PERANAN PERENCANAAN PAJAK DALAM MENCIPTAKAN EFISIENSI BEBAN PAJAK PADA BAGIAN ACCOUNTING PT. XYZ

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN PERENCANAAN PAJAK DALAM MENCIPTAKAN EFISIENSI BEBAN PAJAK PADA BAGIAN ACCOUNTING PT. XYZ"

Transkripsi

1 PERANAN PERENCANAAN PAJAK DALAM MENCIPTAKAN EFISIENSI BEBAN PAJAK PADA BAGIAN ACCOUNTING PT. XYZ ABSTRAK DWIYATMOKO PUJIWIDODO Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika Jl. Kramat Raya No. 25 Jakarta Pusat, Indonesia dwiyatmoko_2005@yahoo.com Penerimaan Perpajakan untuk periode , mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, yaitu dari Rp. 347,0 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp. 742,7 triliun pada tahun Dalam kurun waktu enam tahun tersebut, penerimaan perpajakan meningkat 114,0 persen atau rata rata setiap tahun sebesar 22,8 persen. Peningkatan ini menunjukkan bahwa pajak telah menjadi tulang punggung dalam penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia. Peningkatan penerimaan pajak ini juga tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat khususnya Wajib Pajak. Karena meskipun sudah termaktub dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 dan ketentuan serta tata caranya diatur oleh Undang-Undang, namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak dan pemerintah. Pemerintah berharap penerimaan pajak terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sedangkan wajib pajak berusaha membayar pajak sekecil mungkin. Adanya perbedaan kepentingan inilah yang menyebabkan wajib pajak cenderung meminimalkan beban pajak mereka, baik itu dengan cara cara yang masih ada dalam bingkai peraturan (tax avoidance), sampai dengan cara cara yang dianggap ilegal atau melanggar peraturan perpajakan (tax evasion). Dalam hal inilah Perencanaan Pajak berperan menciptakan efiensi beban pajak yang harus ditanggung oleh Wajib Pajak. Kata Kunci : Penerimaan Perpajakan, Wajib Pajak, Perencanaan Pajak ABSTRACT Tax Revenue for the period , has grown very considerably, from Rp347, 0 billion in 2005 to Rp742, 7 billion in Within six years, tax revenue increased percent, or the average - average of 22.8 percent per year. This increase indicates that the tax has become the backbone in the acceptance of the State Budget of Indonesia. Increased tax revenue is also inseparable from the active participation of the public, especially taxpayers. Because even though it was set forth in Article 23 paragraph (2) Act of 1945 and the provisions and procedures stipulated by the way the Act, but in practice there is a difference of interests between the taxpayer and the government. The government hopes the tax revenue continues to increase from year to year, while the taxpayer attempted to pay taxes as small as possible. The difference of interest is what causes the taxpayers tend to minimize their tax burden, be it in a way - a way that still exist in the frame regulations (tax avoidance), until by the way - a way that is considered illegal or in violation of tax laws (tax evasion). Tax Planning In this role creates efiensi tax burden to be borne by the taxpayer. Keywords: Tax Revenues, Tax, Tax Planning I. PENDAHULUAN Perencanaan pajak (tax planning) merupakan bentuk penghalusan atau eufimisme dari tax avoidance. Umumnya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa transaksi dan usaha wajib pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi dengan cara cara yang diperkenankan dalam peraturan perpajakan atau masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Perencanaan pajak juga berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan sumber daya secara optimal. Secara tegas dan spesifik memang belum ada ketentuan Perundang Undangan atau Peraturan Pemerintah atau Surat Edaran Dirjen Pajak yang mengatur mengenai perencanaan pajak. Tetapi terlepas dari pemakaian istilah tax planning yang menimbulkan berbagai konotasi, perlu dipahami bahwa perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen dari beberapa fungsi lainnya yang saling berkaitan untuk menjaga kelangsungan hidup suatu perusahaan. Oleh karena itu perencanaan yang menyeluruh meliputi seluruh aspek finansial perusahaan, termasuk di dalamnya perencanaan pajak. Keberhasilan perusahaan dalam mengelola keuangannya dapat diukur dengan tingkat laba yang diperoleh perusahaan. Besar kecilnya laba sangat ditentukan oleh seberapa besar penghasilan yang diterima oleh perusahaan dan biaya yang dibebankan oleh perusahaan. Salah satu biaya yang dibebankan dan menjadi pengurang penghasilan adalah biaya pajak. Oleh karena itu biaya pajak

2 perlu direncanakan dengan baik sehingga beban pajak yang ditanggung menjadi paling minimal. Perencanaan pajak diperlukan agar tujuan perusahaan dapat tercapai tanpa harus melakukan tindakan tindakan yang melanggar peraturan perpajakan yang berlaku. Oleh karena itu perencanaan pajak harus sesuai dengan undangundang perpajakan yang berlaku. Keberhasilan perencanaan pajak sangat tergantung pada pemahaman wajib pajak terhadap undang-undang perpajakan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perencanaan Setiap manusia pasti memerlukan rencana, apalagi sebuah organisasi atau perusahaan yang kegiatannya sangat kompleks, harus membuat suatu perencanaan dan berusaha mematuhinya agar kejadian diwaktu yang akan datang dapat sesuai dengan harapan. Segala hal tanpa suatu perencanaan yang baik tidak akan mandapatkan hasil yang maksimal. Menurut Erly Suandi (2008,2), Perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) dan kemudian menyajikan dengan jelas strategi strategi (program program), taktik taktik, (tata cara pelaksanaan program) serta tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Berdasarkan definisi perencanaan tersebut diatas, dapat diuraikan bahwa manajer suatu organisasi (badan usaha) dituntut untuk bisa merespon setiap perubahan kondisi lingkungan, dan menyajikanya secara jelas kedalam strategi strategi, program dan taktik serta tindakan yang diperlukan. Perencanaan ini diperlukan untuk mencapai tujuan, karena walaupun terjadi perubahan lingkungan yang sangat kompleks dan dinamis, tujuan harus tetap terealisasi. Menurut George R. Terry (2006,5), planning is the selecting and relating of fact and the making and using of assumption regarding the future in the visualization and formulating of proposed activities believed necessary to achieve desired result. (perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta, dan membuat dan menggunakan asumsi mengenai masa depan dalam visualisasi dan perumusan kegiatan yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan) Berdasarkan definisi perencanaan menurut Terry, dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan kegiatan yang harus didasarkan pada fakta, data dan keterangan kongkret mengenai masa yang akan datang dan menyangkut tindakan tindakan apa yang dapat dilakukan terhadap hambatan yang mengganggu kelancaran usaha Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 dalam Nugroho (2009:2), Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2006,1), Pajak adalah Iuran Rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang Undang (yang dapat Dipaksakan) dengan tiada mendapat Jasa Timbal (Kontra Prestasi) yang langsung dapat Ditunjukkan dan yang Digunakan untuk membayar Pengeluaran Umum. Lebih lanjut definisi tersebut diperbaiki menjadi : Pajak adalah peralihan kekayaan dari rakyat ke kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk publik saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment Menurut Feldman dalam Resmi (2008:2) mengemukakan bahwa pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh yang terutang kepada penguasa (menurut norma norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. Dari ketiga definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pajak mempunyai ciri ciri sebagai berikut : 1. Merupakan iuran rakyat atau peralihan kekayaan dari rakyat ke kas negara 2. Pajak dipungut berdasarkan undang undang serta aturan pelaksanaannya 3. Sifatnya dapat dipaksakan, artinya setiap pelanggaran atas aturan perpajakan akan dikenakan sanksi 4. Tidak ada timbal balik secara langsung (kontraprestasi) 5. Pajak diperuntukan untuk membiayai pengeluaran pengeluaran Pemerintah yang bersifat umum atau rutin. Jika ada surplus dijadikan sebagai Public Saving untuk membiayai public investment Menurut Mardiasmo (2006:1), fungsi pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Fungsi Budgetair Pajak adalah merupakan suatu alat / sumber untuk memasukkan uang sebanyak banyaknya ke kas negara untuk membiayai pengeluaran Negara 2. Fungsi Regulerend Pajak merupakan alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan bidang sosial dan ekonomi

3 2.3. Pengertian Perencanaan Pajak A. Definisi Perencanaan Pajak Pemerintah pusat maupun daerah terus berupaya untuk menggali potensi penerimaan pajak, termasuk pajak yang seharusnya berpotensi untuk diterima tetapi ternyata digelapkan oleh oknum oknum tertentu. Di satu sisi, wajib pajak berupaya semaksimal mungkin untuk dapat meminimalkan biaya pajak, karena jika biaya pajak dapat diminimalkan maka akan diperoleh laba yang maksimal. Meminimalkan pajak harus dengan perhitungan dan pertimbangan yang matang. Tanpa perhitungan dan pertimbangan yang baik justru akan menjerumuskan kedalam tindak pidana penggelapan pajak.. Disinilah diperlukan adanya suatu cara meminimalkan beban pajak secara cerdik sehingga tidak bertentangan dengan peraturan pajak (Penghindaran pajak). Salah satu cara untuk meminimalkan beban pajak adalah dengan penerapan perencanaan pajak (Tax Planning), dengan perencanaan pajak setiap transaksi / kontrak bisnis akan dapat diprediksikan beban pajak yang akan timbul sehingga dapat dicari cara yang paling menguntungkan dari segi bisnis dan perpajakannya. Perencanaan pajak juga berarti perencanaan pelaksanaan kewajiban perpajakan sehingga dapat menunaikan kewajiban perpajakan dengan baik, sehingga pajak dapat dibayar secara efektif dan terhindar dari sanksi perpajakan. Menurut Hoffman dalam Ompungsunggu (2011:3), Perencanaan Pajak (tax planning) dikenal sebagai effektive tax planning, yaitu seorang Wajib Pajak (WP) berusaha mendapatkan penghematan pajak (tax saving) melalui penghindaran pajak (tax avoidance) secara sistematis sesuai ketentuan Undang-undang perpajakan. Menurut Lyons Susan M dalam Suandy (2008:7) menjelaskan bahwa Perencanaan pajak adalah suatu strategi yang dilakukan oleh perseroan atau firma dalam rangka meminimalkan kewajiban pajaknya, yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan. Berdasarkan dua pengertian tesebut di atas, dapat dikatakan bahwa perencanaan pajak merupakan proses atas pembayaran kewajiban perpajakan, sehingga tercapai pembayaan pajak yang minimal tanpa melanggar peraturan perpajakan yang berlaku. B. Tujuan Dan Manfaat Perencanaan Pajak Menurut Suandy (2008:7) bahwa perencanaan pajak bertujuan untuk merekayasa agar beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat Undang Undang. Maka perencanaan pajak di sini sama dengan tax avoidance, karena hakikat ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) Adapun manfaat dari perencanaan pajak (tax planning) itu sendiri adalah untuk penghematan kas keluar, karena pajak yang merupakan unsur biaya dapat dikurangi sehingga dapat mengurangi aliran kas keluar. Perencanaan pajak yang matang dapat digunakan untuk mengestimasi kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran, sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat. C. Ruang Lingkup Perencanaan Pajak Ada tiga ruang lingkup perencanaan pajak menurut Ompungsunggu (2011:4), yaitu sebagai berikut : 1. Upaya legal untuk menghemat beban pajak dengan memanfaatkan hal hal yang belum diatur dalam peraturan perpajakan (loopholes) dengan berbagai metode berikut ini : a. Maximizing tax deductable yaitu upaya membebankan biaya biaya usaha, baik yang dikeluarkan secara tunai maupun dalam bentuk non tunai semaksimal mungkin yang diperbolehkan oleh Undang Undang. b. Legal standing of corporate yaitu mencari bentuk usaha yang tepat seperti CV atau Fa atau PT, dengan tujuan menghemat pajak. c. Melakukan konglomerasi usaha yaitu berupa penyatuan bentuk usaha secara vertikal dan horiszontal. d. Tax deferred income yaitu menunda pengakuan penghasilan. 2. Mengorganisasikan usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sehingga utang pajak, baik PPh maupun pajak-pajak lainnya, dalam posisi sehemat mungkin sesuai ketentuan Undang Undang pajak. 3. Mendeteksi cacat teoritis dari ketentuan Undang Undang pajak untuk menemukan cara penghindaran pajak yang dapat menghemat pembayaran pajak D. Strategi Perencanaan Pajak Menurut Karayan dalam Ompusunggu (2011:5) ada enam strategi umum untuk menghemat beban pajak yaitu sebagai berikut ini : 1. Creation yaitu merencanakan keuntungan dari subsidi pajak dengan memindahkan operasi utama perusahaan ke Negara yang menerapkan tarif yang lebih rendah. 2. Conversion yaitu mengubah operasional usaha sehingga menghasilkan kategori jenis

4 penghasilan yang menguntungkan dari segi perpajakan. 3. Shifting yaitu teknik menggeser jumlah beban pajak (tax base) ke periode akuntansi pajak yang lebih menguntungkan. 4. Splitting yaitu menyebarkan dasar pengenaan pajak di antara beberapa wajib pajak sehingga mendapatkan lapisan tarif PPh yang berbeda. 5. Tax evasion yaitu penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan. 6. Tax evoidance yaitu penghindaran pajak dengan mematuhi ketentuan peraturan perpajakan. Perbedaaan antara Tax evasion dan Tax evoidance, secara sistematik dapat digambarkan sebagai berikut : Strategi Umum Penghematan Pajak Tax evasion Tax evoidance Cara yang tidak diperkenankan Undang Undang Perpajakan Cara yang diperkenankan Undang Undang perpajakan Merugikan Negara Tidak merugikan Negara Sumber : Ompusunggu (2011:6) Gambar 1 : Perbedaan Tax evasion dan Tax evoidance E. Tahapan Dalam Membuat Perencanaan Pajak Ada lima tahap yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan pajak menurut Suandy (2008:14), yaitu sebagai berikut : 1. Menganalisis informasi (basis data) yang ada. Tahap pertama dari proses pembuatan perencanaan pajak adalah menganalisis komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung. Dalam tahp ini hal hal internal maupun eksternal harus diperhatikan baik baik, seperti : a. Fakta yang relevan. b. Faktor pajak. c. Faktor non pajak lainnya. 2. Buat satu model atau lebih rencana besarnya pajak Tahap berikutnya dari pembuatan perencanaan pajak adalah merancang rencana untuk beban pajak yang harus dibayarkan, seperti memberikan batasan minimum dan maximum. 3. Evaluasi atas perencanaan pajak Tahap berikutnya adalah dilakukannya evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban pajak, perbedaan laba kotor, dan pengeluaran selain pajak atas alternatif perencanaan. 4. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak Tahap berikutnya adalah dilakukannya perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin sesuai bentuk perencanaan pajak yang diinginkan. Tindakan perubahan (up to date planning) harus tetap dijalankan walaupun diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan keberhasilannya sangat kecil. Sepanjang penghematan pajak masih besar, rencana tersebut harus tetap dijalankan, karena bagaimanapun juga kerugian yang ditanggung merupakan kerugian maksimal. 5. Memutakhirkan rencana pajak Tahap terakhir adalah pemutakhiran dari suatu rencana dengan memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi saat ini, dan dengan begitu akan mampu mengurangi akibat yang merugikan dari adanya perubahan, dan pada saat bersamaan mampu mengambil kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial Pengertian Efisiensi Beban Pajak A. Definisi Efisiensi

5 Menurut Marbun (2010:101) mengemukakan pengertian umum dari efisiensi adalah menekan biaya serendah mungkin untuk meningkatkan keuntungan. Secara luas pengertian efisiensi adalah perbandingan terbaik antara masukan dan hasil, antara keuntungan dan sumber-sumber yang dipergunakan, serta hasil maksimal yang dicapai dengan mengunakan sumber yang terbatas. B. Definisi Beban Pajak Menurut Waluyo (2008:215) mengemukakan pengertian dari beban pajak (tax expanse) adalah jumlah agrerat pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam perhitungan laba rugi akuntansi pada suatu periode berjalan dapat dianggap sebagai beban atau penghasilan. C. Konsep Pengakuan Beban Terdapat perbedaan konsep pengakuan beban antara Undang Undang Pajak Penghasilan dengan akuntansi. Menurut akuntansi semua beban boleh sebagai pengurang penghasilan, sedangkan menurut Undang Undang pajak penghasilan pengeluaran atau beban dibedakan menjadi 2 yaitu : (Ompungsunggu;2011:89) 1. Beban yang boleh didiperhitungkan sebagai pengurang penghasilan bruto (deductible expenses). 2. Beban yang tidak boleh diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan bruto (non deductible expenses). Dengan demikian beban atau biaya yang non deductible harus dikoreksi fiskal (positif). Karena sifatnya di satu sisi mengurangi biaya fiskal, sedangkan di sisi lain penambah penghasilan kena pajak. Yang dimaksud dengan biaya biaya yang boleh diperhitungkan sebagai pengurang bruto, untuk mendapatkan penghasilan neto adalah biaya biaya yang dinamakan oleh Undang Undang pajak penghasilan sebagai biaya atau beban untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dikenai pajak bersifat tidak final dan beberapa pengurangan diperkenankan sesuai dengan ketentuan pasal 6 Undang Undang pajak penghasilan. Disamping itu Undang Undang pajak penghasilan juga memberikan pengecualian dengan membolehkan bahwa imbalan yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan dicatat sebagai pengurang penghasilan (tidak perlu dilakukan koreksi fiskal) dalam hal sebagai berikut menurut Ompusunggu (2011:93) : 1. Biaya karyawan dalam bentuk kenikmatan berupa premi pension / Tunjangan Hari Tua (THT), asuransi kecelakaan, kematian, dan kesehatan yang ditanggung oleh pemberi kerja untuk para karyawannya. 2. Imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang diberikan oleh wajib pajak yang berusaha di daerah tertentu (terpencil) kepada karyawannya. 3. Imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan, sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaannya mengharuskan, misalnya pakaian dan peralatan kerja bagi pemadam kebakaran, karyawan proyek, pakaian seragam pabrik, pakaian seragam petugas keamanan (satpam) dan fasilitas antar jemput karyawan, serta penginapan untuk awak kapal atau pesawat terbang dan sejenisnya. 4. Imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan berupa penyedia makanan dan minuman oleh pemberi kerja di tempat kerja, bagi keseluruhan karyawan secara bersama sama termasuk dewan direksi dan dewan komisaris. D. Standar Beban Pajak Yang Efisien Dalam Muljono (2009:265) Adapun untuk menghitung besarnya penghematan pajak yang akan dilakukan dengan menggunakan rumus : T = P0 Pi x 100 % P0 Keterangan : T = Besarnya % kenaikan (penurunan) perencanaan pajak P0 = Besarnya pajak penghasilan sebelum perencanaan pajak Pi = Besarnya pajak penghasilan sesudah perencanaan pajak Dengan menggunakan rumus tersebut akan terlihat seberapa efisiennya penghematan yang dapat diperoleh melalui perencanaan pajak Pengertian PPh Pasal 21 A. Definisi PPh Pasal 21 Menurut Gunadi (2009:94) definisi dari Pajak Penghasilan pasal 21 adalah pajak yang dibebankan atas dasar gaji, upah, honorarium, tunjangan, pensiun, kegiatan, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa (termasuk jasa ahli yang melakukan pekerjaan bebas) dipungut melalui sistem pemotongan (withholding system) pada saat penghasilan itu dibayarkan. B. Pengurang Penghasilan Pengurang Penghasilan meliputi : 1. Pengurang yang terkait dengan Usaha atau Pekerjaan Bebas

6 Secara umum pengurang yang terkait dengan usaha diatur dalam Pasal 6 ayat 1 (Deductible Expense) dan Pasal 9 ayat 1 (Non Deductible Expense). Setiap pengeluaran dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (Deductible Expense) jika berhubungan langsung dengan kegiatan usaha dalam hal mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak kecuali biaya yang berkenaan dengan Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan secara Final Termasuk ke dalam Deductible Expense (Pasal 6 ayat 1) : a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain : Biaya pembelian bahan Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang Bunga, sewa dan royalti Biaya perjalanan Biaya pengolahan limbah Premi asuransi Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan / berdasarkan Peraturan MenKeu Biaya administrasi Pajak (kecuali PPh) b. Penyusutan atau pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan / atau amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11a c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta e. Kerugian dari selisih kurs f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia g. Biaya bea siswa, magang dan pelatihan h. Piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih Termasuk kedalam Non Deductible Expense (Pasal 9 ayat 1) a. Pembagian Laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti Deviden, termasuk deviden yang dibayarkan oleh Perusahaan Asuransi kepada Pemegang Polis dan Pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota c. Pembentukan atau pemupukan Dana Cadangan, kecuali : Cadangan Piutang Tak Tertagih untuk Usaha Bank dan Badan Usaha Lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, Perusahaan Pembiayaan Konsumen dan Perusahaan Anjak Piutang Cadangan untuk usaha Asuransi termasuk Cadangan Bantuan Social yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Cadangan Penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan Cadangan Biaya Reklamasi untuk Usaha Pertambangan Cadangan biaya Penanaman Kembali untuk Usaha Kehutanan Cadangan biaya Penutupan dan Pemeliharaan tempat Pembuangan Limbah Industri untuk usaha Pengolahan Limbah Industri 2. Pengurang yang terkait dengan pekerjaan a. Biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan bruto setinggi tingginya Rp setahun dan Rp sebulan (sesuai Peraturan Menteri Keuangan No.250/PMK.03/2008) b. Iuran Pensiun dan THT, yang dibayar pegawai kepada Yayasan dana pensiun yang disetujui Menteri Keuangan dan jumlahnya tidak dibatasi. c. Biaya Pensiun, khusus untuk penerima pensiun berkala atau bulanan, Besarnya 5% dari uang pensiun maksimum Rp pertahun atau Rp perbulan.\ 3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Tabel 1 : Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Uraian Setahun (Rp) Sebulan (Rp) Untuk Wajib Pajak Tambahan untuk pegawai yang kawin Tambahan untuk setiap anggota keluarga yang menjadi tangungan sepenuhnya Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya yang digabung dengan suami Sumber : Nugroho (2009:27)

7 4. Zakat Pengurang penghasilan berupa zakat berlaku jika: a. Wajib Pajaknya adalah Pemeluk Agama Islam b. Besarnya Zakat Maximal 2.5% dari Penghasilan Neto Fiskal c. Merupakan penghasilan obyek pajak yang tidak final d. Ada Surat Setoran Zakat kepada Badan / Lembaga Amil Zakat yang dibentuk / disahkan pemerintah, dengan mencantum kan : nama, alamat, NPWP, jenis penghasilan yang dibayar adalah zakat, sumber / jenis penghasilan dan bulan / tahun, besarnya penghasilan, besarnya zakat C. Penghitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Penghitungan PPh Pasal 21 bagi karyawan tetap diawali dengan mencari Penghasilan netto. Besarnya Penghasilan Netto ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan, iuran pensiun dan THT dan biaya pensioun. Setelah didapat besarnya penghasilan netto maka langkah selanjutnya adalah menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang ditentukan berdasarkan Penghasilan Netto setelah dikurangi PTKP. Sedangkan untuk menghitung besarnya pajak yang terutang adalah dengan menggunakan tarif pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi menurut Undang Undang penghasilan Tabel 2 Tarif Pajak PPh Pasal 21 UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp % Diatas Rp sampai dengan 15% Rp Diatas Rp sampai 25% dengan Rp Diatas Rp % Sumber : Nugroho (2009:30) Secara ringkas penghitungan PPh pasal 21 dapat digambarkan sebagai berikut : = (Penghasilan Netto PTKP) x tarif PPh pasal 17 UU PPh, atau = {Penghasilan Bruto (Biaya jabatan + Iuran Pensiun + Iuran THT / JHT yang dibayar Sendiri) PTKP} x tarif PPh pasal 17 UU PPh. D. Pembayaran PPh Pasal 21 Menurut Muljono (2009:129), Pasal PPh 21 akan terutang pada karyawan yang mekanisme pembayarannya dilakukan dengan cara dipotong oleh pemberi kerja pada saat pembayaran gaji atau sejenisnya, dan harus dibayarkan oleh pemberi kerja paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya sesudah pemotongan PPh pasal 21 pembayaran gaji dan sejenisnya. Pembayaran PPh 21 pada subjek pajak luar negeri berkaitan dengan pembayaran gaji dikenakan atas dasar penghitungan yang disetahunkan, sehingga jumlah pembayaran gaji beserta berbagai tunjangan yang diberikan pada awal tahun menjadikan PPh 21 yang dibayar lebih besar. Walaupun pada dasarnya PPh pasal 21 yang lebih bayar dapat diminta kembali, tetapi paling tidak hal itu akan mengurangi cash flow perusahaan yang tentunya merugikan perusahaan. Untuk membuat PPh pasal 21 di awal tahun tidak terlalu besar maka pembayaran tunjangan atau apapun yang akan diperhitungkan PPh pasal 21-nya, tidak dibayar pada awal tahun. III. METODE PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Eksploratif, karena penelitian ini hanya dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang langkah langkah yang ditempuh wajib pajak (PT. XYZ) dalam upaya meminimalkan beban pajak tanpa harus melanggar Undang Undang Perpajakan. Penelitian dilakukan di bagian bagian accounting PT. XYZ yang terletak di daerah Pondok Kelapa Jakarta Timur. Untuk keperluan pengambilan data penulis melakukan observasi dan Tanya jawab dengan 4 orang karyawan tetap bagian accounting PT XYZ tentang penghitungan PPh Pasal 21 karyawan tetap untuk tahun 2010 Adapun data yang penulis peroleh terdiri dari : 1. Data Primer Data primer yang didapat berupa penghitungan PPh Pasal 21 karyawan tetap pada bagian accounting PT. XYZ 2. Data Sekunder Data sekunder berupa buku buku literatur dan data lain yang mendukung penelitian. 2. HASIL PEMBAHASAN 4.1. Penghitungan Gaji Karyawan Tetap Bagian Accounting Pada PT. XYZ Sebelum Menggunakan Perencanaan Pajak Jumlah karyawan tetap pada Bagian Accounting PT. XYZ adalah sebanyak 5 orang, meliputi : 1 Orang Manajer Akuntansi dan 4 orang staf akuntansi. Adapun tugas dari keempat karyawan tersebut adalah sebagai berikut :

8 1. Bpk. A dan Bpk. D : bertugas menyusun laporan keuangan PT. XYZ 2. Ibu. C : bertugas menghitung, memotong dan melaporkan besarnya pajak terutang PT. XYZ 3. Bpk. B : bertugas sebagai internal auditor di PT. XYZ Untuk memudahkan penghitungan PPh Pasal 21 karyawan tetap di Bagian Accounting PT. XYZ, maka penulis hanya menghitung besarnya PPh Pasal 21 pada 4 orang staf akuntansi saja Data penghitungan PPh 21 Karyawan Tetap untuk 4 orang staf akuntansi adalah sebagai berikut : 1. Bpk. A : Gaji sebulan = Rp , Status : menikah anak 2 (K/2), tunjangan makan siang = Rp / bulan, tunjangan kesehatan = Rp / bulan. Iuran Pensiun = Rp / bulan 2. Bpk. B : Gaji sebulan = Rp , Status : menikah anak 2 (K/2), tunjangan makan siang = Rp / bulan, tunjangan kesehatan = Rp / bulan. Iuran Pensiun = Rp / bulan 3. Ibu C : Gaji sebulan = Rp , Status : menikah anak 1 (K/1), tunjangan makan siang = Rp / bulan, tunjangan kesehatan = Rp / bulan. Iuran Pensiun = Rp / bulan 4. Bpk. D : Gaji sebulan = Rp , Status : belum menikah (TK), tunjangan makan siang = Rp / bulan, tunjangan kesehatan = Rp / bulan. Iuran Pensiun = Rp / bulan Adapun penghitungan PPh 21 karyawan tetap dari 4 staf akuntansi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penghitungan PPh 21 : Bpk. A dan Bpk. B. Tabel 3 Penghitungan PPh Pasal 21 Bpk. A dan Bpk. B Uraian Jumlah Penghasilan Bruto : Gaji Setahun : 12 x Tunjangan Makan Siang : 12 x Tunjangan Kesehatan : 12 x Jumlah Penghasilan Bruto Pengurang : Biaya Jabatan : 5% x Iuran Pensiun : 12 x Jumlah Pengurang Penghasilan Netto Setahun PTKP Untuk Diri Sendiri Untuk Istri Untuk Anak Total PTKP Penghasilan Kena Pajak PPh 21 Terutang Setahun 5% x Rp Sumber : Bagian Accounting PT. XYZ 2. Penghitungan PPh 21 : Ibu C dan Bpk. D Tabel 4 Penghitungan PPh Pasal 21 Ibu C dan Bpk D Uraian Jumlah Penghasilan Bruto : Gaji Setahun : 12 x Tunjangan Makan Siang : 12 x Tunjangan Kesehatan : 12 x Jumlah Penghasilan Bruto Pengurang : Biaya Jabatan : 5% x Iuran Pensiun : 12 x Jumlah Pengurang Penghasilan Netto Setahun PTKP Untuk Diri Sendiri Total PTKP Penghasilan Kena Pajak PPh 21 Terutang Setahun 5% x Rp Sumber : Bagian Accounting PT. XYZ Berdasarkan data pada tabel 3 dan 4, maka besarnya PPh terutang yang harus dipotong oleh PT. XYZ terhadap ke 4 karyawan bagian accounting adalah sebesar : = PPh terutang Bpk. A dan Bpk. B + PPh terutang Ibu. C dan Bpk. D = (Rp x 2) + (Rp x 2) = Rp Rp = Rp Penghitungan Gaji Karyawan Tetap Bagian Accounting Pada PT. XYZ Setelah Menggunakan Perencanaan Pajak Berdasarkan Pasal 6 dan Pasal 9 UU PPh, dinyatakan bahwa pengeluaran untuk makan siang

9 dan kesehatan seluruh karyawan dapat dikeluarkan dari penghitungan laba perusahaan. Untuk itu PT. XYZ menghitung kembali besarnya pajak terutang dari ke 4 karyawan bagian accounting dan didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Penghitungan PPh 21 : Bpk. A dan Bpk. B. Tabel 5 Penghitungan PPh Pasal 21 Bpk. A dan Bpk. B Uraian Jumlah Penghasilan Bruto : Gaji Setahun : 12 x Jumlah Penghasilan Bruto Pengurang : Biaya Jabatan : 5% x Iuran Pensiun : 12 x Jumlah Pengurang Penghasilan Netto Setahun PTKP Untuk Diri Sendiri Untuk Istri Untuk Anak Total PTKP Penghasilan Kena Pajak PPh 21 Terutang Setahun 5% x Rp Sumber : Bagian Accounting PT. XYZ 3. Penghitungan PPh 21 : Ibu C dan Bpk. D Tabel 6 Penghitungan PPh Pasal 21 Ibu C dan Bpk D Uraian Jumlah Penghasilan Bruto : Gaji Setahun : 12 x Jumlah Penghasilan Bruto Pengurang : Biaya Jabatan : 5% x Iuran Pensiun : 12 x Jumlah Pengurang Penghasilan Netto Setahun PTKP Untuk Diri Sendiri Total PTKP Penghasilan Kena Pajak PPh 21 Terutang Setahun 5% x Rp Sumber : Bagian Accounting PT. XYZ Berdasarkan data pada tabel 5 dan 6, maka besarnya PPh terutang yang harus dipotong oleh PT. XYZ terhadap ke 4 karyawan bagian accounting adalah sebesar : = PPh terutang Bpk. A dan Bpk. B + PPh terutang Ibu. C dan Bpk. D = (Rp x 2) + (Rp x 2) = Rp Rp = Rp Dari perhitungan PPh pasal 21 tahun 2010 tersebut terdapat selisih antara PPh pasal 21 terutang sebelum menggunakan perencanaan pajak dengan PPh Pasal 21 terutang setelah menggunakan perencanaan pajak sebesar : Rp Rp = Rp Adapun besarnya Tax Saving (Penghematan Pajak) dapat dihitung sebagai berikut : T = P0 Pi x 100 % P0 T = Rp Rp x 100 % Rp T = Rp x 100 % Rp T = 26 % Dari perhitungan di atas maka penghematan yang dapat dilakukan adalah sebesar 26 % atau sebesar Rp , atau hal ini menunjukkan telah terjadi efisiensi terhadap beban pajak PPh pasal 21 karyawan tetap yaitu dengan menurunnya jumlah beban pajak yang seharusnya terutang. Untuk lebih jelasnya tampak dalam tabel dibawah ini Tabel 7 Tax Saving Atas Penerapan Perencanaan PPh 21 Karyawan Tetap Keterangan PPh 21 Terutang Sebelum Perencanaan pajak Rp Sesudah Perencanaan Pajak Rp Tax Saving Rp Dalam Persentase 26 % Sumber : Sumber : Bagian Accounting PT. XYZ 3. KESIMPULAN 1. Secara umum penerapan perencanaan pajak (tax planning) yang dilakukan PT. XYZ sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari : a. Adanya karyawan di bagian accounting yang bertugas menangani masalah perpajakan. b. Adanya dukungan serta perhatian yang memadai dari manajemen dalam hal perencanaan pajak, seperti diberikannya pelatihan pelatihan tentang peraturan perundang undangan perpajakan

10 2. Penerapan Perencanaan pajak terhadap upaya mengefisienkan beban pajak PPh 21 yang dilakukan oleh PT. XYZ, sudah dapat menghasilkan beban pajak yang efisein, terlihat dari pengurangan besarnya pajak PPh pasal 21 terutang untuk karyawan tetap bagian accounting sebesar Rp atau adanya penghematan pajak (tax saving) sebesar 26% 3. Dengan melakukan perencanaan pajak yang baik, maka akan diperoleh hal hal sebagai berikut : a. Penghematan pajak (tax saving). b. Tingkat kepatuhan kewajiban perpajakan akan semakin meningkat, sehingga pengenaan sanksi administrasi oleh fiskus akan dapat dihindari. DAFTAR PUSTAKA Departemen Keuangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Diambil dari : (Desember 2009) Direktorat Jenderal Pajak Siaran Pers Dirjen Pajak : Penerimaan Pajak 1 Januari 2009 Sampai Dengan 31 Desember 2009 Dan Kinerja Lainnya. Diambil dari : 20pers% final-1.pdf (4 Januari 2010) Direktorat Jenderal Pajak Siaran Pers Dirjen Pajak : Penerimaan Pajak Sampai Dengan 15 November Diambil dari : rs pdf (25 November 2010) Gunadi Akuntansi Pajak. Grasindo Utama. Jakarta Handoko, Hani Manajemen, BPFE, Yogyakarta Marbun, Rocky Jangan mau diphk begitu saja. Visi Media. Jakarta Mardiasmo Perpajakan. Andi Offset. Yogyakarta Muljono, Djoko Tax Planning menyiasati pajak dengan bijak. Penerbit Andi, Yogjakarta Nugroho, Surya Dwianto Agung Cara Mudah Menghitung Pajak Pribadi. Raih Asa Sukses. Jakarta Ompusunggu, Arles P Cara legal Siasati Pajak. Puspa Swara. Jakarta Resmi, Siti Perpajakan Teori dan Kasus. Salemba Empat. Jakarta Suandy, Erly Perencanaan Pajak. Salemba Empat, Jakarta. Terry, George R Azas Azas Manajemen. Alumni. Bandung Waluyo Akuntansi Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan penerimaan negara yang paling utama, untuk itu pajak merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG Nurlela Mohamad S1 Akuntansi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Pengertian Umum Pajak Definisi pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH. dalam Resmi (2007) adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO Oleh: I s r o a h, M.Si. isroah@uny.ac.id PRODI/JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 PAJAK PENGHASILAN UMUM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakan II.1.1 Pengertian Pajak Saat ini pajak merupakan bagian terpenting dari APBN, mengingat pajak adalah sumber utama baginya, sehingga perannya sangat besar bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBERIAN TUNJANGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DALAM MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. ZANUR LINAS MANDIRI GORONTALO

ANALISIS PEMBERIAN TUNJANGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DALAM MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. ZANUR LINAS MANDIRI GORONTALO 1 ANALISIS PEMBERIAN TUNJANGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DALAM MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. ZANUR LINAS MANDIRI GORONTALO NUR ENDANG FATRAH KATILI Jurusan Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

RUGI LABA BIAYA FISKAL

RUGI LABA BIAYA FISKAL RUGI LABA BIAYA FISKAL BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN (PASAL 9) Pengeluaran untuk pemegang saham atau pihak yang memillki hubungan istimewa beserta orang-orang yang menjadi tanggungannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak dalam pasal 1 ayat 1 UU KUP No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia disamping sumber minyak bumi dan gas alam yang sangat penting peranannya bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9 BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9 a. PEMBAGIAN LABA DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN SEPERTI DIVIDEN, TERMASUK DIVIDEN YANG DIBAYARKAN OLEH PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

BAB II LANDASAN TEORI. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan Jenis Pajak Ada berbagai pengertian pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli perpajakan, antara lain: Soemitro, seperti dikutip Waluyo dan Ilyas (2002) mendefinisikan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Dasar Pengenaan Pajak dan cara menghitung Penghasilan Kena Pajak Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk Wajib Pajak dalam negeri,dan Badan Usaha Tetap (BUT)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mardiasmo ( 2006 ) mendefinisikan, Pajak adalah iuran rakyat

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mardiasmo ( 2006 ) mendefinisikan, Pajak adalah iuran rakyat BAB II LANDASAN TEORI II. 1 Pengaruh Pajak Terhadap Perusahaan Menurut Mardiasmo ( 2006 ) mendefinisikan, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang ( yang dapat dipaksakan )dengan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan PERPAJAKAN II Modul ke: Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan 6 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli. Definisi pajak menurut para ahli antara lain : 1. Prof. Dr.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Pajak merupakan salah satu pungutan negara terhadap rakyatnya. Pada hakekatnya, pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta Wajib

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Sommerfeld, Anderson, dan Brok dalam Zain (2003:11) berikut ini. Pajak adalah pengalihan sumber dari sektor

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 6 P1.1 Teori Pajak Penghasilan Umum Dan Norma Perhitungan Pajak Penghasilan A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN UMUM. Amanita Novi Yushita, M.Si

PAJAK PENGHASILAN UMUM. Amanita Novi Yushita, M.Si PAJAK PENGHASILAN UMUM 1 Yang menjadi Subjek Pajak: 1. Orang Pribadi dan Warisan yang belum terbagi 2. Badan, terdiri dari PT,CV,perseroan lainnya,bumn/bumd 3. BUT (bentuk Usaha Tetap) 2 Subjek Pajak dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Copyright 2002 BPHN UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 *8679 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi BAB II LANDASAN TEORI II.1. Definisi Pajak Pengertian pajak menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada berbagai pengertian pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli perpajakan,

BAB II LANDASAN TEORI. Ada berbagai pengertian pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli perpajakan, BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian dan Jenis Pajak Ada berbagai pengertian pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli perpajakan, antara lain : Feldmann yang diterjemahkan oleh Resmi (2003) mendefinisikan,

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 PADA KARYAWAN PT. BPR PRIMAESA SEJAHTERA MANADO

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 PADA KARYAWAN PT. BPR PRIMAESA SEJAHTERA MANADO ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 PADA KARYAWAN PT. BPR PRIMAESA SEJAHTERA MANADO Meyliza Dalughu Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Samratulangi Manado E-Mail: meylizaherawaty@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Definisi Pajak, Wajib Pajak, dan Badan Pajak merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak II.1.1 Definisi dan Klasifikasi Pajak Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh berbagai ahli dibidang perpajakan, antara lain : Menurut Mardiasmo (2006:1) mendefinisikan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Menurut S.I. Djajadiningrat (dalam Siti Resmi, 2011:1), pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan Di Indonesia, pajak atas penghasilan sudah dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu. Dimulai dari dikenalkannya Paten Recht

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global, maka organisasi-organisasi maupun perusahaan-perusahaan yang terlibat di dalamnya

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS IV.1 Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan PPh Pasal 21 PT BPR WS Perencanaan merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen.

Lebih terperinci

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal Penghitungan PPh diakhir tahun bagi WP Badan didasarkan atas LK Fiskal (Laba Rugi Fiskal) Laba rugi fiskal disusun berdasarkan Laba Rugi Komersial yang telah disesuaikan

Lebih terperinci

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam Undang - Undang No.28 tahun 2007 yaitu perubahan ketiga atas Undang-Undang No.16 tahun 2000 A.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Penyusunan laporan keuangan sangatlah penting bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014 ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014 Oleh : Santi Endriani * Abstrak Penghasilan adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak Pajak menurut Soemitro (Resmi, 2016:1) merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Soemitro dalam Siti Resmi (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

Lebih terperinci

ANALISA TERHADAP PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PADA PT. TAVI ABSTRACT

ANALISA TERHADAP PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PADA PT. TAVI ABSTRACT ANALISA TERHADAP PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PADA PT. TAVI Dwiyatmoko Pujiwidodo Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika, Jakarta Jln.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) Kita telah memasuki masa milenium dan akan memasuki perdagangan bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

Lebih terperinci

Daftar Kuesioner. Peranan Perencanaan Pajak. ( Variabel X ) Menerapkan Peraturan Perpajakan. Dengan Benar

Daftar Kuesioner. Peranan Perencanaan Pajak. ( Variabel X ) Menerapkan Peraturan Perpajakan. Dengan Benar Bapak atau ibu yang terhormat, Saya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Kristen Maranatha ( UKM ) di Bandung yang sedang mengadakan penelitian dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Dasar Perpajakan 1. Pengertian pajak Pajak timbul dari adanya suatu kepentingan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama seperti keamanan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 Pasal 1 adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak

Lebih terperinci

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Penghasilan 1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17/2000 adalah setiap

Lebih terperinci

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL A. Adanya Pengeluaran atau Beban yang Tidak Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto akan Dilakukan KOREKSI FISKAL POSITIF. 1. Pembagian laba dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Beberapa ahli dalam bidang perpajakan memberikan definisi yang berbeda menegenai pajak. Namun demikian, berbagai definisi tersebut pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Tinjauan Penelitian Terdahulu Alkasari dkk. (2015), menyatakan bahwa perhitungan pajak di Koperasi Wanita Serba Usaha Setia Budi Wanita Jawa Timur masih belum optimal. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara BAB II LANDASAN TEORI II.1 II.1.1 Dasar Perpajakan Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Perpajakan 1. Pengertian pajak Menurut Rochmat Soemitro seperti dikutip oleh Waluyo ( 2007 : 3 ) mengemukakan bahwa : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Pajak adalah kewajiban setiap Wajib Pajak dalam bentuk pembayaran pajak yang dipungut oleh negara dan dipaksakan berdasarkan undang-undang. Dengan berlakunya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kepada negara dimana penerimaan pajak tersebut digunakan oleh negara untuk. membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan negara.

BAB II LANDASAN TEORI. kepada negara dimana penerimaan pajak tersebut digunakan oleh negara untuk. membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan negara. BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap Wajib Pajak dalam bentuk pembayaran kepada negara dimana penerimaan pajak tersebut digunakan oleh negara untuk membiayai pengeluaran rutin

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. UB Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Pajak Ada berbagai pengertian jenis pajak yang telah dikemukakan oleh para ahli perpajakan antara lain : Adriani yang diterjemahkan oleh Brotodihardjo (2003) mendefinisikan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2003) adalah sebagai berikut : Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena pajak merupakan salah sumber utama penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

BAB II LANDASAN TEORI. dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak II.1.1 Definisi Pajak dan Unsur Pajak Pengertian pajak menurut beberapa ahli : Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH : Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2011). Pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2011). Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2011). Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar Perpajakan II.1.1. Definisi dan Fungsi Pajak Definisi atau pengertian pajak yang mengacu pada pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pajak merupakan iuran yang dipungut oleh pemerintah kepada rakyat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pajak merupakan iuran yang dipungut oleh pemerintah kepada rakyat yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pajak Pajak merupakan iuran yang dipungut oleh pemerintah kepada rakyat yang sifatnya dipaksakan, tanpa memandang kaya atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemerintahan, dimana sumbangan terbesar adalah dari penerimaan pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemerintahan, dimana sumbangan terbesar adalah dari penerimaan pajak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Pajak Di Indonesia pada saat ini pajak merupakan salah satu komponen terbesar dalam penerimaan negara yang digunakan untuk membayai kegiatan pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju, termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara melakukan proses pembangunan yang terus berkesinambungan dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju, termasuk Indonesia. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara harus menjalankan pemerintahan dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara harus menjalankan pemerintahan dan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu negara harus menjalankan pemerintahan dan pembangunan negaranya untuk berkembang di internasional. Untuk menjalankan pemerintahan dan pembangunan tersebut

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 10-1994 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 50, 1983 FINEK. PAJAK. Ekonomi. Uang. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini adalah berasal dari sektor perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini adalah berasal dari sektor perpajakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dan pemerintah memerlukan sumber penerimaan yang cukup besar untuk dapat membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

BAB II LANDASAN TEORI. kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan Jenis Pajak diantaranya : Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli perpajakan, Menurut Mardiasmo (2006) mendefinisikan, pajak adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "Pajak" yang dikemukakan

BAB II LANDASAN TEORI. Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang Pajak yang dikemukakan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Perpajakan II.1.1 Pengertian Pajak Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "Pajak" yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah : Menurut Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Perpajakan 2.2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum Perpajakan Tahun 2007, Pajak didefinisikan sebagai berikut: Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk menjalankan pemerintahan. Pemungutan pajak sudah lama ada, dari adanya upeti wajib kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Definisi Pajak Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, di Pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa pengertian pajak adalah kontribusi

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN 1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang telah diubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) Maupun keuntungan ( gain ). Definisi penghasilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Penghasilan Untuk Keperluan Perpajakan. diperoleh Wajib Pajak, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Penghasilan Untuk Keperluan Perpajakan. diperoleh Wajib Pajak, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Konsep Penghasilan Untuk Keperluan Perpajakan Penghasilan berdasarkan Undang-Undang No.17 Tahun 2000 Tentang PPh Pasal 4 ayat 1 adalah Setiap tambahan kemampuan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Pajak II.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Soemitro. R yang dikutip oleh Mardiasmo (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah Keramik Kegiatan kewajiban pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan pasal 21 karyawan, dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1adalah kontribusi wajib kepada negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak.

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Umum Tentang Pajak II.1.1 Definisi Pajak Salah satu sumber penerimaan negara yang paling potensial untuk membiayai pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari

Lebih terperinci

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00.

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00. SOAL PAJAK SMK 1.Penghasilan yang termasuk obyek PPh Pasal 21 (Pajak Penghasilan Pasal 21) adalah. a. bunga b. deviden c. Gaji d. royalty e. sewa 2. Berdasarkan data laporan keuangan atas usaha tahun pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Pajak Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat memahami mengapa kita harus membayar pajak. Dari pemahaman inilah diharapkan muncul kesadaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sebagai sumber penerimaan negara yang terbesar, maka harus dilandasi undang-undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar Pajak Secara Umum II.1.1 Definisi Pajak Menurut Mardiasmo (2006) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 8 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pajak Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak, namun perlu diingat bahwa legalitas dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 7 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Dividen Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi saldo laba dan kas yang tersedia bagi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan bagi masyarakat dalam memahami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 dalam Mardiasmo (2011: 23) tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa, pajak adalah kontribusi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG MEDAN. Mangasi Sinurat, SE, M.

PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG MEDAN. Mangasi Sinurat, SE, M. PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG MEDAN Mangasi Sinurat, SE, M.Si ABSTRAK Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2013:1) Pajak adalah iuran rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional : 3 PAJAK PENGHASILAN Tujuan Instruksional : A. Umum Mahasiswa diharapkan mendapatkan pemahaman tentang pajak penghasilan secara umum B. Khusus o Mahasiswa mengetahui subjek pajak dan bukan subjek pajak.

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA OLEH: Yulazri M.Ak. CPA Pajak Penghasilan (PPh) Dasar Hukum : No. Tahun Undang-Undang 7 1983 Perubahan 7 1991 10 1994 17 2000 36 2008 SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK PENGHASILAN 1. a. Orang Pribadi b. Warisan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. manajemen pajak. Namun perlu diingat bahwa legalitas dari tax manajemen

BAB II LANDASAN TEORI. manajemen pajak. Namun perlu diingat bahwa legalitas dari tax manajemen BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Perencanaan Pajak Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Namun perlu diingat bahwa legalitas dari tax

Lebih terperinci

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; 1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan 2. sahamnya tidak diperdagangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LandasanTeori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci