FUNGSI DAN PERAN SCRUB NURSE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FUNGSI DAN PERAN SCRUB NURSE"

Transkripsi

1 Lampiran 1 FUNGSI DAN PERAN SCRUB NURSE A. Pre Operasi ; 1. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan dokumentasi perawatan pasien selama pre operasi, 2. Menyiapkan lingkungan kamar bedah dalam keadaan siap pakai meliputi ruang pembedahan dan perlengkapan dasar kamar bedah (basic equipment), 3. Menyiapkan instrumen steril sesuai dengan jenis pembedahan, 4. Menyiapkan linen dan sarung tangan steril sesuai dengan kebutuhan pembedahan, 5. Menyiapkan berbagai perlengkapan persediaan bahan habis pakai (antara lain : kassa, benang, pisau operasi, jarum suntik dan desinfektan), 6. Menyiapkan perlengkapan penunjang operasi dengan tepat dan benar. B. Intra Operasi : 1. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan dokumentasi perawatan pasien selama intra operasi, 2. Melakukan cuci tangan bedah dengan baik dan benar, 3. Menggunakan jas operasi dan sarung tangan steril, 4. Menata instrumen dan perlengkapan steril sesuai jenis pembedahan, baik di meja mayo maupun di meja tray, 5. Bersama-sama dengan perawat sirkuler menghitung berbagai perlengkapan : kassa, instrumen, jarum, depper dan lain-lain, 6. Mengatur posisi pasien, 7. Melaksanakan prinsip tehnik antiseptik, 8. Melakukan prosedur drapping, 9. Mengendalikan instrumen dan alat-alat secara baik dan benar sesuai kebutuhan, 10. Melakukan penghitungan jumlah instrumen dan bahan habis pakai (kassa, depper, tampon, dll) yang digunakan sebelum penutupan luka. C. Post Operasi ; 1. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan dokumentasi perawatan pasien selama paska operasi, 2. Memeriksa dan menghitung kembali semua instrumen yang digunakan sebelum pasien dipindahkan ke ruang pemulihan, 3. Melakukan fiksasi drain yang digunakan, 4. Mengganti alat tenun dan memindahkan pasien.

2 Lampiran 2 FUNGSI DAN PERAN PERAWAT SIRKULER A. Pre Operasi : 1. Menerima pasien yang akan dilakukan pembedahan di ruang persiapan, 2. Memeriksa kesiapan fisik dan emosional, 3. Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan khusus dari perawat ruangan, 4. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur persiapan pembedahan. B. Intra Operasi : 1. Memantau dan mengkoordinir semua aktivitas selama tindakan pembedahan, 2. Mengontrol suasana fisik dan emosi tim di kamar bedah, 3. Mengendalikan keamanan dan kenyamanan kamar bedah, 4. Sebagai advokator pasien, 5. Mengaplikasikan asuhan keperawatan, 6. Memfasilitasi komunikasi dengan tim bedah, 7. Mengidentifikasi kemungkinan lingkungan yang berbahaya. C. Post Operasi : 1. Memastikan kembali kelengkapan semua instrumen yang digunakan sebelum pasien dipindahkan ke ruang pemulihan, 2. Mengganti alat tenun dan memindahkan pasien, 3. Memastikan fungsi drain yang digunakan berjalan dengan baik, 4. Mendokumentasikan semua tindakan yang dilakukan selama proses pembedahan, 5. Melakukan monitoring ABC, hemodinamik, kesadaran dan lain-lain.

3 Lampiran 3 PERAN PERAWAT ASISTEN 2 DAN KEPALA RUANGAN A. Perawat Asisten II 1. Menjadi asisten II operator untuk kelancaran tindakan operasi, 2. Mampu berkerjasama dan berkomunikasi dengan tim bedah, 3. Menjadi asisten I apabila asisten I (dokter ) tidak ada. B. Kepala Ruangan 1. Mengelola kamar bedah, 2. Sebagai advokator pasien dan staf, 3. Sebagai peneliti untuk pengembangan kamar bedah, 4. Sebagai pembimbing kepada staf dan mahasiswa keperawatan, 5. Sebagai komunikator dalam tim bedah.

4 Lampiran 4 KOMPETENSI PERAWAT KAMAR OPERASI A. Scrub Nurse: 1. Mampu menyiapkan pasien untuk tindakan operasi (kelengkapan data dan kondisi pasien pre operasi), 2. Mampu melakukan standard precaution (Pencegahan dan pengendalian infeksi), 3. Mampu menyiapkan lingkungan kamar bedah, 4. Mampu menyiapkan instrumen bedah, linen dan persedian alat kesehatan, 5. Mampu mengendalikan kestabilan emosi, 6. Mampu melaksanakan prosedur patient safety. B. Perawat Sirkuler : 1. Mampu sebagai scrub nurse, 2. Mampu menyiapkan pasien memasuki area semi ketat/ ruang induksi, 3. Mampu bekerja sama dengan tim bedah, 4. Mampu memantau kesadaran pasien dan hemodinamik dan keseimbangan cairan, 5. Mampu menyiapkan dan mengantisipasi kekurangan peralatan serta bahan habis pakai dalam waktu cepat, 6. Mampu melakukan persiapan akhir pasien operasi, 7. Mampu melakukan supervisi dan pembelajaran klinik, 8. Mampu memfasilitasi komunikasi antara team bedah dan pasien, 9. Memiliki kemampuan kepemimpinan, 10. Mampu melakukan supervisi, memberikan saran dan bimbingan. C. Perawat Asisten II 1. Mampu sebagai perawat sirkuler, 2. Mampu menjadi asisten operator dalam melakukan tindakan operasi, 3. Memiliki kemampuan teknik aseptik anti septik, 4. Mampu melakukan persiapan akhir pasien operasi, 5. Memahami anatomi dasar tubuh, fisiologi, penyembuhan luka yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.

5 Lampiran 4 D. Perawat Kepala Ruangan : 1. Mampu mengelola perawatan kamar operasi, 2. Mampu mengkoordinasikan antara pasien, tim bedah dan tim anestesi, 3. Mampu menyusun rencana kebutuhan tenaga (SDM) dan sarana prasarana kamar bedah, 4. Mampu menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO), 5. Mampu melakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian/ evaluasi, 6. Memiliki kemampuan kepemimpinan, 7. Mampu melakukan supervisi, memberikan saran dan bimbingan.

6 Lampiran 5 ALUR SIRKULASI RUANG PARAMEDIS DOKTER LOKER RUANG DOKTER SCRUB STATION R. UTILITAS KOTOR RUANG BEDAH C.S.S.D GUDANG STERIL RUANG RESUSITASI NEONATUS RUANG PEMULIHAN (PACU) RUANG I.C.U R. PERSIAPAN/ INDUKSI R. TRANSFER &/ R. TUNGGU PASIEN RUANG RAWAT BAYI RUANG RAWAT INAP RUANG PENDAFTARAN PASIEN + PENGANTAR MASUK RUANG TUNGGU PENGANTAR

7 CONTOH DENAH BANGUNAN INSTALASI BEDAH Lampiran 6

8 Lampiran 7 PEMBAGIAN ZONA PADA SARANA INSTALASI BEDAH Z o n a d i atas m eja O p erasi 5 4 K am ar B edah K o m p leks K am ar B edah 3 Area penerim aan pasien 2 Area di luar Instalasi Bedah 1 Keterangan : 1 = Zona Tingkat Resiko Rendah (Normal) 2 = Zona Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter) 3 = Zona Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter) 4 = Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan prefilter, medium filter dan hepa filter, Tekanan Positif) 5 = Area Nuklei Steril (Meja Operasi)

9 Lampiran 7 A. Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal) Zona ini terdiri dari area resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran), ruang tunggu keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor. Zona ini mempunyai jumlah partikel debu per m3 > partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 8 - ISO cleanroom standard tahun 1999) B. Zona 2, Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter) Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester, pantri petugas. Ruang tunggu pasien (holding)/ruang transfer dan ruang loker (ruang ganti pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi antara zona 1 dengan zona 2. Zona ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 8 - ISO cleanroom standards tahun 1999). C. Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter) Zona ini meliputi kompleks kamar bedah, yang terdiri dari ruang persiapan (preparation), peralatan/instrumen steril, ruang induksi, area scrub up, ruang pemulihan (recovery), ruang resusitasi neonatus, ruang linen, ruang pelaporan bedah, ruang penyimpanan perlengkapan bedah, ruang penyimpanan peralatan anastesi, implant orthopedi dan emergensi serta koridor-koridor di dalam kompleks kamar bedah. Zona ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 8 - ISO cleanroom standards tahun 1999).

10 Lampiran 7 D. Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter, Hepa Filter Tekanan Positif) Zona ini adalah kamar bedah dengan tekanan udara positif. Zona ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 7 - ISO cleanroom standards tahun 1999). E. Area Nuklei Steril Area ini terletak dibawah area aliran udara ke bawah (laminair air flow) dimana bedah dilakukan. Area ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 5 s/d ISO 6 - ISO cleanroom standards tahun 1999).

11 Lampiran 8 DENAH RUANG PENYIAPAN PERALATAN (PREPARATION ROOM) Luas area ruangan ini sebaiknya ± 14 m 2.

12 Lampiran 9 DAFTAR SPO KLINIS Daftar SPO Klinis adalah : 1. Prosedur pemakaian pakaian topi dan masker kamar bedah, 2. Prosedur pemakaian gaun/jas operasi steril, 3. Prosedur pemakaian sarung tangan, 4. Prosedur pemakaian alat pelindung diri, 5. Prosedur bimbingan rohani pada pasien, 6. Prosedur penerimaan pasien di kamar bedah, 7. Prosedur pengiriman pasien kamar bedah ke ICU, 8. Prosedur pengiriman kembali ke ruang rawat, 9. Prosedur memindahkan pasien ke kereta dorong, 10. Prosedur cuci tangan bedah, 11. Prosedur pencukuran area operasi, 12. Prosedur penanganan peralatan steril, 13. Prosedur menyiapkan meja operasi, 14. Prosedur penanganan limbah infeksius, 15. Prosedur pengelolaan limbah tajam, 16. Prosedur penggunaan alas dan baju pasien, 17. Prosedur penyiapan set linen operasi, 18. Prosedur mencuci alat menyusun set instrumen dan memberi label, 19. Prosedur menghitung kassa dan instrumen, 20. Prosedur sterilisasi alat, 21. Prosedur pembersihan kamar bedah, 22. Prosedur drapping, 23. Prosedur penggunaan alat khusus (electro surgery, suction pump, mesin anestesi dan lampu operasi), 24. Prosedur pemasangan catheter urine, 25. Prosedur pemasangan infus, 26. Prosedur dekontaminasi dan pembersihan alat instrumen, 27. Prosedur dekontaminasi dan pembersihan kamar bedah,

13 Lampiran Prosedur dekontaminasi dan pembersihan alat penunjang, 29. Prosedur pengaturan posisi, 30. Prosedur penanganan spesimen, 31. Prosedur penanganan pasien meninggal.

14 Lampiran 10 DAFTAR SPO MANAJERIAL Daftar SPO Manajerial adalah 1. Prosedur membuat jadwal acara operasi, 2. Penyusunan jadwal peralatan/perbaikan sarana dan pra sarana, 3. Prosedur waktu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana, 4. Pemeliharaan alat elektromedik, 5. Prosedur pemeliharaan alat khusus (electro surgery, suction pump, mesin anestesi dan lampu operasi), 6. Prosedur pemeliharaan dan perbaikan instalasi air, 7. Prosedur pemeliharaan dan perbaikan instalasi gas medik, 8. Pemeliharaan dan perbaikan instalasi kamar bedah, 9. Prosedur cara penghitungan tenaga perawat, 10. Prosedur usulan permintaan tenaga perawat 11. Prosedur perawat magang atau peserta didik keperawatan, 12. Prosedur penanganan Kejadian Luar Biasa ( KLB), 13. Prosedur orentasi pegawai baru.

15 Lampiran 11 CHECK LIST KESELAMATAN OPERASI Nama Pasien : Nama Operator : Nomor Rekam Medik : Jenis Operasi : Unit Kerja Fungsional : Scrub Nurse : The Sign In (Pre Operasi) (Dilakukan sebelum induksi anestesi, minimalnya oleh perawat dan ahli anestesi) 1. Pasien telah dikonfirmasikan : a. Identifikasi dan gelang pasien b. Lokasi operasi c. Prosedur d. Surat ijin operasi 2. Lokasi operasi sudah diberi tanda 3. Mesin dan obat-obat anestesi sudah di cek lengkap 4. Pulse oximeter sudah terpasang dan berfungsi Sudah Belum 5. Apakah pasien mempunyai riwayat alergi 6. Kesulitan bernafas/ risiko aspirasi? dan menggunakan peralatan/ bantuan 7. Risiko kehilangan darah > 500 ml (7 ml/ Kg BB pada anak) 8. Dua akses intravena/ akses sentral dan rencana terapi cairan Ya Tidak

16 Lampiran 11 The Time Out (Intra Operatif) (Dilakukan sebelum insisi kulit, diisi oleh perawat, ahli anestesi, dan operator) Sudah 1. Konfirmasi seluruh anggota tim telah memperkenalkan nama dan perannya masing-masing. Belum 2. Dokter bedah, dokter anestesi dan perawat melakukan konfirmasi secara verbal a. Nama pasien b. Prosedur c. Lokasi dimana insisi akan dibuat/posisi 3. Apakah antibiotik profilaksis sudah diberikan 30 menit sebelumnya 4. Antisipasi Kejadian Kritis : a. Review dokter bedah: langkah apa yang akan dilakukan bila kondisi kritis atau kejadian yang tidak diharapkan, lamanya operasi, antisipasi kehilangan darah?.. b. Review tim anestesi: apakah ada hal khusus yang perlu diperhatikan pada pasien.... c. Review tim perawat: apakah peralatan sudah steril, adakah alat-alat yang perlu diperhatikan khusus atau dalam masalah? 5. Apakah foto Rontgen/ CT-Scan dan MRI telah ditayangkan?

17 Lampiran 11 The Sign Out (Post Operasi) (dilakukan sebelum pasien meninggalkan OK, diisi oleh perawat, ahli anestesi, dan operator) 1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal dengan tim: a. Nama prosedur tindakan telah dicatat b. Instrumen, sponge, dan jarum telah dihitung dengan benar c. Spesimen telah diberi label (termasuk nama pasien dan asal jaringan spesimen) d. Adakah masalah dengan peralatan selama operasi Sudah Belum 2. Operator/ dokter bedah, dokter anestesi dan perawat melakukan review masalah utama apa yang harus diperhatikan untuk penyembuhan dan manajemen pasien selanjutnya. Hal yang harus diperhatikan: Tanggal : Jam verifikasi : Penanggung Jawab Fungsional OK ( )

18 Lampiran 12 KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT DI KAMAR BEDAH A. Formulasi Menurut Kementerian Kesehatan RI : Perhitungan berdasarkan : 1. Jumlah dan jenis operasi, 2. Jumlah kamar bedah, 3. Pemakaian kamar bedah ( diprediksi 6 jam per hari ) pada hari kerja, 4. Tugas perawat di kamar bedah, instrumentator, perawat sirkulasi ( 2 orang /tim) 5. Ketergantungan pasien a. Operasi besar : 5 jam / 1 operasi b. Operasi sedang : 2 jam / 1 operasi c. Operasi kecil : 1 jam / 1 operasi Rumus : ( Jumlah jam perawatan / hari x jml operasi ) x jml perawat dalam tim Jam kerja efektif / hari

19 Lampiran 12 B. Formulasi Menurut Australia College of Operating Room Nurse (ACORN) Rumus I : A X B X C A X 8 Keterangan : A = Jumlah hari kerja pertahun B = Jumlah jam efektif /hari C = Jumlah perawat dalam 1 ruang bedah ( tim ) D = Jumlah kamar operasi Penjelasan : Shift Pagi Jumlah kamar operasi Jumlah jam kerja Jumlah hari kerja Jumlah perawat dalam 1 tim = wib wib = 6 kamar = 8 jam = 256 hari = 3 orang 256 x 8 x x 3 x 6 = =18 orang 256 x Shift Sore Jumlah kamar operasi Jumlah jam kerja Jumlah hari kerja Jumlah perawat dalam 1 tim =14.00 wib wib = 2 kamar = 7 jam = 256 hari = 3 orang

20 Lampiran x 7 x 3 x 2 = = 5 orang 256 x Shift Malam Jumlah kamar operasi Jumlah jam kerja Jumlah hari kerja Jumlah perawat dalam 1 tim = wib wib = 1 kamar = 10 jam = 256 hari = 3 orang 365 x 10 x 3 x 1 = = 4 orang 365 x Hari Libur Jumlah kamar operasi Jumlah jam kerja Jumlah hari kerja Jumlah perawat dalam 1 tim = wib wib = 1 kamar = 13 jam = 109 hari = 3 orang 109 x 13 x 3 x 1 = 4251 = 5 orang 109 x 8 872

21 Lampiran 12 Perawat Provider Shift Dinas Pagi Sore Malam Sabtu Minggu Sub total Jumlah Kebutuhan Tenaga 18 orang 5.25 orang 3.75 orang 4.88 orang = 32 orang Perawat Manajerial Jabatan Manajerial Ka. Operasional Ka. Ruang Instruktur Klinik Sub total Jumlah Kebutuhan Tenaga 1 orang 1 orang 1 orang 3 orang Total tenaga perawat yang dibutuhkan sebanyak = 35 orang

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi.

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi. Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi Ditulis pada Senin, 15 Februari 2016 03:14 WIB oleh fatima dalam katergori Kamar Bedah tag Kamar Bedah, Oka, Perawat Instrument, Perawat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KETENAGAAN PERAWAT DI KAMAR BEDAH

PENGELOLAAN KETENAGAAN PERAWAT DI KAMAR BEDAH PENGELOLAAN KETENAGAAN PERAWAT DI KAMAR BEDAH OLEH BAMBANG APARYANTO, S.KEP, NS NIP 19790611 200112 1 004 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN NUNUKAN 2015 1 KEBUTUHAN PERAWAT KAMAR BEDAH Sesuai kebijakan

Lebih terperinci

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan bedah atau tindakan di bidang obstetri dan ginekologi merupakan suatu tindakan kedokteran yang dibutuhkan untuk memungkinkan suatu tindakan operasi oleh dokter

Lebih terperinci

Pengertian : Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi.

Pengertian : Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi. R U M A H S A K I T D K DADI Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi. Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh petugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Instalasi Kamar Operasi 1. Pengertian Instalasi merupakan bagian integral yang penting dari pelayanan suatu rumah sakit, berbentuk suatu unit yang terorganisir dan sangat

Lebih terperinci

MODUL INSTALASI KAMAR BEDAH

MODUL INSTALASI KAMAR BEDAH MODUL INSTALASI KAMAR BEDAH 1. Pengertian Instalasi Kamar Bedah adalah instalasi bagian intergral dari Rumah Sakit yang melaksananakan tindakan dan pelayanan bedah serta tindakan dan pelayanan anesthesi.

Lebih terperinci

Tabel 1 Lampiran 1 Standar Unit Bedah Sentral Rumah Sakit Tipe C (Depkes, 2007)

Tabel 1 Lampiran 1 Standar Unit Bedah Sentral Rumah Sakit Tipe C (Depkes, 2007) LAMPIRAN Tabel 1 Lampiran 1 Standar Unit Bedah Sentral Rumah Sakit Tipe C (Depkes, 2007) No. Nama Ruangan Fungsi 1 R. Administrasi dan Pendaftaran Ruang untuk menyelenggarakan Kegiatan administrasi khususnya

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN KAMAR BEDAH DI RUMAH SAKIT

STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN KAMAR BEDAH DI RUMAH SAKIT STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN KAMAR BEDAH DI RUMAH SAKIT DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN DAN KETEKNISIAN MEDIK DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 LAPORAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA INDIKATOR AREA KLINIS 1. Assesmen awal medis lengkap dalam 24

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Gambar Denah Tataletak Ruang Operasi

LAMPIRAN. A. Gambar Denah Tataletak Ruang Operasi LAMPIRAN A. Gambar Denah Tataletak Ruang Operasi 134 134 B. Kuisoner Pengguna Internal ASPEK PROSES NO PERNYATAAN YA TIDAK 1. Terdapat ruang pendaftaran melakukan pendataan pasien bedah dan penandatanggan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Definisi Safety Surgery Safety surgery dapat diartikan dengan upaya memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi di kamar operasi. Salahlokasi,

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Perencanaan 6.1.1 Program Ruang A. Berdasarkan Kelompok Ruang Pada gedung paviliun II garuda RSUP Dr. Kariadi, ruang-ruang dibuat sesuai No. dengan

Lebih terperinci

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Dasar Pendekatan Gedung paviliun garuda RSUP Dr. Kariadi kota Semarang akan berfungsi secara optimal jika mempunyai kriteria umum yang

Lebih terperinci

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD A. `LAPORAN INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD Judul indikator Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD Jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Surgical Safety Checklist merupakan bagian dari Safe Surgery Saves Lives

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Surgical Safety Checklist merupakan bagian dari Safe Surgery Saves Lives BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Surgical Safety Checklist Surgical Safety Checklist merupakan bagian dari Safe Surgery Saves Lives yang berupa alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI BAB II RUANG LINGKUP 1

BAB I DEFINISI BAB II RUANG LINGKUP 1 LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AR. BUNDA PRABUMULIH NOMOR : 103 /RS-Bunda/Pbm/I/2017 TANGGAL : 31 Januari 2017 TENTANG : Panduan Tindakan Invasif dan Tindakan Non Invasif BAB I DEFINISI 1. Tinadakan

Lebih terperinci

dalam yang memenuhi standar profesi serta peraturan perundang- undangan. (R) Pedoman Pelayanan

dalam yang memenuhi standar profesi serta peraturan perundang- undangan. (R) Pedoman Pelayanan PEMAHAMAN POKJA SNARS 2018 NO STANDART ELEMEN PENILAIAN YANG DIBUTUHKAN KETERANGAN Rumah sakit menyediakan 1. regulasi pelayanan anestesi, serta sedasi moderat dan REGULASI 1 pelayanan anestesi (termasuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Telah dilakukan penelitian dengan metode deskriptif kuantitatif yaitu observasi dan pengujian dengan alat bantu yang dilakukan oleh peneliti.

Lebih terperinci

BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)

BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) Gambaran Umum Tindakan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yang kompleks dan sering dilaksanakan di rumah sakit. Hal tersebut memerlukan 1)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat menggambarkan mutu rumah sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR OBSERVASI

Lampiran 1 LEMBAR OBSERVASI Lampiran 1 LEMBAR OBSERVASI No. Pernyataan Ya Kadang - kadang 1. Perawat mengidentifikasi pasien dengan menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien 2. Perawat

Lebih terperinci

Rancangan Aktualisasi

Rancangan Aktualisasi Rancangan Aktualisasi Pengendalian dan pencegahan infeksi di kamar operasi Emergency Hasil Identifikasi area dikamar operasi Identifikasi sumber infeksi Pembatasan lalu lintas masuk ke kamar operasi Pemberian

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI

TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI NOMOR : /SK/DIR/ /2016 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Panduan Identifikasi Pasien

Panduan Identifikasi Pasien Panduan Identifikasi Pasien IDENTIFIKASI PASIEN 1. Tujuan Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit. Mengurangi kejadian

Lebih terperinci

LAPORAN PATIENT SAFETY PUSKESMAS TANJUNG PINANG

LAPORAN PATIENT SAFETY PUSKESMAS TANJUNG PINANG LAPORAN PATIENT SAFETY PUSKESMAS TANJUNG PINANG Disusunoleh: Annisa Mega Lisna Ayu Ivotika Ardila Ida Ayu Ratna W Rizka Yollanda Nur Azizah Rika Angelia G1A214015 G1A214016 G1A214018 G1A214020 G1A214019

Lebih terperinci

TUJUAN? Mengidentifikasi kekuatan & area yang menjadi perhatian dalam program pencegahan dan pengendalian infeksi Menentukan tindakan yang diperlukan

TUJUAN? Mengidentifikasi kekuatan & area yang menjadi perhatian dalam program pencegahan dan pengendalian infeksi Menentukan tindakan yang diperlukan Metode Tracer TUJUAN? Mengidentifikasi kekuatan & area yang menjadi perhatian dalam program pencegahan dan pengendalian infeksi Menentukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi setiap resiko yang teridentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata

Lebih terperinci

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN Pengertian Tujuan Kebijakan Transfer pasien pindah perawatan ke rumah sakit lain adalah memindahkan pasien dari RSIA NUN ke RS lain untuk pindah perawatan karena tidak tersedianya fasilitas pelayanan yang

Lebih terperinci

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu. Kamar Operasi 1 A. PENGERTIAN Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang. memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang. memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi keperawatan merupakan profesi yang berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang memberikan pelayanan keperawatan

Lebih terperinci

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain BEBERAPA PERALATAN DI RUANG ICU 1. Termometer 2. Stethoscope Digunakan untuk mengukur suhu tubuh 3. Tensimeter Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tindakan medis yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah. kecacatan dan komplikasi (Haynes, et al. 2009).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tindakan medis yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah. kecacatan dan komplikasi (Haynes, et al. 2009). 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pelayanan Bedah di Rumah Sakit Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS BANGUNAN RUMAH SAKIT RUANG OPERASI

PEDOMAN TEKNIS BANGUNAN RUMAH SAKIT RUANG OPERASI PEDOMAN TEKNIS BANGUNAN RUMAH SAKIT RUANG OPERASI DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2012 DAFTAR ISI BAB - I Ketentuan

Lebih terperinci

PERFORMANCE BOARD RSUP FATMAWATI JANUARI S/D SEPTEMBER TAHUN 2016 DAN 2017

PERFORMANCE BOARD RSUP FATMAWATI JANUARI S/D SEPTEMBER TAHUN 2016 DAN 2017 JANUARI S/D SEPTEMBER TAHUN 6 DAN 7 : Kepatuhan Penggunaan Gelang Identitas Pasien Rawat Inap : Jumlah pasien yang menggunakan gelang dengan identitas yang sesuai ketetapan dibagi jumlah pasien rawat inap

Lebih terperinci

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) Nama Rumah Sakit Alamat Rumah Sakit Nama Pembimbing Tanggal Bimbingan : : : : STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN PROGRAM KEPEMIMPINAN DAN KOORDINASI

Lebih terperinci

HASIL PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III (BULAN JULI SEPTEMBER) TAHUN 2016

HASIL PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III (BULAN JULI SEPTEMBER) TAHUN 2016 HASIL PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III (BULAN JULI SEPTEMBER) TAHUN 2016 A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Visi Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Propinsi Jawa Barat,

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. 1. Judul : Unit Cost (ABC) vs INA CBG s Kasus SC di RS 2. Bidang : Kesehatan

HALAMAN PENGESAHAN. 1. Judul : Unit Cost (ABC) vs INA CBG s Kasus SC di RS 2. Bidang : Kesehatan HALAMAN PENGESAHAN. Judul : Unit Cost (ABC) vs INA CBG s Kasus SC di RS 2. Bidang : Kesehatan 3. Ketua Tim Pengusul :. Nama Lengkap : Dr. Firman Pribadi, Msi 2. Jenis Kelamin : Laki-laki 3. NIK : 4. Disiplin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

SKENARIO TELUSUR RS... (..TT) UNTUK SURVEIOR KEPERAWATAN. Survei tanggal.. No. UNIT PELAYANAN OBSERVASI MATERI WAWANCARA DOKUMEN IMPLEMENTASI

SKENARIO TELUSUR RS... (..TT) UNTUK SURVEIOR KEPERAWATAN. Survei tanggal.. No. UNIT PELAYANAN OBSERVASI MATERI WAWANCARA DOKUMEN IMPLEMENTASI SKENARIO TELUSUR RS... (..TT) UNTUK SURVEIOR KEPERAWATAN Survei tanggal.. No. UNIT PELAYANAN OBSERVASI MATERI WAWANCARA DOKUMEN IMPLEMENTASI 1. IGD Proses triase Ruang Resusitasi/pelayanan resusitasi Ruang

Lebih terperinci

PROSES PENYUSUNAN PEDOMAN PELAYANAN DI IBS. Dr.Amin Nurokhim,SpOG Ka. IBS. RS Margono Soekarjo Purwokerto

PROSES PENYUSUNAN PEDOMAN PELAYANAN DI IBS. Dr.Amin Nurokhim,SpOG Ka. IBS. RS Margono Soekarjo Purwokerto PROSES PENYUSUNAN PEDOMAN PELAYANAN DI IBS Dr.Amin Nurokhim,SpOG Ka. IBS. RS Margono Soekarjo Purwokerto PENDAHULUAN Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki produk berupa pelayanan

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Penundaan pelayanan kepada pasien terjadi apabila pasien harus menunggu terlayani dalam waktu yang

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. Pedoman alur sirkulasi untuk pasien, petugas dan barang-barang steril dan kotor

BAB VII PENUTUP. Pedoman alur sirkulasi untuk pasien, petugas dan barang-barang steril dan kotor BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang Evaluasi Pasca Huni (EPH) ruang operasi RSUD Padang Panjang, didapatkan kesimpulan: 1. Aspek Fungsional, a. Studi dokumentasi master

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian INFORMED CONSENT (SURAT PERSETUJUAN) (Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian) Setelah mendapatkan surat penjelasan mengenai penelitian ini dari saudari Zahranur Nasution,

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN >/= 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar PAB.1. Tersedia pelayanan

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN Standar PAB.1. Tersedia pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Kebijakan-kebijakan CSSD:

Kebijakan-kebijakan CSSD: Kebijakan-kebijakan CSSD: 1. Pofesionalisme di dalam pelayanan sterilisasi: Kecepatan pelayanan pemprosesan, penyediaan barang-barang steril dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikerjakan

Lebih terperinci

LAPORAN LAPORAN DAFTAR ISI INDIKATOR MUTU PMKP TRIWULAN 1 TAHUN 2017

LAPORAN LAPORAN DAFTAR ISI INDIKATOR MUTU PMKP TRIWULAN 1 TAHUN 2017 LAPORAN LAPORAN DAFTAR ISI INDIKATOR MUTU PMKP TRIWULAN 1 TAHUN 2017 1. Pendahuluan X 2. Latar belakang X 3. Tujuan umum dan tujuan khusus X 4. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan X 5. Cara melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan Rumah Sakit saat ini berkembang dengan pesat. Di Indonesia sendiri ada tiga klasifikasi rumah sakit berdasarkan kepemilikan, jenis pelayanan dan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON A. PENDAHULUAN Health care Associated Infections (HAIs) merupakan komplikasi yang paling sering

Lebih terperinci

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN RUMAH SAKIT UMUM GUNUNG SAWO TEMANGGUNG Jl. Gatot Subroto KM 2 Manding Temanggung Tahun 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat yang telah dikaruniakan

Lebih terperinci

Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA. Kirana, 9 Agustus 2016

Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA. Kirana, 9 Agustus 2016 Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA Kirana, 9 Agustus 2016 Semester I Tahun 2016 Tingkat Kepuasan Pasien Triwulan 1 dan 2, Tahun 2016 100,00% 98,55% 98,19% 95,00% 90,00% 85,00% 80,00% 75,00% TW I Capaian

Lebih terperinci

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG BAB I DEFINISI RUANG ISOLASI A. Definisi Ruang Isolasi Ruang isolasi adalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 30 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA A. PENDAHULUAN Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada

Lebih terperinci

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta pola kuman 3. Program pendidikan dan pelatihan PPI 4. Program penggunaan antimikroba rasional N0 KEGIATAN MONITORING

Lebih terperinci

Petunjuk Pengisian : Isilah kotak yang tersedia dengan menuliskan angka, berapa lama waktu saudara mengerjakan pekerjaan tersebut

Petunjuk Pengisian : Isilah kotak yang tersedia dengan menuliskan angka, berapa lama waktu saudara mengerjakan pekerjaan tersebut Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ANALISIS KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA TENAGA KEPERAWATAN MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFF NEED (WISN) DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT BANGKATAN BINJAI TAHUN

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK 87 SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK Di Sususn oleh : Vella Dolo Rosa ( 20160305011 ) PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian VULNUS LACERATUM No Dokumen : SOP No.Revisi : 0 TanggalTerbit : Halaman :1 dari 4 1. Pengertian Vulnus atau lukaadalah hilang atau rusaknya sebagian kontinuitas jaringan yang dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

Kamar Operasi. Dewi Feri, ST., MKes

Kamar Operasi. Dewi Feri, ST., MKes Kamar Operasi Dewi Feri, ST., MKes Pendahuluan Kamar Operasi adalah salah satu fasilitas yang ada di rumah sakit dan termasuk sebagai fasilitas yang mempunyai banyak persyaratan. Fasilitas ini dipergunakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mencapai tujuan yang optimal. (Depkes R.I. 2001)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mencapai tujuan yang optimal. (Depkes R.I. 2001) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pencegahan infeksi

Lebih terperinci

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam.

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam. BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Komponen Input Kebijakan waktu pelayanan IGD sudah sesuai dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar IGD Rumah Sakit, Standar

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komplikasi dan kematian akibat pembedahan menjadi salah satu masalah kesehatan global. World Health Organization (WHO) memperkirakan sedikitnya ada setengah juta kematian

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PAMBALAH BATUNG AMUNTAI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-undang RI no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinyainsiden patient safety disuatu rumah sakit, akan memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf, dan pasien pada khususnya karena sebagai pemberi

Lebih terperinci

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara menandai ( X) salah satu jawaban

Lebih terperinci

1. angka kelengkapan dan ketepatan waktu pengisian resume medik

1. angka kelengkapan dan ketepatan waktu pengisian resume medik II. ANALISA DATA Capaian indikator mutu area manajemen bulan Maret - Mei 217 dapat digambarkan dengan grafik sbb : A. Indikator mutu area klinis yang belum memenuhi yaitu : 1. angka kelengkapan dan ketepatan

Lebih terperinci

KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI

KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI Langkah Pertama : Identifikasi Tipe Aktifitas Proyek Konstruksi (Tipe A-D) Tipe Aktifitas inspeksi dan non-invasif. A

Lebih terperinci

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN Area Renovasi : Tanggal pemantauan : KELAS III N O KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN 1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi

Lebih terperinci

PANDUAN INFECTION CONTROL RISK ASESSMENT (ICRA) KONSTRUKSI RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014 RS BAPTIS BATU JL RAYA TLEKUNG NO 1 JUNREJO BATU

PANDUAN INFECTION CONTROL RISK ASESSMENT (ICRA) KONSTRUKSI RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014 RS BAPTIS BATU JL RAYA TLEKUNG NO 1 JUNREJO BATU PANDUAN INFECTION CONTROL RISK ASESSMENT (ICRA) KONSTRUKSI RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014 RS BAPTIS BATU JL RAYA TLEKUNG NO 1 JUNREJO BATU DAFTAR ISI Halaman Judul... Daftar Isi... Lembar Pengesahan... i ii

Lebih terperinci

PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya

PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya TELUSUR POKJA PPI PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya Kualifikasi ketua dan anggota Tim PPI Uraian tugas ketua dan anggota Tim PPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Royal Progress, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan dirumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat integrative dengan melibatkan sejumlah tenaga kesehatan yang bersamasama memberikan

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG DENGAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG DENGAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG DENGAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT Oleh : Indah Dwi Putria S, Wijayanti, Bambang Supriyadi Kota Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk Kota

Lebih terperinci

PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)

PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) PELAYANAN ANESTESI AN BEAH (PAB) Standar PAB 1 umah Sakit menyediakan pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan pelayanan tsb memenuhi peraturan perundangundangan

Lebih terperinci

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT...

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT... KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS xxx NOMOR : 012 / SK /.xx / VII / 2012 TENTANG ICN (INFECTION CONTROL NURSE)/IPCN (INFECTION PREVENTION AND CONTROL NURSE), DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT... Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM ORIENTASI TENAGA BARU BIDAN BARU

KERANGKA ACUAN PROGRAM ORIENTASI TENAGA BARU BIDAN BARU KERANGKA ACUAN PROGRAM ORIENTASI TENAGA BARU BIDAN BARU BAGIAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT... KERANGKA ACUAN PROGRAM ORIENTASI BIDAN BARU I. PENDAHULUAN Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BA'A Terwujudnya Rumah Sakit Umum Daerah Berkualitas Bertumpu Pada Semangat Melayani Dengan Memanfaatkan Sumber Daya Secara Optimal 1. Mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit. operasional sementara nomer 503/0299a/DKS/2010. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit. operasional sementara nomer 503/0299a/DKS/2010. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit Rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping merupakan pengembangan dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta. Rumah sakit ini

Lebih terperinci

20 STANDAR, 70 ELEMEN PENILAIAN. dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes Komisi Akreditasi Rumah Sakit

20 STANDAR, 70 ELEMEN PENILAIAN. dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes Komisi Akreditasi Rumah Sakit 20 STANDAR, 70 ELEMEN PENILAIAN dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes Komisi Akreditasi Rumah Sakit Bab. 5 Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) No Standar EP 1 PAB.1 3 2 PAB.2 4 3 PAB.2.1 6 4 PAB.3 4 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada Pasal 23

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROGRAM PATIENT SAFETY BERDASARKAN STANDAR SIX GOAL INTERNATIONAL PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ONKOLOGI SURABAYA

PENGEMBANGAN PROGRAM PATIENT SAFETY BERDASARKAN STANDAR SIX GOAL INTERNATIONAL PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ONKOLOGI SURABAYA PENGEMBANGAN PROGRAM PATIENT SAFETY BERDASARKAN STANDAR SIX GOAL INTERNATIONAL PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ONKOLOGI SURABAYA MIRRAH SAMIYAH UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PESERTA DIDIK KEDOKTERAN DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN

PANDUAN TEKNIS PESERTA DIDIK KEDOKTERAN DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN PANDUAN TEKNIS PESERTA DIDIK KEDOKTERAN DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN KOMITE MEDIK RSUD DR. SAIFUL ANWAR KESALAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT BAKORDIK RSSA/FKUB MALANG 2015 BILA BERHADAPAN DENGAN PASIEN,

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA

PROGRAM PENINGKATAN MUTU INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA PROGRAM PENINGKATAN MUTU INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA Jl. Raya H. Bosih No 117 Cibitung 17520 Telp. (021) 88323444 Fax (021) 88323449 Email : rs_cibitungmedika@yahoo.com LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan DIREKTUR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL WAKIL DIREKTUR BIDANG ADMINISTRASI UMUM WAKIL DIREKTUR BIDANG PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN WAKIL DIREKTUR

Lebih terperinci

PEDOMAN ORIENTASI PEGAWAI BARU KEPERAWATAN RSUP SANGLAH DENPASAR

PEDOMAN ORIENTASI PEGAWAI BARU KEPERAWATAN RSUP SANGLAH DENPASAR KEPERAWATAN RSUP SANGLAH DENPASAR I. Pendahuluan II. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan masyarakat yang semakin kritis sehingga menuntut pelayanan yang bermutu tinggi. Untuk

Lebih terperinci

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa Penetapan Area Prioritas Pengelompokan Indikator Mutu Rumah Sakit Khusus Bedah SS Medika berdasarkan prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1 Unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dapat diselenggarakan dengan melakukan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dapat diselenggarakan dengan melakukan upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dapat diselenggarakan dengan melakukan upaya kesehatan. Pendekatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif),

Lebih terperinci