BAB III TINJAUAN KASUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TINJAUAN KASUS"

Transkripsi

1 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Januari 2008 jam WIB diruang III Citro Anggodo RSJD Dr. Amino Gondohutomo, Semarang. 1. Biodata a. Idenditas Klien Nama : Ny. L Umur : 47 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SD Alamat : Jl. Perintis kemerdekaan, Panggul, Tegal Tanggal masuk : 1 Januari 2008 Diagnosa : Skizofrenia Undifferentiated. b. Idenditas Penanggung jawab Nama : Ny. L Alamat : Jl. Perintis kemerdekaan, Panggul, Tegal Hubungan dengan klien : kakak kandung 2. Alasan Masuk Klein dibawa oleh keluarga ke RSJD Dr. Amino Gondohutomo, Semarang pada tanggal 1 Januari 2008 dengan alasan tidak bisa tidur, berbicara kacau. 21

2 3. Riwayat Penyakit Dahulu Klien sudah 4x dirawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, terakhir Bulan Februari Klien sudah bercerai dengan suaminya semenjak itu Ny. L menyatakan ia menjadi stress, ia bercerai dengan suaminya dikarenakan suaminya suka main judi sampai rumahnya terjual, sehingga Ny. L jengkel, stress, dan menceraikan suaminya. Ditambah lagi pekerjaan Ny. L tidak tetap, dirumah anaknya sering bertengkar atau ejek ejekan. Ny. L sering memarahi anaknya dan ketika belum bercerai dengan suaminya, Ny. L stress dan ketika duduk sendirian di ruang tamu tiba tiba ada bayangan kepala dan mata yang menyuruh Ny. L untuk membelalakkan matanya. 4. Riwayat Penyakit Sekarang Saat dikaji pada tanggal 16 Januari 2008, Ny. L tidak menunjukan tanda tanda marah lagi, klien sudah kooperatif. Klien mengatakan jika sore hari jika di tempat tidur tiba tiba Ny. L melihat bayangan kepala dan mata, dan bayangan mata menyuruh Ny. L untuk membelalakkan mata Ny. L keatas. Klien sudah berusaha melawan, bayangan itu selalu dating untuk menyuruh Ny. L membelalakkan matanya keatas. Masalah Keperawatan : Halusinasi Penglihatan 5. Pemeriksaan Fisik a. Tanda tanda vital TD : 120 / 90 mmhg RR : 24x / menit Nadi : 66x / menit 22

3 Suhu : 37 0 C TB : 156 cm BB : 52 kg b. Keadaan fisik Tidak ada kelainan fisik pada Ny. L, klien takut apabila bayangan itu muncul. Masalah Keperawatan : halusinasi penglihatan 6. Psikososial a. Genogram Umur 73 tahun Umur 75 tahun Umur 60 tahun Umur 57 tahun Umur 54 tahun Umur 47 tahun Umur 45 tahun Umur 38 tahun Umur 33 tahun Keterangan : Umur 19 tahun Umur 16 tahun Umur 12 tahun : Meninggal Laki laki : Pasien : Laki laki : Bercerai : Perempuan : Tinggal serumah 23

4 Klien anak kelima dari delapan bersaudara, dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyekit seperti klien. Keterangan : Ekonomi keluarga Ny. L dibantu oleh kakaknya Ny. Li, Ny. L tinggal satu rumah dengan Ny. Li Dalam keluarga Ny. L tidak ada yang mengalami gangguan jiwa Ketiga anak Ny. L dekat dengan Ny. L b. Konsep diri 1. Gambaran diri Klien menyukai seluruh tubuhnya. 2. Idenditas Klien seorang perempuan berumur 47 tahun 3. Peran Klien sebagai ibu rumah tangga 4. Ideal diri Klien ingin cepat sembuh dan pulang, bertemu dengan ketiga anaknya, mengurus dan memasak untuk anaknya. 5. Harga diri Klien percaya diri dengan keadaanya sekarang. c. Hubungan sosial Orang yang berarti untuk Ny. L adalah ketiga anaknya, peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat = Ny. L, selama dirawat tidak dapat 24

5 mengikuti kegiatan masyarakat. Klien tidak punya hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, klien kooperatif. d. Spiritual Klien beragama Kristen, sebelum sakit Ny. L rajin ke gereja, selama sakit klien hanya berdoa, tidak pernah ke gereja karena tidak punya pakaian ganti untuk ke gereja. 7. Status Mental a. Penampilan Klien berpenampilan rapi sesuai dengan pekaiannya b. Pembicaraan Klien berbicara cepat, tetapi jelas. c. Aktivitas Kelompok Klien tipe orang kooperatif, klien melakukan kegiatan di ruangan tanpa disuruh. d. Alam Perasaan Klien mengatakan takut apabila melihat bayangan tersebut. Masalah keperawatan : halusinasi penglihatan e. Afek Afek klien labil, apabila sedang malas bicara klien akan pergi tidur. f. Interaksi selama wawancara Klien kooperatif / ada kontak mata. g. Persepsi Klien mengatakan melihat bayangan, mata yang banyak. 25

6 Masalah keperawatan : halusinasi penglihatan. h. Proses pikir Klien mampu menjelaskan atau menguraikan ide ide tertentu. i. Isi Pikir Klien tidak mengalami waham apapun j. Tingkat Kesadaran Klien tidak mengalami gangguan tingkat kesadaran, kesadaran klien sadar penuh. k. Memori Klien masih dapat mengingat hal hal yang terjadi di masa lalu dan sekarang l. Tingkat konsentrasi dan berhitung. Klien dapat konsentrasi dan berhitung dengan baik. 8. Kebutuhan Persiapan Pulang a. Nutrisi Klien makan 3x sehari dan habis 1 porsi dengan variasi nasi, lauk, sayur, buah, susu. Klien minum 6-7 gelas perhari. Klien makan dan minum tanpa bantuan. b. BAK / BAB ( Eliminasi ) Klien BAB 1 hari sekali dengan konsistensi lunak, bau khas, BAK 5 7 kali sehari sehari semua tanpa bantuan. c. Mandi Klien mandi 2x sehari, tanpa bantuan 26

7 d. Berpakaian Klien berpakaian rapi sesuai pakaian yang ada, klien berpakaian tanpa bantuan e. Kebersihan diri Klien menjaga kebersihan dirinya secara mandiri f. Istirahat dan Tidur Klien tidur siang, lama 2 jam, tidur malam 7 jam. Sebelum tidur klien BAK dahulu, baca doa, bangun tidur klien bersih bersih, mandi, dan mengikuti kegiatan sesuai ruangan g. Penggunaan obat Klien minum obat sesuai petunjuk dokter, secara rutin, tanpa bantuan. 9. Aspek Medik Terapi medik Laboratorium ( ) hasil normal Glukosa 109 mg/100 ml mg/100ml Ureum 22 mg/100 ml mg/100 ml Creatinin 0,7 mg/100 ml Lk.0,6 1,1 mg/100 ml Cholesferol total 162 mg/100 ml mg/100ml Trigliserid 52 mg/100 ml sd / 150 mg/100 ml Protein total 6,5 mg/100 ml 6,3 8,0 mg/100 ml Albumin 4,0 mg/100 ml 3,8 5,1 mg/100 ml 27

8 SGOT 22 unit / L Lk s/d 37 unit SGPT 20 unit / L kk s/d 0,42 unit Uric Acial 6,2 mg/100 ml P. 2,5 5,7 mg/100 ml TAK : 8 / 01 / 08 EKG : 9 / 01 / 08 ECT konvensional : 2 x ( 4/1/08 dan 5/1/08 ) Obat secara oral Halluperidol Trihexy phenidyl PPZ Promagtil 2 x 5 mg 2 x 2 mg 2 x 8 mg 1 x 100 mg B. Analisa Data NO Data Fokus Masalah Tanggal 16 Januari 2008, ham WIB 1. DS : Klien mengatakan saya takut kalau melihat bayangan mata itu Perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan Klien mengatakan, bayangan mata itu menyuruh saya untuk melototinya DO : Ny. L takut ketika menceritakan bayangan itu Ny. L sambil menutup mata rapat rapat 28

9 2. 17 Januari 2008, jam WIB DS : Klien mengatakan, saya jengkel kalau melihat bayangan mata itu datang Saya takut suster, kadang bayangan itu datang menemui saya dan menyuruh untuk melototinya DO : Ny. L marah marah sambil memukul meja Resiko mencederai diri, orang lain, lingkungan Januari 2008, jam WIB DS : -Ny,L mengatakan,saya marah marah jika bayangan kepala dan mata-mata datang mengganggu saya. DS : - Ny. L mengatakan merasa bersalah tidak bisa membimbing anak anak dirumah, anak anaknya sering bertengkar DO: -Ny. L marah-marah,muka merah, nada suara tinggi, pandangan tajam. -Ny. L sering menyadari Perilaku kekerasan C. Masalah Keperawatan 1. Perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan 2. Resiko mencederai diri, orang lain, lingkungan 3. Isolasi sosial : menarik diri 4. Resiko perilaku kekerasan : Harga diri rendah 29

10 D. Pohon Masalah Resiko mencederai diri,oranglain,lingkungan Perubahan presepsi sensori : halusinasi :penglihatan Core problem Isolasi sosial : menarik diri ( Keliat, 1998 ) E. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko mencederai diri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan 2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan berhubungan dengan menarik diri 3. Perilaku kekerasan berhubungan dengan perubahan sensori persepsi halusinasi 30

11 No Dx Tgl 16 Januari WIB F. INTERVENSI Diagnosa Perencanaan Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Resiko mencederai diri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan halusinasi penglihatan TUM : klien tidak mencederai diri, orang lain, lingkungan. TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya 1.1. Ekspresi wajah berusaha baik, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi Evaluasi Bina Hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik. a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan klien d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya f. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien 31

12 TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya 2.1. klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi. 2.2 Klien dapat mengungkap kan perasaan Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya Bantu klien mengenal halusinasinya a. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apa ada bayangan. b. Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang ia katakan c. Katakana bahwa perawat percaya klien melihat bayangan itu, namun perawat sendiri tidak melihatnya d. Katakana bahwa perawat akan membantu klien Diskusikan dengan klien a. Situasi yang menimbulkan / tidak menimbulkan ahlusinasi. b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi, sore, malam, sendiri / jengkel / sedih ) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi ( marah, takut, 32

13 TUK 3 : klien dapat mengontrol halusinasinya terhadap halusinasi. 3.1 Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya sedih, senang ) beri kesempatan mengungkapkan perasaan Identifikasi bersama klien cara / tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi : tidur, marah, menyibukkan diri Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien jika bermanfaat beri pujian Diskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasi : a. Katakan Saya tidak mau melihat kamu b. Menemui orang lain ( teman, perawat ) untuk bercakap cakap tentang halusinasi yang dilihat klien. c. Membuat jadwal kegiatan d. Meminta perawat menyapa klien. 3.3 Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi bantu klien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi secara bertahap. 3.4 Klien dapat melaksanaka Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, 33

14 n cara yang telah dipilih untuk mengendalik an halusinasi. evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi 3.5 Klien dapat mengikuti TAK 4.1 Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Anjurkan klien mengikuti TAK Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika terjadi halusinasi. 4.2 Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengontrol halusinasi Diskusikan dengan keluarga Gejala halusinasi klien a. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk meutus halusinasi b. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasinyadirumah kegiatan, jangan biarkan sendiri. c. Beri informasi waktu follow up / kapan perlu bantuan 34

15 18 TUK 5 : 5.1 Klien dan Diskusikan dengan klien dan Januari Klien dapat keluarga dapat keluarga tentang dosis, 2008 memanfaat obat menyebutkan frekuensi, manfaat obat dengan baik. manfaat, dosis, WIB efek samping obat. 5.2 Klien dapat Anjurkan klien minta sendiri mendemonstras obat pada perawat dan ikan merasakan manfaatnya. penggunaan obat dengan benar. 5.3 Klien dapat Anjurkan klien bicara dengan informasi dokter tentang manfaat dan efek tentang samping obat yang dirasakan. manfaat / efek samping obat. 5.4 Klien Diskusikan akibat berhenti obat memahami tanpa konsultasi akibat bila berhenti minum obat tanpa konsultasi. 5.5 Klien dapat bantu klien menggunakan menyebutkan 5 prinsip 5 benar benar 35

16 G. IMPLEMENTASI Tgl /jam Dx TUK Implementasi Evaluasi TT 16/1/2008 TUK 1 Bina hubungan saling S : Nama saya Ny. L, biasa dipanggil DX I percaya. Ny. A. umur saya 47 tahun, WIB Menanyakan nama, umur, rumah saya di Tegal, saya takut alamat, pekerjaan. ketika bayangan itu dating. Memberi kesempatan klien O : Klien mau berjabat tangan, untuk mengungkapkan tersenyum, duduk berhadapan, perasaan nada bicara jelas, kontak mata ada Mendengarkan pasien saat A : Pasien dapat membina hubungan bercerita. saling percaya P : Perawat melanjutkan TUK 2 ( mengenal halusinasi pada Ny. L ) K : Menganjurkan klien untuk mengingat nama perawat 16/1/2008 TUK 2 Mengenal halusinasi klien S : Saya melihat bayangan kepala, Meminta pasien untuk banyak matanya, menyuruh WIB menceritakan isi halusinasinya saya membuka mata saya Beri pujian ketika klien keatas, saya takut, jengkel mampu menceritakan ketika bayangan itu muncul kira halusinasinya kira 5 menit, biasanya ketika sore hari, pada saat saya sensiri. O : Nada bicara jelas, klien menceritakan bayangan itu dengan tegas, menatap perawat. A : Pasien dapat mengenal halusinasinya P : Perawat melanjutkan TUK 3 ( 36

17 Mengontrol halusinasinya ) K : Menganjurkan untuk mengingat halusinasinya, frekuensi, munculnya kapan 17/1/2008 TUK 3 Klien dapat mengontrol S : - Klien mengatakan saya mau DX II halusinasinya. diajari cara menghilangkan WIB Menanyakan pada klien apa bayangan itu yang dilakukan jika - Klien mengatakan jika halusinasinya timbul bayangan itu muncul saya Memberi pujian atas jawaban segera melakukan aktivitas, yang diberikan klien seperti menyapu, dll Mendiskusikan dengan klien - Klien mengataklan akan saya cara mengontrol halusinasi coba suster. Membantu klien memilih dan O : - Klien mengganggukan kepala melatih cara memutus saat diajak diskusi tentang halusinasi secara bertahap. cara baru untuk mengontrol Memberikan kesempatan halusinasi. untuk melakukan cara yang - Klien menjawab pertanyaan telah dilatih dengan baik, sesuai Menganjurkan klien pertanyaan. mengikuti terapi aktivitas - Klien tersenyum saat diberi kelompok orientasi realita. pujian Mengadakan kontrak untuk - Klien kooperatif saat pertemuan berikutnya. wawancara berlangsung. A : Masalah teratasi dalam mengontrol halusinasinya P : Lanjutkan intervensi berikutnya menggunakan obat dengan baik K : menganjurkan klien dalam mengontrol halusinasinya 37

18 18/1/2008 TUK 5 Klien dapat memanfaatkan obat yang baru saja diajarkan DX II dengan baik. S : - klien mengatakan Saya sudaj WIB Mendiskusikan dengan klien mengerti cara menghilangkan / tentang dosis, frekuensi, dan mengurangi bayangan yang manfaat obat yang sering mengganggu saya diterimanya. - Klien mengatakan saya sudah Menganjurkan klien untuk mengerti obat yang saya minum minum obat secara teratur dan manfaatnya. Mendiskusikan akibat - Klien mengatakan Saya tau berhentinya minum obat. dalam 5 benar minum obat Mendiskusikan 5 benar dalam 5 benar minum obat adalah : pemberian obat. Benar orang Mengevaluasi kembali tentang Benar obat materi yang dibicarakan Benar jenis bersama klien Benar waktu Mengadakan kontrak untuk Benar dosis. membahas tentang prinsip 5 O : - Klien bisa menyebutkan semua benar. cara benar minum obat - Klien bersedia saat perawat mengadakan kontrak untuk membahas obat yang diminum klien A : Masalah teratasi dalam memanfaatkan obat dengan baik P : Lanjutkan intervensi TUK 5 K : Menganjurkan klien untuk tetap minum obat sesuai dengan aturan dan tepat waktu. 38

19 BAB IV PEMBAHASAN A. DIAGNOSA KEPERAWATAN Perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan menarik diri adalah dimana keadaan individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang datang (carpenito,1997). Data subyektif klien mengatakan,bayangan mata-mata menyuruh saya untuk melototinya, Data obyektif klien tampak takut saat menceritakan bayangan mata, menutuprapat-rapat. Diagnosa perilaku kekerasan berhubungan dengan perubahan persepsisensori halusinasi,suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik kepada diri sendiri maupun orang lain.(towsend,1998) Data subyektif klien mengatakan saya ingin marah jika bayangan kepala dan mata mengganggu saya, tidak mau melihatnya.data obyektif klien tampak marah-marah, muka merah dan tangan mengepal, tidak mau kumpul dengan teman-temannya. 39

20 B. INTERVENSI IMPLEMENTASI Penulis berharap klien dapat mengenal halusinasi, mengontrolhalusinasi, dapat memanfaatkan obat dengan baik, Data yang muncul pada implementasi adalah klien melihat bayangan mata dan kepala. Data subyektif pada TUK 2 mengenal halusinasi,di dapatkan data klien melihat bayangan kepala,ketika bayangan mata muncul pada sore hari. Data obyektif yangt penulis lihat,nada bicara jelas, klien dapat menceritatakan bayangan mata dengan jelas dan menatap perawat. Analisa atau hasil yang sudah di dapatkan klien dapat mengenal halusinasi. Intervensi yang dilakukan penulis adalah melanjutkan TUK 3 berupa mengontrol halusinasi, rencana yang dimiliki oleh klien menganjurkan untuk mengingat halusinasinya,frekunsi kapan muncul halusinasi.mendapatkan data klien mau diajari cara menghilangkan bayangan mata,dengan cara klien segera melakukan aktivitas seperti menyapu, dan lain-lain. Data obyektif yang ada klien menjawab pertanyaan dengan baik, tersenyum, dan kooperatif. Hasil yang didapat masalah teratasi dalam mengontrol halusinasinya.renncana yang akan dilakukan lanjutkan intervensi berikutnya, rencana untuk klien menganjurkan klien mengontrol halusinasinya dengan cara yang baru saja diajarkan oleh penulis. TUK 4 klien mengerti cara menghilangkan atau mengurangi bayangan yang sering mengganggunya. Klien mengatakan sudah mengerti manfaat obat yang diminumnya. Data obyektif yang didapat klien dapat menyebutkan semua cara minum obat yang benar, hasil atau analisa yang didapat masalah teratasi sebagian,lanjutkan intervensi TUK 5, Rencana untuk klien dapat minum obat 40

21 sesuai aturan dan tepat waktu. TUK 4 tidak bisa penulis lakukan karena keluarga belum menemui klien,hambatan yang penulis dapatkan tidak ada dalam membuat karya tulis ini. Faktor yang mendukung klien kooperatif, kontak mata ada,klien mau melakukan aktivitas. 1. Evaluasi yang didapat dari diagnosa perubahan persepsi sensori halusinasi penglihatan berhubungan dengan menarik diri, adalah melihat implementasi yang sudah dilakukan serta memperhatikan respon subyektif dan obyektif yang muncul,penulis berkesimpulan bahwa diagnosa pertama ini teratasi sebagian. Evaluasi ini berhasil sepenuhnya karena pada TUK 4 halusinasi belum terlaksana karena keluarga belum menjenguk, keluarga tidak memberi dukungan dalam mengontrol halusinasi. 2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori halusinasi penglihatan. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik kepada diri sendiri maupun oranglain dengan batasan karakteristik subyektif klien mengatakan ingin marah jika bayanagn mata mengganggunya.data obyektif klienn marah-marah, muka merah, tangan mengepal. Untuk mengatasi masalah klien penulis melakukan timdakan keperawatan dengan cara menghardik,melakukan aktivitas, berbicara dengan oranglain. Namun penulis melakukan tindakan keperawatan TUK 1,TUK 2,TUK 3,TUK 5, Penulis bekerjasama dengan perawat ruangan untuk melanjutkan TUK yang belum tercapai karena keterbatasan waktu. Dari data pengkajian penulis menemukan data bahwa sebelumnya klien sudah pernah mengalami gangguan jima dan 41

22 dirawat di RSJ dan penulis melakukan pengkajian klien sudah empat kalinya dirawat di RSJ karena di rumah sering melihat kepala dan mata, oleh keluarga klien dibawa ke RSJ. 42

23 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Klien dengan perubahan persepsi sensori : Halusinasi mampu mengenal halusinasinya yang terjadi pada dirinya, sehingga klien dapat menjelaskan bayangan mata mata yang dilihatnya, frekuensi dan waktu yang terjadi klien dapat mengungkapkan perasaannya terhadap halusinasinya, klien dapat mengontrol halusinasinya. Klien juga dapat menggunakan obat dengan baik diantaranya klien mengerti bagimana cara manfaat dari obat yang diminumnya, klien juga mampu menyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat. 2. Kemampuan klien dengan perubahan orientasi realita halusinasi meningkatkan dalam mempertahankan mekanisrne koping yang adekuat yaitu dengan cara membantu klien mengenal halusinasinya, tnendiskusikan dengan klien tentang situasi yang dapat menimbulkan halusinasi dan situasi untuk mencegah halusinasi dun memberikan dorongan pada klien untuk minum obat yang benar dan teratur. 3. Klien yang mengalami gangguan hubungan sosial menarik diri, akan berusaha menghindari kontak dengan orang lain. Perilaku ini sangat merugikan klien, karena dapat menimblkan resiko terjadinya 43

24 perubahan presepsi sensori halusinasi penglihatan dan resiko melakukan kekerasan sebaiknya dilibatkan dalam hubungan sosial secara bertahap agar halusinasi dapat ditekan. 4. Keluarga klien kurang berperan dalam proses keperawatan klien dengan pervbahan persepsi : halusinasi karena keluarga klien belum membesuk klien di Rumah Sakit. B. SARAN 1. Dalam memberiakan asuhan keperawatan klien dengan gangguan halusinasi hendaknya diciptakan hubungan yang teraupetik, sikap sabar, jujur dan terbuka. Hal ini sangat tepat untuk diterapkan dalain rangka membina hubungan saling percaya dengan klien yang merupakan basik utama dalam pemberian asuhan keperawatan. 2. Perawat diharapkan dapat mernotivasi klien agar menceritakan perrnasalahannya kepada perawat dan melibatkan keluarga dalam membantu- tercapainya keberhasilan asuhan keperawatan dengan pendidikan kesehatan tentang cara perawatan klien yang mengalami halusinasi, dan klien dengan menarik diri sehingga ada perawatan tindak lanjut selama klien dirumah oleh keluarga. 3. pntuk mendapatkan asuhan keperawatan yang bcrkualitas pada klien gangguan jiwa, diharapkan agar perawat dapat mendalami 44

25 konsep hubungan teraupetik perawat. Klien dan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkesinambungan. 4. Keterlibatan keluarga merupakan hal penting untuk keherhasilan asuhan keperawatan klien gangguan orientasi realitas ( halusinasi ) karena keluarga merupakan suatu kelompok yang dapat meningkatkan, mencegah, atau memperbaiki ( masalah yang ada dalam kelompok sendiri ) 45

26 DAFTAR PUSTAKA Kelliat, B.A. (1996). Hubungan terapeutik Perawatan Klien. Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Kelliat, B.A. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku Kedorteran EGC, Jakarta Maramis. (1990). Ilmu Kedoteran Jiwa. Universitas Pres Erlangga. Maramis, WF. (2004). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga University Press, Surabaya. Start, Guil Wiscars and Sudeen, Sandra. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa, alih Bahasa Achir Yani Hamid, Editor dalam Bahsa Indonesia, Yasminb Asih, Edisi 3, Jakarta : EGC. Stuart, G.W. and Laria. M.T. (2001). Principle and Practice of Psychiatric Nursing Seventh ed. Mobsy, st Louis. Stuart, GW, & Sundeen, SJ, (1995), Pocket Guide To Psychiatric Nursing, Edisi 3, Alih Bahasa Achir Yani S. Hamid, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta. Townsend, M.C. (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Carpenito,L,J.(1995),Buku saku diagnosa keperawatan jiwa (alih bahasa Monica ester) Jakarta : EGC 46

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Januari 2008 diruang II Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan Skizofrenia berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien BAB III TINJAUAN KASUS I. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Januari 2008 di ruang XII RSJD dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien dan data dari catatan medik

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register 14 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2004 1. Identitas a. Identitas pasien Nama klien Ny. K, umur 30 tahun, agama Kristen, pendidikan SD, suku/bangsa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 18-12-2008 di Ruang ketergantungan obat Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondho Hutomo Semarang, dengan diagnosa medis skizofrenia

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Inisial klien : Tn W Umur : 38 Th Jenis Kelamin : Laki-Laki Suku : Jawa Alamat : Desa terban RT 008 / 001 penawangan, Grobogan Tanggal pengkajian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2008 diruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan Jiwa 1. Biodata Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 27 Desember 2010 di ruang Gatotkoco RSJD Dr. amino Gondohutomo Semarang a. Identitas klien Nama :

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Desember 2009 jam 10.00 wib A. Pengkajian Tanggal masuk Rumah Sakit : 05-11-2009 Bangsal di rawat : Gatotkoco/ruang VI No Rekam Medis : 067714

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Januari 2009, jam 10.00 WIB, di Ruang VIII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata a. Identitas klien

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 desember 2010, pukul 09.00 WIB di ruang Gatot Koco Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondhohutomo Semarang, dengan diagnosa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 9-01-2008 di ruang VII (Hudowo) RSJ Amino Gondohutomo Semarang, dengan diagnosa medik : skizofrenia tak terinci. Pasien bernama

Lebih terperinci

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Desember 20010 pukul 10.00

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Sdr. D diruang Dewa Ruci RSJD Amino Gondohutomo

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien 1. Nama : Ny. S 2. Umur : 34 tahun 3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Alamat : Singorojo Kendal 5. Agama : Islam 6. Pendidikan : SLTA 7. Pekerjaan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Diruang : VIII (Graha Irawan) Tanggal : 16 januari 2008 1. Identitas a. Identitas klien Nama : Sdr.P, Umur :31 tahun, Jenis kelamin : Laki-laki, Suku : Jawa, Agama

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM , BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 29 Desenber 2004. I. Identitas a. Identitas Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM 038164, Alamat Tayu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 Desember 2007 di ruang III (Graha Citro Anggono) Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondho Utomo Semarang, dengan diagnosa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN TEORI BAB III TINJAUAN TEORI Tanggal Pengkajian : 12 Januari 2009 A. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Suku / Bangsa Pendidikan Pekerjaan Status Alamat : Sdr. A : 25 Tahun : Laki-laki : Islam :

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN KONSEP BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA DISUSUN OLEH : DEVI ANGGRAINI NIM. P.10013 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih

BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian di lakukan pada tanggal 27 Desember 2010 diruang 5 Rumah Sakit Jiwa Daerah Semarang Dr.Amino Gondhohutomo Semarang, dengan skizofrenia paranoid. Klien bernama

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasien Tanggal masuk RSJ : 27-12-2007 Pengkajian dilakukan pada tanggal 30-12-2007 di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino Gondohutomo Semarang, dengan diagnosa medik : Skizofrenia

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV (Dewaruci) Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Aminogondho Hutomo Semarang, dengan diagnosa medis Skizophrenia Katatonik.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas 1. Pasien Nama : Tn. S Umur : 30 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Tani Alamat : Grobogan Suku Bangsa : Jawa, Indonesia No.

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA RUANGAN RAWAT : TANGGAL DIRAWAT : I. IDENTITAS KLIEN Inisial : ( L

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. V DI TANGGERANG DI SUSUN OLEH MARIA FRANSISKA 1410721043 PROGRAM STUDI PROVESI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan LAPORAN PENDAHULUAN 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan 2. Proses Terjadinya Masalah A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara

Lebih terperinci

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE Lampiran 8 MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE 2009.33.032 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 01 Januari 2008

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 01 Januari 2008 BAB III RESUME KEPERAWATAN Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 01 Januari 2008 sampai dengan 06 Januari 2008 pada Tn. S (45 tahun), dengan alamat Parang Barong VIII, kelurahan Tlogosari kulon,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DisusunOleh : HILYATUN NISA J 200 090

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL 1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : Senang menyendiri, tidak mau melakukan aktivitas, tampak murung, lebih banyak menunduk

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014 Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Status perkawinan Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn. M : Laki-laki : 34 thn : Sudah Menikah : Islam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di 37 BAB III TINJAUAN KASUS B. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Desember 2008 diruang VI Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM. Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan proses pikir : Waham

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM. Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan proses pikir : Waham RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM NamaKlien : DiagnosaMedis : No CM : Ruangan : Tgl No. Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI DI RUANG PERKASA RSJD DR.RM.SOEDARMADJI KLATEN Di susun dan di ajukan untuk memenuhi tugas keperawatan jiwa

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun Oleh : ANISSYA NURUL H J 200 090 023 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 20 Juni 2010 pada keluarga Tn. L (45 th), dengan alamat Sambiroto kecamatan Tembalang, Semarang. Keluarga ini

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

NURSING CARE PLAN (NCP)

NURSING CARE PLAN (NCP) NURSING CARE PLAN (NCP) 1. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN Nama Klien : DiagnosaMedis : No CM : Ruangan : Tgl No. Dx Diagnosa Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit. Sebagai pemberian pelayanan kesehatan yang komplek, mutu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikmotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Di Ruangan

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) 1 PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) A. Identitas Klien Inisial Klien Usia Agama Pendidikan : Ny. F : 42 Tahun : Islam : SMA Nomor Register : 02. 14. 77 Masuk RSJSH : 27/03/2012 Nama Keluarga Alamat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN. D DENGAN HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DI SUSUN OLEH: CATUR WULANDARI NIM. P.09010

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata. a. Identitas Klien. Nama Tn. St, umur:

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A. Asuhan Keperawatan kasus I. PENGKAJIAN Nama/Inisial : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 28 tahun Status perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Alamat :Jl. Dusun I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. : Jawa, Indonesia. : 10 Januari 2011 pukul WIB. Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. : Jawa, Indonesia. : 10 Januari 2011 pukul WIB. Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Suku Agama Status Perkawinan Pendidikan : Tn.S : 33 tahun : Laki-laki : Ungaran : Jawa, Indonesia : Islam : Kawin : SD Nomor Register

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Y. Susilowati 1), D.W.Ningsih 2) 1) Dosen Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DI SUSUN OLEH: DEVI CHRISTINA PANCANINGTYAS NIM. P.10086 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI A. Konsep Dasar Teori 1. Definisi Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo Hutomo, Semarang dengan diagnosa medik halusinasi dengar. Klien bernama Nn. S Umur 22 Tahun,Perempuan,

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Ruang rawat :... Tanggal dirawat:... A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI......

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA A. KOMPETENSI

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Masalah Utama: Resiko Perilaku Kekerasan Proses Terjadinya Masalah Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Gail W. Stuart, Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial. Waham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI...... C. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

Lampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket

Lampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket Lampiran 1 JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket 1. 05.00-06.00 2. 06.00-07.00 3. 07.00-08.00 4. 08.00-09.00 5. 09.00-10.00 6. 10.00-11.00 7.

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN Pertemuan... Hari, TGL :... A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien : a. Data Subjektif

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI A. Latar belakang Pada pasien gangguan jiwa dengan dengan kasus skizofrenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori, halusinasi. Terjadinya

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Data Fokus Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Juni 2011 jam 16.00 WIB pada keluarga Tn.L (60th). Tn.L merupakan kepala keluarga dari Ny. N (51th) dan kedua anaknya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang dapat menimbulkan perilaku aneh, tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengelola, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diprakarsai secara internal atau eksternal

Lebih terperinci