LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA (C) 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA (C) 2015"

Transkripsi

1 2014 LAPORAN KINERJA. KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA (C) 2015

2

3 Tahun 2014 merupakan tahun penting bagi seluruh instansi pemerintah di Indonesia, tak terkecuali Kementerian Perdagangan. Pada tahun ini merupakan titik puncak dari pencapaian pembangunan perdagangan selama lima tahun terakhir seperti yang telah dicita-citakan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perdagangan Tahun , sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional. KATA PENGANTAR Selain itu, pada bulan Oktober telah terjadi peralihan pucuk pimpinan Republik Indonesia, yang telah memberikan angin perubahan dalam arah kebijakan di Kementerian Perdagangan. Sehingga, akuntabilitas kinerja Kementerian Perdagangan pada tahun 2014 tidak hanya merupakan akumulasi dari segenap upaya dan pemikiran seluruh jajaran pegawai dan pejabat Kementerian Perdagangan, bekerjasama dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) di sektor perdagangan, dalam merealisasikan sasaran strategis pembangunan perdagangan sesuai dengan yang diamanatkan dalam Renstra Perdagangan , yang tergambar dari capaian indikator kinerja dan keuangan. Pada tahun ini juga terdapat beberapa gebrakan dan inovasi dalam bidang perdagangan yang telah memberikan dampak positif dalam pembangunan perdagangan ke depan. Penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2014 telah menyesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang baru, yaitu: Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); dan Peraturan Menteri PAN dan RB RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan. Sebagai penutup, segala hal yang termuat dalam laporan ini kiranya dapat memberi manfaat dalam pertimbangan dan keberlanjutan kebijakan pembangunan perdagangan, bagi generasi kini dan generasi ke depan, menuju bangsa yang semakin berdaya saing dan sejahtera. Jakarta, Februari 2015 A.n. MENTERI PERDAGANGAN R.I. Sekretaris Jenderal, G U N A R Y O i

4

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii RINGKASAN EKSEKUTIF... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Peran Strategis Organisasi... 2 C. Dinamika Ekonomi Indonesia Tahun D. Isu Strategis Perdagangan Tahun BAB II PERENCANAAN KINERJA... 9 A. Renstra Kementerian Perdagangan Tahun B. Rencana Kerja Kementerian Perdagangan Tahun C. Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Sasaran Strategis 1: "Peningkatan Pertumbuhan Ekspor " Sasaran Strategis 2: "Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor dan Produk Ekspor " Sasaran Strategis 3: "Perbaikan Citra Produk Ekspor Indonesia" Sasaran Strategis 4: "Peningkatan Peran dan Kemampuan Kementerian Perdagangan dalam Diplomasi Perdagangan Internasional" Sasaran Strategis 5: "Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Dalam dan Luar Negeri Sasaran Strategis 6: "Peningkatan Output Sektor Perdagangan" Sasaran Strategis 7: "Peningkatan Perlindungan Konsumen" Sasaran Strategis 8: "Pengembangan Sarana Distribusi Perdagangan dalam Mendukung Kinerja Logistik Nasional" Sasaran Strategis 9: Stabilisasi Harga Bahan Pokok Sasaran Strategis 10: "Penurunan Disparitas Harga Bahan Pokok Antar Propinsi"103 iii

6 Sasaran Strategis 11: "Peningkatan Kinerja Keuangan dan Organisasi" Sasaran Strategis 12: "Terwujudnya Organisasi yang Berbasis Kinerja" Sasaran Strategis 13: "Penerapan Sistem Manajemen SDM yang Mendorong Profesionalisme" B. Capaian Kinerja Anggaran BAB IV PENUTUP LAMPIRAN a. Kontrak Kinerja Menteri Perdagangan Tahun b. Pengukuran Pencapaian Indikator Kinerja Program (IKP) Kementerian Perdagangan Tahun c. Daftar BPSK yang terbentuk pada Tahun 2014 berdasarkan Keppres d. Daftar Pasar, Gudang dan PDP yang Direvitalisasi Tahun e. Perbandingan Harga Nasional dan Internasioanl Untuk Komoditi Kedelai dan Minyak Goreng (Rp/Kg), Juni 2013 Desember f. Hasil Pengukuran dan Penilaian Aspek Impelemtasi atas Pelaksanaan Anggaran Kementerian Perdagangan T.A * g. Hasil Pengukuran dan Penilaian Aspek Impelemtasi atas Pelaksanaan Anggaran Kementerian Perdagangan T.A * iv

7 DAFTAR TABEL Tabel 1. Matriks Capaian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun ix Tabel 2. Pagu Anggaran Kementerian Perdagangan T.A Menurut Program Tabel 3. Lampiran Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun Tabel 4. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Pertumbuhan Ekspor Nonmigas, Tabel 5. Perkembangan Ekspor Nonmigas Beberapa Golongan Barang HS 2 Digit, tahun Tabel 6. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Total Ekspor Nasional (US$ Miliar), Tabel 7. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia (US$ Juta), Tabel 8. Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia (US$ Juta), Tabel 9. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Rasio Konsentrasi Ekspor (CR-5), Tabel 10. Nilai Ekspor Nonmigas Menurut Negara Tujuan, Januari-November Tabel 11. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Rasio Konsentrasi Ekspor (CR-5), Tabel 12. Nilai Ekspor Nonmigas Menurut Kelompok Produk (US$), Tabel 13. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Skor Dimensi Ekspor dalam NBI, Tabel 14. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Jumlah Permintaan Dagang (Inquiries), Tabel 15. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Jumlah Hasil Perundingan Perdagangan Internasional, Tabel 16. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Persentase Peningkatan Nilai Perdagangan dengan Negara Mitra FTA, Tabel 17. Realisasi Nilai Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA Tabel 18. Realisasi Nilai Perdagangan dan Jumlah SKA Berdasarkan SKA Preferensi, 2013 dan Tabel 19. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Pelayanan Perizinan Sub- Sektor Perdagangan Dalam Negeri yang Dapat Dilayani Secara Online, Tabel 20. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Rata-rata Waktu Penyelesaian Perizinan Sub-Sektor Perdagangan Dalam Negeri, Tabel 21. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Perizinan ekspor dan impor yang dapat dilayani secara online, Tabel 22. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Rata-rata Waktu Penyelesaian Perizinan Ekspor dan Impor, v

8 vi Tabel 23. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Tabel 24. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Tabel 25. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Jumlah Transaksi Multilateral di bidang PBK, Tabel 26. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Nilai Resi Gudang yang Diterbitkan (Rp Miliar), Tabel 27. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Akumulasi Jumlah BPSK yang Terbentuk (unit), Tabel 28. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Revitalisasi Pasar Tradisional, Tabel 29. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Rata-rata Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Utama, Tabel 30. Perkembangan Rata-rata Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Utama, Tabel 31. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Rasio Koefisien Variasi Harga Komoditi Tertentu di Dalam dan Luar Negeri, Tabel 32. Perkembangan Rasio Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok di Dalam Negeri dengan Harga Internasional, Tabel 33. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Rasio Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Provinsi Dengan Nasional, Tabel 34. Rasio Variasi Harga Bahan Pokok Provinsi/Nasional (Januari Desember 2014). 105 Tabel 35. Perbandingan Capaian Kinerja Opini BPK Tahun Anggaran Tabel 36. Rincian Penilaian Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan, Tabel 37. Obyek Survei Integritas Sektor Publik KPK di Kementerian Perdagangan, Tabel 38. Kategori Hasil Survei Evaluasi Kinerja Organisasi dan Interpretasinya Tabel 39. Kategori Hasil Akhir Survei Kualitas Manajemen SDM dan Interpretasinya Tabel 40. Kinerja Anggaran Kementerian Perdagangan Menurut Eselon I T.A Tabel 41. Kinerja Realisasi Anggaran Kementerian Perdagangan Menurut Jenis Belanja s.d. Triwulan III/ Tabel 42. Daftar Pasar Rakyat Yang Dibangun/Direvitalisasi Melalui Dana Reguler T.A Tabel 43. Daftar Gudang Non-SRG yang Direvitalisasi Melalui Dana Reguler T.A Tabel 44. Daftar Pusat Distribusi Provinsi yang Direvitalisasi Melalui Dana Reguler T.A Tabel 45. Daftar Pasar Rakyat Yang Dibangun/Direvitalisasi Melalui Dana Optimalisasi T.A

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Perdagangan Gambar 2. Perkembangan Ekspor Menurut Sektor, Gambar 3. Persentase Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Penggunaan Barang Periode Januari Desember, 2013 dan Gambar 4. Perbandingan Rasio Konsentrasi Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Ekspor Gambar 5. Penandatanganan Kerja Sama Perdagangan antara Pelaku Usaha Indonesia dengan Pembeli dari Afghanistan dan Afrika Selatan pada Trade Expo Indonesia Gambar 6. Perbandingan Kontribusi Produk Ekspor Non-Migas Nasional, Gambar 7. Perkembangan Skor Dimensi Ekspor dalam Nation Branding Index, Tahun Gambar 8. Perbandingan Jumlah Permintaan Dagang (Inquries) Tahun 2013 dan Gambar 9. Nilai dan Pertumbuhan Perdagangan Indonesia dengan Negara-negara Mitra FTA Tahun (Januari Nopember) Gambar 10. Perbandingan Antara Penurunan Nilai Ekspor Dengan Peningkatan Jumlah SKA Gambar 11. Produk Domestik Bruto Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Gambar 12. Perbandingan Nilai Konsumsi Produk Dalam Negeri (NKPDN) dengan Nilai Impor Barang Konsumsi (NIBK), Tahun 2014 (per Kuartalan) Gambar 13. Kegiatan Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Melalui Sektor Pendidikan di Hotel Sahid Rich Jogja, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (21/2/2014) Gambar 14. Perbandingan target dan realisasi dari Tahun Gambar 15. Perbandingan daerah yang telah dan belum membentuk BPSK sampai dengan Tahun Gambar 16. Sekjen Kementerian Perdagangan menerima secara resmi Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI atas Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan T.A Gambar 17. Bapak Inspektur Jenderal Menerima Penghargaan dari Wakil Presiden dan Menteri Keuangan atas Capaian Standar Tertinggi dalam Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Gambar 18. Indeks Integritas Kementerian Perdagangan berdasarkan Survei Integritas Sektor Publik oleh KPK, Gambar 19. Capaian Kinerja Anggaran Kementerian Perdagangan Tahun Gambar 20. Perbandingan Capaian Kinerja Anggaran Berdasarkan Unit Eselon I Tahun vii

10 viii

11 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2014 adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja Kementerian Perdagangan selama satu tahun anggaran yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Laporan kinerja pada dasarnya merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran capaian indikator kinerja dan evaluasi serta penjabaran secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja tersebut. Pengukuran pencapaian sasaran strategis dan indikator kinerja (IK) dalam Lapkin Kemendag 2014 mengacu kepada dokumen SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan, meliputi: Renstra Perdagangan Tahun , Rencana Kerja dan Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2014, dimana secara keseluruhan terdapat 27 Indikator Kinerja dari 13 Sasaran Strategis Kementerian Perdagangan yang ditetapkan dengan capaian kinerja sebagai berikut : Tabel 1. Matriks Capaian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2014 No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA CAPAIAN KINERJA 2014 TARGET REALISASI % 1 Peningkatan Pertumbuhan Ekspor 1) Pertumbuhan ekspor nonmigas 2,4% -2,0% -83,33% 2 Diversifikasi pasar tujuan ekspor dan produk ekspor 3 Peningkatan citra produk ekspor Indonesia 4 Peningkatan peran dan kemampuan Kementerian Perdagangan dalam diplomasi perdagangan internasional 5 Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Dalam dan Luar Negeri 2) Total ekspor nasional USD 184,3 miliar 3) Rasio konsentrasi ekspor ke lima negara tujuan ekspor nonmigas terbesar (CR-5) 4) Kontribusi ekspor di luar 10 produk utama 5) Skor Dimensi Ekspor dalam Simon Anholt s Nation Brand Index (NBI) 6) Jumlah permintaan dagang (inquiries) 7) Jumlah hasil perundingan perdagangan internasional 8) Persentase peningkatan nilai perdagangan Indonesia dengan negara mitra FTA 9) Pelayanan perizinan sub-sektor PDN yang dapat dilayani secara online 10) Rata-rata waktu penyelesaian perizinan sub-sektor PDN USD 176,3 miliar 95,7% 47% 47,4% 1) 99,15% 53% 52,6% 2) 99,3% ,97% ,20% 10% -17% -170% 11 jenis 11 jenis 100% 2 hari 2 hari 100% ix

12 No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 6 Peningkatan output sektor perdagangan 7 Peningkatan Perlindungan Konsumen 8 Pengembangan sarana distribusi perdagangan dalam mendukung kinerja logistik nasional 9 Stabilisasi harga bahan pokok 10 Penurunan disparitas harga bahan pokok antar provinsi 11 Peningkatan kinerja keuangan dan organisasi 12 Terwujudnya organisasi yang berbasis kinerja 13 Penerapan sistem manajemen SDM yang mendorong peningkatan profesionalisme, kompetensi, dan remunerasi 11) Pelayanan perizinan ekspor-impor yang dapat dilayani secara online 12) Rata-rata waktu penyelesaian perizinan ekspor impor 13) Pertumbuhan PDB sektor perdagangan besar dan eceran CAPAIAN KINERJA 2014 TARGET REALISASI % 81 jenis 96 jenis 118,51% 2 hari 3,13 Hari 43,5% 6,9% 4,84% 3) 70,14% 14) Rasio penggunaan produk dalam 95% 97,4% 4) 102,5% negeri terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga 15) Jumlah transaksi multilateral di 1,5 juta ,44% bidang PBK Lot lot 16) Jumlah nilai resi gudang Rp 120 miliar Rp 116,5 miliar 97,1% 17) Akumulasi jumlah BPSK yang 70 unit 159 unit 227% terbentuk 18) Persentase realisasi revitalisasi 100% 98% 98% sarana distribusi perdagangan 19) Rata-rata persentase kenaikan omzet pasar percontohan 20) Rata-rata koefisien variasi harga bahan pokok utama 21) Rasio koefisien variasi harga komoditi tertentu di dalam dan luar negeri 22) Rasio koefisien variasi harga bahan pokok provinsi dengan nasional 23) Opini BPK atas laporan keuangan Kementerian 24) Penilaian terhadap akuntabilitas kinerja Kementerian 25) Ranking Penilaian Survei Integritas oleh KPK 26) Skor hasil survei evaluasi kinerja organisasi 27) Skor hasil survei kualitas manajemen SDM 35% 213% 509% 5% - 9% 2,7% 146% < 1 0,2 100% 1,5 2,5 2,1 100% WTP WTP 100% B B 100% Ranking 3 Ranking 6 0% > 2,42 2,35 97,1% > 1,90 2,40 100% Keterangan : 1) Angka sementara BPS (diolah Kemendag). Penghitungan persentase capaian kinerja ini menggunakan rumus pengukuran terbalik, dimana semakin tinggi nilai realisasi maka semakin rendah capaiannya. 2) Data Januari November 2014, BPPKP Kemendag. 3) Angka sementara BPS (diolah Kemendag). 4) Data Januari Oktober 2014, BPS (diolah BPPKP Kemendag). x

13 Dari keseluruhan 27 indikator kinerja, sebanyak 14 diantaranya dapat tercapai atau melampaui target yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2014, sedangkan 4 indikator kinerja realisasi-nya masih belum memnuhi target dengan persentase capaian dibawah 50%. Salah satu target yang belum dapat tercapai pada tahun 2014 adalah pertumbuhan ekspor nonmigas yang justru mencatat pertumbuhan negatif diabndingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan masih belum pulihnya perekonomian dunia secara merata dan menurunnya harga komoditi primer di pasar dunia. Berikut ini ringkasan isu strategis dan kinerja perdagangan yang menunjukkan pencapaian sasaran Kementerian Perdagangan pada tahun Pengesahan Undang-Undang Perdagangan Setelah 80 tahun perdagangan nasional diatur oleh produk hukum warisan Kolonial Belanda Bedrijfsreglementerings Ordonnantie (BO) tahun 1934, Indonesia akhirnya memiliki Undang-Undang tentang Perdagangan. Setelah melewati proses yang panjang, pada Selasa, 11 Februari 2014 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui dan mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perdagangan menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Kemudian, Undang-Undang Perdagangan ditandatangani oleh Presiden RI dan diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM pada tanggal 11 Maret Kehadiran UU Perdagangan ini merupakan pencapaian penting bagi bangsa Indonesia yang diharapkan mampu menjawab tantangan perdagangan global dengan tetap mengedepankan kepentingan nasional. Perbaikan Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia Secara kumulatif nilai total ekspor Indonesia pada tahun 2014 mencapai US$176,29 miliar atau menurun 3,43 persen dibanding periode yang sama tahun 2013, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$145,96 miliar atau menurun 2,64 persen. Ekspor nonmigas hasil industri pengolahan periode Januari Desember 2014 naik sebesar 3,80 persen dibanding periode yang sama tahun 2013, dan ekspor hasil pertanian naik 1,01 persen, sementara ekspor hasil tambang dan lainnya turun sebesar 26,67 persen. Perbaikan kinerja neraca perdagangan tahun 2014 didorong penurunan nilai impor hingga 4,53 persen (yoy) atau secara kumulatif mencapai US$178,18 miliar, terdiri dari: impor migas US$43,46 miliar (turun 3,99 persen) dan nonmigas US$134,72 miliar (turun 4,70 persen). Sehingga nilai neraca perdagangan Indonesia Januari Desember 2014 mengalami defisit sebesar US$1,88 miliar, membaik dibanding tahun sebelumnya yang defisit sebesar US$4,08 miliar. Kenaikan nilai neraca perdagangan tahun 2014 didorong oleh peningkatan kinerja neraca perdagangan nonmigas yang mengalami surplus hingga US$11,24 miliar, meningkat signifikan dibanding surplus tahun 2013 yang hanya mencapai US$8,56 miliar. xi

14 Peningkatan Akses Pasar dan Daya Saing Produk Ekspor Tingkat capaian rasio konsentrasi penguasaan pangsa pasar pada negara tujuan ekspor terbesar (CR5) pada triwulan IV 2014 belum mencapai target yang ditetapkan walaupun rasio konsentrasinya sudah lebih baik dari periode yang sama pada tahun Lima besar negara tujuan ekspor Indonesia, masih didominasi oleh RRT, AS, Jepang, India, dan Singapura. Pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan telah mengadakan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan citra Indonesia di mata internasional. Sepanjang tahun 2014, Kementerian Perdagangan memperoleh sebanyak inquiries dengan perincian sebanyak inquiry diperoleh melalui kegiatan promosi dagang/ekspor baik di dalam maupun luar negeri dan sebanyak inquiries yang diperoleh dari Customer Service Center (CSC). Tercapainya target inquiries disebabkan oleh semakin efektifnya kegiatan promosi yang dilaksanakan dan semakin eratnya kerjasama dengan asosiasi-asosiasi maupun kamar dagang negara mitra. Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan memiliki kewenangan untuk menerbitkan perizinan kepada masyarakat dan pelaku usaha. Perizinan perdagangan terbagi ke dalam beberapa bidang, yaitu: perizinan perdagangan dalam negeri, perizinan ekspor dan impor, dan perizinan perdagangan berjangka komoditi. Pelaksanaan pelayanan perizinan perdagangan tersebut sudah terintegrasi dalam Unit Pelayanan Terpadu Perdagangan (UPTP). Untuk mendukung indikator kinerja Perizinan Ekspor dan Impor yang Dapat Dilayani Secara Online, Kementerian Perdagangan telah melakukan penyempurnaan kebijakan mengenai operasional sistem perizinan ekspor dan impor secara elektronik melalui INATRADE dan UPTP. Pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan telah mampu untuk melayani 11 jenis perizinan bidang perdagangan dalam negeri secara online dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 2 hari kerja. Sistem perizinan yang terkomputerisasi dan UPTP telah membuat waktu pemrosesan menjadi lebih efisien. Peningkatan Diplomasi Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, mewakili Pemerintah RI dalam berbagai proses negosiasi baik di forum bilateral, regional, maupun multilateral. Target yang ingin dicapai Kementerian Perdagangan pada tahun 2014 adalah 254 (dua ratus lima puluh empat) hasil perundingan. Sampai dengan akhir tahun 2014 telah terealisasi sebanyak 285 (dua ratus delapan puluh lima) hasil perundingan, dengan persentase capaian sebesar 112,2%. Tingginya realisasi capaian selama kurun waktu tahun tersebut juga disebabkan adanya beberapa sidang/perundingan yang dilaksanakan diluar jadwal yang xii

15 sudah ditetapkan. Hal ini tentunya tidak dapat dihindari dari tahun ke tahun, mengingat urgensi isu yang perlu dibahas dalam setiap perundingan tersebut. Peningkatan Perlindungan Konsumen Pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan telah memfasilitasi terbentuknya 48 unit BPSK baru. Sehingga, Akumulasi Jumlah BPSK yang Terbentuk sampai dengan akhir bulan Desember 2014 sebanyak 159 unit dengan capaian kinerjanya mencapai 227% dari target 70 unit. Jumlah BPSK yang ada masih belum memadai yaitu hanya 30,9% dari 514 Kabupaten/Kota, padahal peranan dan fungsi BPSK sebagai lembaga yang dapat melindungi konsumen dari praktek perdagangan yang merugikan sangatlah penting. Kementerian Perdagangan melaksanakan langkah pro aktif perlindungan konsumen dengan menerima dan menangani pengaduan konsumen. Jumlah Pengaduan yang masuk pada Tahun 2014 sebanyak 37 pengaduan, dengan pengaduan yang ditangani secara mediasi sebanyak 11 pengaduan. Kinerja penanganan kasus pengaduan konsumen dapat dievaluasi/diukur melalui perbandingan jumlah pengaduan yang berhasil diselesaikan dengan total pengaduan yang masuk. Peningkatan Output Sektor Perdagangan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sampai dengan triwulan IV tahun 2014 mencapai 4,84 persen (yoy), dengan nilai kumulatif sebesar Rp1,172 triliun. Sehingga, capaian kinerja pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran tahun ini mencapai 70,14 persen dari target Kontrak Kinerja. Dalam rangka peningkatan pertumbuhan PDB sektor perdagangan pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan telah men-sosialisasi-kan penerapan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Kementerian Perdagangan gencar melakukan Kampanye Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dan telah memfasilitasi dan membina UMKM. Stabilisasi dan Penurunan Disparitas Harga Bahan Pokok Koefisien Variasi Harga (KVH) merupakan perhitungan statistik yang dilakukan untuk mengukur stabilitas harga barang kebutuhan pokok. Secara umum, sampai dengan triwulan IV/2014 (bulan Desember), harga beberapa bahan kebutuhan pokok di dalam negeri relatif stabil dengan KV sebesar 2,7%, atau melebihi target indikator kinerja (5% - 9%) dengan persentase capaian 146 persen. Rasio Koefisien Variasi Harga Provinsi dengan Harga Nasional merupakan pengukuran yang digunakan oleh Kementerian Perdagangan untuk membandingkan disparitas harga antar daerah di Indonesia. xiii

16 Selama Januari Desember 2014, rasio koefisien variasi harga provinsi dengan harga nasional hanya 2,1 yang artinya disparitas harga antar propinsi masih dalam batas yang wajar. Optimalisasi Reformasi Birokrasi Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan reformasi birokrasi khususnya penguatan akuntabilitas kinerja Kementerian, Kementerian Perdagangan telah berupaya mendorong terwujudnya organisasi yang berorientasi kepada hasil (result oriented government). Hal ini tercermin melalui beberapa capaian pada tahun 2014 sebagai berikut: Pada tanggal 26 Juni 2014, Kementerian Perdagangan c.q. Sekretaris Jenderal telah menerima secara resmi Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI atas Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan Tahun Anggaran 2013 di kantor Kementerian Perdagangan. Berdasarkan LHP BPK- RI No. 62a, 62b, dan 62c/LHP/XV/05/2014 tanggal 26 Mei 2014, BPK RI memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kemudian di tanggal 4 Agustus 2014, telah diterima Laporan Hasil Evaluasi atas Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Tahun 2014 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dimana Kementerian Perdagangan memperoleh nilai 73,16 atau predikat B. Hasil survei integritas KPK terhadap unit pelayanan publik di lingkungan Kementerian Perdagangan juga sudah baik. Hal ini terlihat dari indeks integritas Kementerian Perdagangan sebesar 7,69 yang berada diatas rata-rata Kementerian/Lembaga. xiv

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap instansi pemerintah wajib untuk secara berkala menyusun laporan kinerja dan keuangan serta melakukan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan sesuai tugas dan fungsinya. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah mengamanatkan setiap instansi pemerintah untuk secara berkala menyusun laporan kinerja dan keuangan serta melakukan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan sesuai tugas dan fungsinya, sebagai pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya yang telah dialokasikan dalam Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahunan. Pertanggungjawaban dimaksud dilaporkan kepada pemberi mandat, pimpinan masing-masing instansi, lembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden. Rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah selanjutnya disebut sebagai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Proses penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2014 telah menyesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang baru, yaitu: Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); dan Peraturan Menteri PAN dan RB RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan. Pengaturan mengenai penyelenggaraan SAKIP dituangkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), yang menggantikan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun Perpres No. 29 Tahun 2014 mengatur kewajiban instansi pemerintah untuk melaksanakan 1

18 SAKIP, meliputi: rencana strategis, perjanjian kinerja, pengukuran kinerja, pengelolaan data kinerja, pelaporan kinerja, reviu dan evaluasi kinerja. Penyelenggaraan SAKIP pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka penyusunan Laporan Kinerja (Lapkin) sesuai dengan ketentuan peraturan perundag-undangan yang berlaku. Penjelasan lebih detail mengenai format dan sistematika penyusunan Laporan Kinerja diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petujuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Permen PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 merupakan pengganti dari Peraturan Menteri PAN dan RB No. 29 Tahun Untuk lingkungan Kementerian Perdagangan, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 1011 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan telah diterapkan secara bertingkat mulai dari tingkat unit Eselon II sampai dengan Kementerian serta dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan. Permendag 1011/2012 mengamanatkan kepada setiap unit kerja di Kementerian Perdagangan untuk melakukan kegiatan pemantauan dan pelaporan kinerja dengan menyampaikan Laporan Triwulanan (pada akhir triwulan I, II, dan III) dan menyusun Laporan Kinerja, pada akhir tahun anggaran. B. Peran Strategis Organisasi Peran strategis Kementerian Perdagangan dilandasi oleh semangat untuk meningkatkan peran perdagangan dalam tataran perekonomian nasional. Tugas, fungsi, dan kewenangan Kementerian Perdagangan disusun untuk senantiasa mengantisipasi dinamika perekonomian nasional dan global yang sedemikian cepat. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, peran strategis Kementerian Perdagangan dalam pembangunan perdagangan adalah membangun daya saing yang berkelanjutan di pasar domestik dan global. Membangun daya saing yang berkelanjutan diperlukan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi sumber daya dan kemampuan yang dimiliki 2

19 untuk memanfaatkan peluang yang ada. Sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2014 yang bertema memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan dan perluasan kesejahteraan rakyat, Kementerian Perdagangan terlibat langsung pada pencapaian pembangunan Prioritas Nasional (7) dan Prioritas Bidang (11). Dimana Prioritas Nasional (7) terfokus pada iklim investasi dan iklim usaha. Di dalam Prioritas Nasional tersebut, Kementerian Perdagangan akan berperan pada 5 (lima) prioritas nasional yaitu: Peningkatan Kelancaran Distribusi Bahan Pokok (Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri) Pengembangan Sarana Distribusi Perdagangan Pokok (Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri) Pengelolaan Fasilitasi Ekspor dan Impor (Program Peningkatan Perdagangan Luar Negeri) Dukungan Sektor Perdagangan Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) (Program Peningkatan Perdagangan Luar Negeri) Sedangkan di dalam Prioritas Bidang, Kementerian Perdagangan berperan pada Prioritas Lainnya di Bidang Perekonomian yang khususnya pada Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional dan Peningkatan Kerjsasama dan Perundingan ASEAN (Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional). Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2014 merupakan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun yang memuat langkah-langkah untuk mendukung tercapainya Visi Indonesia 2014 yaitu terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan. C. Dinamika Ekonomi Indonesia Tahun 2014 Pemulihan ekonomi dunia di tahun 2014 tidak merata dan cenderung lambat. Meningkatnya keterkaitan ekonomi dunia memberikan peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan ekonomi nasional. Salah satu tantangan yang dihadapi pada tahun 2014 adalah pemulihan ekonomi dunia yang 3

20 masih berlanjut namun tidak merata dan cenderung lambat. Perekonomian Amerika Serikat, yang menjadi motor pemulihan ekonomi global, terus menunjukkan perbaikan dan berada dalam siklus yang meningkat. Sejalan dengan itu, normalisasi kebijakan moneter the Fed terus berlangsung dengan kemungkinan kenaikan Fed Fund Rate (FFR) mulai triwulan II-2015 sehingga mendorong apresiasi dolar AS yang kuat terhadap hampir seluruh mata uang dunia dan meningkatkan risiko pembalikan modal asing dari emerging markets, termasuk Indonesia. Sebaliknya, perekonomian Eropa, Jepang, TIongkok masih mengalami tekanan meskipun terus dilakukan stimulus dari sisi moneter. Harga minyak dunia menurun drastis di akhir tahun Sementara itu, harga minyak dunia menurun drastis dan diperkirakan akan berlanjut di tahun 2015 seiring dengan pasokan yang meningkat dari AS di tengah permintaan dunia yang melambat. Secara keseluruhan, sebagai negara yang importir neto, penurunan harga minyak dunia akan berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia, baik dari sisi fiskal, neraca pembayaran maupun pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 mencapai 5,02%. Di tengah kondisi perekonomian dunia yang penuh dengan ketidakpastian, kinerja pembangunan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 secara umum cukup baik. Di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2014 diperkirakan masih melambat meskipun akan mulai kembali membaik di triwulan I Konsumsi diperkirakan sedikit melambat pada triwulan IV- 2014, terutama didorong oleh masih melambatnya konsumsi pemerintah sejalan dengan program penghematan dan melambatnya konsumsi rumah tangga sebagai dampak dari kenaikan inflasi. Konsumsi akan kembali meningkat lebih tinggi pada triwulan I-2015 didorong oleh kenaikan konsumsi Pemerintah seiring dengan membesarnya ruang fiskal. Meningkatnya pertumbuhan konsumsi tersebut akan mendorong kenaikan investasi baik bangunan maupun non-bangunan. Dari sisi eksternal, meskipun terjadi peningkatan ekspor manufaktur, secara keseluruhan pertumbuhan ekspor masih terbatas akibat masih tertekannya ekspor komoditas sejalan dengan melambatnya permintaan negara emerging market. Untuk keseluruhan tahun 2014, pertumbuhan ekonomi mencapai 4

21 5,02%, namun diperkirakan kembali meningkat pada triwulan I-2015 di kisaran 5,4-5,8 persen. Nilai nominal PDB Indonesia tahun 2014 mencapai Rp10.542,7 triliun. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku pada tahun 2014 mencapai Rp10.542,7 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp41,8 juta atau US$3.531,5. Pada tahun 2014 perekonomian Indonesia tumbuh 5,02 persen (year-on-year), lebih rendah dibanding tahun 2013 sebesar 5,58 persen. Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), perekonomian Indonesia triwulan IV-2014 mengalami kontraksi 2,06 persen. Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang kontraksi 22,44 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto. Meskipun pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 lebih rendah daripada tahun sebelumnya, stabilitas ekonomi makro tetap terjaga dan terkendali. Kestabilan tersebut antara lain tercermin pada: tingkat inflasi yang menurun, nilai tukar yang relatif stabil, dan neraca pembayaran yang membaik. Tingkat inflasi s.d. Desember 2014 mencapai 8,36%. Nilai tukar rupiah pada minggu ke-5 Desember 2014 Rp12.440/dolar AS. Inflasi yang terkendali dan rendah hingga Oktober 2014, kembali meningkat didorong oleh kenaikan harga BBM pada bulan November Dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi berlangsung secara terkendali dan temporer dengan puncaknya pada bulan Desember Selain kenaikan harga BBM bersubsidi, inflasi administered prices meningkat terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan darat dan tarif tenaga listrik (TTL). Sementara itu, inflasi volatile food meningkat didorong kenaikan harga aneka cabai yang tinggi. Sebaliknya, inflasi inti tahun 2014 relatif terjaga sebesar 4,21% (yoy). Pada akhir tahun 2014, tingkat inflasi mencapai 8,36 persen (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi tahun kalender (Januari Desember) 2013 sebesar 8,38 persen. Kuatnya apresiasi mata uang dolar AS di tahun 2014 sejalan dengan normalisasi kebijakan the Fed yang memberikan tekanan pelemahan terhadap hampir semua mata uang dunia, termasuk Rupiah. Pada November 2014, rupiah secara rata-rata melemah sebesar 0,21% (mtm) ke 5

22 level Rp per dolar AS, sejalan dengan melemahnya hampir semua mata uang dunia. Perbaikan neraca perdagangan dan terkendalinya inflasi pada bulan Oktober 2014 kurang mampu mengimbangi kuatnya tekanan terhadap Rupiah dari apresiasi dolar AS tersebut. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (kurs tengah) pada minggu terakhir bulan Desember 2014 ditutup sebesar Rp per dolar AS. Tekanan terhadap Rupiah tertahan oleh optimisme terhadap perekonomian ke depan pasca kebijakan reformasi subsidi yang dilakukan oleh Pemerintah. Dibandingkan dengan mata uang negara-negara lain, tingkat depresiasi Rupiah termasuk yang relatif rendah. Nilai ekspor Januari- Desember 2014 mencapai US$176,29 miliar. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia pada tahun 2014 mencapai US$176,29 miliar atau menurun 3,43 persen dibanding periode yang sama tahun 2013, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$145,96 miliar atau menurun 2,64 persen. Ekspor nonmigas hasil industri pengolahan periode Januari Desember 2014 naik sebesar 3,80 persen dibanding periode yang sama tahun 2013, dan ekspor hasil pertanian naik 1,01 persen, sementara ekspor hasil tambang dan lainnya turun sebesar 26,67 persen. Sedangkan, nilai impor tahun 2014 secara kumulatif mencapai US$178,18 miliar atau turun 4,53 persen dibanding periode yang sama tahun Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas US$43,46 miliar (turun 3,99 persen) dan nonmigas US$134,72 miliar (turun 4,70 persen). Nilai neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus US$0,19 miliar pada Desember 2014, dipicu oleh surplus sektor nonmigas sebesar US$1,22 miliar. Namun secara akumulatif, nilai neraca perdagangan Januari Desember 2014 mengalami defisit US$1,88 miliar, didorong oleh defisitnya neraca sektor migas sebesar US$13,13 miliar. 6 Cadangan devisa Indonesia akhir November 2014 sebesar US$111,1 miliar. Sementara itu, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) semakin sehat dengan menurunnya defisit transaksi berjalan dan besarnya surplus neraca modal. Kinerja positif tersebut didukung oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat seiring kenaikan ekspor manufaktur, seperti ekspor produk otomotif. Sementara itu, dari neraca finansial, aliran masuk modal asing tetap besar didorong oleh persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik. Secara akumulatif hingga November 2014, aliran

23 masuk portofolio asing ke pasar keuangan Indonesia telah mencapai 17,75 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2014 menjadi 111,1 miliar dolar AS, setara 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. D. Isu Strategis Perdagangan Tahun 2014 RUU Perdagangan telah disahkan sebagai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun Pokok pikiran penting UU Perdagangan: kebijakan perdagang-an disusun berdasarkan asas kepentingan nasional. Tantangan pencapaian kinerja perdagangan tahun Setelah 80 tahun perdagangan nasional diatur oleh produk hukum warisan Kolonial Belanda Bedrijfsreglementerings Ordonnantie (BO) tahun 1934, Indonesia akhirnya memiliki Undang-Undang tentang Perdagangan. Setelah melewati proses yang panjang, melalui sidang paripurna pada Selasa, 11 Februari 2014 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui dan mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perdagangan menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. UU Perdagangan ditandatangani oleh Presiden RI dan diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM pada tanggal 11 Maret Kehadiran UU Perdagangan ini merupakan pencapaian penting bagi bangsa Indonesia yang diharapkan mampu menjawab tantangan perdagangan global dengan tetap mengedepankan kepentingan nasional di tengah perdagangan bebas dunia. UU Perdagangan mengatur segala aspek di bidang perdagangan, meliputi: perdagangan dalam negeri, perdagangan luar negeri, perlindungan konsumen, perdagangan antarnegara, pengaturan UMKM, pasar rakyat dan pasar modern, pengaturan kewenangan pemerintah pusat dan daerah, bahkan menjangkau perdagangan masa depan yang sifatnya virtual, hingga pembentukan Komite Perdagangan Nasional. UU Perdagangan juga mengamanatkan partisipasi publik yang lebih besar dalam pengambilan keputusan penting tentang kebijakan perdagangan nasional dan internasional. Dalam rangka peningkatan daya saing bangsa, Kementerian Perdagangan senantiasa dihadapkan pada berbagai tantangan eksternal dan internal yang mempengaruhi kinerja perdagangan nasional. Salah satu faktor 7

24 eksternal yang mempengaruhi kinerja perdagangan pada tahun 2014 adalah pemulihan ekonomi dunia yang lambat dan belum merata. Meskipun perekonomian Amerika Serikat telah menunjukkan perbaikan yang signifikan, daya beli masyarakat di beberapa negara utama lainnya, seperti: Tiongkok, Jepang, dan negara-negara Eropa, masih rendah. Perkembangan ini telah mendorong harga komoditas global khususnya komoditi mineral dan pertanian menurun lebih besar dari yang diperkirakan. Stagnasi harga komoditi tersebut tentu saja sangat mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia yang masih sangat didominasi oleh ekspor produk berbasis komoditi primer. Oleh karena itu, peningkatan kinerja ekspor non-komoditi menjadi prioritas Kementerian Perdagangan pada tahun 2014 dengan mendorong hilirisasi. Hilirisasi menjadi salah satu isu strategis di tahun 2014 melalui pembatasan ekspor bahan mentah dan bahan baku, seperti: rotan dan minerba (mineral dan batubara), sehingga memberi insentif pertumbuhan industri di dalam negeri. Sehingga struktur ekspor Indonesia ke depan akan didominasi oleh ekspor produk manufaktur. Dari sisi internal, Kementerian Perdagangan juga terus melakukan peningkatan kualitas pelayanan publik dan perbaikan kinerja manajemen dalam kerangka Reformasi Birokrasi. Dalam rangka penciptaan iklim usaha yang kondusif Kementerian Perdagangan telah melakukan berbagai upaya peningkatan pelayanan perizinan diantaranya melalui peningkatan jumlah izin yang tertangani secara online dan mempercepat waktu penyelesaian perizinan. Hal ini terkait dengan efektifitas dan efisiensi dunia usaha yang diharapkan mampu meningkatkan performa perdagangan dan investasi di dalam negeri. 8

25 BAB II PERENCANAAN KINERJA Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) terdiri dari satu kesatuan komponen yang terintegrasi antara satu dengan yang lain, yakni Perencanaan Strategis, Perencanaan Kinerja, Perjanjian (Kontrak) Kinerja, Pengukuran Kinerja, serta Pelaporan dan Evaluasi Kinerja. A. Renstra Kementerian Perdagangan Tahun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perdagangan merupakan penjabaran dari RPJMN yang disusun sebagai implementasi pelaksanaan kebijakan dan program bagi pembangunan perdagangan selama periode dan dengan mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategis baik internal maupun eksternal yang saling berpengaruh dalam penyelenggaraan pembangunan perdagangan. Berkenaan dengan restrukturisasi organisasi Kementerian Perdagangan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, maka Renstra Kementerian Perdagangan Tahun perlu dilakukan beberapa perubahan, khususnya terkait dengan Program dan Kegiatan. Perubahan tersebut dilakukan mengingat nomenklatur Program dan Kegiatan mengacu pada unit kerja yang menjadi penanggungjawabnya. Disamping itu, perubahan Renstra ini juga dilakukan terhadap sasaran dan indikator serta target-target yang harus dicapai sampai dengan tahun Dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah, dan berbagai kecenderungan pembangunan perekonomian yang berkembang, maka Visi Kementerian Perdagangan adalah: Perdagangan Sebagai 9

26 Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat yang Berkeadilan. Dalam proses mewujudkan Visi tersebut, Kementerian Perdagangan mengemban 4 (empat) Misi penting, yaitu: 1. Meningkatkan kinerja ekspor non-migas secara berkualitas; 2. Menguatkan pasar dalam negeri; 3. Menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi nasional. 4. Optimalisasi Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Perdagangan. Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Kementerian Perdagangan, maka tujuan dan sasaran pembangunan perdagangan periode yang ingin dicapai yaitu: Tujuan 1: Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor Sasaran yang ingin dicapai: 1. Meningkatnya pertumbuhan ekspor non-migas, sebagai salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi nasional. Target pertumbuhan tahunan ekspor nonmigas yang ingin dicapai sebesar 7 8,5 persen di tahun 2010, dan menjadi 14,5 15,5 di tahun Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik, sebagai indikasi berkurangnya ketergantungan ekspor pada suatu negara tertentu, sehingga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi semakin baik. Target peningkatan diversifikasi pasar tujuan ekspor nonmigas di tahun adalah penurunan CR5 pada kisaran 43 persen-47 persen. 10

27 3. Diversifikasi produk ekspor non-migas yang semakin baik, sehingga ketergantungan pada produk ekspor tertentu menjadi berkurang. Target yang ingin dicapai pada periode adalah peningkatan kontribusi ekspor nonmigas di luar 10 produk utama menjadi persen. Tujuan 2: Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan Luar Negeri Sasaran yang ingin dicapai: Membaiknya layanan perizinan dan nonperizinan sektor perdagangan luar negeri, baik dalam hal jumlah perizinan online maupun dalam hal minimasi waktu layanan. Target perbaikan yang ingin dicapai adalah mengupayakan 93 jenis perizinan di sektor perdagangan luar negeri dapat dilayani secara online pada tahun 2014 dan target tahun 2010 sebanyak 40 jenis perizinan, dengan rata-rata waktu pelayanan menurun dari 4 hari di tahun 2010 menjadi 1 hari di tahun 2014, untuk masing-masing jenis perizinan online tersebut. Tujuan 3: Peningkatan Daya Saing Ekspor Sasaran yang ingin dicapai: 1. Meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor Indonesia di pasar global, yang menunjukkan semakin banyaknya produkproduk dalam negeri yang mampu bersaing di pasar global. Target yang ingin dicapai setiap tahunnya adalah mengupayakan komoditi ekspor berbasis kode HS-6 tahun 1996, tetap memiliki keunggulan komparatif di pasar global, atau memiliki RCA>1 selama 5 tahun berturut-turut. 2. Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global, yang pada akhirnya akan mendukung kontinuitas dan pertumbuhan ekspor. Target peningkatan citra produk ekspor Indonesia menurut Nation Branding Index khususnya dimensi ekspor adalah menduduki peringkat di tahun 2014 dengan skor antara

28 Tujuan 4: Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional Sasaran yang ingin dicapai: Meningkatnya intensitas dan kualitas keikutsertaan Indonesia di berbagai forum internasional dan meningkatnya hasil perundingan yang dihasilkan di berbagai forum internasional, yang mampu memberi nilai tambah bagi kepentingan nasional. Target yang ingin dicapai pada periode adalah peningkatan jumlah hasil perundingan Perdagangan Internasional sebanyak 140 (seratus empat puluh) hasil perundingan di tahun 2010 dan menjadi sebanyak 258 hasil perundingan di tahun Tujuan 5: Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan Dalam Negeri Sasaran yang ingin dicapai: Membaiknya layanan perizinan dan nonperizinan sektor perdagangan dalam negeri, baik dalam hal jumlah perizinan online maupun dalam hal minimasi waktu layanan. Target perbaikan yang ingin dicapai adalah mengupayakan 12 perizinan terkait perdagangan dalam negeri dapat dilayani secara online di tahun 2010 dan menjadi 21 jenis di tahun 2014, dengan rata-rata waktu pelayanan menurun dari 6 hari di tahun 2010, menjadi 2 hari di tahun 2014, untuk masing-masing jenis perizinan yang telah dapat dilayani secara online tersebut. Tujuan 6: Peningkatan Kinerja Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, serta Ekonomi Kreatif Sasaran yang ingin dicapai: 1. Meningkatnya output sektor perdagangan yang senantiasa tumbuh semakin positif setiap tahunnya. target pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran tahun 2010 berada pada kisaran 3 4,5 persen, dan meningkat menjadi 4,8 7,0 persen di tahun Meningkatnya Kontribusi Ekonomi Kreatif terhadap PDB 12

29 nasional, sebagai salah satu alternatif baru penggerak ekonomi nasional. Target peningkatan kontribusi PDB Industri Kreatif pada periode adalah sebesar 8 persen sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada cetak biru pengembangan ekonomi kreatif nasional. Tujuan 7: Peningkatan Perlindungan Konsumen Sasaran yang ingin dicapai: Meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya, menumbuhkan kesadaran pelaku usaha akan pentingnya perlindungan konsumen, meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa di pasar dalam negeri, serta menciptakan perlindungan konsumen. Target peningkatan perlindungan konsumen pada periode adalah pada pembentukan 5 BPSK setiap tahun, sehingga akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk menjadi 50 BPSK di tahun 2010, dan menjadi 70 di tahun Tujuan 8: Stabilisasi dan Penurunan Disparitas Harga Bahan Pokok Sasaran yang ingin dicapai: 1. Stabilitas harga bahan pokok yang terkendali, sehingga harga tetap terjangkau sesuai kondisi daya beli masyarakat. Target stabilisasi harga pada periode adalah rata-rata koefisien variasi harga di dalam negeri berada pada kisaran 5 9 persen. 2. Penurunan disparitas harga bahan pokok antar-provinsi dibandingkan dengan harga bahan pokok nasional, sehingga kelangkaan dan penimbunan bahan pokok dapat diminimasi. Target penurunan disparitas harga antarprovinsi yang ingin dicapai adalah penurunan rata-rata rasio antara koefisien variasi harga provinsi dibandingkan koefisien variasi harga nasional ke- 10 komoditi, pada kisaran 1,5 2,5 di tahun

30 Tujuan 9: Penciptaan Jaringan Distribusi Perdagangan yang Efisien Sasaran yang ingin dicapai: Peningkatan kinerja logistik Indonesia. Target yang akan dicapai pada periode 5 tahun ke depan adalah peningkatan 0,5 basis poin LPI, dari 2,76 (skor LPI 2009) menjadi 3,26 di tahun 2014, berdasarkan publikasi LPI pada tahun Tujuan 10: Peningkatan Kualitas Kinerja Organisasi Sasaran yang ingin dicapai: 1. Peningkatan kualitas kinerja keuangan berdasarkan opini yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Adapun target opini BPK berturut-turut tahun adalah: WDP (2010) dan WTP ( ). 2. Peningkatan kualitas kinerja organisasi berdasarkan penilaian yang diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atas pelaksanaan SAKIP. Adapun target sasaran penilaian terhadap dokumen SAKIP Kementerian Perdagangan dapat mencapai CC pada tahun 2010 dan meningkat B pada Tahun 2011 serta dipertahankan sampai dengan tahun Tujuan 11: Penguatan dan Peningkatan Kualitas Organisasi dan SDM Sasaran yang ingin dicapai: 1. Terwujudnya organisasi yang berbasis kinerja (outcome oriented organization), yang indikatornya dapat dilihat dari skor hasil survei > 4, Penerapan sistem manajemen SDM yang mampu mendorong peningkatan profesionalisme, kompetensi, dan remunerasi yang sesuai dengan beban kerja dan tanggungjawab, yang indikatornya dapat dilihat dari skor hasil survei > 1,90. 14

31 Survei dilaksanakan dengan dasar, mekanisme dan kriteria sebagaimana acuan pada pedoman Reformasi Birokrasi yang ditetapkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi. Gambar 1. Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Perdagangan Sumber: Renstra Kementerian Perdagangan Periode B. Rencana Kerja Kementerian Perdagangan Tahun 2014 Rencana Kerja (Renja) Kementerian Perdagangan adalah dokumen rencana pembangunan perdagangan sebagai penjabaran dari tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Perdagangan, yang akan dilaksanakan selama satu tahun anggaran. Dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis, maka telah disusun program-program kementerian yang terdiri dari sepuluh program, yaitu: (1) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan; (2) Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan; (3) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perdagangan; (4) Penelitian dan Pengembangan Perdagangan; (5) Pengembangan Perdagangan Dalam 15

32 Negeri; (6) Peningkatan Perdagangan Luar Negeri; (7) Peningkatan Perlindungan Konsumen; (8) Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional; (9) Pengembangan Ekspor; dan (10) Peningkatan Efisiensi Pasar Komoditi. Program merupakan penjabaran kebijakan sesuai visi dan misi Kementerian Perdagangan yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi masing-masing Unit Eselon I Kementerian Perdagangan. Masing-masing program tersebut kemudian dijabarkan kedalam beberapa kegiatan yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi Unit Eselon II/Satker atau penugasan tertentu di Kementerian Perdagangan. Selanjutnya, untuk mendanai pelaksanaan program dan kegiatan tersebut disusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang berisi besaran alokasi belanja anggaran yang diperlukan dalam rangka pencapaian hasil (outcome) dan keluaran (output) dengan indikator kinerja yang terukur. Pada tahun 2014 Kementerian Perdagangan mendapat alokasi anggaran, setelah revisi APBN-P, sebesar Rp ,- (Dua triliun tiga ratus lima puluh lima milyar seratus enam puluh dua juta delapan ratus enam puluh empat ribu rupiah) yang dituangkan dalam 10 program sebagai berikut: Tabel 2. Pagu Anggaran Kementerian Perdagangan T.A Menurut Program N O PROGRAM PAGU PAGU REVISI PROGRAM POKOK PENGEMBANGAN DAN PENGAMANAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI PENINGKATAN PERLINDUNGAN KONSUMEN PENINGKATAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI PENINGKATAN KERJASAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL PENGEMBANGAN EKSPOR PENINGKATAN EFISIENSI PASAR KOMODITI

33 N O PROGRAM PAGU PAGU REVISI PROGRAM PENUNJANG DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERDAGANGAN PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR KEMENTERIAN PERDAGANGAN PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR KEMENTERIAN PERDAGANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN J U M L A H C. Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2014 Kontrak Kinerja atau Perjanjian Kinerja adalah merupakan perwujudan kesepakatan antara atasan dan bawahan dalam menetapkan kinerja sesuai dengan tujuan dan sasaran pada Rencana Strategis. Kontrak Kinerja menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh suatu instansi pemerintah dalam satu tahun anggaran dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, Menteri Perdagangan RI telah menandatangani Kontrak Kinerja Tahun 2014 Nomor: 377/M-DAG/KK/2/2014 yang mencakup Sasaran Strategis, Indikator Sasaran Strategis, Target, Program, dan Anggaran (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1). Kontrak Kinerja menjadi acuan dalam pengukuran capaian Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja (IK) dalam Pelaporan Kinerja Kementerian Perdagangan tahun 2014, dimana secara keseluruhan terdapat 27 Indikator Kinerja dari 13 Sasaran Strategis Kementerian Perdagangan yang telah ditetapkan pada tahun 2014 (lihat tabel 1). 17

34 Tabel 3. Lampiran Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2014 No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PROGRAM 1 Peningkatan Pertumbuhan Ekspor 2 Peningkatan diversifikasi pasar dan produk ekspor 3 Peningkatan citra pelaku dan produk ekspor Indonesia 4 Peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional 5 Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Dalam dan Luar Negeri 6 Peningkatan output sektor perdagangan 7 Peningkatan Perlindungan Konsumen 8 Pengembangan sarana distribusi perdagangan dalam mendukung kinerja logistik nasional 9 Stabilisasi harga bahan pokok 1) Pertumbuhan ekspor nonmigas 2,4% (year on year) 2) Total ekspor US$ 184,3 miliar 3) Rasio konsentrasi penguasaan 47% pangsa pasar di 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5) 4) Kontribusi ekspor di luar 10 produk 53% utama 5) Skor Dimensi Ekspor dalam Simon 47 Anholt s Nation Brand Index (NBI) 6) Jumlah permintaan dagang (inquiries) Inquiries 7) Jumlah hasil perundingan 254 Hasil perdagangan internasional perunding an 8) Persentase peningkatan nilai 10% perdagangan Indonesia dengan negara mitra FTA 9) Pelayanan perizinan sub sektor PDN yang dapat dilayani secara online 10) Rata-rata waktu penyelesaian perizinan sub sektor PDN 11) Jumlah perizinan ekspor dan impor yang dapat dilayani secara online 12) Rata-rata waktu penyelesaian perizinan ekspor dan impor 13) Laju pertumbuhan PDB subsektor perdagangan besar dan eceran 14) Rasio penggunaan produk dalam negeri terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga 15) Jumlah transaksi multilateral di bidang PBK 16) Jumlah nilai resi gudang yang diterbitkan 17) Akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk 18) Persentase realisasi revitalisasi pasar tradisional 19) Rata-rata persentase kenaikan omzet pasar percontohan s.d. tahun ) Rata-rata koefisien variasi harga bahan pokok 21) Rasio koefisien variasi harga bahan pokok di dalam dan luar negeri 11 Jenis 2 Hari 81 Jenis 2 Hari 6,9% 95% 1,5 juta Lot Rp 120 miliar Peningkatan Perdagangan Luar Negeri Pengembangan Ekspor Nasional Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Peningkatan Perdagangan Luar Negeri Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Peningkatan Efisiensi Pasar Komoditi 70 Unit Peningkatan Perlindungan Konsumen 100% 35% 6,5% 0,9 Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri 18

35 No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PROGRAM 10 Penurunan disparitas harga bahan pokok antar provinsi 11 Peningkatan kinerja keuangan dan organisasi 12 Terwujudnya organisasi yang berbasis kinerja 13 Penerapan sistem manajemen SDM yang mampu mendorong peningkatan profesionalisme, kompetensi, dan remunerasi 22) Rasio koefisien variasi harga bahan pokok provinsi dan nasional 23) Hasil penilaian Survei Integritas oleh KPK 24) Hasil Evaluasi atas pelaksanaan SAKIP Kementerian 25) Opini BPK atas laporan keuangan Kementerian 26) Skor hasil survei peningkatan kualitas organisasi 27) Skor hasil survei peningkatan kualitas SDM 2,2 Ranking 3 B+ WTP > 2,42 > 1,90 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya 19

36 20

37 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban Kementerian Perdagangan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan. A. Capaian Kinerja Organisasi Meningkatnya keterkaitan perekonomian secara global memberikan peluang sekaligus ancaman bagi pembangunan sektor perdagangan. Dalam perumusan kebijakan, Kementerian Perdagangan telah berusaha mengantisipasi dinamika perekonomian dunia yang tak stabil dan tak bisa diprediksi dengan mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendorong peningkatan nilai tambah produk perdagangan melalui hilirisasi industri dan mendukung iklim usaha yang kondusif. Upaya penciptaan iklim usaha yang kondusif utamanya didukung melalui penyederhanaan prosedur perizinan sektor perdagangan. Dari sisi internal, Kementerian Perdagangan juga terus melakukan peningkatan kualitas pelayanan publik dan perbaikan kinerja manajemen dalam kerangka Reformasi Birokrasi. Dalam rangka penciptaan iklim usaha yang kondusif Kementerian Perdagangan telah melakukan berbagai upaya peningkatan pelayanan perizinan diantaranya melalui peningkatan jumlah izin yang tertangani secara online dan mempercepat waktu penyelesaian perizinan. Hal ini terkait dengan efektifitas dan efisiensi dunia usaha yang diharapkan mampu meningkatkan performa perdagangan dan investasi di dalam negeri. 21

38 Pengukuran pencapaian sasaran strategis dan indikator kinerja (IK) dalam Lapkin Kemendag 2014 mengacu kepada dokumen-dokumen SAKIP, meliputi: Renstra Perdagangan Tahun , Rencana Kinerja dan Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2014, dimana secara keseluruhan terdapat 27 Indikator Kinerja dari 13 Sasaran Strategis Kementerian Perdagangan yang ditetapkan. Sasaran Strategis 1: "Peningkatan Pertumbuhan Ekspor " Indikator Kinerja ) Pertumbuhan Ekspor Nonmigas (%) 2) Total Ekspor Nasional (Miliar US$) 2014* Target Realisasi % 33,08 24,88-5,54-2,04 2,4-2,64-110% 157,77 203,49 190,02 182,55 184,3 176,29 95,7% Keterangan: *) Realisasi pertumbuhan ekspor nonmigas dan total ekspor merupakan angka sementara, BPS. IK-1: Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Pertumbuhan ekspor nonmigas tahun 2014 turun 2,64 persen (yoy). Tren pertumbuhan ekspor nonmigas menurun selama Secara kumulatif, nilai ekspor nonmigas Indonesia Januari Desember 2014 mencapai US$145,96 miliar atau mengalami penurunan sebesar 2,64 persen dibanding periode yang sama tahun Jika dibandingkan dengan target pertumbuhan ekspor nonmigas yang ditetapkan pada tahun 2014 yaitu sebesar 2,4%, dapat terlihat bahwa persentase capaian kinerja pada tahun 2014 masih di bawah harapan, bahkan mencatat nilai negatif 101 persen. Tren penurunan pertumbuhan ekspor nonmigas pada periode tahun merupakan dampak dari masih belum pulihnya permintaan pasar dunia akibat krisis finansial global tahun Berikut ini adalah tabel perbandingan target, realisasi, dan persentase capaian indikator kinerja pertumbuhan ekspor nonmigas selama tahun : 22

39 Tabel 4. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Pertumbuhan Ekspor Nonmigas, No Uraian Tahun Target 7% 12% 12,3% 2,7% 2,4% 2 Realisasi 33,08% 24,88% -5,54% -2,04% -2,64% 3 Persentase Capaian 472,6% 207,3% -44,7% -74,1% -110% Penurunan pertumbuhan ekspor nonmigas dipicu nilai ekspor sektor pertambangan. Seiring dengan kebijakan penetapan Bea Keluar untuk ekspor produk pertambangan hasil pengolahan, ekspor pertambangan mengalami penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 26,7% dibanding tahun lalu yang hanya turun 0,5 persen. Kebijakan ini diberlakukan untuk mendorong Industri pengolahan produk hasil pertambangan guna menciptakan nilai tambah bagi produk ekspor Indonesia. Lebih lanjut beberapa komoditi di sektor pertambangan mengalami penurunan nilai ekspor yang cukup dalam, diantaranya adalah: produk bijih, kerak, dan abu logam (-70,7%); timah (-14,8%); dan alumunium (-4,2%). Melemahnya kinerja ekspor selama 2014 ternyata tidak hanya dialami oleh Indonesia, namun juga dialami beberapa negara lain seperti Jepang, Brasil, dan Argentina yang turun 3% sampai 9%. Ekspor karet dan barang dari karet juga turun 24,42%. Komoditas ekspor nonmigas lain yang turun signifikan selama Januari Desember 2014 adalah produk karet dan barang dari karet sebesar 24,42 persen (yoy). Penurunan ekspor karet dan barang dari karet dipicu oleh penurunan harga karet di pasar internasional dan penurunan permintaan dari beberapa negara tujuan utama ekspor seperti Jepang, Tiongkok, India, dan Jerman yang perekonomiannya belum pulih. Dari sisi suplai, adanya gangguan cuaca dan beralihnya petani ke komoditas lain juga telah berdampak pada penurunan volume ekspor karet. 23

40 Gambar 2. Perkembangan Ekspor Menurut Sektor, Periode Januari-Desember Sumber: BPS (diolah Kementerian Perdagangan, BPPKP) Kinerja ekspor sektor industri dan pertanian tahun 2014 mengalami peningkatan. Meskipun pertumbuhan ekspor nonmigas tahunan mengalami penurunan, nilai ekspor pada beberapa sektor justru mengalami kenaikan, diantaranya adalah: sektor industri dan pertanian yang meningkat masing-masing sebesar 3,80 persen (yoy) dan 1,01 persen (yoy). Sektor industri selama tahun 2014 mendominasi kinerja ekspor nonmigas dengan kontribusi terhadap total ekspor mencapai 66,6 persen. Beberapa komoditi di sektor industri yang naik signifikan antara lain: perhiasan/permata (68,95%), bahan kimia organik (14,4%), kendaraan dan bagiannya (14,16%), dan alas kaki (6,4%). Pada periode yang sama, ekspor produk pertanian yang turut mengalami kenaikan adalah produk buah-buahan (56,7%), produk hewani (9,8%), serta ikan dan udang (8,5%). 24

41 Tabel 5. Perkembangan Ekspor Nonmigas Beberapa Golongan Barang HS 2 Digit, tahun URAIAN BARANG NOP'14 DES'14 * NILAI FOB (JUTA US$) PERUB. (%) JAN-DES'13 JAN-DES'14 * DES'14 * thd NOP'14 JAN-DES'14 * thd JAN-DES'13 PERAN THD TOTAL EKSPOR NON MIGAS JAN-DES'14 * (%) 15 Lemak & minyak hewan/nabati 1, , , , Bahan bakar mineral 1, , , , Mesin/peralatan listrik , , Karet dan Barang dari Karet , , Mesin-mesin/Pesawat Mekanik , , Kendaraan dan Bagiannya , , Perhiasan/Permata , , Berbagai produk kimia , , Kertas/Karton , , Ikan dan Udang , , TOTAL 10 GOLONGAN BARANG 6, , , , LAINNYA 4, , , , TOTAL NON MIGAS 11, , , , Sumber: BPS (diolah Kementerian Perdagangan). Berbagai kebijakan dan peraturan telah dikeluarkan terkait peningkatan pertumbuhan ekspor nonmigas. Dalam upaya mendukung tercapainya target peningkatan pertumbuhan ekspor nonmigas, salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Perdagangan melalui pengelolaan ekspor produk olahan. Pengelolaan ekspor ditetapkan melalui kebijakan ekspor berupa pelarangan, pengaturan tata niaga atau pembatasan ekspor untuk komoditi pertambagan sehingga diharapkan ekspor produk hasil pengolahan dan pemurnian dapat meningkat. Pada periode triwulan I tahun 2014 telah diterbitkan kebijakan ekspor mineral logam, mineral bukan logam, dan batuan. Kebijakan tersebut ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perdagangan No. 04/M-DAG/PER/1/2014 yang mengatur ekspor produk pertambangan harus telah melalui proses penglahan dan pemurnian serta melarang ekspor dalam bentuk raw material. Pada periode triwulan III tahun 2014 telah diterbitkan Permendag No. 39/M-DAG/PER/7/2014 Tentang Ketentuan Ekspor Batubara Dan Produk Batubara yang masa berlaku efektif 1 September Dengan dikeluarkannya ketentuan tersebut, diharapkan kinerja ekspor batubara dan produk batubara akan meningkat signifikan. 25

42 Selain itu, pada periode triwulan 3 tahun 2014 ini juga diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan No.44/M-DAG/PER/7/2014 yang mengatur tentang Ketentuan Ekspor Timah. Selanjutnya di triwulan IV tahun 2014, Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan persetujuan ekspor produk pertambangan hasil pengolahan kepada beberapa perusahaan dalam rangka peningkatan nilai ekspor mineral tambang. Selain itu, Sektor otomotif selama ini juga merupakan sektor yang memberikan kontribusi positif dalam peningkatan kinerja ekspor nasional. Tren permintaan konsumen dunia untuk kendaraan yang selama ini merupakan keluaran dari pabrikan otomotif Indonesia meningkat. Berubahnya investasi dan output pabrikan otomotif di ASEAN, dari Thailand, ke Indonesia juga menjadi salah satu pendorongnya. Selain itu, ekspor motorsport (250cc) buatan Indonesia diperkirakan tumbuh 10%, didukung oleh adanya komitmen ekspor PT KMI (Kawasaki Motor Indonesia) mulai pertengahan tahun Selain itu, perbaikan harga untuk beberapa produk seperti Kakao, Kopi, Udang, dan Ikan menguntungkan bagi peningkatan ekspor nasional hingga akhir tahun Ditambah keikutsertaan Indonesia pada berbagai program promosi di berbagai negara tujuan ekspornya dan keunggulan komparatif furniture Indonesia pasca diterimanya produk furniture Indonesia yang sudah memenuhi persyaratan SVLK di pasar Eropa akan mendorong ekspor nasional selama tahun Kemendag menargetkan ekspor nonmigas naik tiga kali lipat tahun Meskipun terus mengalami penurunan pada periode , Kementerian Perdagangan menyimpan optimisme yang tinggi terkait kinerja pertumbuhan ekspor nonmigas pada lima tahun ke depan. Hal tersebut didorong oleh optimisme membaiknya perekonomian dunia di tahun Perekonomian di negara maju diprediksi mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi dibandingkan dengan 26

43 tahun-tahun sebelumnya, terutama Amerika Serikat (AS). Pertumbuhan ekonomi AS tahun 2015 diproyeksikan mencapai 3,1%, sedangkan impornya diproyeksikan tumbuh 5,4%. Selain itu, peluang pasar ekspor Indonesia masih terbuka lebar. Hal ini ditunjukkan dengan penigkatan ekspor nonmigas ke beberapa negara emerging market secara signifkan. Selama lima tahun ke depan, Kementerian Perdagangan telah menargetkan ekspor nonmigas naik tiga kali lipat. Peningkatan ekspor nonmigas tiga kali lipat di tahun 2019 tersebut diperkirakan akan menyerap tenaga kerja rata-rata 4,6 juta orang per tahun dan memerlukan tambahan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment) rata-rata US$40,5 miliar per tahun. Dalam upaya mencapai target ekspor nonmigas tiga kali lipat dalam lima tahun ke depan, tentu akan ada upaya-upaya konkret yang saat ini masih dibahas di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Selain itu, ke depan akan ada perubahan struktur ekspor Indonesia dari sebelumnya didominasi produk primer, menjadi didominasi produk manufaktur sejalan dengan arah kebijakan industri untuk hilirisasi. IK-2: Total Ekpor Nasional Tren nilai total ekspor menurun selama Tren total ekspor nasional pada periode tahun cenderung menurun sebagai dampak dari belum pulihnya permintaan pasar dunia dari krisis finansial global. Meskipun begitu, persentase capaian kinerja total ekspor nasional cenderung stabil berkisar antara 80% - 100% dari target Kontrak Kinerja. Indikator kinerja total ekspor nasional sendiri baru dimasukkan ke dalam Kontrak Kinerja sejak tahun 2012, seiring dengan revisi Renstra Kementerian Perdagangan Berikut ini adalah tabel perbandingan target, realisasi, dan persentase capaian indikator kinerja total ekspor nasional selama tahun : 27

44 Tabel 6. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Total Ekspor Nasional (US$ Miliar), No Uraian Tahun Target ,3 2 Realisasi 157,7 203, ,6 176,3 3 Persentase Capaian ,6% 102% 95,7% Total ekspor nasional tahun 2014 mencapai US$176,3 miliar, atau menurun 3,4% (yoy). Secara kumulatif, nilai total ekspor nasional Januari Desember 2014 mencapai US$176,29 miliar, yang terdiri dari ekspor migas sebesar US$30,33 miliar dan ekspor nonmigas sebesar US$145,96 miliar. Kinerja total ekspor tahun 2014 menurun 3,43 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Demikian juga dengan nilai ekspor migas dan nonmigas yang turun masing-masing 7,05 persen dan 2,64 persen. Sementara apabila dilihat dari volume total ekspor yang terjadi pada tahun 2014 tercatat mencapai 549,44 juta ton, yang terdiri dari volume ekspor migas sebesar 41,73 juta ton dan volume ekspor nonmigas sebesar 507,72 juta ton. Tabel 7. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia (US$ Juta), N O Uraian % Pertum. 2014/2013 I E K S P O R , , , , ,70-3,43 - MIGAS , , , , ,90-7,05 - NONMIGAS , , , , ,80-2,64 II I M P O R , , , , ,80-4,53 - MIGAS , , , , ,90-3,99 - NONMIGAS , , , , ,90-4,7 Sumber: BPS (diolah Kementerian Perdagangan). Selama Tahun 2014, impor seluruh jenis barang mengalami penurunan Selama tahun 2014, total impor mencapai US$178,2 miliar atau menurun 4,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat US$186,6 miliar. Dari total impor tersebut, nilai impor 28

45 nonmigas sebesar US$134,7 miliar atau mengalami penurunan sebesar 4,7% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 sebesar US$141,3 miliar. Gambar 3. Persentase Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Penggunaan Barang Periode Januari Desember, 2013 dan 2014 Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS. Tahun 2014, struktur impor masih didominasi bahan baku/ penolong. Selama tahun 2014, struktur impor masih didominasi bahan baku/penolong dengan pangsa mencapai 76,4 persen, meskipun nilainya mengalami penurunan sebesar 4,1 persen (yoy). Jenis komoditi bahan baku/penolong yang impornya turun signifikan antara lain: gula (turun 21,0%); besi dan baja (turun 12,6%); serta perangkat optik (turun 12%). Sementara itu, pangsa impor barang modal mengalami penurunan terbesar dibanding kelompok barang lainnya sebesar 7,1 persen (yoy) sehingga pangsa impornya menjadi 16,4 persen. Jenis komoditi barang modal yang impornya turun signifikan, antara lain: mesin-mesin (turun 5,3%); peralatan listrik (turun 5,4%); serta kendaraan dan bagiannya (turun 21,0%). Sedangkan pangsa impor barang konsumsi sebesar 7,1%, dan nilainya mengalami penurunan sebesar 3,6% (yoy). Adapun barang konsumsi yang impornya turun signifikan antara lain kapal terbang dan bagiannya turun 62,1%, kendaraan bermotor turun 30,8%, dan makanan olahan turun 7%. 29

46 Neraca Perdagangan Indonesia tahun 2014 defisit US$1,88 miliar. Nilai neraca perdagangan Indonesia Januari Desember 2014 mengalami defisit sebesar US$1,88 miliar, membaik dibanding tahun sebelumnya yang defisit sebesar US$4,08 miliar. Kenaikan nilai neraca perdagangan tahun 2014 didorong oleh peningkatan kinerja neraca perdagangan nonmigas yang mengalami surplus hingga US$11,24 miliar, meningkat signifikan dibanding surplus tahun 2013 yang hanya mencapai US$8,56 miliar. Peningkatan surplus perdagangan tersebut ditopang oleh turunnya impor nonmigas sebesar 4,7% yang lebih besar dibandingkan penurunan ekspor nonmigas sebesar 2,64%. Naiknya surplus neraca perdagangan nonmigas mampu menekan defisit neraca perdagangan migas sebesar US$13,12 miliar sehingga memperbaiki defisit total neraca perdagangan Indonesia. Tabel 8. Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia (US$ Juta), N O NERACA PERDAGANGAN % Pertum. 2014/2013 III T O T A L , , , , ,10 53,74 - MIGAS 626,9 775, , , ,00-3,92 - NONMIGAS , , , , ,90 31,38 Sumber: BPS (diolah Kementerian Perdagangan, BPPKP). Kemendag fokus pada peningkatan akses pasar dan daya saing produk ekspor. Dalam rangka mendorong kenaikan nilai total ekspor Indonesia pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan memfokuskan kepada peningkatan akses pasar dan daya saing produk ekspor. Akses pasar kertas Indonesia ke Pakistan kembali terbuka setelah Indonesia berhasil menghentikan tuduhan dumping dan subsidi atas produk kertas Indonesia oleh Pakistan. Hal ini merupakan buah kerja keras pemerintah bersama-sama dengan asosiasi, produsen, dan eksportir kertas. National Tariff Commission (NTC) Pakistan pada 2 Juni 2014 telah mengumumkan secara resmi penghentian (termination) penyelidikan antisubsidi terhadap produk kertas 30

47 Indonesia yang telah dimulai sejak 23 November Selanjutnya pada 17 Juni 2014 NTC Pakistan kembali mengumumkan penghentian penyelidikan antidumping yang telah dimulai sejak 11 November Penghentian tuduhan ini merupakan kabar baik bagi produsen/eksportir kertas Indonesia yang berorientasi ekspor ke Pakistan. Produk kertas Indonesia memiliki potensi ekspor yang cukup besar ke Pakistan dikarenakan kebutuhan nasional Pakistan atas produk kertas terus meningkat sejak lima tahun terakhir. Data statistik BPS dan TradeMap menunjukkan bahwa Indonesia baru memenuhi separuh dari total kebutuhan kertas Pakistan, khususnya selama periode penyelidikan berlangsung. Pada tahun 2012 impor total produk kertas Pakistan dari dunia sebesar ton, sedangkan ekspor kertas Indonesia ke Pakistan hanya sebesar ton. Sementara itu, peningkatan daya saing produk ekspor dilakukan Kementerian Perdagangan melalui dukungan atas kebijakan hilirisasi sektor industri. Penetapan Permendag No. 06/M-DAG/PER/1/2014 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan yang Dikenakan Bea Keluar merupakan upaya nyata dari Kementerian Perdagangan untuk mendorong hilirisasi dan industri pengolahan produk pertambangan. Sehingga ke depan akan ada perubahan struktur ekspor Indonesia dari sebelumnya didominasi komoditi primer (seperti pertanian dan pertambangan), menjadi didominasi produk pengolahan/manufaktur yang bernilai tambah tinggi terhadap total ekspor nasional. 31

48 Sasaran Strategis 2: "Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor dan Produk Ekspor " Indikator Kinerja ) Rasio konsentrasi ekspor ke 5 negara tujuan ekspor nonmigas terbesar (CR5) 4) Kontribusi ekspor di luar 10 produk utama Target 2014* Realisasi 47,2% 49,4% 49,4% 50,35% 47% 47,4% 1) 99,15% 52,5% 54,2% 53,0% 54,0% 53% 52,6% 2) 99,3% Keterangan : 1) Angka sementara, BPS (diolah Kemendag). Penghitungan persentase capaian kinerja ini menggunakan rumus pengukuran terbalik, dimana semakin tinggi nilai realisasi maka semakin rendah capaiannya. 2) Data Januari November 2014, Kemendag. % IK-3: Rasio Konsentrasi Ekspor ke 5 Negara Tujuan Ekspor Nonmigas Terbesar (CR-5) Tren CR-5 menurun selama Tren CR-5 pada periode tahun cenderung meningkat, yang menunjukan bahwa ekspor Indonesia semakin terkonsentrasi pada 5 negara tujuan ekspor utama. Namun pada tahun 2014 kinerja CR-5 kembali membaik, mendekati nilai pada tahun Perbaikan kinerja ini terutama didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas ke beberapa negara emerging market secara signifkan selama Januari- November 2014, yaitu: Uni Emirat Arab naik 61,8%; Pakistan 55,3%; Australia 36,7%; dan Arab Saudi 22,6%. Berikut ini adalah tabel perbandingan target, realisasi, dan persentase capaian kinerja CR-5 selama tahun : Tabel 9. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Rasio Konsentrasi Ekspor (CR-5), No Uraian Tahun Target 47% 2 Realisasi 47,2% 49,4% 49,4% 50,35% 47,4% 3 Persentase Capaian 99,5% 95% 94,8% 92,9% 99,15% 32

49 CR-5 Indonesia Januari-November 2014 mencapai 47,25%. Pada periode bulan Januari November 2014, konsentrasi ekspor non migas Indonesia di 5 (lima) negara tujuan utama yakni Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Amerika Serikat, Jepang, India dan Singapura, terealisasi sebesar 47,25%. Jika dibandingkan dengan target yang ingin dicapai yakni sebesar 47%, capaian pada tahun 2014 ini mencapai 99,47%. Realisasi ini menunjukkan bahwa sebagian besar ekspor non migas Indonesia tidak lagi terkonsentrasi pada 5 (lima) negara yang disebutkan di atas. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, tingkat konsentrasi ekspor non migas Indonesia di 5 (lima) negara tujuan utama mengalami perbaikan sebesar 3,10% dari 50,35% (2013). Sepanjang tahun 2014, RRT merupakan negara tujuan ekspor nonmigas terbesar Indonesia dengan nilai sebesar US$ 15,12 miliar (11,31%), diikuti oleh Amerika Serikat dengan US$ 14,39 miliar (10,76%) dan Jepang dengan US$ miliar (9,95%). India berada di peringkat ke 4 (empat) dengan nilai ekspor sebesar US$ 11,23 juta (8,40%) diikuti oleh Singapura di peringkat ke 5 (lima) dengan nilai ekspor sebesar US$ 9,12 miliar (6,82%). Gambar 4. Perbandingan Rasio Konsentrasi Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Ekspor Januari November 2014 Januari November 2013 Sumber: BPS (diolah Kementerian Perdagangan) 33

50 Lima besar negara tujuan ekspor Indonesia, masih didominasi oleh RRT, AS, Jepang, India, dan Singapura. Dari gambar pie chart Konsentrasi Ekspor Non Migas Indonesia, terlihat adanya pertukaran posisi pada Amerika Serikat dan Jepang pada peringkat 2 besar negara tujuan ekspor Indonesia. Pada tahun 2014, walaupun mengalami penurunan persentase kontribusi terhadap ekspor Indonesia, RRT masih tetap berada di peringkat pertama dengan persentase sebesar 11,31%, menurun dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar 14,15%. Pada peringkat kedua terdapat Amerika Serikat dengan kontribusi sebesar 10,76%, menunjukkan peningkatan dari tahun 2013 di peringkat ketiga dengan kontribusi 10,32%. Jepang pada tahun 2014 ini mengalami penurunan ke peringkat ketiga menjadi 9,95% di tahun 2014 dari 10,99% di tahun Seperti halnya periode yang sama di tahun sebelumnya, India dan Singapura tetap berada di posisi yang sama. Masing-masing menunjukkan penurunan dari periode yang sama di tahun India pada tahun 2014 menunjukkan kontribusi sebesar 8,40% dari yang sebelumnya sebesar 8,88% di tahun Sementara Singapura yang pada tahun 2013 mencapai kontribusi 7,02%, menunjukkan penurunan menjadi 6,82 di tahun Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa tingkat capaian rasio konsentrasi penguasaan pangsa pasar pada negara tujuan ekspor terbesar (CR5) pada triwulan IV 2014 belum mencapai target yang ditetapkan walaupun rasio konsentrasinya sudah lebih baik dari periode yang sama pada tahun Struktur ekspor Indonesia juga sudah menunjukkan perbaikan jika dibandingkan dengan semester pertama tahun 2014 ini. Hal tersebut ditunjukkan dari kinerja ekspor non migas ke negara-negara lain selain negara tujuan utama meningkat cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada pie chart ditunjukkan bahwa negara-negara lain di luar negara tujuan utama pada tahun 2014 menunjukkan kontribusi sebesar 33,77% sementara pada periode 2013 hanya berkontribusi sebesar 29,37%. 34

51 Gambar 5. Penandatanganan Kerja Sama Perdagangan antara Pelaku Usaha Indonesia dengan Pembeli dari Afghanistan dan Afrika Selatan pada Trade Expo Indonesia 2014 Kemendag mendorong pertumbuhan ekspor ke negaranegara tujuan ekspor nontradisional. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan diversifikasi pasar ekspor, Kementerian Perdagangan telah menetapkan komitmen untuk mendorong pertumbuhan ekspor ke negara-negara tujuan ekspor yang merupakan pasar non-tradisional Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan ekspor Indonesia terhadap kawasan tertentu, sehingga dapat mengantisipasi kondisikondisi dimana terjadi penurunan permintaan yang dapat berdampak pada neraca perdagangan Indonesia. Diversifikasi ekspor ini diharapkan akan terus terjaga seiring dengan terlaksananya berbagai kegiatan yang diarahkan untuk mengurai konsentrasi penguasaan pasar pada 5 (lima) negara tujuan ekspor terbesar (CR5) seperti kegiatan promosi di luar negeri, terutama di negara-negara yang merupakan pasar prospektif dan emerging markets, penyelenggaraan kegiatan promosi terpadu yang terarah, penyusunan market brief dan market intelligence untuk pasar-pasar prospektif dan emerging markets, penyelenggaraan diklat ekspor serta kerja sama pengembangan ekspor dengan berbagai institusi di berbagai negara. 35

52 Tabel 10. Nilai Ekspor Nonmigas Menurut Negara Tujuan, Januari-November 2014 Sumber: BPS (diolah Kementerian Perdagangan) IK-4: Kontribusi Ekspor Diluar 10 Produk Utama Diversifikasi produk ekspor untuk mengurangi ketergantungan ekspor Indonesia pada produk tertentu. Selain diversifikasi negara tujuan ekspor, Indonesia juga melakukan diversifikasi produk ekspor. Diversifikasi produk ekspor ditujukan untuk mengurangi ketergantungan ekspor Indonesia pada produk tertentu, terutama komoditi primer. Semakin banyak alternatif produk ekspor Indonesia yang berdaya saing tinggi maka akan semakin menguatkan posisi pangsa pasar ekspor Indonesia di dunia. Tren kontribusi ekspor diluar 10 produk utama cenderung stabil dan telah memenuhi target. Secara umum, tren nilai kontribusi ekspor diluar 10 produk utama pada periode tahun cenderung stabil dan telah memenuhi target dalam Renstra , dengan rata-rata persentase capaian kinerja sebesar 100,5%. Hal ini menunjukan bahwa produk ekspor Indonesia telah terdiversifikasi dan tidak hanya 36

53 tergantung kepada 10 produk utama saja. Berikut ini adalah tabel perbandingan target, realisasi, dan persentase capaian indicator kinerja Kontribusi Ekspor Diluar 10 Produk Utama selama tahun : Tabel 11. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Rasio Konsentrasi Ekspor (CR-5), No Uraian Tahun Target 53% 2 Realisasi 52,5% 54,2% 53,0% 54,0% 52,6% 3 Persentase Capaian 99,06% 102,3% 100% 101,9% 99,3% Nilai ekspor nonmigas diluar 10 produk utama mencapai US$50,49 miliar (41,32% dari total ekspor nonmigas). Pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan menargetkan kontribusi ekspor di luar 10 produk utama sebesar 53%. Adapun realisasi pada tahun menunjukkan bahwa nilai ekspor nonmigas diluar 10 produk utama mencapai US$70,4 miliar atau berkontribusi sebesar 52,6% dari keseluruhan ekspor nonmigas. Sehingga persentase capaian kinerja telah mencapai 99,4% dari target yang ditetapkan Kontrak Kinerja. Apabila dibandingkan dengan tingkat capaian kontribusi ekspor nonmigas di luar 10 produk utama pada tahun 2013, capaian kinerja pada tahun 2014 ini sedikit mengalami penurunan 1,4%. Adapun nilai ekspor di luar 10 produk utama pada periode Januari November 2013 tercatat sebesar US$73,6 miliar, dengan kontribusi sebesar 54%. Periode , Kemendag menetapkan 10 produk ekspor utama dan 10 produk ekspor potensial. Pada periode tahun , Kementerian Perdagangan telah menetapkan 10 jenis produk yang disebut sebagai 10 produk ekspor utama, dengan nilai ekspor tertinggi dibandingkan produk-produk lainnya. Produk-produk tersebut adalah tekstil dan produk tekstil, produk elektronik, karet dan produk karet, sawit (CPO dan turunannya), produk hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao, dan kopi. 1 Data yang digunakan adalah kontribusi ekspor diluar 10 produk utama pada Januari November 2014, mengingat belum tersedianya data kinerja ekspor menurut produk s.d. Desember

54 Selain 10 produk utama, Kementerian Perdagangan juga menetapkan 10 produk ekspor potensial, yakni produk-produk yang nilai ekspornya berpotensi untuk dikembangkan menjadi lebih besar dan berkontribusi terhadap ekspor nasional. Produk-produk tersebut adalah kulit dan produk kulit, peralatan medis, tanaman obat, makanan olahan, minyak atsiri, ikan dan produk perikanan, produk kerajinan, perhiasan, rempah-rempah, dan peralatan kantor. Gambar 6. Perbandingan Kontribusi Produk Ekspor Non-Migas Nasional, Jan-Nov 2013 Jan-Nov 2014 Di Luar 10 Komoditi Utama 54.0% 10 Komoditi Utama 46.0% Di Luar 10 Komoditi Utama 52.6% 10 Komoditi Utama 47.4% Sumber: Kementerian Perdagangan, BPPKP. Tahun 2014, Kemendag mengelompokkan produk ekspor menjadi: produk utama, produk prospektif dan produk nonmigas lainnya. Pada awal tahun 2014, Kementerian Perdagangan melakukan pengkajian ulang untuk mengelompokkan produk-produk ekspor Indonesia ke dalam 3 kategori yaitu produk utama, produk prospektif dan produk nonmigas lainnya. Produk-produk yang masuk dalam kategori produk utama adalah sawit (CPO dan turunannya), tekstil dan produk tekstil, elektronik, karet dan produk karet, kayu dan produk kayu (pulp & furniture), produk kimia, produk logam, mesinmesin, makanan olahan, dan otomotif. Sedangkan jenis produk yang masuk dalam kategori produk prospektif adalah alas kaki, perhiasan, plastik dan barang dari plastik, udang, ikan dan produk perikanan, kopi, kakao dan olahannya, kerajinan, rempah-rempah, dan kulit dan produk kulit. Adapun yang termasuk pada kategori produk non migas lainnya adalah batubara, hewan dan produk turunannya, alat kesehatan, buah dan sayur, serta minyak atsiri. Perubahan kategorisasi produk tersebut secara langsung memberikan dampak 38

55 yang cukup signifikan terhadap pencapaian indikator kinerja diversifikasi produk ekspor. Perubahan kategorisasi produk tersebut secara langsung memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pencapaian indikator kinerja. Tabel 12. Nilai Ekspor Nonmigas Menurut Kelompok Produk (US$), Sumber: BPS (diolah Kementerian Perdagangan). Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka peningkatan diversifikasi produk ekspor. Kementerian Perdagangan senantiasa melakukan upaya peningkatan nilai ekspor produk ekspor diluar 10 produk utama sebagai salah satu langkah melakukan diversifikasi produk ekspor. Diharapkan dengan langkah tersebut, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan ekspor pada komoditi tertentu. Kondisi ini diharapkan akan berubah pada triwulan berikutnya di tahun 2014 ini sejalan dengan terlaksananya banyak kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan diversifikasi produk ekspor seperti Designer Dispatch Service, adaptasi produk, Customer Service Center (CSC), dan Pemberian WCC Award. 39

56 Sasaran Strategis 3: "Perbaikan Citra Produk Ekspor Indonesia" Indikator Kinerja ) Skor Dimensi Ekspor dalam Simon Anholt s Nation Brand Index (NBI) 6) Jumlah Permintaan Dagang (Inquiries) Target 2014 Realisasi Capaian (%) 47,7 44,97 45,73 45, ,97% IK-5: Skor Dimensi Ekspor dalam Simon Anholt s Nation Brand Index (NBI) Tren CR-5 menurun selama Citra suatu negara di dunia internasional biasanya diukur melalui peringkat suatu negara menurut Nation Branding Index (NBI) yang disusun oleh Simon Anholt. Indeks tersebut merupakan hasil penggabungan dari sejumlah dimensi yang dianggap berpengaruh terhadap pencitraan suatu negara, yakni: pariwisata, ekspor, pemerintahan, investasi dan imigrasi, kebudayaan, dan masyarakat. Tren Skor Dimensi Ekspor dalam Simon Anholt s Nation Brand Index pada periode tahun cenderung stabil, dengan realisasi skor dimensi ekspor diantara Realisasi skor dimensi ekspor yang tertinggi dicapai pada tahun 2010, yaitu sebesar 47,7 dengan persentase capaian kinerj mencapai 108,4%. Hal ini menunjukkan bahwa citra produk ekspor Indonesia cukup baik di mata dunia. Namun sayangnya, pada tahun 2014 Kementerian Perdagangan tidak lagi menganggarkan belanja untuk berlangganan Laporan Simon Anholt s Nation Branding Index (NBI). Sehingga realisasi dan persentase capaian kinerja pada tahun 2014 tidak dapat diperbandingkan. Berikut ini adalah tabel perbandingan target, realisasi, dan persentase capaian kinerja CR-5 selama tahun : 40

57 Tabel 13. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Skor Dimensi Ekspor dalam NBI, No Uraian Tahun Target Realisasi 47,7 44,97 45,73 45,6-3 Persentase Capaian 108,4% 102% 99,4% 97% - Tahun 2013, skor dimensi ekspor pada NBI Indonesia mencapai angka 45,6. Pada tahun 2013, skor dimensi ekspor NBI Indonesia mencapai angka 45,60 dengan tingkat pencapaian sebesar 97,02% dari target yang ditetapkan. Secara spesifik, skor dimensi ekspor ini merupakan akumulasi dari jawaban responden atas beberapa atribut yang terkait dengan persepsi masyarakat dunia terhadap ekspor Indonesia. Atribut tersebut antara lain berkaitan dengan kontribusi Indonesia terhadap inovasi di bidang ilmu pengetahuan, pengaruh negara asal (country of origin) terhadap keinginan masyarakat global untuk membeli suatu produk, dan derajat kreativitas suatu negara. Gambar 7. Perkembangan Skor Dimensi Ekspor dalam Nation Branding Index, Tahun Sumber: Simon Anholt s Nation Branding Index (diolah Kementerian Perdagangan), Walaupun skor dan peringkat NBI Indonesia turun di tahun 2013, sebanyak 15 dari 20 negara memposisikan Indonesia lebih baik dari 41

58 tahun sebelumnya. Mesir masih menjadi negara dengan opini paling baik untuk citra Indonesia (peringkat 27). Setelah Mesir, negara yang memberikan opini paling baik adalah Jepang yang diikuti oleh beberapa negara emerging market yaitu India, Argentina, Mexico, dan Afrika Selatan. Sementara itu, Australia yang sebelumnya di tahun 2012 memberikan penilaian yang buruk terhadap citra Indonesia (peringkat 45), di tahun 2013 memberikan respon dengan menaikkan peringkat Indonesia ke posisi 39. Di tahun 2013, negara yang memberikan respon paling buruk terhadap citra Indonesia adalah China dan Brazil. Apabila dilihat dari atribut individual, Indonesia memiliki kinerja yang lebih baik pada kreativitas dan kontribusi terhadap sains. Terkait atribut dimaksud, Indonesia diapresiasi secara baik oleh mitra dagang utama yaitu Amerika Serikat dan Korea Selatan di mana keduanya menilai bahwa Indonesia memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan Malaysia dan Thailand dengan memposisikan Indonesia di peringkat 32. Jika ditinjau dari atribut dimensi ekspor, Indonesia memiliki profil dimensi ekspor yang stabil, memiliki peringkat 39 dan 40 pada atribut dimensi ekspornya. Namun demikian, pada tahun 2013, produk ekspor Indonesia mendapatkan penilaian yang rendah dari China, Brazil, Jerman, Italia dan Australia. Untuk atribut kreatifitas dan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, secara global Indonesia mendapatkan penilaian yang lebih baik. Kreatifitas mendapatkan penilaian yang baik di beberapa negara antara lain adalah Argentina, India, Afrika Selatan dan Inggris. Untuk atribut kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, Indonesia mendapatkan penilaian yang tinggi terutama di partner dagang utama Indonesia yaitu Amerika Serikat dan Korea Selatan. Indonesia menempati peringkat yang lebih tinggi dari Malaysia dan Thailand di kedua negara tersebut. Untuk atribut kualitas produk, Indonesia masih mendapatkan 42

59 penilaian buruk dari beberapa negara panel dengan peringkat ke-40. Perbedaan yang mencolok diantara atribut-atribut ekspor terjadi di beberapa negara, antara lain adalah Jerman dan Australia. Di Jerman, penilaian mengenai kualitas produk menempati peringkat 47, sedangkan untuk atribut kreativitas dan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan menempati peringkat 42 dan 40. Sedangkan di Australia, atribut kualitas produk ekspor Indonesia menempati peringkat 43 sementara atribut kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan kreativitas menempati peringkat 37 dan 38. Namun demikian, kualitas produk ekspor Indonesia memiliki penilaian yang baik di Mesir, Jepang, Argentina, Meksiko dan Turki yang menempatkan Indonesia dengan peringkat 34 ke atas. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, untuk dimensi ekspor di tahun 2013, Indonesia masih berada di bawah negara-negara lain seperti Singapura (peringkat 22 dengan skor 54,23), Thailand (peringkat 34 dengan skor 47,81) dan Malaysia (peringkat 36 dengan skor 47,70). Pada tahun 2013, skor dimensi Singapura dan Thailand mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2013 dengan masing-masing kenaikan sebesar 0,36 dan 0,21. Seperti Indonesia, pada tahun 2013 Malaysia juga mengalami penurunan skor dimensi ekspor. Malaysia mengalami penurunan skor lebih bersar dibandingkan Indonesia, yaitu sebesar 0,17. Tahun 2014, Kemendag telah melaksanakan kegiatan-kegiatan Nation Branding. Pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan telah mengadakan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan citra Indonesia di mata internasional, diantaranya adalah: pelaksanaan Indonesia Night di sela-sela acara World Economic Forum di Davos pada tanggal 23 Januari 2014; kegiatan Identifikasi Nation Branding; Pembuatan Video Pencitraan Produk Kopi Luwak; dan kegiatan evaluasi Nation Branding. 43

60 Kemendag telah mengadakan Indonesia Night tanggal 23 Januari 2014 di sela-sela World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss. Kemendag telah melaksanakan kegiatan Identifikasi Nation Branding. Kementerian Perdagangan RI bekerja sama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan didukung oleh Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Jenewa Swiss, serta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bern, Swiss menyelenggarakan acara Indonesia Night pada tanggal 23 Januari 2014 di sela-sela World Economic Forum (WEF) yang berlangsung pada Januari 2014, dengan mempersembahkan malam Remarkable Indonesia untuk mempromosikan kepada para tamu undangan. Indonesia Night merupakan magnet Nation Branding di forum berkelas dunia. Penyelenggaraan Indonesia Night ini merupakan salah satu upaya untuk menarik perhatian dunia internasional termasuk para investor dan pebisnisnya, keterlibatan Indonesia di ajang WEF tidak hanya dilakukan melalui Indonesia Night, Menteri Perdagangan juga kembali menggaungkan capaian Indonesia dalam bidang ekonomi dan perdagangan, termasuk tindak lanjut Paket Bali di pertemuan mini tingkat Menteri WTO. Selain pelaksanaan kegiatan dengan memanfaatkan forum internasional, Kementerian Perdagangan juga telah melaksanakan 2 (dua) kegiatan Identifikasi Nation Branding pada tahun Kegiatan pertama dilaksanakan pada bulan Maret 2014 dengan topik pembahasan untuk mengidentifikasi permasalahan sekaligus mendapatkan masukan pemecahan masalah atau solusi terkait permasalahan social compliance yang dapat berdampak terhadap ekspor Indonesia. Perhatian dan penanganan terhadap isu-isu perdagangan global menjadi salah satu cara untuk memperbaiki citra Indonesia di mata internasional. Kegiatan kedua dilaksanakan pada bulan September 2014 dengan tujuan membahas dan merumuskan materi yang menjadi ruang lingkup dalam peraturan pelaksana Undang-Undang Perdagangan yang akan dibuat yakni rancangan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Standar Penyelenggaraan dan Keikutsertaan Pameran Dagang serta rancangan Peraturan Presiden tentang Pelaksanaan Kampanye 44

61 Pencitraan Indonesia (Nation Branding). Pertemuan ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari seluruh stakeholder agar peraturan-peraturan yang dibuat dapat bersifat holistik sehingga implementasi oleh seluruh stakeholder terkait akan membawa hasil optimal, terutama berkaitan dengan peningkatan citra Indonesia. Kemendag telah melaksanakan kegiatan Pembuatan Video Pencitraan Produk: Kopi Luwak. Kemendag juga telah melaksanakan kegiatan Evaluasi Nation Branding. Upaya lainnya yang dilakukan berkenaan dengan peningkatan citra Indonesia adalah Pembuatan Video Pencitraan Produk, yang pada kesempatan ini mengangkat Kopi Luwak sebagai produk yang ditampilkan. Produk Kopi Luwak yang merupakan salah satu specialty coffee Indonesia disinyalir mendapat penentangan di beberapa pasar ekspor. Hal ini terlihat dengan adanya kampanyekampanye yang banyak dilakukan oleh organisasi penggiat lingkungan hidup di Eropa dan Amerika. Untuk itu dirasa perlu adanya counter campaign untuk meluruskan kesalahpahaman agar produk ini dapat kembali diterima secara luas. Penanganan isu-isu negatif terhadap produk Indonesia menjadi salah satu hal yang dilakukan untuk menjaga citra Indonesia di pasar global.pembuatan video ini diharapkan juga dapat dilakukan untuk produk lainnya seperti minyak kelapa sawit. Selain itu, pada tahun 2014 juga dilaksanakan kegiatan Evaluasi Nation Branding. Kegiatan evaluasi Nation Branding dilakukan antara lain dengan melakukan penyebaran kuisioner kepada pelaku usaha ekspor Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana penilaian para pelaku usaha ekspor terhadap citra pelaku dan produk ekspor Indonesia di mata mitra bisnis mereka. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh pelaku usaha yang pernah difasilitasi oleh Ditjen PEN memperoleh respon yang cukup baik dari mitra bisnisnya di berbagai negara. Dari kegiatan evaluasi tersebut juga diketahui bahwa pelaku usaha Indonesia juga akan mendukung upaya-upaya perbaikan citra Indonesia di pasar global. 45

62 Peningkatan citra produk ekspor Indonesia di pasar dunia diharapkan dapat terus ditingkatkan seiring dengan dilaksanakannya berbagai kegiatan pencitraan di tahun-tahun mendatang, termasuk dengan berbagai upaya penanganan isu-isu negatif terhadap produk-produk ekspor Indonesia, penggiatan kegiatan promosi terpadu, dan peningkatan daya saing produk ekspor melalui berbagai kegiatan pengembangan produk. IK-6: Jumlah Permintaan Dagang (Inquiries) Tren jumlah permintaan dagang (inquiries) selama Jumlah Permintaan Dagang (Inquiries) baru dimasukkan sebagai indikator kinerja Kementerian Perdagangan pada tahun Indikator kinerja ini ditetapkan setelah Kementerian Perdagangan tidak lagi berlangganan Skor DImensi Ekspor Nation Branding Index (NBI). Citra produk ekspor yang baik akan tercermin dari jumlah permintaan dagang (inquiries) yang tinggi dalam berbagai kegiatan pameran dan promosi dagang yang dilakukan Kementerian Perdagangan, seperti Trade Expo Indonesia. Berikut ini adalah tabel perbandingan target, realisasi, dan persentase capaian kinerja CR-5 selama tahun : Tabel 14. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Jumlah Permintaan Dagang (Inquiries), No Uraian Tahun Target Realisasi Persentase Capaian ,0% Kemendag telah mengembangkan sistem informasi inquiries. Permintaan pembeli luar negeri yang mencari produk Indonesia semakin besar, sehingga perlu peningkatan pelayanan informasi terutama dalam hal sumber data/informasi. Pengembangan sistem informasi diorientasikan untuk memberikan pelayanan informasi ekspor kepada dunia usaha secara cepat, baik di dalam maupun di 46

63 luar negeri. Terkait dengan hal tersebut, telah dioperasikan aplikasi program otomatisasi secara terintegrasi untuk pemberian informasi hubungan dagang, yang juga dapat digunakan oleh pengguna di Kementerian Perdagangan dan di seluruh perwakilan RI di luar negeri (Atase Perdagangan & Indonesian Trade Promotion Centre). Tujuan pelayanan inquiries adalah guna memberikan layanan informasi hubungan dagang dari importir/calon pembeli luar negeri yang berminat dengan produk ekspor Indonesia serta melayani permintaan informasi dari eksportir dalam negeri, terkait dengan informasi pembeli dan promosi ekspor bagi produk masing-masing perusahaan. Gambar 8. Perbandingan Jumlah Permintaan Dagang (Inquries) Tahun 2013 dan Sumber: Kementerian Perdagangan, Ditjen PEN. Selama periode 2014, Kemendag memperoleh sebanyak inquiries. Sepanjang tahun 2014, Kementerian Perdagangan memperoleh sebanyak inquiries dengan perincian sebanyak inquiry diperoleh melalui kegiatan promosi dagang/ekspor yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan baik di dalam maupun luar negeri dan sebanyak inquiries yang diperoleh dari Customer Service Center (CSC). Pencapaian ini telah melewati target yang ditetapkan pada awal tahun 2014 yaitu sebanyak inquiries. Tercapainya target inquiries hingga 114,97% ini disebabkan semakin efektifnya kegiatan promosi yang dilaksanakan dan semakin eratnya kerjasama dengan asosiasi-asosiasi maupun kamar dagang negara mitra. Selain 47

64 itu, tercapainya target jumlah inquiry ini juga menunjukan bahwa sebenarnya minat akan produk-produk Indonesia semakin meningkat. Permintaan hubungan dagang yang diterima dari berbagai calon pembeli potensial ini kemudian akan diteruskan kepada pelaku usaha Indonesia untuk ditindaklanjuti melalui berbagai media, di antaranya Membership Service, yakni sebuah sistem yang dibangun oleh Kementerian Perdagangan untuk memfasilitasi pelaku usaha Indonesia memperoleh informasi terkini berkaitan dengan ekspor, termasuk di dalamnya permintaan hubungan dagang. Selain itu, permintaan hubungan dagang tersebut juga disampaikan kepada asosiasi-asosiasi pelaku usaha serta instansi terkait. 48

65 Sasaran Strategis 4: "Peningkatan Peran dan Kemampuan Kementerian Perdagangan dalam Diplomasi Perdagangan Internasional" Indikator Kinerja ) Jumlah hasil perundingan perdagangan internasional 8) Persentase peningkatan nilai perdagangan Indonesia dengan negara mitra FTA Target 2014 Realisasi Capaian (%) ,20% ,5% 10% -4,78% -47,8% IK-7: Jumlah Hasil Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, mewakili Pemerintah RI, dalam berbagai proses negosiasi baik di forum bilateral, regional, maupun multilateral. Dalam melakukan perundingan kerja sama perdagangan internasional, Kementerian Perdagangan senantiasa berkoordinasi dengan seluruh stakeholders dalam menyusun posisi runding Indonesia dengan mengutamakan kepentingan nasional. Realisasi hasil perundingan dan kerja sama perdagangan internasional diperoleh dari seluruh dokumen perundingan perdagangan internasional dimana tertuang beberapa kesepakatan-kesepakatan hasil kerja sama perdagangan pada fora bilateral, regional, dan multilateral yang mencerminkan usaha Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan akses pasar ekspor dan capacity building. Adapun perbandingan realisasi, target, dan persentase capaian kinerja hasil perundingan perdagangan internasional tahun adalah sebagai berikut: Tabel 15. Perbandingan Target, Realisasi, dan Persentase Capaian Kinerja Jumlah Hasil Perundingan Perdagangan Internasional, No Uraian Tahun Target Realisasi Persentase Capaian 100% 131,5% 117,7% 130,2% 112,2% 49

66 Tren jumlah hasil perundingan perdagangan periode cenderung meningkat. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa persentase capaian di tahun 2014 memang masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan capaian tahun 2011 dan Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2011 dan 2013 Indonesia menjadi host atau tuan rumah pelaksanaan sidang-sidang besar, yaitu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN tahun 2011, KTT APEC dan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke- 9 tahun 2013, sehingga banyak negara-negara mitra yang memanfaatkan momentum ketuanrumahan Indonesia untuk melakukan pertemuan-pertemuan. Selain itu, tingginya realisasi capaian selama kurun waktu tahun tersebut juga disebabkan adanya beberapa sidang/perundingan yang dilaksanakan diluar jadwal yang sudah ditetapkan. Hal ini tentunya tidak dapat dihindari dari tahun ke tahun, mengingat urgensi isu yang perlu dibahas dalam setiap perundingan tersebut. Sampai dengan akhir tahun 2014 Kemendag telah menyepakati 285 hasil perundingan, dengan persentase capaian sebesar 112,2%. Target yang ingin dicapai Kementerian Perdagangan pada tahun 2014 adalah 254 (dua ratus lima puluh empat) hasil perundingan. Sampai dengan akhir tahun 2014 telah terealisasi sebanyak 285 (dua ratus delapan puluh lima) hasil perundingan, sehingga persentase capaian kinerja-nya sebesar 112,20%. Dari 285 hasil perundingan tersebut yang berhasil dicapai pada tahun 2014, berikut beberapa hasil perundingan yang manfaat dari kesepakatan tersebut dapat dirasakan oleh para stakeholders: 1. Protocol to Amend ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) dan First Protocol to Amend the Agreement Establishing the ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA) Pada pertemuan ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) ke-46 yang dilaksanakan pada tanggal Agustus 2014, di Myanmar, para Menteri Ekonomi ASEAN telah melakukan penandatanganan atas 7 (tujuh) perjanjian, baik perjanjian di internal ASEAN maupun dengan perjanjian dengan Negara Mitra, dalam hal ini Australia-New Zealand dan India. Dua perjanjian yang telah ditandatangani adalah Protocol to Amend ACIA dan First Protocol to Amend the Agreement 50

67 Establishing the AANZFTA yang ditandatangani secara bersamasama, sedangkan lima lainnya ditandatangani secara ad referendum karena masih terdapat negara anggota yang belum menyelesaikan persayaratan penandatanganannya, yaitu: 1) ASEAN Medical Device Directive (AMDD); 2) ASEAN MRA on Accountancy Services; 3) Protocol to Implement the 9 th AFAS Package 4) ASEAN-India Trade in Services Agreement; 5) ASEAN-India Trade in Investment Agreement. Dengan adanya penandatanganan tersebut, maka terdapat beberapa manfaat yang diperoleh bagi Indonesia, antara lain: (i) Dengan adanya protocol to amend ACIA, maka Indonesia akan memiliki mekanisme yang lebih efisien dalam melakukan perubahan atas daftar negatif investasi (DNI); (ii) First Protocol to Amend AANZFTA, mempermudah para pelaku usaha dalam peraturan asal barang (rules of origin) dengan tidak lagi harus mencantumkan nilai FOB kecuali untuk ketentuan regional value content (RVC); (iii) Terkait AMDD diharapkan dapat memberikan manfaat bagi produsen maupun konsumen alat kesehatan dengan terwujudnya standar dan ketentuan yang disepakati bersama di ASEAN; (iv) untuk ASEAN-India Trade in Services dan ASEAN-India Investment Agreement, dapat membuka akses pasar dan kepastian dalam melakukan perdagangan jasa dan investasi Indonesia di kawasan ASEAN dan India. 2. Memorandum of Understanding (MoU) antara Indonesia-Amerika Serikat terkait Penyelesaian beberapa Isu Perdagangan antar Kedua Negara. Pada tanggal 3 Oktober 2014 telah ditandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara Indonesia-Amerika Serikat untuk 51

68 menyelesaikan beberapa isu perdagangan antar kedua negara. Dengan disepakatinya MoU ini maka ekspor Indonesia untuk produk Cigars or Cigarillos (HS ) dapat dipasarkan di Amerika Serikat. Selain itu disepakati juga bahwa AS akan mempertimbangkan perpanjangan pemberian Generalized System of Preference (GSP) untuk beberapa produk asal Indonesia. 3. Minutes of Meeting International Pepper Community sesi ke-42 Sidang International Pepper Community sesi ke-42 yang telah diselenggarakan tanggal Oktober 2014 di Ho Chi Minh City, Viet Nam, terdiri dari beberapa pertemuan yang dihadiri oleh wakil dari pemerintah dan pelaku usaha. Pertemuan terdiri dari Executive Meeting of Head of Delegations, PEPPERTECH, Pepper Exporters, Pepper Exporter and Importer, Business Session, dan Plenary Session. Sidang menyepakati beberapa isu penting, yaitu penerapan common sales contract dan sistem intercropping. Common sales contract memberi manfaat bagi eksportir lada karena melalui sistem kontrak tersebut, terciptanya keseragaman aturan termasuk ketentuan arbitrase. Sedangkan penerapan program intercropping di Indonesia, bermanfaat bagi petani lada dan teh. Bagi petani teh, dimana harga teh saat ini mencapai level terendah sejak 10 tahun terkhir pada posisi Rp /Kg, menanam lada di kebun teh akan memberikan penghasilan lainnya selain dari teh. Selain itu, dalam jangka panjang, program ini untuk meningkatkan produksi dan produktifitas lada Indonesia. Program ini telah berhasil dilakukan di Sri Lanka dan India. Program dilakukan bekerja sama antara Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Sekretariat IPC, Balittro, dan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK). Tahap awal akan dilakukan percobaan pada kebun di Kanchana, Sukabumi. 4. Minutes of Meeting Session of International Coffee Organization (ICO) Council International Coffee Organization (ICO) secara reguler mengadakan 2 (dua) kali pertemuan dalam setahun yaitu pada bulan Maret dan 52

69 September di London, Inggris. Tahun 2014, ICO telah mengadakan Sesi ke-112 dan Sesi ke-113 International Coffee Council dan sidang ICO terkait lainnya. Salah satu agenda utama yang disepakati tahun 2014 yaitu penggunaan special fund untuk proyek peningkatan perdagangan dan konsumsi negara produsen kopi oleh negara produsen kopi di kawasan Asia, Afrika dan Amerika Tengah dan Latin. Special fund adalah dana yang berasal dari negara produsen kopi. Disepakati juga bahwa untuk kawasan Asia, Indonesia menjadi penerima sepecial fund untuk menyelenggarakan proyek tersebut. Proyek ini akan bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingkan kopi di Indonesia. 5. Ministerial Statement International Tripartite Rubber Council (ITRC) International Tripartite Rubber Council (ITRC) telah melaksanakan beberapa kali pertemuan pada tahun 2014, di antaranya: Sidang ITRC ke-23 di Chiangmai, Thailand; Pertemuan Demand Promotion Scheme Commitee (DPSC); Pertemuan Expert Group on Establishment of a Regional Rubber Market (EGERRM); dan yang terakhir dilaksanakan, yakni pada bulan November 2014 adalah Pertemuan Dewan Menteri ITRC Pertemuan Dewan Menteri ini menghasilkan beberapa hal penting untuk ditindaklanjuti. Yang pertama, pada tahun 2015 ITRC memiliki prioritas untuk memonitor jumlah total realisasi ekspor supaya target realisasi ekspor karet alam tahun 2015 tidak melebihi demand. Langkah ini dilakukan untuk menyerap kelebihan supply di pasar karet global. Upaya untuk menjaga keseimbangan supply-demand ini merupakan cara meningkatkan harga karet alam ke tingkat yang remuneratif bagi petani. Yang kedua, para Menteri sepakat agar ketiga negara menindaklanjuti rekomendasi pembentukan pasar karet regional, dimana tiap-tiap negara diharapkan dapat menyelesaikan isu-isu teknis di dalam negeri agar pasar regional dapat terwujud dalam waktu 18 bulan pasca MCM ITRC

70 Pembentukan pasar karet regional akan dilakukan secara bertahap dan dimulai dengan pasar fisik di masing-masing negara (Thailand, Indonesia, dan Malaysia). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam usaha pembentukan ini antara lain harmonisasi mutu, approval pabrik, optimalisasi sistem resi gudang, branding SIR20, dan kontrak karet seperti Shanghai Futures Exchange (SHFE). Pembentukan pasar karet fisik di masing-masing negara ini menguntungkan, baik bagi petani maupun pelaku usaha, karena adanya langkah nyata pembentukan tata niaga karet alam yang lebih baik di masa depan. 6. Leaders Communiqué dan Brisbane Action Plan G-20 Summit Pada pertemuan G-20 Summit yang dilaksanakan tanggal November 2014 menghasilkan G-20 Leaders Communiqué menyepakati pentingnya langkah-langkah terkait investasi, perdagangan dan persaingan usaha (competition) guna mempercepat pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja serta peningkatan taraf kehidupan rakyat, yaitu investasi pada sektor infrastruktur yang berkualitas memberikan manfaat bagi dunia usaha dalam rangka peningkatan produktifitas sektor swasta; dan Kesepakatan Global Infrastructure Initiative (GII) yang bertujuan mengumpulkan dana USD 1 triliun per tahun memberikan manfaat realisasi investasi bagi dunia usaha di sektor infrastruktur. Selain itu pada pertemuan ini juga disepakati Brisbane Action Plan, yang merupakan kesepakatan khusus Pimpinan G-20 untuk melakukan langkah besar, secara kolektif maupun individual, dalam rangka mempercepat pertumbuhan 54

71 ekonomi klub G-20. Sasarannya agar pertumbuhan ekonomi naik dua poin (%) di atas proyeksi pertumbuhan yang telah dihitung sebelumnya (oleh International Monetary Fund/IMF) sampai Langkah konkrit G-20 berdasarkan Brisbane Action Plan mencakup peningkatan kinerja makro-ekonomi, investasi, persaingan usaha, perdagangan, dan lapangan kerja. Kesepakatan ini memberikan manfaat bagi dunia usaha untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam melakukan bisnis. Negara anggota G-20 untuk selanjutnya akan dimonitor oleh IMF, OECD, dan Bank Dunia dalam menerapkan komitmen Individual Growth Strategy yang tertuang pada Brisbane Action Plan. Manfaat langsung yang diterima oleh dunia usaha melalui penerapan Growth Strategy juga akan dimonitor. Hal ini akan memberikan kepastian bagi dunia usaha terhadap penyusunan kebijakan pemerintah dalam mempermudah pergerakan bisnis dan investasi di masing-masing negara anggota G-20. IK-8: Persentase Peningkatan Nilai Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra Free Trade Agreement (FTA) Target Persentase Peningkatan Nilai Perdagangan Indonesia dengan Free Trade Agreement (FTA) merupakan perjanjian di antara dua negara atau lebih untuk membentuk wilayah perdagangan bebas, dimana perdagangan barang, jasa, dan investasi diantara mereka 55

72 Negara Mitra FTA Tahun 2014 sebesar 10%. dapat melewati perbatasan negara masing-masing tanpa dikenakan hambatan tarif atau hambatan non tarif. Pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan telah menetapkan Persentase Peningkatan Nilai Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA sebagai indikator kinerja dalam kontrak kinerja dengan target peningkatan yaitu sebesar 10%. Tujuan penetapan indikator ini adalah untuk melihat seberapa besar manfaat dari hasil diplomasi perdagangan yang dilakukan Indonesia dalam meningkatkan akses pasar ekspor, khususnya dengan negara-negara mitra FTA baik dalam kerangka kerja sama regional maupun bilateral. Tabel 16. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Persentase Peningkatan Nilai Perdagangan dengan Negara Mitra FTA, No Uraian Tahun Target % 10% 2 Realisasi ,5% -4,78% 3 Persentase Capaian % -47,8% Metode penghitungan tahun ini berbeda dengan tahun Metode penghitungan indikator kinerja ini mengalami perbedaan dengan metode penghitungan pada tahun Pada tahun 2013 penghitungan dilakukan berdasarkan realisasi nilai ekspor Indonesia ke negara mitra FTA dalam kerangka regional berdasarkan penggunaan Surat Keterangan Asal (SKA) Preferensi baik di lingkup internal ASEAN maupun eksternal ASEAN (ASEAN+1), yaitu: (i) ASEAN Trade In Goods Agreement (ATIGA) yang menggunakan SKA Form D; (ii) ASEAN - India Free Trade Area (AI-FTA) yang menggunakan SKA Form AI; (iii) ASEAN - KOREA Free Trade Agreement (AK-FTA) yang menggunakan Form AK; (iv) ASEAN China - Free Trade Area (ACFTA) menggunakan Form E; (v) ASEAN Australia New Zealand Free Trade Agreement (AANZ FTA) menggunakan Form AANZ. Pada tahun 2014, metode penghitungan Indikator ini didasarkan 56

73 pada realisasi nilai perdagangan (ekspor dan impor) non migas Indonesia dengan negara-negara mitra FTA, yaitu dengan ASEAN, ASEAN-RRT, ASEAN-Jepang, ASEAN-Korea Selatan, ASEAN-Australia dan Selandia Baru, dan ASEAN-India. Sedangkan dengan Pakistan telah dilakukan Preferential Trade Agreement (PTA) secara bilateral, yang baru diimplementasikan pada 1 September Oleh karenanya, realisasi capaian dari indikator ini tidak bisa dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun tetap akan kami sampaikan dalam dokumen Laporan Kinerja ini. Tabel 17. Realisasi Nilai Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA No Negara Mitra FTA Nilai Perdagangan Non Migas (US$) Pertumbuhan Jan-Nop 2013 Jan-Nop 2014 (%) 1 ASEAN Australia India Jepang Korea Selatan RRT Selandia Baru Pakistan Total Nilai Perdagangan Non Migas ,78 Sumber: Badan Pusat Statistik.diolah: BPPKP, Kemendag Realisasi nilai perdagangan Indonesia ke negaranegara mitra FTA turun 4,78%. Pada tahun 2014, realisasi nilai perdagangan Indonesia ke negaranegara mitra FTA baik regional maupun bilateral mencapai nilai sebesar USD , turun sebesar 4,78% jika dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar USD Jika mengacu pada target yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Tahun 2014 yaitu persentase peningkatan Nilai Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA sebesar 10%, maka realisasi capaian indikator -47,8%. 57

74 Gambar 9. Nilai dan Pertumbuhan Perdagangan Indonesia dengan Negara-negara Mitra FTA Tahun (Januari Nopember) Sumber: BPS (diolah BPPKP Kemendag). Pertumbuhan nilai perdagangan Indonesia dengan Pakistan dan Australia masingmasing tumbuh 48% dan 21%. Jika meliihat pada tabel dan grafik di atas, penurunan terbesar terjadi pada perdagangan dengan Jepang dan Korea Selatan yang turun 10%, sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada perdagangan dengan Pakistan dan Australia yang masing-masing tumbuh sebesar 48% dan 21%. Turunnya nilai perdagangan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat memengaruhi peningkatan nilai perdagangan Indonesia, seperti faktor perekonomian global yang sampai akhir tahun 2014 belum mengalami perbaikan dan turunnya harga komoditas yang menyebabkan rendahnya daya beli global sehingga sangat memengaruhi capaian target Ditjen KPI atas indikator ini. 58

75 Tabel 18. Realisasi Nilai Perdagangan dan Jumlah SKA Berdasarkan SKA Preferensi, 2013 dan JENIS FORM SKA JUMLAH SKA 1 JAN JAN-31 DES 2014 % PERUBAHAN NILAI FOB (US$) JUMLAH SKA NILAI FOB (US$) JUMLAH SKA ( ) % PERUBAHAN NILAI FOB ( ) FORM AI FORM AK FORM D FORM E FORM AANZ FORM IJEPA ,52-0,79 FORM IP-PTA ,83 352,27 Total ,83-12,75 Sumber: Badan Pusat Statistik. diolah: BPPKP, Kemendag Nilai ekspor berdasarkan penggunaan SKA preferensi pada tahun 2014 mengalami penurunan 12,75%. Sementara itu berdasarkan penggunaan SKA preferensi, nilai ekspor pada tahun 2014 mengalami penurunan 12,75%. Penurunan nilai ekspor terbesar terjadi pada kerja sama dalam kerangka ACFTA yang turun sebesar 38% dan kerja sama dalam kerangka AANZ yang turun mencapai 26%. Sedangkan pada kerja sama ekonomi kemitraan dalam kerangka bilateral, peningkatan jumlah SKA yang sangat besar terjadi pada IP-PTA yang mencapai 354,83% dengan peningkatan ekspor Indonesia ke Pakistan sebesar 352,27%. Melonjaknya nilai ekspor tersebut terjadi pada produk CPO, dimana setelah implementasi IP-PTA, pangsa pasar CPO Indonesia mencapai 68% dari total impor CPO Pakistan, dan menggeser posisi Malaysia yang sebelumnya menguasai pangsa sebesar 95% menjadi 32%. Untuk IJEPA terjadi penurunan nilai ekspor 0,79%, yang disebabkan adanya isu transposisi terhadap 11 (sebelas) pos tarif produk otomotif dari Jepang yang belum diselesaikan, dan Indonesia mengusulkan agar isu transposisi diselesaikan dalam kerangka General Review IJ-EPA yang akan dimulai pada tahun Saat ini, beberapa kerja sama FTA dalam kerangka kerja sama ASEAN yang telah dan atau dalam penjajagan, telah dikembangkan menjadi 59

76 kerja sama ekonomi komprehensif bilateral, diantaranya dengan Australia (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA), India (Comprehensive Economic Cooperation Agreement/CECA), dan Korea Selatan (CEPA). Jumlah pengguna SKA Preferensi justru mengalami peningkatan sebesar 12,83%. Meskipun terjadi penurunan terhadap nilai ekspor, jumlah pengguna SKA Preferensi justru mengalami peningkatan sebesar 12,83%. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyaknya para eksportir yang telah menggunakan SKA Form preferensi. Sebagai ilustrasi berikut perbandingan antara Penurunan Nilai Ekspor dengan peningkatan jumlah SKA: Gambar 10. Perbandingan Antara Penurunan Nilai Ekspor Dengan Peningkatan Jumlah SKA. Sumber: BPS (diolah BPPKP Kementerian Perdagangan). 60

77 Sasaran Strategis 5: "Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Dalam dan Luar Negeri Indikator Kinerja ) Pelayanan perizinan sub-sektor PDN yang dapat dilayani secara online Target 2014 Realisasi Capaian (%) 12 jenis 15 jenis 12 jenis 12 jenis 11 jenis 11 jenis 100% 10) Rata-rata waktu penyelesaian perizinan subsektor PDN 11) Pelayanan perizinan eksporimpor yang dapat dilayani secara online 12) Rata-rata waktu penyelesaian perizinan eksporimpor 6 hari 5 hari 3,5 hari 2 hari 2 hari 2 hari 100% 53 jenis 55 jenis 76 jenis 83 jenis 81 jenis 96 jenis 118,51% 4 hari 3 hari 6,3 hari 2 hari 2 hari 3,13 hari 43,5% Pelayanan perizinan perdagangan sudah terintegrasi dalam Unit Pelayanan Terpadu Perdagangan (UPTP). Kementerian Perdagangan, sesuai dengan tugas dan fungsinya memiliki kewenangan untuk menerbitkan perizinan kepada masyarakat dan pelaku usaha. Perizinan perdagangan terbagi ke dalam beberapa bidang, yaitu: perizinan perdagangan dalam negeri, perizinan ekspor dan impor, dan perizinan perdagangan berjangka komoditi. Pelaksanaan pelayanan perizinan perdagangan tersebut sudah terintegrasi dalam Unit Pelayanan Terpadu Perdagangan (UPTP). Unit ini secara khusus mengelola perizinan perdagangan agar lebih efisien melalui penerbitan perizinan secara online dan penyederhanaan proses penerbitan izin. Dalam rangka peningkatan pelayanan publik, sejak tanggal 9 April 2012 keagiatan pelayanan perizinan di Kementerian Perdagangan telah memasuki era baru, yaitu menuju Pelayanan Terpadu Perdagangan (UPTP). UPTP merupakan komitmen pelayanan prima 61

78 dari Kementerian Perdagangan dalam penerbitan berbagai jenis perizinan perdagangan. Adapun dasar dari pelaksanaan UPTP adalah dengan diterbitkannya Permendag No. 18/M-DAG/PER/3/2012 tentang Pendelegasian Wewenang Penerbitan Perizinan Kepada Koordinator dan Pelaksana Unit Pelayanan Perdagangan, Permendag No. 32/M-DAG/PER/8/2010 tentang UPP sebagaimana telah diubah dengan Permendag No. 19/M-DAG/PER/3/2012, serta Peraturan Kepala BAPPEBTI No. 91/BAPPEBTI/PER/3/2012 tentang Pendelegasian Wewenang Penerbitan Perizinan Tertentu di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi Kepada Unit Pelayanan Perdagangan. IK-9: Pelayanan Perizinan Sub-Sektor Perdagangan Dalam Negeri yang Dapat Dilayani Secara Online Pada tahun 2014 ter-dapat 11 jenis pelayanan perizinan bidang PDN secara online. Pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan telah mampu untuk melayani 11 jenis perizinan bidang perdagangan dalam negeri secara online. Pelayanan perizinan secara online yang dimaksud adalah perizinan dimana prosesnya sudah terkomputerisasi. Jumlah ini telah sesuai dengan target yang tercantum dalam Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2014, sehingga persentase capaian kinerja pelayanan perizinan bidang perdagangan dalam negeri secara online telah mencapai 100%. Adapun 11 jenis perizinan subsektor perdagangan dalam negeri yang telah dapat dilayani secara online, antara lain: 1. Izin Pedagang Gula Antar Pulau Terdaftar; 2. Izin Pedagang Kayu Antar Pulau Terdaftar; 3. Surat Persetujuan Perdagangan Gula Antar Pulau; 4. Surat Persetujuan Perdagangan Gula Rafinasi Antar Pulau; 5. Surat Izin Usaha Perdagangan Bahan Berbahaya; 6. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol Distributor; 7. Surat Keterangan Pengecer Minol Golongan A; 62

79 8. Surat Keterangan Penjual Langsung Minol Golongan A; 9. Persetujuan Penyelenggaraan Pameran Dagang, Konvensi, Dan Atau Seminar Dagang Internasional; 10. Surat Tanda Pendaftaran Keagenan Atau Distributor Barang Dan Atau Jasa Produksi Dalam/Luar Negeri; 11. Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba. Tabel 19. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Pelayanan Perizinan Sub-Sektor Perdagangan Dalam Negeri yang Dapat Dilayani Secara Online, No Uraian Tahun Target 12 jenis 15 jenis 11 jenis 11 jenis 11 jenis 2 Realisasi 12 jenis 15 jenis 12 jenis 12 jenis 11 jenis 3 Persentase Capaian 100% 100% 109,1% 109,1% 100% Rata-rata persentase capaian kinerja selama tahun ,6%. Persentase capaian kinerja Pelayanan Perizinan Sub-Sektor Perdagangan Dalam Negeri yang Dapat Dilayani Secara Online selama tahun selalu dapat memenuhi target yang ditetapkan di dalam Kontrak Kinerja dan Renstra Kementerian Perdagangan dengan rata-rata persentase capaian kinerja selama 103,6 persen per tahun. Hal ini telah menunjukkan komitmen Kementerian Perdagangan dalam peningkatan pelayanan perizinan, terutama sub-sektor perdagangan dalam negeri. Jika dibandingkan dengan realisasi kinerja tahun , jumlah perizinan subsektor PDN yang dapat dilayani secara online pada tahun 2014 lebih sedikit. Hal ini dikarenakan dalam rentang waktu 5 tahun, telah banyak terjadi perubahan dalam rangka penyederhanaan proses perizinan seperti peralihan pelayanan perizinan dari Kementerian Perdagangan ke instansi pemerintah lainnya ataupun pemerintah daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). Pada tahun 2012 terjadi pendelagasian tiga jenis perizinan kpadae Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam rangka efisiensi kegiatan perizinan. Ketiga perizinan yang didelegasikan adalah Surat Izin 63

80 Usaha Jasa Survei (SIUJS), Surat Permohonan Surat Izin Usaha Perusahaan Perantara Perdagangan Properti (SIUP4), dan Surat Izin Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing (SIUP3A). IK-10: Rata-rata Waktu Penyelesaian Perizinan Perdagangan Dalam Negeri Rata-rata seluruh perizinan PDN dapat diselesaikan prosesnya dalam waktu 2 hari. Pada tahun 2014, pelayanan perizinan perdagangan dalam negeri rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 2 hari kerja. Artinya dari 11 jenis perizinan di bidang perdagangan dalam negeri yang dilayani oleh Kementerian Perdagangan, secara rata-rata dapat diselesaikan proses-nya dalam waktu 2 hari. Realisasi ini telah sesuai target yang terdapat pada kontrak kinerja yaitu 2 hari, atau capaiannya mencapai 100% dari target. Tabel 20. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Rata-rata Waktu Penyelesaian Perizinan Sub-Sektor Perdagangan Dalam Negeri, No Uraian Tahun Target 6 hari 6 hari 5 hari 4 hari 2 hari 2 Realisasi 6 hari 5 hari 3,5 hari 2 hari 2 hari 3 Persentase Capaian 100% 120% 130% 150% 100% Sistem perizinan yang terkomputerisasi dan UPTP telah membuat waktu pemrosesan menjadi lebih efisien. Jika dibandingkan dengan tahun 2010, realisasi rata-rata waktu penyelesaian perizinan perdagangan dalam negeri di tahun 2014 telah menunjukkan peningkatan kinerja yang berarti hingga mencapai 67 persen. Sejak tahun , rata-rata waktu penyelesaian perizinan semakin pendek. Tahun 2010, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perizinan adalah 6 hari. Tahun 2011, berkurang satu hari menjadi 5 hari. Tahun 2012 dan 2013, waktu yang diperlukan semakin pendek, yaitu 3,5 hari dan 2 hari. Setidaknya ada tiga faktor utama yang berkontribusi terhadap pencapaian target indikator waktu pelayanan penyelesaian perizinan yang semakin pendek. Pertama, implementasi perizinan 64

81 online (terkomputerisasi) membuat proses perizinan yang dilakukan menjadi semakin efisien. Kedua, birokrasi yang lebih pendek melalui kehadiran Unit Pelayanan Terpadu Perdagangan (UPTP) di Kementerian Perdagangan. Ketiga, semakin terlatihnya sumber daya manusia yang melaksanakan dan bertanggung jawab dalam setiap proses perizinan perdagangan di Ditjen PDN. Ke depan, Kementerian Perdagangan berupaya untuk meningkatkan performa penyelesaian perizinan secara menyeluruh. Di masa yang akan datang, Kementerian Perdagangan akan terus berupaya untuk meningkatkan performa penyelesaian perizinan secara menyeluruh. IK-11: Pelayanan perizinan ekspor-impor yang dapat dilayani secara online Tabel 21. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Perizinan ekspor dan impor yang dapat dilayani secara online, No Uraian Tahun Target 40 jenis 55 jenis 70 jenis 75 jenis 81 jenis 2 Realisasi 53 jenis 55 jenis 76 jenis 83 jenis 96 jenis 3 Persentase Capaian 132,5% 100% 108,6% 110,7% 118,51% Capaian kinerja perizinan eksporimpor yang dapat dilayani secara online di tahun 2014 telah melampaui target (118,51%). Pada tahun 2014, perizinan ekspor dan impor yang dapat dilayani secara mandatory online adalah 96 jenis perizinan, kemudian 9 jenis perizinan dapat dilayani secara manual atau online. Dari 96 perizinan yang bersifat mandatory online, 35 di antaranya diterbitkan di Unit Pelayanan Terpadu Perdagangan (UPTP) I (satu). Dengan demikian, capaian kinerja perizinan ekspor dan impor yang dapat dilayani secara online dapat melampaui target Kontrak Kinerja yaitu 81 jenis izin, dengan persentase capaian 118,51%. Tingkat capaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat capaian pada tahun-tahun sebelumnya ( ). Hal ini dikarenakan jumlah perizinan yang bersifat mandatory online pada 2014 mengalami peningkatan yang 65

82 signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, perizinan online dari portal INATRADE juga sudah dapat disampaikan secara elektronik ke Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melalui portal National Single Window (NSW) untuk pengurusan dokumen ekspor dan impor. Dengan telah ditambahnya jumlah perizinan yang bersifat mandatory online pada tahun 2014 diharapkan tidak ada lagi tatap muka antara pelaku usaha dengan petugas pemroses perizinan dan mengeliminasi proses pelayanan tidak resmi lainnya. Sekaligus terciptanya integrasi layanan elekronik dengan sistem Indonesia National Single Window (INSW) untuk percepatan proses customs clearance dan cargo release yang saat ini telah diimplementasikan sekaligus pula dimulainya integrasi ASEAN Single Windows menuju ASEAN Economic Community Sistem INATRADE telah terkoneksi dengan data Rekomendasi Impor Produk Hortikultura milik Kementan. Sebanyak 96 jenis perizinan eksporimpor diwajibkan pengajuannya secara online Untuk mendukung indikator kinerja Perizinan Ekspor dan Impor yang Dapat Dilayani Secara Online, Kementerian Perdagangan telah melakukan penyempurnaan kebijakan mengenai operasional sistem perizinan ekspor dan impor secara elektronik melalui INATRADE dan UPTP. Sampai dengan kuartal ketiga 2014, rekomendasi untuk izin impor produk hortikultura pengajuannya masih dilakukan melalui sistem INATRADE. Namun, setelah Kementerian Pertanian meluncurkan sistem Rekomendasi Ekspor Impor Produk Pertanian Tertentu (REIPPT) untuk penerbitan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH), maka pengajuan RIPH dilakukan melalui sistem Kementerian Pertanian. Selanjutnya, data RIPH akan langsung terkoneksi dengan sistem INATRADE sehingga pelaku usaha tidak perlu menyerahkan hardcopy rekomendasi ke loket UPTP I. Selain itu, pada tanggal 2 September 2014 telah diterbitkan Permendag No. 53/M-DAG/PER/9/2014 tentang Pelayanan Terpadu Perdagangan. Dalam Permendag yang mulai berlaku pada tanggal 2 Desember 2014 tersebut pelayanan perizinan di Kementerian 66

83 (Mandatory Online). Perdagangan dilayani melalui Unit Pelayanan Terpadu Perdagangan (UPTP). Khusus untuk perizinan ekspor dan impor dilayani pada UPTP I (satu) yang berlokasi pada kantor Kementerian Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No.5. Berdasarkan Permendag No. 53/M-DAG/PER/9/2014 tentang Pelayanan Terpadu Perdagangan, jumlah perizinan ekspor dan impor yang hanya dapat diajukan secara online (mandatory online) melalui INATRADE mengalami peningkatan dari sebelumnya hanya 21 perizinan menjadi 96 perizinan ekspor-impor. Dengan meningkatnya jumlah perizinan mandatory online diharapkan dapat meningkatkan pemilik dan pengguna hak akses INATRADE, dikarenakan ada kewajiban bagi pelaku usaha yang akan mengajukan perizinan harus sudah memiliki hak akses INATRADE terlebih dahulu. IK-12: Rata-rata Waktu Penyelesaian Perizinan Ekspor-Impor Tabel 22. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Rata-rata Waktu Penyelesaian Perizinan Ekspor dan Impor, No Uraian Tahun Target 4 hari 3 hari 3 hari 2 hari 2 hari 2 Realisasi 4 hari 3 hari 2 hari 2 hari 3,13 hari 3 Persentase Capaian 100% 100% 133% 100% 43,5% Perizinan eksporimpor di tahun 2014 rata-rata dapat diselesaikan selama 3 hari dan 3 jam. Target rata-rata waktu penyelesaian perizinan ekspor dan impor pada tahun 2014 adalah 2 (dua) hari. Pada tahun 2014, waktu penyelesaian perizinan ekspor dan impor untuk jenis perizinan yang sifatnya registrasi (NPIK dan IT Produk Tertentu) adalah 3,13 hari atau 3 hari 3 jam. Tingkat capaian kinerja pada tahun 2014 masih belum memenuhi target yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja yaitu mencapai 43,5 persen. Beberapa faktor yang menyebabkan rata-rata waktu penyelesaian meleset dari target yang telah 67

84 ditetapkan antara lain banyaknya jumlah permohonan izin eksporimpor hingga permohonan dan migrasi sistem sebagai tidak lanjut Nomor 53/M-DAG/PER/9/2014. Jika dibandingkan dengan tingkat capaian kinerja tahun-tahun sebelumnya, capaian kinerja pada tahun 2014 memang masih lebih rendah. Namun jumlah permohonan izin pada tahun 2014 meningkat secara drastis hingga mencapai permohonan, dibandingkan dengan tahun 2013 sebanyak permohonan. Untuk mendukung efisiensi dalam pemrosesan perizinan, telah diterbitkan Permendag 53/2014. Sebagai acuan dalam penyelesaian perizinan perdagangan, Kementerian Perdagangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/9/2014 Tentang Pelayanan Terpadu Perdagangan. Di dalam Peraturan Menteri Perdagangan tersebut ditetapkan standar pelayanan untuk 163 perizinan dan 8 non perizinan di Kementerian Perdagangan. Berdasarkan Permendag 53, UPTP I (satu) Kementerian Perdagangan dapat memproses 35 perizinan ekspor dan impor yang pengajuannya bersifat mandatory online. Selain memproses perizinan, UPTP I (satu) juga bertugas menerima pengajuan perizinan yang masih bersifat manual, mendistribusikan berkas ke pemroses, serta menyerahkan semua berkas perizinan yang telah diterbitkan oleh UPTP maupun unit teknis ke pelaku usaha. Dengan demikian diharapkan pelayanan perizinan perdagangan kepada pelaku usaha dapat lebih ditingkatkan baik dari segi kualitas pelayanan maupun waktu penyelesaian perizinan. Waktu penyelesaian perizinan berdasarkan Permendag 53 dikategorikan menjadi proses secara manual dan proses secara elektronik, baik dilakukan oleh eksportir maupun importir. Perlu diketahui pula bahwa target waktu penyelesaian perizinan dan pendaftaran melalui UPTP I ataupun secara elektronik melalui website INATRADE sangat tergantung kepada kelengkapan dari keseluruhan syarat dan ketentuan yang disampaikan oleh pelaku 68

85 usaha. Target waktu perizinan yang diproses di UPTP adalah 2 (dua) hari. Sementara itu, lama proses perizinan ekspor dan impor yang diterbitkan unit teknis bervariasi yaitu antara 3 (tiga) hari, 5 (lima) hari, dan 10 (sepuluh) hari tergantung dari setiap komoditi yang diatur/diawasi. Rata-rata penerbitan perizinan yang masih dikerjakan pada unit teknis (back office) adalah 9,5 (sembilan koma lima) hari kerja dari 494 (empat ratus sembilan puluh empat) perizinan ekspor impor yang diajukan secara online dan 10,8 (sepuluh koma delapan) hari kerja dari (dua belas ribu empat ratus enam puluh dua) perijinan ekspor impor yang diajukan secara manual. Hal ini terjadi mengingat banyaknya perubahan yang substansial terkait dengan kebijakan ekspor dan impor. 69

86 Sasaran Strategis 6: "Peningkatan Output Sektor Perdagangan" Indikator Kinerja ) Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran 14) Rasio penggunaan produk dalam negeri terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga 15) Jumlah transaksi multilateral di bidang PBK (Lot) 16) Jumlah nilai resi gudang (Rp Milyar) Target 2014 Realisasi Capaian (%) 9,70% 9,66% 5,40% 4,71% 6,9% 4,84 1) 70,14% 97,5% 97,1% 97,2% 97,3% 95% 97,4% 2) 102,5% Keterangan: 1) Angka sementara BPS (diolah BPPKP Kemendag). 2) Data s.d. Triwulan III / 2014, BPS (diolah BPPKP Kemendag) , , ,1 IK-13: Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Tabel 23. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, No Uraian Tahun Target 3,5% 4,5% 5,0% 6,5% 6,9% 2 Realisasi 8,70% 4,1% 8,66% 6,4% 4,84% 3 Persentase Capaian 248,57% 91,11% 173,2% 98,46% 70,14% Perkembangan Nilai PDB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Secara umum, tingkat pertumbuhan PDB sektor perdagangan besar dan eceran cukup fluktuatif selama periode tahun Pertumbuhan PDB sektor perdagangan besar dan eceran tahun 2010 sebesar 8,70%, kemudian di tahun 2011, menurun cukup signifikan, yaitu hanya sebesar 4,10%. Tetapi pada tahun 2012, pertumbuhan PDB sektor perdagangan besar dan eceran kembali meningkat menjadi 8,66%. Sedangkan di tahun 2013, pertumbuhan PDB turun menjadi 6,48%. Melihat tren tersebut, Kementerian Perdagangan menargetkan pertumbuhan PDB sektor perdagangan besar dan 70

87 eceran yang cukup moderat, yaitu sebesar 6,9%. Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran s.d. triwulan IV/ 2014 sebesar 4,84%. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sampai dengan triwulan IV tahun 2014 mencapai 4,84 persen 2 (yoy), dengan nilai kumulatif sebesar Rp1,172 triliun. Sehingga, capaian kinerja pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran tahun ini mencapai 70,14 persen dari target Kontrak Kinerja. Nilai PDB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran pada tahun 2014 lebih besar daripada tahun 2013, yaitu Rp1,118 triliun tetapi realisasi kinerja pertumbuhannya masih lebih rendah daripada tahun sebelumnya yang mencapai 6,4 persen. Namun, realisasi kinerja tersebut masih lebih rendah daripada target yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Tahun 2014 sebesar 6,9%. Sedangkan kontribusi PDB subsektor perdagangan besar dan eceran terhadap keseluruhan PDB nonmigas mencapai 17,1%, atau meningkat 1,31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (15,8%). Gambar 11. Produk Domestik Bruto Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Triliun Rupiah), Sumber: BPS (diolah Kementerian Perdagangan). 2 Penghitungan PDB dan laju pertumbuhan-nya telah mengeluarkan pengaruh inflasi, atas dasar harga konstan tahun

88 Faktor penyebab turunnya pertumbuhan perdagangan besar dan eceran di Indonesia pada tahun Kebijakan Kemendag untuk meningkatkan pertumbuhan PDB sektor perdagangan. Didukung ekspektasi inflasi yang tidak setinggi tahun lalu, prospek sektor perdagangan ke depan akan lebih baik. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya pertumbuhan perdagangan besar dan eceran di Indonesia pada tahun 2014, antara lain: (1) penurunan pertumbuhan nilai pengeluaran konsumsi; (2) berakhirnya kebijakan Quantitative Easing (QE) di Amerika Serikat yang menyebabkan peningkatan suku bunga usaha dan peningkatan biaya meminjam (increasing cost of borrowing) secara global; (3) ketatnya kebijakan di bidang usaha perdagangan eceran, a.l. kebijakan Daftar Negatif Investasi (DNI) bagi minimarket, yang membuat surutnya rencana investasi pemodal asing di bidang ini. Dalam rangka peningkatan pertumbuhan PDB sektor perdagangan pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan telah men-sosialisasikan penerapan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Peraturan Mendag No. 70 Tahun 2013 bertujuan untuk meningkatkan iklim usaha yang sehat melalui tertib usaha, tertib perizinan, pengembangan kemitraan, peningkatan daya saing pasar tradisional dan peningkatan akses pemasaran produk dalam negeri. Jika melihat kondisi perekonomian global yang masih belum menunjukkan perbaikan signifikan, capaian pertumbuhan di Indonesia dapat dikatakan cukup baik. Dengan adanya ekspektasi positif dari konsumen dan pelaku usaha, serta didukung inflasi tahun 2014 yang tidak setinggi tahun lalu, ke depan sektor perdagangan akan mampu tumbuh dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan Consumer Confidence Index (CCI) dan Industrial Production Growth (IPG) di Indonesia yang menggembirakan. 72

89 IK-14: Rasio Penggunaan Produk Dalam Negeri Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Tabel 24. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, No Uraian Tahun Target 95% 2 Realisasi 97,5% 97,1% 97,2% 97,3% 97,4% 3 Persentase Capaian 102,6% 102,2% 102,3% 102,4% 102,5% Semakin rendah Nilai Impor Barang Konsumsi, maka Nilai Konsumsi Produk Dalam Negeri akan semakin tinggi. Untuk melihat nilai penggunaan produk dalam negeri terhadap pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi, Kementerian Perdagangan menggunakan indikator selisih dari keseluruhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) dengan Nilai Impor Barang Konsumsi (NIBK). Semakin rendah Nilai Impor Barang Konsumsi (NIBK), maka Rasio Nilai Konsumsi Produk Dalam Negeri (NKPDN) terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) akan semakin tinggi. Sampai dengan Triwulan III/2014, nilai impor barang konsumsi tumbuh 8,34% (yoy). Sampai dengan Triwulan III/2014 pengeluaran konsumsi rumah tangga mencapai Rp1.350 triliun, dimana proporsi NIBK hanya 2,6% atau sebesar Rp35,1 triliun, sedangkan proporsi dari Nilai Konsumsi Produk Dalam Negeri (NKPDN) mencapai 97,4% dengan nilai nominal sebesar Rp 1.314,9 triliun (lihat Gambar 11). Nilai yang dicapai sampai dengan Triwulan III/2014 telah melampaui target tahun 2014 yang diharapkan yaitu pada nilai 95%, sehingga tingkat capaian kinerja Rasio Penggunaan Produk Dalam Negeri Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga mencapai 102,5%. Faktor penyebab tingginya Nilai Konsumsi Produk Dalam Negeri di tahun Kecenderungan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat secara historis lebih banyak menekan impor barang konsumsi dibanding impor bahan baku, bahan penolong dan barang modal. Oleh karena itu, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi mulai 73

90 triwulan III/2014 hingga akhir tahun 2014 memberikan peluang bagi industri dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri dan memanfaatkan lebih besar peluang pasar di dalam negeri. Gambar 12. Perbandingan Nilai Konsumsi Produk Dalam Negeri (NKPDN) dengan Nilai Impor Barang Konsumsi (NIBK), Tahun 2014 (per Kuartalan). Sumber: Bank Indonesia dan BPS (diolah Kemendag, BP2KP). Kampanye P3DN untuk untuk meningkatkan NKPDN. Pencapaian ini menjadi salah satu parameter keberhasilan kampanye Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) yang telah dilaksanakan Kementerian Perdagangan sejak tahun Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan rasa cinta dan bangga terhadap produk Indonesia serta menyadarkan persepsi keliru bahwa produk Indonesia kurang baik yang pada akhirnya akan meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Keberhasilan program ini tidak cukup hanya melakukan gerakan penggunaan produk dalam negeri, tetapi perlu juga diiringi dengan perubahan sikap dan perilaku terhadap produk dalam negeri itu sendiri dalam memutuskan untuk menggunakan dan membelinya sehingga tercipta rasa bangga dan cinta terhadap produk Indonesia. Pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan telah menyelenggarakan berbagai kegiatan kampanye Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), meliputi: 74

91 Pameran Produk Dalam Negeri Regional di 4 daerah, Pameran Pangan Nusa di 4 daerah, Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri di Sektor Pendidikan di 11 daerah, Forum Dagang Produk Dalam Negeri di 10 daerah dan, Kampanye Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri melalui berbagai media baik cetak/elektronik; pemasangan materi pada badan bus, bilboard, headrest kereta api, dan penyebaran berbagai merchandise kepada masyarakat. Gambar 13. Kegiatan Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Melalui Sektor Pendidikan di Hotel Sahid Rich Jogja, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (21/2/2014). Kementerian Perdagangan telah memfasilitasi dan membina UMKM. Selain gencar melakukan Kampanye Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan telah memfasilitasi dan membina UMKM, melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pertama, peningkatan kompetensi dan kapasitas UMKM melalui bimbingan teknis, pelatihan dan workshop serta pemberian bantuan sarana usaha. 2. Kedua, peningkatan kualitas dan pengembangan produk lokal yang berdaya saing melalui sosialisasi dan edukasi dalam penguatan dan pengembangan produk UMKM (sosialisasi desain kemasan, HAKI dan sertifikasi Halal) agar memiliki daya saing serta memberikan apresiasi kepada produk UMKM (UMKM Pangan Award). 75

92 3. Ketiga, fasilitasi pemasaran melalui pengembangan kemitraan usaha/temu usaha dengan ritel modern dan fasilitasi keikutsertaan dalam berbagai pameran. 4. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) Kementerian Perdagangan telah memfasilitasi dan membina ± UMKM. Dalam Temu Usaha dan Forum Dagang difasilitasi pertemuan antar UMKM dan dengan ritel modern sebanyak ±1.458 UMKM yang kemudian sebanyak ±203 UMKM dapat menjadi pemasok/melakukan kemitraan dengan ritel modern seperti Carrefour, Hypermart, Superindo, Alfamart, ritel modern lokal lainnya. Sedangkan Pembinaan UMKM melalui Pendidikan dan Pelatihan serta Bimbingan Teknis diikuti oleh ±2.580 UMKM; Fasilitasi Pameran Dalam Negeri diberikan kepada ±679 UMKM; Fasilitasi Pameran Pangan Nusa dan Pameran Produk Dalam Negeri Regional/Nasional kepada ± 1005 UMKM dan pemberian Bantuan Sarana Usaha kepada ± UMKM. Selain itu, implementasi Permendag No. 70 tahun 2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, yang mewajibkan toko modern dan pusat perbelanjaan untuk memasarkan produk dalam negeri paling sedikit 80% dari jumlah dan jenis barang yang diperdagangkan dan Promosi cinta produk dalam negeri yang dilakukan Ditjen PDN melalui iklan, kampanye dan sosialisasi juga ternyata cukup efektif dalam meningkatkan rasio ini. 76

93 IK-15: Jumlah Transaksi Multilateral di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi Transakasi mulilateral PBK sebagai sarana pembentukan harga yang transparan. Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011, maka dengan itu pula industri Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) di Indonesia dimulai. Harapan yang muncul dengan adanya PBK adalah tersedianya sarana pembentukan harga yang transparan dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi para pelaku usaha serta dapat dijadikan sebagai alternatif investasi. Tabel 25. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Jumlah Transaksi Multilateral di bidang PBK, No Uraian Tahun Target Realisasi Persentase Capaian ,6% 84,1% 78,44% Selama tahun 2014, jumlah transaksi multilateral di bidang PBK tercatat sebesar lot. Untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), salah satunya dengan mengetahui jumlah (volume) transaksi PBK khususnya yang berasal dari transaksi multilateral. Pada tahun 2014, jumlah transaksi multilateral di bidang PBK adalah sebesar lot. Jika dibandingkan dengan target pada Kontrak Kinerja Tahun 2014 yaitu sebesar lot, maka capaian untuk jumlah transaksi multilateral di bidang PBK masih belum memenuhi target dengan persentase sebesar 78,44%. Sedangkan, jika dibandingkan dengan capaian kinerja pada periode yang sama tahun sebelumnya (tahun 2013), yaitu sebesar lot, maka capaian di tahun ini terlihat mengalami penurunan sebesar lot atau sebesar -6,73%. Jika ditinjau dari jumlah transaksi multilateral sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, selalu menunjukkan peningkatan jumlah 77

94 transaksi dari tahun ke tahun. Peningkatan transaksi multilateral tertinggi dialami pada tahun 2011, dimana meningkat sebesar 308,65% dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2012 transaksi multilateral juga mengalami peningkatan sebesar 19,45% dan tahun 2013 meningkat sebesar 10,69%. Masih rendahnya minat masyarakat dan pelaku usaha menjadi kendala. Kemendag telah mengadakan pelatihan teknis kepada pelaku usaha PBK dan sosialisasi kepada para masyarakat. Peningkatan transaksi multilateral untuk komoditi timah. Belum tercapainya target jumlah transaksi multilateral di bidang PBK pada periode ini disebabkan masih rendahnya minat masyarakat (pelaku usaha) dalam melakukan transaksi multilateral PBK, dimana mereka masih lebih menyukai transaksi bilateral (Sistem Perdagangan Alternatif/SPA). Adapun alasan dari para pelaku tersebut adalah transaksi bilateral tidak membutuhkan adanya tawar-menawar (harga bersifat pasti) dimana pedagang penyelenggara SPA telah memberikan quotasi harga jual dan beli, tidak seperti di transaksi multilateral dimana terjadi proses tawar-menawar antara pihak yang mengambil posisi beli dengan pihak yang mengambil posisi jual sampai bertemu diharga yang disepakati oleh kedua belah pihak. Dalam rangka meningkatkan jumlah transaksi multilateral di bidang PBK pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan telah melakukan langkah-langkah seperti: menggiatkan sosialisasi kepada masyarakat dan mahasiswa agar mereka memiliki pemahaman yang baik dan benar mengenai PBK khususnya transaksi multilateral, serta mengadakan pelatihan teknis kepada para pelaku usaha mengenai manfaat PBK sehingga mereka dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Selain itu, Kementerian Perdagangan juga akan menerbitkan peraturan terkait peningkatan transaksi multilateral yang sebelumnya sudah diterapkan untuk komoditi Timah dan hal tersebut ternyata dapat meningkatkan transaksi multilateral serta mendorong nilai ekspor Timah Indonesia yang pada akhirnya Indonesia mampu menjadi penentu harga (price setter) di komoditi Timah. 78

95 IK-16: Jumlah Nilai Resi Gudang Semakin tinggi nilai transaksi Resi Gudang yang diterbitkan menunjukkan bahwa masya-rakat sudah memahami manfaat dari SRG. Salah satu tolak ukur dalam mengetahui tingkat keberhasilan implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) adalah dengan melihat nilai transaksi Resi Gudang yang diterbitkan. Hal ini dapat diartikan bahwa masyarakat (pelaku usaha) sudah mengetahui dan paham fungsi dan manfaat dari SRG yang salah satunya berfungsi sebagai alternatif dalam memperoleh pembiayaan melalui mekanisme tunda jual. Tabel 26. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Nilai Resi Gudang yang Diterbitkan (Rp Miliar), No Uraian Tahun Target Realisasi , Persentase Capaian ,3% 109,95% 97,1% Sampai dengan berakhirnya tahun 2014, Nilai Resi Gudang yang diterbitkan telah mencapai Rp116,5 miliar. Sampai dengan berakhirnya tahun 2014, Nilai Resi Gudang yang diterbitkan telah mencapai Rp116,5 miliar, masih dibawah target Rp 120 miliar dengan tingkat capaian sebesar 97,1%. Namun, jika dibandingkan dengan realisasi kinerja periode yang sama pada tahun 2013 sebesar Rp 108,95 miliar, maka capaian di tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar Rp7,55 miliar atau sebesar 6,93%. Perkembangan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan dari tahun 2010 hingga 2014 menunjukkan tren yang meningkat. Hal ini menunjukkan peningkatan kesadaran para pelaku usaha dan masyarakat tentang fungsi dan manfaat dari SRG. Kemendag melakukan bimtek SRG kepada pengelola gudang dan sosialisasi SRG kepada stakeholders. Dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat (pelaku usaha) atas SRG, Kementerian Perdagangan telah melakukan berbagai upaya seperti Bimbingan Teknis kepada Pengelola Gudang serta sosialisasi kepada berbagai pihak yang terlibat di SRG seperti kelompok tani, Dinas terkait, serta perbankan dan universitas. Harapan dari Kementerian Perdagangan dengan terlaksananya 79

96 kegiatan tersebut adalah implementasi SRG dapat lebih cepat dilaksanakannya sehingga tujuan dari SRG akan tercapai. Minimnya pemahaman dari Dinas dan Pengelola Gudang di daerah masih menjadi kendala. Kendala yang dihadapi dalam rangka pencapaian target ini adalah masih minimnya pemahaman dari Dinas, Pengelola Gudang di daerah yang memiliki Gudang SRG, sehingga dalam memberikan pemahaman SRG kepada para kelompok tani di daerahnya menjadi terhambat dan implementasi SRG secara tidak langsung menjadi terhambat (kurang lancar). Selain hal tersebut, cepatnya perubahan pejabat yang menangani bidang perdagangan di daerah juga menjadi kendala yang cukup menghambat proses implementasi SRG. 80

97 Sasaran Strategis 7: "Peningkatan Perlindungan Konsumen" Indikator Kinerja ) Akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk (Unit) Target 2014 Realisasi Capaian (%) unit 227% IK-17: Akumulasi Jumlah BPSK yang Terbentuk Maksud dari Akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk adalah jumlah total BPSK yang terbentuk sampai dengan Tahun 2014 berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres). Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) adalah lembaga penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan berkedudukan pada tiap Daerah Tingkat II (kabupaten dan kota) di seluruh Indonesia sebagaimana diatur menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Semakin banyak jumlah BPSK yang terbentuk, diharapkan akses masyarakat dalam mengadukan sengketa atas pembelian barang dan/atau pemanfaatan jasa semakin mudah, sehingga hakhak konsumen semakin terlindungi. Tabel 27. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Akumulasi Jumlah BPSK yang Terbentuk (unit), No Uraian Tahun Target Realisasi Persentase Capaian 108% 118% 140% 170,8% 227% Perkembangan jumlah BPSK yang terbentuk Tahun Realisasi kinerja akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk dari tahun 2010 ke tahun 2014 menunjukkan peningkatan yang signifikan. BPSK yang semula berjumlah 54 (tahun 2010) meningkat menjadi 159 (tahun 2014) yang tersebar di berbagai Kabupaten/Kota (lihat Lampiran Poin C ). Pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan 81

98 telah memfasilitasi terbentuknya 48 unit BPSK baru. Sehingga, Akumulasi Jumlah BPSK yang Terbentuk sampai dengan akhir bulan Desember 2014 sebanyak 159 unit dengan capaian kinerjanya mencapai 227% dari target 70 unit. Keberhasilan ini tercapai berkat penetapan target yang telah mempertimbangkan kemampuan pencapaiannya dan komitmen tinggi Menteri perdagangan yang mendorong percepatan pembentukan BPSK dari 5 unit menjadi 50 unit per tahun. Selain itu, pengontrolan capaian kinerja secara berkala per triwulan turut mengawal perkembangan kinerja organisasi. Gambar 14. Perbandingan target dan realisasi dari Tahun Sumber: Kementerian Perdagangan, Ditjen SPK Hanya 30% kabupaten /kota yang telah memiliki BPSK di seluruh Indonesia. Menurut data pada Kementerian Dalam Negeri, Indonesia terdapat 412 kabupaten dan 93 kota (tidak termasuk 5 kota administratif dan 1 kabupaten administratif di Provinsi DKI Jakarta). Apabila dikaitkan dengan jumlah tersebut, maka jumlah BPSK yang ada masih belum memadai yaitu hanya 30,9% dari 514 Kabupaten/Kota. Padahal peranan dan fungsi BPSK sebagai lembaga yang dapat melindungi konsumen dari praktek perdagangan yang merugikan sangatlah penting. 82

99 Gambar 15. Perbandingan daerah yang telah dan belum membentuk BPSK sampai dengan Tahun 2014 Sumber: Kementerian Perdagangan, Ditjen SPK Upaya peningkatan jumlah BPSK Tahun 2014 Kendala/tantangan dalam mencapai target jumlah BPSK yang terbentuk Upaya peningkatan jumlah BPSK antara lain dilakukan dengan: 1. Fasilitasi pembentukan dan penguatan BPSK, 2. Fasilitasi koordinasi kelembagaan perlindungan konsumen, 3. Seminar Nasional tentang BPSK, dan 4. Penyempurnaan Kepmenperindag Nomor 350/MPP/Kep/12/ 2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Kendala utama yang sekaligus menjadi tantangan dalam pembentukan BPSK adalah berkaitan dengan mekanisme. Hingga saat ini, mekanisme pembentukan BPSK dimulai dengan usulan dari Bupati/Walikota ke Menteri Perdagangan kemudian Kementerian Perdagangan melakukan verifikasi selanjutnya diajukan rancangan Keppres-nya ke Presiden. Mekanisme ini menyebabkan Kementerian Perdagangan tidak bisa menjadi penentu dalam pengajuan Keppres pembentukan BPSK. Inisiatif harus muncul dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Kementerian Perdagangan terus mendorong, melaksanakan sosialisasi, dan memfasilitasi tetapi tidak dapat memastikan munculnya usulan pembentukan dari Bupati/Walikota. Kendala di atas menunjukkan bahwa pemilihan indikator kinerja kurang tepat dalam menggambarkan organisasi sehingga perlu diperbaiki. Alternatif indikator untuk mengukur kinerja peningkatan perlindungan konsumen dapat didekati misalnya dengan suatu 83

100 indeks penilaian keberdayaan konsumen Indonesia dan persentase pengaduan konsumen yang berhasil ditindaklanjuti/ditangani oleh Kementerian Perdagangan. Penetapan Kriteria Indeks Keberdayaan Konsumen Indonesia Idealnya perlindungan konsumen yang diberikan kepada masyarakat harus bersifat preventif, yaitu perlindungan sebelum konsumen mengalami kerugian atau menderita sakit akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah perlu menumbuhkan keberdayaan konsumen yaitu keadaan dimana konsumen berpengetahuan, tidak mengalami praktek tidak adil pelaku usaha, terpenuhi hak-hak sebagai konsumen, memiliki ketegasan sebagai konsumen dengan melakukan perbandingan harga, mengetahui UU dan lembaga perlindungan konsumen, cenderung aktif menuntut haknya jika dirugikan pelaku usaha. Sejauh mana tingkat keberdayaan konsumen Indonesia saat ini dapat diukur melalui survei langsung kepada konsumen dengan parameter-parameter atau kriteria-kriteria yang relevan seperti keterampilan konsumen, pengalaman praktek tidak adil pelaku usaha dan pemenuhan hak konsumen, ketegasan konsumen, dan lain sebagainya. Sebagai langkah awal, pada Tahun 2014 dilaksanakan penetapan kriteria Indeks Keberdayaan Konsumen dengan uji coba di Kota/Kab Bogor. Persentase Pengaduan Konsumen yang Berhasil Ditindaklanjuti/ Ditangani oleh Kementerian Perdagangan Kementerian Perdagangan melaksanakan langkah pro aktif perlindungan konsumen dengan menerima dan menangani pengaduan konsumen. Jumlah Pengaduan yang masuk pada Tahun 2013 sebanyak 77 pengaduan dengan pengaduan yang ditangani secara mediasi sebanyak 26 Pengaduan, dan pada tahun 2014 sebanyak 37 pengaduan, dengan pengaduan yang ditangani secara 84

101 mediasi sebanyak 11 pengaduan. Kinerja penanganan kasus pengaduan konsumen dapat dievaluasi/diukur melalui perbandingan jumlah pengaduan yang berhasil diselesaikan dengan total pengaduan yang masuk. Perbandingan perlindungan konsumen di negara lain Korea Selatan Korea Selatan memiliki Consumer Dispute Settlement Commission (CDSC)-Korean Consumer Agency. CDSC merupakan badan independen yang terdiri dari 48 komisi dibawah Korean Consumer Agency (KCA) yang bertugas untuk menyelesaikan keluhan konsumen terkait kerugian dengan cara arbitrase. Apabila dalam arbitrase pelaku usaha tidak memenuhi keputusan, maka dilimpahkan ke pengadilan. CDSC juga memiliki wewenang untuk mengambil keputusan apabila pihak pelaku usaha tidak hadir pada saat arbitrase. Dalam satu minggu CDSC mengadakan sidang 1 atau 2 kali, masing-masing menangani sekitar 20 kasus. Di India, melalui Undang-undang Perlindungan Konsumen yang telah ada sejak tahun 1986 dibentuk Badan Penyelesaian Sengketa (Consumer Dispute Redressal Agencies) atau dikenal dengan nama Consumer Courts) di 671 distrik dengan nama Distric Forum, 28 negara bagian dengan nama State Commission dan satu di tingkat nasional dengan nama National Consumer Disputes Redressal Commission. Penyelesaian sengketa tidak dikenakan biaya bagi masyarakat yang kurang mampu, sedangkan bagi yang mampu dikenakan biaya antara 100 rupee (sekitar Rp ) hingga rupee (sekitar Rp ) tergantung besarnya nilai kasus. Pemerintah India juga membentuk lembaga penyelesaian sengketa konsumen melalui mediasi, konsiliasi dan arbitrase yang berada di tingkat distrik dan negara bagian, misalnya di New Delhi terdapat Delhi Mediation Centre dan Delhi Dispute Setlement Society yang menyelesaikan sengketa melalui mediasi, Delhi Local Dialog melalui konsiliasi/adat dan Permanent Local Dialog untuk pelayanan publik seperti listrik melalui konsiliasi dan arbitrase. 85

102 India Malaysia Malaysia mempunyai redress mechanism yang terdiri dari The Court System, The Tribunal for Consumer Claims, The Tribunal for Homebuyer Claims,dan Alternative Dispute Resolution (ADR s).setiap negara mempunyai cara yang berbeda-beda dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen namun memiliki satu tujuan yang sama yakni melindungi konsumen dari dampak negatif atas perdagangan barang maupun jasa. Kunci keberhasilan penanganan sengketa konsumen adalah kemampuan lembaga tersebut dalam menyelesaikan pengaduan yang diterima. Karena hal itu akan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas tersebut. 86

103 Sasaran Strategis 8: "Pengembangan Sarana Distribusi Perdagangan dalam Mendukung Kinerja Logistik Nasional" Indikator Kinerja ) Persentase Realisasi Revitalisasi Sarana Distribusi Perdagangan 19) Rata-rata persentase kenaikan omzet pasar percontohan Skor Logistic Performance Index Target 2014 Realisasi Capaian (%) % 100% 98% 98% % 53,19% 152% 2,76 2,76 2, Tahun , Kemendag menggunakan indikator Logistic Performance Index (LPI). Salah satu tujuan pembangunan perdagangan yang tercantum dalam Renstra Kementerian Perdagangan adalah Penciptaan jaringan distribusi yang efisien melalui pengembangan sarana distribusi perdagangan dan peningkatan kinerja logistik nasional. Selama tahun , Kementerian Perdagangan menggunakan indikator kinerja Logistic Performance Index (LPI) untuk mengukur capaian sasaran peningkatan kinerja logistik nasonal. Logistic Performance Index yang diterbitkan Bank Dunia bertujuan untuk membandingkan kinerja logistik 155 negara yang disurvei, dimana responden yang dipilih adalah para pelaku usaha logistik. Perhitungan LPI dilakukan dengan mempertimbangkan enam area kunci logistik, yaitu: kepabeanan; infrastruktur transportasi; pengiriman internasional; kompetensi industri logistik; ketertelusuran; dan ketepatan waktu. Namun sejak tahun 2013 Kementerian Perdagangan tidak lagi menggunakan LPI, mengingat beberapa aspek dalam pengukuran LPI bukan hanya merupakan kewenangan dari Kementerian Perdagangan, seperti: kepabeanan yang merupakan wewenang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan infrastruktur transportasi yang merupakan kewenangan Kementerian Perhubungan. 87

104 Sehingga, sejak tahun 2013 Kementerian Perdagangan menggunakan indikator kinerja Persentase Realisasi Revitalisasi Pasar Tradisional dalam mengukur capaian sasaran Pengembangan Sarana Distribusi Perdagangan dalam Mendukung Kinerja Logistik Nasional. Kemudian di tahun 2014, Kementerian Perdagangan menambahkan Rata-rata Persentase Kenaikan Omzet Pasar Percontohan sebagai indikator kinerja sasaran strategis. IK-18: Persentase Realisasi Revitalisasi Sarana Distribusi Perdagangan Dalam rangka mendukung penciptaan jaringan distribusi perdagangan yang efisien, Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah telah melaksanakan Program Revitalisasi Sarana Distribusi Perdagangan yang meliputi revitalisasi pasar rakyat, pengembangan gudang non-srg dan pengembangan pusat distribusi regional/provinsi. Program Revitalisasi Sarana Distribusi Perdagangan merupakan upaya serius dari Kementerian Perdagangan untuk mentransformasi citra sarana distribusi perdagangan dari kesan yang identik dengan kotor, becek, semrawut, bau, gersang, dan kumuh menjadi pasar yang bersih, tertib, nyaman, dan tepat ukur sehingga daya saing pasar rakyat bisa ditingkatkan. Tabel 28. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Revitalisasi Pasar Tradisional, No Uraian Tahun Target % 100% 2 Realisasi % 98% 3 Persentase Capaian % 98% Tahun 2014 sudah dibangun/direvitalis asi 37 Pasar Rakyat, 2 Gudang Non SRG Secara keseluruhan, pada tahun 2014 Kementerian Perdagangan telah membangun/merevitalisasi sebanyak 37 pasar, 2 gudang non- SRG, dan 2 pusat distribusi provinsi dengan tingkat realisasi fisik 88

105 dan 2 PDR dengan tingkat realisasi fisik 98%. Kemendag telah mengalokasikan Dana TP Reguler Rp245 miliar dan Dana Optimalisasi Rp196 miliar. rata-rata sudah mencapai 98 persen. Capaian tahun ini masih lebih rendah daripada capaian kinerja tahun 2013 yang mencapai 100%. Pada tahun 2014, Kementerian Perdagangan telah mengalokasikan Dana Tugas Pembantuan Reguler T.A senilai Rp 245 miliar untuk revitalisasi 29 pasar rakyat, 2 gudang non-srg, dan 3 Pusat Distribusi Provinsi (PDP). Selain dana reguler, Kementerian Perdagangan juga mendapatkan tambahan alokasi dana untuk optimalisasi pembangunan dan revitalisasi pasar rakyat sebesar Rp 196 milyar untuk 41 pasar. Waktu pelaksanaan yang singkat menjadi kendala dalam pembangunan pasar rakyat. Dalam pelaksanaan Program Revitalisasi Sarana Distribusi Perdagangan meskipun sudah ada komitmen berupa pakta integritas dari Kepala Daerah (Bupati/Walikota) untuk menyelesaikan pelaksanaan revitalisasi, namun masih ada kendala yang menjadi catatan kegiatan ini. Kendala tersebut adalah proses administrasi DIPA yang cukup panjang, sehingga waktu pelaksanaan kegiatan terhambat/mundur. DIPA untuk pelaksanaan Program Revitalisasi Sarana Distribusi Perdagangan baru diterbitkan oleh Kementerian Keuangan pada tanggal 18 September Singkatnya waktu pelaksanaan kegiatan menyebabkan beberapa Kepala Daerah (Bupati/Walikota) mengundurkan diri dari komitmen untuk menyelesaikan pelaksanaan pembangunan/revitalisasi pasar. Sehingga sepanjang tahun 2014, dari 70 pasar tradisional (rakyat) yang direncanakan untuk dibangun/direvitalisasi telah dibangun dan/atau direvitalisasi sebanyak 17 pasar rakyat menggunakan dana tugas pembantuan reguler dan 20 pasar rakyat dari dana optimalisasi (rinciannya dapat dilihat pada Lampiran). Permendag 48/2013 dalam rangka efektivitas Pembinaan dan Pengawasan Revitalisasi Pasar. Dalam rangka lebih meningkatkan efektivitas pembinaan dan pengawasan terhadap program Revitalisasi Sarana Distribusi Perdagangan di tahun-tahun mendatang, Kementerian Perdagangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 48/M- DAG/PER/8/2013 tentang Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan 89

106 Sarana Distribusi Perdagangan. Melalui kebijakan tersebut diatur tentang standar pembangunan dan pengeloaan pasar tradisional yang diharapkan dapat meningkatkan mutunya baik dari sisi infrastruktur maupun pengelolaannya. Melalui penerbitan Permendag 48/2013, Kemendag juga menetapkan beberapa hal pokok yang wajib diperhatikan dalam revitalisasi pasar antara lain: a. Drainase yang harus ditutup dengan grill, yaitu untuk menjamin kelancaran pembuangan air kotor dari area pasar. b. Pengaturan zonase kelompok jenis komoditi perdagangan. c. Tempat pengelolaan dan atau penampungan sampah sementara d. Memaksimalkan pencahayaan dan sirkulasi udara secara alami. e. Penghijauan berupa penanaman pohon yang rindang di sekitar pasar. f. Penyediaan area parkir dan area bongkar muat barang. g. Papan pengumuman informasi harga harian h. Toilet/WC dan instalasi air bersih Selain revitalisasi pasar tradisional dari aspek fisik, Kemendag juga tidak lupa untuk memperhatikan peningkatan beberapa aspek nonfisik lainya, diataranya melalui berbagai pembinaan berupa: a. Pendampingan dan bimbingan bagi pedagang tentang pengetahuan etika melayani konsumen, pembukuan sederhana, penataan (display) barang dagangan, penyediaan stock barang dagangan dan memelihara kebersihan lingkungan. b. Membentuk forum Komunikasi Pasar yang dapat berfungsi menyalurkan inspirasi pedagang baik terhadap Pengelola Pasar, Pemerintah/Pemda dan Pemasok. c. Memberikan pelatihan bagi Pengelola Pasar untuk Manajemen 90

107 Pengelolaan Pasar. IK-19: Rata-rata Persentase Kenaikan Omzet Pasar Percontohan Program revitalisasi sarana distribusi perdagangan telah berdampak positif terhadap rata-rata omzet pasar. Omzet pasar percontohan ratarata meningkat 53% per bulan setelah direvitalisasi. Sebagai hasil dari revitalisasi fisik dan kegiatan peningkatan mutu aspek non-fisik sarana distribusi perdagangan, diperoleh hasil yang positif. Dari data hasil evaluasi terhadap kinerja Pasar Percontohan yang direvitalisasi pada tahun , pasar tradisional tersebut telah menunjukan berbagai perkembangan positif dibanding sebelum revitalisasi, antara lain: (1) kenaikan signifikan dari ratarata omzet pasar; (2) peningkatan rata-rata jumlah pedagang pasar; (3) peningkatan aktivitas perdagangan di tiap pasar dari sebelumnya rata-rata hanya 2-3 hari per minggu menjadi setiap hari 3. Sejak tahun 2011 s.d. 2014, Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah telah merevitalisasi sebanyak 484 pasar, dimana 30 diantaranya merupakan pasar percontohan. Berdasarkan hasil pemantauan Kementerian Perdagangan program revitalisasi berdampak terhadap peningkatan omzet pasar. Pada tahun 2014, Kemendag telah menetapkan target rata-rata persentase kenaikan omzet pasar percontohan sampai dengan tahun 2013 sebesar 35%. Adapun realisasi rata-rata peningkatan omzet pasar percontohan setelah revitalisasi sampai dengan 2013 ternyata mencapai 53,19% atau 152% dari target yang ditetapkan. Pencapaian omzet pasar percontohan yang melebihi target disebabkan oleh dua faktor, yaitu bertambahnya jumlah hari pasar (yang semula hanya tiga hari menjadi tujuh hari) dan jumlah pedagang yang tertampung dalam pasar tradisional bertambah banyak. Sebagai contoh, Pasar Minulyo di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sebelum direvitalisasi, jumlah pedagang di Pasar Minulyo hanya 299 pedagang (tahun 2011), namun setelah direvitalisasi, jumlah pedagang bertambah menjadi 745 pedagang (295 pedagang kios dan los, 450 pedagang telasaran). 3 Data diolah dari hasil pemantauan tahun 2013 atas pasar yang direvitalisasi Kementerian Perdagangan. 91

108 Tabel 10. Pasar dengan peningkatan pendapatan tertinggi ( ) NO PASAR RATA-RATA OMZET PER BULAN SEBELUM SESUDAH % 1 BEKONANG (2012) 2 AGUNG (2011) 3 TURISARI (2012) 3,428,518,750 10,400,000,000 5,400,000,000 14,468,400,562 3,015,968,175 7,931,022,300 4 BOJA (2012) 3,164,115,000 7,100,000,000 PATTALLASSANG 5 (2011) 175,250, ,715,945 6 MINULYO (2011) 1,750,000,000 3,499,292,943 7 CEPOGO (2012) 5,250,000,000 10,205,814,000 COKRO KEMBANG 8 (2011) 950,000,000 1,739,695,866 9 LAMBOCCA (2011) 10 KEWAPANTE (2011) Sumber: Kemendag, Ditjen PDN 599,000,000 1,088,403, ,000, ,864, % 168% 163% 124% 121% 100% 94% 83% 82% 70% Peningkatan omzet pasar percontohan disebabkan penambahan jumlah hari pasar dan jumlah pedagang. Pencapaian indicator kinerja ini juga merupakan bukti kesuksesan program sekolah pasar yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan. Salah satunya adalah sekolah pasar di Pasar Cokro Kembang. Sekolah Pasar berbentuk pelatihan untuk mengembangan potensi para pedagang. Di sekolah pasar ini, para pedagang diajarkan bagaimana menata produk dagangannya, melayani konsumen, dan manajemen keuangan sederhana. 92

109 Sasaran Strategis 9: Stabilisasi Harga Bahan Pokok Indikator Kinerja ) Rata-rata Koefisien Variasi Harga (KVH) Bahan Pokok Utama 21) Rasio KVH komoditi tertentu di dalam dan luar negeri Target 2014 Realisasi Capaian (%) 4,3% 3,5% 3,9% 3,8% 5% - 9% 2,7% 146% 0,3 0,3 0,3-0,9 0,2 178% IK-20: Rata-rata Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Utama Kemendag menentukan target KVH 10 bahan pokok 5% - 9% ( ). Koefisien Variasi Harga (KVH) merupakan perhitungan statistik yang dilakukan untuk mengukur stabilitas harga barang kebutuhan pokok. Dalam mengukur KVH digunakan data harga 10 komoditi barang kebutuhan pokok utama yang terdiri atas: (1) Beras; (2) Gula Pasir; (3) Jagung; (4) Kedelai; (5) Tepung Terigu; (6) Minyak Goreng; (7) Susu Kental Manis; (8) Daging Ayam; (9) Daging Sapi; dan (10) Telur Ayam. Sesuai dengan Renstra Perdagangan , Kementerian Perdagangan menentukan target KVH 10 komoditi tersebut sebesar 5% s.d. 9%. Artinya, jika KVH barang kebutuhan pokok berada di bawah dan di antara nilai target, maka perkembangan harga komoditi tersebut relatif stabil/normal. Tabel 29. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Rata-rata Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Utama, No Uraian Tahun Target 5% - 9% 2 Realisasi 4,3% 3,5% 3,9% 3,8% 2,7% 3 Persentase Capaian 114% 130% 122% 124% 146% Rata-rata KVH bahan pokok utama tahun 2014 relatif Secara umum, sampai dengan triwulan IV/2014 (bulan Desember), harga beberapa bahan kebutuhan pokok di dalam negeri relatif stabil dengan KV sebesar 2,7%, atau melebihi target indikator kinerja 93

110 stabil, sebesar 2,7%. (5% - 9%) dengan persentase capaian 146 persen. Komoditi yang fluktuasinya paling tinggi selama tahun 2014 yaitu daging ayam dan telur ayam dimana KV-nya masing-masing mencapai sebesar 5,7% dan 5,9%. Fluktuasi tersebut masih lebih rendah dibanding fluktuasi tahun sebelumnya yang mencapai 9,6% (Daging Ayam) dan 7,6% (Telur Ayam). Secara umum, perkembangan harga barang kebutuhan pokok sepanjang tahun 2014 relatif cukup stabil, walaupun ada kenaikan harga barang kebutuhan pokok pasca naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Bahkan capaian kinerja KVH bahan pokok utama pada tahun 2014 merupakan yang tertinggi daripada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini didukung stabilitas harga beberapa komoditi seperti beras, tepung terigu, jagung, susu dan kedelai. Selain juga didukung kondisi perekonomian dan pemerintahan yang kondusif mendukung terjaganya stabilitas harga bahan pokok di dalam negeri. Tabel 30. Perkembangan Rata-rata Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Utama, NO KOMODITI BERAS 6,6 6,2 1 1,1 2,1 2 GULA PASIR 3,7 1,7 6,6 2,2 1,4 3 JAGUNG 4,6 3,3 2,8 2,2 2,4 4 KEDELAI 0,5 1,6 3,3 5,1 1,4 5 TEPUNG TERIGU 0,8 0,3 0,2 1,2 0,7 6 MINYAK GORENG 7,1 5,6 5,1 4,7 3,8 7 SUSU KENTAL MANIS 1,1 0,9 1,2 1,5 2,7 8 DAGING AYAM 11,4 6,9 5,6 9,6 5,7 9 DAGING SAPI 4,4 3,4 8,4 2,5 1,1 10 TELUR 7,6 5,5 5,4 7,6 5,9 RATA-RATA 4,8 3,5 3,9 3,8 2,7 TARGET KOEFISIEN VARIASI DOMESTIK (5% - 9%) Sumber : BP2KP (diolah) KOEFISIEN VARIASI HARGA DOMESTIK Perkembangan harga beras, gula pasir, tepung terigu dan minyak goreng selama tahun 2014 Beberapa upaya yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan dalam rangka stabilisasi harga (sebelum dan setelah kenaikan harga BBM), antara lain: i. Melakukan pemantauan harga bahan pokok harian pada

111 relatif stabil. pasar di 33 provinsi dan dipublikasikan melalui website. ii. iii. Melakukan pemantauan kondisi harga dan pasokan langsung ke pasar-pasar tradisional dan pasar induk. Melakukan koordinasi dengan instansi dan stakeholder terkait, antara lain Kementerian/Lembaga (Kementerian Pertanian, Badan Urusan Logistik, Badan Intelijen Nasional, Badan Reserse Kriminal Polisi, Bea Cukai, Badan Keamanan Laut, Kepolisian RI, Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian); Pelaku usaha (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia/APRINDO, Artha Graha Peduli). Koordinasi dengan instansi terkait bertujuan untuk mendapatkan masukan tentang perkembangan harga, pasokan, distribusi (transportasi, stok dan fasilitas pergudangan, dan antisipasi dampak sosial atas kenaikan harga BBM. Berbagai upaya yang dilakukan Kemendag dalam rangka memenuhi target Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok. Sesuai dengan amanat Undang-undang No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, pemerintah berkewajiban menjaga stabilisasi harga, khususnya barang kebutuhan pokok. Saat ini pengeluaran masyarakat untuk barang kebutuhan pokok relatif cukup tinggi (21,05% dari PDN 2013) sehingga barang kebutuhan pokok rentan berkontribusi terhadap inflasi. Adapun kebijakan pengendalian harga yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan adalah sebagai berikut: i. Kebijakan Pengendalian dan Stabilisasi Harga Beras Dalam rangka melaksanakan kebijakan pengendalian dan stabilisasi harga beras, Kementerian Perdagangan menerbitkan Permendag No.04/M-DAG/PER/1/2012 tentang Penggunaan Cadangan Beras Pemerintah Untuk Stabilisasi Harga. Latar belakang penerbitan kebijakan ini dikarenakan bahwa dalam struktur pengeluaran konsumsi Rumah Tangga, beras memiliki kontribusi yang cukup besar mengingat posisinya sebagai komoditas pangan utama. Dominannya komoditi beras sebagai bahan pangan utama juga 95

112 tercermin dari andil inflasi beras yang tinggi terhadap inflasi bahan pangan (volatile food/vf). Sebagai implikasinya, pengendalian harga beras menjadi kunci bagi keberhasilan pengendalian harga pangan dan inflasi secara umum. Keberhasilan Operasi Pasar (OP) Beras dalam menstabilkan harga beras tergantung pada volume, harga OP dan kontinuitas pelaksanaan OP tersebut. Untuk itu, Pemerintah cq Kementerian Perdagangan secara kontinyu memantau dan mengevaluasi perkembangan harga barang kebutuhan pokok khususnya beras dan mengkoordinasikan Perum BULOG dan Pemda di seluruh Indonesia untuk melakukan OP Beras khususnya di daerah-daerah non-sentra produksi dan yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan. Untuk mendukung pelaksanaan OP Beras telah diterbitkan Permendag No.04/M-DAG/PER/1/2012 ini. Adapun pokok-pokok pengaturannya sebagai berikut: Trigger penggunaan CBP untuk OP Beras tidak menunggu terjadinya gejolak harga mencapai 25%, tetapi cukup mencapai 10%; Dinas yang membidangi perdagangan memiliki peran dalam memberikan masukan untuk pelaksanaan OP serta pemantauan dan evaluasi hasil pelaksanaan OP; Mendag dapat menetapkan harga eceran tertentu beras OP di bawah harga eceran beras yang berlaku di pasar pada saat itu; Mendag dapat memberikan instruksi untuk menghentikan OP kepada Perum Bulog. ii. Kebijakan Pengendalian Harga Gula Kristal Putih Untuk meningkatkan produksi tebu dan produktivitas lahan dalam rangka mencapai swasembada gula di dalam negeri, sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, Pemerintah 96

113 telah menetapkan Harga Patokan Petani Gula Kristal Putih (HPP GKP) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gula masyarakat dengan harga yang stabil dan terjangkau. HPP ditetapkan oleh Menteri Perdagangan dengan memperhatikan usulan dari Menteri Pertanian (Ketentuan Pasal 7 ayat (5) Kepmenperindag Nomor 527/MPP/Kep/9/2004 tentang Ketentuan Impor Gula). Dalam kurun waktu 2014, telah diterbitkan 2 (dua) Peraturan Menteri Perdagangan tentang Penetapan HPP Gula Kristal Putih, yaitu : a) Permendag Nomor 25/M-DAG/PER/5/2014 tentang Penetapan Harga Patokan Petani (HPP) Gula Kristal Putih (Plantation White Sugar) yang menetapkan besaran HPP sebesar Rp /kg. b) Permendag Nomor 45/M-DAG/PER/8/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 25/M-DAG/PER/5/2014 tentang Penetapan Harga Patokan Petani Gula Kristal Putih Tahun 2014 yang menetapkan besaran HPP Rp 8.500/kg. c) Namun demikian, HPP bukan satu-satunya instrumen yang dapat mendukung kesejahteraan petani gula. Peningkatan rendemen dan revitalisasi pabrik gula juga menjadi hal yang tidak kalah penting dalam meningkatkan produktivitas guna mendukung kemajuan industri gula dalam negeri dan kesejahteraan petani. iii. Kebijakan Pengendalian Harga dan Ketersediaan Kedelai Untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai, produksi dalam negeri perlu didorong dengan cara memberikan insentif melalui kebijakan harga kepada petani agar mau menanam dan meningkatkan produksi kedelai. Penetapan Harga Pembelian 97

114 Petani ditentukan berdasarkan biaya usaha tani Kedelai, tingkat inflasi di dalam negeri dan keuntungan petani. Selain itu untuk mengamankan penyaluran kedelai di tingkat pengrajin tahu/tempe, maka setiap importir diwajibkan untuk melaporkan pendistribusian kedelainya secara periodik dan bila tidak melaporkan akan dikenakan sanksiberupa pencabutan NPIK. Dalam rangka stabilisasi harga kedelai sepanjang tahun 2014, maka ditebitkan Permendag yang menetapkan Harga Pembelian Kedelai Petani dalam rangka Program Stabilisasi Harga sebagai berikut: a) Permendag No 84/M-DAG/PER/12/2013, tentang Penetapan Harga Pembelian Kedelai Petani periode periode Januari - Maret 2014 sebesar Rp.7.500/kg. b) Permendag No. 18/M-DAG/PER/3/2014, tentang Penetapan Harga Pembelian Kedelai Petani periode April - Juni 2014 sebesar Rp.7.500/kg c) Permendag No. 38/M-DAG/PER/7/2014, tentang PenetapanHarga Pembelian Kedelai Petani periode Juli September 2014 sebesar Rp.7.600/kg. d) Permendag No. 62/M-DAG/PER/9/2014, tentang Penetapan Harga Pembelian Kedelai Petani periode Oktober Desember 2014 sebesar Rp.7.600/kg iv. Kebijakan Pengamanan Harga dan Pasokan Holtikultura Dalam rangka mengamankan harga dan pasokan Holtikultura Kemendag menerbitkan Keputusan Dirjen PDN Selaku Ketua Tim Teknis Pemantau Harga Produk Hortikultura No.118/PDN/KEP/10/2013 tentang Penetapan Harga Referensi Produk Hortikultura. Penetapan harga referensi dilakukan untuk mendukung paket kebijakan ekonomi khususnya yang berkaitan dengan hortikultura, dengan merubah mekanisme impor dari kuota menjadi mekanisme impor berbasis harga. 98

115 Harga Referensi adalah harga acuan penjualan di tingkat pengecer yang ditetapkan oleh Tim Pemantau Harga Hortikulturadimana Harga Referensi ditetapkan pada tingkat eceran (konsumen) karena inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK). Berdasarkan keputusan tersebut ditetapkan harga referensi sebagai berikut : a) Bawang Merah segar untuk konsumsi sebesar Rp ,-/kg b) Cabe Merah Besar/Keriting sebesar Rp ,-/kg dan c) Cabe Rawit Merah sebesar Rp ,-/kg. Harga referensi yang telah ditetapkan telah memperhitungkan koefisien keragaman sebesar 9%. Harga tersebut digunakan sebagai instrumen importasi dari ke-3 komoditi diatas untuk konsumsi dalam negeri dengan mempertimbangkan masa panen dan ketersediaan stok dalam negeri. Harga yang telah ditetapkan dapat dievaluasi sewaktu waktu oleh Tim Pemantau Harga Produk Hortikultura. v. Kebijakan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Dalam rangka mengamankan stok pupuk bersubsidi, Kemendag menerbitkan Permendag Nomor 15/M-DAG/PER/4/2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian. Kebijakan ini merupakan penyempurnaan kebijakan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sebelumnya (Permendag Nomor 17/M-DAG/PER/6/2011). Hal utama yang disempurnakan dari kebijakan sebelumnya adalah adanya kewajiban stok pupuk bersubsidi bagi Distributor untuk kebutuhan selama 2 (dua) minggu ke depan dan stok Pengecer untuk kebutuhan 1 (satu) minggu ke depan serta adanya perubahan redaksional yang semula PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) menjadi PT. Pupuk Indonesia (Persero) yang merupakan pelaksana/operator dalam pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi secara nasional. Disamping itu, terdapat penegasan dalam hal pemberian rekomendasi oleh Dinas Perdagangan sebagai salah satu persyaratan Distributor dimana 99

116 rekomendasi yang diterbitkan hanya diperuntukkan bagi Distributor baru. vi. Kebijakan Minyak Goreng Kemasan Dalam rangka melindungi konsumen dan mendorong produsen bertanggung jawab terhadap mutu dan higienitas minyak goreng dan kemasannya, Kementerian Perdagangan menerbitkan Permendag No.80/M-DAG/PER/10/2014 tentang Minyak Goreng Wajib Kemasan. Pokok-pokok pengaturan dalam Permendag tersebut adalah kewajiban pelaku usaha, persyaratan kemasan, waktu pemberlakuan minyak goreng sawit dan nabati lainnya, pembinaan dan pengawasan, serta sanksi. Stabilisasi harga daging sapi masih jadi kendala pada tahun Khusus untuk daging sapi walaupun KV-nya pada tahun 2014 hanya sebesar 1,1%, namun harga daging sapi relatif tinggi dimana harga rata-rata tahun 2014 mencapai Rp99.332/kg naik 9.88% dibanding harga rata-rata tahun 2013 sebesar Rp90.402/kg. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain: i. Terbatasnya ketersediaan sapi lokal siap potong; ii. Lambatnya proses importasi dan pemotongan sapi siap potong; iii. Kenaikan harga sapi berat hidup di negara eksportir karena dampak kekeringan, peningkatan permintaan sapi siap potong dari Indonesia dan penguatan kurs dollar terhadap rupiah; iv. Masuknya impor offal/jeroan ilegal; v. Keterbatasan penyediaan angkutan/kapal dari Australia mengingat adanya ekspor sapi dari Australia ke negarachina, Vietnam dan Malaysia; vi. Terbatasnya sarana angkutan dan kapasitas pemotongan sapi di RPH dalam negeri. 100

117 IK-21: Rasio Koefisien Variasi Harga Komoditi Tertentu di Dalam dan Luar Negeri Target Rasio KVH Komoditi Tertentu di Dalam dan Luar Negeri selama tahun < 1. Indikator Kinerja Rasio koefisien variasi harga komoditi tertentu di dalam dan di luar negeri merupakan indikator yang menggambarkan stabilitas harga bahan pokok di pasar dalam negeri dibandingkan dengan volatilitas harga di pasar internasional. Indikator ini dihitung melalui perbandingan antara koefisien variasi harga nasional dibandingkan dengan koefisen variasi harga internasional untuk komoditi bahan pokok tertentu, yaitu: (1) beras; (2) gula; (3) minyak goreng; (4) terigu; (5) kedelai; (6) jagung; dan (7) susu. Rasio koefisien variasi harga komoditi tertentu di dalam dan di luar negeri yang dianggap wajar adalah pada kisaran di bawah 1 (<1) sesuai target pada Renstra Kementerian Perdagangan Semakin kecil angka rasio maka dapat disimpulkan harga di pasar internasional lebih mudah berubah (volatile) dibandingkan harga di pasar dalam negeri. Tabel 31. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Rasio Koefisien Variasi Harga Komoditi Tertentu di Dalam dan Luar Negeri, No Uraian Tahun Target < 1 2 Realisasi 0,22 0,3 0,3 0,4 0,2 3 Persentase Capaian 100% 100% 100% 100% 100% Sejak tahun 2010 s.d Rasio KVH Komoditi Tertentu di Dalam dan Luar Negeri telah sesuai dengan target dalam Renstra Kementerian Perdagangan, yaitu dibawah 1 dengan kisaran nilai antara 0,3-0,4. Artinya, harga bahan pangan pokok di dalam negeri relatif lebih stabil dibanding fluktuasi harga internasional. Selama tahun 2014 harga bahan pokok di dalam negeri lebih stabil Tahun 2014 nilai Rasio Koefisien Variasi Harga Domestik terhadap Harga Internasional (KVDI) sebesar 0,2, atau lebih rendah dibanding Rasio KVDI tahun sebelumnya yang mencapai 0,4. Dengan kata lain, 101

118 dibanding harga di luar negeri. realisasi indikator kinerja Rasio Koefisien Variasi Harga Komoditi Tertentu di Dalam dan Luar Negeri telah memenuhi target pada Kontrak Kinerja 2014 sebesar 100%. Komoditi yang Rasio KVDI-nya paling tinggi pada tahun 2014 adalah Beras dan Minyak Goreng masing-masing sebesar 0,4. Selebihnya nilai Rasio KVDI berada di bawah 0,3. Tabel 32. Perkembangan Rasio Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok di Dalam Negeri dengan Harga Internasional, No. Komoditi Rasio Koefisien Variasi Beras Gula Pasir Jagung Kedelai Tepung Terigu Minyak Goreng/RBD Olein Susu Rata-Rata Target Rasio Variasi Harga Domestik/Int'l < 1 Sumber: Reuters, CBOT, Understanding Dairy Market, BPS (diolah Kementerian Perdagangan). Komoditi kedelai dan minyak goreng mengalami penurunan KVDI yang signifikan. Khusus untuk komoditi kedelai dan minyak goreng, penurunan KVDI pada tahun 2014 cukup signifikan. Tahun 2013, KVDI kedelai sebesar 0,8 menjadi 0,1 di tahun Sedangkan untuk komoditi minyak goreng, KVDI-nya turun sebesar 0,6 poin, dari 1,0 menjadi 0,4. Pencapaian tersebut dikarenakan oleh kebijakan stabilisasi harga kedelai di tingkat petani (Permendag tentang Penetapan Harga Pembelian Kedelai Petani) yang cukup efektif diterapkan, sehingga mempengaruhi harga di tingkat konsumen/eceran. Sedangkan untuk komoditas minyak goreng, stabilitas harga yang tercipta terkait dengan pasokan minyak goreng di dalam negeri yang cukup terjaga. Hal ini erat kaitannya dengan kecenderungan penurunan harga CPO, RBD Olein di pasar global (grafik lihat Lampiran). 102

119 Sasaran Strategis 10: "Penurunan Disparitas Harga Bahan Pokok Antar Propinsi" Indikator Kinerja ) Rasio Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Provinsi dengan Nasional Target 2014 Realisasi Capaian (%) 1,74 1,9 1,7 1,7 2,2 2,1% 105% IK-22: Rasio Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Provinsi Dengan Nasional Target Rasio KVH Provinsi dengan Nasional antara 1,5-2,5. Rasio Koefisien Variasi Harga Provinsi dengan Harga Nasional merupakan pengukuran yang digunakan oleh Kementerian Perdagangan untuk membandingkan disparitas harga antar daerah di Indonesia. Mengacu pada Renstra Kementerian Perdagangan Tahun , target rasio koefisien variasi (KV) harga provinsi dengan harga nasional secara normal antara 1,5-2,5. Jika rasio KV berada lebih kecil atau diantara nilai target berarti disparitas harga antar daerah relatif kecil dan masih dalam batas yang wajar. Tabel 33. Perbandingan Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Rasio Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Provinsi Dengan Nasional, No Uraian Tahun Target 1,5 2,5 2 Realisasi 1,74 1,9 1,7 1,7 2,1 3 Persentase Capaian 100% 100% 100% 100% 100% Januari Desember 2014, rasio koefisien variasi harga provinsi dengan harga nasional 2,1. Selama Januari Desember 2014, rasio koefisien variasi harga provinsi dengan harga nasional hanya 2,1 yang artinya disparitas harga antar propinsi masih dalam batas yang wajar. Namun, terdapat beberapa komoditi yang memiliki rasio KV > 2,5 seperti beras, kedelai, dan tepung terigu. Hal ini disebabkan oleh relatif tingginya harga komoditi tersebut di kawasan Indonesia Timur 103

120 seperti beras di Jayapura dan Manokwari yang mencapai Rp11.000/kg - Rp12.016/kg, kedelai di Kendari yang mencapai Rp17.418/kg, serta tepung terigu di Jayapura yang mencapai Rp12.000/kg. 104

121 Tabel 34. Rasio Variasi Harga Bahan Pokok Provinsi/Nasional (Januari Desember 2014) No. Komoditi Rasio Variasi Harga Provinsi/Nasional Beras Gula Pasir Jagung Kedelai Tepung Terigu Minyak Goreng Susu Bubuk Daging Ayam Daging Sapi Telur Rata-Rata Target Disparitas Antar provinsi ,5-2,5 Sumber: BPS (diolah Kementerian Perdagangan, BPPKP). Kesepakatan Kemendag dan Kemenhug untuk meningkatkan efisiensi logistik dan distribusi. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan dalam rangka menjaga disparitas harga bahan pokok antar daerah masih dalam batas wajar adalah dengan melakukan kerja sama dengan Kementerian Perhubungan dan Asosiasi Perusahaan Logistik Indonesia untuk meningkatkan efisiensi logistik dan distribusi, dengan kesepakatan sebagai berikut: Kementerian Perdagangan: Mengatur pelaku usaha distribusi terdaftar harus menggunakan truck yang dilengkapi dengan sistem tracking and tracing. Mendorong optimalisasi penggunaan gudang di sekitar pelabuhan. Kementerian Perhubungan: Mewajibkan dan menyediakan alat tracking and tracing untuk angkutan truk. Memproses subsidi angkutan barang (PT PELNI, Jakarta Lyoid dan DAMRI). 105

122 Memanfaatkan kapal perintis angkutan laut sebagai gerai berjalan (toko maritim atau apung). Mendorong perusahaan angkutan kontainer untuk menyiapkan open storage. Mendorong INSA (Indonesia National Shipowners Association) untuk berpartisipasi mengembangkan pelayaran di wilayah tengah dan timur Indonesia dan ALFI (Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia) berpartisipasi mengembangkan pusat distribusi di sentra produksi. 106

123 Sasaran Strategis 11: "Peningkatan Kinerja Keuangan dan Organisasi" Indikator Kinerja ) Opini BPK atas Laporan Keuangan Kementerian 24) Penilaian terhadap akuntabilitas kinerja Kementerian 25) Ranking Penilaian Survei Integritas oleh KPK Ranking Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) oleh KPK Keterangan: (*) Wajar Tanpa Pengecualian dengan catatan. Target 2014 Realisasi Capaian (%) WTP* WTP WTP WTP WTP WTP 100% CC B B B B B 100% % IK-23: Opini BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Tabel 35. Perbandingan Capaian Kinerja Opini BPK Tahun Anggaran No Uraian Tahun Target WDP WTP 2 Realisasi WTP* WTP WTP WTP WTP 3 Persentase Capaian 100% 100% 100% 100% 100% Sumber: Kementerian Perdagangan, Setjen. Laporan Keuangan Kemendag TA 2013 berhasil meraih Opini WTP dari BPK. Pada tanggal 26 Juni 2014, Kementerian Perdagangan c.q. Sekretaris Jenderal telah menerima secara resmi Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI atas Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan Tahun Anggaran 2013 di kantor Kementerian Perdagangan. Berdasarkan LHP BPK-RI No. 62a, 62b, dan 62c/LHP/XV/05/2014 tanggal 26 Mei 2014, BPK RI memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Ini merupakan capaian opini WTP yang ke-5 secara berturut-turut yang diraih oleh Kementerian Perdagangan, 107

124 sehingga mampu mencapai hasil sempurna sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Gambar 16. Sekjen Kementerian Perdagangan menerima secara resmi Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI atas Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan T.A Dokumentasi Kementerian Perdagangan Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Laporan Keuangan Kementerian memperolah opini WTP. Capaian ini merupakan hasil kerja fungsi pembinaan, pengelolaan keuangan internal, dan peran aparat pengawas internal yang didukung komitmen penuh dari seluruh unit dan satuan kerja dalam memenuhi dan mematuhi ketentuan perundang-undangan serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan memperolah opini BPK RI. Keberhasilan pencapaian kinerja Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan disebabkan antara lain: Tidak terdapat kesalahan yang material dalam penyajian angka pada laporan keuangan; Sistem Pengendalian Intern dalam Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan memadai; Pelaksanaan pengelolaan dan pelaporan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 108

125 Pengungkapan kejadian penting dalam Catatan atas Laporan Keuangan memadai. Gambar 17. Bapak Inspektur Jenderal Menerima Penghargaan dari Wakil Presiden dan Menteri Keuangan atas Capaian Standar Tertinggi dalam Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. Dokumentasi Kementerian Perdagangan RI. Kemendag memperoleh penghargaan Capaian Standar Tertinggi dalam Akuntansi dan Pelapor-an Keuangan. Pada Rapat Kerja Nasional Akuntansi dan Pelaporan Keuangan 2014 tanggal 12 September 2014 di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan memperoleh Piagam Penghargaan dari Pemerintah yang disampaikan Wakil Presiden RI atas keberhasilannya menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Tahun 2013 dengan Capaian Standar Tertinggi dalam Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah. Strategi dalam rangka meningkatkan kinerja Laporan Keuangan Kementerian. Dalam rangka meningkatkan kualitas laporan keuangan dan mempertahankan opini WTP dari BPK, berbagai upaya telah dilakukan oleh Kementerian Perdagangan, diantaranya adalah: 109

126 - Pembinaan pelaporan keuangan dan pelaporan BMN yang baik dan konsisten, terutama pembinaan terkait aplikasi resmi pelaporan yakni Sistem Aplikasi Instansi (SAI), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan, Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara dan Persediaan (SIMAK-BMN dan Persediaan); - Pendampingan pencocokan data/rekonsiliasi dengan Kementerian Keuangan; - Pelaksanaan reviu oleh Inspektorat Jenderal dan Pemeriksaan Keuangan oleh BPK RI; - Penetapan/penunjukan pejabat petugas berikut kewenangannya dalam pengelolaan keuangan; - Penyediaan pedoman/petunjuk teknis sebagai acuan pelaksanaan tugas melalui berbagai Keputusan Menteri Perdagangan. Untuk menjamin keberhasilan dari strategi diatas dibutuhkan komitmen pimpinan dan disiplin seluruh pegawai Kementerian Perdagangan dalam menjalankannya. Kegiatan pendukung pencapaian kinerja Laporan Keuangan Kemendag tahun Dibawah ini disampaikan juga kegiatan yang dilaksanakan pada Tahun 2014 dalam rangka mendukung pencapaian Indikator Kinerja Kualitas Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan (opini dari BPK) sebagai berikut: Peningkatan kemampuan SDM. Dalam upaya peningkatan kemampuan SDM telah dilaksanakan Pemantapan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) serta Pembekalan bagi bendahara dan calon bendahara. Peningkatan koordinasi antar unit Kementerian Perdagangan. Untuk upaya peningkatan kordinasi telah dilaksanakan beberapa forum koordinasi, konsinyering, maupun pendampingan/bimbingan teknis baik untuk pengelolaan keuangan, penyusunan laporan keuangan maupun tindak lanjut 110

127 temuan pemeriksaan BPK RI. Penyediaan buku pedoman. Sedangkan upaya penyediaan pedoman meliputi penyediaan pedoman pelaksanaan anggaran, Penerimaan Negara Bukan Pajak, Perbendaharaan, TP/TGR, Pelaporan Keuangan, SIMAK-BMN, Persediaan dan Pemanfaatan Aset dan lain-lain. IK-24: Penilaian terhadap Akuntabilitas Kinerja Kementerian Hasil Evaluasi AKIP Kemendag mendapat nilai 73,16 atau B. Pada tanggal 4 Agustus 2014, Kementerian Perdagangan telah menerima Laporan Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) Tahun 2014 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN & RB). Evaluasi ini ditujukan untuk menilai implementasi dan pengembangan akuntabilitas kinerja di lingkungan Kementerian Perdagangan dalam rangka mendorong terwujudnya pemerintah yang berorientasi kepada hasil (result oriented government). Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, Kementerian Perdagangan memperoleh nilai 73,16 dengan predikat penilaian B. Dengan demikian, Kementerian Perdagangan telah berhasil utuk memenuhi target indikator kinerja penilaian terhadap akuntabilitas kinerja Kementerian sesuai dengan Kontrak Kinerja Tahun 2014 dan Rencana Strategis Tahun (100%). 111

128 Tabel 36. Rincian Penilaian Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan, No. Komponen AKIP Bobot Perencanaan Kinerja 35 18,7 23,11 24,61 25,41 25,70 2 Pengukuran Kinerja 20 12,67 13,47 13,49 13,98 13,98 3 Pelaporan Kinerja 15 11,25 11,13 11,16 11,23 11,50 4 Evaluasi Kinerja 10 5,58 6,44 5,81 6,68 6,81 5 Capaian Kinerja 20 14,25 11,78 14,18 14,76 15,17 Nilai Hasil Evaluasi ,45 66,72 69,26 72,06 73,16 Tingkat Akuntabilitas Kinerja CC B B B B Target Renstra CC B B B B Persentase Capaian Kinerja 100% 100% 100% 100% 100% Sumber: Kementerian PAN dan RB Perkembangan nilai SAKIP Kemendag Perkembangan hasil penilaian Kementerian PAN dan RB atas penyelenggaraan Sistem Akuntabiitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Kementerian Perdagangan sejak tahun selalu mengalami peningkatan dan selalau sesuai dengan target dalam Renstra Kementerian Perdagangan Penilaian akuntabilitas kinerja merupakan akumulasi hasil evaluasi terhadap seluruh komponen manajemen kinerja di lingkungan Kementerian Perdagangan, dengan rincian sebagai berikut: 1. Perencanaan Kinerja. Kementerian Perdagangan sudah menyusun dokumen Renstra, Rencana Kinerja Tahunan, dan Penetapan Kinerja. Tujuan dan Sasaran dalam dokumen Renstra sebagian besar sudah berorientasi hasil. 2. Pengukuran Kinerja. Kementerian Perdagangan sudah memiliki ukuran keberhasilan organisasi (Indikator Kinerja Utama) yang sudah ditetapkan secara formal. Seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perdagangan telah menerapkan sistem Balance Score Card (BSC) untuk melakukan pemantauan capaian IKU ( Kementerian Perdagangan juga sudah mengembangkan sistem pengukuran kinerja individu/ pegawai secara online (Sistem Aplikasi Penilaian Prestasi Kerja) 112

129 yang bisa diakses pada intranet Kementerian Perdagangan ( 3. Pelaporan Kinerja. Kementerian Perdagangan telah menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 dan menyampaikan secara tepat waktu kepada Presiden melalui Kementerian PAN dan RB. 4. Evaluasi Kinerja. Kementerian Perdagangan sudah melakukan pemantauan mengenai kemajuan pencapaian kinerja beserta hambatannya serta melakukan evaluasi program. Evaluasi atas LAKIP unit kerja serta penilaian atas kinerja unit kerja juga sudah dilaksanakan. 5. Capaian Kinerja. Pencapaian kinerja dinilai dari aspek pencapaian target, dan keandalan data kinerja, serta keselarasan antara kinerja output dengan kinerja outcome. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa hampir seluruh target output yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan tercapai. Namun, capaian kinerja outcome yang disajikan dalam LAKIP belum menggambarkan kinerja Kementerian Perdagangan yang sesungguhnya. Kemendag tengah mengkaji sinkronisasi antara BSC, SKP, dan LAKIP. Untuk meningkatkan penilaian akuntabilitas kinerja kedepan, Kementerian Perdagangan telah melakukan koordinasi dan sinkronisasi penyusunan dokumen SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan, meliputi: Rencana Strategis ; Rencana Kerja 2015; Perjanjian Kinerja 2015; Laporan Kinerja 2014; Laporan Triwulanan 2015; serta reviu dan evaluasi Laporan Kinerja Selain itu, Kementerian Perdagangan saat ini tengah mengkaji kemungkinan untuk harmonisasi sistem antara aplikasi Balance Score Card (BSC), Sistem Penilaian Kinerja Pegawai (SPKP), dan Sistem Pemantauan Pelaksanaan Anggaran (e-monitoring). IK-25: Ranking Penilaian Survei Integritas oleh KPK 113

130 Survei integritas mencerminkan penilaian masyarakat dalam mengurus layanan di suatu instansi/ lembaga. Survei Integritas Sektor Publik oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dilakukan dalam rangka memberikan penilaian terhadap integritas layanan yang diberikan oleh Kementerian Perdagangan kepada masyarakat. Hasil penilaian merupakan cerminan bagaimana masyarakat sebagai pengguna layanan memberikan penilaian yang didasarkan dari pengalaman pengguna layanan dalam mengurus layanan di Kementerian Perdagangan. Survei ini telah dilakukan oleh KPK sejak tahun 2007 dan bertujuan untuk memetakan tingkat integritas unit layanan pada organisasi publik seperti Kementerian/Lembaga. Hasil survei kemudian digunakan sebagai dasar pijakan bagi kegiatan perbaikan integritas dan anti korupsi di sektor layanan publik oleh KPK maupun unit layanan/intansi terkait. Selain Kementerian Perdagangan, Survei Integritas kali ini juga dilakukan terhadap 40 unit layanan di 20 Kementerian/Lembaga di wilayah Jadebotabek. Hal ini menyesuaikan dengan Rencana Strategis KPK, terutama menyangkut national interest. Sebanyak responden survei merupakan pengguna langsung unit layanan. Pengambilan data primer dilakukan melalui proses wawancara tatap muka yang dilaksanakan pada Mei hingga September Pemilihan Unit Layanan yang disurvei memiliki kriteria: Layanan Publik pada Kementerian/Lembaga Strategis yang menjadi fokus renstra KPK; Terkait dengan National Interest; serta Menyangkut hajat hidup orang banyak. Pada tahun 2014, pelayanan Kementerian Perdagangan yang di survei oleh KPK adalah pelayanan pengurusan dan proses penerbitan Eksportir Terbatas dan Persetujuan Impor Produk Hewan. 114

131 Gambar 18. Indeks Integritas Kementerian Perdagangan berdasarkan Survei Integritas Sektor Publik oleh KPK, Sumber: KPK (diolah Kemendag). Nilai indeks integritas Kemendag tahun 2014 sebesar 7,69 diatas rata-rata pemerintah. Hasil survei Integritas KPK terhadap unit pelayanan publik Kementerian Perdagangan sudah baik, hal ini terlihat dengan nilai indeks integritas Kementerian Perdagangan sebesar 7,69 yang berada diatas rata-rata indeks intergritas Kementerian/Lembaga Pemerintah dengan nilai 7,22 atau standar minimal yang ditetapkan oleh KPK sebesar 6,00. Semakin tinggi indeks integritas mencerminkan semakin baiknya pelayanan Kementerian Perdagangan kepada Masyarakat. Pada tahun 2014, terdapat 15 Kementerian/Lembaga Pemerintah (K/L) yang nilai indeks integritasnya berada diatas rata-rata, sedangkan 9 K/L masih berada dibawah rata-rata. Indeks Integritas Kementerian Perdagangan, berdasarkan hasil Survei Integritas Sektor Publik KPK terus meningkat dari tahun ke tahun. Mulai tahun 2013, indeks integritas Kementerian Perdagangan sudah berada diatas rata-rata indeks integritas nasional. 115

PENETAPAN KINERJA (PK) KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN dalam ribu rupiah INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA OUTPUT NO PROGRAM SASARAN

PENETAPAN KINERJA (PK) KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN dalam ribu rupiah INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA OUTPUT NO PROGRAM SASARAN PENETAPAN KINERJA (PK) KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2010 dalam ribu rupiah NO PROGRAM SASARAN 1 Peningkatan Meningkatnya pertumbuhan - Jumlah rekomendasi 1 % pertumbuhan 7% 816.285 Perdagangan Luar Negeri

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Kata Pengantar LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN ACCOUNTABILITY. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Kata Pengantar LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN ACCOUNTABILITY. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia LAPORAN Kata Pengantar AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2013 ACCOUNTABILITY PENCAPAIAN PEMBANGUNAN PERDAGANGAN TAHUN 2013 Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Kata Pengantar Kata Pengantar

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki setiap negara dan keterbukaan untuk melakukan hubungan internasional

Lebih terperinci

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2015 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kompleknya keterkaitan dan hubungan antarnegara didalam kancah internasional menyebabkan pemerintah juga ikut serta dalam hal meregulasi dan mengatur

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Indonesia sedang mengalami penyesuaian ekonomi yang cukup berarti yang didorong oleh perlemahan neraca eksternalnya yang membawa perlambatan pertumbuhan dan peningkatan

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 Jakarta, 5-7 Februari 2014 Rapat Kerja dengan tema Undang-Undang Perindustrian Sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 4/DPD RI/I/2013-2014 PERTIMBANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : A. KEMENTRIAN : () KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 Kinerja Ekspor Nonmigas Triwulan I Mencapai Tingkat Tertinggi Memperkuat

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 44) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 2010 Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan sebesar 6,1%. Inflasi berada pada kisaran 6,1-6,5% Perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik, kinerja

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.12-0/2015 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 Penyusun: 1. Bilmar Parhusip 2. Basuki Rachmad Lay Out Budi Hartadi Bantuan dan Dukungan Teknis Seluruh Pejabat/Staf Direktorat Akuntansi

Lebih terperinci

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat perdagangan internasional yaitu,memperoleh keuntungan dari spesialisasidalam memproduksi barang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2016 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro tahun 2016 sebagaimana yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Kaltim, sebelumnya

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro tahun 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi membaik dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Mei 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Mei 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-018.01-0/2013 DS 5903-0340-5288-0144 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci