BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata yang dipandang sebagai industri multidimensi, memiliki
|
|
- Hendra Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Pariwisata yang dipandang sebagai industri multidimensi, memiliki karakteristik fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik, merupakan industri terbesar dan tumbuh paling cepat di dunia saat ini. Menurut World Travel dan Tourism Council (WTTC), pariwisata adalah industri terbesar di dunia menghasilkan 12% dari Produk Nasional Bruto global dan mempekerjakan sekitar 258 juta orang di seluruh dunia (WTTC, 2011). Hal ini diperkuat oleh pendapat yang mengatakan bahwa pariwisata telah dikembangkan menjadi salah satu sektor industri di dunia yang paling penting, dan tumbuh dua kali lebih cepat dalam 30 tahun terakhir (Budeanu dalam Sonak, 2004). Dalam kurun waktu yang sama, kepariwisataan nasional telah menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Sektor pariwisata telah tumbuh menjadi suatu industri yang penting dan dapat diandalkan dalam menjadi pilar perekonomian bangsa. Perolehan devisa negara dari sektor pariwisata pada tahun 2011 mencapai angka 8,5 miliar dolar AS atau sekitar 75 triliun rupiah. Angka ini meningkat 11,8% dibandingkan dengan perolehan di tahun 2010 sekitar 7,6 milliar dolar AS (Menparekraf, 2011). Peningkatan ini menempatkan sumbangan sektor pariwisata pada tahun 2011 berada di posisi lima penyumbang devisa nagara. Pariwisata dan lingkungan akan saling mempengaruhi tergantung dari bagaimana keduanya saling berproses. Pariwisata adalah suatu industri yang 1
2 2 kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan (Wall, 2006). Pesatnya pertumbuhan pasar global, termasuk diantaranya pariwisata, telah diikuti dengan peningkatan ketidakseimbangan dan kerusakan lingkungan di seluruh dunia (Borghesi, dalam Sonak 2004). Bali sebagai barometer perkembangan pariwisata nasional, juga mengalami perkembangan kepariwisataan yang pesat. Perkembangan pariwisata di Provinsi Bali ini terus meningkat, yang ditandai antara lain oleh arus kunjungan wisatawan mancanegara dan jumlah akomodasi. Jumlah wisatawan mancanegara ke Bali pada Bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2012 mencapai 8,04 juta wisatawan atau naik 5,16 persen dibandingkan dengan kunjungan wisatawan mancanegara pada periode yang sama tahun sebelumnya, yang berjumlah 7,65 juta wisatawan (BPS, 2013). Pada realitasnya, pertumbuhan investasi pariwisata terlihat dalam perubahan bentang lahan Pulau Bali meningkat secara drastis. Daerah pesisir, persawahan, daerah bantaran sungai, perbukitan dan pegunungan bahkan hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan air pun tidak lepas dari sasaran lokasi pembangunan fasilitas pariwisata. Perubahan fungsi-fungsi lahan yang sangat pesat, bukan saja menjadi ancaman serius terhadap eksistensi para petani yang sejak lama bergantung pada lahan pertanian sawah, tetapi juga mengakibatkan perubahan struktur pekerjaan yang rentan menciptakan masalah pengangguran. Pesatnya perkembangan pariwisata di daerah Bali, menjadikan perkembangan sarana akomodasi juga mengalami peningkatan. Sampai dengan tahun 2012, jumlah kamar hotel berbintang, hotel non bintang dan akomodasi
3 3 lainnya yang tersedia di Bali sudah mencapai kamar. Jumlah ini meningkat sekitar 4,3 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya yang jumlahnya kamar. Di Kabupaten Badung, pada tahun 2012 jumlah kamar mencapai kamar atau sebesar 53% dari keseluruhan kamar yang ada di Bali. Banyaknya jumlah kamar yang terdapat di Kabupaten Badung tidak terlepas dari adanya tiga kawasan pariwisata yang sudah berkembang yaitu Kawasan Nusa Dua, Kawasan Tuban dan Kawasan Kuta. Namun di balik perkembangan kuantitatif yang cukup positif tersebut, Provinsi Bali sebagai destinasi pariwisata, menyimpan persoalan yang cukup serius, terutama dalam aspek degradasi lingkungan alam dan kehidupan sosial budaya masyarakat Bali. Keberadaan pariwisata yang di satu sisi, memang dapat memperkuat solidaritas sosial masyarakat adat dengan memanfaatkan peluang dari pariwisata guna memperkuat pertahanan diri ke dalam. Pada sisi lain, keberadaan pariwisata menyebabkan ancaman degradasi lingkungan Subak dengan pengambilalihan lahan persawahan untuk fasilitas pariwisata. Pariwisata adalah industri yang dalam operasionalnya membutuhkan sumberdaya dan sekaligus menghasilkan limbah. Akan tetapi, dalam membutuhkan sumberdaya, pariwisata cenderung memperebutkan sumberdaya yang langka dan sering menjadi pemenang (Wall, 2006). Hal ini sering mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pemanfaatan sumberdaya antara kebutuhan pariwisata dengan sektor lainnya. Pada akhirnya kualitas sumberdaya akan rusak dan lingkungan secara umum menjadi menurun pula kualitasnya.
4 4 Perkembangan pembangunan pariwisata yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan diantaranya adalah dampak pembangunan fasilitas pariwisata, dampak penggunaan alat transportasi, dan dampak pengoperasian industri pariwisata (Richardson dan Fluker, 2004). Ekspansi pembangunan infrastruktur pariwisata (hotel, villa, bungalow, restoran, pertokoan, lapangan golf, dan sebagainya) yang demikian cepat mengakibatkan penyempitan luas lahan pertanian secara drastis. Studi lainnya menemukan bahwa setiap tahun lahan pertanian Bali berkurang hingga hektar (Yayasan Wisnu, 2001). Penelitian JICA (2005), memperkirakan selama kurun waktu 6 tahun ( ) luas sawah di Bali telah berkurang dari hektar menjadi hektar. Artinya, laju alih fungsi lahan persawahan mencapai 870 hektar (1,0%) per tahun. Data ini memberikan makna tentang terancamnya keberlanjutan subak, yang merupakan organisasi tradisional petani Bali yang telah terkenal keseluruh dunia. Dengan semakin menyusutnya lahan persawahan, menghilang pula berbagai manfaat eksternalitas positif yang muncul dari kegiatan budidaya padi, khususnya padi sawah beririgasi. Fenomena ini memberikan pemahaman soal keberadaan sumberdaya alam Bali yang semakin terancam oleh pertumbuhan prasarana dan sarana pariwisata. Konsekuensi logis yang mudah diprediksi adalah penurunan kemampuan swasembada pangan dan marjinalisasi para petani. Hal ini dikhawatirkan akan mengancam keberlanjutan pariwisata itu sendiri, karena sektor pertanian itu sendiri merupakan salah satu daya tarik Pulau Bali. Perubahan penggunaan lahan dapat mempengaruhi besar kecilnya air yang meresap ke dalam tanah dan yang mengalir di permukaan, sehingga
5 5 menentukan besarnya ketersediaan air di suatu daerah. Salah satu persoalan krusial dalam perkembangan pariwisata Bali adalah perubahan daya dukung lingkungan, terutama dalam penyediaan air bersih. Daerah pedesaan yang dulunya nyaris tidak pernah mengalami kekeringan sumber air, belakangan harus menghadapi krisis yang tidak tergolong ringan. Hal ini terkait dengan semakin tingginya intensitas eksploitasi sumberdaya air akibat pembangunan infrastruktur dan fasilitas pariwisata. Besarnya volume air yang dikonsumsi oleh akomodasi pariwisata di Kabupaten Badung, yakni liter per kamar per hari, jauh lebih besar daripada kebutuhan air bersih yang hanya 120 liter per kapita (Yayasan Wisnu, 2001). Bahkan hotel-hotel di kawasan pariwisata Ubud, khususnya di Desa Kadewatan membutuhkan air liter per kamar per hari (Sunarta, 1994). Hal ini menunjukan bahwa, kebutuhan air untuk pariwisata bervariasi, sangat tergantung dari jenis akomodasinya. Hotel, villa, homestay, atau cottage akan membutuhkan air yang berbeda-beda dalam operasionalnya. Secara umum, status daya dukung air Provinsi Bali adalah defisit (Bappeda, 2010). Status tersebut merupakan akumulasi dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi besarnya ketersediaan air dan tingkat kebutuhan air. Apabila rata-rata jumlah wisatawan asing maupun domestik yang datang di Provinsi Bali dalam setahun dimasukkan sebagai salah faktor yang mempengaruhi status daya dukung air, maka defisit air Bali menjadi semakin buruk (Bappeda, 2010; Sunarta, 2010). Terdapat lima kabupaten yang memiliki status daya dukung air defisit yaitu; Kabupaten Buleleng, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, Kabupaten Klungkung, dan Kota Denpasar, sedangkan 4 kabupaten lain,
6 6 yaitu Kabupaten Tabanan, Kabupaten Bangli, Kabupaten Jembrana, dan Kabupaten Karangasem status daya dukung airnya surplus. Berbagai fenomena di atas terjadi akibat perkembangan pariwisata Bali yang lebih cenderung mengarah kepada menguatnya bentuk pariwisata massal (mass tourism). Tidak hanya jumlah wisatawan, tetapi juga penyediaan infrastuktur pariwisata, perilaku wisatawan, serta aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan di Bali semakin merepresentasikan sosok pariwisata massal. Faktor kebijakan pemerintah di dalam menempatkan Bali sebagai destinasi pariwisata andalan memainkan peran penting dalam hal ini. Pemerintah sebagai lokomotif penggerak pembangunan kepariwisataan selalu menargetkan jumlah kunjungan wisatawan sebanyak-banyaknya sebagai cerminan kesuksesan pembangunan pariwisata. Fasilitas akomodasi, baik kategori hotel berbintang dan non-bintang maupun resort-resort mewah yang dimiliki pemodal asing terus dibangun tanpa memperhatikan daya dukung Bali. Hal ini tercermin dari makin meningkatnya nilai investasi di sektor pariwisata di Bali. Badan Penanaman Modal Provinsi (BPMP) Provinsi Bali mencatat bahwa dari Rp 7 triliun investasi pada tahun 2010, sebanyak 80 persen diantaranya masuk untuk sektor pariwisata. Data lain menunjukkan bahwa pada tahun 2009 tercatat jumlah kamar hotel bintang sebanyak unit ditambah dengan unit kamar hotel non-bintang (BPS, 2011). Sementara jumlah kamar hotel di Bali, baik berbintang maupun nonbintang, pada tahun 2010 sudah mencapai kamar. Adanya peristiwa serangan teroris telah menimbulkan ketakutan bagi sebagian wisatawan sehingga mengakibatkan mereka cenderung untuk
7 7 menghindari tempat-tempat terkonsentrasinya wisatawan asing. Hal tersebut juga tercermin dari pemilihan jenis akomodasi yang cenderung mengarah pada jenis akomodasi yang lebih tenang, aman dan private. Villa adalah salah satu akomodasi yang dijadikan alternatif sebagai sarana akomodasi pariwisata yang pada perkembangannya menjadi suatu sarana akomodasi pariwisata yang banyak diminati oleh wisatawan. Keberadaan villa menjadi suatu fenomena dalam industri pariwisata di Bali pada umumnya, dan khususnya Kabupaten Badung. Perkembangan jumlah vila di Kabupaten Badung sampai tahun 2005 tidak diketahui secara jelas karena belum adanya lembaga pemerintah maupun non pemerintah yang melakukan pendataan mengenai keberadaan vila. Data yang cukup lengkap mengenai keberadaan vila di Kabupaten Badung baru diketahui pada tahun 2006 yang diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan tim Tourism Field Study (TFS) Sekolah Tinggi Pariwisata, Nusa Dua Bali. Berdasarkan hasil sensus yang dilakukan oleh tim tersebut diketahui bahwa jumlah vila yang terdapat di Kabupaten Badung mencapai 642 unit vila. Pola pemanfaatan dari 642 unit vila tersebut adalah (1) bersifat komersil sebanyak 345 unit atau 53,7%; (2) bersifat pribadi dan komersil sebanyak 137 unit vila atau 21,4%; dan (3) bersifat pribadi sebanyak 160 unit atau 24,9 % (Tim TFS, 2006). Berdasarkan data jumlah vila di Kabupaten Badung pada tahun 2006 dan tahun 2007 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah vila sebanyak 49 unit atau sebesar 7,63 %. Pada tahun 2007, peningkatan jumlah vila yang diperuntukkan sebagai akomodasi lainnya mencapai 8,75% atau lebih tinggi
8 8 1,49% dari peningkatan jumlah vila yang diperuntukkan sebagai sarana akomodasi pariwisata. Sampai tahun 2008, di Kabupaten Badung jumlah vila yang terdata adalah sebanyak 711 unit villa dengan fungsi sebagai sarana akomodasi pariwisata sebanyak 529 unit vila dan sebanyak 182 unit vila merupakan akomodasi lainnya seperti rumah pribadi atau rumah sewa. Pada tahun 2008 telah terjadi peningkatan jumlah vila sebanyak 2,89% dibandingkan tahun 2007, dengan persebaran pembangunan vila di lima kecamatan di Kabupaten Badung kecuali Kecamatan Petang, dengan jumlah persebaran vila terbanyak terdapat di Kecamatan Kuta Utara. Kondisi ini menunjukkan bahwa animo masyarakat dan investor terutama para pelaku pariwisata untuk menjadikan bangunan vila sebagai sarana akomodasi pariwisata masih sangat tinggi. Pembangunan vila di Kabupaten Badung telah menjadi suatu trend yang lebih mengarah kepada industri pariwisata. Perkembangan bangunan villa sebagai sarana akomodasi pariwisata di Bali sepertinya dapat dijadikan sebagai salah satu contoh dari perkembangan industri pariwisata yang tidak direncanakan sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangannya yang begitu cepat seperti tanpa kendali. Keberadaan vila memiliki beberapa potensi yang mendapat perhatian cukup luas dari berbagai kalangan, baik itu potensi yang bersifat positif ataupun negatif, seperti: pertumbuhan fisik, peruntukan, pelanggaran perijinan, perebutan dan eksploitasi sumberdaya, pencemaran dan lain sebagainya. Selain manfaat ekonomi, pembangunan sarana pariwisata telah menjadi suatu permasalahan yang cukup serius bagi Bali. Selama sepuluh tahun terakhir
9 9 ini pembangunan fasilitas kepariwisataan terutama hotel dan restoran terlalu dipacu tanpa memperhatikan kebutuhan akan sarana akomodasi dan ketersediaan serta kemampuan akan sumberdaya alam yang dimiliki, yang pada akhirnya menyebabkan over supply yang telah mengarah pada perusakan dan penurunan kemampuan sumberdaya alam tersebut. Dengan dasar pertimbangan memperhatikan jumlah kamar akomodasi yang tersedia, Pemerintah Propinsi Bali mengeluarkan Surat Edaran Gubernur Bali No.570/1124/BPKMD mengenai penghentian sementara untuk bidang usaha tertentu (termasuk hotel berbintang), serta Moratorium Gubernur Bali No.556.2/8702/ Binpproda mengenai perihal pembatasan pembangunan hotel baru di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Walaupun demikian, para investor masih menganggap wilayah Kabupaten Badung sebagai tempat yang ideal untuk berinvestasi, khususnya untuk akomodasi pariwisata karena memiliki sarana dan prasarana penunjang yang cukup memadai dibandingkan daerah lainnya. Dengan adanya kondisi ini menjadikan para investor mencari celah untuk dapat menyiasati kebijakan tersebut, yaitu dengan membuat sarana akomodasi pariwisata yang berbeda dari yang ada sebelumnya, namun memiliki fasilitas dan pelayanan seperti layaknya hotel berbintang maupun hotel melati. Perkembangan jenis akomodasi seperti vila tumbuh dengan cepat terutama di Kecamatan Kuta, terlebih lagi di Kecamatan Kuta Utara. Dilihat dari topografi dan pemanfaatannya, sebagian besar lahan di Kecamatan Kuta Utara merupakan daerah landai dan lahan pertanian dengan hamparan sawah yang luas dan lokasinya yang berdekatan dengan pantai.
10 10 Perdesaan yang tenang dan pemandangan sawah yang menghijau, serta jauh dari kebisingan menjadi salah satu alasan wisatawan untuk menginap ataupun membangun vila di wilayah ini. Pesatnya perkembangan akomodasi terutama vila di wilayah ini tidaklah berdiri sendiri. Dengan meningkatnya kualitas jalan, restoran juga tumbuh dimana-mana, rumah-rumah penduduk tradisional berubah meniru design vila sehingga sulit dibedakan antara rumah penduduk yang mereka tempati sendiri, dengan rumah (villa) yang difungsikan sebagai akomodasi. Perkembangan pembangunan sarana akomodasi ini tentu akan memanfaatkan lahan sawah dan membutuhkan sumberdaya air yang tidak sedikit. Studi perkembangan sawah di Bali dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2020 mengalami penurunan yang sangat drastis, Ha. di tahun 1990 menurun menjadi Ha. Pada tahun Di Kabupaten Badung/Denpasar luas sawah dengan menggunakan strategi pertumbuhan yang tinggi (strategi 5) diperkirakan akan habis di tahun 2020 (Wiranatha, 2001). Dikemukakan juga bahwa, perbandingkan antara potensi ketersediaan air bersih dengan total kebutuhan air bersih di Kabupaten Badung/Denpasar akan minus/defisit pada tahun Hal yang paling menarik dalam penelitian tersebut adalah untuk semua strategi, mulai dari strategi dasar sampai dengan strategi dengan pertumbuhan tinggi keseimbangan air di Kabupaten Badung/Denpasar akan minus/defisit. Kondisi ini tentu saja akan sangat mempengaruhi sistem tata air dan irigasi di Kabupaten Badung. Pembangunan pariwisata beserta infrastrukturnya dapat mengakibatkan perubahan yang signifikan pada sumberdaya alam. Masalah ini sering dipersulit
11 11 oleh kenyataan bahwa pariwisata sering terjadi di daerah yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga menjadi salah satu pendorong utama dibalik kerusakan sumberdaya di daerah tersebut (UNEP. 2003). Mengingat jumlah vila yang terus berkembang di wilayah Kabupaten Badung khususnya Kecamatan Kuta Utara, tentu akan memberikan dampak terhadap kondisi lingkungan, tidak hanya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat tetapi juga terhadap sumberdaya alam, khususnya lahan dan air. Pesatnya perkembangan usaha akomodasi di wilayah-wilayah yang ada di Kecamatan Kuta Utara selalu akan diikuti oleh sarana dan prasarana pariwisata lainnya, seperti restoran, bar, toko dan pasar modern, serta laundry. Berkembangnya usaha laundry merupakan fenomena menarik untuk mendapat perhatian. Keberadaan usaha laundry di sebuah desa tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan akmodasi yang ada, tetapi juga dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Jika perkembangan ini tidak dikontrol dengan baik ditengarai dapat menimbulkan dampak negatif terhadap potensi air. Lembaga swadaya lokal dan internasional telah mengkhawatirkan bahwa Bali akan mengalami krisis air yang serius pada tahun 2025 jika pengelolaan air tidak dijadikan prioritas (Cole, 2010). Kekhawatiran ini didasari oleh beberapa kenyataan bahwa pariwisata sangat tergantung dari kualitas dan kuantitas air yang memadai untuk dapat berfungsi dengan baik, dan dengan demikian cepat atau lambat krisis air di Bali akan menjadi krisis ekonomi dan krisis pariwisata. Fenomena inilah yang menarik untuk dikaji, untuk mengungkapkan lebih dalam tentang dampak pariwisata terhadap sumberdaya air di Kecamatan Kuta
12 12 Utara sebagai wilayah dengan perkembangan pariwisata yang paling pesat dibandingkan dengan empat kecamatan lainnya di Kabupaten Badung. Komponen sumberdayaair yang akan terkena dampak dari perkembangan pariwisata seperti air tanah dan air permukaan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Komponen sumberdaya air yang tidak kalah pentingnya adalah aliran permukaan yang berpotensi mengakibatkan banjir. Disamping itu, penelitian ini lebih jauh dimaksudkan agar dapat diidentifikasi dampak-dampak negatif yang muncul sedini mungkin sehingga dapat diketahui oleh seluruh stakeholders pariwisata. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan pembangunan pariwisata di Kabupaten Badung Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana perkembangan usaha akomodasi di Kecamatan Kuta Utara? Berapa besar daya dukung air untuk memenuhi perkembangan pariwisata di Kecamatan Kuta Utara? Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari perkembangan usaha akomodasi terhadap sumber daya air di Kecamatan Kuta Utara? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui perkembangan usaha akomodasi dan menganalisis dampaknya terhadap sumber daya air di Kecamatan Kuta Utara.
13 Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perkembangan usaha akomodasi yang terjadi di Kecamatan Kuta Utara, yang berpotensi mengakibatkan dampak terhadap sumber daya air. 2. Menganalisis besarnya daya dukung sumber daya air dalam memenuhi kebutuhan pariwisata di wilayah Kecamatan Kuta Utara. 3. Menganalisis dampak yang ditimbulkan dari perkembangan usaha akomodasi terhadap potensi aliran permukaan dan potensi air tanah baik secara kuantitas maupun kualitas Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam menganalisis dampak pembangunan fasilitas pariwisata khususnya vila dari segi lingkungan fisik di wilayah destinasi wisata. Kajian ini sangat penting artinya secara akademis dan diharapkan menjadi referensi yang berharga dalam penelitian dampak perkembangan pariwisata terhadap Sumber daya air pada suatu destinasi wisata Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran terutama kepada masyarakat lokal, pengambil keputusan dan kebijakan seperti; Bappeda, Dispenda, Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Pemerintah Kabupaten Badung,
14 14 investor, dan stakeholders pariwisata yang ikut terlibat dalam perencanaan pengembangan industri kepariwisataan di Kabupaten Badung pada khususnya dan di Bali pada umumnya.
BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai salah satu propinsi di Indonesia memiliki karakteristik struktur perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia selama tujuh tahun terakhir
20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kepariwisataan Nasional dalam tiga dekade terakhir telah menunjukkan perkembangan luar biasa. Sektor pariwisata telah tumbuh menjadi suatu industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah wewenang pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Andirfa (2009), menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Serangan teroris yang terjadi tahun 2002 dan 2005 menimbulkan penurunan angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Bali berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir ini, terutama jika dilihat dari tren angka kunjungan wisatawan domestik dan asing. Serangan teroris yang
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI
EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2014 Pusat Litbang Sumber Daya Air i KATA PENGANTAR Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata memiliki potensi cukup besar dalam usaha meningkatkan devisa negara. Pariwisata menjadi suatu kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara yang ditempuh oleh banyak negara di dunia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang ditempuh oleh banyak negara di dunia untuk mendapatkan devisa adalah dengan meningkatkan pembangunan pariwisata. Kemampuan sektor pariwisata di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling populer akan kepariwisataannya. Selain itu, pariwisata di Bali berkembang sangat pesat bahkan promosi pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan studi ini dilatarbelakangi oleh terjadinya satu dilema yang
1 BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan studi ini dilatarbelakangi oleh terjadinya satu dilema yang sangat sering dihadapi dalam perencanaan keruangan di daerah pada saat ini, yaitu konversi kawasan lindung menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya yang terbatas karena tidak dapat diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2011
39/08/51/Th. V, 1 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 245.652 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak 245.248
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah negara. Dalam sebuah Negara, tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapat perjalanan baru. Pariwisata mempunyai spektrum fundamental pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata berkembang karena adanya gerakan manusia untuk mencari sesuatu yang belum diketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru mencari perubahan suasana atau untuk
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015 50/08/51/Th. IX, 3 Agustus 2015 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2015 mencapai 359.702 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.
ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor ekonomi yang memiliki perananan penting bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism Organization (WTO) sektor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2012
23/05/51/Th. VI, 1 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 230.957 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak 222.950
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2015
No. 19/03/51/Th. IX, 2 Maret PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 301.748 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2012
No. 26/05/51/Th. VI, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2012 Pada Triwulan I-2012, PDRB Bali mengalami kontraksi ( negatif) sebesar 0,06 persen dibanding Triwulan IV-2011 (quarter to
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci : kompetensi, kapabilitas, keunggulan kompetitif dan kinerja perusahaan.
Judul :Pengaruh Kompetensi Dan Kapabilitas Terhadap Keunggulan Kompetitif Dan Kinerja Perusahaan Pada Pondok Wisata (Villa) Di Kota Denpasar-Bali. Nama : I Putu Pratama Adiputra NIM : 1315251096 Abstrak
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR.. xi DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti tidak akan ada kehidupan di bumi ini jika tidak ada air. Air merupakan komponen lingkungan hidup
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2011
46/09/51/Th. V, 5 September PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 283.524 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak 279.219
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Muta ali (2012) menjelaskan bahwa pengembangan wilayah adalah salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya wilayah untuk dimanfaatkan sebesarbesarnya demi kemakmuran rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki pertumbuhan ekowisata paling cepat di dunia sehingga mendapatkan devisa Negara yang tinggi. Sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai sumber mengatakan bahwa pariwisata adalah salah satu sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasalahan Berbagai sumber mengatakan bahwa pariwisata adalah salah satu sektor ekonomi yang menyumbangkan devisa bagi banyak negara. Beberapa tahun terakhir banyak
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang potensial untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional di masa kini dan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2008
06/02/51/Th. III, 2 Pebruari 2009 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2008 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2008 mencapai 166.851 orang, dengan wisman yang datang melalui
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2016
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2016 17/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 350.592 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2015
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2015 60/09/51/Th. IX, 1 September 2015 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2015 mencapai 382.683 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2015
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2015 71/11/51/Th. IX, 2 November 2015 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2015 mencapai 389.060 orang, dengan wisman yang datang melalui
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012
No. 44/08/51/Th. VI, 6 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Bali pada Triwulan II- mencapai 2,81 persen dibandingkan Triwulan I - yang mengalami kontraksi sebesar 0,06
Lebih terperinciStatistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya
BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,
34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI PEBRUARI 2010
17/04/51/Th. V, 1 April PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI PEBRUARI Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 207.195 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak 201.457
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumber daya alam yang merupakan modal dasar bagi pembangunan di semua sektor, yang luasnya relatif tetap. Lahan secara langsung digunakan
Lebih terperinciSeuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.
Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2015
44/07/51/Th. IX, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2015 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2015 mencapai 295.973 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2014
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2014 35/06/51/Th. VIII, 2 Juni 2014 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2014 mencapai 280.096 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2017
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 27/05/51/Th. XI, 2 Mei Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan Maret mencapai 425.499 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena dapat memberikan kesempatan kerja yang luas dan nilai tambah terbesar sehingga mampu menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian yang akan dilakukan, rumusan masalah yang menjadi topik
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai latar belakang kegiatan penelitian yang akan dilakukan, rumusan masalah yang menjadi topik pembahasan yang akan diteliti, serta tujuan dan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2015
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2015 30/05/51/Th. IX, 4 Mei 2015 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2015 mencapai 305.272 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Indonesia kini sudah semakin berkembang sangat pesat, terutama pertumbuhan di sektor industri.sektor industri diyakini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI AGUSTUS 2015
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI AGUSTUS 2015 66/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2015 mencapai 303.621 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI AGUSTUS 2016
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI AGUSTUS 2016 65/10/51/Th. X, 3 Oktober 2016 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2016 mencapai 438.135 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2015
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2015 39/06/51/Th. IX, 1 Juni 2015 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2015 mencapai 313.763 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2014
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2014 09/02/51/Th. IX, 2 Februari 2015 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2014 mencapai 347.370 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2016
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2016 23/04/51/Th. X, 1 April 2016 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2016 mencapai 375.744 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara
Lebih terperincidari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali adalah salah satu daerah tujuan wisata terbaik yang ada di Indonesia bahkan dunia. Keindahan alam yang sangat beraneka ragam, mulai dari laut serta karangnya sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena memberikan manfaat ekonomi, termasuk Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia berlomba mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2010
No. 44/11/51/Th. IV, 5 Nopember PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan ember mencapai 240.947 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten di Bali yang memiliki peran sentral dalam pertanian. Kabupaten Tabanan yang memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran).
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Bali merupakan sektor penyumbang pendapatan daerah terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran). Berdasarkan data
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI OKTOBER 2016
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI OKTOBER 2016 79/12/51/Th. X, 1 Desember 2016 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman ke Bali pada bulan 2016 mencapai 432.215 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pengembangan pariwisata sebagai industri, adalah untuk meningkatkan perolehan devisa. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, sangat membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika dilihat secara nyata, saat ini pembangunan yang terjadi di beberapa kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi daya tampung dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi salah satu sektor pembangunan yang terus digalakkan dalam meningkatkan perekonomian bangsa. Di Indonesia sektor pariwisata telah menjadi komoditas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOVEMBER 2016
03/01/51/Th. XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOVEMBER 2016 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2016 mencapai 413.232 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui
Lebih terperinciindikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan
Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah selalu digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga negara atau penduduk daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2016
37/06/51/Th. X, 1 Juni 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2016 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2016 mencapai 380.767 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2017
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 22/04/51/Th. XI, 3 April Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 453.985 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2015
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2015 09/02/51/Th. X, 1 Februari 2016 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2015 mencapai 370.640 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2007
3/1/51/Th. II, 3 Januari 28 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 14124 orang, dengan wisman yang datang melalui pelabuhan udara sebanyak
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2017
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2017 38/06/51/Th. XI, 2 Juni 2017 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan April 2017 mencapai 477.464 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan gejala sosial yang sangat kompleks yang tak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan gejala sosial yang sangat kompleks yang tak terpisahkan dari aspek kehidupan sosial, psikologis, ekologisdan ekonomi masyarakat.hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional Indonesia dilandaskan pada Trilogi pembangunan, yaitu stabilitas nasional yang mantap, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2017
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2017 17/03/51/Th. XI, 1 Maret 2017 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 460.824 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui bandara
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan
60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dirubahnya sistem pemerintahan di Indonesia yang pada awalnya menganut sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi atau dikenal dengan sebutan otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan merupakan suatu industri yang berkembang pesat di seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk mengembangkan industri kepariwisataannya
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sekitar 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sekitar 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat menetapkan Bali sebagai pulau wisata terbaik di Dunia. Demikian pula organisasi Travel Leisure di
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2016
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 50/08/51/Th. X, 1 Agustus Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 405.835 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak 405.686
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2017
43/07/51/Th. XI, 3 Juli 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2017 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan Mei 2017 mencapai 489.376 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui bandara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2017
PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2017 49/08/51/Th. XI, 1 Agustus 2017 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan Juni 2017 mencapai 504.141 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui
Lebih terperinci