Learning Disorder (LD)
|
|
- Yulia Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Learning Disorder (LD) Pendahuluan Learning Disorder (LD) merupakan variasi yang dimiliki individu yang menyebabkan hambatan dalam proses belajar, umumnya disebabkan oleh faktor yang tidak/belum teridentifikasikan. Faktor yang tidak teridentifikasi ini mempengaruhi kinerja otak dalam menerima dan memproses informasi. Berikut disajikan definisi LD menurut National Joint Committee on Learning Disabilities (NJCLD): a heterogeneous group of disorders manifested by significant difficulties in the acquisition and use of listening, speaking, reading, writing, reasoning or mathematical abilities. These disorders are intrinsic to the individual and presumed to be due to Central Nervous System Dysfunction. Even though a learning disability may occur concomitantly with other handicapping conditions (e.g. sensory impairment, mental retardation, social and emotional disturbance) or environmental influences (e.g. cultural differences, insufficient/inappropriate instruction, psychogenic factors) it is not the direct result of those conditions or influences. Pelajar yang memiliki LD kurang mampu berusaha dengan lebih keras, memperhatikan atau meningkatkan motivasi diri; mereka membutuhkan bantuan untuk melakukan berbagai hal tersebut. LD tidak terkait dengan kecerdasan dan bukan penyakit. LD disebabkan oleh variasi di otak yang mempengaruhi bagaimana informasi diterima, diproses dan dikomunikasikan kembali. Anak-anak dan dewasa yang memiliki LD memiliki hambatan untuk memproses informasi karena mereka mendengar, melihat dan memahami dunia dengan cara yang berbeda. Guna memahami LD secara lebih sempurna, berikut diberikan analoginya: Mari perhatikan jalur komunikasi telepon. Jika terdapat hubungan kabel yang rusak, tentu akan menggangu jalur komunikasi normal dan mempersulit pemrosesan informasi. Jika layanan tidak bekerja di satu area, perusahaan telekomunikasi dapat memperbaiki masalah dengan membuat sambungan baru. Demikian pula halnya dengan kondisi belajar yang kurang optimal, otak memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan ulang dengan membentuk sambungan baru. Berbagai koneksi baru ini memfasilitasi kemampuan seperti membaca dan menulis yang sebelumnya sulit dilakukan pada koneksi sebelumnya. Variasi ini membuat pelajar yang memiliki LD kesulitan untuk belajar secepat atau dalam cara yang sama seperti mereka yang tidak memiliki LD. Pelajar yang memiliki LD memiliki kesulitan spesifik dalam melakukan kemampuan tertentu atau dalam menuntaskan tugas jika dilepaskan sendiri atau jika diajarkan melalui cara konvensional.
2 LD sangat mempengaruhi kinerja pelajar. Namun dengan penanganan interventif kognitif yang tepat, pelajar yang memiliki LD dapat mengatasi hambatannya. Pelajar dengan LD memiliki tantangan yang unik sepanjang hidupnya. Bergantung pada jenis dan tingkat hambatan, intervensi dapat digunakan untuk membantu pelajar mempelajari strategi yang dapat memperbaiki kondisinya. Orang tua, terapis dan guru merupakan komponen yang tidak terpisahkan dalam membantu pelajar yang memiliki LD untuk berhasil dalam pembelajarannya. Klasifikasi LD Berdasarkan tahap pemrosesan Tahap pemrosesan informasi meliputi: INPUT INTEGRASI MEMORI OUTPUT Input Informasi utamanya dibawa ke otak melalui mata (persepsi visual) dan telinga (persepsi audio). Pelajar dengan LD mungkin memiliki kesulitan dengan keduanya. - Kesulitan persepsi audio (Receptive Language) Pelajar mengalami kesulitan untuk membedakan bunyi halus (fonem) atau mungkin kesulitan untuk membedakan fonem individual secepat normalnya. Kedua permasalahan tersebut dapat berakibat kesulitan pemrosesan dan pemahaman atas apa yang dikatakan. - Persepsi visual Pelajar dapat saja memiliki hambatan membedakan perbedaan halus antara bentuk (grafim). Mereka mungkin berputar atau huruf yang terbalik atau angka (d, b, p, q, 6, 9), sehingga salah membaca simbol. Pada beberapa kasus dapat juga keliru memfokuskan pada halaman yang ditandai dengan banyak kata dan garis. Mereka mungkin terlewatkan kata, baris atau membaca baris yang sama lebih dari satu kali. Integrasi Sekalinya informasi telah direkam di otak (input), tiga tugas lain harus dilaksanakan secara berurutan untuk menciptakan pemahaman atau mengintegrasikan informasi tersebut. Pertama, informasi harus ditempatkan pada urutan yang tepat. Lalu, informasi harus dipahami di luar makna literal, abstraksi. Akhirnya, setiap unit informasi harus diintegrasikan menjadi pemikian lengkap atau konsep, organisasi. Mengurutkan, pelajar mungkin mengalami kesulitan memahami informasi dapat urutan yang tepat. Sehingga, ia mungkin mendapat urutan matematika keliru, atau memilki kesulitan mengingat urutan seperti bulan dari tahun, alfabet, atau tabel perkalian. Atau, ia mungkin menulis laporan dengan semua fakta penting namun tidak pada urutan yang benar. - Abstraksi
3 pelajar mungkin mengalami kesulitan dalam mengacu pada arti dari kata individual atau konsep. Candaan, idiom atau istilah sering kali salah diartikania mungkin memiliki masalah dengan kata yang mungkin memiliki arti yang berbeda bergantung pada bagaimana mereka digunakan. - Organisasi pelajar mungkin mengalami kesulitan mengorganisasi material, kehilangan, atau keluapaan atau salah menempatkan kertas, catatan atau pekerjaan rumah. Ia mungkin kesulitan mengorganisasikan lingkungannya, seperti kamar tidurnya. Beberapa mungkin memiliki masalah dengan mengorganisasikan waktu. Mereka memiliki kesulitan untuk memenuhi tenggat waktu tugas atau datang tepat waktu (Executive Function). Ingatan Terdapat tiga jenis ingatan yang penting bagi pembelajaran. Working memory mengacu pada konsep untuk memegang informasi hingga informasi tersebut bergabung menjadi konsep penuh. Sebagai contohnya, membaca setiap kata hingga akhir dari kalimat atau paragraf dan memahami seluruh kontennya. Short Term Memory merupakan proses aktif dalam menyimpan dan mempertahankan informasi untuk jangka waktu tertentu. Informasi secara temporer tersedia namun tidak tersimpan untuk jangka waktu yang lama. Long Term Memory mengacu pada informasi yang telah disimpan dan tersedia untuk jangka waktu yang lama. Pelajar mungkin memiliki hambatan dengan memori audio atau memori visual. Output Informasi dikomunikasikan dengan sarana kata-kata (output bahasa) atau melalui aktifitas otot seperti menulis, menggambar, bahasa tubuh (output motor). Individu mungkin memiliki hambatan bahasa (juga disebut sebagai ketidakmampuan berbahasa ekspresif) atau hambatan motorik. Penjelasan lebih lanjut mengenai hambatan bahasa dan motori dapat dilihat pada bagian sebelumnya. Klasifikasi LD berdasar fungsi Hambatan motorik Hambatan motorik mengacu pada permasalahan dengan gerakan dan koordinasi, meliputi gerakan motorik halus (menggunting, menulis) atau gerakan motorik kasar (berlari, melompat) ketidakstabilan motorik mengacu sebagai aktifitas output yang mengartikan hal tersebut berhubungan dengan output informasi dari otak. Dalam rangka berlari, melompat, menulis atau menggunting sesuatu, otak harus mampu berkomunikasi dengan alat gerak tertentu untuk menuntaskan aksinya. Indikasi bahwa pelajar memiliki hambatan koordinasi motorik meliputi permasalahan dengan kemampuan fisik yang membutuhkan koordinasi mata-tangan, seperti memegang pensil atau mengancingkan baju. Hambatan Matematis LD terkait matematika sangat bervariasi bergantung pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki pelajar. Kemampuan pelajar untuk melakukan perhitungan matematis akan sangat
4 terpengaruh jika terdapat hambatan bahasa, hambatan visual, hambatan mengurutkan, daya ingat dan mengorganisasikan. Pelajar yang memiliki LD akan mengalami kesulitan dengan ingatan dan mengorganisasikan angka, tanda operasi dan fakta angka (seperti = 10 atau 5 x 5 = 25). Pelajar yang memiliki LD terkait matematis juga mungkin mengalami hambatan dengan prinsip berhitung atau kesulitan mengetahui jam. Seiring dengan pertambahan usia, hambatan matematis yang dihadapi juga akan berubah dan bertambah. Hambatan Bahasa LD terkait dengan bahasa dan komunikasi melibatkan kemampuan untuk memahami atau menghasilkan bahasa lisan. Bahasa juga dianggap sebagai aktifitas output karena membutuhkan pengorganisasian pemikiran di otak dan memanggil kembali kata yang tepat untuk secara verbal menjelaskan sesuatu atau berkomunikasi dengan orang lain. Indikasi LD terkait bahasa melibatkan permasalahan dengan kemampuan komunikasi lisan, seperti kemampuan untuk mengulangi cerita atau kelancaran berbahasa, demikian juga kemampuan untuk memahami arti dari suatu kata, bagian dari perkataan, arah dan lainnya. Hambatan Membaca Terdapat dua jenis LD terkait dengan membaca. Hambatan membaca dasar terjadi ketika terdapat kesulitan memahami hubungan antara suara, huruf dan kata. Pemahaman membaca muncul ketika terdapat ketidakmampuan untuk menangkap arti dari kata, frase dan paragraf. Indikator hambatan membaca antara lain: - Pengenalan huruf dan kata - Pemahaman kata dan ide - Kecepatan dan kelancaran membaca - Kemampuan kosa kata umum Hambatan Menulis LD terkait dengan menulis dapat mellibatkan aktifitas fisik dalam menulis atau aktifitas mental dalam memahami dan mensintesa informasi. Variasi menulis dasar mengacu pada kesulitan membentuk kata dan huruf Ketidakmampuan menulis ekspresif mengindikasikan hambatan untuk mengorganisasikan pemikiran secara tertulis. Gejala dari LD terkait menulis berkisar pada aktifitas menulis, diantaranya: - Kerapihan dan konsistensi tulisan - Akurasi meniru huruf dan kata - Konsistensi pengejaan - Organisasi tullisan dan koherensi Hambatan pemrosesan auditori dan visual
5 Mata dan telinga merupakan sarana utama dalam mengantarkan informasi ke otak, proses yang sering kali disebut input. Jika mata atau telinga tidak bekerja secara sempurna, tentu akan terjadi hambatan pembelajaran. Profesional sering kali mengacu kemampuan mendengar sebagai kemampuan pemrosesan audio. Kemampuan untuk mengedengar hal secara tepat mempengaruhi sangat kemampuan membaca, menulis dan mengeja. Ketidakmampuan untuk membedakan suara halus, atau mendengar pada kecepatan yang keliru membuat sulit suara untuk keluar dan memahami konsep dasar dari membaca dan menulis. Permasalahan dengan persepsi visual termasuk didalamnya perbedaan halus dalam bentuk, membalik huruf atau angka, melompati kata, melompati baris, salah kedalaman atau jarak atau memiliki kesulitan dengan koordinasi mata-tangan. Dalam kajian terapi hal ini dikenal sebagai pemrosesan visual. Pemrosesan visual dapat mempengaruhi kemampuan motorik kasar dan halus, pemahaman membaca dan matematika. Hambatan sosial dan emosional Terkadang pelajar juga mengalami kesulitan dalam mengekspresikan perasaan, menenangkan dirinya dan membaca tanda non verbal, yang mana dapat mengarah pada kesulitan di ruang kelas dan dengan temannya. Kemampuan sosial dan emosional merupakan area dimana orang tua dapat sangat berperan. Bagi kebanyakan pelajar, namun utamanya bagi mereka dengan LD, kemampuan sosial dan emosional merupakan indikator konsisten untuk sukses, mengalahkan yang lainna, termasuk faktor akademis. Tantangan akademis dapat mengarah pada rendah percaya diri, menarik diri dari pergaulan, namun orang tua dapat mengalahkan hal tersebut dengan menciptakan sistem dukungan yang kuat bagi pelajar dan membantu mereka untuk mempelajari mengekspresikan diri mereka, mengatasi frustasi dan bekerja dengan tantangan. Fokuskan pada pertumbuhan sebagai individu, dan bukan hanya pada pencapaian akademis dapat membantu mereka belajar dengan kebiasaan emosi yang baik dan dengan alat bantu yang tepat untuk sukses. Intervensi Terapi Intervensi terapi difokuskan pada beberapa area berikut: Pemahaman: - Memberikan pelajar kesempatan untuk menguasai pelajar sesuai kemampuannya - Berlatih - Mendapatkan skill sebelum berlanjut ke level selanjutnya Instruksi langsung: - Terstruktur dan direksional - Berfokus pada perencanaan pelajaran untuk peningkatan pemahaman minimal - Rencana belajar tertulis - Interaksi intensif antara guru dan pelajar - sesegera mungkin memperbaiki kesalahan - Pengukuran perkembangan periodik
6 Aktifitas di sekolah (perlu kerja sama dengan sekolah): - Pengaturan posisi duduk - Modifikasi tugas - Modifikasi prosedur tes - Lingkungan yang tenang Metode pembelajaran: - Berbasiskan komputer Intervensi terapi: - Pengembangan konsentrasi - Pengembangan memori - Pengembangan daya baca - Pengembangan ketahan belajar (endurance) - Pemahaman komunikasi - Intervensi instruksional - Pembuatan rencana pembelajaran personal (Individual Educational Plan / IEP) Potensi Pengembangan Pada penanganan yang tepat, pelajar dengan LD dapat mengembangkan kekuatan personalnya. Tidak jarang ditemui pelajar yang memiliki LD memiliki kemampuan yang sangat luar biasa di area tertentu, seperti matematika, bahasa, komputasi dan lainnya. Sehingga mengetahui area kekuatan pelajar dengan LD dan metode penanganannya merupakan hal yang sangat penting. Penanganan juga meliputi pelebaran kemampuannya, sehingga ia dapat merambah ke area lain sekaligus memperbaiki kepercayaan dirinya. Simtopma LD Dengan mengetahui indikasi LD sedini mungkin, akan memperbesar kemungkinan pelajar tersebut berhasil dalam proses pembelajarannya. NCLD (National Center for Learning Disabilities) membuat daftar periksa (checklist) yang meliputi delapan area yang terimbas oleh LD. Daftar periksa diorganisasikan berdasarkan kemampuan dan grup usia. Gejala dari LD merupakan serangkaian karakteristik yang memperngaruhi perkembangan dan pencapaian. Beberapa dari gejala dapat ditemui pada pelajar selama masa perkembanganya. Namun, seiring pertambahan usia gejala dapat berubah. Gejala yang sering datang: - Durasi atensi rendah - Memori kurang baik - Kesulitan mengikuti instruksi - Ketidakmampuan untuk membedakan huruf, angka atau suara - Kesulitan membaca / menulis - Masalah dengan koordinasi mata-tangan
7 - Kesulitan mengurutkan - Ketidakteraturan dan kesulitan sensorik lainnya - Performa yang berbeda-beda setiap harinya - Meresppon tidak sesuai konteks - Mudah terusik, tidak tenang dan impulsif - Mengatakan satu hal, namun bermaksud hal lain - Sulit berdisplin - Tidak mudah beradaptasi dengan perubahan - Sulit mendengarkan dan mengingat - Kesulitan untuk mengidentifikasi waktu dan membedakan kanan dan kiri - Kesulitan untuk menyuarakan kata - Penulisan huruf yang sering kali terbalik - Penempatan huruf yang tidak sesuai dengan urutan - Kesulitan memahami kata atau konsep - Pengembangan kemampuan bicara yang terhambat - Mendpaat nilai buruk walaupun telah sangat berusaha - Membutuhkan bimbingan yang konstan dan bertahap - Tidak dapat mengingat pemecahan masalah karena mereka tidak memahamai logika yang mendasarinya - Memiliki daya ingat, lisan atau tulisan, yang sangat buruk - Memiliki kesulitan menguasai tugas atau mentranfer kemampuan akademis untuk tugas yang lain - Memiliki pemahaman akan pengetahuan umum namun memiliki hambatan membaca (dyslexia), hambatan menulis (dysgraphia) dan hambatan matematis (dyscalculia) terkait dengan level tersebut - Memiliki kesulitan untuk berkomunikasi dan pemrosesan bahasa ekspresif dan reseptif - Sangat mudah frustasi oleh sekolah dan pekerjaan rumah - Memiliki percaya diri yang rendah Pelajar dengan LD sering kali memiliki perilaku yang cenderung pendiam dan menarik diri. Mereka mudah merasa malu oleh perhatian dan khawatir dengan kemungkinan akan kelemahan akademik mereka terperhatikan orang lain. Adapun prilaku mereka antara lain: - Mudah bosan dan kurang perduli - Tidak tertarik dengan sekolah atau terhambat untuk pergi ke sekolah - Menarik diri dari kelas - Pekerjaan nampak seperti tidak dikerjakan sungguh-sungguh - Repon yang buruk pada pertanyaan - Respon stres fisik, seperti pusing atau kram perut Informasi mengenai PRIMASTUDY (Total Mind Learning - Indonesia) dapat dilihat langsung pada:
8 call : v : F : SMS :
Kuliah 3 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi
Kuliah 3 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Learning disability? LD adalah istilah umum untuk menggambarkan kondisi sso yang mempengaruhi cara belajar dan keberfungsiannya di dalam kehidupan sehari-hari. Di bawah
Lebih terperinciKESULITAN BELAJAR SPESIFIK
KESULITAN BELAJAR SPESIFIK PENGERTIAN IDEA (1997) : Anak-anak yang mengalami hambatan / penyimpangan pada satu / lebih proses-proses psikologis dasar yg mencakup pengertian / penggunaan bahasa baik lisan
Lebih terperinciDYSGRAPHIA DAN DISCALCULIA ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI KULIAH 5
DYSGRAPHIA DAN DISCALCULIA ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI KULIAH 5 MENULIS Menulis adalah keterampilan kompleks yang mengkombinasikan gerakan motor dan komponen linguistik yang bertujuan untuk mengkomunikasikan
Lebih terperinci2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan terdapat proses yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya, yaitu proses belajar dan proses mengajar yang saling
Lebih terperinciKesulitan belajar mengacu kepada sekelompok gangguan (disfungsi sistem saraf pusat) yang heterogen yang muncul dalam bentuk berbagai kesulitan dalam
Kesulitan belajar oleh: Imas Diana Aprilia Kesulitan belajar mengacu kepada sekelompok gangguan (disfungsi sistem saraf pusat) yang heterogen yang muncul dalam bentuk berbagai kesulitan dalam mendengarkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang
Lebih terperinci1. DEFINISI MURID TUNA CAKAP BELAJAR
BIMBINGAN BAGI MURID TUNA CAKAP BELAJAR APRILIA TINA L 1. 1. DEFINISI MURID TUNA CAKAP BELAJAR Tuna cakap belajar (Learning Disabilities/LD) Cenderung bersifat internal Pandangan Ahli ttg LD: a. Ahli pendidikan:
Lebih terperinciKURIKULUM TULIS bimba-aiueo
KURIKULUM TULIS bimba-aiueo 1. MOTORIK KASAR 2. MOTORIK HALUS KAPAN ANAK SIAP DILATIH MOTORIK HALUS? Ketika anak sudah cukup mampu melakukan motorik kasar. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTORIK HALUS DICAPAI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Momi Mahdaniar, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses belajar mengajar aktifitas membaca, menulis dan berhitung merupakan hal penting yang dilakukan di sekolah, terutama di kelaskelas dasar, ketiga hal di
Lebih terperinciLAYANAN PSIKOLOGIS UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS. Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
LAYANAN PSIKOLOGIS UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Permasalahan Sekolah memberikan perlakuan yang sama dan bersifat klasikal kepada semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak dijumpai berbagai macam gangguan psikologis yang terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention Deficit Disorder) atau yang
Lebih terperinciPedologi. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar. Yenny, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Pedologi Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Gangguan attention-deficit hyperactivity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning adalah belajar, disability artinya ketidak mampuan sehingga terjemahannya menjadi ketidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut Paud merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak di kemudian
Lebih terperinciBERBAGAI MACAM KESULITAN BELAJAR YANG DAPAT DIKETAHUI SEJAK AWAL
BERBAGAI MACAM KESULITAN BELAJAR YANG DAPAT DIKETAHUI SEJAK AWAL Dalam menjalankan proses pendidikan di TK, pengenalan dasar-dasar akademik seperti membaca, menulis, dan menghitung juga sangat penting.
Lebih terperinciMerayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd
Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu kelas 3 SLB Negeri Binjai Oleh: Pendahuluan Anak berkebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun perilakunya (gerakan anggota tubuh). Tubuh manusia akan terlihat kelenturannya apabila sering
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ANAK BERKESULITAN BELAJAR
KARAKTERISTIK ANAK BERKESULITAN BELAJAR Setelah Anda mempelajari definisi,penyebab dan jenis-jenis kesulitan belajar yang dibahas pada kegiatan belajar 1, pembelajaran akan dilanjutkan dengan membahas
Lebih terperinciAPHASIA. Klasifikasi Gangguan Bahasa
APHASIA Bahasa merupakan sesuatu yang paling kompleks dari perilaku yang ditunjukkan oleh manusia, karena bahasa melibatkan memori, belajar, keterampilan penerimaan pesan, proses, dan ekspresi. Sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Salah satu keterampilan yang penting dan harus dikuasai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini dalam perjalanan umur manusia merupakan periode penting bagi pembentukan otak, intelegensi, kepribadian, memori, dan aspek perkembangan yang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Proses belajar dimulai sejak manusia dilahirkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tertulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, atau menghibur. Menulis
Lebih terperinciCHEPY CAHYADI, 2015 SISTEM PAKAR DIAGNOSA GANGGUAN BELAJAR KHUSUS (LEARNING DISABILITY ) PADA ANAK DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER (DS)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan tahap awal manusia dalam proses belajar. Proses anak-anak inilah yang nantinya akan berdampak pada proses-proses ke depannya. Untuk itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun. Dalam kelompok ini dicakup bayi hingga anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat. Ia banyak memperlihatkan, membicarakan atau menanyakan tentang berbagai hal
Lebih terperinciSISWA DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI KULIAH 6 ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI
SISWA DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI KULIAH 6 ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI KOMUNIKASI Komunikasi : proses seseorang dalam menyampaikan ide, perasaan, pendapat, atau pesan ke orang lain, juga termasuk menerima
Lebih terperinciMELATIH MOTORIK ANAK DOWN SYNDROME DENGAN METODE PERSIAPAN MENULIS DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA
MELATIH MOTORIK ANAK DOWN SYNDROME DENGAN METODE PERSIAPAN MENULIS DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Disusun Oleh : AFRIYAN QAHARANI NIM.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. komponen keterampilan yang harus diperhatikan dan dilatih, yaitu keterampilan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Untuk meningkatkan keterampilan manusia dalam berbahasa, terdapat empat komponen keterampilan yang harus diperhatikan dan dilatih, yaitu keterampilan
Lebih terperinciKhanti Sebagai Kekuatan Mendidik Bagi Guru TK. Wiska Wijaya NIM Masa usia dini anak merupakan masa keemasan (golden ages), usia 0-8
Khanti Sebagai Kekuatan Mendidik Bagi Guru TK Wiska Wijaya NIM 0250111010489 Masa usia dini anak merupakan masa keemasan (golden ages), usia 0-8 tahun merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengacu pada perundang-undangan yang berlaku, tentang pengertian pendidikan telah disebutkan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Lebih terperinciLAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.
LAMPIRAN LAMPIRAN Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Tingkat Aktifitas Tingkat aktifitas Gelisah, Terlalu lelah Jumlah pergerakan tidak
Lebih terperinciDeteksi Potensi Kesulitan. Yusi Riksa Yustiana PPB FIP UPI
Deteksi Potensi Kesulitan Belajar Siswa Yusi Riksa Yustiana PPB FIP UPI KESULITAN BELAJAR Hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam : menyesuaikan diri dengan situasi pembelajaran/ pendidikan, mengikuti
Lebih terperinciTahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk
Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk Tahun ajaran baru selalu membuat orang tua menjadi sibuk. Selain mencari sekolah yang dianggap baik, juga biaya yang semakin mahal dan anak juga harus disiapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak normal, usia 6 tahun merupakan masa yang paling sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa mendatang. Bayi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara. mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini, karena usia dini berada pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi ini dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasangan suami istri umumnya mengharapkan adanya anak dalam keluarga mereka. Mereka tentu menginginkan anak-anak untuk melengkapi kehidupan keluarga yang
Lebih terperincilambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh Proses menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Menulis Pada hakekatnya, menulis ialah menurunkan atau menuliskan lambang lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang keberadaannya kini sudah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang keberadaannya kini sudah menjadi sebuah kebutuhan penting bagi penduduk di hampir seluruh dunia. Di Indonesia sendiri
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH
PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH Devita Vuri Guru SDN Karawang Kulon II Kabupaten Karawang Abstrak Pembelajaran bahasa di SD kelas rendah
Lebih terperinciGambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment
A. Hakikat Perkembangan Fisik dan Motorik Perkembangan fisik berkaitan dengan adanya pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang. Perkembangan fisik mudah teramati dengan ditandai adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris sebagai salah satu media yang mutlak kebutuhannya. Tanpa kemampuan berbahasa Inggris
Lebih terperinciPengembangan Kemampuan Berkomunikasi pada Anak Cerebral Palsy. Musjafak Assjari (PLB-FIP-UPI)
Pengembangan Kemampuan Berkomunikasi pada Anak Cerebral Palsy Musjafak Assjari (PLB-FIP-UPI) 1. Perkembangan Bahasa 2. Bagaimana Kondisi Anak Cerebral Palsy (CP) 3. Kemampuan Berbahasa Anak Cerebral Palsy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Agustiana, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan anak dengan kebutuhan khusus yang memiliki intelegensi jelas-jelas berada dibawah rata-rata yang disertai dengan kurangnya dalam
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada
BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada kelompok eksperimen sebesar 57,23 dan kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak
Lebih terperincitahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan
3). Di Indonesia, berdasarkan access economics pty limited jumlah penderita demensia pada tahun 2005 adalah 606.100 orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi 1.016.800 orang dan pada tahun 2050 menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah masa prasekolah (4-5
Lebih terperinciJASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016
Pengaruh Metode Senam Otak Melalui Gerakan Arm Activation Terhadap Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan Anak Cerebral Palsy Spastic Di SLB D YPAC Bandung Nera Insan N, Nia Sutisna Departemen Pendidikan
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkebutuhan khusus merupakan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan yang terdapat pada anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus salah satu tujuannya adalah agar anak dapat mengurus diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Agar dapat mengurus
Lebih terperincidi sekolah maupun di luar sekolah. Anak yang mengalami gangguan belajar biasanya akan
Gangguan Belajar pada Anak Oleh : Safriani Yovita Masalah gangguan belajar pada anak-anak kerap kali ditemukan. Masalah ini timbul bisa di sekolah maupun di luar sekolah. Anak yang mengalami gangguan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Perilaku yang kita ketahui, baik pengalaman kita sendiri ataupun
Lebih terperinciE-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
PREVALENSI ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN PAUH PADANG Oleh: Fitria Masroza Abstract This research background of differences in perception or perspective teachers of children who
Lebih terperinciMengenal kesulitan belajar
Mengenal kesulitan belajar Alfikalia Knowledge Sharing Universitas Paramadina 1 Oktober 2014 Apa itu kesulitan belajar Sekelompok gangguan yang termanifestasi dalam bentuk kesulitan yang signifikan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia Sesuai dengan fungsinya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek yang ada selama proses membaca juga bekerja dengan sangat kompleks. Tahapan membaca merupakan
Lebih terperinciFUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB
FUNGSI LUHUR Oleh : dr. Euis Heryati Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB FUNGSI LUHUR FUNGSI YANG MEMUNGKINKAN MANUSIA DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN JASMANI DAN ROHANI SESUAI DENGAN NILAI
Lebih terperinciKEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Muh. Jabir
KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Muh. Jabir STAIN Datokarama Palu, Jl. Diponegoro 23 Palu e-mail:muh.jabir@ymail.com Abstrak Menurut para ahli linguistik, ada empat kemahiran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun juga menggunakan, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum mengenal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan motorik merupakan proses belajar bagaimana tubuh menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik dirasakan sepanjang daur kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia ( Depdiknas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan untuk anak dalam rentang usia empat sampai dengan enam tahun yang sangat penting untuk mengembangkan
Lebih terperinciPenggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad
Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bau, rasa, dan sentuhan. Informasi tersebut akan masuk ke dalam pikiran sebagian masuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup di dunia ini penuh dengan informasi yang berupa pemandangan, suara, bau, rasa, dan sentuhan. Informasi tersebut akan masuk ke dalam pikiran sebagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sementara berbahasa adalah proses penyampaian
Lebih terperinciA. KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL
A. KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL Proses belajar mengajar merupakan ciri yang sangat umum dalam dunia pendidikan. Dalam prakteknya tidak selalu berjalan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas, uji coba lebih luas dan uji validasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari dalam kandungan maupun sejak dilahirkan ke bumi. Kemampuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak memiliki potensi kemampuan serta kecerdasan yang luar biasa, baik dari dalam kandungan maupun sejak dilahirkan ke bumi. Kemampuan yang dimiliki tidak bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciINTERVENSI DINI (EARLY INTERVENTION) ANAK MDVI (MULTIPLE DISABILITY VISUALY IMPAIRMENT) Sukinah
INTERVENSI DINI (EARLY INTERVENTION) ANAK MDVI (MULTIPLE DISABILITY VISUALY IMPAIRMENT) Sukinah Apa yang kita lakukan? BAGAIMANA CARANYA Melalui asesmen : PAVII (Parents and Visually Impairment Infants)
Lebih terperinciII. Deskripsi Kondisi Anak
I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bermain merupakan aktivitas yang penting dilakukan oleh anak-anak. Sebab dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Moeslichatoen
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan
5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematis NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan suatu cara dalam berbagi ide-ide dan memperjelas suatu pemahaman. Within (Umar, 2012)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tertulis untuk tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau menghibur. Menulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma terkini tentang pendidikan bagi anak usia dini telah menumbuhkan pendekatan yang holistik. Anak dipandang sebagai individu yang utuh sehingga membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mengembangkan dirinya dengan mengadakan interaksi dengan orang lain melalui bahasa. Melalui bahasa diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
Lebih terperinciMENANGANI ANAK KESULITAN BELAJAR MEMBACA. Supriasmoro Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
MENANGANI ANAK KESULITAN BELAJAR MEMBACA Supriasmoro Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak. Membaca merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Belajar membaca dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, termasuk dalam hal pendidikan. Orangtua berharap anaknya bisa mendapat
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya
4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek
Lebih terperinciADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Kuliah 8 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Kuliah 8 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi DEFINISI ADHD Ialah : anak yang memiliki kesulitan memusatkan perhatian dan mempertahankan fokus pada tugas yang sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa anak anak, bermain merupakan dasar bagi perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa anak anak, bermain merupakan dasar bagi perkembangan karena bermain itu merupakan segi dari perkembangan dan sumber energi bagi perkembangan mereka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKESULITAN BELAJAR SPESIFIK TIPE DISLEKSIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
METODE PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKESULITAN BELAJAR SPESIFIK TIPE DISLEKSIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA Nurul Hidayati Rofiah, M.Pd.I Program Studi PGSD FKIP UAD Email: nurulhidayatirofiah@ymail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang unik, dimana anak selalu bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk. pendidikan Sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan Sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan prasekolah, tugas utama TK adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai
Lebih terperincitongue)nya. Kondisi ini membuat penguasan siswa terhadap bahasa asing selalu kembali
7 Mitos seputar pembelajaran bahasa asing MITOS SEPUTAR PEMBELAJARAN BAHASA ASING B agi bangsa Indonesia, pembelajaran bahasa Inggris diposisikan sebagai pembelajaran bahasa asing (English as Foreign Language)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggarannya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
Lebih terperinci