Kode (Etik) Internasional Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu (ASI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kode (Etik) Internasional Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu (ASI)"

Transkripsi

1 Kode (Etik) Internasional Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu (ASI) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Jenewa 1981

2 ISBN Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 1981 Terbitan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dilindungi hak cipta sesuai dengan ketentuan Protokol 2 Konvensi Hak Cipta Internasional. Untuk hak memperbanyak atau menerjemahkan terbitan WHO, baik sebagian maupun seluruhnya, pengajuan permohonan hendaknya ditujukan ke The Office of Publications, World Health Organization, Jenewa, Swis. Organisasi Kesehatan Dunia menyambut baik permohonan- permohonan semacam itu. Jabatan, organisasi dan penyajian materi dalam terbitan ini sama sekali tidak mencerminkan pendapat sekretariat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai status legal suatu negara, wilayah hukum setiap negara, wilayah, kota atau daerah atau kekuasaannya, atau mengenai penentuan batas - batas suatu wilayah.

3 ISI Pengantar Kode (Etik) Internasional Pemasaran Makanan Pengganti Air Susu Ibu (ASI) Lampiran 1 Resolusi Dewan Eksekutif pada persidangan ke Enam Puluh Tujuh dan ke Tiga Puluh Empat Majelis Kesehatan Dunia mengenai Kode (Etik) Internasional Makanan pengganti Air Susu Ibu Lampiran 2 Resolusi ke Tiga Puluh Tiga Majelis Kesehatan Dunia mengenai pemberian makanan anak dan bayi. Lampiran 3 Petikan dari pernyataan pengantar oleh Perwakilan Dewan Eksekutif persidangan ke Tiga Puluh Empat Dewan Kesehatan Dunia mengenai pokok-pokok draf kode (etik) internasional pemasaran makanan pengganti Air Susu Ibu (ASI).

4 Pengantar ORGANISASI KESEHATAN DUNIA (WHO) dan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa Bangsa (UNICEF) selama beberapa tahun telah menekankan arti penting pelestarian praktek- praktek pemberian Air Susu Ibu (ASI) -- dan menghidupkan kembali praktek-praktek pemberian ASI di wilayah di mana pemberian ASI menunjukkan penurunan sebagai cara untuk meningkatkan kesehatan dan nutrisi bayi dan anakanak. Upaya-upaya untuk mempromosikan pemberian ASI dan untuk memecahkan masalah yang mungkin menghambatnya menjadi bagian dari keseluruhan program nutrisi dan kesehatan ibu dan anak dari kedua organisasi tersebut dan menjadi elemen utama dari perawatan kesehatan primer, sebagai sarana untuk mencapai kesehatan untuk semua pada tahun Berbagai faktor mempengaruhi prevalensi dan masa pemberian ASI. Persidangan Dewan Kesehatan Dunia ke Dua puluh tujuh, tahun 1974, mencatat adanya penurunan dalam pemberian ASI di beberapa bagian kawasan di dunia, yang berkaitan dengan faktor sosial budaya dan faktor sosial dan kultural dan faktor lainnya, termasuk promosi makanan pengganti ASI pabrikan, dan mendesak Negara-negara anggota untuk mengkaji kembali kegiatan-kegiatan promosi penjualan makanan bayi untuk memperkenalkan upaya-upaya perbaikan, termasuk kode etik pengiklanan dan legislasi bila mana dipandang perlu. 1 Masalah ini diangkat kembali ke permukaan pada Persidangan Dewan Kesehatan Dunia ke Tiga Puluh Tiga pada bulan Mei Di antara rekomendasinya adalah bahwa Negara-negara anggota hendaknya memberikan prioritas pada pencegahan malnutrisi di kalangan bayi dan anak-anak, di antaranya dengan mendukung dan mempromosikan pemberian ASI, melakukan tindakan sosial dan legislatif untuk memfasilitasi pemberian ASI dengan bekerja dengan para ibu, dan mengatur promosi penjualan makanan bayi yang tidak patut yang dapat digunakan untuk menggantikan air susu ibu. 2 Kepentingan dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan pemberian makanan anak-anak dan bayi tentang arti penting pemberian ASI untuk membantu masalahmasalah, tentunya, sudah meluas tidak hanya di lingkungan WHO dan UNICEF. Pemerintah, organisasi non - pemerintah, ikatan- ikatan profesi, ilmuwan, dan pabrikan pembuat makanan bayi juga telah meminta agar dilakukan aksi dalam skala global sebagai salah satu langkah menuju peningkatan kesehatan bayi dan anak-anak. Pada penghujung tahun 1978, WHO dan UNICEF mengumumkan niatnya untuk menyelenggarakan pertemuan bersama mengenai pemberian makanan bagi bayi dan anak-anak, di dalam program-program mereka, untuk mencoba memanfaatkan pendapat yang sangat berdasar itu dengan sebaik-baiknya. Setelah melalui 1 Resolusi WHA 27, 43 (Handbook of Resolutions and Decisions of the World Health Assembly and the Executive Board, Volume II, Edisi ke empat, Jenewa, 1981, halaman 58) 2 Resolusi WHA (Handbook of Resolutions and Decisions of the World Health Assembly and the Executive Board, Volume II, Edisi ke empat, Jenewa, 1981, halaman 62)

5 pertimbangan yang seksama mengenai bagaimana memastikan partisipasi yang tinggi, pertemuan diselenggarakan di Jenewa dari tanggal 9 sampai 12 Oktober 1979, dan dihadiri oleh sekitar 150 perwakilan dari kalangan pemerintahan, organisasiorganisasi di bawah sistem Perserikatan Bangsa- Bangsa, dan badan-badan antar pemerintah yang lain, organisasi non-pemerintah, kalangan industri makanan bayi, dan para ahli dalam disiplin ilmu terkait. Diskusi-diskusi diselenggarakan di bawah lima tema: dorongan dan dukungan pemberian ASI; promosi dan dukungan praktekpraktek pemberian makanan (sapih) pelengkap pada saat yang sesuai dan tepat waktu dengan menggunakan sumber-sumber makanan setempat; pemantapan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) mengenai pemberian makanan bayi dan anak-anak; promosi status kesehatan dan sosial perempuan dalam hubungannya dengan pemberian makanan dan kesehatan bayi dan anak-anak; dan pemasaran & distribusi makanan pengganti ASI. Sidang Kesehatan Dunia ke Tiga Puluh Tiga, pada bulan Mei 1980, memberikan dukungan penuh pernyataan dan rekomendasi yang disepakati dengan konsensus pada pertemuan bersama WHO/UNICEF ini dan secara khusus menyebutkan dalam rekomendasi, bahwa hendaknya ada kode etik internasional pemasaran formula bayi dan produk-produk lain yang digunakan sebagai pengganti ASI, dan meminta Direktur Jenderal untuk mempersiapkan kode etik semacam itu, dalam konsultasi dengan Negara-negara Anggota dan semua pihak terkait. 3 Untuk mengembangkan suatu Kode etik internasional pemasaran makanan pengganti ASI sesuai dengan permintaan Majelis Kesehatan, sejumlah konsultasi yang panjang dan melelahkan dengan sejumlah pihak diselenggarakan. Negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kelompok kelompok dan perorangan yang telah diwakili dalam Pertemuan Oktober 1979 diminta untuk memberikan komentarnya mengenai draf kode etik itu, dan pertemuan berikutnya diselenggarakan pada bulan Februari dan Maret dan kemudian diselenggarakan lagi pada bulan Agustus dan September WHO dan UNICEF menempatkan diri mereka sendiri dalam semua pembagian kelompok dalam upaya untuk mendorong dialog yang berkelanjutan dalam bentuk dan isi dari draf kode etik itu, dan mempertahankan poin-poin yang telah disepakati dengan konsensus dalam pertemuan Oktober 1979, sebagai muatan minimumnya. Pada bulan Januari 1981, Dewan Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam persidangan ke enam puluh tujuh, mempertimbangkan draf kode etik ke empat, mengesahkannya, dan secara bulat naskah resolusi itu direkomendasikan 4 ke Majelis Kesehatan Dunia ke Tiga Puluh Empat yang nantinya akan mengadopsi kode etik itu dalam bentuk rekomendasi, bukannya peraturan. 5 Pada bulan Mei 1981, Majelis Kesehatan Dunia membuka perdebatan mengenai isu itu setelah diperkenalkan / diajukan oleh perwakilan dari Dewan Eksekutif. 6 Majelis Kesehatan 3 Periksa Resolusi WHA 33.32, direproduksi dalam Lampiran 2 4 Periksa Resolusi EB 67.R12, direproduksi dalam Lampiran 1 5 Implikasi hukum dari pengadopsian Kode etik ini sebagai rekomendasi atau sebagai regulasi dibicarakan dalam sebuah laporan tentang kode etik oleh Direktur Jenderal WHO ke sidang Majelis Kesehatan Dunia yang ke Tiga Puluh Empat; laporan ini dimuat dalam dokumen WHA 34/ 1981/REC/1, Lampiran 3. 6 Periksa Lampiran 3 untuk petikan dari penyertaan pengantar oleh perwakilan dari Dewan Eksekutif.

6 mengadopsi kode etik itu, sebagaimana diusulkan, pada tanggal 21 Mei dengan komposisi 118 suara setuju dan satu suara menentang, dengan tiga suara abstain. 7 Negara-negara Anggota Organisasi Kesehatan Dunia: Menegaskan bahwa hak setiap anak dan perempuan hamil dan perempuan menyusui untuk dipenuhi gizinya secara cukup, sebagai sarana untuk mencapai dan memelihara kesehatan; Mengakui bahwa kekurangan gizi pada bayi merupakan bagian dari suatu masalah yang lebih luas dari buruknya pendidikan, kemiskinan dan ketidakadilan sosial; Mengakui bahwa kesehatan bayi dan anak-anak tidak dapat dipisahkan dari kesehatan dan gizi perempuan, status sosial ekonomi mereka, dan peran- peran mereka sebagai ibu; Menyadari bahwa pemberian ASI merupakan suatu cara pemberian makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak ada duanya; bahwa pemberian ASI membentuk dasar emosional dan biologis yang unik bagi kesehatan ibu dan anak; bahwa sifat-sifat anti infeksi dari ASI membantu melindungi bayi dari penyakit; dan bahwa ada hubungan penting antara pemberian ASI dan pengaturan jarak anak; Mengakui bahwa dorongan dan perlindungan pemberian ASI merupakan bagian penting dari upaya-upaya kesehatan, gizi, dan upaya sosial lainnya diperlukan untuk mendorong perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak yang sehat; dan bahwa pemberian ASI merupakan aspek penting dari perawatan kesehatan yang utama; Mempertimbangkan bahwa, ketika ibu tidak memberikan ASI, atau hanya menyusui secara parsial, terdapat pasar yang sah (legitimate) untuk formula bayi dan ramuan ramuan yang menjadi dasar bagi pembuatannya; dan bahwa produk-produk ini hendaknya dapat diakses oleh mereka yang memerlukan formula dan ramuan tersebut melalui sistem distribusi komersial dan nonkomersial; dan bahwa barang- barang dimaksud hendaknya tidak dipasarkan atau didistribusikan sedemikian rupa sehingga dapat mengganggu perlindungan dan promosi pemberian ASI; Lebih jauh mengakui bahwa praktek-praktek pemberian ASI yang tidak patut menyebabkan terjadinya malnutrisi, morbiditas dan mortalitas di semua negara, dan bahwa praktek-praktek yang tidak patut dalam pemasaran makanan pengganti dan produk-produk terkait dapat memberikan andil pada masalah-masalah kesehatan masyarakat yang utama; Meyakini bahwa sungguh penting bagi bayi untuk menerima makanan pelengkap yang tepat, biasanya ketika mereka mencapai umur empat sampai enam bulan, dan bahwa setiap upaya hendaknya dilakukan untuk menggunakan makanan yang tersedia secara lokal, dan kendatipun meyakini bahwa, makanan pelengkap (tambahan) semacam itu tidak digunakan sebagai pengganti ASI; 7 Periksa Lampiran I untuk naskah resolusi WHA yang dijadikan sarana mengadopsi Kode etik ini. Untuk dokumen verbal dari diskusi pada persidangan pleno ke lima belas, pada 21 Mei 1981, periksa dokumen WHA 34/1981/REC/2.

7 Menghargai bahwa terdapat sejumlah faktor sosial dan faktor ekonomi yang mempengaruhi pemberian ASI, dan oleh karenanya, pemerintah hendaknya mengembangkan dukungan sosial untuk melindungi, memfasilitasi dan mendorong pemberian ASI, dan bahwa mereka hendaknya menciptakan suatu lingkungan yang mendukung pemberian ASI, memberikan dukungan pada komunitas dan keluarga secara tepat dan melindungi ibu dari faktor-faktor menghambat pemberian ASI; Menegaskan bahwa sistem perawatan kesehatan dan profesional kesehatan dan pekerja kesehatan yang melayani mereka, memiliki peranan yang sangat penting untuk dimainkan dalam memberikan bimbingan praktek-praktek pemberian makan, mendorong dan memfasilitasi pemberian ASI, dan memberikan advis yang objektif dan konsisten kepada para ibu dan keluarga mengenai keunggulan nilai-nilai pemberian ASI, atau bilamana dipandang perlu, mengenai penggunaan formula bayi yang tepat, baik yang dibuat secara industri pabrikan maupun dipersiapkan di rumah; Menegaskan lebih jauh bahwa sistem pendidikan dan pelayanan pelayanan sosial lainnya hendaknya dilibatkan dalam perlindungan dan promosi pemberian ASI, dan mengenai penggunaan makanan tambahan (pelengkap) yang tepat; Menyadari bahwa keluarga, komunitas, organisasi perempuan dan lembaga-lembaga nonpemerintah lainnya memiliki peranan khusus yang dapat dimainkan dalam perlindungan dan promosi pemberian ASI dan dalam memastikan bahwa dukungandukungan yang dibutuhkan oleh perempuan hamil dan ibu bayi dan anak-anak, apakah menyusui ataupun tidak; Menegaskan perlunya kerja sama pemerintah, organisasi-organisasi di bawah sistem Perserikatan Bangsa Bangsa, organisasi non pemerintah, para pakar dari berbagai bidang keilmuan terkait, kelompok-kelompok konsumen, dan industri dalam kegiatankegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi ibu, bayi dan anakanak (balita); Mengakui bahwa pemerintah hendaknya mengambil berbagai upaya kesehatan, gizi, dan upaya-upaya sosial lainnya, untuk mempromosikan pertumbuhan dan perkembangan kesehatan bayi dan anak-anak (balita) dan bahwa Kode Etik ini hanya berkenaan dengan salah satu aspek upaya-upaya tersebut; Mempertimbangkan bahwa pabrikan dan distributor makanan pengganti ASI memiliki peranan konstruktif dan penting untuk dimainkan dalam hubungannya dengan pemberian makanan bayi, dan dalam mempromosikan tujuan tujuan dari Kode etik ini dan pelaksanaannya yang tepat; Menegaskan bahwa pemerintah dihimbau untuk mengambil langkah-langkah yang dipandang perlu dalam kerangka kerja di bidang legislatif dan sosial dan tujuan tujuan pembangunannya secara keseluruhan untuk memberikan efek terhadap prinsipprinsip dan tujuan Kode Etik ini, termasuk pemberlakuan Undang-undang, peraturan dan upaya upaya lain yang tepat; Percaya bahwa, dengan mengingat pertimbangan- pertimbangan di muka, dan mengingat kerentanan bayi pada awal-awal bulan kehidupannya, dan risiko-risiko yang terkandung dalam praktek-praktek pemberian makanan yang tidak tepat,

8 termasuk penggunaan makanan pengganti ASI yang tidak perlu dan tidak tepat, pemasaran makanan pengganti ASI memerlukan perlakuan khusus, yang menjadikan praktek-praktek pemasaran yang umum tidak cocok untuk produk-produk ini; MAKA: Negara-negara Anggota, dengan ini, menyetujui pasal-pasal berikut yang direkomendasikan sebagai dasar bagi aksi. Pasal 1. Tujuan Kode Etik Tujuan Kode (etik) ini adalah untuk memberikan kontribusi bagi tersedianya nutrisi yang aman dan memadai bagi bayi, dengan melakukan perlindungan dan promosi pemberian ASI, dan dengan memastikan bahwa makanan pengganti ASI digunakan secara tepat, ketika hal itu dipandang perlu, berdasarkan informasi yang memadai dan melalui pemasaran dan distribusi yang tepat. Pasal 2. Cakupan Kode Etik Kode (etik) ini berlaku untuk pemasaran, dan praktek-praktek yang berkaitan dengannya, dari produk-produk berikut: pengganti ASI, termasuk formula bayi; produk-produk susu, makanan dan minuman lainnya termasuk makanan pelengkap dalam botol, ketika dipasarkan atau bila tidak, direpresentasikan sebagi cocok, dengan atau tanpa modifikasi, untuk digunakan sebagai pengganti sebagian ASI atau seluruhnya; atau seluruh ASI; botol dan dot untuk memberi makan. Hal tersebut juga berlaku atas kualitas dan ketersediaan, dan terhadap informasi yang berkaitan dengan penggunaannya. Pasal 3 Definisi Makanan pengganti ASI adalah setiap makanan yang dipasarkan atau sebaliknya, direpresentasikan sebagai pengganti ASI secara parsial atau total, apakah cocok atau tidak untuk keperluan itu. Makanan pelengkap adalah setiap makanan, apakah dibuat secara pabrikan atau secara lokal, yang cocok sebagai pelengkap ASI atau formula bayi, ketika salah satunya menjadi tidak cukup untuk memenuhi persyaratan nutrisi bayi. Makanan seperti itu juga secara umum disebut makanan suplemen ASI atau makanan penyapihan (weaning food). Kemasan adalah segala bentuk kemasan produk untuk penjualan sebagai unit eceran normal, termasuk kertas pembungkus; Distributor adalah seseorang, perusahaan atau badan lainnya dalam sektor publik dan sektor swasta yang terlibat dalam usaha pemasaran (apakah secara langsung ataupun tidak langsung) pada tingkat grosir atau eceran dari suatu produk yang tercakup dalam Kode (etik) ini. Suatu distributor utama adalah agen penjualan, perwakilan,distributor nasional atau pialang dari sebuah perusahaan

9 Sistem Perawatan Kesehatan adalah lembaga / instansi pemerintah dan non - pemerintah atau lembaga-lembaga swasta yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam perawatan kesehatan untuk itu, bayi dan perempuan hamil; dan lembaga-lembaga perawatan anak atau nursery. Sistem ini juga mencakup pekerja kesehatan yang berpraktek swasta. Untuk maksud-maksud dalam Kode etik ini, sistem perawatan kesehatan tidak mencakup apotek atau out-let (gerai) penjualan yang mapan. Pekerja kesehatan adalah seseorang yang bekerja dalam salah satu komponen suatu sistem perawatan, apakah profesional atau non-profesi, termasuk pekerja sukarela yang tidak dibayar. Formula bayi adalah pengganti ASI yang diformulasikan secara industri sesuai dengan standar Codex Alimentarius yang berlaku, untuk memenuhi persyaratan nutrisi normal bayi sampai berumur antara empat dan enam bulan, dan disesuaikan dengan karakteristik fisiologis mereka. Formula bayi mungkin juga dipersiapkan di rumah, dalam hal mana formula itu dideskripsikan sebagai dibuat di rumah Label adalah setiap tag, cap, merek, gambar atau sesuatu yang sifatnya deskriptif, yang ditulis, dicetak, dan distensil, diterakan, di huruf/cetak timbul, atau dibuat cetak tekan pada, atau ditempelkan pada, suatu pengemas (periksa penjelasan di atas) dari setiap produk yang termasuk dalam Kode (etik ini) Pabrikan adalah perusahaan atau badan (hukum) lain di sektor publik ataupun sektor swasta yang melakukan usaha atau fungsi (apakah secara langsung atau melalui agen atau melalui suatu badan (hukum) yang diawasi oleh, atau di bawah kontrak dengannya) membuat produk yang tercakup dalam Kode etik ini. Pemasaran adalah promosi produk, pendistribusian, penjualan, iklan, pelayanan humas produk dan pelayanan informasi. Personil Pemasaran adalah setiap orang yang fungsi - tugasnya meliputi pemasaran suatu produk atau produk-produk yang tercakup dalam Kode (etik) ini. Sampel adalah produk yang diberikan tanpa biaya dalam jumlah tunggal atau jumlah yang kecil. Pasokan (Barang) adalah jumlah produk yang disediakan untuk periode tertentu, secara gratis atau murah, untuk tujuan-tujuan sosial, termasuk yang diserahkan ke keluarga-keluarga yang membutuhkan. Pasal 4. Informasi dan Edukasi 4.1. Pemerintah hendaknya memiliki tanggung jawab untuk menjamin bahwa informasi yang objektif dan konsisten mengenai pemberian makanan bayi dan anak (balita) untuk digunakan oleh keluarga dan mereka yang terlibat di bidang nutrisi bayi dan anak (balita) diberikan. Tanggung jawab ini hendaknya mencakup perencanaan, penyediaan, perancangan dan penyebarluasan informasi, atau pengawasannya.

10 Pasal 4.2 Bahan-bahan informasi dan edukasi, apakah tertulis, audio, atau visual, yang berkaitan dengan pemberian makanan kepada bayi dan dimaksudkan untuk menjangkau perempuan hamil dan ibu dari anak (balita) hendaknya mencakup informasi yang jelas mengenai hal-hal berikut: (a) Manfaat dan keunggulan pemberian ASI; (b) nutrisi maternal, persiapan untuk dan mempertahankan pemberian ASI; (c) akibat negatif dari pemberian makanan botol secara parsial terhadap pemberian ASI; (d). kesulitan untuk mengubah keputusan untuk tidak memberikan ASI; dan (e) bila dibutuhkan, pemakaian susu formula yang benar bagi bayi, apakah yang dibuat pabrik industri atau yang dibuat di rumah. Ketika bahan-bahan informasi itu mengandung informasi tentang penggunaan formula bayi, materi-materi tersebut hendaknya menjelaskan implikasi sosial dan finansial dari penggunaannya; bahaya kesehatan dari metode pemberian makanan atau makanan yang tidak sesuai, dan, pada khususnya, gangguan kesehatan dari penggunaan formula dan BMS lain yang tidak tepat. Materi-materi semacam itu hendaknya tidak menggunakan gambar atau teks apapun yang mengidealkan penggunaan BMS dilarang. Pasal 4.3. Donasi bahan-bahan atau peralatan untuk kepentingan edukasi dan informasi oleh pabrikan atau distributor hendaknya dibuat bila ada permintaan dan dengan persetujuan tertulis dari badan pemerintah yang berwenang atau sesuai dengan panduan yang disediakan oleh pemerintah untuk keperluan ini. Peralatan atau bahanbahan semacam itu boleh memuat nama atau logo perusahaan yang memberikan sumbangan, namun tidak boleh mengacu pada satu produk barang yang termasuk dalam cakupan Kode (etik) ini, dan hendaknya didistribusikan melalui sistem perawatan kesehatan. Pasal 5. Masyarakat Umum dan Ibu 5.1. Iklan atau bentuk promosi lain dari produk yang berada dalam cakupan Kode (etik) ini yang ditujukan untuk masyarakat umum hendaknya dilarang Pabrikan atau distributor hendaknya tidak memberikan, baik secara langsung ataupun tidak langsung, sampel produk dalam cakupan Kode (etik) ini kepada perempuan hamil, ibu atau anggota keluarganya Sesuai dengan paragraf 1 dan 2 Pasal ini, hendaknya tidak ada iklan titik - titik iklan penjualan, pemberian sampel, atau sarana-sarana promosi lainnya untuk iming-iming penjualan secara langsung kepada konsumen di tingkat eceran seperti: gerai/ tampilan khusus, kupon atau premi diskon, penjualan khusus, loss-leaders dan tie-in sales untuk produk-produk yang tercakup dalam Kode (etik) ini. Ketentuanketentuan ini hendaknya tidak membatasi dibuatnya kebijakan penentuan harga dan praktek-praktek yang dimaksudkan untuk menyediakan produk-produk dengan harga murah dalam jangka panjang Pabrikan dan distributor hendaknya tidak mendistribusikan hadiah-hadiah barang atau alat-alat rumah tangga (utensil) yang mungkin mempromosikan pengganti ASI atau pemberian makanan botol kepada perempuan hamil, atau ibu dari bayi dan anak (balita).

11 5.5 Personil pemasaran, dalam kapasitas bisnisnya, hendaknya tidak melakukan kontak langsung atau tidak langsung dalam bentuk apapun juga dengan perempuan hamil atau dengan ibu dari bayi atau anak (balita). Pasal 6. Sistem Perawatan Kesehatan 6.1. Pihak yang berwewenang di bidang kesehatan di Negara-negara Anggota hendaknya melakukan upaya-upaya untuk mendorong dan melindungi pemberian ASI dan mempromosikan prinsip-prinsip dari Kode (etik) itu dan hendaknya memberikan informasi dan advis yang tepat kepada para pekerja kesehatan, termasuk informasi yang dinyatakan dalam Pasal Fasilitas-fasilitas kesehatan hendaknya tidak digunakan untuk tujuan-tujuan promosi formula bayi atau produk-produk lainnya yang berada dalam lingkup Kode (etik) ini. Kendatipun demikian, hal ini tidak menghalangi penyebaran informasi kepada profesional kesehatan sebagaimana dinyatakan dalam pasal Fasilitas sistem perawatan kesehatan hendaknya tidak digunakan untuk tampilan/ gerai produk dalam cakupan kode (etik) ini, plakat atau poster yang berkaitan dengan produk semacam itu, atau untuk pendistribusian bahan-bahan yang diberikan oleh suatu pabrikan atau distributor selain yang ditetapkan dalam Pasal Penggunaan sistem pelayanan kesehatan oleh professional service representatives, mothercraft nurses atau personil semacam itu yang disediakan atau dibayar oleh distributor atau pabrikan selain yang ditetapkan dalam Pasal 4.3 hendaknya tidak diizinkan. 6.5 Pemberian makanan dengan formula bayi, apakah yang dibuat di pabrik atau dipersiapkan di rumah, hendaknya hanya didemonstrasikan oleh pekerja kesehatan, atau pekerja komunitas lainnya bila dipandang perlu; dan hanya kepada para ibu atau anggota keluarga yang perlu menggunakannya; dan informasi hendaknya mencakup keterangan yang jelas mengenai bahaya yang timbul bila tidak digunakan secara tepat. 6.6 Donasi/ sumbangan barang-barang produk gratis atau murah atau produk lain untuk lembaga-lembaga atau organisasi sebagaimana tercakup dalam Kode (etik) ini, apakah untuk penggunaan dalam lembaga atau untuk didistribusikan di luar organisasi tersebut, boleh dilakukan. Barang-barang semacam itu hanya digunakan atau disalurkan bagi bayi-bayi yang harus diberi makan BMS. Bila barang-barang ini digunakan atau distribusikan di luar institusi, hal tersebut hendaknya hanya dilakukan oleh lembaga/ organisasi terkait. Sumbangan-sumbangan barang gratis atau penjualan dengan harga murah itu hendaknya tidak digunakan oleh pabrikan atau distributor sebagai bujukan / imin-iming penjualan 6.7. Ketika barang-barang berupa formula bayi atau produk lain yang tercakup dalam Kode (etik ) ini disalurkan di luar suatu lembaga, lembaga atau organisasi tersebut hendaknya mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa barang-barang tersebut dapat diteruskan sepanjang bayi-bayi terkait memerlukannya. Donor, serta lembaga atau organisasi terkait, hendaknya senantiasa mengingat tanggung jawab ini.

12 6.8. Bahan-bahan dan peralatan, selain yang dimaksud dalam Pasal 4.3., yang disumbangkan ke suatu sistem perawatan kesehatan boleh membawa nama atau logo, namun hendaknya tidak merujuk pada produk kepemilikan dalam cakupan Kode (etik) ini. Pasal 7. Pekerja Kesehatan 7.1. Pekerja kesehatan hendaknya mendorong dan melindungi pemberian ASI; dan mereka yang terkait dengan nutrisi bayi dan ibu hendaknya berupaya agar mereka terbiasa dengan tanggung jawabnya sesuai dengan Kode (etik ini), termasuk informasi yang diuraikan dalam Pasal Informasi yang diberikan oleh pabrikan dan distributor kepada profesional kesehatan mengenai produk-produk yang tercakup dalam Kode (etik ini) hendaknya dibatasi pada hal-hal ilmiah dan berdasarkan pada fakta, dan informasi semacam itu hendaknya tidak mengimplikasikan atau menciptakan kepercayaan bahwa pemberian makanan botol setara atau lebih unggul di banding pemberian ASI. Informasi tersebut harus mencakup semua informasi yang dijelaskan dalam Pasal Iming-iming material atau finansial untuk mempromosikan produk-produk di bawah cakupan Kode (etik) hendaknya tidak ditawarkan ke pekerja kesehatan atau keluarganya, dan pekerja kesehatan atau anggota keluarganya juga hendaknya tidak menerima iming-iming tersebut Sampel formula bayi atau produk lain yang berada di bawah cakupan Kode (etik) ini, atau sampel peralatan rumah tangga untuk membuat atau menyiapkan, hendaknya tidak diberikan kepada pekerja kesehatan, kecuali untuk keperluan evaluasi atau riset profesi anak di tingkat kelembagaan. Pekerja kesehatan hendaknya tidak meneruskan sampel-sampel ini ke perempuan hamil, ibu dari bayi dan anak-anak (balita), atau para anggota keluarganya Perusahaan atau distributor produk-produk yang masuk tercakup dalam Kode (etik) ini, hendaknya mengungkapkan kepada lembaga tempat pekerja kesehatan penerima terafilisasi, semua kontribusi yang diberikan terhadap pekerja atau atas nama dirinya, bantuan bea siswa, studi tur, riset hibah, kehadiran dalam konferensi profesi, dan sejenisnya. Penerima hendaknya juga mengungkapkan hal yang sama secara terbuka. Pasal 8. Pihak-pihak yang dipekerjakan oleh pabrikan dan distributor 8.1. Dalam sistem insentif penjualan bagi personil pemasaran, volume penjualan produk yang tercakup dalam Kode (etik) ini hendaknya tidak dimasukkan dalam penghitungan bonus, dan batasan kuota hendaknya tidak dikenakan kepada penjualan produk-produk ini. Hal ini hendaknya tidak dipahami sebagai pencegahan terhadap pembayaran bonus berdasarkan penjualan secara keseluruhan oleh perusahaan dari produk-produk lain yang dipasarkan oleh perusahaan tersebut Personil yang dipekerjakan dalam pemasaran produk yang berada dalam cakupan Kode (etik) ini, hendaknya tidak menjalankan fungsi-fungsi pendidikan, sebagai bagian dari tanggung jawab tugas pekerjaannya, yang berhubungan dengan

13 perempuan hamil atau ibu bayi dan anak-anak (balita). Hal ini hendaknya tidak dipahami sebagai upaya untuk mencegah personil semacam itu agar tidak digunakan oleh sistem perawatan kesehatan untuk melaksanakan tugas-tugas yang lain di bawah permohonan dan persetujuan tertulis dari otoritas pemerintah terkait. Pasal 9. Pembuatan Label 9.1 Label hendaknya dirancang untuk memberikan informasi yang diperlukan mengenai penggunaan produk itu secara tepat, dan agar tidak mengendurkan semangat pemberian ASI. 9.2 Pabrikan dan penyalur formula bayi hendaknya memastikan bahwa masingmasing kaleng/ kotak memiliki pesan yang jelas, terang, dan mudah dibaca dan dipahami yang dicetak di kotak/kalengnya, atau pada label yang tidak dengan mudah terpisah dari kaleng itu, dalam bahasa yang sesuai, yang mencakup poin-poin berikut; (a) kata Pengumuman Penting atau padanannya; (b) pernyataan mengenai keunggulan pemberian ASI; (c) pernyataan bahwa produk itu hendaknya digunakan hanya berdasarkan advis pekerja kesehatan tentang pentingnya penggunaan dan metode penggunaan yang tepat; (d) instruksi pembuatan/ penyiapan yang tepat, dan sebuah peringatan terhadap gangguan kesehatan bila tidak disiapkan atau tidak dilakukan sesuai petunjuk. Baik kemasan maupun labelnya hendaknya tidak mencantumkan gambar bayi atau gambar lain atau teks yang bisa mengidealkan penggunaan formula bayi. Kendatipun demikian, mereka boleh mencantumkan grafik untuk memudahkan identifikasi produk sebagai pengganti ASI dan untuk mengilustrasikan metode pembuatan/penyiapannya. Istilah-istilah humanized, maternalized atau istilah-istilah sejenis hendaknya tidak digunakan. Sisipan yang memberikan informasi tambahan mengenai produk dan penggunaannya yang tepat, tunduk pada syarat-syarat di atas, boleh dimasukkan dalam paket atau unit ecerannya. Ketika label memberikan instruksi untuk memodifikasi suatu produk menjadi formula bayi, hal di atas hendaknya berlaku. 9.3 Produk-produk yang berada dalam cakupan Kode (etik) ini, yang dipasarkan untuk pemberian makanan bayi, yang tidak memenuhi persyaratan formula bayi, namun dapat dimodifikasi untuk melakukan hal itu, hendaknya mencantumkan dalam labelnya sebuah peringatan bahwa produk yang tidak dimodifikasi hendaknya tidak menjadi sumber satu-satunya gizi bagi bayi. Karena susu kental manis tidak cocok untuk makanan bayi, dan juga tidak cocok untuk sebagai bahan ramuan utama formula bayi, maka labelnya harus tidak mengandung instruksi mengenai cara memodifikasinya untuk keperluan tersebut Label produk makanan yang berada dalam cakupan Kode (etik) ini hendaknya juga menyatakan poin-poin berikut: (a) ramuan yang digunakan; (b) komposisi / analisis produk; (c) persyaratan mengenai kondisi penyimpanan (d) nomor batch dan tanggal kedaluwarsa, dengan mempertimbangkan kondisi iklim dan penyimpanan di negara terkait. Pasal 10 Mutu Mutu produk merupakan elemen yang sangat penting bagi perlindungan kesehatan bayi dan oleh karena itu, hendaknya ada standar yang sangat diakui.

14 10.2. Produk-produk makanan yang berada di dalam cakupan Kode (ini), ketika di jual atau didistribusikan, hendaknya memenuhi standar berlaku yang direkomendasikan oleh Komisi Codex Alimentarius dan juga Codex Kode (etik) Praktek-praktek Higienis untuk Makanan bagi Bayi dan Anak. Pasal 11 Pelaksanaan dan Pemantauan Pemerintah hendaknya mengambil tindakan untuk memberikan efek kepada prinsip-prinsip dan tujuan Kode (etik) ini, karena sesuai dengan kerangka kerja legislatif dan kerangka kerja sosialnya, termasuk pengadopsian legislasi nasional, regulasi atau upaya-upaya lain yang sesuai. Untuk maksud ini, pemerintah hendaknya mengupayakan, bilamana perlu, kerja sama dengan WHO, UNICEF atau badan-badan lain di bawah sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kebijakan dan upaya upaya nasional, termasuk peraturan dan perundang-undangan, yang diadopsi untuk memberikan efek pada prinsip-prinsip dan tujuan dari Kode (etik) ini, hendaknya secara terbuka dinyatakan dalam, dan hendaknya diterapkan dengan berdasar pada landasan yang sama bagi semua pihak yang terlibat dalam pabrikasi dan pemasaran produk dalam cakupan Kode (etik) ini Pemantauan pelaksanaan Kode (etik) ini tergantung pada pemerintah yang bertindak secara individual dan secara kolektif melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagaimana ditetapkan dalam paragraf 6 dan 7 dari Pasal ini. Pabrikan dan distributor produk yang berada dalam cakupan Kode (etik) ini, dan organisasiorganisasi non-pemerintah yang terkait, kelompok- kelompok profesi, dan organisasiorganisasi konsumen hendaknya bekerja sama dengan pemerintah untuk mencapai tujuan ini Lepas dari segala upaya yang diambil untuk melaksanakan Kode (etik) ini, pabrikan dan penyalur produk yang berada dalam cakupan Kode (etik) ini hendaknya memandang dirinya sebagai bertanggung jawab atas pemantauan praktek- praktek pemasarannya sesuai dengan prinsip- prinsip dan tujuan Peraturan ini, dan untuk mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa perilaku mereka di segala tingkatan sesuai dengan prinsip-prinsip dan tujuan tersebut Organisasi nonpemerintah, kelompok profesi, lembaga dan individu yang terkait hendaknya memiliki tanggung jawab untuk menarik perhatian para pabrikan atau penyalur ke kegiatan- kegiatan yang tidak cocok dengan prinsip-prinsip dan tujuan Peraturan ini, sehingga tindakan yang tepat dapat diambil. Otoritas pemerintah yang berwewenang hendaknya juga diberi informasi Pembuat produk dan distributor utama dari produk-produk yang berada dalam cakupan Kode (etik) ini hendaknya menilai (mengukur) masing-masing anggota personil pemasaran berdasarkan Kode (etik) dan dari tanggung jawab mereka Sesuai dengan Pasal 62 Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Negara-negara Anggota secara tahunan akan mengomunikasikan informasi tentang tindakan-tindakan yang telah diambil untuk memberikan efek terhadap prinsip-prinsip dan tujuan Kode (etik) ini kepada Direktur Jenderal.

15 11.7. Direktur Jenderal akan melaporkan pada tahun tahun genap ke Majelis Kesehatan Dunia (WHA) mengenai status pelaksanaan Kode (etik) ini; dan berdasarkan permintaan, akan memberikan dukungan teknis bagi Negara-negara anggota guna mempersiapkan perangkat peraturan dan perundang-undangan, atau melakukan tindakan-tindakan lain yang tepat dalam pelaksanaan dan mendorong lebih jauh (realisasi) prinsip-prinsip dan tujuan Kode (etik) ini.

16 Lampiran 1 Resolusi Dewan Eksekutif dalam Persidangan ke Enam Puluh Tujuh dan Persidangan Majelis Kesehatan Dunia ke Tiga Puluh Empat mengenai Kode (etik) Internasional Pemasaran Makanan Pengganti Air Susu Ibu (ASI) Resolusi EB 67.R12 Draf Majelis Kesehatan Dunia tentang Kode (etik) Internasional tentang Pemasaran Makanan Pengganti ASI Dewan Eksekutif, Setelah mempertimbangkan laporan Direktur Jenderal mengenai Draf Kode (etik) Internasional mengenai Pemasaran Makanan Pengganti ASI; 1. MENDUKUNG secara utuh Draf Kode (etik) Internasional yang dibuat oleh Direktur Jenderal; 2. Melanjutkan Draf Kode (etik) Internasional ke Majelis Kesehatan Dunia ke Tiga Puluh Empat; 3. Merekomendasikan ke Majelis Kesehatan Dunia ke Tiga Puluh Empat pengadopsian resolusi berikut: 28 Januari 1981 [ Naskah yang direkomendasikan oleh Dewan Eksekutif yang diadopsi Majelis Kesehatan Dunia ke Tiga Puluh Empat, pada tanggal 21 Mei 1981, sebagai resolusi WHA 34.22, direproduksi di balik halaman ini]

17 Resolusi WHA Kode (etik) Internasional Pemasaran Makanan Pengganti ASI Majelis Kesehatan Dunia ke Tiga Puluh Empat, Mengakui arti penting nutrisi bayi dan anak-anak (balita) yang kuat bagi perkembangan dan kesehatan anak dan orang dewasa di masa mendatang; Mengingat bahwa pemberian ASI adalah satu-satunya metode alami pemberian makanan kepada bayi dan bahwa pemberian ASI harus secara aktif dilindungi dan dipromosikan di semua negara; Meyakini bahwa pemerintahan Negara-negara anggota memiliki tanggung jawab penting dan peranan utama yang mesti dimainkan dalam perlindungan dan promosi pemberian ASI sebagai sarana peningkatan kesehatan bayi dan anak (balita); Menyadari adanya efek langsung dan efek tak langsung dari praktek-praktek pemasaran bagi pengganti ASI pada bayi dan anak-anak (balita); Meyakini bahwa perlindungan dan promosi pemberian makanan bayi, termasuk peraturan pemasaran makanan pengganti ASI, mempengaruhi kesehatan bayi dan anak-anak (balita) secara langsung dan nyata, dan merupakan masalah yang menjadi perhatian langsung WHO; Setelah mempertimbangkan draf Kode (etik) Internasional mengenai Pemasaran Makanan Pengganti ASI yang dibuat oleh Direktur Jenderal dan diajukan ke Dewan Eksekutifnya; Menyatakan terima kasih kepada Direktur Jenderal dan Direktur Eksekutif Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa atas langkah-langkah yang mereka ambil dalam menjamin konsultasi tertutup dengan Negara-negara Anggota dan dengan semua pihak yang terkait dalam proses penyiapan draf Kode (etik) Internasional ; Setelah mempertimbangkan rekomendasi yang dibuat setelah itu oleh Dewan Eksekutif dalam persidangan ke enam puluh tujuh; Menegaskan resolusi WHA 33.32, termasuk dukungan atas keseluruhan pernyataan dan rekomendasi yang dibuat oleh Pertemuan Bersama WHO/UNICEF mengenai Pemberian Makanan untuk Bayi dan Anak-anak (balita) yang diselenggarakan pada tanggal 9-12 Oktober 1979; Menekankan bahwa pengadopsian dan kepatuhan terhadap Kode (etik) Internasional Pemasaran Makanan Pengganti ASI merupakan persiapan minimum dan hanya salah satu dari beberapa aksi penting yang diminta dalam upaya untuk melindungi praktekpraktek kesehatan dalam hal pemberian makanan bagi bayi dan anak-anak (balita); 1. MENGADOPSI, dalam pengertian Pasal 23 dari konstitusi, Kode (etik) Internasional Pemasaran Makanan Pengganti ASI yang dicantumkan dalam Lampiran resolusi saat ini;

18 2. MENDESAK negara-negara anggota: (1) memberikan dukungan penuh dan bulat bagi pelaksanaan rekomendasi yang telah dibuat oleh Pertemuan Bersama UNICEF/WHO tentang Pemberian Makanan Bayi dan Anak-anak (balita) dan ketentuanketentuan dalam Kode (etik) Internasional dalam keseluruhannya sebagai pernyataan kemauan kolektif dari keanggotaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO); (2) menerjemahkan Kode (etik) Internasional ke dalam legislasi, perundang-undangan, dan upaya-upaya lainnya; (3) untuk melibatkan semua sektor sosial dan ekonomi untuk terkait dan semua pihak terkait untuk dalam pelaksanaan Kode (etik) internasional dan pelaksanaan ketentuan-ketentuannya; (4) memantau kepatuhan terhadap Kode (etik) ini; 3. MEMUTUSKAN bahwa tindak lanjut dan penelaahan kembali implementasi resolusi ini hendaknya dilakukan oleh panitia regional, Dewan Eksekutif dan Majelis Kesehatan dengan semangat WHA 33.32; 4. MEMINTA Komisi Codex Alimentarius untuk memberikan pertimbangan penuh, dalam kerangka kerja mandat operasionalnya, terhadap aksi yang mungkin akan diambil untuk meningkatkan standar mutu makanan bayi, dan guna mendukung dan mempromosikan pelaksanaan Kode (etik) Internasional; 5. MEMINTA Direktur Jenderal: (1) untuk memberikan dukungan yang mungkin bagi negara- negara anggota, sebagaimana dan saat diminta, bagi pelaksanaan Kode (etik) Internasional, dan secara khusus dalam penyiapan legislasi nasional dan upaya-upaya lain yang terkait dengan hal tersebut, sesuai dengan sub-paragraf pelaksanaan (6(6)) resolusi WHA 33.32; (2) menggunakan memanfaat kantornya untuk mengupayakan kerja sama yang berkelanjutan dengan semua pihak terkait dalam pelaksanaan dan pemantauan kode (etik) Internasional di tingkat negara, kawasan, dan global; (3) melaporkan ke Majelis Kesehatan Dunia ke Tiga Puluh Enam mengenai status tingkat pemenuhan implementasi Kode (etik) di tingkat negara, kawasan dan global; (4) berdasarkan kesimpulan-kesimpulan laporan status, untuk membuat proposal, bila dipandang perlu, untuk merevisi naskah Kode (etik ) ini dan untuk upaya-upaya yang diperlukan agar penerapannya efektif. 21 Mei 1981

19 Lampiran 2 Resolusi Majelis Kesehatan Dunia ke Tiga Puluh Tiga mengenai Pemberian Makanan Bayi dan Anak-anak (balita) Resolusi WHA Pemberian Makanan Bayi dan Anak-anak Majelis Kesehatan Dunia ke Tiga Puluh Tiga, Mengingat resolusi WHA dan WHA yang secara khusus menegaskan kembali bahwa pemberian ASI ideal bagi perkembangan fisik dan psikososial anak yang harmonis, bahwa tindakan mendesak diperlukan oleh pemerintah dan Direktur Jenderal dalam rangka untuk mengintensifkan kegiatan- kegiatan promosi pemberian ASI dan pengembangan berbagai aksi yang berkaitan dengan pembuatan dan pemanfaatan makanan penyapih yang berdasarkan pada makanan setempat, dan bahwa kebutuhan yang mendesak bagi negara-negara anggota untuk menelaah kembali kegiatan-kegiatan promosi penjualan makanan bayi dan memperkenalkan upaya-upaya remedial yang tepat untuk, termasuk kode etik periklanan dan legislasi, serta mengambil langkah-langkah sosial suportif yang tepat bagi ibu yang bekerja jauh dari rumah mereka selama masa menyusui; Mengingat lebih jauh resolusi WHA dan WHA yang menekankan pada kesehatan ibu dan anak sebagai komponen penting dari perawatan kesehatan yang utama, yang penting bagi pencapaian kesehatan untuk semua sebelum / pada tahun 2000; Mengakui bahwa ada hubungan yang erat antara pemberian makanan pada bayi dan anak-anak dengan hubungan pembangunan sosial dan ekonomi, dan bahwa tindakan mendesak oleh pemerintah diperlukan untuk mempromosikan kesehatan dan gizi ibu, anak dan bayi, antara lain, melalui pendidikan, pelatihan, dan informasi di bidang ini; Mencatat bahwa Pertemuan Bersama WHO/UNICEF mengenai Pemberian Makanan Bayi dan Anak yang diselenggarakan pada tanggal 9-12 Oktober 1979, dan dihadiri oleh perwakilan dari pemerintahan, Sistem di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga-lembaga teknis, organisasi-organisasi non- pemerintah yang aktif di bidang tersebut, industri makanan bayi dan para pakar yang bekerja di bidang tersebut; 1. MENDUKUNG sepenuhnya pernyataan dan rekomendasi yang dibuat oleh pertemuan bersama WHO/UNICEF, yakni mengenai upaya mendorong dan mendukung pemberian ASI; promosi dan dukungan bagi praktek-praktek penyapihan yang tepat; penguatan pendidikan, pelatihan dan informasi; promosi kesehatan dan status perempuan dalam hubungannya dengan pemberian makanan kepada bayi dan anak; serta pemasaran dan distribusi makanan pengganti ASI. Pernyataan dan rekomendasi rekomendasi ini juga menjelaskan kewajiban mereka yang bertanggung jawab bidang pelayanan kesehatan, personil kesehatan, otoritas nasional, organisasi perempuan dan organisasi non-pemerintah, badan- badan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan industri pembuat makanan bayi; dan menekankan arti penting untuk memiliki kebijakan gizi dan makanan yang koheren bagi sebuah negara, dan perlunya perempuan hamil dan perempuan menyusui

20 dipenuhi gizinya. Pertemuan Bersama itu juga merekomendasikan bahwa Hendaknya ada suatu kode (etik) internasional pemasaran formula bayi dan produkproduk lain yang digunakan sebagai pengganti ASI. Kode etik ini hendaknya didukung oleh negara pengekspor dan pengimpor dan ditaati oleh pabrikan. WHO dan UNICEG diminta untuk mengorganisasikan proses persiapannya, dengan keterlibatan pihak-pihak terkait; dalam upaya mencapai suatu kesimpulan segera. 2. MENGAKUI pekerjaan penting yang telah dilaksanakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF yang berkenaan dengan pelaksanaan rekomendasi ini dan pekerjaan-pekerjaan persiapan yang dilaksanakan dalam memformulasikan draf kode (etik) internasional pemasaran makanan pengganti ASI; 3. MENDESAK negara- negara yang belum melaksanakan hal tersebut untuk mengkaji dan melaksanakan resolusi WHA dan WHA 32.42; 4. MENDESAK berbagai organisasi perempuan untuk menyelenggarakan kampanye penyebarluasan informasi secara luas dalam mendukung kebiasankebiasaan sehat dan pemberian ASI. 5. MEMINTA Direktur Jenderal: (1) Untuk bekerja sama dengan Negara-negara anggota guna melakukan supervisi atau merancang supervisi atas kualitas makanan bayi selama masa produksi di negara terkait, serta selama pengimporan dan pemasarannya; (2) Untuk mempromosikan dan memberikan dukungan pertukaran informasi di bidang hukum, peraturan dan upaya-upaya lainnya yang berkaitan dengan pemasaran pengganti ASI; 6. LEBIH LANJUT MEMINTA Direktur Jenderal untuk mengintensifkan kegiatan- kegiatannya untuk mempromosikan implementasi rekomendasi pertemuan Bersama WHO/UNICEF dan, khususnya: (1) ( 1) melanjutkan upaya-upaya untuk mempromosikan pemberian ASI serta praktek-praktek penyapihan dan pemberian makanan tambahan baik sebagai prasyarat bagi perkembangan dan pertumbuhan anak yang sehat; (2) mengintensifkan koordinasi dengan lembaga/ badan internasional dan bilateral untuk memobilisasikan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk promosi dan dukungan bagi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penyiapan makanan penyapih berbasis produk setempat di negara-negara yang membutuhkan dukungan-dukungan semacam itu, dan menghimpun dan menyebarluaskan informasi mengenai metodemetode pemberian makanan tambahan dan praktek-praktek penyapihan yang berhasil dipergunakan di berbagai latar budaya yang berbeda;

21 (3) untuk mengintensifkan kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan kesehatan, pelatihan dan informasi mengenai pemberian makanan pada bayi dan anak-anak, khususnya melalui penyiapan pelatihan dan manual lain bagi pekerja perawatan kesehatan yang utama di berbagai negara dan kawasan yang berbeda; (4) mempersiapkan kode (etik) internasional tentang pemasaran makanan pengganti ASI dalam konsultasi dengan negara-negara Anggota dan semua pihak terkait lainnya, termasuk pakar-pakar dan ilmuwan yang kerja samanya mungkin dipandang sangat penting, dengan mengingat: (a) (b) (c) (d) bahwa pemasaran makanan pengganti ASI dan makanan penyapih hendaknya dipandang dalam kerangka permasalahan pemberian makanan bagi bayi dan anak secara keseluruhan; tujuan Kode (etik) hendaknya memberikan kontribusi bagi penyediaan nutrisi yang memadai dan aman bagi bayi dan anak-anak dan menjamin, berdasarkan informasi yang cukup, pemanfaatan makanan pengganti ASI yang tepat bila diperlukan; Kode (etik) hendaknya didasarkan pada pengetahuan mengenai nutrisi bayi yang ada; Kode (etik) hendaknya diatur, antara lain, berdasarkan prinsipprinsip berikut: (i) (ii) (iii) produksi, penyimpanan, dan distribusi, serta periklanan produk-produk makanan bayi hendaknya tunduk pada peraturan atau perundang-undangan nasional; atau upayaupaya lain yang tepat bagi negara terkait; informasi yang relevan mengenai pemberian makanan bayi hendaknya diberikan oleh sistem perawatan kesehatan negara di mana produk itu dikonsumsi. Produk-produk hendaknya memenuhi standar mutu dan penyajian internasional, khususnya standar yang dikembangkan oleh Komisi Codex Alimentarius, dan label produk tersebut hendaknya secara jelas menginformasikan kepada publik mengenai keunggulan pemberian ASI; (5) menyerahkan kode (etik) ke Dewan Eksekutif untuk dipertimbangkan dalam persidangan ke enam puluh tujuh dan meneruskan beserta rekomendasinya ke Majelis Kesehatan Dunia ke tiga puluh empat, bersama dengan proposal mengenai promosi dan implementasinya sebagai peraturan dalam pengertian pasal 22 dan 23 Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau sebagai rekomendasi dalam

22 pengertian Pasal 23, yang menguraikan implikasi hukum dan implikasi lain dari masing-masing pilihan. (6) Untuk menelaah kembali legislasi yang ada di beberapa negara untuk menjadikan mampu dan mendorong pemberian ASI, khususnya oleh para ibu yang bekerja, dan untuk memperkuat kapasitas organisasi bekerja sama sesuai dengan permintaan Negara Anggota dalam mengembangkan legislasi semacam itu; (7) Menyerahkan ke Majelis Kesehatan Dunia ke Tiga Puluh Empat, pada tahun 1981, dan tahun-tahun genap setelah itu, laporan mengenai langkah-langkah yang telah diambil oleh WHO untuk mempromosikan pemberian ASI dan meningkatkan pemberian makanan pada bayi dan anak-anak, beserta dengan evaluasi mengenai efek dari segala upaya yang telah dilakukan oleh WHO dan negara negara anggota. 23 Mei 1980

23 Lampiran 3 Petikan dari Pernyataan Pengantar oleh Perwakilan dari Dewan Eksekutif ke Majelis Kesehatan Dunia ke Tiga Puluh mengenai pokok pokok Draf Kode (etik) Internasional Pemasaran Makanan Pengganti ASI 1 Topik pemberian makanan pada bayi dan anak telah dikaji dan didiskusikan secara ekstensif pada bulan Mei 1980 pada Majelis Kesehatan Dunia dan topik ini juga telah didiskusikan secara ekstensif pada pagi ini. Delegasi juga akan me-recall resolusi WHA Majelis Kesehatan mengenai hal ini, yang diadopsi secara bulat dan, yang di antaranya, meminta Direktur Jenderal untuk mempersiapkan suatu kode etik internasional untuk pemasaran makanan pengganti ASI dalam konsultasi dengan negara-negara anggota dan dengan pihak lain terkait. Kebutuhan atas kode (etik) semacam itu dan prinsip-prinsip hendaknya mendasari pengembangan kode itu disetujui secara bulat pada Majelis Kesehatan tahun lalu. 2 Oleh karena itu, menurut hemat kami, tidaklah ada perlunya pada hari ini,untuk di bahas dan dikaji kembali. Ada dua pokok permasalahan di hadapan komite pada hari ini: pertama, isi dari kode (etik) ini; dan kedua, pertanyaan mengenai apakah kode (etik) itu hendaknya diadopsi sebagai peraturan dalam pengertian Pasal 21 dan pasal 22 konstitusi WHO atau sebagai rekomendasi dalam pengertian 23. Proposal yang berada di hadapan Komite dalam dokumen A34/8 adalah draf ke empat kode (etik); Proposal ini merupakah hasil proses konsultasi yang panjang yang diselenggarakan dengan negara-negara anggota dan pihak-pihak terkait lainnya, dengan kerja sama yang erat dengan UNICEF. Beberapa masalah, bila ada, di hadapan Dewan Eksekutif dan Majelis Kesehatan telah menjadi objek konsultasi yang sangat intensif, sama intensifnya dengan konsultasi mengenai draf kode (etik) itu. Selama diskusi Dewan Eksekutif mengenai bagian ini pada persidangan ke enam puluh tujuh, pada bulan Januari 1981, banyak negara anggota menaruh perhatian pada tujuan dan prinsip- prinsip dan menekankan bahwa, sebagaimana pada draf ini, kode (etik) ini menjadi persyaratan standar minimum yang dapat diterima mengenai pemasaran makanan pengganti ASI. Karena sampai saat ini, sebagaimana tercermin dalam berbagai artikel surat kabar baru-baru ini, ketidakpastian masih saja tetap ada terutama yang berkenaan dengan isi kode (etik) ini, khususnya mengenai cakupannya, Saya percaya bahwa akan sungguh bermanfaat untuk membuat beberapa catatan mengenai hal ini. Kendatipun demikian, saya buru-buru mengingatkan delegasi, bahwa cakupan kode (etik) ini bukanlah sumber kesulitan selama diskusi dalam Dewan Eksekutif. Cakupan draf kode (etik) ditetapkan dalam Pasal 2. Selama empat sampai enam bulan pertama kehidupan, ASI itu saja biasanya cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi 1 Pernyataan Dr. Torbjorn Mork (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Norwegia), perwakilan dari Dewan Eksekutif, disampaikan di hadapan komite A pada tanggal 20 Mei Dokumen Rangkuman dari diskusi topik ini pada pertemuan ke tigabelas, ke empat belas dan ke limabelas Komite A dimuat dalam dokumen WHA 34/1981/REC/3. 2 Periksa dokumen WHA 33/1980/REC/1, Lampiran 6: dokumen WHA 33/1980/REC/2, halaman 327; dan dokumen WHA 33/1980/REC/3, halaman dan

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 K 182 - Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak 2 Pengantar

Lebih terperinci

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 2 K-95 Konvensi Perlindungan Upah, 1949 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial 2 Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL 1 K-144 Konsultasi Tripartit untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar-Standar Ketenagakerjaan Internasional

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA 1 K 100 - Upah yang Setara bagi Pekerja Laki-laki dan Perempuan untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya 2 Pengantar

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN 1 K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan

Lebih terperinci

R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 1 R-197 Rekomendasi Mengenai Kerangka Promotional Untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan

Lebih terperinci

K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi

K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi 1 K 150 - Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi 2 Pengantar Organisasi Perburuhan

Lebih terperinci

SOSIALISASI GLOBAL CODE OF PRACTICE ON THE INTERNATIONAL RECRUITMENT OF HEALTH PERSONNEL

SOSIALISASI GLOBAL CODE OF PRACTICE ON THE INTERNATIONAL RECRUITMENT OF HEALTH PERSONNEL SOSIALISASI GLOBAL CODE OF PRACTICE ON THE INTERNATIONAL RECRUITMENT OF HEALTH PERSONNEL KERJASAMA ANTARA PUSRENGUN BPPSDM KESEHATAN KEMENKES RI DENGAN WORLD HEALTH ORGANIZATION The WHO Global Code of

Lebih terperinci

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K187 Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 K187 - Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISBN 978-92-2-xxxxxx-x Cetakan Pertama, 2010

Lebih terperinci

K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981

K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981 K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981 2 K-155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981 K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981 Konvensi mengenai Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 K-158 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA 1 K-88 Lembaga Pelayanan Penempatan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi

Lebih terperinci

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA 1 R-198 Rekomendasi Mengenai Hubungan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15B Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15B/ 1 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 2 R-111 Rekomendasi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), 1958 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)

Lebih terperinci

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 2 R-201: Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak

Lebih terperinci

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 2 K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI 1 K 87 - Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 1 K177 - Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING LABOUR INSPECTION IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi Para Pihak pada Konvensi Tentang Keanekaragaman Hayati, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Diambil dan terbuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan diaksesi oleh resolusi Mahkamah Umum 2200A (XXI) pada 16 Desember 1966, berlaku

Lebih terperinci

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 :0: AM STANDAR AUDIT 0 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 MUKADIMAH Negara-Negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL

KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL MISI APACMED: Misi kami adalah meningkatkan standar perawatan melalui kolaborasi inovatif di kalangan pemangku kepentingan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

Mengingat ketentuan-ketentuan yang relevan dari Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10 Desember 1982,

Mengingat ketentuan-ketentuan yang relevan dari Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10 Desember 1982, PERSETUJUAN PELAKSANAAN KETENTUAN-KETENTUAN KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG HUKUM LAUT TANGGAL 10 DESEMBER 1982 YANG BERKAITAN DENGAN KONSERVASI DAN PENGELOLAAN SEDIAAN IKAN YANG BERUAYA TERBATAS

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI)

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

Pasal 3 MAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA

Pasal 3 MAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA MUKADIMAH Bahwa industri komunikasi dan pemasaran sebagai bagian dari sistem perekonomian modern dan global, patut diarahkan serta diberdayakan sesuai

Lebih terperinci

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 K-173 Konvensi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA 1 K 138 - Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

KOMENTAR UMUM NO. 2 TINDAKAN-TINDAKAN BANTUAN TEKNIS INTERNASIONAL Komite Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya PBB HRI/GEN/1/Rev.

KOMENTAR UMUM NO. 2 TINDAKAN-TINDAKAN BANTUAN TEKNIS INTERNASIONAL Komite Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya PBB HRI/GEN/1/Rev. 1 KOMENTAR UMUM NO. 2 TINDAKAN-TINDAKAN BANTUAN TEKNIS INTERNASIONAL Komite Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya PBB HRI/GEN/1/Rev. 1 at 45 (1994) KOMITE HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA, komentar umum no. 2.

Lebih terperinci

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Bab 5 Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI secara Eksklusif Ditinjau dari Aspek Hukum dan Kebijakan Kesehatan merupakan modal penting dalam

Lebih terperinci

K98 BERLAKUNYA DASAR-DASAR DARI HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA

K98 BERLAKUNYA DASAR-DASAR DARI HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA K98 BERLAKUNYA DASAR-DASAR DARI HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA 1 K 98 - Berlakunya Dasar-dasar dari Hak untuk Berorganisasi dan untuk Berunding Bersama 2 Pengantar Organisasi Perburuhan

Lebih terperinci

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk memandang pemeriksaan internal yang dilaksanakan oleh Unit Audit Internal sebagai fungsi penilai independen dalam memeriksa dan mengevaluasi

Lebih terperinci

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 2 R-90 Rekomendasi Pengupahan Setara, 1951 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

K120 HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR-KANTOR

K120 HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR-KANTOR K120 HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR-KANTOR 1 K-120 Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952

Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952 Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952 Komperensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional, Setelah disidangkan di Jeneva oleh

Lebih terperinci

K131. Konvensi Penetapan Upah Minimum, 1970

K131. Konvensi Penetapan Upah Minimum, 1970 K131 Konvensi Penetapan Upah Minimum, 1970 2 K-131 Konvensi Penetapan Upah Minimum, 1970 K131 Konvensi Penetapan Upah Minimum, 1970 Konvensi mengenai Penetapan Upah Minimum, dengan Rujukan Khusus pada

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

The Mexico City Principles. Kode Etik Bisnis pada Sektor Biofarmasi

The Mexico City Principles. Kode Etik Bisnis pada Sektor Biofarmasi The Mexico City Principles T Kode Etik Bisnis pada Sektor Biofarmasi Interaksi bisnis di sektor biofarmasi yang dilakukan sesuai etika dapat menjamin bahwa keputusan medis dibuat demi kepentingan pasien.

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN

KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN Para Pihak atas Konvensi ini, mengakui bahwa bahan pencemar organik yang persisten memiliki sifat beracun, sulit terurai, bersifat bioakumulasi

Lebih terperinci

PEMBERIAN MAKAN PADA KELOMPOK RENTAN DALAM SITUASI DARURAT

PEMBERIAN MAKAN PADA KELOMPOK RENTAN DALAM SITUASI DARURAT PEMBERIAN MAKAN PADA KELOMPOK RENTAN DALAM SITUASI DARURAT (yuniz) I. PENDAHULUAN Salah satu situasi kedaruratan yang sering menimbulkan banyak korban, adalah kejadian bencana, yang merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

KONVENSI-KONVENSI ILO TENTANG KESETARAAN GENDER DI DUNIA KERJA

KONVENSI-KONVENSI ILO TENTANG KESETARAAN GENDER DI DUNIA KERJA KONVENSI-KONVENSI ILO TENTANG KESETARAAN GENDER DI DUNIA KERJA Kantor Perburuhan Internasional i ii Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja Pengantar Kaum perempuan menghadapi beragam

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.183, 2012 PERTAHANAN. Industri. Kelembagaan. Penyelenggaraan. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5343) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NOMOR 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD LABOUR (KONVENSI

Lebih terperinci

2012, No Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. 2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanju

2012, No Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. 2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanju No.58, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. ASI Eksklusif. Pemberian. Penggunaan. Susu Formula Bayi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5291) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 1 TAHUN 2000 (1/2000) TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NOMOR 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG 1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi

Lebih terperinci

KOMENTAR UMUM no. 08

KOMENTAR UMUM no. 08 1 KOMENTAR UMUM no. 08 KAITAN ANTARA SANKSI EKONOMI DENGAN PENGHORMATAN TERHADAP HAK- HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Komite Persatuan Bangsa-bangsa untuk Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya E/C.12/1997/8

Lebih terperinci

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN A. Dasar Pemikiran Pilar utama Perkumpulan adalah kemitraan dengan multi pihak yang tidak bersinggungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung atau belum

Lebih terperinci

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Diskriminasi dan kesetaraan: 4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Mengidentifikasi kebijakan dan tindakan

Lebih terperinci

KONVENSI TENTANG ORGANISASI SATELIT BERGERAK INTERNASIONAL YANG TELAH DIUBAH INMARSAT

KONVENSI TENTANG ORGANISASI SATELIT BERGERAK INTERNASIONAL YANG TELAH DIUBAH INMARSAT KONVENSI TENTANG ORGANISASI SATELIT BERGERAK INTERNASIONAL YANG TELAH DIUBAH INMARSAT NEGARA-NEGARTA PIHAK PADA KONVENSI INI: MENIMBANG prinsip-prinsip yang terkandung dalam Resolusi Majelis Umum Perserikatan

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK 2012, No.149 4 PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK Yang Disetujui Oleh Konferensi Ketenagakerjaan Internasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM

Lebih terperinci

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi

Lebih terperinci

K89 Konvensi tentang Kerja Malam bagi Wanita yang dipekerjakan di Industri. (Hasil Revisi tahun 1948)

K89 Konvensi tentang Kerja Malam bagi Wanita yang dipekerjakan di Industri. (Hasil Revisi tahun 1948) K89 Konvensi tentang Kerja Malam bagi Wanita yang dipekerjakan di Industri (Hasil Revisi tahun 1948) 1 K 89 - Konvensi tentang Kerja Malam bagi Wanita yang dipekerjakan di Industri (Hasil Revisi tahun

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS I. LATAR BELAKANG Dewan Komisaris diangkat oleh Pemegang Saham untuk melakukan pengawasan serta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 KETENTUAN UMUM Anggota Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI) adalah perseorangan dan perusahaan yang

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998)

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998) 1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998) Adopsi Amandemen untuk Konvensi Internasional tentang Pencarian

Lebih terperinci

2013, No.73.

2013, No.73. 5 2013, No.73 2013, No.73 6 7 2013, No.73 2013, No.73 8 9 2013, No.73 2013, No.73 10 11 2013, No.73 2013, No.73 12 13 2013, No.73 2013, No.73 14 15 2013, No.73 2013, No.73 16 17 2013, No.73 2013, No.73

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta 1 K 181 - Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1361, 2016 DPR. Prolegnas. Penyusunan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM

Lebih terperinci

Deklarasi Dhaka tentang

Deklarasi Dhaka tentang Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

KONVENSI NO. 138 MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

KONVENSI NO. 138 MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA KONVENSI NO. 138 MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA Kongres Organisasi Ketenagakerjaan Internasional. Setelah diundang ke Jenewa oleh Badan Pengurus Kantor Ketenagakerjaan Internasional,

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014 ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014 BAB I STRUKTUR ORGANISASI Pasal 1 Komisi Paripurna (1) Komisi Paripurna dipimpin oleh seorang Ketua dan 2 (dua) orang Wakil Ketua. (2) Sidang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO.182 CONCEMING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR THE ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD LABOUR (KONVENSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR THE ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD LABOUR ( KONVENSI

Lebih terperinci