III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Pendekatan model ekonomi perikanan pertama kali ditulis oleh Gordon

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Pendekatan model ekonomi perikanan pertama kali ditulis oleh Gordon"

Transkripsi

1 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Model Ekonom Perkanan Pendekatan model ekonom perkanan pertama kal dtuls oleh Gordon (1954), yang dalam artkelnya menyatakan bahwa sumberdaya perkanan pada umumnya bersfat akses terbuka (open access) sehngga sapa saja dapat memanfaatkannya. Dkatakan pula bahwa permasalahan perkanan banyak terfokus pada maksmsas hasl tangkapan dengan mengabakan faktor produks dan baya yang dgunakan dalam perkanan. Para ahl bolog memberkan perlakuan pada nelayan sebaga varabel eksogen dalam model analssnya dan perlaku nelayan tdak dntegraskan ke sebuah teor bonomk yang sstematk dan umum. Keadaan tersebut mendasar Gordon dalam memula analssnya berdasarkan konsep produks bolog kuadratk yang kemudan dkembangkan oleh Schaefer (1957), selanjutnya konsep dasar boekonom yang dtemukan dkenal dengan stlah teor Gordon-Schaefer. Untuk memaham konsep boekonom, maka dalam penjelasannya ddasar oleh konsep dasar bolog perkanan (konsep Gordon). Dmsalkan bahwa pertumbuhan populas kan pada perode t (dx/dt) pada suatu daerah tertentu adalah fungs dar jumlah asal populas asal kan (x). Secara matematk hubungan tersebut dtulskan sebaga : dx = f (x) (3.1) dt Oleh karena kta asumskan bahwa daerah tersebut terbatas, secara rasonal kta bsa asumskan bahwa populas kan tersebut tumbuh secara proporsonal terhadap populas asal, atau secara matemats dtulskan : dx = rx (3.2) dt

2 Dmana r dalam stlah bolog perkanan serng dsebut dengan ntrnsc growth rate, yakn pertumbuhan alamah (nataltas dkurang mortaltas) atau serng juga dkatakan laju pertumbuhan tercepat yang dmlk oleh suatu jens kan. Dalam stuas deal, laju pertumbuhan populas kan dapat terjad secara eksponensal, namun karena keterbatasan daya dukung lngkungan, ada ttk maksmum dmana laju pertumbuhan tersebut akan menurun bahkan berhent. Ttk maksmum n basanya dsebut dengan carryng capacty. Dalam model kuadratk (logstk), dasumskan bahwa laju pertumbuhan populas kan adalah propors perbedaan antara carryng capacty (K) dengan populas (x). Secara matematk, hubungan tersebut adalah : dx dt ( K x) = rx (3.3) x = rx (3.4) K Persamaan (3.3) atau (3.4) dalam lteratur perkanan dkenal dengan persamaan logstk (Sejo et al., 1998). Dar persamaan matemats (3.4) terlhat bahwa dalam konds kesembangan (equlbrum) (dx/dt = 0) populas akan sama dengan carryng capacty. Sedangkan maksmum pertumbuhan akan terjad pada konds setengah dar carryng capacty. Persamaan pertumbuhan logstk (persamaan 3.4) menunjukkan bahwa perkanan belum mengalam eksplotas dan faktor produks (tangkap) belum dmasukkan ke dalam model. Untuk mengeksplotas sumberdaya kan d suatu peraran, dbutuhkan berbaga sarana yang merupakan faktor masukan (nput) yang basa dsebut dengan effort (upaya). Dalam perkanan, effort dpaham sebaga ndeks dar berbaga nput sepert tenaga kerja, kapal, alat tangkap dan sebaganya

3 yang dbutuhkan dalam suatu aktvtas penangkapan. Hubungan antara tngkat pertumbuhan alamah (logstk) dengan upaya tangkap (fshng effort) merupakan dnamka populas stok kan dlaut yang dgambarkan dalam model surplus produks. Laju pertumbuhan stok kan, dx/dt, dtentukan oleh kemampuan reproduks alamah dan jumlah kan yang dtangkap dar stok kan tersebut. Secara matemats, laju pertumbuhan stok kan dapat drumuskan sebaga berkut : dx = f ( x) C... (3.5) dt dmana, f(x) adalah laju pertumbuhan alamah dar stok kan x dan C adalah jumlah kan yang dtangkap pada waktu tertentu (C = c(t)), memlk hubungan proporsonal terhadap upaya penangkapan (E). Bla E merupakan ndeks dar beberapa sarana produks termasuk kapal dan alat tangkap standar, maka jumlah kan yang dtangkap (Catch, C) dapat dhtung dengan persamaan : C = q. Ex... (3.6) Dengan adanya aktvtas penangkapan, maka persamaan (3.5) menjad : dx x = f ( x) C = rx(1 ) q. Ex... (3.7) dt K Persamaan (3.7) dlustraskan pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa jka upaya tangkap tetap terus-menerus bertambah, ternyata tdak menghaslkan tangkapan yang lebh besar. Kesmpulan yang dapat dambl bahwa, tngkat eksplotas semacam n tdak efsen secara ekonoms, karena tngkat penangkapan yang sama harus dlakukan dengan tngkat effort yang lebh besar. Hal n dsebabkan oleh baya dkeluarkan pada saat hasl tangkapan kan C 3 lebh besar dbandng baya C 1. Untuk tu dperlukan aspek ekonom dalam menjelaskan tngkat efsens dan optmas penangkapan kan.

4 Catch, C C 1 =q.ex 1 C 2 = q.ex 2 C 2 C 3 = q.ex 3 C 1 dan C 3 E 1 E 2 E 3 Effort, E Gambar 1. Pengaruh Upaya Tangkap terhadap Hasl Tangkapan (Sejo et al., 1998) Sebelum menjelaskan aspek ekonom, terlebh dahulu akan djelaskan penurunan kurva tangkapan lestar dar Gambar 1. Dengan menggunakan persamaan (3.4) dan persamaan (3.6), kurva tangkapan yang lestar (sustanable yeld) sebaga fungs dar effort dapat dmodfkas menjad persamaan (3.7). Dalam konds kesembangan jangka panjang (long run), maka persamaan (3.7) dapat dtuls sebaga : x qex = rx (3.8) K sehngga kalau kta pecahkan persamaan tersebut untuk x, akan dperoleh : qe x = K (3.9) r sekarang jka kta substtuskan persamaan (3.9) ke persamaan (3.6), maka akan dperoleh fungs tangkap lestar (sustanable yeld) sebaga : qe C = qek (3.10) r 2 K 2 C = ( qk) E ( q ) E (3.11) r

5 persamaan (3.10) secara sepntas mrp dengan persamaan (3.4), dmana hasl tangkapan, C (Yeld) kuadratk terhadap effort dan jka dgambarkan menunjukkan sebuah parabola yang menggambarkan fungs produks perkanan dalam jangka panjang, dmana yeld tergantung dar tngkat fshng effort dalam sebuah kesembangan populas yang dsebut dengan sustanable yeld. Kurva tangkap lestar dapat dgambarkan sebagamana Gambar 2. Yeld, Y MSY Effort, E Gambar 2. Kurva Stats Schaefer (Clark et al., 1985) K jka dasumskan = qk dan β = q 2, maka persamaan (3.11) dapat dtulskan : r C 2 = E E... (3.12) α β Dcatat dsn bahwa ttk MSY pada Gambar 2 dperoleh dengan cara menurunkan persamaan hasl tangkapan lestar (3.12) terhadap upaya tangkap, sehngga : E MSY 2 C = α MSY... (3.13) 4β Koefsen parameter produks lestar ( dan ) dapat destmas melalu analss regres sederhana, dengan menggunakan model Schaefer berkut : C E = α βe... (3.14)

6 Berdasarkan nla MSY yang dperoleh dar model Schaefer, Gordon menambahkan faktor ekonom dengan memasukkan faktor harga dan baya. Dmsalkan harga persatuan unt kan sebaga p (Rp/kg) dan baya per satuan effort, kemudan kta kalkan harga tersebut dengan MSY (C), maka akan dperoleh kurva penermaan sebaga total revenue (TR) = pc. Sedangkan kurva baya kta asumskan lnear terhadap effort, sehngga fungs baya menjad TC = ce. Dasumskan harga p kan dan baya c dar upaya tangkap konstan, maka dperoleh keuntungan (rente) bersh suatu ndustr perkanan, melalu persamaan matemats berkut (Clark, 1980) : t = pc t ce t = (pqx t c)e t... (3.15) Kesembangan bonomk dar suatu level bomassa x merupakan determnan dar sehngga : x = c pq... (3.16) Kalau kta gabungkan fungs penermaan dan fungs baya tersebut dalam satu gambar maka akan dperoleh kurva sepert pada Gambar 3. Gambar 3a menunjukkan nt dar teor Gordon mengena kesembangan boekonom. Dalam konds open access, suatu perkanan akan mencapa ttk kesembangan pada tngkat effort E dmana penermaan total (TR) sama dengan baya total (TC). Dalam hal n, pelaku perkanan hanya menerma rente ekonom sumberdaya = nol. Tngkat effort pada poss n adalah tngkat effort kesembangan yang oleh Gordon dsebut sebaga boeconomc equlbrum of open access fshery. Pada setap tngkat effort d bawah E (msalkan d ttk E 0 ) penermaan total akan melebh baya total.

7 TR/TC MSY TC = ce MEY rent TR = p.c(e) TR/TC E o E Effort,E (a) a e b c d c = MC= AC 0 E o E Effort,E MR (b) AR Gambar 3. Model Statk Boekonom Gordon-Schaefer (Schaefer, 1957) Jka dlhat dar ss penermaan rata-rata, penermaan margnal dan baya margnal dar penurunan konsep penermaan total dan baya total pada Gambar 3b, terlhat bahwa setap ttk d sebelah kr E, penermaan rata-rata per setap unt effort lebh besar dar baya rata-rata per unt. Rente yang dterma dar pengelolaan sumberdaya kan sebesar abce untuk effort E o. Konds n tdak saja menark mnat pelaku perkanan yang baru, akan tetap juga memungknkan pelaku perkanan yang sudah ada untuk menambah daya kompetsnya dengan cara menambah daya mesn

8 dan membuat kapal lebh besar. Sebalknya pada ttk-ttk d sebelah kanan E baya rata-rata per satuan upaya lebh besar dar penermaan rata-rata per unt. Konds n akan memaksa nelayan untuk keluar dar perkanan atau mengurang daya kompetsnya. Dar Gambar 3b jelas terlhat bahwa hanya pada tngkat effort E konds kesembangan dperoleh. Dengan demkan hanya pada tngkat effort E kesembangan tercapa sehngga entry dan ext tdak terjad. Kalau kta lhat kembal Gambar 3a, d atas keuntungan lestar (sustanable proft) akan dperoleh secara maksmum pada tngkat effort E o dmana jarak vertkal terbesar antara penermaan dan baya dperoleh (gars bc). Dalam lteratur perkanan, tngkat effort E o serng dsebut sebaga Maxmum Economc Yeld (pertumbuhan ekonom maksmum), dsngkat MEY. Kalau kta bandngkan tngkat effort pada kesembangan open access dengan tngkat effort optmal secara socal (E ), maka pada konds open access tngkat effort yang dbutuhkan jauh lebh banyak dar yang semestnya untuk mencapa keuntungan optmal yang lestar. Dar sudut pandang lmu ekonom, kesembangan open access menjadkan tmbulnya alokas yang tdak benar (msalocaton) dar suberdaya alam. Karenanya, kelebhan sumberdaya (tenaga kerja, modal) yang dbutuhkan untuk perkanan bsa dalokaskan untuk kegatan ekonom lannya yang lebh produktf. Inlah sebetulnya nt predks Gordon bahwa open access akan menmbulkan konds economc overfshng Karakterstk dan Pemecahan Masalah Sumberdaya Perkanan Tangkap Indonesa memlk sumberdaya laut yang besar bak dtnjau dar kuanttas maupun keragamannya. Keragaman sumberdaya laut untuk jens kan dketahu terdapat jens kan pada kolom peraran yang sama, jens rumput laut dan jens moluska. Keragaman sumberdaya laut tersebut merupakan salah

9 sumber pertumbuhan baru perekonoman, jka pengelolaannya dlakukan secara optmal. Terlebh lag dengan akan dberlakukannya lberalsas perdagangan d abad 21 n, maka terbuka peluang produk-produk perkanan untuk dapat bersang dalam perdagangan nternasonal sekalgus dapat menghaslkan devsa negara. Keragaman sumberdaya laut merupakan sumber proten hewan yang tngg khususnya untuk asam amno tak jenuh, atau dkenal dengan kandungan OMEGA-3 yang sangat bermanfaat bag pertumbuhan dan perkembangan jarngan otak Sektor perkanan juga merupakan salah satu alternatf dalam penyedaan lapangan kerja d saat semakn semptnya lahan pertanan d wlayah daratan dan semakn tnggnya persangan tenaga kerja d bdang ndustr dan jasa. Potens perkanan yang cukup besar d era otonom daerah membuka peluang untuk dkembangkan guna menngkatkan penyedaan lapangan kerja (Dahur, 2001). Monntja (1987) mengemukakan bahwa pengembangan usaha perkanan tangkap secara umum dlakukan melalu penngkatan produks dan produktvtas usaha perkanan. Tujuannya adalah untuk menngkatkan pendapatan petan dan nelayan, Produk Domestk Bruto, devsa negara, gz masyarakat dan penyerapan tenaga kerja, tanpa mengganggu atau merusak kelestaran sumberdaya perkanan. Aspek yang perlu dpertmbangkan dalam pengembangan usaha perkanan yakn aspek bolog, tekns (teknolog), ekonoms dan sosal-budaya. Secara bologs, sumberdaya perkanan memlk kemampuan bertambah banyak maupun berkurang. Ketka penangkapan kan dperaran dlakukan, maka akan terjad perubahan stok kan atau potens sumberdaya perkanan. Besarnya perubahan persedaan sumberdaya perkanan dapat dlakukan dengan pendugaan sedaan (stock assessment). Metode yang menghaslkan pendugaan yang bak dan efsen adalah dengan menganalss hubungan antara upaya tangkap (fshng effort)

10 dengan hasl tangkapan per upaya (Catch Per Unt Effort = CPUE). Dar analss tersebut akan dperoleh nla sedaan (stock) dan potens tangkapan lestar (MSY) yatu jumlah berat tangkapan maksmum yang tdak membahayakan kelestaran sumberdaya perkanan (Sparre dan Venema, 1999). Dketahunya nla potens sumberdaya, secara ekonom maka dapat djabarkan kombnas jumlah unt usaha penangkapan yang dapat dkembangkan d suatu wlayah peraran. Selama n aspek bolog secara parsal telah mendapat perhatan yang cukup besar, sementara aspek ekonom serta nteraks boekonom belum begtu dperhatkan. Interaks boekonom bersfat dnams, perubahan temporal yang terjad pada faktor ekonom akan menentukan pola dan dnamka pemanfaatan sumberdaya perkanan. Karena tu, untuk memperoleh manfaat yang optmum serta pengelolaan yang berkelanjutan, maka hubungan dnams antara faktor bolog (sumberdaya perkanan) dan faktor ekonom perlu dketahu. Secara ekonom, pengelolaan perkanan dtujukan untuk memaksmalkan pendapatan daerah. Pencapaan pendapatan maksmum, nelayan dhadapkan pada berbaga faktor pembatas, sepert potens sumberdaya, harga nput-output sumberdaya, tenaga kerja, modal, nfrastruktur, faktor musm dan nput penunjang lannya. Untuk memecahkan masalah tersebut, maka aspek perencanaan dalam mengalokaskan sumberdaya yang terseda harus dlakukan secara optmal, dengan pendekatan program lnear (Lnear Programmng). Namun, pada konds tertentu, pengelolaan perkanan tdak hanya menekankan pencapaan tujuan pendapatan maksmum, akan tetap juga mempertmbangkan pemenuhan permntaan kan (ekspor dan konsums domestk) dan perluasan kesempatan kerja. Sejalan dengan Renstra Perkanan dan Kelautan Propns Sulawes Tengah yang dsnergkan dengan Renstra Kabupaten Morowal, bahwa pengelolaan

11 sumberdaya perkanan tdak hanya dtujukan untuk penngkatan pendapatan rl masyarakat dan nelayan d pessr dan pulau-pulau kecl, akan tetap juga terwujudnya penngkatan nvestas, peluang usaha d sektor perkanan, produks dan ekspor hasl perkanan, menngkatnya kesadaran masyarakat akan pelestaran sumberdaya laut dan wlayah pessr panta serta terpenuhnya permntaan ekspor kan (Tm Penyusun Renstra Perkanan dan Kelautan, 2001). Sehubungan dengan tu, maka aspek perencanaan dan alokas sumberdaya harus mempertmbangkan pencapaan beberapa tujuan pengelolaan perkanan yang optmal. Pendekatan yang dgunakan untuk pemecahan masalah tersebut yakn dengan program tujuan ganda (Multple Goal Programmng) (Lee et al., 1990 ; Pascoe and Mardle, 2001) Model Lnear Goal Programmng Model lnear programmng (LP) mengasumskan bahwa model mempunya satu tujuan yang ngn dcapa yakn maksmsas laba atau memnmsas laba. Dengan formulas satu tujuan n, pemaka model LP dpaksa untuk menyatukan semua tujuan. Dalam prakteknya, penyatuan banyak tujuan tdak selalu dngnkan perusahaan dalam pengamblan keputusannya. Serngkal suatu perusahaan, dsampng ngn memaksmalkan laba, perusahaan juga berupaya untuk menjaga harga jual barang agar tetap rendah, menngkatkan nvestas dalam rset dan pengembangan serta persedaan barang. Tujuan-tujuan yang dngnkan perusahaan dalam kasus tad adalah tdak setaraf, atau bahkan bertentangan dan karenanya tdak dapat dgabung. Untuk menyelesakan masalah sepert n, salah satu jens program lnear yang dgunakan adalah Lnear Goal Programmng (LGP) atau program lnear tujuan ganda (Lee et al., 1990 ; Taylor III, 1993 ; Muslch, 1993).

12 LGP merupakan suatu metode analss dar perluasan model LP sehngga konsep dasar pemrograman lnear sepert asums lneartas, proporsonaltas, adtvtas, dvsbltas dan determstk akan selalu melandas pembahasan model LGP (Nasend dan Anwar, 1985; Lee et al., 1990 ; Taylor III, 1993). Karenanya, LGP menngkatkan fleksbltas LP dengan memasukkan berbaga tujuan tersebut, dsampng tetap dapat menghaslkan suatu solus optmal dalam katannya dengan prortas tujuan (Muslch, 1993). Model LGP menghadrkan sepasang varabel devasonal yang berfungs untuk menampung penympangan atau devas yang akan terjad pada nla ruas kr suatu persamaan kendala terhadap nla ruas kanannya. Bla pada model program lnear, kendala fungsonal menjad pembatas bag usaha pemaksmuman atau pemnmuman fungs tujuan, maka kendala-kendala pada LGP merupakan sarana untuk mewujudkan sasaran yang hendak dcapa, dnyatakan sebaga nla konstanta pada ruas kanan kendala atau dsebut sebaga kendala tujuan (Nasend dan Anwar, 1985). Analss LGP bertujuan untuk memnmumkan jarak antara (devas) target atau sasaran yang telah dtetapkan dengan hasl optmum berdasarkan syarat/katan (sumberdaya dan teknolog), termasuk kendala tujuan. Program lnear memaka skala yang ukurannya dalam unt tetap, msalnya uang rupah atau pun dollar, sedangkan dalam program tujuan ganda kta dapat memaka skala ukuran dalam unt fsk sepert kg, m 3, ton, persen, jumlah mobl, batang pohon, kapal dan sebaganya, sehngga hasl yang dperoleh lebh mendekat kenyataan. Keadaan lan yang membedakan LP dan LGP adalah bahwa dalam perumusan program tujuan ganda, kta memasukkan satu atau lebh tujuan yang langsung berhubungan dengan peubahpeubah devasonal dan menfokuskan prosedur optmsas pada peubah-peubah tersebut dengan jalan tdak memberkan nla pada peubah strukturalnya (X j ).

13 Jad yang dnla dan danalss dalam LGP tu bukanlah tngkat kegatannya, tetap devas dar tujuan, sasaran atau target yang dhaslkan oleh solus optmal. Lee et al. (1990) menyatakan bahwa, model LGP berguna untuk 2 (dua) macam analss yatu : (1) menentukan syarat-syarat pemakaan sumberdaya untuk mencapa beberapa tujuan dengan sumberdaya yang terseda, dan (2) memberkan penyelesaan yang memuaskan menurut masukan yang bermacam-macam, tngkat aspras dan struktur prortas. LGP mampu menangan banyak tujuan dalam berbaga dmens, dmana konvers berbaga faktor dar kerugan dan keuntungan mungkn tdak terlalu dperhtungkan. Beberapa penerapan dan pengembangannya adalah : kasus sumberdaya hutan (Rachman, 2000), perkanan (Panjatan et al., 1995), lahan (Anton, 2001) dan perencanaan pola tanam (Akbar, 2001). Metode analss n mampu memecahkan masalah alokas sumberdaya dalam upaya mendukung kegatan yang dnla efsen (alternatf terbak) untuk mencapa pendapatan maksmum, pemenuhan kebutuhan masyarakat dan dampak dar berbaga alternatf kebjakan terhadap penyerapan tenaga kerja d sektor perkanan Selanjutnya dlakukan analss postoptmal untuk mengetahu dampak dar beberapa perubahan yang terjad terhadap pendapatan, permntaan kan dan kesempatan kerja d suatu wlayah. Perubahan tersebut dapat berupa : (1) perubahan harga output dan penngkatan kuota atau kebutuhan untuk memenuh kebutuhan domestk dan nternasonal, (2) antspas terhadap kebjakan pemerntah dalam penetapan propors suatu jens teknolog penangkapan, skala usaha pengembangannya dan jumlah tangkapan yang dperbolehkan, (3) antspas terhadap penngkatan eksplotas suatu wlayah peraran dan ketersedaan bahan baku bag ndustr pengolahan, dan (4) antspas terhadap pengembangan bag jens tenaga kerja terampl yang dnla terbatas ketersedaannya.

14 Model umum LGP (tanpa faktor prortas dalam strukturnya) adalah sebaga berkut (Nasend dan Anwar, 1985) : m Mnmumkan : Z = W ( d d )... (3.17) Syarat katan : dmana : dan : d - dan d + = W + dan W - a j X j b g kj Ck = 1 m = 1 n = 1 n =1 W + j d j + W + d a X + d d = b g k j X... (3.18) untuk = 1, 2,..., m (tujuan) j atau C k... (3.19)... (3.20) untuk k = 1, 2,..., p (kendala fungsonal) ; j = 1, 2,..., n X j, d -, d +... (3.21) d -, d + = 0... (3.22) = jumlah unt devas yang kekurangan (-) atau kelebhan (+) dar target (b ) = tmbangan atau penalt (ordnal atau kardnal) yang dberkan terhadap unt devas yang kekurangan (-) atau kelebhan (+) dar target (b ) = koefsen fungs kendala tujuan, yatu yang berhubungan dengan tujuan peubah pengamblan keputusan (X j ) = peubah pengamblan keputusan atau kegatan yang kn dnamakan sebaga sub tujuan = tujuan atau target yang ngn dcapa = koefsen teknolog fungs kendala basa (fungsonal) = jumlah sumberdaya k yang terseda. Perlu dkemukakan bahwa koefsen teknolog a j yang berhubungan dengan fungs kendala tujuan dan g kj yang berhubungan dengan fungs kendala fungsonal harus dtetapkan secara khusus dan eksplst. Hal n berart bahwa mbal-bel (trade-off) dantara fungs tujuan tdak perlu dkuantfkaskan, tetap nteraks antara sumberdaya yang satu dengan yang lannya akan memberkan nla yang unk.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos 1, Pabelan,

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/40

OVERVIEW 1/40 http://www..deden08m.wordpress.com OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolo optmal. Perbedaan tentang aset bersko dan aset bebas rsko. Perbedaan preferens nvestor dalam memlh portofolo

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tga konsep dasar yang perlu dketahu untuk memaham pembentukan portofolo optmal, yatu: portofolo efsen dan portofolo optmal fungs utltas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan energ Indonesa menngkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonom dan pertambahan penduduk. Namun sebaga komodtas energ utama, keberadaan cadangan mnyak bum saat n sudah

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

ANALISIS BIOEKONOMI PADA PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BONTANG

ANALISIS BIOEKONOMI PADA PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BONTANG Analss Boekonom Pada Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelangs Besar (Heru Suslo) 25 ANALISIS BIOEKONOMI PADA PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BONTANG (Boeonom Analyss of Bg Pelag Fsh Resoures

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak JURAL MATEMATIKA DA KOMUTER Vol. 6. o., 86-96, Agustus 3, ISS : 4-858 MECERMATI BERBAGAI JEIS ERMASALAHA DALAM ROGRAM LIIER KABUR Mohammad Askn Jurusan Matematka FMIA UES Abstrak Konsep baru tentang hmpunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah JPM IIN ntasar Vol. 01 No. 2 Januar Jun 2014, h. 95-106 OPTIMSI MSLH PNUGSN St Maslhah bstrak Pemrograman lner merupakan salah satu lmu matematka terapan yang bertuuan untuk mencar nla optmum dar suatu

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

MEMBANGUN INVESTASI JARINGAN PELABUHAN IKAN JAWA TIMUR

MEMBANGUN INVESTASI JARINGAN PELABUHAN IKAN JAWA TIMUR MEMBANGUN INVESTASI JARINGAN PELABUHAN IKAN JAWA TIMUR Ed Wdodo Program Stud Teknk Mesn, Unverstas Muhammadyah Sdoarjo ed.umsda@gmal.com Hndarto Program Stud Teknk Informatka, Unverstas Muhammadyah Sdoarjo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 30 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perlaku Ekonom Rumahtangga Petan Rumahtangga merupakan salah satu unt pengamblan keputusan mengena pendapatan dan penggunaannya untuk konsums. Dalam teor ekonom, masalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 13 Memahami dan Menganalisa Optimasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 13 Memahami dan Menganalisa Optimasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah 3 Memaham dan Menganalsa Optmas dengan Kendala Ketdaksamaan. Interpretas Konds Kuhn Tucker Asumskan masalah yang dhadap adalah masalah produks. Secara umum, persoalan maksmsas keuntungan

Lebih terperinci

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian SIFAT-SIFAT ANALISIS REGRESI PowerPont Sldes by Yana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 2007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523 Hal-hal yang akan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pendahuluan. 2.2 Pengukuran Data Kondisi

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pendahuluan. 2.2 Pengukuran Data Kondisi BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendahuluan Model penurunan nla konds jembatan yang akan destmas mengatkan data penurunan konds jembatan dengan beberapa varabel kontnu yang mempengaruh penurunan kondsnya. Data

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci