan perusahaan lainnya memiliki keadaan sebaliknya. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap relatif jauh lebih besar daripada jumlah tenaga kerjanya disebut capital intensive, sedangkan perusahaan yang mempekerjakan jauh lebih banyak tenaga kerja daripada mesin-mesin disebut perusahaan labour intensive. (Syamsudin, 2007: 408). Semakin besar ratio aktiva tetap atas total aktiva, maka semakin capital intensive keadaan suatu perusahaan. (Syamsudin, 2007: 409). Rumus dari struktur aktiva dapat digambarkan dari perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan seperti seperti di bawah ini: Syamsudin, 2007:9 Kebanyakan teori struktur modal menyatakan bahwa jenis aktiva yang dimiliki oleh suatu jenis perusahaan mempengaruhi pemilihan struktur modal. Riyanto (2001: 298) menyatakan bahwa

14 28 Perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya struktur finansial konservatif yang horisontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva besi yang sifatnya permanen, dan perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan utang jangka pendek. Seperti yang telah disebutkan oleh Riyanto, Harnanto (1991: 303) menyebutkan pula bahwa: Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen dan pada investasiinvestasi yang menghadapi risiko kerugian/kegagalan yang relatif besar. Karena suatu kerugian/kegagalan investasi tersebut dengan alasan apapun, tidak akan membahayakan kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Berbeda halnya dengan Weston dan Copeland (1997: 175) yang menyatakan bahwa: Perusahaan yang memiliki aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka perusahaan tersebut akan menggunakan utang hipotik jangka panjang, dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutupi tagihannya. Sebaliknya, perusahaan yang sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas, perusahaan tidak begitu tergantung pada pembiayaan utang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek.. Aktiva memberikan perlindungan (proteksi) kepada para kreditur, karena kemampuannya untuk menghasilkan laba dan dapat direalisasikan/dijual, sehingga merupakan sumber dana untuk membayar kembali utang beserta bunganya. Selain

15 29 itu aktiva pun merupakan suatu alat dasar bagi perusahaan untuk digunakan sebagai jaminan memperoleh pinjaman. Dari pemaparan tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilihan jenis aktiva akan mempengaruhi jenis struktur modal dalam suatu perusahaan Profitabilitas/Rentabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. (Sartono, 2008: 120). Profitabilitas yang sering disebut juga dengan rentabilitas merupakan jumlah relatif laba yang dihasilkan dari sejumlah investasi/modal yang ditanamkan dalam suatu usaha. (Harnanto, 1991: 354). Profitabilitas merupakan kriteria penilaian yang sangat luas dan dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat pengukur mengenai hasil pelaksanaan operasi. Dikatakan paling valid karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi/penanaman modal sesuai dengan tingkat risikonya maisng-masing. Semakin besar risiko suatu penanaman modal, maka dituntut rentabilitas yang semakin tinggi pula. b. Mampu menggambarkan tingkat laba yang dihasilkan menurut jumlah modal yang ditanamkan/investasinya, karena rentabilitas dinyatakan dalam angka relatif (%). (Harnanto, 1992: 354). Di dalam akuntansi digunakan prosedur penentuan laba/rugi periodik, dengan didasarkan pada pengaruh transaksi transaksi yang sesungguhnya terjadi mengakibatkan timbulnya pendapatan dan biaya biaya sebagai elemen yang

16 30 membentuk laba/rugi tersebut dalam suatu periode. Penggunaan profitabilitas sebagai kriteria penilaian terhadap hasil pelaksanaan operasi perusahaan menitikberatkan pada aspek ekonomisnya. Tujuan pokok penggunaan rentabilitas sebagai kriteria penilaian hasil operasi perusahaan menurut Harnanto, (1992: 353) antara lain dapat dipakai sebagai: a. Suatu indikator tentang efektivitas manajemen. Tinggi rendahnya rentabilitas yang dihasilkan perusahaan tergantung pada kapabilitas manajemen dan merupakan salah satu faktor yang menarik perhatian analis, karena mampu menggambarkan kriteria yang sangat diperlukan untuk menilai suksesnya perusahaan. b. Suatu alat untuk membuat proyeksi laba perusahaan. Rentabilitas digunakan sebagai alat bantu membuat proyeksi laba, karena rentabilitas menggambarkan korelasi antara tingkat laba dan jumlah modal yang ditanamkan. c. Suatu alat pengendali bagi manajemen. Rentabilitas digunakan sebagai alat untuk penyusunan rencana (target), budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan, dan dasar pengambilan keputusan penanaman modal. Cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan adalah bermacammacam tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Apakah yang akan diperbandingkan itu laba yang berasal dari operasi atau usaha, atau laba neto sesudah pajak dengan aktiva operasi, atau laba neto sesudah pajak dibandingkan dengan keseluruhan aktiva tangible ataukah yang akan diperbandingkan itu laba neto sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri. Tidak mengherankan apabila beberapa perusahaan berbeda dalam menghitung profitabilitas perusahaannya, namun yang terpenting adalah profitabilitas tersebut digunakan secara konsisten untuk mengukur efisiensi penggunaan modal bagi perusahaan tersebut.

17 31 Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan, atau merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien. Rasio yang umumnya digunakan dalam penilaian profitabilitas atau sering pula disebut dengan rentabilitas dibagi menjadi dua cara: profitabilitas ekonomi dan profitabilitas modal sendiri Profitabilitas Ekonomi Profitabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. (Riyanto, 2001: 36). Karena pengertian profitabilitas sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka profitabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital/ assets). (Riyanto, 2001: 36). Dengan demikian, maka modal yang ditanamkan dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek tidak diperhitungkan dalam profitabilitas ekonomi. Selain itu laba yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan yang disebut laba usaha (net operating income). Profitabilitas ekonomi digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. (Husnan, 2004:72).

18 32 Profitabilitas ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut: Sartono, 2008: 124 Bagi perusahaan pada umumnya masalah profitabilitas adalah masalah yang lebih penting dari hanya sekedar masalah laba, karena laba yang besar saja belum tentu merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efisien. Efisiensi baru akan diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lain menghitung profitabilitasnya. Dengan demikian, yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah bukan hanya bagaimana usaha untuk memperoleh laba, tetapi yang penting ialah usaha untuk mempertinggi profitabilitasnya. (Riyanto, 2001:37) Profitabilitas Modal Sendiri Rasio profitabilitas kedua adalah profitabilitas modal sendiri. Profitabilitas modal sendiri yang sering juga disebut dengan profitabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. (Riyanto, 2001: 44). Profitabilitas modal sendiri dapat dikatakan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan atau mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.

19 33 Laba yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau earning after tax (EAT), sedangkan modal yang diperhitungkan adalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan. Profitabilitas modal sendiri dapat dirumuskan sebagai berikut: Sartono, 2008: 124 Penambahan antara modal asing atau modal sendiri tentunya akan menimbulkan pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Apabila ditinjau dari kepentingan modal sendiri atau pemilik perusahaan, penambahan modal asing hanya dibenarkan apabila penambahan tersebut memiliki efek finansial yang menguntungkan terhadap modal sendiri. Penambahan modal asing hanya akan memberikan efek yang menguntungkan terhadap modal sendiri jika rate of return dari tambahan modal asing tersebut lebih besar dari biaya modalnya atau bunganya. Atau dengan kata lain, tambahan modal asing itu hanya dibenarkan apabila profitabilitas modal sendiri dengan tambahan modal asing lebih besar dari profitabilitas modal sendiri dengan tambahan modal sendiri. Sebaliknya, penambahan modal asing akan memberikan efek finansial yang merugikan terhadap modal sendiri apabila rate of return dari tambahan modal asing tersebut lebih kecil dari bunganya. Atau dengan kata lain, tambahan modal asing tidak dibenarkan apabila profitabilitas modal sendiri dengan tambahan modal asing lebih kecil daripada profitabilitas modal sendiri dengan tambahan modal sendiri.

20 34 Penelitian mengenai profitabilitas yang dilakukan oleh Hasa Nurrohim menyebutkan bahwa profitabilitas berpengaruh pada struktur modal secara parsial dengan pengaruh yang paling dominan, Ali Kesuma menyimpulkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang berlawanan arah dengan struktur modal sebesar 4,1%, sedangkan Bram Hadianto menyebutkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal pada sektor telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta Modal Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus, dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. (Munawir, 2007: 19). Prof. Polak (dalam Riyanto, 1995: 18) menyebutkan bahwa modal ialah sebagai kekuasaan untuk mengunakan barang-barang modal, terdapat di neraca sebelah kredit. Barang-barang modal itu sendiri yaitu barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi yang terdapat di sebelah debit. Sedangkan Prof. Bakker (dalam Riyanto, 1995: 18) mengartikan modal adalah baik yang berupa barang-barang kongkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat di sebelah kredit. Jadi modal dapat terlihat di dalam neraca sebuah perusahaan. Modal yang tercatat di sebelah debit termasuk ke dalam modal kongkret, yaitu modal yang menunjukkan bentuk modal tersebut yang disebut pula modal aktif, sedangkan

21 35 modal yang tercatat di sebelah kredit termasuk ke dalam modal abstrak, yaitu modal yang menunjukkan darimana modal tersebut berasal, yang disebut juga modal pasif. Modal pasif itu dapat dibedakan antara modal sendiri dan modal asing, atau modal badan usaha dan modal kreditur/utang. (Riyanto, 1995: 21) Modal Sendiri Modal sendiri menurut Harnanto (1991: 302) yaitu merupakan modal dalam suatu perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko kerugian-kerugian lainnya. Riyanto (2001: 240) menyebutkan bahwa modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam di dalam perusahaan dalam waktu yang tidak tentu lamanya. Modal sendiri dapat berasal dari sumber intern yang bentuknya adalah keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, juga berasal dari sumber ekstern yaitu pemilik perusahaan dalam bentuk saham biasa dan saham preferen. Harnanto (1991: 302) menyatakan bahwa karakteristik utama modal sendiri terletak pada: a. Tidak adanya jaminan atau keharusan untuk pembayarannya kembali dalam setiap keadaan. b. Tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal yang disetor. Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam dalam perusahaan dan dapat diperhitungkan pada setiap saat untuk memelihara kelangsungan hidup dan melindungi perusahaan dari risiko kebangkrutan. Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat diinvestasikan pada

22 36 aktiva tetap yang bersifat permanen dan pada investasi yang menghadapi risiko kerugian yang relatif besar. (Harnanto, 1991: 303). Modal yang berasal dari pemilik perusahaan berbagai macam bentuknya menurut bentuk hukum dari masing-masing perusahaan. Komponen dari modal sendiri tersebut terdiri dari: 1) Laba Ditahan Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Keuntungan yang sudah memiliki tujuan akan masuk ke dalam cadangan perusahaan, sedangkan apabila keuntungan yang belum memiliki tujuan akan menjadi keuntungan yang ditahan (retained earning). Adanya keuntungan akan memperbesar retained earning yang berarti akan memperbesar modal sendiri. Sebaliknya, adanya kerugian maka akan memperkecil retaned earning yang berarti memperkecil modal sendiri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa adanya saldo laba akan memperbesar modal sendiri, dan adanya saldo kerugian akan memperkecil modal sendiri. Modal sendiri merupakan komponen yang tetap akan berada di dalam struktur pendanaan perusahaan. Komponen dari modal sendiri merupakan modal yang dipertaruhkan oleh perusahaan dalam menghadapi bebagai risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan. Modal sendiri tidak memiliki jaminan harus membayar dalam kurun waktu tertentu, oleh karena itu perusahaan yang memiliki modal sendiri lebih besar daripada modal asing merupakan perusahaan yang siap untuk menghadapi tantangan bisnis tanpa terlalu memperhitungkan risiko membayar modal asing yang tertanam di perusahaan.

23 37 2) Modal Saham Saham adalah tanda bukti penyertaan dalam suatu Perseroan Terbatas. Saham menunjukkan bukti kepemilikan yang diterbitkan oleh perusahaan. (Husnan, 2000:276). Bagi perusahaan yang bersangkutan, yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tetap tertanam dalam perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun pemegang saham itu sendiri bukan merupakan penanaman yang permanen, karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya. Modal saham tersebut terdiri dari saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Sartono (2008: 330) menyatakan bahwa: Pemegang saham biasa merupakan pemilik perusahaan yang sebenarnya. Pendapatan yang diterima oleh pemegang saham biasa merupakan kelebihan pendapatan atas biaya-biaya atau laba setelah dikurangi pajak dan dividen atas saham preferen. Pada pemegang saham biasa, dividen akan dibagikan pada akhir tahun pembukuan dan hanya apabila perusahaan mendapatkan keuntungan, namun apabila perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau mendapatkan kerugian, maka pemegang saham tidak mendapatkan dividen. Mengenai pembagian dividen ada ketentuan hukumnya, yaitu bahwa suatu perusahaan yang menderita kerugian, selama kerugian itu belum dapat ditutup, maka perusahaan tidak boleh membayarkan dividen. (Riyanto, 2001: 241). Saham biasa merupakan sumber dana yang permanen, karena akan tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu

24 38 yang tidak terbatas selama perusahaan masih melakukan kegiatan operasi. Fungsi dari saham biasa di dalam perusahaan menurut Riyanto (2001: 241) antara lain: a. Sebagai alat untuk membelanjai perusahaan dan terutama sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan akan modal permanen. b. Sebagai alat untuk menentukan pembagian laba. c. Sebagai alat untuk mengadakan fungsi atau kombinasi perusahaanperusahaan. d. Sebagai alat untuk menguasai perusahaan. adalah: Secara teoritis, hak-hak pemegang saham biasa dalam Sartono (2008: 331) a. Hak suara dalam rapat umum pemegang saham. Dengan hak tersebut, pemegang saham memiliki hak untuk memilih direksi untuk mengendalikan perusahaan. b. Hak memperoleh pembayaran dividen per lembar saham yang dimiliki. c. Hak untuk membeli tambahan saham baru yang dikeluarkan perusahaan secara proporsional. d. Hak atas aktiva setelah pembayaran hak yang lebih senior dalam likuidasi. Sedangkan saham preferen merupakan sumber modal jangka panjang perusahaan yang posisinya berada diantara utang jangka panjang dengan saham biasa. Saham preferen sebenarnya merupakan kombinasi antara bentuk utang dengan modal sendiri. (Husnan, 2001: 280). Pemegang saham preferen mempunyai prioritas dalam pembayaran dividen. Pemegang saham preferen berhak atas dividen yang tetap besarnya, berapapun keuntungan perusahaan. Dalam peristiwa likuidasi (pembubaran perusahaan), pemegang saham preferen memiliki hak setelah kreditor namun sebelum pemegang saham biasa. Saham preferen memberikan pendapatan yang relatif konstan, di samping itu biaya modal saham preferen cenderung lebih tinggi dari biaya utang, karena

25 39 risiko yang dihadapi pemegang saham preferen lebih besar dari risiko pemegang obligasi. Saham preferen memiliki ciri tertentu, diantaranya pertama, saham preferen selalu dijual dengan harga pari. Kedua, saham preferen memberikan hak suara kepada pemegang saham preferen untuk memilih manajer perusahaan jika pada waktu tertentu perusahaan tidak membagikan dividen. Dengan demikian manajer terpaksa untuk berusaha selalu membayar dividen kepada pemegang saham preferen. (Sartono, 2008: 330). Terdapat dua jenis saham preferen, yaitu saham preferen yang komulatif dan tidak komulatif. Sartono (2008: 329) menyebutkan bahwa saham preferen yang komulatif selalu diperhitungkan kewajiban membayar dividen sebelum membayar dividen kepada pemegang saham biasa. Dengan demikian pemegang saham preferen komulatif apabila tidak menerima dividen selama beberapa waktu karena besarnya laba tidak memungkinkan atau karena ada kerugian, maka pemegang saham ini dapat menuntut dividen-dividen yang tidak dibayarkan pada waktu yang telah lampau di kemudian hari Modal Asing Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja dalam perusahaan, dan bagi perusahaan modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayarkan kembali. (Riyanto, 1995: 227). Pada dasarnya modal asing/utang dalam perusahaan dibagi menjadi dua bagian, yaitu utang jangka pendek (yaitu kurang dari satu tahun) dan utang jangka panjang (yaitu lebih dari satu tahun). Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika: (a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan atau (b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari

26 40 tanggal neraca. Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. (IAI, 2007: 1.8 par 44). Utang jangka pendek dapat diklasifikasikan serupa dengan aktiva lancar. Beberapa utang jangka pendek seperti utang dagang dan biaya pegawai serta biaya operasional lainnya akan membentuk sebagian modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal perusahaan. Sedangkan utang berbunga jangka panjang yang digunakan untuk membiayai modal kerja dan tidak jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan termasuk ke dalam utang jangka panjang. Standar Akuntansi Keuangan menetapkan bahwa utang yang akan jatuh tempo pada siklus akuntansi periode berikutnya diharapkan dapat dibiayai kembali atau diperpanjang kembali sehingga tidak diharapkan adanya penggunaan modal kerja lancar. Utang seperti itu merupakan pembiayaan jangka panjang yang tergolong ke dalam utang jangka panjang. Namun dalam pembelanjaan, utang dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: 1) Utang jangka pendek / short term debt Utang jangka pendek merupakan modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun yang sebagian besar terdiri dari kredit perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya. Husnan (1995: ) mengelompokkan utang jangka pendek tersebut ke dalam empat bagian, yaitu: a. Kredit rekening koran, adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan dengan batas plafond tertentu dengan pengambilan oleh perusahaan tidak dilakukan sekaligus melainkan sesuai dengan kebutuhannya, dan bunga yang dibayar hanya untuk jumlah yang diambil saja, meskipun sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari jumlah tersebut.

27 41 b. Kredit dari penjual, merupakan kredit perniagaan (trade-credit) dan kredit ini terjadi apabila penjualan produk dilakukan secara kredit. c. Kredit dari pembeli, adalah kredit yang diberikan oleh perusahaan sebagai pembeli kepada pemasok (supplier) dari bahan mentahnya atau barangbarang lainnya. d. Kredit wesel, terjadi apabila suatu perusahaan mengeluarkan surat pengakuan utang yang berisikan kesanggupan untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada saat tertentu (surat Promes/ Notes Payable), dan setelah ditandatangani surat tersebut dapat dijual atau diuangkan kepada Bank. 2) Utang jangka menengah / intermediate term debt Utang jangka menengah adalah utang yang jangka waktu umumnya adalah lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Kebutuhan untuk berbelanja dengan jenis kredit ini dirasakan apabila di satu pihak kebutuhan pembelanjaan tidak dapat dipenuhi dengan kredit jangka pendek, namun di pihak lain sulit untuk dipenuhi oleh utang jangka panjang. Pada utang jangka menengah, pengurusan pembelanjaannya lebih mudah dengan mengadakan kontak langsung dengan kreditur, dan cara seperti ini merupakan ciri khas dari pembelanjaan dengan utang jangka menengah. Utang jangka menengah terdiri dari term loan dan leasing. Term Loan, yaitu kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. (Husnan, 1995: 232). Pada umumnya term loan dibayar kembali dengan angsuran tetap selama suatu periode tertentu, misalkan pembayaran angsuran dilakukan setiap bulan, setiap kuartal, atau setiap tahun. Term loan ini biasanya diberikan oleh Bank Dagang, perusahaan asuransi, suppliers atau manufactures. Dilihat dari biaya modalnya, term loan memiliki biaya lebih rendah daripada modal saham ataupun obligasi, maka harus membayar emisi, pendaftaran, dan

28 42 biaya lain yang berkaitan dengan pengeluaran saham dan obligasi. (Sartono, 2008: 301). Dengan demikian keperluan dana yang tidak terlalu besar tidak perlu menggunakan saham dan obligasi, karena biayanya terlalu mahal. Dibandingkan dengan utang jangka pendek, term loan lebih baik karena tidak segera jatuh tempo dan peminjam memberikan jaminan pembayaran secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman. Besarnya tingkat bunga term loan ditentukan oleh beberapa faktor, seperti bunga umum, besar kecilnya pinjaman, jatuh tempo, jumlah utang yang telah dimiliki sebelumnya, dan faktor lainnya. (Sartono, 2008: 302). Pada umumnya tingkat bunga term loan lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga jangka pendek, karena pemberian term loan dianggap lebih berisiko dibandingkan dengan utang jangka pendek. Salah satu risiko dari term loan adalah interest rate risk yaitu risiko akibat perubahan tingkat bunga, selain itu risiko lain adalah default risk yaitu risiko tidak terbayarnya term loan oleh peminjam. Jenis pembiayaan jangka menengah lainnya yaitu leasing. Apabila perusahaan tidak ingin memiliki aktiva tetapi hanya menginginkan service dari aktiva tersebut, perusahaan dapat memperoleh hak penggunaan atas suatu aktiva tersebut tanpa disertai dengan hak milik dengan cara mengadakan kontrak leasing untuk aktiva tersebut. Oleh karena itu, leasing dapat diartikan sebagai suatu alat atau cara untuk mendapatkan services dari suatu aktiva tetap yang pada dasarnya adalah sama halnya dengan menjual obligasi untuk mendapatkan services dan hak milik atas aktiva tersebut, namun perbedaannya ialah pada leasing tidak disertai oleh hak milik.

29 43 Menurut Sartono (2008: 304), leasing adalah suatu kontrak antara pemilik aktiva yang disebut lessor dan pihak lain yang memanfaatkan aktiva tersebut yang disebut lesee untuk jangka waktu tertentu. Lesee dapat memanfaatkan aktiva tersebut tanpa harus memilikinya, namun sebagai kompensasinya lesee mempunyai kewajiban untuk membayar secara periodik sebagai sewa aktiva yang digunakan, namun lesee tidak perlu menanggung biaya perawatan, pajak, dan asuransi. Husnan (1995: 235) menyatakan bahwa ada tiga bentuk utama leasing, yaitu: sale and leaseback, operating leases, dan financial atau capital leases. Maksud dari bentuk yang pertama yaitu sale and leaseback adalah pemilik aktiva berupa tanah, bangunan, dan peralatan pabrik menjual aktivanya kepada perusahaan lain sekaligus menyewa kembali aktiva yang telah dijualnya tersebut. Pembeli dari aktiva itu dapat berupa sebuah bank, perusahaan asuransi, perusahaan leasing, pegadaian, atau investor individu. Biasanya aktiva tersebut dijual dengan nilai pasar. Manfaat dari sale and leaseback ini adalah bahwa penjual atau lesee menerima pembayaran segera sebagai tambahan dana yang dapat diinvestasikan ke investasi lain, dan bersamaan dengan itu lesee masih menggunakan aktiva yang dijualnya selama jangka waktu perjanjian leasing. (Sartono, 2008: 304) Pada jenis leasing yang kedua yaitu operating leases, atau sering disebut juga dengan services leases, pihak lessor menyediakan pendanaan sekaligus biaya perawatan yang keseluruhannya tercakup dalam pembayaran leasing. Ciri utama dari bentuk ini adalah bahwa harga perolehan aktiva sebagai objek leasing tidak diamortisasikan secara penuh, dengan kata lain pembayaran yang disyaratkan

30 44 tidak cukup untuk menutup keseluruhan harga perolehan dan biaya perawatan aktiva. Namun demikian, jangka waktu operating leases ini biasanya lebih pendek daripada usia ekonomis yang diharapkan, sehingga lessor berharap dapat menyewakan kembali kepada pihak lain atau menjual aktiva tersebut untuk menutup harga perolehan, biaya perawatan dan tingkat keuntungan yang disyaratkan. Karakteristik operating leases adalah sering dicantumkannya klausul pembatalan yang memberikan hak kepada lesee untuk membatalkan leasing dan mengembalikan aktiva sebelum periode leasing berakhir. (Sartono, 2008: 305). Klausula sangat penting terutama bagi aktiva yang melibatkan teknologi tinggi, karena dengan adanya klausula ini jika lesee memandang bahwa aktiva yang digunakannya sudah usang, maka lesee dapat membatalkan perjanjian sewa guna usaha tersebut dan membuat perjaniajn leasing yang baru. Jenis leasing yang terakhir yaitu financial leases, ialah bentuk leasing yang tidak memberikan maintanance services, tidak dapat dibatalkan, dan harus penuh diangsur. (Riyanto, 1995: 236). Pada jenis leasing ini, lessor menerima pembayaran sewa dari lesee yang meliputi harga penuh dari leased equipment tersebut plus harga bunga yang diinginkan. Lessor dalam hal ini biasanya adalah perusahaan-perusahaan asuransi atau bank dagang. 3) Utang jangka panjang / long term debt Utang jangka panjang adalah utang atau modal asing yang jangka waktunya panjang, yaitu lebih dari 10 tahun.

31 45 Utang jangka panjang (long term loan) adalah satu bentuk perjanjian antara peminjam dengan kreditur dimana kreditur bersedia memberikan pinjaman sejumlah tertentu dan peminjam bersedia untuk membayar secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman. (Sartono, 2008: 324) Utang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. (Riyanto, 1995: 238). Menurut Riyanto (1995: 238) utang jangka panjang terbagi menjadi dua bagian, yaitu pinjaman obligasi (bonds-payable) pinjaman hipotik (mortgage), sedangkan menurut Husnan (2000: 282) utang jangka panjang terdiri atas obligasi, kredit investasi, dan hipotek. Bentuk pertama yaitu obligasi, adalah surat tanda utang yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam jumlah tertentu dan akan jatuh tempo pada waktu tertentu serta memberikan pendapatan sejumlah bunga tertentu. (Sartono, 2008: 324). Riyanto (1995: 238) mendefinisikan pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, dengan debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu, sedangkan menurut Husnan (2000: 282) obligasi merupakan surat tanda utang dan umumnya tidak dijamin dengan aktiva tertentu. Jangka waktu peminjaman obligasi harus melalui pertimbanganpertimbangan tertentu, antara lain: 1. Jangka waktu pinjaman kredit hendaknya disesuaikan dengan jangka waktu penggunaannya dalam perusahaan 2. Jumlah angsuran harus disesuaikan dengan jumlah penyusutan dari aktiva tetap yang akan dibelanjai dengan kredit obligasi tersebut (Riyanto, 2001: 238)

BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN

BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN A. Tujuan Kompetensi Khusus Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu: Memahami pengertian modal asing Mengetahui penggolongan modal asing Memahami pengertian

Lebih terperinci

BAB 8 JENIS JENIS MODAL

BAB 8 JENIS JENIS MODAL BAB 8 JENIS JENIS MODAL Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta makin banyaknya perusahaanperusahaan yang menjadi besar, maka masalah modal dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Packing Order Theory Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal financing yaitu perusahaan lebih cenderung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam menjalankan kelangsungan hidup perusahaan, berikut beberapa pendapat mengenai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan BAB II URAIAN TEORITIS A. Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Dalam pengertiannya, struktur modal dibedakan atas struktur modal dan struktur finansial/ keuangan. Struktur modal adalah paduan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Finansial 2.1.1 Pengertian Struktur Finansial Pendapat mengenai struktur finansial berbeda-beda. Dalam beberapa sumber pengertian struktur finansial kurang dijabarkan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. jumlah modal kerja bersih yang layak diterima, serta menjamin tingkat likuiditas

II. LANDASAN TEORI. jumlah modal kerja bersih yang layak diterima, serta menjamin tingkat likuiditas II. LANDASAN TEORI 2.1 Modal 2.1.1 Pengertian Setiap perusahaan atau badan usaha membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasinya sehari-hari. Pengelolaan modal kerja yang baik harus dapat menjamin jumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Struktur Aktiva Struktur aktiva diketahui dengan membandingkan total aktiva tetap dan total aktiva yang dimiliki perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan bagian dari harta kekayaan perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu periode akuntansi. Manfaat menunjukkan

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Modul ke: 02 Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Pendahuluan Apa yang yang dimaksud Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengertian Modal dan Struktur Modal

PEMBAHASAN. Pengertian Modal dan Struktur Modal PENDAHULUAN Modal merupakan salah satu bagian terpenting yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan. Dengan modal, sebuah perusahaan dapat melaksanakan aktivitas produksi dan aktivitas aktivitas bisnis

Lebih terperinci

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan diterbitkan oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Harjito dan Martono (2011:4) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Harjito dan Martono (2011:4) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajamen Keuangan Menurut Harjito dan Martono (2011:4) menyatakan: Manajemen

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas

BAB II BAHAN RUJUKAN. dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi-transaksi tersebut dapat mengakibatkan perubahan terhadap aktiva, hutang,

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-11 Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Arumsarri, Yoshe STIE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan suatu perusahaan. Oleh sebab itu masalah modal merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Menurut Sawir (2005), kinerja adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan penghasilan atau meraih keuntungan (laba) dan kemampuan dalam mengelola perusahaan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui

BAB II BAHAN RUJUKAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui BAB II BAHAN RUJUKAN Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut pada

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori tentang Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan tujuan (hasil akhir) dari suatu proses dan prosedur akuntansi, sebagai ringkasan informasi

Lebih terperinci

JENIS-JENIS MODAL DALAM PERUSAHAAN

JENIS-JENIS MODAL DALAM PERUSAHAAN JENIS-JENIS MODAL DALAM PERUSAHAAN Handout Manajemen Keuangan 1 JENIS-JENIS MODAL Modal Asing (Hutang) Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Menengah) Hutang Jangka Panjang Modal Sendiri Modal Saham Cadangan

Lebih terperinci

SESI 4 MODAL DAN JENIS MODAL

SESI 4 MODAL DAN JENIS MODAL SESI 4 MODAL DAN JENIS MODAL ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN KEUANGAN MODAL Modal adalah sesuatu yang diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan mulai dari berdiri sampai beroperasi Untuk mendirikan

Lebih terperinci

BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN

BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN Akuntansi adalah pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi bisnis, serta penginterprestasian informasi yang telah disusun. Banyak perusahaan menggunakan catatan-catatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang bertujuan untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Aktiva 2.1.1 Pengertian Struktur Aktiva Aktiva atau aset adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Prinsip manajemen perusahaan mengharuskan agar dalam proses memperoleh maupun menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas Perusahaan yang menggunakan teknik manajemen kas yang modern akan menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara pada aktiva yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profitabilitas 2.1.1. Pengertian Profitabilitas Profitabilitas sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba dengan total aktiva, penjualan, maupun hutang jangka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan Definisi manajemen keuangan menurut Martono (2007:4) yaitu : Manajemen Keuangan(Financial Management), atau dalam literatur lain disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang terdiri atas neraca,

Lebih terperinci

daya yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan memilki motivasi untuk sangat penting, karena modal sangat dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan

daya yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan memilki motivasi untuk sangat penting, karena modal sangat dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Modal 2.1.1.1 Pengertian Modal Setiap perusahaan harus mampu membangun manajemennya secara konsepsional dan sistematis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Manfaat Laporan Keuangan Menurut Soemarso (2002:34), laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 1. Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Januarino Aditya (2006) dengan judul Studi Empiris Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 Pengertian Modal Kerja Dalam aktivitas sebuah perusahaan tidak dipungkiri bahwa dibutuhkan dana untuk menjalankan operasinya, mulai dari membeli bahan baku

Lebih terperinci

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani Analisis Kredit Analisa Laporan Keuangan Kelas CA Nadia Damayanti 115020300111008 Ranita Ramadhani 115020300111037 ANALISIS KREDIT LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA Likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Modal Kerja 2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Struktur Aktiva Menurut Weston dan Brigham (2005:175) struktur aktiva adalah: Perimbangan atau perbandingan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laporan Keuangan Salah satu aspek yang paling penting untuk diamati perkembangannya di dalam suatu perusahaan adalah bidang keuangannya. Pihak-pihak yang berkepentingan dapat

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi

Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi 1. Pengertian dan klasifikasi akun (rekening). Akun merupakan suatu formulir yang digunakan untuk mencatat pengaruh perubahan nilai (penambahan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu rekening ke rekening perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu rekening ke rekening perbankan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan dalam perekonomian modern merupakan industri jasa yang dominan dan menunjang hampir seluruh program pembangunan ekonomi, karena kegiatan perekonomian itu

Lebih terperinci

akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para

akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan Bagi pihak yang mempunyai kepentingan terhadap suatu perusahaan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Kondisi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LAPORAN KEUANGAN 1. Pengertian Laporan Keuangan Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoretis 1. Sumber Daya Perusahaan a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan Sumber daya perusahaan merupakan alat yang digunakan perusahaan dalam mencapai tujuannya (Amirullah,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Struktur Modal 2.1.1 Pengertian Struktur Modal Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang paling penting bagi perusahaan. Rasio hutang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan merupakan laporan pertanggungjawaban suatu perusahaan pada satu periode tertentu mengenai kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II LAPORAN ARUS KAS 12 BAB II LAPORAN ARUS KAS 2.1. Laporan Arus Kas 2.1.1. Pengertian Laporan Arus Kas Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:PSAK No.2) menyatakan bahwa: Laporan arus kas adalah laporan yang memberi informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Tujuan utama perusahaan ialah untuk memperoleh laba guna menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya dilihat dari seberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno (2008:98) adalah: Analisis adalah penguraian suatu pokok atas

Lebih terperinci

I. LANDASAN TEORI. Menurut Munawir ( 2004 : 2 ) pengertian laporan keuangan yaitu hasil dari proses akuntansi

I. LANDASAN TEORI. Menurut Munawir ( 2004 : 2 ) pengertian laporan keuangan yaitu hasil dari proses akuntansi I. LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan Menurut Munawir ( 2004 : 2 ) pengertian laporan keuangan yaitu hasil dari proses akuntansi yang dapat dugunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Akuntansi sering disebut sebagai bahasanya dunia usaha karena akutansi akan menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang menyelenggarakannya dan pihak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah dari mana dana diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah dari mana dana diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur Modal Dalam menjalankan kegiatan operasinya, setiap perusahaan menghadapi masalah dari mana dana diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi (Harnanto,1984).

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis 13 BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Modal Kerja Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis dewasa ini, semakin memacu dunia usaha untuk meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan efisiensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PIUTANG USAHA 1. Pengertian Piutang Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Ayu (2011), pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian Bank berdasarkan pasal 1 UU No.10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 Suatu perjanjian dari bentuk legalnya mungkin bukan merupakan perjanjian sewa, namun secara substansi dapat mengandung sewa. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2008 pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Modal Kerja Modal Kerja sangat dibutuhkan perusahaan untuk mengoperasikan perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 10 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Modal Perusahaan membutuhkan modal untuk menjalankan aktivitasnya. Modal merupakan faktor yang

Lebih terperinci

Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek

Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 73 Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang motif memegang kas, aliran kas dalam perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan suatu perusahaan mengenai posisi keuangan apakah keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian pasar modal Secara umum, pasar modal adalah sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan usaha. Setiap perusahaan tentunya membutuhkan modal kerja dalam melakukan kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu perputarannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan arus kas dan likuiditas telah banyak dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Struktur Keuangan 2.1.1 Pengertian Struktur Keuangan Desain struktur keuangan suatu perusahaan, berhubungan dengan komposisi jatuh tempo sumber-sumber pendanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 23 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Asimetri Informasi Teori asimetri informasi atau ketidaksamaan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Likuiditas Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses atau kegagalan perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai dan sumber-sumber untuk

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN. Pengertian Laporan Keuangan

LAPORAN KEUANGAN. Pengertian Laporan Keuangan BAB 3 LAPORAN KEUANGAN Tujuan Pengajaran: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian laporan keuangan 2. Membedakan dan menggolongkan jenis aktiva dan pasiva 3.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Menurut Sawir (2000), kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan penghasilan atau untuk meraih keuntungan (laba) dan kemampuan dalam mengelola

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2)

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2) LAPORAN KEUANGAN (Materi 2) Laporan keuangan terdiri dari dua laporan utama dan beberapa laporan yang sifatnya sebagai pelengkap. Laporan utama tersebut adalah : 1. Laporan Perhitungan Rugi-Laba 2. Neraca

Lebih terperinci

B. MASALAH YANG DIHADAPI DALAM PENENTUAN RASIO STANDAR

B. MASALAH YANG DIHADAPI DALAM PENENTUAN RASIO STANDAR ANALISIS RASIO A. RASIO STANDAR Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur

Lebih terperinci

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan apapun jenis usahanya pasti memiliki kekayaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - teori 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi a. Pengertian Konvergensi Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyatukan pandangan/ perspektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS Dosen : Christian Ramos Kurniawan LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS 4-1 Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting Laporan Posisi Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur Modal Salah satu isu penting yang di hadapi oleh manajer keuangan adalah Riyanto (2001) mengemukakan modal adalah perimbangan atau perbandingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Tujuan Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut IAI dalam SAK ETAP Bab 3 (2013:17) paragraf 3.12 yaitu bagian dari proses pelaporan keuangan dan laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep, Kontruksi, dan Variabel Penelitian Secara umum pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Secara Umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Akuntansi Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan menjalankan operasional usahanya. Ketika menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan menjalankan operasional usahanya. Ketika menjalankan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia usaha baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil melakukan pengembangan usahanya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori trade-off (trade-off theory) Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset 2.1.1 Pengertian Aset Aset merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan suatu usaha perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Kondisi financial distress

Lebih terperinci