INTERAKSI FARMAKOKINETIK KOMBINASI OBAT PARASETAMOL DAN FENILPROPANOLAMIN HIDROKLORIDA SEBAGAI KOMPONEN OBAT FLU
|
|
- Yuliani Pranata
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 INTERAKSI FARMAKOKINETIK KOMBINASI OBAT PARASETAMOL DAN FENILPROPANOLAMIN HIDROKLORIDA SEBAGAI KOMPONEN OBAT FLU Taofik Rusdiana, Fauzi Sjuib dan Sukmadjaja Asyarie ABSTRAK Telah diteliti pengaruh pemberian kombinasi parasetamol dan fenilpropanolamin hidroklorida terhadap profil farmakokinetik masing-masing obat di dalam plasma darah manusia. Kadar masing-masing obat dalam plasma ditetapkan secara kromatografi cair kinerja tinggi dengan menggunakan kolom Hypersil C-18 dan fase gerak asetonitrildapar asetat ph 4,6 (7,5:92,5) untuk parasetamol dan asetonitril- natrium heptan 1- sulfonat 0,005 M ph 2,5 (25:75) untuk fenilpropanolamin hidroklorida. Hasil menunjukkan bahwa jika parasetamol dan fenilpropanolamin hidroklorida diberikan bersama maka C maks dan AUC 0- kedua obat tersebut lebih kecil, sedangkan t 1/2 β fenilpropanolamin hidroklorida lebih besar dari pada jika diberikan secara tersendiri. ABSTRACT The effect of combination of paracetamol and phenylpropanolamine hydrochloride administration on pharmacokinetics profile of each drug has been studied. The quantitation of paracetamol and phenylpropanolamine hydrochloride in human plasma was determined by high performance of liquid chromatography using a Hypersil C-18 column and a mixture of acetonitrile-sodium acetate buffer of ph 4.6 (7.5 : 92.5) for parasetamol analysis and that of acetonitril-0,005 M solution of sodium 1- heptanesulphonate of ph 2.5 (25 : 75) for phenylpropanolamine hydrochloride analysis. Result showed that when paracetamol and phenylpropanolamine hydrochloride were given concomitantly, their C max and AUC 0- were smaller, while t 1/2 β value of phenylpropanolamine hydrochloride was higher than those given separately. PENDAHULUAN Pada dasarnya suatu penyakit dapat diobati oleh satu obat. Obat tersebut ditetapkan dosis dan frekuensi pemakaiannya dalam sehari karena pada umumnya obat digunakan untuk pemakaian ganda (berulang). Frekuensi pemakaian ditetapkan berdasarkan parameter farmakokinetiknya seperti tetapan kecepatan eliminasi. Semakin kecil tetapan kecepatan eliminasi, maka semakin berkurang frekuensi pemakaiannya dibandingkan dengan obat yang mempunyai tetapan kecepatan eliminasi yang lebih besar. Oleh karenanya, jika seseorang mendapatkan dua jenis obat atau lebih yang mempunyai waktu paruh biologis berbeda maka frekuensi pemakaiannya seharusnya berlainan. Aspek-aspek tersebut di atas dipelajari di dalam ilmu farmakokinetik. Dewasa ini, banyak obat yang dibuat oleh industri farmasi berupa obat kombinasi tetap dalam satu bentuk sediaan farmasi (misalnya tablet atau kapsul) yang mengandung dua zat berkhasiat atau lebih yang diberikan dengan frekuensi pemakaian yang sama. Tampaknya pertimbangan utama yang dipakai oleh industri farmasi tersebut lebih didasarkan pada pertimbangan logic pharmacodynamic, dan masih kurang
2 memperhatikan aspek farmakokinetik dari obat-obat tersebut. Oleh karena itu dapat terjadi dalam suatu kombinasi obat terdapat komponen-komponen zat aktif yang berlainan parameter farmakokinetiknya, khususnya waktu paruh eliminasi, sehingga apabila dikonsumsi secara bersamaan dan dengan pemberian berulang yang sama, dapat mengakibatkan terjadinya akumulasi pada salah satu obat atau keduanya. Kombinasi obat semacam ini banyak terdapat dalam obat flu atau obat batuk, diantaranya kombinasi obat yang mengandung parasetamol dan fenilpropanolamin hidroklorida sebagaimana dapat dilihat tabel 1. Parasetamol (asetaminofen) merupakan turunan senyawa sintetis dari p-aminofenol yang memberikan efek analgesia dan antipiretika. Senyawa ini mempunyai nama kimia N-asetil-paminofenol atau p-asetamidofenol atau 4 - hidroksiasetanilid, bobot molekul 151,16 dengan rumus kimia C 8 H 9 NO 2 dan mempunyai struktur molekul sebagai berikut : Gambar 2.1 Struktur Molekul Parasetamol Fenilpropanolamin hidroklorida adalah senyawa yang termasuk dalam obat simpatomimetis yang secara struktur berkaitan dengan efedrin hidroklorida. Nama kimia dari Fenilpropanolamin hidroklorida (dl- norefedrin) adalah α-(1- aminoetil) benzyl alkohol hidroklorida atau 1-fenil-1-amino-1-propanol hidroklorida. Senyawa ini mempunyai berat molekul 187,67 dengan struktur molekul sebagaimana ditunjukkan gambar 2. Dari pustaka dan hasil penelitian sebelumnya diketahui parasetamol memiliki waktu paruh eliminasi antara 1 3 jam sedangkan fenilpropanolamin hidroklorida memiliki waktu paruh eliminasi antara 3 6 jam. Gambar 2.2 Struktur Molekul fenilpropanolamin Hidroklorida Apabila kombinasi obat tersebut diberikan secara berulang (misalnya tiga kali dalam sehari) maka parasetamol dengan waktu paruh elimasi 1 jam tidak akan menimbulkan akumulasi tetapi fenilpropanolamin hidroklorida dengan waktu paruh eliminasi 6 jam akan memiliki indeks akumulasi (R) diatas 1. Dengan demikian kombinasi obat ini dapat menimbulkan akumulasi fenilpropanolamin dalam tubuh apabila diberikan sehari tiga kali. Berdasarkan uraian diatas, kita perlu untuk mengetahui lebih jauh mengenai profil farmakokinetik dari masing-masing obat dan sejauh mana pengaruh pemberian dalam bentuk kombinasi antara kedua obat dibandingkan profil farmakokinetik masing-masing obat tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi parasetamol dan fenilpropanolamin hidroklorida terhadap profil farmakokinetik dari masing-masing obat dalam plasma darah manusia.
3 Tabel 1. Beberapa contoh Poduk Obat Flu yang beredar di Indonesia Nama Produk Kandungan Obat (mg/tablet) P SA Et ctm PPA Caf dmp GG Ef FE d-ctm Vit. C Vit B1 Combiflu Congestril Contrex Decolgen Farapon Ficosin Flumin Flutamol Flutamol plus Flutop C Fluvit C Mixagrip Neozef Forte Procold Sanaflu Tuzalos Ultraflu Keterangan : P = Parasetamol SA = Salisilamid Et = Etenzamida Ctm = Klorfeniramin maleat PPA = Fenilpropanolamin HCl Ef = Efedrin HCl Pz = Prometazin HCl FE = Fenilefrin HCl Caf = Caffein Dmp = Dekstrometorphan HBr GG = Gliserilguaiakolat PE = Pseudoefedrin HCl Vit B = Vitamin B Vit C = Vitamin C BAHAN DAN METODE 1. Bahan, Alat dan Subyek Penelitian Bahan Parasetamol dan Fenilpropanolamin Hidroklorida (PT. Sanbe Farma), Parasetamol dan Fenilpropanolamin Hidroklorida BPFI (PPOM), Asetonitril, Metanol (grade HPLC) Etilasetat, Metilen klorid dan Aqua bidestilata, Natrium 1-heptan sulfonat, Natrium Asetat, Asam asetat glasial, Asam klorida, Dikaliumhidrogenfosfat, Natrium hidroksida. Alat Timbangan analitik (Sartorius tipe n2442), spektrofotometer UV-Vis (Beckman DU7500i), ph meter (BeckmanΦ TM 50), tabung plasma (Vacuette 7 ml), jarum suntik, tabung ekstraksi, agitator vortex, Rotator Roller Mixer, instrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Hewlett-Packard TM ), kolom C-18 (ODS Hypersil TM, 5 μm, 200 x 4,6 mm) dan alat-alat gelas yang digunakan dalam laboratorium analisis. Subyek percobaan Dalam penelitian ini digunakan enam orang sukarelawan sebagai subjek percobaan yang telah memenuhi persyaratan uji ketersediaan hayati melalui pengujian laboratorium klinik.
4 2. Metode Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku parasetamol dan fenilpropanolamin hidroklorida yang dilakukan meliputi pemerian, kelarutan, dan identifikasi secara spektrfotometri UV. Seleksi Sukarelawan Dilakukan pengujian klinik terhadap enam orang sukarelawan yang meliputi pengujian terhadap SGOT dan SGPT, kadar kreatinin serum, kadar gula darah, dan darah rutin di Laboratorium Klinik Pramita Bandung. Pemberian Obat Pemberian obat kepada sukarelawan dilakukan dengan metode three way crossover berikut ini : Tabel 2. Metode Pemberian Obat kepada Sukarelawan Sukarelawan Periode I Periode II Periode III Parasetamol 500 mg Fenilpropanolamin HCL 50 mg Kombinasi Parasetamol 500 mg dan PPA HCl 50 mg Kombinasi Parasetamol 500 mg dan PPA HCl 50 mg Parasetamol 500 mg Fenilpropanolamin HCL 50 mg Fenilpropanolamin HCL 50 mg Kombinasi Parasetamol 500 mg dan PPA HCl 50 mg Parasetamol 500 mg Pengambilan Sampel Darah Pengambilan sampel darah dilakukan pada jam ke- 0,0; 0,25; 0,5; 0,75; 1,0; 1,5; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,0; 8,0; 10,0; dan 12,0 setelah pemberian obat secara oral. Sampel darah disentrifuga dan diambil plasma-nya kemudian disimpan pada temperatur 20 o C. Penetapan Kadar Obat dalam Plasma a. Parasetamol Kurva Baku Parasetamol Ditimbang parasetamol uji sebanyak 2,5 mg dan dilarutkan dengan metanol dalam labu takar 25 ml. Dari larutan induk tersebut dibuat variasi konsentrasi sebesar 1, 2, 4, 6, 8, dan 10 μg/ml parasetamol dalam plasma. Diambil 1 ml plasma dari setiap konsentrasi di atas dan masukkan ke dalam tabung ekstraksi. Tambahkan 5 ml etil asetat ke dalam tabung tersebut kemudian dikocok dengan menggunakan agitator vortex selama 30 detik dan diputar dalam alat pencampur Roller Mixer selama 15 menit kemudian disentrifuga selama 10 menit pada 400g. Lapisan bening dipindahkan ke dalam tabung lain dan diuapkan. Residu dilarutkan kembali dalam 200 μl metanol. Sebanyak 20 μl larutan disuntikkan ke dalam Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Penetapan Kadar Parasetamol dalam Plasma Sukarelawan Sebanyak 1 ml plasma sukarelawan ditambahkan 5 ml etil asetat dalam tabung ekstraksi, kemudian dikocok dengan menggunakan agitator vortex selama 30 detik dan diputar dalam alat pencampur Roller Mixer selama 15 menit kemudian disentrifuga selama 10 menit pada 400g. Lapisan bening dipindahkan ke dalam tabung lain dan diuapkan. Residu dilarutkan kembali
5 dalam 200 μl metanol. Sebanyak 20 μl larutan disuntikkan ke dalam KCKT. b. Fenilpropanolamin Hidroklorida Kurva Baku Fenilpropanolamin Hidroklorida Ditimbang Fenilpropanolamin Hidroklorida uji sebanyak 2,5 mg dan dilarutkan dengan aqua bidestilata dalam labu takar 25 ml. Dari larutan induk tersebut dibuat variasi konsentrasi sebesar 0,04; 0,06; 0,08; 0,1; 0,2; dan 0,4 μg/ml Fenilpropanolamin Hidroklorida dalam plasma. Diambil 1 ml dari setiap konsentrasi di atas dan masukkan ke dalam tabung ekstraksi yang telah diisi dengan 100 μl larutan K 2 HPO 4 0,5 M ph 11. Tabung dikocok dengan vortex selama 30 detik dan ditambahkan 5 ml Metilenklorida ke dalam tabung tersebut kemudian diputar dalam alat pencampur Roller Mixer selama 15 menit kemudian disentrifuga selama 10 menit pada 3000g. Lapisan bening dipindahkan ke dalam tabung lain dan diuapkan. Residu dilarutkan kembali dalam 200 μl aqua bidestilata. Sebanyak 20 μl larutan disuntikkan ke dalam KCKT. Penetapan Kadar Fenilpropanolamin Hidroklorida dalam Plasma Sukarelawan Sebanyak 1 ml plasma sukarelawan dimasukkan ke dalam tabung ekstraksi yang telah diisi dengan 100 μl larutan K 2 HPO 4 0,5 M ph 11. Tabung dikocok dengan vortex selama 30 detik dan ditambahkan 5 ml Metilenklorida ke dalam tabung tersebut kemudian diputar dalam alat pencampur Roller Mixer selama 15 menit kemudian disentrifuga selama 10 menit pada 3000g. Lapisan bening dipindahkan ke dalam tabung lain dan diuapkan. Residu dilarutkan kembali dalam 200 μl aqua bidestilata. Sebanyak 20 μl larutan disuntikkan ke dalam KCKT. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Bahan : Hasil pemeriksaan spektroskopi UV dari parasetamol dan fenilpropanolamin HCl menunjukkan kesesuaian dengan referensi sebagaimanana diperlihatkan gambar di bawah ini : Gambar 1. Kurva serapan UV parasetamol dalam etanol 95 % Gambar 2. Kurva serapan UV fenilpropanolami hidroklorida dalam air Seleksi Sukarelawan Hasil seleksi dan data sukarelawan diberikan dalam tabel 3 di bawah :
6 Tabel 3. Data Usia, Bobot dan Tinggi Sukarelawan dan Uji Laboratorium Klinik Sukarelawan Usia (tahun) Bobot (kg) Tinggi (cm) SGOT (U/l) SGPT (U/l) Kreatinin Serum (mg/dl) 0,9 0,9 0,9 0,9 1,0 0,9 Glukosa Puasa (mg/dl) Dari tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa ke-enam sukarelawan tersebut memenuhi persyaratan sebagai subjek penelitian farmakokinetik. Penetapan Kadar Obat dalam Plasma Darah Penetapan kadar parasetamol dan fenilpropanolamin HCl dalam plasma dilakukan secara kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC). Contoh kromatogram diperlihatkan gambar berikut : Gambar 5. Kromatogram fenilpropanolamin hidroklorida dalam plasma sukarelawan Keterangan : a) Kromatogram Fenilpropanolamin HCL BPFI dalam plasma (b) Kromatogram Fenilpropanolamin HCL dalam plasma sukarelawam yang diambil 3 jam setelah pemberian Fenilpropanolamin HCL 50 mg secara oral Waktu tambat Fenilpropanolamin HCl (rata-rata) = 5,375 ± 0,105 Gambar 4. Kromatogram parasetamol dalam plasma sukarelawan Keterangan : (a) Kromatogram Parasetamol BPFI dalam plasma b) Kromatogram Parasetamol dalam plasma sukarelawan yang 3 jam setelah pemberian parasetamol 500 mg secara oral Waktu tambat parasetamol (rata-rata ) = 6,201 ± 0,121
7 Kurva baku parasetamol dan fenilpropanolamin HCl dalam plasma diperlihatkan gambar 6 dan 7. Kurva baku parasetamol dalam plasma diperlihatkan oleh gambar berikut : Kurva Baku C thd Area y = 67,399x - 1,1519 R 2 = 0, ,1 0,2 0,3 0,4 0,5 c ( μ g/ ml) Gambar 6. Kurva kalibrasi fenilpropanolamin HCl dalam plasma pada λ = 208 nm Persamaan garis : Luas Area = 67,399. C 1,152 r : 0,998 Batas Deteksi : 0,025 μg/ml Batas Kuantisasi : 0,068 μg/ml Luas Area (mau) y = 29,712x + 3,7753 R 2 = 0, Kadar (μg/ml) Gambar 3. Kurva kalibrasi parasetamol dalam plasma pada λ = 254 nm Persamaan garis : Luas Area = 29,712. C + 3,775 r : 0,999 Batas Deteksi : 0,2 μg/ml Batas Kuantisasi : 0,67 μg/ml Hasil penetapan kadar obat dalam plasma darah pada enam sukarelawan diperlihatkan dalam 3-6 berikut : Tabel 3. Kadar Parasetamol dalam Plasma Darah Sukarelawan Setelah Pemberian Dosis Tunggal 500 mg Parasetamol Secara Oral No. t Kadar (μg/ml) (jam) S1 S2 S3 S4 S5 S6 X SD 1 0,00 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0, ,25 9,593 9,593 9,593 10,582 6,720 11,478 9,593 1, ,50 11,379 13,738 10,261 15,553 8,387 12,670 12,122 2, ,75 12,951 12,951 12,951 14,225 10,346 14,283 12,951 2, ,00 10,059 10,589 8,531 13,079 12,084 12,428 11,342 1, ,50 8,025 7,954 6,844 10,733 11,073 9,473 9,215 1, ,00 6,812 6,719 5,705 8,780 9,859 8,343 7,881 1, ,00 5,123 4,569 3,616 6,615 6,394 5,748 5,389 1, ,00 3,758 2,704 2,306 5,098 4,667 4,583 3,872 1, ,00 2,569 1,646 1,204 3,055 3,302 2,988 2,439 0, ,00 1,526 1,137 0,609 2,140 2,116 2,456 1,692 0, ,00 0,907 0,631 0,456 0,698 1,198 1,256 0,848 0, ,00 0,493 0,514 0,272 0,481 0,784 0,851 0,580 0, ,00 0,360 0,350 0,176 0,320 0,441 0,654 0,388 0,176
8 Tabel 4. Kadar Parasetamol dalam Plasma Darah Enam Sukarelawan Setelah Pemberian Kombinasi Parasetamol 500 mg dan Fenilpropanolamin Hidroklorida 50 mg Secara Oral No. t (jam) Kadar (μg/ml) S1 S2 S3 S4 S5 S6 X SD 1 0,00 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0, ,25 0,340 6,415 7,150 6,837 3,376 0,572 4,115 3, ,50 0,556 7,526 8,163 7,497 4,102 3,094 5,156 3, ,75 1,050 8,141 6,842 8,000 5,186 4,622 5,640 2, ,00 1,892 6,957 6,303 6,383 6,118 5,459 5,519 1, ,50 3,140 6,084 5,123 5,462 6,353 4,748 5,152 1, ,00 5,159 4,235 3,763 4,346 4,303 3,932 4,290 0, ,00 4,731 2,997 1,772 3,102 2,549 2,253 2,901 1, ,00 3,641 1,865 1,228 2,231 1,771 1,530 2,044 0, ,00 2,548 1,012 0,897 1,474 1,236 0,971 1,356 0, ,00 1,564 0,698 0,675 1,005 1,093 0,435 0,912 0, ,00 0,864 0,351 0,432 0,546 0,756 0,231 0,530 0, ,00 0,556 0,195 0,321 0,423 0,567 0,156 0,370 0, ,00 0,377 0,132 0,265 0,321 0,365 0,123 0,264 0,113 Tabel 5. Kadar Fenilpropanolamin Hidroklorida dalam Plasma pada Enam Sukarelawan Setelah Pemberian Fenilpropanolamin Hidroklorida 50 mg Secara Oral No. Kadar (μg/ml) t (jam) S1 S2 S3 S4 S5 S6 X SD 1 0,00 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0, ,25 0,163 0,035 0,039 0,040 0,069 0,069 0,069 0, ,50 0,201 0,059 0,071 0,218 0,280 0,158 0,164 0, ,75 0,247 0,163 0,150 0,250 0,313 0,221 0,224 0, ,00 0,292 0,241 0,191 0,264 0,350 0,266 0,267 0, ,50 0,333 0,285 0,228 0,302 0,373 0,293 0,302 0, ,00 0,401 0,249 0,172 0,331 0,352 0,235 0,290 0, ,00 0,281 0,152 0,140 0,281 0,303 0,202 0,200 0, ,00 0,157 0,094 0,115 0,198 0,168 0,168 0,150 0, ,00 0,119 0,080 0,094 0,130 0,089 0,130 0,107 0, ,00 0,063 0,080 0,087 0,063 0,063 0,107 0,077 0, ,00 0,045 0,072 0,057 0,052 0,057 0,078 0,060 0, ,00 0,037 0,056 0,050 0,042 0,051 0,067 0,051 0, ,00 0,028 0,045 0,040 0,032 0,042 0,055 0,042 0,009
9 Tabel 6. Kadar Fenilpropanolamin Hidroklorida dalam Plasma pada Enam Sukarelawan Setelah Pemberian Kombinasi Fenilpropanolamin Hidroklorida 50 mg dan Parasetamol 500 mg Secara Oral No. t (jam) Kadar (μg/ml) S1 S2 S3 S4 S5 S6 X SD 1 0,00 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0, ,25 0,051 0,030 0,022 0,042 0,052 0,048 0,041 0, ,50 0,099 0,066 0,039 0,079 0,077 0,062 0,070 0, ,75 0,130 0,080 0,066 0,118 0,143 0,095 0,105 0, ,00 0,171 0,119 0,079 0,136 0,153 0,120 0,130 0, ,50 0,232 0,112 0,093 0,158 0,243 0,149 0,165 0, ,00 0,188 0,102 0,086 0,127 0,215 0,197 0,153 0, ,00 0,153 0,085 0,074 0,069 0,167 0,160 0,118 0, ,00 0,103 0,070 0,068 0,058 0,131 0,113 0,091 0, ,00 0,063 0,055 0,053 0,046 0,081 0,091 0,065 0, ,00 0,048 0,049 0,043 0,039 0,068 0,082 0,055 0, ,00 0,036 0,044 0,032 0,032 0,049 0,059 0,042 0, ,00 0,032 0,037 0,028 0,026 0,046 0,052 0,037 0, ,00 0,026 0,030 0,026 0,023 0,041 0,044 0,032 0,009 Keterangan : S = Sukarelawan SD = Standar Deviasi X = Rata-rata
10 Untuk melihat kinetika obat dalam tubuh dan persamaan farmakokinetika dari masing-masing obat beserta kombinasinya dibuat hubungan/plot antara kadar obat versus waktu. Kurva kinetik parasetamol yang diberikan secara tersendiri dan kombinasi dengan fenilpropanolamin HCl dapat dilihat pada gambar di bawah ini : 100,0 Kadar (mg/ml) 10,0 1,0 0, Waktu (jam) Gambar 7. Kurva hubungan antara kadar parasetamol dalam plasma sukarelawan (rata-rata enam sukarelawan) terhadap waktu Keterangan : Pemberian parasetamol 500 mg (tunggal) secara oral Persamaan farmakokinetik : 0,195. t 0,461. t 4,698. t Cp = 4,057. e + 12,566. e 16,623. e Pemberian parasetamol 500 mg dan fenilpropanolamin HCl 50 mg (Kombinasi) secara oral Persamaan farmakokinetik : 0,174. t 0,521. t 2,584. t Cp = 2,128. e + 7,872e 10,0. e
11 Kurva kinetik fenilpropanolamin HCl yang diberikan secara tersendiri dan kombinasi dengan parasetamol dapat dilihat pada gambar berikut : 1,0 Kadar (mg/ml) 0,1 0, Waktu (jam) Gambar 8. Kurva hubungan antara kadar fenilpropanolamin hidroklorida dalam plasma sukarelawan (Rata-rata enam sukarelawan) terhadap waktu Keterangan : Pemberian fenilpropanolamin hidroklorida 50 mg (Tunggal) secara Oral Persamaan Farmakokinetik : 0,09.t 0,538.t 1,138.t Cp = 0,124.e + 0,541.e 0,665.e Pemberian fenilpropanolamin hidroklorida 50 mg dan Parasetamol 500 mg (Kombinasi) secara Oral Persamaan Farmakokinetik 0,07.t 0,468.t 1,014.t Cp = 0,074.e + 0,229.e 0,303.e Perhitungan Parameter Farmakokinetik Dari hasil penetapan kadar obat dalam plasma darah diperoleh kurva yang menggambarkan perubahan kadar obat dalam plasma terhadap waktu. Kedua jenis obat, parasetamol dan fenilpropanolamin hidroklorida baik yang diberikan secara tunggal maupun kombinasi memperlihatkan kurva kinetik trieksponensial yang berarti kedua jenis obat tersebut mengalami tiga fase perubahan di dalam tubuh yakni fase absorspi, fase distribusi dan fase eliminasi. Dengan demikian obat mengikuti model dua kompartemen terbuka. Perhitungan parameter farmakokinetik dan persamaan kurva kinetik dari kedua obat tersebut diselesaikan dengan menggunakan persamaan-persamaan matematika yang berlaku untuk model dua kompartemen terbuka. Selanjutnya dari persamaan farmakokinetik masing-masing obat, dihitung parameter farmakokinetiknya
12 berdasarkan persamaan yang berlaku untuk model kompartemen dua. Hasil perhitungan parameter farmakokinetik diperlihatkan dalam tabel berikut : Tabel 7. Parameter Farmakokinetik Parasetamol pada Enam Sukarelawan setelah Pemberian tersendiri Parasetamol Dosis 500 mg secara Oral Sukarelawan Parameter Farmakokinetik X SD A 11,755 19,009 12,959 16,395 11,290 12,399 13,968 3,061 B 5,476 2,111 3,013 3,340 9,061 4,536 4,590 2,489 C 17,231 21,120 15,972 19,735 20,351 16,935 18,557 2,109 α 0,520 0,747 0,605 0,461 0,549 0,472 0,559 0,106 β 0,231 0,147 0,238 0,195 0,250 0,163 0,204 0,042 k a 3,906 5,207 4,366 6,697 1,000 5,279 4,409 1,924 t 1/2 α 1,333 0,928 1,145 1,503 1,262 1,468 1,273 0,215 t 1/2 β 3,000 4,714 2,912 3,554 2,772 4,252 3,534 0,795 k 12 0,056 0,156 0,067 0,041 0,058 0,076 0,076 0,041 k 21 0,323 0,207 0,307 0,240 0,383 0,246 0,284 0,065 k e 0,372 0,531 0,469 0,375 0,358 0,313 0,403 0,081 C maks 12,951 13,738 12,951 15,55 12,08 14,28 13,593 1,220 t maks 0,75 0,50 0,75 0,50 1,00 0,75 0,708 0,188 AUC 0-39,831 29,514 49,244 49,244 47,534 51,142 44,418 8,303 Tabel 8. Parameter Farmakokinetik Parasetamol pada Enam Sukarelawan setelah Pemberian Kombinasi Parasetamol Dosis 500 mg dan Fenilpropanol-amin Hidroklorida Dosis 50 mg secara Oral Sukarelawan Parameter Farmakokinetik X SD A 9,161 8,278 18,941 7,572 24,722 8,785 12,910 7,168 B 4,495 2,384 1,129 1,581 3,327 0,795 2,285 1,416 C 13,656 10,662 20,070 9,153 28,049 9,580 15,195 7,483 α 0,445 0,527 0,976 0,439 1,246 0,529 0,694 0,337 β 0,207 0,244 0,122 0,133 0,182 0,158 0,174 0,046 ka 4,466 4,870 3,044 9,438 1,692 1,682 4,199 2,896 t1/2 α 1,557 1,315 0,710 1,579 0,556 1,310 1,171 0,435 t1/2 β 3,348 2,840 5,680 5,211 3,808 4,386 4,212 1,093 k12 0,044 0,045 0,228 0,072 0,384 0,055 0,138 0,139 k21 0,285 0,307 0,170 0,186 0,308 0,189 0,241 0,066 ke 0,323 0,418 0,700 0,314 0,736 0,443 0,489 0,185 Cmaks 5,159 8,141 8,163 8,000 6,353 5,459 6,879 1,396 t maks 2,000 0,750 0,500 0,750 1,500 1,000 1,083 0,563 AUC 0-24,939 17,229 22,135 26,963 24,075 16,526 21,978 4,250
13 Tabel 9. Parameter Farmakokinetik Fenilpropanolamin Hidroklorida pada Enam Sukarelawan setelah Pemberian Tersendiri Fenilpropanolamin Hidroklorida Dosis 50 mg secara Oral Sukarelawan Parameter Farmakokinetik A 1,233 0,878 0,161 1,217 0,358 0,990 0,806 0,449 B 0,121 0,180 0,121 0,139 0,107 0,158 0,138 0,027 C 1,354 1,058 0,282 1,356 0,465 1,148 0,944 0,460 α 0,660 1,161 0,407 0,615 0,165 0,717 0,621 0,333 β 0,120 0,116 0,092 0,121 0,077 0,087 0,102 0,019 Ka 1,086 1,128 0,935 1,000 1,946 1,009 1,184 0,379 t1/2 α 1,050 0,597 1,703 1,127 4,200 0,967 1,607 1,319 t1/2 β 5,775 5,974 7,533 5,727 9,000 7,966 6,996 1,370 k12 0,141 0,525 0,107 0,131 0,014 0,271 0,198 0,180 k21 0,168 0,294 0,227 0,172 0,097 0,174 0,189 0,066 Ke 0,471 0,458 0,165 0,434 0,131 0,359 0,336 0,151 Cmaks 0,401 0,285 0,228 0,331 0,373 0,302 0,320 0,062 t maks 2,00 1,50 1,50 2,00 1,50 1,50 1,667 0,258 AUC 0-1,808 1,623 1,543 1,813 2,208 2,179 1,862 0,277 X SD Tabel 10. Parameter Farmakokinetik Fenilpropanolamin Hidroklorida pada Enam Sukarelawan setelah Pemberian Kombinasi Fenilpropanolamin Hidroklorida Dosis 50 mg dan Parasetamol Dosis 500 mg secara Oral Sukarelawan Parameter Farmakokinetik A 1,536 0,070 0,070 0,577 0,314 0,662 0,538 0,548 B 0,069 0,092 0,048 0,061 0,070 0,109 0,075 0,022 C 1,605 0,162 0,118 0,638 0,384 0,771 0,613 0,550 α 0,886 0,510 0,250 1,083 0,366 0,743 0,640 0,320 β 0,079 0,093 0,051 0,081 0,043 0,076 0,071 0,019 ka 1,035 1,434 1,053 1,392 0,854 0,885 1,109 0,249 t1/2 α 0,782 1,359 2,772 0,640 1,893 0,933 1,397 0,813 t1/2 β 8,772 7,452 13,588 8,556 16,116 9,118 10,600 3,435 k12 0,236 0,129 0,072 0,491 0,153 0,317 0,233 0,153 k21 0,114 0,330 0,132 0,177 0,102 0,170 0,171 0,083 ke 0,616 0,144 0,097 0,496 0,154 0,332 0,306 0,213 Cmaks 0,232 0,119 0,093 0,158 0,243 0,197 0,174 0,061 t maks 1,500 1,000 1,500 1,500 1,500 2,000 1,500 0,316 AUC 0-1,282 1,020 1,092 0,940 2,085 1,648 1,344 0,442 Keterangan : A adalah perpotongan ordinat dengan fase distribusi, B adalah perpotongan ordinat dengan fase eliminasi dan C adalah perpotongan ordinat dengan fase absorpsi, α adalah tetapan kecepatan distribusi (jam -1 ), β adalah tetapan kecepatan eliminasi (jam -1 ), ka adalah tetapan kecepatan absorpsi (jam -1 ), t 1/2 α = waktu paruh distribusi (jam), t 1/2 β = waktu paruh eliminasi (jam), k 12 = tetapan laju distribusi dari kompartemen sentral ke kompartemen tepi; k 21 = tetapan laju distribusi dari kompartemen tepi ke kompartemen sentral, ke adalah tetapan kecepatan eliminasi (jam -1 ),C maks = kadar puncak (μg/ml), t maks = waktu tercapainya kadar puncak (jam), AUC 0- = luas daerah di bawah kurva dari t =0 sampai t = (μg/ml.jam), X=ratarata, SD = Standar Deviasi X SD
14 Interpretasi Data Untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang bermakna diantara parameter farmakokinetik masingmasing obat yang diberikan secara tersendiri/tunggal dan kombinasi, maka data-data parameter farmakokinetik utama yang terdapat dalam tabel 7-10 diinterpretasikan secara statistik dengan menggunakan uji t-student pasangan sepadan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 11. Hasil Uji t-student Pasangan Sepadan terhadap Pemberian Parasetamol 500 mg (Tunggal) dengan Pemberian Parasetamol 500 mg dan Fenilpropanolamin Hidroklorida 50 mg (Kombinasi) secara Oral Parameter Farmakokinetik t t kritis pada p= 0,05 Keterangan ka 0,877 2,571 TB t 1/2 β 1,056 2,571 TB ke 1,091 2,571 TB AUC total 6,754 2,571 B C maks 10,512 2,571 B t maks 1,861 2,571 TB Tabel 12. Hasil Uji t-student Pasangan Sepadan terhadap Pemberian Fenilpropanolamin Hidroklorida 50 mg (Tunggal) dengan Pemberian Fenilpropanolamin Hidroklorida 50 mg dan Parasetamol 500 mg (Kombinasi) secara Oral Parameter Farmakokinetik t t kritis pada p= 0,05 Keterangan ka t 1/2 β ke AUC total C maks t maks 0,343 2,571 TB 3,614 2,571 B 0,463 2,571 TB 5,238 2,571 B 13,148 2,571 B 1,000 2,571 TB Keterangan : P= aras keberartian, B= Bermakna, TB = Tidak Bermakna Hasil penetapan parameter farmakokinetik dari kedua obat baik tunggal maupun kombinasi menunjukkan nilai tetapan absorpsi (k a ) tidak berbeda secara bermakna, artinya pemberian secara bersamaan (kombinasi) antara parasetamol dan fenilpropanolamin hidroklorida tidak mempengaruhi kecepatan absorpsi masing-masing obat yang diberikan secara tunggal. Hal yang sama ditunjukkan nilai tetapan laju elimiasi dari kompartemen sentral (k e ) dan waktu tercapainya konsentrasi puncak (t maks ) yang tidak berbeda secara bermakna antara pemberian secara tunggal dengan
15 kombinasi baik pada parasetamol maupun fenilpropanolamin hidroklorida. Perbedaan waktu paruh eliminasi dari seluruh tubuh (t ½ β) untuk parasetamol antara pemberian tunggal dan kombinasi, tidak bermakna secara statistik dengan metode uji t-student pasangan sepadan pada aras keberartian (p) 0,05. Akan tetapi untuk nilai t ½ β dari fenilpropanolamin hidroklorida berbeda secara bermakna antara nilai t ½ β fenilpropanolamin hidroklorida yang diberikan secara tunggal (rata-rata 6,99 jam) dan yang diberikan secara kombinasi dengan pemberian parasetamol (rata-rata 10,60 jam). Dengan demikian pemberian secara bersamaan antara parasetamol dosis 500 mg dan fenilpropanolamin hidroklorida dosis 50 mg, mempengaruhi waktu paruh eliminasi fenilpropanolamin hidroklorida yakni menjadi lebih lama, sedangkan pada parasetamol tidak berpengaruh. Nilai AUC 0- (luas daerah di bawah kurva) dan C maks (konsentrasi puncak) dari kedua obat memiliki perbedaan bermakna baik nilai AUC 0- dan C maks untuk parasetamol maupun fenilpropanolamin hidroklorida antara obat yang diberikan secara tunggal dan kombinasi. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat absorpsi untuk parasetamol yang diberikan secara tunggal lebih besar dari pada tingkat absorpsi parasetamol yang diberikan secara kombinasi. Demikian pula tingkat absorpsi fenilpropanolamin hidroklorida yang diberikan secara tunggal lebih besar dari tingkat absorpsi fenilpropanolamin hidroklorida yang diberikan secara kombinasi. Dengan demikian pemberian bersamaan antara parasetamol dan fenilpropanolamin hidroklorida dalam bentuk kombinasi tetap dapat menurunkan tingkat absorpsi dari masing-masing obat. Parameter t ½ β, C maks dan AUC 0- merupakan parameter farmakokinetik yang sangat penting untuk menetapkan profil farmakokinetik suatu obat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profil farmakokinetik fenilpropanolamin hidroklorida yang diberikan secara tunggal berbeda secara bermakna dengan profil farmakokinetik parasetamol yang diberikan secara kombinasi dengan parasetamol. Sementara pengaruh pemberian kombinasi obat ini terhadap parasetamol hanya mempengaruhi nilai C maks dan AUC 0-. Oleh karena itu pemberian secara bersamaan (kombinasi tetap) dari parasetamol dan fenilpropanolamin hidroklorida berpengaruh terhadap nilainilai parameter atau profil farmakokinetik dari masing-masing obat tersebut. Sehingga diperlukan adanya pengkajian lebih lanjut untuk menentukan frekuensi pemakaian dan dosis dari kedua obat tersebut apabila diberikan sebagai kombinasi tetap, sebagaimana terdapat dalam obat flu atau obat batuk yang banyak beredar di Indonesia. KESIMPULAN Pemberian kombinasi parasetamol dosis 500 mg dan fenilpropanolamin hidroklorida dosis 50 mg secara oral pada enam orang sukarelawan mempengaruhi profil farmakokinetik masing-masing obat yang diberikan secara tersendiri/tunggal. Pada profil farmakokinetik parasetamol yang diberikan secara kombinasi dengan fenilpropanolamin HCl menunjukkan nilai kadar puncak (C maks ) dan Luas Area di bawah Kurva (AUC 0- ) lebih kecil dari pada nilai C maks dan AUC 0- dari parasetamol yang diberikan secara tersendiri/ tunggal. Sedangkan pada profil farmakokinetik fenilpropanolamin HCl yang diberikan secara kombinasi dengan parasetamol juga menunjukkan nilai C maks dan AUC 0- yang lebih kecil serta nilai waktu paruh eliminasi dari tubuh (t ½ β, ) yang lebih
16 besar dari pada nilai C maks, AUC 0-, dan t ½ β dari fenilpropanolamin HCl yang diberikan secara tersendiri/tunggal. SARAN Dari hasil penelitian ini perlu untuk melakukan penelitian farmakokinetik lebih lanjut dari kombinasi obat yang mengandung komponen lain yang terdapat dalam obat flu atau kombinasi obat lain yang banyak beredar di masyarakat. Kami juga menyarankan bagi masyarakat umum untuk berhati-hati mengkonsumsi produk obat berupa kombinasi dari berbagai zat aktif karena dikhawatirkan kombinasi semacam itu tidak rasional dipandang dari aspek farmakokinetik. Dengan kata lain sebaiknya masyarakat mengkonsumsi obat dalam bentuk tunggal. DAFTAR PUSTAKA Ameer, B., Greenblatt, D.J., Divoll, M., Abernethy, D.R., Shargel, L., Highperformance Liquid Chromatographic Determination of Acetaminophen in Plasma : Single-dose Pharmacokinetic studies, J. Chromatogr, 226, 1981, Budavari, S. (Ed.), The Merck Index, 11 th ed., Merck and Co. Inc., Rahway NJ., 1989, 40. Cahyati, Y., Validasi Uji Ketersediaan Hayati, Proceedings Seminar Validasi di Industri Farmasi sebagai Pendukung CPOB, ITB, 1992, Ditjen POM, DepKes RI, Farmakope Indonesia, ed.4, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 1995, 649, 669. Dowse, R., Haigh, J.M., and Kanfer, I., Determination of Phenylpropanolamine in Serum and Urine by High-Performance Liquid Chromatography, J. Pharm. Sci.,72, 1983, El-Obeid, A.H., Al-Badr A. Abdullah, Acetaminophen, in Analytical Profile of Drug Substances, Vol. 14, Ed. K. Florey, Academic Press, New York, 1985, Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia, edisi Farmakoterapi, vol. XXXV, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta, 2001, Kanfer, I., Haigh, J.M., Dowse, R., Phenylpropanolamine Hydrochlroride, in Analytical Profile of Drug Substances, Vol. 12, Ed. K. Florey, Academic Press, New York, 1977, Mc Evoy, G.K., K. Litvak and O.H. Welsh, Drug Information, Vol. American Hospital Formulary Service, American Society of Health-System Pharmacist, New York, 1999, ,
17 Niazi., S., Textbook of Biopharmaceutics and Clinical Pharmacokinetics, Appleton- Century-Crofts, New York, 1978, Rusdiana, T., Sjuib, F., dan Asyarie, Profil Farmakokinetik Parasetamol Dalam Plasma Darah Manusia Setelah Pemberian Dosis Tunggal Secara Oral, Farmaka, Vol. 1., No. 2., 2003, Rusdiana, T., Sjuib, F., dan Asyarie, Profil Farmakokinetik Fenilpropanolamin Hidroklorida Dalam Plasma Darah Manusia Setelah Pemberian Dosis Tunggal Secara Oral, Farmaka, Vol. 1., No. 3., 2003, 1-6. Schefler, W.C., Statistika untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran dan Ilmu yang Bertautan, Diterjemahkan: Suroso, Penerbit ITB, Bandung, 1987, Shargel, L and Yu, A., Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 4 th Appleton & Lange, 1999, 433. ed., Sjuib, Fauzi, Pertimbangan Farmakokinetik dari Obat Kombinasi Tetap di Indonesia, Prosiding Forum Temu Ilmiah Farmasetika, Bandung, 2000, Wagner, J. G., Fundamentals of Clinical Pharmacokinetics, first ed., Drug Intelligence Publication, Inc., Illinois, 1979, Wagner, J. G., Biopharmaceutics and Relevant Pharmacokinetics, first ed., Drug Intelligence Publication, Inc., Illinois, 1971,
SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY
9 SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Penetapan secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
12 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian eksperimental sederhana (posttest only control group
Lebih terperinciBAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang
BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom
Lebih terperinciUJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN
Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN YANG MENGANDUNG ERDOSTEIN 1 Fetri Lestari, 2 Hilda Aprilia 1,2 Program Studi Farmasi,
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR FARMAKOKINETIKA. meliputi ruang lingkup ilmu farmakokinetik dan dasar-dasar yang menunjang ilmu
BAB I PENGANTAR FARMAKOKINETIKA DESKRIPSI MATA KULIAH Bab ini menguraikan secara singkat tentang ilmu farmakokinetik dasar yang meliputi ruang lingkup ilmu farmakokinetik dan dasar-dasar yang menunjang
Lebih terperinciBAB III METODE PERCOBAAN
BAB III METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Instrument PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan Jalan Raya Tanjung Morawa Km. 9 pada bulan Februari
Lebih terperinciPenetapan Simultan Kadar Fenilpropanolamin Hidroklorida dan Klorfeniramin Maleat dalam Tablet secara Spektrofotometri
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, April 2008, hal. 29-34 ISSN 1693-1831 Vol. 6, No. 1 Penetapan Simultan Kadar Fenilpropanolamin Hidroklorida dan Klorfeniramin Maleat dalam Tablet secara Spektrofotometri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C
LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C Nama : Ayu Elvana dan Herviani Sari Tanggal : 19 Desember 2012 Jam : 12.00-15.00 WIB Tujuan : 1. Praktikan dapat menentukan kadar vitamin C menggunakan
Lebih terperinciPENETAPAN LAJU EKSKRESI TABLET KIMOXIL 500 MG MELALUI URINE
PENETAPAN LAJU EKSKRESI TABLET KIMOXIL 500 MG MELALUI URINE Dwi wahyuni 1, Elly wahyudin 2, Tadjuddin Naid 2 1 Jurusan Farmasi FIK UIN Alauddin Makassar 2 Fakultas FarmasiUnhas ABSTRAK Telah dilakukan
Lebih terperinciLampiran 1. Sertifikat Pengujian Natrium Diklofenak BPFI
Lampiran 1. Sertifikat Pengujian Natrium Diklofenak BPFI Lampiran.Hasil Orientasi Menentukan Eluen (Fase Gerak) dengan Menggunakan Alat KCKT.1. Kromatogram hasil penyuntikan larutan Natrium Diklofenak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biofarmasi dan di Laboratorium
Lebih terperinciBAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml
23 BAB 3 BAHAN dan METODE 3.1 ALAT Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT 2. Detektor PDA 3. Neraca analitik 4. PH meter 5. Erlenmeyer 250 ml 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml 7. Spatula
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. 3.2 Alat-alat Alat alat yang
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PROFIL FARMAKOKINETIKA
Lebih terperinciProfil Farmakokinetik dan Ketersediaan Hayati Tiga Sediaan Tablet Natrium Diklofenak Salut Enterik
JMS Vol. 2 No. 2, hal. 47-56, Oktober 1997 Profil Farmakokinetik dan Ketersediaan Hayati Tiga Sediaan Tablet Natrium Diklofenak Salut Enterik Yeyet C. Sumirtapura 1), Herwanto Suhalim 2) dan Weda Wibawati
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronis pada homeostasis glukosa yang ditandai dengan beberapa hal yaitu, meningkatnya kadar gula darah, kelainan kerja insulin,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan cairan tubuh manusia yaitu plasma secara in vitro. 3.2 Subyek Penelitian Subyek penelitian
Lebih terperinciPENETAPAN KADAR PARASETAMOL, KAFEIN DAN ASETOSAL DALAM SEDIAAN ORAL SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
BAHAN SEMINAR PENETAPAN KADAR PARASETAMOL, KAFEIN DAN ASETOSAL DALAM SEDIAAN ORAL SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) OLEH RIKA KHAIRYAH PANE NIM 071524056 FAKULTAS FARMASI
Lebih terperinciVALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK
VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK Ika Yuni Astuti *, Wiranti Sri Rahayu, Dian Pratiwi Fakultas Farmasi Universitas
Lebih terperinciValidasi metode merupakan proses yang dilakukan
TEKNIK VALIDASI METODE ANALISIS KADAR KETOPROFEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Erina Oktavia 1 Validasi metode merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Bahan baku dan sianokobalamin diperiksa menurut Farmakope Indonesia IV. Hasil pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pemeriksaan Pemerian Tabel 4.1 Pemeriksaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada
Lebih terperinciRINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC
Hasnah Lidiawati. 062112706. 2015. Optimasi Fase Gerak pada penetapan kadar campuran dextromethorphane HBr dan diphenhydramine HCl dalam sirup dengan metode HPLC. Dibimbing Oleh Drs. Husain Nashrianto,
Lebih terperinciCara uji kimia-bagian 11: Penentuan residu tetrasiklin dan derivatnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan
Standar Nasional Indonesia Cara uji kimia-bagian 11: Penentuan residu tetrasiklin dan derivatnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan ICS 67.050 Badan Standardisasi Nasional
Lebih terperinciBAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.
BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penetapan kadar ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C
LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C HARI/ TANGGAL PRAKTKUM : KAMIS/ 20 DESEMBER 2012 JAM : 08.00 11.00 WIB Nama Praktikan : KAROLINA BR SURBAKTI (NIM: 20127008018) LUCIA AKTALINA
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. B. BAHAN Levofloksasin
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl. Alat KCKT. Syringe 50 µl. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl Alat KCKT Syringe 50 µl Lampiran 2. Gambar Perangkat Penelitian Lainnya Ultrasonic cleaner Pompa vakum dan seperangkat penyaring fase gerak Lampiran 2. (Lanjutan)
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU
BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang hampir seluruh orang pernah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat batuk dan pilek sangat banyak beredar di pasaran dengan berbagai macam kombinasi dan merk dagang (ISFI, 2011). Kombinasi parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin
Lebih terperinciPENENTUAN PROFIL FARMAKOKINETIKA DEKSAMETASON PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus)
PENENTUAN PROFIL FARMAKOKINETIKA DEKSAMETASON PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus) SKRIPSI OLEH: MIRNAWATY NIM 091524071 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apabila kita lihat pengertian aslinya, sebenarnya apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti penyimpanan. Dalam bahasa Belanda, apotek disebut
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Pangan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Badan POM RI,
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PROFIL FARMAKOKINETIKA
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual
Lebih terperinciAPLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH
APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH Disusun: Apriana Rohman S 07023232 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2011 A. LATAR BELAKANG Farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam Ditimbang 10,90 mg fenobarbital dan 10,90 mg diazepam, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam
Lebih terperinciAPRIALIA RIESIANE HARIYANTO
OPTIMASI METODE PENENTUAN KADAR PARASETAMOL, KLORFENIRAMINMALEAT, DAN FENILPROPANOLAMIN HCL DALAM SEDIAAN SIRUP DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS-DENSITOMETRI APRIALIA RIESIANE HARIYANTO 2443007104 FAKULTAS
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2 Suci Baitul Sodiqomah Feby Fitria Noor Diyana Puspa Rini
Lebih terperinciPENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 30 Juni 2016 Nama Mahasiswa : 1. Irma Yanti 2. Rahmiwita 3. Yuliandriani Wannur Azah
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)
LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) Nama : Rebecca Rumesty Lamtiar (127008016) Yulia Fitri Ghazali (127008007) Paska Rahmawati Situmorang (127008011)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Sedangkan ibuprofen berkhasiat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupun sintetis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif (pencegahan), diagnosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, terutama rhinovirus dan coronavirus, disertai terjadinya infeksi akut pada mukosa sistem pernapasan atas. Flu pada
Lebih terperinciPHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*
PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DALAM TETES MATA PADA SEDIAAN GENERIK DAN MERK DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami* Fakultas Farmasi Universitas
Lebih terperinciPENGARUH VITAMIN C PADA PROFIL FARMAKOKINETIKA NATRIUM DIKLOFENAK TERHADAP HEWAN UJI KELINCI
PENGARUH VITAMIN C PADA PROFIL FARMAKOKINETIKA NATRIUM DIKLOFENAK TERHADAP HEWAN UJI KELINCI SKRIPSI OLEH: RIVA IERSA NIM 081524045 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen
Lebih terperinciANALISIS KANDUNGAN AKRILAMIDA DALAM UBI GORENG YANG DIJUAL DI KOTA MANADO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
ANALISIS KANDUNGAN AKRILAMIDA DALAM UBI GORENG YANG DIJUAL DI KOTA MANADO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) Clara A. Sengke, Gayatri Citraningtyas, Frenly Wehantouw Program Studi Farmasi
Lebih terperinciBAHAN DAN CARA KERJA Serbuk teofilina anhidrida,
BAB I I BAHAN DAN CARA KERJA 1. BAHAN DAN ALAT. 1.1. Bahan. 1.1.1. Serbuk teofilina anhidrida, Sebagai baku digunakan serbuk teofilina anhidrida murni yang didapat dari P.T. Pharos Indonesia (dari Byk
Lebih terperinciPENGARUH ph PADA PENETAPAN KADAR NATRIUM BENZOAT DALAM SIRUP MELALUI ISOLASI DENGAN PELARUT ETER SECARA KCKT
PENGARUH ph PADA PENETAPAN KADAR NATRIUM BENZOAT DALAM SIRUP MELALUI ISOLASI DENGAN PELARUT ETER SECARA KCKT THE EFFECT OF ph ON DETERMINATION OF SODIUMBENZOAT IN SYRUP TROUGH ETHER ISOLATION BY USING
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simvastatin merupakan obat antihiperlidemia yang bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk kolesterol dengan bantuan katalis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling sering terjadi dan merupakan penyebab utama stroke, faktor resiko utama arteri koroner, serta kontributor
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SENYAWA 9 METOKSIKANTIN 6 ONE SEBAGAI MARKER EKSTRAK AIR AKAR PASAK BUMI TERSTANDAR PADA PENELITIAN FARMAKOKINETIK HERBAL
PENGEMBANGAN SENYAWA 9 METOKSIKANTIN 6 ONE SEBAGAI MARKER EKSTRAK AIR AKAR PASAK BUMI TERSTANDAR PADA PENELITIAN FARMAKOKINETIK HERBAL Farida Hayati *, Lukman Hakim **, Ngatidjan ***, Mustofa *** Pengembangan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di bidang farmasi begitu pesat, termasuk pengembangan berbagai
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C
LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C Nama : Juwita (127008003) Rika Nailuvar Sinaga (127008004) Hari / Tanggal Praktikum : Kamis / 19 Desember 2012 Waktu Praktikum : 12.00 15.00 WIB Tujuan
Lebih terperinciPHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO
ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO Muhammad Irfan Firdaus*, Pri Iswati Utami * Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PENGARUH ph MEDIUM TERHADAP
Lebih terperinciVALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Wiranti Sri Rahayu, Asmiyenti Djaliasrin Djalil, Fauziah Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciC ADALAH KADAR NITROGENGLISERIN DALAM mg/ml LARUTAN BAKU. Rs DAN Ru BERTURUT-TURUT ADALAH RESPONS PUNCAK LARUTAN UJI DAN LARUTAN BAKU.
asetosal Fase Gerak: Larutkan 2 g Natrium 1-heptanasulfonat P dalam campuran 850ml air dan 150ml asetonitrit P, tambah asam asetat glasial P hingga ph 3,4 Larutan pengencer buat campuran asetonitril P
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi di mana dalam pengobatannya membutuhkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. analgetik dan antipiretik disamping jenis obat lainnya. Jenis obat tersebut banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan, melunakkan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau pada hewan. Jenis-jenis obat yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi
2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan
Lebih terperinciVALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR METFORMIN HCl DALAM TABLET FLOATING SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR METFORMIN HCl DALAM TABLET FLOATING SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) SKRIPSI AGNES PUTRI WIRADININGRUM 1308010152 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II PERCOBAAN II
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II PERCOBAAN II UJI PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SUATU OBAT SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA URIN DAN DARAH Disusun oleh : Kelas
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis
LAMPIRAN Lampiran 1. Flowsheet pembuatan larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis Natrium dihidrogen fosfat ditimbang 0,8 g Dinatrium hidrogen fosfat ditimbang 0,9 g dilarutkan dengan 100 ml aquadest bebas
Lebih terperinciGambar 1. Alat kromatografi gas
68 A B Gambar 1. Alat kromatografi gas Keterangan: A. Unit utama B. Sistem kontrol 69 Gambar 2. Kromatogram larutan standar DHA 1552,5 µg/g Kondisi: Kolom kapiler VB-wax (60 m x 0,32 mm x 0,25 µm), fase
Lebih terperinciKata kunci: fasa gerak, asam benzoat, kafein, kopi kemasan, KCKT. Key word: mobile phase, benzoic acid, caffeine, instant coffee package, HPLC
PENGARUH KOMPOSISI FASA GERAK PADA PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT DAN KAFEIN DALAM KOPI KEMASAN MENGGUNAKAN METODE KCKT (KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI) Auliya Puspitaningtyas, Surjani Wonorahardjo, Neena
Lebih terperinciPROFIL FARMAKOKINETIKA ASPIRIN PADA PLASMA TIKUS PUTIH JANTAN. Vidia Prajna Lakhsita, Islamudin Ahmad, Rolan Rusli
PROFIL FARMAKOKINETIKA ASPIRIN PADA PLASMA TIKUS PUTIH JANTAN Vidia Prajna Lakhsita, Islamudin Ahmad, Rolan Rusli 1 Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian Farmaka Tropis, Fakultas Farmasi,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium
Lebih terperinciPharmacokinetika for Oral Absorption. Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt
Pharmacokinetika for Oral Absorption Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt Introduction Pemberian obat secara ekstravaskular lebih rumit dibandingkan pemberian obat secara intravaskular. Terutama dalam pengaturan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan melakukan percobaan disolusi tablet floating metformin HCl dan tablet
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibuprofen 2.1.1 Sifat Fisikokimia Menurut Ditjen POM (1995), sifat fisikokimia dari Ibuprofen adalah sebagai berikut : Rumus Struktur : Gambar 1. Struktur Ibuprofen Nama Kimia
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.
III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang mengarah pada pengembangan metode dengan tujuan mengembangkan spektrofotometri ultraviolet secara adisi standar
Lebih terperinciEmisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer
Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi
Lebih terperinciFARMAKOKINETIKA FA
FARMAKOKINETIKA FA 532520 BGPP - SAP disusun oleh Dr.rer.nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Si., Apt. Dewa Ayu Swastini, S.Farm., Apt. Rasmaya Niruri, S.Si., Apt. JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
Lebih terperinciPENETAPAN KADAR BENSORSAK DALAM OKKY JELLY DRINK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) KARYA ILMIAH NOVA LESTARI HARAHAP
PENETAPAN KADAR BENSORSAK DALAM OKKY JELLY DRINK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) KARYA ILMIAH NOVA LESTARI HARAHAP 132401125 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciLaporan Praktikum Analisa Tablet Vitamin C dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatograph)
Laporan Praktikum Analisa Tablet Vitamin C dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatograph) Hari / Tanggal Praktikum : Rabu / 19 Desember 2012 Nama Praktikan : Rica Vera Br. Tarigan dan Jekson Martiar
Lebih terperinciPENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI HENDRIANTO 2443012018 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciTUGAS FARMAKOKINETIKA
TUGAS FARMAKOKINETIKA Model Kompartemen, Orde Reaksi & Parameter Farmakokinetik OLEH : NURIA ACIS (F1F1 1O O26) EKY PUTRI PRAMESHWARI (F1F1 10 046) YUNITA DWI PRATIWI (F1F1 10 090) SITI NURNITA SALEH (F1F1
Lebih terperincirelatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan
BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang industri farmasi memacu setiap industri farmasi untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam sediaan obat. Dengan didukung
Lebih terperinciPHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN
ANALISIS SIKLAMAT PADA AGAR-AGAR YANG BEREDAR DI PASAR WAGE PURWOKERTO DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Rizki Widyaningsih*, Pri Iswati Utami* Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Lebih terperinciPenentuan Parameter Farmakokinetika Salisilat dengan Data Urin
Penentuan Parameter Farmakokinetika Salisilat dengan Data Urin Tujuan Umum Menentukan parameter farmakokinetikasuatu obat dengan menggunakan data Turin Tujuan Khusus - Mahasiswa mampu menerapkan cara mendapatkan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan melakukan observasi pada jajanan yang dicurigai mengandung Rhodamin B dan dilanjutkan dengan
Lebih terperinci