PROFIL KEBERHASIL KEGIATAN DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (LDPM) NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KEBERHASIL KEGIATAN DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (LDPM) NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016"

Transkripsi

1 PROFIL KEBERHASIL KEGIATAN DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (LDPM) NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 I. PENDAHULUAN Ketahanan pangan merupakan program prioritas pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dicirikan dengan adanya ketersediaan pangan yang cukup secara makro. Namun kenyataan di lapangan sebagian masyarakat tak dapat mengakses cukup pangan, disebabkan kondisi wilayahnya tergolong miskin atau pendapatannya tidak mencukupi. Di tingkat kabupaten, khususnya yang merupakan daerah sentra produksi pertanian petani kerap terjadi pada masalah menyangkut jatuhnya harga saat panen raya. Untuk itu pemerintah mendorong dan memfasilitasi petani untuk dapat membangun kebersamaan dengan membentuk gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang dapat mendistribusikan dan memasarkan hasil panen anggotanya dengan harga yang menguntungkan dan stabil. Selain itu Gapoktan juga diharapkan dapat mengelola cadangan pangan sebagai solusi mengatasi masalah pada saat paceklik. Sebagian besar penduduk Nusa Tenggara Timur adalah Petani yang bekerja pada usaha Tanaman Pangan khususnya padi dan jagung dengan skala usaha kecil. Adapun permasalahan yang dihadapi oleh mereka diantaranya : a) Rendahnya posisi tawar terutama pada saat panen raya sehingga terpaksa menjual produknya dengan harga rendah; b) Rendahnya nilai tambah produk pertanian karena Terbatasnya kemampuan untuk mengolah hasil pertanian; c ) Keterbatasan Modal Untuk Melaksanakan kegiatan usaha; d) Keterbatasan akses pangan ( Beras ) saat paceklik karena tidak mempunyai pangan yang cukup. Hal ini berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya petani. Kondisi ini apabila dibiarkan berlanjut akan semakin memperlemah ketahanan pangan rumah tangga petani dan pada skala yang lebih besar dapat mempengaruhi ketahanan pangan daerah maupun nasional. Guna mengatasi masalah tersebut, Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan sejak Tahun 2009 mengalokasikan Dana Bantuan Sosial ( Bansos ) dari APBN untuk kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan - LDPM). Dana tersebut, digunakan untuk meningkatkan kapasitas Gabungan Kelompok Tani ( GAPOKTAN ) dalam mengelola kegiatan distribusi dengan harga layak, menghasilkan nilai tambah serta memupuk cadangan pangan.

2 Provinsi NTT pada tahun 2009 mendapat alokasi dana Bansos tersebut untuk 14 (empat belas) Gapoktan di 4 (empat) kabupaten. Pada tahun 2010 NTT kembali mendapatkan tambahan dana tahap penumbuhan untuk 5 (lima) gapoktan di 3 (tiga) kabupaten. Tahun 2011 terdapat 7 (tujuh) gapoktan di 3 (tiga) Kabupaten. Di tahun 2012 terdapat 5 (lima) Gapoktan di 3 (tiga) kabupaten. Provins NTT kembali mendapatkan dana bansos pada tahun 2015 untuk 4 (empat) gapoktan di 2 (dua) kabupaten. Dari kegiatan LDPM tersebut dapat dilihat Keberhasilan yang dapat diukur melalui tercapainya tingkat kesejahteraan petani para anggota Gapoktan LDPM, kestabilan harga gabah/beras sesuai HPP di daerah masing-masing Gapoktan. Dan menurutnya tingkat para mafia pemain beras (tengkulak/ijon) di wilayah sentra padi yang terdapat gapoktan LDPM. Untuk itu Profil Keberhasilan Gapoktan LDPM ini dibuat agar dapat menggambarkan Proses Kegiatan tersebut. II. PERSIAPAN DAN PELAKSAAN A. Persiapan Dukungan yang diberikan oleh pemerintah merupakan modal awal bagi Gapoktan Tahap Penumbuhan dan modal tambahan bagi Gapoktan Tahap Pengembangan dan unitunit usaha yang dikelolanya sehingga mampu meningkatkan usahanya, mampu memupuk dan mengembangkan modal yang telah diberikan dan sekaligus mampu mendekatkan akses pangan bagi anggotanya melalui cadangan pangan. Dengan semakin meningkatnya posisi tawar petani, nilai tambah produk pertanian dan akses pangan petani terhadap pangan maka diharapkan pendapatan dan kesejahteraan petani juga akan semakin meningkat. Dampak akhir dari seluruh dukungan pemerintah tersebut melalui kegiatan Penguatan-LDPM adalah mampu meningkatkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani sehingga petani mempunyai semangat untuk melakukan kegiatan produksi secara berkelanjutan dan dapat memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan wilayah. 1. Tahap Penumbuhan Pada Tahap Penumbuhan, hal-hal yang perlu dipersiapkan dan dilakukan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, antara lain: (a) membentuk Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota; (b) Penetapan KPA/PPK dan Bendahara; (c) menyusun dan memperbanyak Juklak dan Juknis; (d) melakukan identifikasi, verifikasi, dan penetapan Gapoktan dan pendamping; dan (e) menghimpun basis data Gapoktan dan pendamping.

3 2. Sedangkan pada Tahap Pengembangan, hal-hal yang perlu dipersiapkan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota antara lain: (a) melakukan evaluasi secara berjenjang terhadap kinerja Gapoktan yang telah ditumbuhkan tahun tersebut mencakup: pembangunan/renovasi gudang, pemanfaatan dana Bansos untuk pengadaan cadangan pangan dan pembelian, perputaran dari kegiatan pembelian penjualan, pengelolaan cadangan pangan; dan (b) evaluasi terhadap kinerja pendamping dalam melakukan pendampingan terhadap pemberdayaan Gapoktan. B. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM merupakan kegiatan bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Dengan semangat untuk memperkuat kemampuan Gapoktan dalam membantu petani anggotanya khususnya dalam menjaga stabilitas harga gabah/beras dan jagung dan memperkuat aset untuk penyimpanan dan cadangan pangan yang dimiliki oleh Gapoktan maka peran dan partisipasi dari pengurus dan anggota Gapoktan menjadi prioritas utama sebagai pelaku untuk mencapai keberhasilan dari kegiatan ini. Peran Pemerintah dan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota terbatas pada fungsi pelayanan, penunjang, fasilitasi dan motivasi. Partisipasi dari pengurus dan anggota Gapoktan, masyarakat, organisasi non pemerintah/lsm, swasta, organisasi profesi sangat dibutuhkan untuk membina dan mendukung keberlanjutan dari Gapoktan dalam menjaga stabilitas harga gabah/beras dan jagung di tingkat petani anggotanya serta ketersediaan cadangan pangan sepanjang waktu. Gambar 2. Diagram Organisasi Pelaksanaan Tim Pembina Pusat BKP Pusat DKP Pusat (Menteri Pertanian) Tim Pembina Provinsi Badan/Dinas/Kantor/ Unit Kerja Ketahanan Pangan di tingkat provinsi DKP Provinsi (Gubernur) Tim Teknis Kab/kota Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan di tingkat kab/kota DKP Kab/kota (Bupati/Walikota) Pendamping Penerima Manfaat Unit Pengelola Cadangan Pangan Unit Usaha Distribusi/Pemasaran Keterangan: : Hubungan Komando : Hubungan Koordinasi Program : Hubungan Dukungan Program : Hubungan Fungsional

4 Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM, di tingkat Provinsi dibentuk Tim Pembina Provinsi, dan pada tingkat Kabupaten/ Kota dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota. Organisasi kegiatan secara rinci sebagai berikut: A. Tingkat Provinsi 1. Gubernur bertanggung jawab terhadap pengelolaan, pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM yang didukung dengan Dana Dekonsentrasi Provinsi. 2. Gubernur menetapkan Tim Pembina Provinsi yang beranggotakan pejabat/staf dari Badan/Dinas/unit kerja ketahanan pangan dan lingkup pertanian, instansi terkait lainnya sesuai dengan bidang tugasnya, dan/atau organisasi petani dan masyarakat lainnya. 3. Kepala Badan/Dinas/unit kerja ketahanan pangan provinsi selaku penanggungjawab kegiatan Penguatan-LDPM melaksanakan: a. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) kegiatan Penguatan-LDPM untuk Tahap Penumbuhan, dan/atau Tahap Pengembangan, dan/atau Tahap Kemandirian dan/atau Tahap Pasca Kemandirian guna disebarluaskan ke Tim Pembina dan anggotanya di provinsi dan kabupaten/kota sebagai acuan dalam melakukan pembinaan dan pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM. b. Koordinasi dan sinkronisasi dalam hal perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Penguatan- LDPM dengan berbagai program/kegiatan lintas sektor baik lingkup pertanian maupun sektor pendukung lainnya di tingkat provinsi guna memadukan berbagai kegiatan dan pembinaan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaannya. c. Koordinasi dan sinkronisasi dengan instansi lingkup pertanian dan lintas sektor di provinsi maupun di kabupaten/kota dalam hal: (i) memadukan kegiatan lingkup pertanian dan sektor pendukung lainnya baik di provinsi dan kabupaten/kota yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM, (ii) melakukan pemantauan, evaluasi, dan pengendalian, serta (iii) membantu mengatasi dan memecahkan permasalahan teknis maupun non teknis. d. Pertemuan dengan Tim Pembina secara rutin untuk membahas kendala-kendala yang dihadapi dalam hal: (i) pencairan dan pemanfaatan dana bansos, (ii) pembangunan/renovasi/pengelolaan cadangan pangan, (iii) pendistribusian/ pemasaran/pengolahan, (iv) peningkatan kemampuan dan keterampilan pendamping dalam melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap Gapoktan. e. Penetapan Gapoktan dan pendamping untuk Tahap Pengembangan yang akan menerima dana bansos tahun 2016 sesuai rekomendasi Tim Pembina Provinsi. f. Penetapan pendamping yang akan melakukan pendampingan terhadap Gapoktan Tahap Kemandirian. g. Pembinaan berkelanjutan (teknis dan administrasi) terhadap Gapoktan yang sudah masuk pada Tahap Kemandirian. h. Pelaporan kepada Gubernur terhadap pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM.

5 4. Tim Pembina Provinsi mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam: a. Sosialisasi, pembinaan, pemantauan dan evaluasi ke kabupaten/kota terhadap pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM Tahap Pengembangan, dan/atau Tahap Kemandirian (Tim Teknis, Pendamping, Gapoktan). b. Verifikasi calon Gapoktan dan pendamping dan/atau evaluasi Gapoktan dan pendamping yang akan masuk Tahap Pengembangan; c. Evaluasi pendamping yang akan melanjutkan pendampingan terhadap Gapoktan Tahap Kemandirian. d. Pemberian rekomendasi untuk penetapan: 1) Gapoktan Tahap Pengembangan yang sudah dievaluasi yang akan menerima dana bansos tahun berjalan. 2) Pendamping yang akan mendampingi Gapoktan Tahap Pengembangan, dan/atau Tahap Kemandirian, untuk disampaikan kepada Kepala Badan/Dinas/unit kerja ketahanan pangan provinsi; e. Evaluasi usulan Rencana Usaha Gapoktan (RUG) dan rencana pelaksanaannya pengadaan gabah, beras dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya untuk cadangan pangan, pembelian-penjualan gabah, beras dan pemanfaatan dana bansos. f. Penyelesaian masalah pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM Tahap Pengembangan, dalam hal: (i) pencairan dan pemanfaatan dana bansos, (ii) pelaksanaan teknis dan non teknis yang dihadapi oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota, Pendamping, dan Gapoktan, (iii) perencanaan dan penyusunan desain bangunan/renovasi gudang, (iv) pengelolaan/pemeliharaan gudang, (v) pengadaan dan penyaluran cadangan pangan, (vi) pendistribusian/ pemasaran/pengolahan, dan (vii) pengembangan unit-unit usaha yang dikelola oleh Gapoktan. g. Penyelesaian masalah pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM Tahap Kemandirian, dalam hal: (i) pengembangan mitra untuk pendistribusian/pemasaran, (ii) pengembangan kegiatan pembelian-penjualan gabah dan/atau beras (iii) peningkatan akumulasi modal usaha, (iv) pembinaan teknis dan non teknis yang dihadapi oleh Pendamping, dan Gapoktan. h. Memfasilitasi Gapoktan untuk melakukan Rapat Tahunan Gapoktan dan penutupan pembukuan setiap akhir tahun. i. Penyusunan pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM sebagai bahan kepada Gubernur. B. Tingkat Kabupaten/Kota 1. Bupati/Walikota menetapkan: a. Kepala Badan/Dinas/unit kerja ketahanan pangan kabupaten/kota sebagai penanggungjawab pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM.

6 b. Tim Teknis Kabupaten/Kota beranggotakan pejabat/staf dari Badan/Dinas/unit kerja ketahanan pangan dan lingkup pertanian, instansi terkait sesuai dengan bidang tugasnya, organisasi petani dan masyarakat lainnya. Ketua dari Tim Teknis adalah Kepala Badan/Dinas/unit kerja ketahanan pangan kabupaten/kota. 2. Kepala Badan/Dinas/unit kerja ketahanan pangan kabupaten/kota selaku penanggungjawab pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM melaksanakan: a. Penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) kegiatan Penguatan-LDPM untuk Tahap Pengembangan,, guna disebarluaskan kepada Tim Teknis dan pendamping yang akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan pembinaan dan bimbingan teknis kepada Gapoktan pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM. b. Koordinasi dan sinkronisasi dalam hal perencanaan pelaksanaan kegiatan Penguatan- LDPM dengan berbagai program/kegiatan lintas sektor baik lingkup pertanian maupun sektor pendukung lainnya dari tingkat kabupaten/kota guna memadukan berbagai kegiatan dan pembinaan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaannya. c. Koordinasi dan sinkronisasi dengan instansi lingkup pertanian maupun lintas sektor terkait lainnya di kabupaten/kota dalam hal: (i) memadukan kegiatan lingkup pertanian dan sektor pendukung lainnya baik dari provinsi maupun di kabupaten/kota yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM, (ii) melakukan pemantauan dan evaluasi, serta (iii) membantu mengatasi dan memecahkan permasalahan yang terkait dengan teknis maupun non teknis. d. Pertemuan dengan Tim Teknis secara rutin untuk membahas kendala-kendala yang dihadapi pendamping dalam hal: (i) membimbing/membina Gapoktan Tahap Pengembangan, dan/atau Tahap Kemandirian, (ii) pemanfaatan dana bansos, (iii) membimbing dalam perencanaan dan penyusunan desain bangunan/renovasi gudang, (iv) membimbing dalam pengelolaan gudang dan cadangan pangan yang baik, (v) membimbing dalam pengadaan dan penyaluran cadangan pangan, (vi) membimbing dalam pendistribusian/pemasaran/ pengolahan, (vii) membimbing dalam pengembangan unit-unit usaha yang dikelola oleh Gapoktan dan membimbing Gapoktan dalam pelaksanaan Rapat Tahunan Gapoktan dan penutupan pembukuan setiap akhir tahun. e. Pengusulan kepada Kepala Badan/Dinas/unit kerja ketahanan pangan di provinsi yaitu: 1) Gapoktan dan pendamping yang sudah dievaluasi dari Tahap Penumbuhan untuk masuk ke Tahap Pengembangan, dan/atau 2) Pendamping yang akan melanjutkan pendampingan terhadap Gapoktan Tahap Kemandirian. f. Pelaporan kepada Bupati/Walikota terhadap pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM. 3. Tim Teknis Kabupaten/Kota mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan: a. Sosialisasi, pemantauan, pembinaan (teknis dan non teknis), evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM Tahap Pengembangan, dan/atau Tahap Kemandirian terhadap Pendamping dan Gapoktan.

7 b. Identifikasi dan/atau evaluasi Gapoktan yang akan masuk ke Tahap Pengembangan. c. Evaluasi pendamping yang akan mendampingi Gapoktan Tahap Pengembangan, dan/atau Tahap Kemandirian. d. Rekomendasi pencairan dan penggunaan dana bansos oleh unit-unit usaha Gapoktan yang disesuaikan dengan RUG. e. Penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM Tahap Pengembangan dalam hal: (i) pemanfaatan dana bansos, (ii) pelaksanaan teknis dan non teknis yang dihadapi oleh pendamping dan Gapoktan. f. Penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM Tahap Kemandiriaan dalam hal: (i) pengembangan jejaring mitra usaha untuk melakukan kegiatan pendistribusian/pemasaran, (ii) pengembangan kegiatan pembelian-penjualan gabah atau beras atau jagung, (iii) peningkatan akumulasi modal usaha, (iv) pembinaan teknis dan non teknis yang dihadapi oleh pendamping, dan Gapoktan. g. Fasilitasi Gapoktan untuk melakukan Rapat Tahunan Gapoktan dan penutupan pembukuan setiap akhir tahun. h. Pembinaan dan bimbingan teknis terhadap Gapoktan yang tidak terseleksi agar dapat masuk ke Tahap Pengembangan. i. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM sebagai bahan kepada Bupati/Walikota. C. Tingkat Pendamping Pendamping yang sudah ditetapkan oleh provinsi untuk mendampingi Gapoktan pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM baik untuk Tahap Pengembangan, dan/atau Tahap Kemandirian mempunyai tugas dan tanggungjawab antara lain: 1. Merencanakan, membuat materi pendampingan, mencatat dan melaporkan seluruh aktivitas kegiatan dalam rangka melakukan pendampingan ke Gapoktan dan unit-unit usahanya secara rutin. 2. Membimbing kelembagaan Gapoktan untuk dapat: (i) mengambil suatu keputusan yang dilakukan secara partisipatif, (ii) memahami tugas dan tanggung jawab sebagai pengurus dan anggota, (iii) memahami mekanisme musyawarah dalam membahas rencana kegiatan, masalah yang dihadapi dan merumuskan keputusan dan langkah-langkah pelaksanaan, (iv) memahami dan menerapkan aturan dan sanksi yang disepakati dan dimusyawarahkan bersama baik untuk pengurus, anggota maupun pengurus unit-unit usahanya. 3. Memfasilitasi dan memotivasi Gapoktan dan unit-unit usahanya agar mampu mengambil keputusannya sendiri, dengan jalan: (i) membantu menemukenali masalah dalam pendistribusian hasil produk anggotanya, (ii) membantu menganalisis situasi yang sedang dihadapi anggotanya dan melakukan rencana antisipasi terhadap jatuhnya harga di saat panen raya dan kekurangan pangan disaat musim paceklik serta langkah-langkah perbaikannya (pengolahan/penyimpanan/distribusi/pemasaran), (iii) membantu memperoleh pengetahuan/informasi (pembangunan/renovasi gudang, teknologi pengolahan, penyimpanan), pasar, permodalan dan kemudahan kemudahan lain guna memecahkan masalah yang dihadapi di lapangan, (iv) membantu mengambil keputusan berdasarkan analisis terhadap situasi dan masalah.

8 4. Mendampingi dan memfasilitasi Gapoktan dalam (i) menyusun Rencana Usaha Gapoktan (RUG) dan (ii) melaksanakan kegiatan secara partisipatif (perumusan rencana, indikator keberhasilan, tahapan pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan). 5. Memfasilitasi Gapoktan dalam mengakses teknologi, informasi pasar, peluang pemasaran, dan permodalan. 6. Memfasilitasi dan memotivasi anggota Gapoktan untuk dapat melakukan pemupukan dana/modal sehingga dapat mengembangkan unit distribusi atau pemasaran atau pengolahan dan unit pengelola cadangan pangan yang dikelola secara transparan sesuai aturan dan sanksi yang disepakati. 7. Memfasilitasi Gapoktan dan unit-unit usahanya dalam membuat administrasi dan pembukuan secara baik dan teratur (kegiatan pembelian dan penjualan, pengadaan dan penyaluran cadangan pangan, keuangan), mengelola keuangan secara transparan dan akuntabel, mengembangkan usaha sehingga memperoleh nilai tambah yang menguntungkan. 8. Memfasilitasi ketua/pengurus Gapoktan dan unit-unit usahanya dalam menyusun laporan bulanan secara tertulis ke kabupaten/kota dan pengiriman laporan mingguan dengan menggunakan SMS ke Pusat. 9. Memfasilitasi Gapoktan untuk melakukan Rapat Tahunan Gapoktan dan penutupan pembukuan setiap akhir tahun, dan mengarahkan unit usaha Gapoktan untuk memasukan seluruh dana bansos dan hasil usahanya yang telah diterimanya ke dalam rekening Gapoktan. D. Tingkat Gapoktan (Pengembangan, dan Kemandirian) Tugas dan tanggung jawab Pengurus Gapoktan antara lain : 1. Membuat aturan dan sanksi tertulis yang disepakati dan mengikat seluruh anggota Gapoktan sebagai organisasi kelembagaan petani (AD/ART). 2. Membangun kerja sama yang transparan dan akuntabel antara pengurus dan anggotanya. 3. Menyusun RUG dan rencana pelaksanaan kegiatan secara musyawarah mufakat (Tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian). 4. Melaksanakan seluruh kegiatan secara swakelola dan swadaya masyarakat baik untuk kegiatan yang bersumber dari dana bansos (Tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian), dan/atau APBD, dan/atau swadaya masyarakat serta mengacu pada petunjuk pelaksanaan (Juklak), petunjuk teknis (Juknis), aturan/sanksi setempat yang berlaku, dengan bimbingan dari Tim Pembina Provinsi, Tim Teknis Kabupaten/Kota, dan pendamping. 5. Memanfaatkan dana bansos sesuai dengan RUG dan dana bansos tersebut tidak dapat dialokasikan untuk kegiatan lainnya, yang tidak sesuai dengan Pedum dan tidak boleh dilakukan pemotongan-pemotongan oleh pihak lain untuk kepentingan pribadi. 6. Mengarahkan dan menganjurkan kepada pengurus dari masing-masing unit usaha dan anggota kelompoknya untuk melakukan pembukuan, pencatatan, pemantauan, pengawasan dan pelaporan. Pelaporan dilakukan baik ke kabupaten/kota maupun ke pusat secara rutin.

9 7. Mendorong dan menggerakkan aktivitas, kreativitas dan inisiatif dari masing-masing unit usahanya dan anggota kelompok untuk mengembangkan usahanya. 8. Mengadakan pertemuan/musyawarah/rapat anggota dengan penanggung jawab masingmasing unit usahanya dan para anggota kelompok yang dihadiri oleh pendamping secara berkala dan terjadwal, minimal satu bulan sekali untuk dapat memperkuat dan mengetahui pengelolaan Gapoktan sebagai organisasi ekonomi. 9. Melaksanakan Rapat Tahunan Gapoktan, stock opname, dan penutupan buku kas untuk mengetahui perkembangan dana bansos setiap akhir tahun. Uang tunai yang masih berada di masing-masing unit harus masuk ke rekening Gapoktan setiap akhir tahun. 10. Menyusun rencana penggunaan dana bansos setiap awal tahun untuk Tahap Pengembangan, dan Tahap Kemandirian terhadap dana yang akan dan sudah diterima. 11. Mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang telah dilaksanakan oleh unit usahanya, untuk selanjutnya membuat rencana dan langkah perbaikan. E. Tingkat Unit Usaha Gapoktan Tugas dan tanggung jawab dari unit usaha distribusi dan/atau pemasaran dan/atau pengolahan dan unit pengelola cadangan pangan yang memperoleh dana bansos kegiatan Penguatan-LDPM adalah: (i) melakukan kegiatan secara swakelola dan swadaya; (ii) membuat pembukuan (administrasi dan keuangan) secara teratur untuk seluruh kegiatan yang dilakukan (kegiatan pembelian-penjualan gabah, beras, dan/atau jagung, pengadaanpenyimpanan-penyaluran-pengembalian cadangan pangan dan pembangunan gudang); dan (iii) membuat laporan secara berkala kepada ketua Gapoktan; (iv) melakukan pembaharuan gabah dan/atau beras cadangan apabila dalam batas tertentu belum dimanfaatkan; (v) membuat aturan dan sanksi dalam penyaluran cadangan pangan. F. Tingkat Petani Petani dan Poktan yang berada dalam wadah Gapoktan merupakan produsen dari gabah, beras, dan jagung, dimana pada saat tertentu mereka juga sebagai konsumen. Pada saat sebagai produsen mereka mempunyai masalah dalam pendistribusian pemasaran hasil panennya, maka Gapoktan melalui unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan yang mendapatkan dukungan dana bansos dari pemerintah, wajib melakukan pembelian gabah dan beras serendah-rendahnya sesuai HPP. Di sisi lain pada saat musim paceklik apabila ada anggota Gapoktan tidak menghasilkan produk pangan sehingga berdampak tidak mempunyai akses terhadap pangan, maka Gapoktan melalui unit pengelola cadangan pangan dapat menyalurkan cadangan pangan dengan memprioritaskan kepada anggota Gapoktan yang sudah memenuhi kewajiban sebagai anggota Gapoktan sesuai dengan aturan dan sanksi yang telah disepakati bersama.

10 III. PRESTASI/KEBERHASILAN Dari kegiatan LDPM tersebut dapat dilihat Keberhasilan yang dapat diukur melalui tercapainya tingkat kesejahteraan petani para anggota Gapoktan LDPM, kestabilan harga gabah/beras sesuai HPP di daerah masing-masing Gapoktan. Dan menurutnya tingkat para mafia pemain beras (tengkulak/ijon) di wilayah sentra padi yang terdapat gapoktan LDPM. Beberapa Gapoktan LDPM yang telah berhasil diantaranya sesuai Database Klasifikasi Database Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI antara lain: 1. Gapoktan Watu Paka Lendo wilayah Manggarai Barat Kecamatan Lembor Desa Siru Gapoktan ini mendapatkan Predikat keberhasil dengan Sangat Berhasil. Aktifitas Gapoktan yang telah mampu memainkan peran dengan menurunkan Harga sesuai HPP sehingga mengacaukan para mafia beras (tengkulak/ijon) untuk ikut menaikan Harga gabah/beras petani. Dampak ini berkelanjutan dengan terciptanya kestabilan harga gabah/beras di wilayah Manggarai Barat secara keseluruhan. Cadangan pangan di Gapoktan ini juga telah mampu melayani sebagian besar masyarakat di daerah Lembor. Dan telah menciptakan beras organic sendiri untuk di pasarkan Gudang LDPM, Aktifitas dan Produk Yang dihasilkan Gapoktan Watu Paka Lendo 2. Gapoktan Bersatu Maju di Kabupaten Manggarai Kecamatan Satar Mese Desa Paka. Gapoktan yang telah masuk pasca mandiri sejak tahun 2012 ini juga mendapatkan Predikat keberhasil dengan Sangat Berhasil. Selama menjalankan aktifitanya sejak berdiri tahun 2009 ini telah mencapai keberhasilannya yaitu menciptakan ketahanan pangan yang sangat kuat untuk wilayah Manggarai, dan harga gabah/beras dari para petani telah di stabilkan sesuai HPP, dan juga mendistribusikan beras ke berbagai wilayah lain di pulau Flores.

11 Gudang Gapoktan Bersatu Maju 3. Gapoktan Roda Mandiri di wilayah Timur Tengah Utara (TTU) Kecamatan Biboki Moenleu tepatnya di desa Oepuah Selatan ( Klasifikasi sangat Berhasil) Gapoktan ini telah mampu memberikan beras pada daerah sekitarnya juga telah bermitra dengan pihak eksportir untuk memasok beras ke Negara Timor Leste (Distrik Oecuse). Sebagai produsen pangan gapoktan ini telah menstabilkan harga yang sangat murah menjadi HPP. Dan meminimalkan pergerakan para mafia beras (tengkulak/ijon). Gudang LDPM Gapoktan Roda Mandiri

12 Database Kegiatan Klasifikasi Gapoktan Penguatan-LDPM Provinsi NTT oleh Badan Ketahanan Pangan Pusat Kementerian Pertanian RI Periode 2015 No Kabupaten Kecamatan Desa Tahun Nama Gapoktan Klasifikasi 1 Manggarai Barat Lembor Siru 2010 Watu Paka Lendo Sangat Berhasil 2 Manggarai Satar Mese Paka 2009 Bersatu Maju Sangat Berhasil 3 TTU Bikomi Moenleu Oepuah Selatan 2011 Roda Mandiri Sangat Berhasil 4 Ende Maurole Keliwumbu 2010 Keliwumbu Berhasil 5 Manggarai Wae Rii Bangka Kenda 2009 Bantang Cama Berhasil 6 Mnaggarai Barat Lembor Pong Majok 2011 Sinar Usaha Berhasil 7 Sumba Barat Daya Wewewa Timur Rodana Dikira 2009 Cahaya Bapa Berhasil 8 Manggarai Satar Mese Papang 2009 Papang Berhasil 9 Manggarai Satar Mese Golo Muntas 2009 Keka Jaya Berhasil 10 Ende Wewaria Tanali 2010 Dole Telu Berhasil 11 Ngada Golewa Were III 2009 Maju Bersama Berhasl 12 Sumba Barat daya Wewewa Timur Pada Eweta 2009 Dian Tani Berhasil 13 Sumba Timur Lewa Lewa Paku 2009 Sumber Hidup Berhasil 14 Sumba Barat Lamboya Lamboya Bawa 2011 Pajo Mila Meha Berhasil 15 Sumba Timur Kambera Malumbi 2009 Harapan Baru Berhasil 16 Malaka Malaka Tengah Kamanasa 2011 Kamanasa Mandiri Berhasil 17 Manggarai Satar Mese Umung 2009 Reje Lele Berhasil 18 Sumba Timur Pahunga Lodu kaliuda 2009 Mitra Karya Berhasil 19 Sumba Timur Kambera Mauliru 2009 Lima Ndapahalang Berhasil 20 Sumba Barat Daya Kodi Utara Kori 2009 Anak Tani Berhasil 21 Rote Ndao Rote Barat Temas 2012 Amansa Berhasil 22 Rote Ndao Rote Tengah Termanu 2012 Pinga Peto Berhasil 23 Ende Sipijena Detusoko 2012 Sijel Berhasil 24 Ende Ende Ja mokeasa 2012 Setia Kawan Berhasil 25 TTU Biboki Moeleu Maukabatan 2012 Benar Berhasil 26 Sikka Paga Mase Bewa 2012 Bogo Sama Kurang Berhasil 27 Ngada Sowa Piga 2009 Citra Tani Kurang Berhasil 28 Sumba Barat Wanokaka Hupu Mada 2011 Embun Pagi Kurang Berhasil 29 Belu Kobalima Lakekun 2011 Lakekun Kurang Berhasil 30 Manggarai Timur Samba Rampas Nanga Baras 2010 Nanga Baras Kurang Berhasil 31 Rote Ndao Rote Tengah Termanu 2012 Pinga Peto Kurang Berhasil 32 Sikka Magepanda Magepanda 2012 Detu Done Tidak Berhasil 33 TTU Noemuti Fatumuti 2011 Bon-Bon Tidak Berhasil IV. MANFAAT BAGI KELOMPOK TANI a. Manfaat kegiatan Penguatan-Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) bagi Gapoktan di NTT yaitu telah menjadikan Gapoktan LDPM menjadi Gudang Cadangan Pangan dan sebagai mitra petani untuk memasarkan hasil produksi padi mereka sesuai Harga pembelian pemerintah (HPP). Manfaat LDPM secara Keseluruhan di wilayah NTT b. LDPM Sebagai Upaya Pengendalian Harga dan Pemantapan Ketahanan Pangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) yang merupakan bagian dari upaya peningkatan ketahanan pangan masyarakat, telah mampu membantu petani dalam menjaga stabilitas harga padi maupun hasil panen lainnya. Dengan adanya LDPM di NTT. masyarakat petani sudah tidak lagi terjebak kepada tengkulak yang membeli gabah dengan harga dibawah harga pemerintah. Petani menjual gabahnya ke

13 Gapoktan, dan dijual lagi dengan jaminan harga yang stabil. Meskipun harga gabah anjlok, Gapoktan tetap membeli gabah petani dengan harga normal. c. Manfaat LDPM di NTT juga bertujuan untuk mengantisipasi kerawanan pangan dan pasca panen mengingat saat pasca panen harga-harga beras mengalami peningkatkan. Hasil panen bukan saja bisa dijual di dalam daerah, tapi juga di luar daerah saat ada kerawanan pangan namun yang menjadi prioritas tentunya dalam daerah. Saran Pembentukan Asosiasi Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) Keberhasilan dalam mengembangkan LDPM tidak lepas dari kemampuan pengurus dalam mengelola kelembagaan gapoktannya dan mampu mengelola dana bantuan yang sudah diberikan sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan. Di samping itu peranan pendamping, tim teknis kabupaten/kota dan tim pembina provinsi sangat menentukan dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan program penguatan LDPM yang dikelola oleh gapoktan. Oleh karena itu, sinergitas antara gapoktan, pendamping, tim teknis kabupaten/kota dan tim pembina provinsi serta pusat sangat diperlukan. Untuk mendukung hal tersebut maka dibentuklah Asosiasi Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Dengan demikian harapannya setelah beberapa tahun masa pembinaan dan pendampingan, gapoktan akan mampu mengelola LDPM secara mandiri. Dalam rangka untuk mendorong stabilisasi harga pangan, peningkatan cadangan pangan serta peningkatan nilai tambah bagi petani maka perlu adanya kegiatan yang bertujuan untuk meningkatan kemampuan kelembagaan Gapoktan untuk mengembangkan unit usaha distribusi hasil pertanian yang mencakup pembelian, penyimpanan, pengolahan, dan penjualan hasil pertanian khususnya gabah, beras dan jagung. Untuk mendukung tujuan tersebut, Asosiasi LDPM akan melakukan kegiatan yang diharapkan bisa menjembatani adanya sinergi antara Gapoktan/pelaku usaha dengan para pihak yang terkait. Asosiasi LDPM akan melakukan kegiatan sebagai berikut, antara lain;

14 a. Memperluas Pemasaran Dalam upaya untuk menjaga stabilitas harga pangan, maka perlu adanya jaminan pemasaran hasil produksi dari petani. Untuk memberikan jaminan pemasaran tersebut, Gapoktan/pelaku usaha harus mampu memperluas pemasaran hasil produksi dari petani khususnya gabah, beras dan jagung. Kegiatan Asosiasi LDPM yang bertujuan untuk memperluas pasar adalah sebagai berikut; 1. Temu usaha. Kegiatan ini bertujuan untuk mempertemukan antara pembeli dan penjual yang difasilitasi oleh dinas. 2. Lelang forward. Lelang forward yaitu lelang suatu komoditas yang dilakukan oleh penjual dan pembeli. 3. Pengadaan outlet. Outlet ini berfungsi seperti toko yang memajang hasil produksi dari Gapoktan. 4. Pengadaan website. Website LDPM yang bertujuan untuk membuat pasar secara online melalui internet yang didalamnya memuat penawaran dan pembelian secara umum. 5. Akses ke BULOG. Menjembatani bagi Gapoktan/pelaku usaha yang ingin menjadi mitra BULOG. b. Memperbanyak stok gabah Untuk memperkuat cadangan pangan, hal yang perlu dilakukan adalah memperbanyak stok pangan, khususnya gabah dan beras. Kegiatan ini untuk mencukupi kebutuhan pangan ketika terjadi masa paceklik. Idealnya masing-masing Gapoktan mempunyai stok pangan yang bisa mencukupi kebutuhan anggotanya pada saat packlik. Kegiatan Asosiasi LDPM adalah mendorong Gapoktan untuk pengadaan stok cadangan pangan dengan berbagai metode, antara lain; 1. Sistem stok gabah di Gapoktan. Bagi Gapoktan yang sudah menerima fasilitas dari LDPM, sebagian dana dibelikan gabah untuk distok. 2. Tabungan gabah kelompok tani. Petani menabung di Gapoktan berupa gabah atau uang senilai gabah yang oleh Gapoktan dibelikan gabah untuk distok. 3. Sistem resi gudang. 4. Gapoktan menyimpan gabah di gudang, seperti yang saat ini sudah tersedia di Bantul. Sistem resi gudang ini memungkinkan bagi Gapoktan untuk mendapatkan pinjaman senilai gabah yang di simpan di gudang resi gudang. c. Meningkatkan nilai tambah produk hasil tani Produk hasil dari tani diupayakan mendapatkan nilai tambah agar bisa mendapatkan harga yang tinggi, sehingga kesejahteraan petani bisa lebih meningkat. Kegiatan yang dilakukan Asosiasi LDPM adalah memberikan wawasan bagi Gapoktan; 1. Memproduksi jenis tanaman pangan yang khusus. Petani memproduksi produk pangan khusus, yang memiliki pangsa pasar dengan harga yang lebih tinggi, misalnya produk beras organik, mentik wangi, ketan hitam dan lain-lain.memberikan 2. Jaminan pasar bagi produk-produk khusus. Gapoktan memberikan jaminan pasar terhadap produk pangan khusus, yang dihasilkan oleh para petani. d. Melakukan Study banding Study banding antara Gapoktan sangat penting untuk dilakukan guna memberikan pandangan baru bagi Gapoktan tentang pencapaian yang sudah dilakukan oleh Gapoktan yang lainnya. Kegiatan ini diharapkan bisa terus dilakukan mengingat besarnya manfaat yang bisa diambil

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 07/KPTS/RC.110/J/01/2017 TANGGAL : 23 JANUARI 2017

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 07/KPTS/RC.110/J/01/2017 TANGGAL : 23 JANUARI 2017 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 07/KPTS/RC.110/J/01/2017 TANGGAL : 23 JANUARI 2017 PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (PENGUATAN-LDPM) TAHUN 2017

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/2/2013 TANGGAL : 11 Februari 2013 PEDOMAN PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang :

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengendalian harga guna tercapainya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 16/Permetan/HK.140/4/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 16/Permetan/HK.140/4/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 16/Permetan/HK.140/4/2015 TENTANG PEDOMAN PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengendalian

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (Penguatan-LDPM)

PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (Penguatan-LDPM) PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (Penguatan-LDPM) BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 DAFTAR ISI Halaman Keputusan Menteri Pertanian Nomor 11/KPTS/KN.110/K/02/2016...

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 11/KPTS/KN.110/K/02/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 11/KPTS/KN.110/K/02/2016 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 11/KPTS/KN.110/K/02/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 OLEH : DRS. HADJI HUSEN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI NTT BADAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG DUKUNGAN DANA PERKUATAN MODAL KEPADA LEMBAGA USAHA EKONOMI PEDESAAN (LUEP) DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) MELALUI TOKO TANI INDONESIA (TTI) Konsep dan Implementasi

PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) MELALUI TOKO TANI INDONESIA (TTI) Konsep dan Implementasi PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) MELALUI TOKO TANI INDONESIA (TTI) Konsep dan Implementasi Pontianak, 3 Agustus 2016 Harga Bergejolak Rantai pasok panjang OP bersifat temporer KONDISI RIIL Keuntungan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 Petani sering merugi Bulog belum hadir di petani Rantai pasok panjang Struktur

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 Hotel Aston, Pontianak 2 4 Agustus 2016 Petani sering merugi Bulog belum hadir di petani Rantai pasok panjang Struktur pasar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/Permetan/HK.140/4/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/Permetan/HK.140/4/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015 PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/Permetan/HK.140/4/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar, sehingga memiliki sifat strategis dalam pembangunan baik tingkat wilayah maupun nasional. Untuk mewujudkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti

Lebih terperinci

KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN. Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan

KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN. Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan 1 Outline 1. Pendahuluan 2. Kegiatan Cadangan Pangan Masyarakat 3. Kegiatan Cadangan

Lebih terperinci

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 Workshop Perencanaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2015

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: Evaluasi, Pemberdayaan, Efektivitas, Kesejahteraan

Abstrak. Kata kunci: Evaluasi, Pemberdayaan, Efektivitas, Kesejahteraan Judul : Evaluasi Pelaksanaan Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) Pada Gapoktan Di Kabupaten Tabanan : Studi Gapoktan Aseman III di Desa Megati. Nama : Gede Crisna Wijaya NIM : 1306105100

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 I. P E N D A H U L U A N

RAPAT KOORDINASI PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 I. P E N D A H U L U A N RAPAT KOORDINASI PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 I. P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Fluktuasi harga dan pasokan pangan pokok yang tidak

Lebih terperinci

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS Strategi Operasional Bulog Awal Tahun Awal tahun 2007 dibuka dengan lembaran yang penuh kepedihan. Suasana iklim yang tidak menentu. Bencana demi bencana terjadi di hadapan

Lebih terperinci

LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/2/2013 TANGGAL : 11 Februari 2013 PEDOMAN PENGEMBANGAN LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT

LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/2/2013 TANGGAL : 11 Februari 2013 PEDOMAN PENGEMBANGAN LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/2/2013 TANGGAL : 11 Februari 2013 PEDOMAN PENGEMBANGAN LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan

Lebih terperinci

Notulensi. Peserta (Daerah dan Pusat) Prov. DKI Jakarta, Aceh, Lampung dan Bengkulu. Nama. Penanggung Jawab Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Notulensi. Peserta (Daerah dan Pusat) Prov. DKI Jakarta, Aceh, Lampung dan Bengkulu. Nama. Penanggung Jawab Sekretaris Badan Ketahanan Pangan R U M U S A N HASIL DISKUSI KELOMPOK PERTEMUAN SINKRONISASI PERSIAPAN PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN KETAHANAN PANGAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA WILAYAH BARAT TAHUN 2017 HOTEL GRAND ROYAL PANGHEGAR, 1 FEBRUARI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum Pd T-05-2005-C Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (P BM) 1. Pedoman umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan, kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB Gedung Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat 1. ALAMAT Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat beralamat di Jl. Majapahit No. 29 Mataram Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/M-DAG/PER/1/2012 TENTANG PENGGUNAAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH UNTUK STABILISASI HARGA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010 Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian melaksanakan tugas pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang ketahanan pangan.

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018

PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018 PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018 Oleh: Sekretaris Badan Ketahanan Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Perencanaan Pembangunan Pertanian Tahun 2018 Jakarta, 26 Januari 2017 I

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pedesaan yang telah lama berperan dalam pengembangan cadangan pangan.

I. PENDAHULUAN. pedesaan yang telah lama berperan dalam pengembangan cadangan pangan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lumbung pangan adalah salah satu kelembagaan pangan masyarakat di pedesaan yang telah lama berperan dalam pengembangan cadangan pangan. Peranan lumbung di masa lalu lebih

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05/KPTS/KN.130/K/02/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05/KPTS/KN.130/K/02/2016 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05/KPTS/KN.130/K/02/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB Gedung Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat ALAMAT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat beralamat di Jl. Majapahit No. 29 Mataram

Lebih terperinci

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGEMBANG AN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016

PEDOMAN UMUM PENGEMBANG AN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016 PEDOMAN UMUM PENGEMBANG AN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA i Sekretariat PUPM Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Gd. E Lt 6 Jl. Harsono

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian yang menjadi dasar pelaksanaan program dan kegiatan pada periode tahun 2015-2019 adalah Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Menengah

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA DUMAI, Menimbang

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI WADAH KOPERASI UNTUK MENCAPAI KETAHANAN PANGAN. Menteri Pertanian RI Pada : Jakarta Food Security Summit (JFSS)

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI WADAH KOPERASI UNTUK MENCAPAI KETAHANAN PANGAN. Menteri Pertanian RI Pada : Jakarta Food Security Summit (JFSS) PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI WADAH KOPERASI UNTUK MENCAPAI KETAHANAN PANGAN Menteri Pertanian RI Pada : Jakarta Food Security Summit (JFSS) JAKARTA, 12 13 FEBRUARI 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN KOPERASI UU

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN ESELON PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

429 Desa 80% - Sosialisasi Pedum - Di Prov Banten ada perubahan lokasi dari kab pandeglang ke kota serang

429 Desa 80% - Sosialisasi Pedum - Di Prov Banten ada perubahan lokasi dari kab pandeglang ke kota serang A PENETAPAN KINERJA Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun 1 % 10 % - Rakor/pertemuan dengan instansi terkait Mengingat capaian penurunan penduduk rawan pangan per tahun, sangat tergantung dengan instansi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi... KATA PENGANTAR Dalam rangka mencapai kedaulatan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani perlu upaya khusus, terutama dukungan kebijakan pemerintah untuk mengatasi berbagai permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan Provinsi Kepulauan dengan jumlah pulau 1.192, 305 kecamatan dan 3.270 desa/kelurahan. Sebanyak 22 Kabupaten/Kota di Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Yayuk FB Pembekalan KKP Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB 14 Mei 2011 CONTOH : Hasil identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki posisi paling penting dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras merupakan bahan makanan

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PERMENTAN/PP.320/5/2017 TENTANG OPERASI PASAR MENGGUNAKAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH DALAM RANGKA STABILISASI HARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015 FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015 1 ARAHAN UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN A. KERANGKA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN Kedaulatan Pangan Kemandirian Pangan Ketahanan Pangan OUTCOME Masyarakat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2017 DAN PERSIAPAN PERENCANAAN TAHUN 2018

PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2017 DAN PERSIAPAN PERENCANAAN TAHUN 2018 PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2017 DAN PERSIAPAN PERENCANAAN TAHUN 2018 BIDANG DISTRIBUSI PANGAN OLEH KEPALA BIDANG DISTRIBUSI, HARGA DAN AKSES PANGAN BIDANG DISTRIBUSI, HARGA DAN AKSES PANGAN EVALUASI KEGIATAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Dr. Benny Rachman

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Dr. Benny Rachman i KATA PENGANTAR Sesuai dengan arah, kebijakan, program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DAN CADANGAN PANGAN MASYARAKAT KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu produksi dan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR CADANGAN PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015

LAPORAN AKHIR CADANGAN PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015 LAPORAN AKHIR CADANGAN PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015 PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR

Lebih terperinci

KEMAJUAN PELAKSANAAN (%) - Sosialisasi Pedum - Kawasan di Papua belum dapat dilaksanakan karena PPK harus koordinasi dan gubernur

KEMAJUAN PELAKSANAAN (%) - Sosialisasi Pedum - Kawasan di Papua belum dapat dilaksanakan karena PPK harus koordinasi dan gubernur A Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun 1 % 10 % - Rakor/pertemuan dengan instansi terkait Mengingat capaian penurunan penduduk rawan pangan per tahun, sangat tergantung dengan instansi terkait, maka

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KEMENTAN REALISASI FISIK KEGIATAN BKP April REALISASI (Rp) Mei Juni KETERANGAN

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN SUBID DISTRIBUSI DAN PEMASARAN PANGAN TAHUN 2016

RENCANA KEGIATAN SUBID DISTRIBUSI DAN PEMASARAN PANGAN TAHUN 2016 RENCANA KEGIATAN SUBID DISTRIBUSI DAN PEMASARAN PANGAN TAHUN 2016 Kegiatan Subid Distribusi dan Pemasaran Pangan Tahun 2016 (APBD) Pemberdayaan Masyarakat Desa melalui Penguatan Lembaga Distribusi Pangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/RC.110/J/01/2017 TANGGAL : 23 JANUARI 2017

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/RC.110/J/01/2017 TANGGAL : 23 JANUARI 2017 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/RC.110/J/01/2017 TANGGAL : 23 JANUARI 2017 PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Penugasan. PERUM BULOG. Ketahanan Pangan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/KN.010/K/02/2016 TANGGAL : 15 Februari 2016

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/KN.010/K/02/2016 TANGGAL : 15 Februari 2016 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/KN.010/K/02/2016 TANGGAL : 15 Februari 2016 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA : 06/KPTS/KN.010/K/02/2016 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA : 06/KPTS/KN.010/K/02/2016 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/KN.010/K/02/2016 TANGGAL : 15 Februari 2016 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

-2- Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

-2- Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pedum Desa Mapan Menuju Gerakan Kemandirian Pangan TA

BAB I PENDAHULUAN. Pedum Desa Mapan Menuju Gerakan Kemandirian Pangan TA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mencapai tujuan pertama Millenium Development Goals (MDGs), yaitu untuk mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan di dunia sampai setengahnya di tahun 2015,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG 1 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN KETAHANAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA Disampaikan Dalam Rangka FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Kebijakan dan Implementasi Pembentukan Lembaga Lain Di Daerah KEMENTERIAN PERTANIAN Bangka

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2. Sub Bidang Pengembangan SDM Penyuluh. g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

2. Sub Bidang Pengembangan SDM Penyuluh. g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. BAB XXXII BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 633 Susunan Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, terdiri dari: a. Kepala Badan; b. Sekretaris, membawahkan:

Lebih terperinci

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1 Ringkasan Eksekutif Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1 Perum Bulog didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003. Merujuk pada PP tersebut, sifat usaha, maksud, dan tujuan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2010

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2010 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA TALANGAN PENGADAAN PANGAN UNTUK PEMBELIAN GABAH/BERAS PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN INDIKATOR KINERJA (IKU) INSTANSI VISI MISI TUJUAN TUGAS : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kegiatan yang menghubungkan antara produsen dan konsumen disebut kegiatan distribusi. Kegiatan distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan memindahkan atau menyalurkan

Lebih terperinci

1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain.

1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain. Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Triwulan III Tahun 2015 A PENETAPAN KINERJA Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun 1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir

Lebih terperinci

PENGAWASAN PENGELOLAAN DANA DESA. Oleh : Arief Hidayat, SE, MM INSPEKTORAT JENDERAL KEMENDAGRI

PENGAWASAN PENGELOLAAN DANA DESA. Oleh : Arief Hidayat, SE, MM INSPEKTORAT JENDERAL KEMENDAGRI PENGAWASAN PENGELOLAAN DANA DESA Oleh : Arief Hidayat, SE, MM INSPEKTORAT JENDERAL KEMENDAGRI JAKARTA, 4 APRIL 2016 DASAR HUKUM UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; PP. Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan arah kebijakan,

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA 131 132 STABILISASI HARGA DAN PASOKAN PANGAN POKOK Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 55,2012 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk kelanjutanhidupnya, oleh karena itu terpenuhinya pangan menjadi hak asasi bagisetiap orang.berdasarkan hal itu

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan I. Arahan UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan Kedaulatan Pangan Ketahanan Pangan Masyarakat dan perseorangan yang sehat, aktif, dan produktif, secara berkelanjutan

Lebih terperinci