BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN. Sejarah Singkat Etnis Muslim Melayu di Thailand Selatan
|
|
- Erlin Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN II.1. Sejarah Singkat Etnis Muslim Melayu di Thailand Selatan Thailand merupakan negara dengan penduduk mayoritas etnis Thai. Namun berbeda halnya dengan kawasan Thailand Selatan yang terbagi menjadi 4 provinsi, yaitu Yala, Narathiwat, Pattani dan Songkhla. Tiga dari keempat provinsi tersebut yaitu Yala, Narathiwat dan Pattani masyarakatnya didominasi oleh etnis Muslim Melayu. Masyarakat etnis Muslim Melayu yang hidup dan berdomisili di kawasan Thailand Selatan ini mencapai 80% dari total penduduk yang ada disana. Keadaan ini membuat kehidupan sosial etnis Muslim Melayu di Thailand Selatan berbeda dengan wilayah lain. Perbedaan tersebut mencakup perbedaan bahasa, tulisan, dan tata cara kehidupan yang berbeda dengan etnis lain pada umumnya (McCargo, 2010:1). Keberadaan etnis Muslim Melayu yang terpusat di Thailand bagian selatan ini tidak lepas dari sejarah kawasan Thailand Selatan. Provinsi Pattani, Narathiwat, Songhkla, dan Yala yang berada di kawasan Thailand Selatan sebelumnya merupakan bagian dari kerajaan Pattani. Kerajaan Pattani ialah Kerajaan Melayu berdaulat dengan mayoritas penduduknya merupakan etnis 17
2 Muslim Melayu. Kerajaan Patani dikenal sebagai kerajaan penting penyebar agama Islam dan pertumbuhan perdagangan karena Kerajaan Pattani merupakan satu-satunya kota pelabuhan dan pusat perdagangan Islam yang memiliki pengaruh yang kuat di perairan Laut Cina Selatan. Hal ini menjadikan Kerajaan Pattani menjadi salah satu simbol kejayaan Melayu pada masanya. Kerajaan Pattani memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan alam kerajaan Pattani meliputi emas, timah, laka, kapur barus, gerahu serta emboni. Banyak negara yang datang untuk melakukan perdagangan maupun sekedar berkunjung ke Pattani. Karena pengaruhnya dalam perdagangan dan kekayaan alamnya itulah, kerajaan ini menjadi kerajaan yang diperhitungkan keberadaannya (Yuniarto, 2004:3). Kerajaan Pattani yang memiliki wilayah yang sangat strategis menjadi incaran Kerajaan Siam yang ingin melakukan ekspansi wilayah dan menguasai kerajaan yang memiliki salah satu pelabuhan penting di perairan Laut Cina Selatan tersebut. Diantara tekanan yang dilakukan Kerajaan Siam dan gempuran dari imperialisme barat, Kerajaan Siam yang saat itu melakukan kerjasama dengan Kerajaan Inggris berhasil menaklukkan Kerajaan Pattani. Penyerahan wilayah Kerajaan Pattani ke Kerajaan Siam oleh Inggris dilakukan pada tahun 1909 di Bangkok dan dikenal dengan Anglo Siam Treatment (Thnaprarnsing, 2009: 3). 18
3 Perjanjian Anglo Siam Treatment menyatakan berakhirnya kekuasaan Kerajaan Pattani dan wilayah kerajaan ini sebelumnya sah menjadi wilayah dibawah kekuasaan Kerajaan Siam. Wilayah Kerajaan Pattani tersebut adalah Patani, Teluban (sekarang Narathiwat), Jalor (sekarang Yala), dan sebagian wilayah Senggora (sekarang dikenal dengan nama Songkhla). Dikuasainya wilayah Kerajaan Pattani oleh Kerajaan Siam mengakibatkan penduduk yang berada di wilayah tersebut harus tunduk terhadap segala peraturan yang diberlakukan Kerajaan Siam dan identitas mereka sebagai warga Kerajaan Pattani resmi berganti menjadi warga Kerajaan Siam atau sekarang dikenal sebagai Thailand. Bergabungnya wilayah serta penduduk yang dulunya merupakan Kerajaan Pattani ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam menimbulkan permasalahan baru. Permasalahan yang terjadi mulai dari anggapan dari etnis Muslim Melayu yang dulunya merupakan warga Kerajaan Pattani bahwa pemerintahan Siam yang sekarang Thailand cenderung menyudutkan mereka, hingga tidak diakuinya kekuasaan Thailand atas wilayah Kerajaan Pattani. Isu isu tersebut kemudian semakin meluas dan menimbulkan aksi protes yang berujung pada aksi kekerasan dan gerakan etnonasionalisme yang dilakukan oleh etnis Muslim Melayu. 19
4 II.2. Faktor faktor Munculnya Gerakan Etnonasionalisme di Thailand Selatan Kekerasan yang kerap terjadi di Thailand Selatan ini dilakukan oleh kelompok etnonasionalis etnis Muslim Melayu yang merasa tergerak untuk melakukan perubahan nasib kaum mereka. Hal ini terjadi karena adanya ketidak-sepahaman antara etnis ini dengan kebijakan kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah Thailand di Thailand Selatan. Terdapat pula beberapa faktor lain yang melatar belakangi terjadinya gerakan etnonasionalisme yang terjadi di Thailand Selatan ini. Menurut Thnaprarnsing (2009), faktor-faktor tersebut adalah faktor sejarah, faktor ekonomi dan sosial serta faktor budaya. II.2.1. Faktor Sejarah Semenjak ditanda-tanganinya perjanjian Anglo Siam Treatment pada tahun 1909 di Bangkok, keempat wilayah yang dulunya merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Pattani yaitu Patani, Narathiwat, Yala dan Songkhla resmi menjadi wilayah Thailand. Hal ini memaksa etnis Muslim Melayu yang merupakan penduduk mayoritas di keempat wilayah tersebut untuk hidup berdampingan dengan penduduk Thailand yang merupakan mayoritas etnis Thai. Etnis Muslim Melayu yang sebelumnya menjadi mayoritas, kini 20
5 menjadi kaum minoritas di Thailand dengan jumlah hanya sekitar 7,5% dari jumlah total penduduk Thailand (Yusuf, 2010:2). Sebagai etnis yang pernah menjadi simbol kejayaan Muslim Melayu di Asia, menjadi etnis minoritas dalam sebuah negara merupakan sebuah perubahan besar bagi kehidupan sosial mereka. Ditambah lagi, etnis ini terpaksa menjadi bagian dari sebuah negara yang memang memiliki hubungan kurang baik sejak lama. Seperti yang sudah dipaparkan diatas, saat Kerajaan Patani mengalami kejayaan karena sumber alam yang melimpah dan kejayaan maritimnya, hubungan dengan Kerajaan Siam yang sekarang menjadi Thailand tidak terlalu harmonis. Kerajaan Siam kala itu yang memiliki wilayah berdampingan dengan Kerajaan Patani beberapa kali melakukan upaya untuk merebut wilayah Kerajaan Patani. Etnis Muslim Melayu yang tinggal di wilayah Kerajaan Patani yang kini menjadi wilayah Thailand hanya sedikit yang mengakui kekuasaan Thailand. Banyak dari mereka beranggapan bahwa masuknya wilayah Kerajaan Patani menjadi wilayah Thailand bukan karena penundukan Thailand, tapi karena campur tangannya imperialisme barat kala itu. Kalahnya Kerajaan Pattani oleh Kerajaan Siam dianggap semata- mata karena bantuan persenjataan dan militer dari Inggris yang memang menjalin kerjasama dengan Kerajaan Siam. Mereka tidak mengakui kedaulatan Pemerintah Thailand akan wilayah Patani dan sekitarnya. Etnis ini menginginkan 21
6 kejayaan mereka bisa terulang serta mampu menjadi pemimpin di tanah sendiri, dan bukan menjadi bagian dari Thailand. II.2.2. Faktor Ekonomi dan Pendidikan Kemiskinan dan permasalahan ekonomi dianggap sebagai salah satu faktor dibalik terjadinya kekerasan dan pemberontakan di Thailand Selatan. Meskipun wilayah Thailand Selatan merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam, namun masih banyak masyarakat disana yang ekonominya berada dibawah garis kemiskinan. Bahkan dari seluruh wilayah di Thailand, sebagian daerah yang masih kumuh dan menjadi daerah miskin adalah berada di wilayah selatan ini. Pada tahun 2000 terdapat penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan, 45% diantaranya merupakan penduduk etnis Muslim Melayu di wilayah Thailand Selatan. Kemiskinan yang terjadi di Thailand Selatan disebabkan karena ketidak-merataan pembangunan dan ekonomi dari Pemerintah Thailand. Sumber daya alam di Thailand Selatan yang melimpah seperti minyak, ikan, hasil hutan dan sumber ekonomi lainnya memang dikelola diwilayah ini, namun akses ekonominya hanya dinikmati oleh sebagian kecil warga Thailand Selatan. Yang menikmati hasil pengelolaan tersebut adalah komunitas yang beragama Budha dan keturunan Tionghoa. Sedangkan etnis Muslim Melayu 22
7 yang merupakan kaum pribumi hanya sebagai pekerja bawah dengan bayaran yang sedikit. Masyarakat Patani yang merupakan etnis Muslim Melayu hanya bekerja sebagai pelengkap dalam tatanan perekonomian di Thailand Selatan. Mereka hanya dipekerjakan sebagai buruh kasar, nelayan, pedagang kecil serta sebagai buruh di sektor transportasi. Sangat sedikit dari etnis Muslim Melayu yang menduduki posisi penting dalam pekerjaan. Keadaan ini membuat etnis Muslim Melayu merasa tersingkir secara perlahan. Dengan kekayaan alam di Thailand Selatan yang sebagian besar keuntungannya digunakan untuk melakukan pembangunan di daerah lain, warga etnis Muslim Melayu yang menjadi warga dominan di Thailand Selatan ini merasa dirugikan. Daerah mereka hanya mendapatkan kerugian dari proses penambangan dan pengolahan sumber daya alam seperti kerusakan ekologi, pencemaran tanah, air maupun udara. Salah satu faktor mendasar yang mempengaruhi kemiskinan di Thailand Selatan adalah faktor pendidikan. Terjadi ketimpangan perhatian antara etnis Thai dengan etnis Muslim Melayu dalam hal pendidikan. Sebagai perbandingan, 69,80% penduduk etnis Muslim Melayu hanya merupakan lulusan sekolah dasar, dan hanya 9,20% dari penduduk etnis Muslim Melayu yang mengenyam pendidikan setingkat SMP, sedangkan penduduk etnis Thai yang sudah lulus pendidikan setingkat SMP mencapai 13,20% dalam provinsi 23
8 yang sama. Begitu halnya dengan penduduk etnis Muslim Melayu yang mengenyan pendidikan sarjana hanya 1.70% dibandingkan dengan penduduk etnis Thai yang mencapai 9.70% dalam wilayah yang sama. Selain itu, pendidikan yang diterima oleh penduduk di wilayah Thailand Selatan semua menggunakan bahasa dan tulisan Thai. Faktor lainnya adalah faktor lapangan pekerjaan. Jabatan pemerintahan di wilayah Thailand Selatan 19.20% pegawainya merupakan etnis Thai, sementara etnis Muslim Melayu hanya 2.4%. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan perhatian yang diberikan Pemerintah Thailand terhadap etnis Muslim Melayu di wilayah Thailand Selatan dibandingkan dengan etnis lain di wilayah yang sama (Slagter dan Kerbo, 2000:77). II.2.3. Faktor Budaya Penanda tanganan Anglo Siam Treatment yang menyatakan wilayah Patani menjadi wilayah Thailand menimbulkan masalah bagi etnis Muslim Melayu yang hidup disana. Mereka harus beradaptasi dengan situasi dan aturan-aturan yang baru. Kehidupan Thailand yang mayoritas merupakan etnis Thai sangat berbeda dengan mereka yang terbiasa hidup dalam aturan Kerajaan Patani. Perbedaan ini mencakup cara hidup, cara berkomunikasi, perbedaan keyakinan akan agama, hingga perbedaan dalam bermasyarakat. 24
9 Kehidupan masyarakat etnis Muslim Melayu kemudian berubah total. Dibawah kekuasaan Thailand sebagai kaum minoritas, etnis Muslim Melayu ini mengalami berbagai macam tekanan dan diskriminasi dari etnis Thai. Orang Thai menyebut warga etnis Muslim Melayu sebagai Khaek yang berarti orang luar atau pendatang. Khaek secara umum juga digunakan orang Thai untuk menggambarkan orang yang memiliki kulit sawo matang seperti pendatang pendatang dari Asia Selatan. Lama berselang, istilah Khaek ini digunakan sebagai stereotip terhadap etnis Muslim Melayu. Istilah Khaek digunakan untuk menggambarkan etnis Muslim Melayu yang malas, jorok, kotor, miskin dan hal-hal negatif lainnya. Intinya adalah orang Thai menganggap bahwa etnis Muslim Melayu memiliki derajat yang lebih rendah dari mereka etnis Thai. Sebaliknya etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai sebagai orang yang berlaku sewenang wenang, menindas, memerangi serta dianggap sebagai kaum jahiliyah. Kaum etnis Muslim Melayu juga menyebut etnis Thai sebagai kaum kafir dan kelompok penyembah patung. Sebagai etnis yang pernah memiliki masa kejayaan dimasa kerajaan Patani, etnis Muslim Melayu tidak menerima perlakuan etnis Thai yang menganggap etnis Muslim Melayu lebih rendah. Bagi etnis Muslim Melayu, etnis Thai dianggap sebagai kaum yang memiliki sifat zalim dan harus diperangi karena bertentangan dengan hukum Islam (Yuniarto, 2004:9). 25
10 Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai sebagai etnis penjajah. Etnis ini menganggap hubungannya dengan Pemerintah Thailand bukan seperti rakyat pada penguasanya, namun menganggap sebagai hubungan antara penjajah dengan yang dijajah. Anggapan ini muncul karena etnis ini merasa mereka tidak mendapatkan perlindungan dari pemerintah layaknya warga negara pada umumnya. Etnis ini merasa asing dan tidak bisa berbaur dengan kehidupan dan aturan yang berlaku di Thailand. Anggapan ini kemudian semakin besar pasca diberlakukannya kebijakan dari Pemerintah Thailand yang dianggap diskriminatif. Salah satu kebijakan yang diberlakukan Pemerintah Thailand adalah kebijakan untuk melakukan integrasi sosial di wilayah Thailand untuk meningkatkan stabilitas negara. Kebijakan ini bertujuan untuk membentuk semangat patriotisme dan menumbuhkan jiwa nasionalisme di masyarakat Thailand. Kebijakan yang diberlakukan Pemerintah Thailand ini berlandaskan pada tiga asas utama yaitu, asas satu agama, satu kerajaan, dan tunduk pada kekuasaan raja (Thai Rak Tai) (Yuniarto, 2005:92). Etnis Muslim Melayu dipaksa untuk menjadi satu dengan etnis Thai secara keseluruhan. Hal itu mencakup agama yang dianut, bahasa, tulisan dan tata cara hidup sehari-hari. Pemaksaan tersebut diwujudkan dengan dikeluarkannya kebijakan asimilasi budaya. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, asimilasi budaya berarti proses pengadopsian suatu budaya akan 26
11 budaya lain secara spesifik yang berakibat pada nilai-nilai budaya asli akan memudar. Kebijakan ini dimulai dengan memberlakukan aturan tentang pakaian sehari hari. Aturan seperti pelarangan penggunaan sarung, kopiah, kerudung, sandal serta mengunyah sirih bagi etnis Muslim Melayu. Mereka diwajibkan untuk memakai pakaian yang lebih modern seperti celana panjang serta kemeja. Kebijakan asimilasi ini juga mencakup hal hal mendasar seperti nama seseorang. Etnis Muslim Melayu dihimbau untuk mengganti nama mereka menjadi nama yang sesuai dengan etnis Thai. Nama nama yang mengandung unsur Muslim atau Melayu tidak diperkenankan penggunaannya. Bagi etnis Muslim Melayu yang tidak mengikuti aturan ini atau mempertahankan nama Melayu mereka terancam tidak akan mendapatkan promosi karir atau bahkan tidak mendapatkan pekerjaan (Yuniarto, 2005:107). Dalam tulisan Yuniarto (2004), dipaparkan bahwa asimilasi budaya di Thailand Selatan dilakukan dengan cara mewajibkan pendidikan sekuler bagi masyarakat Thailand, termasuk etnis Muslim Melayu dan menjadikan bahasa Thai sebagai bahasa nasional. Kewajiban menempuh pendidikan sekuler menjadikan pemondokan (pesantren) yang sebelumnya merupakan tempat utama masyarakat etnis Muslim Melayu mendapat pendidikan, kini hanya menjadi tempat pendidikan tambahan. Begitu pula dengan bahasa yang masyarakat etnis Muslim Melayu pergunakan. Bahasa Melayu yang sehari- 27
12 hari mereka gunakan dalam berinteraksi dilarang dan diwajibkan menggunakan bahasa Thai. Aturan ini berlaku bagi seluruh warga Thailand, dan bagi masyarakat etnis Muslim Melayu yang tetap memasukkan anaknya untuk mengenyam pendidikan di pondok maupun menggunakan bahasa Melayu akan dinyatakan melanggar hukum. Kebijakan ini langsung memicu emosi etnis Muslim Melayu. Etnis untuk melakukan protes dan pemberontakan terhadap Thailand. Aksi kekerasan pun tak terhindarkan antara pihak etnis Muslim Melayu dengan Pemerintah Thailand. Mereka tidak mau identitas mereka sebagai etnis Muslim Melayu digantikan menjadi identitas Thai demi kepentingan nasional. Identitas sebagai etnis Muslim Melayu menurut mereka merupakan suatu warisan leluhur yang harus dipertahankan dan dilindungi. Mereka menuntut adanya penghormatan terhadap identitas mereka sebagai etnis yang sudah ada selama berabad-abad. II.3. Aktor aktor yang Terlibat dalam Gerakan Etnonasionalisme di Thailand Selatan Kekerasan yang terjadi di Thailand Selatan memang sudah lama terjadi, tepatnya dimulai sejak abad ke-19. Ketegangan yang terjadi karena ketidak-harmonisan hubungan antara etnis Muslim Melayu dengan 28
13 Pemerintah Thailand ini intens terjadi dan tidak menemukan solusi. Kedua pihak saling memperjuangkan kepentingan masing masing. Dimana etnis Muslim Melayu memperjuangkan kedaulatan mereka sebagai etnis Muslim Melayu yang mampu berdiri sendiri dan identitas mereka yang ingin dihormati. Sedangkan Pemerintah Thailand adalah untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah negara Thailand. Awalnya kekerasan yang terjadi di Thailand Selatan hanya berlangsung secara acak dan tidak terorganisir. Pengrusakan dan bentrokan yang terjadi hanya dalam skala kecil. Namun kekerasan berkembang menjadi semakin berbahaya karena munculnya aktor aktor yang merangkul dan mengorganisir pemberontak. Adanya aktor aktor ini merubah bentuk, dan cara kekerasan yang terjadi di Thailand Selatan. Kekerasan menjadi terorganisir dan terjadi secara terencana serta semakin efektif dalam menimbulkan dampak negatif bagi Thailand Selatan. Ada banyak aktor yang terlibat dalam kekerasan di Thailand Selatan. Seperti Barisan Revolusi Nasional Coordinate (BRN - C), Pattani United Liberation Organization (PULO), dan Gerakan Mujahidin Islam Pattani (GMIP). Beberapa laporan resmi dari militer menyatakan adanya keterlibatan dan pengaruh organisasi internasional dalam kekerasan yang terjadi seperti Al-Qaeda (AQ) dan Jemaah Islamiyah (JI). Namun karena modus operandi yang berbeda, dimana AQ dan JI tidak pernah dilaporkan menjalankan 29
14 serangan terhadap sekolah dan kamp militer seperti yang dilakukan kaum pemberontak di Thailand Selatan, kemungkinan keterlibatan organisasi internasional ini sangatlah kecil (Thnaprarnsing, 2009:3). II.3.1. Barisan Revolusi Nasional Coordinate (BRN C) Barisan Revolusi Nasional (BRN) terbentuk pada bulan Maret 1963 oleh Jaji Abdul Karim Hassan dan memiliki hubungan erat dengan Partai Komunis di Malaysia. Namun pada tahun 1984, BRN pecah menjadi 3 fraksi yang berbeda karena adanya perbedaan pendapat mengenai prospek BRN kedepannya diantara petinggi organisasi ini. BRN pecah menjadi BRN Congress, BRN Coordinate dan BRN Uran. Diantara ketiga pecahan BRN ini, Barisan Revolusi Nasional Coordinate (BRN C) merupakan yang paling luas dikenal dan paling berpengaruh dari kedua pecahan BRN yang lainnya (Yuniarto, 2005:7). BRN C merupakan sebuah organisasi Islamis yang paling menonjol dari ketiga pecahan BRN yang lain. Hal ini dikarenakan BRN C merupakan pecahan BRN yang memiliki perencanaan dan strategi yang matang dalam mengembangkan dan memperbesar pengaruh organisasinya. BRN C berkembang menjadi jaringan yang besar dengan memanfaatkan tempat ibadah serta sekolah sekolah keagamaan sebagai sarana penyebaran 30
15 ideologinya. Beberapa informan dari aparat Thailand mengatakan adanya kemungkinan beberapa sekolah yang bersifat keagamaan memiliki peran penting dalam perekrutan anggota pemberontak. Mereka menduga adanya pelatihan fisik dan militer, atau guru sekolah tersebut telah memberikan doktrin terhadap muridnya dengan ideologi yang bersifat fundamental. (Reuters, May 7, 2004). Jumlah anggota dari BRN C ini masih belum diketahui secara pasti. Namun pihak pemerintah Thailand mengatakan bahwa organisasi ini diperkirakan memiliki sekitar anggota. Semua itu terdiri dari tokohtokoh simpatisan, beberapa dari kalangan guru serta ustad. Sekolah sekolah yang dimaksud antara lain Thamawittiya Foundation School di Yala, Samphan Wittaya School, Jihad Wittaya School dan Pattani Islam. Beberapa guru dari sekolah sekolah tersebut ditangkap oleh aparat karena kepemilikan senjata, bahan baku pembuat bom dan beberapa video tutorial pembuatan bom. Beberapa tokoh BRN C yang dikenal saat ini pernah mengikuti pelatihan di Afganishtan adalah Masae Useng, Sapaeng Basoe, Abdullah Munir, Duloh Waeman (Ustadz Loh), Abroseh Parehruepoh, Abdulkanin Kalupang, Isma-ae Toyalong, Arduen Mama, Bororting Binbuerheng dan Yusuf Rayalong (Ustadz Isma-ae). BRN C ini merupakan organisasi terstruktur dan memiliki banyak jaringan. Diperkirakan sebanyak 70% dari 31
16 seluruh desa di kawasan Thailand Selatan sedikitnya 5 hingga 10 warganya merupakan anggota BRN-C (Abuza, 2006:1) BRN C merupakan salah satu organisasi pemberontak yang memiliki peran penting dalam mengkoordinasi orang orang dan mengarahkan gerakan gerakan pemberontakan yang terjadi. Organisasi ini menggunakan dua pendekatan dalam menjalankan rencananya, pertama adalah menggunakan agama sebagai alat untuk memobilisasi massa dan yang kedua adalah menanamkan doktrin kepada generasi muda etnis Muslim Melayu untuk melawan tekanan tekanan yang dilakukan oleh Pemerintah Thailand. BRN C menjadikan biksu dan sipil sebagai target serangan. Hal ini mengakibatkan banyak warga dari etnis Thai yang beragama Budha keluar dan meninggalkan desanya demi menyelamatkan diri. Tujuan dari serangan- serangan tersebut adalah untuk mengurangi atau bahkan menghapus semua pengaruh Budha dari wilayah Patani (Melvin, 2007:8). II.3.2. The Pattani United Liberation Organization (PULO) PULO terbentuk di India pada tahun 1968 dan didirikan oleh Kabir Abdul Rahman yang merupakan seorang keturunan bangsawan Patani. Abdul Rahman juga merupakan seorang mahasiswa yang sedang melakukan studi di Timur Tengah. Ia merupakan mahasiswa yang mendalami agama dan politik. 32
17 Abdul Rahman mendirikan organisasi ini berdasarkan pengamatannya akan apa yang terjadi di Thailand Selatan dan merasa harus melakukan sebuah perubahan perlakuan terhadap kaumnya di Thailand Selatan (Chalk, 2008:16). Ideologi dari organisasi ini adalah Religion, Race, Homeland, and Humanitarianism. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk merubah nasib dari etnis Muslim Melayu yang dianggapnya mendapatkan tekanan dari Pemerintah Thailand. Perubahan yang dimaksudkan adalah mampu berdiri di kaki sendiri atau dengan kata lain dengan mendirikan sebuah negara Muslim yang berdaulat. Perjuangan yang dilakukan oleh organisasi ini tidak dengan melakukan negosiasi atau persuasive, namun dengan jalan perjuangan bersenjata. Karena seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya diatas, mereka menganggap orang dengan etnis Thai adalah orang yang zalim terhadap Islam dan harus diperangi karena bertentangan dengan hukum Islam. PULO dalam melakukan gerakan pemberontakannya menggunakan dua cara, yaitu cara kekerasan dan cara non-kekerasan. Cara non-kekerasan seperti melakukan peningkatan standar pendidikan terhadap masyarakat Muslim Melayu di kawasan Thailand Selatan. Seiring dengan itu, cara ini juga diimbangi dengan peningkatan pengetahuan mengenai situasi politik dan kesadaran akan identitas mereka sebagai etnis Muslim Melayu. Mereka ikut pula menyebarkan doktrin dalam benak masyarakat bahwa etnis Muslim Melayu merupakan etnis yang berbeda dengan etnis Thai, etnis yang pernah 33
18 berjaya dan tidak sepantasnya menjadi bawahan etnis lain. Dengan kata lain, PULO berusaha menanamkan pemikiran anti Thai dalam benak masyarakat sejak dini. Sedangkan cara kekerasan adalah dengan jalan mengerahkan massa bersenjata untuk melakukan serangan-serangan terhadap pemerintah Thailand. PULO memiliki peran penting dalam menggalang massa dalam setiap serangan kelompok etnonasionalisme di Thailand Selatan. PULO melakukan hal ini dengan menyebarkan selebaran di sepanjang wilayah Thailand Selatan yang berisi ajakan terhadap warga etnis Muslim Melayu untuk ikut angkat senjata dalam memperjuangkan nasib etnisnya. PULO menanamkan doktrin bahwa dengan melakukan serangan bersenjata terhadap fasilitas dan tempat umum di Thailand Selatan akan mampu mengusir orang Thai dari tanah Thailand Selatan dan aspirasi mereka untuk mendirikan negara Islam yang berdaulat lebih mendapatkan perhatian dari masyarakat domestik serta internasional. Massa bersenjata yang berada dibawah naungan PULO ini menamai diri mereka Patani United Liberation Army. II.3.3. Gerakan Mujahideen Islam Patani (GMIP) GMIP merupakan organisasi cabang dari GMP (Gerakan Mujadideen Patani) yang dibentuk pada tahun 1986 dan dipimpin oleh Wae-hama wae- 34
19 Yuso. Dari sekian banyak organisasi etnonasionalisme di Thailand Selatan, GMIP merupakan organisasi yang paling mendapatkan pengaruh dari dari Afganishtan dan organisasi Jihad dunia. GMIP terbentuk pada tahun 1995 oleh Nasori Saesaeng (alias Awae Keleh Poh War atau Haji Wae), yang merupakan warga asli dari daerah Bacho di Narathiwat. Nasori pernah menjalani pelatihan militer di Libya dan pernah ikut bertempur melawan Soviet bersama anggota mujahideen lainnya di Afganishtan (Gunaratna, 2013:188). GMIP dan BRN diketahui memiliki hubungan yang erat. Berdasarkan laporan yang diterima Thai International Security Operations Command, GMIP menjadi organisasi frontier dari BRN. GMIP disinyalir merupakan salah satu pelaksana dari rencana rencana serangan yang disusun oleh BRN. Karena pengaruh Jihad dalam organisasi ini, dalam melakukan serangannya GMIP identik dengan pembunuhan ditempat umum, penculikan, pengeboman dan sebagainya. Keuangan GMIP didapat dari sumbangan dan bantuan keagamaan dari negara seperti Saudi Arabia. Hal ini diduga berkaitan dengan kedekatan GMIP dengan organisasi organisasi yang menganut Jihad dari negara tersebut. GMIP juga dilaporkan memiliki restoran masakan khas Thailand yang berdiri di wilayah Kuala Trengganu, Malaysia. Selain dari sumber keuangan yang legal, GMIP juga mendapatkan sumber keuangan dari kegiatannya yang 35
20 bersifat kriminal, seperti melakukan sabotase dan pembunuhan. Karena hal inilah GMIP kemudian sering disalah artikan sebagai organisasi kriminal biasa yang melakukan aksi hanya demi uang. Dalam setiap tindakan yang dilakukan GMIP, anggotanya biasa menggunakan persenjataan militer yang dapat dikatakan lengkap, seperti senapan buru AK-47, M-16, HK-33, serta selalu memakai rompi anti peluru, pistol 9mm dan perlengkapan merakit dan meletakkan bom. Kebanyakan persenjataan ini didapatkan dari hasil melakukan penjarahan terhadap pos polisi dan militer di Thailand Selatan, dan sebagian lagi didapatkan dari membeli. GMIP mulai mendapatkan respon yang serius dari pemerintah Thailand pada awal tahun 2002 sejak GMIP melakukan serangan terhadap pos polisi dan militer dan mencuri gudang persenjataan di 3 provinsi di Thailand Selatan yaitu Yala, Narathiwat dan Patani. Pada tahun 2002 hingga 2004, kelompok ini diklaim bertanggung jawab terhadap kematian 40 anggota polisi. Serangan terhadap gudang senjata merupakan modus operandi kelompok ini pada 5 tahun terakhir. 36
BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Thailand merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari permasalahan konflik dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani
Lebih terperinciBAB III TIMBULNYA GERAKAN PEMBEBASAN ISLAM. Pattani Raya. Sementara mereka semua mengejar tujuan akhir yang sama, yakni
48 BAB III TIMBULNYA GERAKAN PEMBEBASAN ISLAM Dewasa ini terdapat tiga gerakan separatis utama yang beroperasi di daerah Pattani Raya. Sementara mereka semua mengejar tujuan akhir yang sama, yakni pemerintahan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan
BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat empat hal
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI
KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Kekalahan Uni Soviet dalam perang dingin membuatnya semakin lemah sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini dimanfaatkan oleh negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca dalam memahami skripsi ini, maka secara singkat terlebih dahulu penulis akan menguraikan dan menjelaskan istilah-istilah dari
Lebih terperinciKEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA
KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Moral Ekonomi Pedagang Kehidupan masyarakat akan teratur, baik, dan tertata dengan benar bila terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini
BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini merupakan jawaban terhadap perumusan masalah penelitian yang diajukan. Kesimpulan yang didapatkan, adalah: Pertama,
Lebih terperinciDemokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi
Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.
Lebih terperinciSejarah Perjuangan Melayu Patani
Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954 NIK ANUAR NIK MAHMUD PENERBIT UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA BANGI 1999 Kandungan Senarai Gambar... 9 Pendahuluan 11 Penghargaan... 13 Bab 1 Kerajaan Melayu Patani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis paparkan dalam kajian Peran Masyarakat Tengaran Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan
Lebih terperinciyang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap
BAB V KESIMPULAN BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap pembahasan yang ada di dalam karya tulis (skripsi) ini. Kesimpulan tersebut merupakan ringkasan dari isi perbab yang kemudian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku bangsa, beranekaragam Agama, latar belakang sejarah dan kebudayaan daerah.
Lebih terperinciBAB II SEJARAH DAN DINAMIKA KONFLIK SEPARATIS DI THAILAND SELATAN
BAB II SEJARAH DAN DINAMIKA KONFLIK SEPARATIS DI THAILAND SELATAN Konflik wilayah selatan Thailand yang dihuni oleh mayoritas etnis melayu disebabkan karena ketidakpuasan dari penduduk lokal dan banyaknya
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pertanyaan penelitian pada Bab I penelitian ini dan dihubungkan dengan kerangka pemikiran yang ada, maka kesimpulan yang diambil dari penelitian ini
Lebih terperinciContoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari
Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Kemerdekaan. Bisa juga dalam acara kepemudaan. Silahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang
Lebih terperinciBAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang
BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI Tindak pidana desersi merupakan tindak pidana militer yang paling banyak dilakukan oleh anggota TNI, padahal anggota TNI sudah mengetahui mengenai
Lebih terperinciKaum Muslim Myanmar merupakan 4 persen total populasi 60 juta, menurut sensus pemerintah.
Biksu Buddha Saydaw Wirathu, yang dikenal sebagai bin Laden dari Myanmar, telah menyerukan untuk memboikot secara nasional bisnis kaum Muslim di Myanmar Belum kering air mata warga Rohingya yang dianiaya
Lebih terperinciKomunisme dan Pan-Islamisme
Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia
68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan
Lebih terperinciRANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.
Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. baru dalam dunia internasional. Dewasa ini fenomena-fenomena. maupun yang terjadi dalam negara. Konflik dalam negara dapat dikategorikan
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara negara merupakan hubungan yang paling tua dalam studi hubungan internasional, dimana hubungan internasional terus berkembang seiring berjalannya perubahan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang
Lebih terperinciRESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciTindakan Pemerintah Thailand Dalam Merespons Gerakan Etnonasionalisme di Thailand Selatan Tahun
Tindakan Pemerintah Thailand Dalam Merespons Gerakan Etnonasionalisme di Thailand Selatan Tahun 2004 2006. Gede Richard Pramudita, Idin Fasisaka, Putu Titah Kawatri Resen. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan
10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Usaha K. H. Abdurrahman Wahid Usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, dapat pula dikatakan
Lebih terperinciBurma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan
sistem satu partai atau partai tunggal dalam bidang pemerintahan. Oleh karena itu, semua partai politik termasuk AFPFL dihilangkan. Ne Win menganggap bahwa banyaknya partai politik akan mengacaukan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode 1945-1949 merupakan tahun-tahun ujian bagi kehidupan masyarakat Indonesia, karena selalu diwarnai dengan gejolak dan konflik sebagai usaha untuk merebut dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia saat ini telah dijumpai beberapa warga etnis seperti Arab, India, Melayu apalagi warga etnis Tionghoa, mereka sebagian besar telah menjadi warga Indonesia,
Lebih terperinciPERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 PERADABAN MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Revolusi Amerika 1776 Perang Sipil di Amerika 1861-1845 Perkembangan Amerika Serikat dan Amerika Latin Amerika Serikat Sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep
Lebih terperinci2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN
1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk
Lebih terperinciANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA
ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA A. Abstrak Negara Indonesia kian terancam karena efek pemikiran ideologi orang luar yang ditelan mentah-mentah tanpa adanya suatu
Lebih terperinciAncaman Terhadap Ketahanan Nasional
Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dikemukakan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai
BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.403, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Wilayah Perbatasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAMANAN WILAYAH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian
Lebih terperinciWestget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.
Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KONFLIK
BAB IV ANALISIS KONFLIK A. Posisi Konflik Posisi konflik yang berkepanjangan antara Pemerintah Thailand dengan Masyarakat Muslim Patani dapat dianalisis melalui 2 (dua) perspektif; Pertama dari prespektif
Lebih terperinciPeranan hamas dalam konflik palestina israel tahun
Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan kisah sentral dalam sejarah Indonesia, melainkan unsur yang kuat dalam persepsi bangsa Indonesia
Lebih terperinciKedua, bila dicermati tindak kekerasan itu tidak diseluruh Papua, tapi berkosentrasi di tiga distrik yaitu Jayapura, Abepura, dan Puncak Jaya.
Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto: Cegah Separatisme, Lekatkan Papua den Papua kembali memanas, bahkan eskalasinya meningkat hampir 50 persen di banding 2001. Apa penyebabnya?
Lebih terperinciRESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO
RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal
BAB V KESIMPULAN Malaysia merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, sebagai negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Malaysia merupakan salah satu pendiri organisasi di kawasan Asia Tenggara,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang
BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan
Lebih terperincinegara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk
BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan Politik Etis dalam bidang pendidikan yang diberlakukan oleh
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan Politik Etis dalam bidang pendidikan yang diberlakukan oleh pemerintah Hindia Belanda memang membuka kesempatan banyak bagi pemudapemuda Indonesia
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan
99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut dan merialisasikan tujuan-tujuan yang diinginkan. Justru
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari manusia tidak terlepas dari masalah ekonomi. Begitu juga dalam sebuah masyarakat, selalu ada kegiatan ekonomi yang dilakukan
Lebih terperinciMI STRATEGI
------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan
Lebih terperinciBAB VII RAGAM SIMPUL
BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang India merdeka pada tanggal 15 Agustus 1947. Kemerdekaan India diperjuangkan melalui perlawanan fisik maupun perlawanan non fisik. Perlawanan fisik di India salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa para pahlawannya. Itulah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa para pahlawannya. Itulah yang diungkapkan oleh Ir. Soekarno untuk mengenang dan menghargai jasa jasa
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011
Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN SARANA DAN PRASARANA DEWAN DAKWAH ISLAMIYAH INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan 11 September pada tahun 2001 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana serangan teroris tertentu telah
Lebih terperinciBENTUK KERJA SAMA ASEAN
BENTUK KERJA SAMA ASEAN Hubungan kerja sama negara-negara anggota ASEAN dilakukan di berbagai bidang, antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan lainlain. Hubungan kerja sama ini
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Kedudukan Opsir Cina dalam Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia antara Tahun 1910-1942. Bab ini berisi
Lebih terperinciKonstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut
Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Leif STENBERG Direktur, AKU- Dalam makalah berikut ini, saya akan mengambil perspektif yang sebagiannya dibangun
Lebih terperinciTo protect animal welfare and public health and safety
To protect animal welfare and public health and safety Perdagangan Daging Anjing di Indonesia: Kejam dan Berbahaya Setiap tahun, jutaan anjing ditangkap dan dicuri untuk diangkut ke seluruh Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak
Lebih terperincimembuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang
Lebih terperinciPasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun
Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun 1934-1949 UNIVERSITAS SEBELAS MARET OLEH : Ana Rochayani K 4404012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cina adalah sebuah
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute
RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute LATAR BELAKANG Kongres Ummat Islam Indonesia (KUII) IV telah menegaskan bahwa syariat Islam adalah satu-satunya solusi bagi berbagai problematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam di Thailand adalah Thailand Selatan. Kawasan ini memiliki panjang
BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI WILAYAH 1. Geografis Thailand memiliki 2 Kawasan wilayah yakni Thailand Utara dan Thailand Selatan. Salah satu Kawasan yang menjadi pusat peradaban Islam di Thailand adalah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis
BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi
Lebih terperinciAgen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan
Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH
UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan
BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan
BAB V KESIMPULAN Ulama merupakan salah satu entitas yang penting dalam dinamika politik di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan pemerintah atau kerajaan dan mengkafirkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas
Lebih terperinciBahagian A [40 markah] Jawab semua soalan. 1.Tamadun Hwang Ho telah memberikan sumbangan yang penting kepada peradaban dunia.
Bahagian A [40 markah] Jawab semua soalan 1.Tamadun Hwang Ho telah memberikan sumbangan yang penting kepada peradaban dunia. (a) (b) Berikan dua golongan dalam struktur sosial masyarakat tamadun Hwang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ungkapan modernisasi sangat sulit didefinisikan karena mempunyai cakupan yang sangat luas dan selalu berganti mengikuti perkembangan zaman sehingga pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional identik dengan cita-cita dan tujuan nasional, sebagaimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya, setiap warga masyarakat berusaha agar hidupnya aman dan bahagia. Untuk mencapai hidup yang aman dan tentram itu diperlukan adanya peraturan, hukum dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator
BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan
BAB V KESIMPULAN Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan suatu bukti perwujudan dari tekad dan kehendak Bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing
BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Orde Baru, keberadaan etnis Tionghoa merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa pemerintahan Orde Baru, keberadaan etnis Tionghoa merupakan masalah yang krusial dalam tatanan pemerintahan Soeharto. Masalah tersebut begitu kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN PENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN PENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa"tiap-tiap warga
Lebih terperinciPapua akan terselamatkan secara komprehensif jika Islam diterapkan secara kaffah.
Papua akan terselamatkan secara komprehensif jika Islam diterapkan secara kaffah. Potensi Papua melepaskan diri dari Indonesia cukup besar. Ini yang pernah disampaikan mantan Kepala Staf Angkatan Darat
Lebih terperinci