BAB 1 KOMPONEN SEMIKONDUKTOR DAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 KOMPONEN SEMIKONDUKTOR DAYA"

Transkripsi

1 BAB 1 KOMPONEN SEMIKONDUKTOR DAYA 1-1 Pendahuluan Aplikasi komponen semikonduktor daya dalam bidang sistem tenaga elektrik sudah berkembang cukup cepat dan lebih canggih. Pada sistem tenaga elektrik, terdapat aplikasi komponen semikonduktor yang umumnya dipakai dalam rangkaian pengaturan kecepatan motor-motor elektrik. Komponen-komponen semikonduktor yang dipakai pada sistem tenaga elektrik ini pada prinsipnya harus mampu menghasilkan daya yang besar atau mampu menahan disipasi daya yang besar. Elaktronika daya meliputi pensaklaran (switching), pengontrolan dan pengubah (konversi) blok-blok yang besar dari daya elektrik dengan menggunakan sarana peralatan semi konduktor. Dengan demikian elektronika daya secara garis besar terbagi menjadi 2 bagian seperti yang ditunjukkan pada gambar 1-1 : 1. Rangkaian daya. 2. Rangkaian kontrol. Gambar 1.1 Kedua rangkaian tersebut banyak menggunakan peralatan-peralatan semikonduktor. Rangkaian daya terdiri atas : Diode, thyristor dan transistor daya; sedangkan

2 rangkaian kontrol terdiri atas : Dioda, Transistor dan rangkaian terpadu (Integrated Circuit - IC). Dengan menggunakan peralatan-peralatan yang serupa keandalan dan kompatibilitas dari perlengkapan (sistem) akan dapat lebih baik. Elektronika daya merupakan bagian yang penting dalam industri-industri dan dengan mudah dapat dilihat aplikasinya pada tempat-tempat yang cukup penting dari teknologi modern, seperti pada produk-produk daya tinggi yang mancakup pengendalian suhu, pengontrolan pencahayaan, pengendalian kecepatan motor, dan sistem-sitem tegangan tinggi dc (HVDC). Tabel 1-1 memperlihatkan beberapa aplikasi dari elektronika daya. Sejak pertama kali Silicon Controlled Rectifier (SCR) diperkenalkan dan dikembangkan akhir 1957, banyak keuntungan-keuntungan dalam aplikasinya. Sampai dengan tahun 1970-an thyristor konvensional pemakaiannya hanya terbatas pada aplikasi-aplikasi dalam industri saja, kemudian dalam pengembangannya tersedia thyristor yang diaplikasikan dalam bidang komersial Secara garis besar komponen semikonduktor daya dibagi menjadi 5 tipe : Power Diode 1. Thyristor 2. Power Bipolar Junction Transistor (BJT) 3. Power MOSFET 4. Insulateg-gate Bipolar Transistor (IGBT) dan Static-Induction Transistor (SIT). Thyristor dapat dibagi lagi menjadi 8 tipe : a) Force-commutated thyristor b) Line-commutated thyristor c) Gate-turn-off thyristor (GTO) d) Reverse-conducting thyristor (RCT) e) Static-conducting thyristor (SITH) f) Gate-assited turn-off thyristor (GATT) g) Light-activated silicon-controlled rectifier (LASCR) h) MOS-controlled thyristor (MCT)

3 Tabel 1-1 Beberapa Aplikasi Elektronika Daya Advertising Magnets Air conditioning Mass transits Aircraft power supplies Mercury-arc lamp ballasts Alarms Mining Appliances Model trains Audio amplifiers Motor controls Battery charger Motor drives Blenders Movie projectors Blowers Nuclear reactor control rod Boilers Oil well drilling Burglar alarms Oven controls Cement kiln Paper milis Chemical processing Particle accelerators Clothes dryers People movers Computers Phonographs Conveyers Photocopies Cranes and hoists Photographic supplies Dimmers Power supplies Displays Printing press Electric blankets Pumps and compressors Electric door openers Radar/sonar power supplies Electric dryers Range surface unit Electric fans Refrigerators Electric vehicles Regulators Electromagnets RF amplifiers Electromechanical Security systems electroplating Electronic ignition Servo systems

4 Electrostatic precipitators Elevators Fans Flashers Food mixers Food warmer trays Forklift trucks Furnaces Games Sewing machines Solar power supplies Solid-stale contactors Solid-state relays Space power supplies Static circuit breakers Static relays Steel mills Synchronous machine starting Rating daya dari komponen semikonduktor daya yang tersedia secara komersial ditunjukkan pada tabel 1-2. Tabel 1-2 Rating Upper On-state Voltage/current frequency Switching resistance Type rating (Hz) lime (MS) (ft) Diodes General purpose 5000 V/5000 A Ik m High speed 3000 V/1000 A 10k 2-5 1m Schottky 40 V/60 A 20k m Forced-turnedoff Reverse blocking 5000 V/5000 A Ik m thyristors High speed 1200 V/1500 A 10k m Reverse blocking 2500 V/400 A 5k m Reverse conducting 2500 V/1000 A 5k m GATT 1200 V/400 A 20k m Light triggered 6000 V/1500 A m TRIACs 1200 V/300 A m Self-turned-off GTO 4500 V/3000 A 10k m thyristors SITH 4000 V/2200 A 20k m

5 Power Single 400 V/250 A 20k 9 4m transistors 400 V/40 A 20k 6 31m 630 V/50 A 25k m Darlington 1200 V/400 A 10k 30 10m Sirs 1200 V/300 A 100k Power Single 500 V/8.6 A 100k MOSFETS 1000 V/4.7 A 100k V/50 A 100k m IGBTs Single 1200 V/400 A 20k m MCTs Single 600 V/60 A 20k m Gambar 1-1 memperlihatkan aplikasi dan daerah frekuensi dari komponen semikonduktor daya. Gambar 1-1 Aplikasi komponen semikonduktor daya

6 1-2 Diode Daya (Power Diode) Diode adalah merupakan sebuah saklar elektronik yang tidak terkontrol, dimana kondisi nyala dan padam-nya sangat tergantung pada arus dan tegangan dari rangkaian dimana diode tersebut dihubungkan. Diode sebenarnya tidak lebih dari sambungan-pn (pn-junction) yang melewatkan arus satu arah dan menahan (bloking) arus arah balik. Oleh karenanya diode banyak digunakan sebagai penyearah, yaitu mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) Dalam kebanyakan aplikasi diode daya dapat diasumsikan sebagai saklar ideal tetapi dalam prkateknya diode berbeda dengan karakteristik ideal dan memiliki batasan yang cukup berarti. Diaode daya mirip dengan diode sinyalpn-junction. Diode daya memilki daya yang besar, kemampuan menangani tegangan dan arus yang lebih besar dibanding diode sinyal, respons frekuensi (kecepatan switching) lebih rendah dibandingkan diode sinyal Karakteristik Diode Diode daya adalah komponen sambungan-pn (pn-junction) dua terminal dan sebuah pn-junction yang terbentuk dari penumbuhan, difusi, dan epiktasial. Gambar 1-2 menunjukkan pandangan sebagian dari sebuah pn-junctiondan simbol diode. Gambar 1-2 Sambungan-pn dan simbol diode Ketika potensial anode (A) lebih positif dari katode (K). diode terbias maju sehingga diode konduksi. Diode yang konduksi mempunyai drop tegangan maju yang relatif kecil, dan besarnya tergantung pada proses manufakturnya dan temperatur junction. Kemudian pada saat potensial katode lebih positif terhadap anode, diode terbias mundur dan padam.

7 Dalam kondisi tersebut, arus mundur yang kecil (disebut arus bocor) dalam daerah mikro atau miliampere mengalir dan arus bocor ini akan berubah secara perlahan sesuai dengan peningkatan tegangan hingga tegangan zener atau avalanche tercapai. Gambar l-3a menunjukkan karakteristik v-i diode. Untuk keperluan praktis, diode dianggap sebagai sebuah saklar ideal, yang karakteristiknya ditunjukkan pada gambar l-3b. Dalam karakteristik v-i tersebut dapat dinyatakan dengan sebuah persamaan yang dikenal sebagai persamaan diode Schokley, diberikan oleh : (1-1) dimana : I D = arus yang melalui diode, A V D = tegangan diode dengan anode lebih positif terhadap katode, V I s = arus bocor (saturasi balik), umumnya 10-6 hingga n = konstanta empiris yang dikenal sebagai faktor idealitas atau koefisien emisi yang nilainya antara 1 hingga 2. Koefisien emisi n tergantung pada material dan kondisi fisik diode. Untuk diode germanium, n bernilai 1, dan untuk diode silikon nilai prediksi n adalah 2. Tetapi untuk kebanyakan diode silikon dalam prakteknya nilai n berada dalam daerah 1,1 hingga 1.8. V T dalari persamaan (1-1) disebut konstanta tegangan termal dan diberikan oleh persamaan: (1-2)

8 dimana : q = muatan elektron, 1,6022 x coulomb (C) T = temperatur absolut dalam Kelvin (K = C) k = konstanta Boltzmann : 1,2806 x J/K pada temperatur junction 25 C memberikan : Pada temperatur khusus, arus bocor I s konstan untuk diode tertentu. Karakteristik diode pada gambar l-3a dapat dibagi menjadi tiga wilayah: Wilayah bias maju, dengan V D > 0 Wilayah bias mundur, dengan V D < 0 Wilayah breakdown, dengan V D < -V ZK. Wilayah bias maju. Pada wilayah bias maju, V D > 0. Arus diode I D sangat kecil bila tegangan diode V D kurang dari nilai spesifik V TD (umumnya 0,7 V). Diode akan konduksi penuh bila V D lebih besar dari nilai V TD tersebut, yang direferensikan pada tegangan batas (threhold voltage) atau tegangan cut-in atau tegangan turn-on. Sehingga tegangan batas adalah tegangan ketika diode konduksi penuh. Sebagai contoh misalkan tegangan diode kecil V D = 0,1 V, n = 1, dan V T = 25,8 mv. Maka dengan menggunakan persamaan (1-1) dapat diperoleh arus diode I D sebagai berikut dengan kesalahan 2,1%. Sehingga untuk V D > 0,1 V, yang merupakan kasus umumnya, I D >> I S, dan persamaan (1-1) dapat didekati dalam kesalahan 2,1% dengan (1-3) (1-4)

9 Wilayah bias mundur. Dalam wilayah bias mundur, Vd < 0. Bila VD negatif dan \V D \» V T, dengan kejadian V D < -0,1, maka bagian eksponensial pada persamaan (1-1) diabaikan dan arus diode I D menjadi yang menunjukkan bahwa arus diode ID arahnya membalik dan konstan yang nilainya sama dengan I s. Wilayah breakdown. Dalam wilayah breakdown, tegangan baliknya tinggi, biasanya lebih besar dari 1000 V. Besarnya tegangan balik pada suatu nilai tertentu disebut dengan tegangan breakdown (breakdown voltage), V BR. Kenaikan arus balik yang secara cepat dengan perubahan kecil pada pada tegangan balik, V BR. Operasi pada wilayah breakdown tidak akan merisak selama disipasi daya masih dalam tingkat aman yang ditentukan oleh lembar data pabrik. Meskipun demikian perlu untuk membatasi arus balik diwilayah breakdown agar membatasi disipasi daya dalam nilai yang diizinkan. Contoh 1-1 Tegangan jatuh maju sebuah diode daya adalah V D = 1,2 V pada I D = 300 A. Dengan asumsi n = 2 dan V T = 25,8 mv, carilah arus saturasi I s. Solusi : Dengan menggunakan persamaan (1-1). Dapat diperoleh arus bocor (atau saturasi) I s dari yang memberikan I s = 2,38371 x 10-8 A Karakteristik Pemulihan Balik (Reverse Recovery). Arus pada junction diode bias maju tergantung pada pengaruh pembawa mayoritas dan minoritas. Pada saat diode kodisi konduksi maju dan arus majunya diturunkan hingga menjadi nol (karena perilaku alamiah rangkaian diode atau dengan menerapkan tegangan balik), diode terus konduksi karena pembawa minoritas yang

10 tersisa tersimpan dalam pn junction dan material semikonduktornya. Pembawa minoritas memerlukan waktu yang cukup untuk menyusun ulang untuk pengisian balik dan untuk dinetralkan. Waktu ini disebut reverse recovery time (waktu pemulihan balik) diode. Gambar 1-4 menunjukkan dua karakteristik pemulihan balik dari diode junction. Tipe pemulihan lunak (soft recovery) yang paling umum. Waktu pemulihan balik dinotasikan dengan t rr yang diukur dari awal pemotongan titik nol (initial zero crossing) arus diode hingga 25% arus balik puncak, I RR. t a terdiri dari dua komponen t a dan t b, t a karena pengisian komponen penyimpan di wilayah depleksi dari junction dari mereprensentasikan waktu antara zero crossing dengan arus balik puncak, I RR, sedangkan t b karena pengisian komponen penyimpan dalam bagian terbesar material semikonduktor. Perbandingan t a /tb dikenal dengan faktor kelunakan (softnes factor), SF. Waktu pemulihan total dan nilai puncak arus balik puncak I RR T RR = T A + T B (1-5) (1-6) Reverse recovery time t rr, dapat didefmisikan sebagai interval waktu antara arus yang melewati titik nol selama pengalihan dari konduksi maju ke kondisi bloking balik dan momen arus mundur kehilangan 25% nilai puncak balik i RR. t RR tergantung pada temperatur junction, tingkat jatuhnya arus maju, dan arus maju sebelum komutasi.

11 Reverse recovery charge Q RR, adalah pembawa pengisian yang mengalir melalui diode dengan arah berlawanan karena pengambil alihan dari konduksi maju ke konduksi bloking balik. Nilainya ditentukan dari wilayah yang dicakup oleh arah dari arus pemulihan balik. Pengisian penyimpan, yang wilayahnya dicakup oleh arah arus pemulihan, didekati dengan (1-7) Atau (1-8) Dengan menyelesaikan persamaan (1-6) dengan persamaan (1-8) menghasilkan (1-9) Jika t b bisa diabaikan dibandingkan t a, yang sering terjadi dalam banyak kasus t rr t a dan persamaan (1-9) menjadi (1-10) dan (1-11) Dari persamaan (1-10) dan (1-11) dapat dinyatakan bahwa waktu pemulihan balik t rr dan arus pemulihan balik puncak I RR tergantung dari pengisian penyimpan Q RR dan di/dt balik. Pengisian penyimpan tidak tergantung pada arus diode maju I f. Arus puncak pemulihan balik I RR, pengisisn balik Q RR, dan faktor kelunakan penting

12 diperhatikan bagi para perancang rangkaian, dan data ini terdapat pada lembar data diode. Jika sebuah diode dalam kondisi bias balik, arus bocor mengalir karena pembawa minoritas. Kemudian dengan memberikan tegangan maju akan memaksak diode membawa arus kearah maju. Namun demikian, haltersebut memerlukan waktu tertentu, yang dikenal dengan waktu pemulihan maju (forward recovery or turn-on time) sebeleum semua pembawa mayoritas melalui semua junction dapat mengkontribusikan pada aliran arus. Jika tingkat kenaikan arus tinggi dan arus maju dikonsentrasikan pada bagian junction yang kecil saja, diode mungkin gagal konduksi. Sehingga waktu pemulihan maju membatasi tingkat kenaikan arus maju dan kecepatan switching. Contoh 1-2 Waktu pemulihan balik sebuah diode t rr = 3 detik dan tingkat jatuhnya arus diode di/dt = 30 A/(adetik. Tentukan (a) pengisian penyimpan Q RR, dan (b) arus balik puncak I RR. SOLUSI : T RR = 3 di/dt = 30 A/µdetik (a) Dari persamaan (1-10) (b) Dari persamaan (1-11) Tipe Power Diode

13 Secara ideal sebuah diode seharus tidak mempunyai waktu pemulihan balik. Olehkarenanya pembuatan diode semacam itu sangat mahal. Pada kebanyakan aplikasi, pengaruh dari waktu pemulihan balik tidak terlau penting, sehingga diode murang dapat digunakan. Tergantung pada karakteristik pemulihan dan teknik pembuatan, diode daya dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori. 1. Diode standar atau diode umum (general purpose) 2. Diode pemulihan-cepat (Fast-recovery diode) 3. Diode Schottky Diode standar Diode penyearah standar mempunyai waktu pemulihan balik yang relatif tinggi, biasanya sekitar 25 µdetik, dan digunakan pada aplikasi kecepatan rendah, yang waktu pemulihannya tidak kritis. Diode ini mencakup tingkatan arus kurang dari 1 A hingga beberapa ribu ampere, dengan tingkat tegangan antara 50 V hingga sekitar 5 kv. Diode ini secara umum dibuat secara difusi. Akan tetapi pemakaian pada penyearah yang digunakan untuk suplai pengelasan paling efektif pembiayaannya, kasar, dan mempunyai tingkat kemampuan hingga 300 A dan 1000 V. Diode pemulihan cepat Diode pemulihan cepat mempunyai waktu pemulihan paling rendah umumnya kurang dari 5 µdetik. Digunakan untuk rangkaian konverter dc-dc dan dc-ac, yang memerlukan kecepatan pemulihan yang tinggi. Diode ini mencakup tingkat arus mulai kurang dari 1 A hingga ratusan ampere, dengan tingkat tegangan mulai 50 V hingga 3 kv. Untuk tingkat tegangan diatas 400 V, diode ini dibuat melalui difusi dan waktu pemulihan diatur oleh difusi platina atau emas. Untuk tingkat tegangan dibawah 400 V, diode epitaksi lebih cepat dibanding diode difusi. Diode pemulihan cepat mempunyai lebar basis yang lipis, yang menghasilkan wcaktu pemulihan ulang kurang dari 50 ndetik.

14 Diode Schottky Masalah penyimpanan muatan pada pn-juntion dapat dihilangkan (atau diminimalkan) dalam diode Schottky. Diode Schottky mempunyai drop tegangan relatif rendah dan arus bocornya lebih tinggi dari pada diode biasa serta tegangan konduksi yang relatif rendah. Akan tetapi tegangan yang diijinkan secara umum terbatas hingga 100 V dan kapasitas arusnya antara 1 A hingga 300 A. Oleh karenanya diode Schottky ideal digunakan pada chopper-dc suplai tegangan rendah dan arus rendah sehingga dapat menaikkan efisiensi Pengaruh Waktu Pemulihan Maju dan Balik Pentingnya parameter ini dapat dijelaskan pada gambar l-5a. Jika saklar SW dinyalakan pada t = 0 dan dibiarkan cukup lama, arus tunak I 0 = V s /R akan mengalir melalui beban dan diode freewheeling D m akan terbias balik. Jika saklar SW dipadamkan pada t = t 1, diode D m akan konduksi dan arus beban akan mengalir melalui D m. Kemudian saklar dinyalakan kembali pada t = t 2, diode D m akan menghubungkan singkat rangkaian. Tingkat kenaikan arus maju saklar (diode D j ) dan tingkat jatuhnya arus maju diode D m akan sangat tinggi, menuju tak terhingga. Menurut persamaan (1-11), arus balik puncak diode D m dapat menjadi sangat tinggi, sehingga diode Di dan D m mungkin akan rusak. Gambar l-4b menunjukkan variasi bentuk gelombang untuk arus diode. Masalah tesebut dapat diatasi dengan memasangkan sebuah induktor pembatas di/dt, L s seperti pada gambar l-6a. Diode membutuhkan waktu nyala tertentu sebelum keseluruhan wilayah junction menjadi konduktif dan di/dt harus dijaga rendah untuk mendapatkan batas waktu nyala. Waktu itu biasanya disebut waktu pemulihan maju (forward recovery time t rf ).

15 Gambar 1-5 Rangkaian Chopper tanpa induktor pembatas di/dt Laju kenaikan arus melalui diode D 1, yang harus sama dengan laju jatuhnya arus melalui diode D m, adalah (1-12) Bila t rr adalah waktu pemulihan balik D m, arus balik puncak D m adalah (1-13)

16 Dan arus puncak yang melalui induktor L s adalah (1-14) Gambar 1-6 Rangkaian chopper d.engan induktor pembatas di/dt Ketika arus induktor menjadi I p, diode D m padam secara tiba-tiba (asumsikan pemulihan mendadak) dan memutuskan jalur aliran arus. Karena induktansi beban cukup tinggi, maka arus beban tidak dapat berubah dengan tiba-tiba dari I 0 manjadi

17 I p. Kelebihan energi yang tersimpan dalam L s dapat menginduksikan tegangan balik yang tinggi pada D m, hal ini dapat merusakkan diode D m. Kelebihan energi yang tersimpan menghasilkan waktu pemulihan balik yang diperoleh dari Bentuk gelombang untuk bermacam-macam arus ditunjukkan pada gambar l-6b. Kelebihan energi ini dapat ditransfer dari induktor L s ke kapasitor C s yang terhubung paralel dengan D m. Nilai C s dapat ditentukan dan Atau 1-17 dimana V c adalah tegangan balik diode yang diijinkan. Resistor R s, yang ditunjukkan pada gambar 1-6a daiam garis putus-putus, terhubung seri dengan kapasitor untuk meredam osilasi yang terjadi. Persamaan (1-17) adalah pendekatan dan tidak masuk dalam perhitungan pengaruh L s dan R s selama transien pada saat transfer energi. 1-3 Thyristor Thyrislor adalah salah satu tipe komponen semikondukstor daya yang paling penting dan telah digunakan secara intensif pada rangkaian elektronika daya. Thyristor biasanya digunakan sebagai saklar /bislabit, yang operasinya antara keadaan non konduksi dan konauksi. Pada banyak aplikasi, thyristor dapat diasumsikan sebagai saklar ideal akan tetapi dalam prakteknya thyristor memilki batasan dan karakteristik tertentu Karakteristik Thyristor

18 Thyristor merupakan komponen empat lapis berstruktur pnpn dengan tiga pnjunction. Komponen ini mempunyai tiga terminal: Anode; Katode dan Gate. Gambar 1-7 memperlihatkan simbol thyristor dan bagan dari tiga pn-junction. Thyristor dibuat melalui difusi. Pada saat tegangan terminal anode dibuat lebih positif terhadap tegangan katode, junction J 1 dan J 3 berada pada kondisi forward bias, dan junction J 2 berada pada konaisi reverse bias, sehingga akan mengalir arus bocor yang kecil antara anode dan katode. Pada kondisi ini thyristor dikatakan pada kondisi forward blocking atau kondisi off-stale dan alus bocor ini aikenal sebagai arus off-state ID. Jika tegangan antara anode dan katode V AK dinaikkan hingga pada nilia tertentu, junction J 2 akan bocor. Hal ini disebut avalanche breakdown dan tegangan VAK tersebut dikenal sebagai forward breakdown voltage, V BO. Karena J 1 dan J 3 sudah berada pada kondisi forward bias, maka akan terdapat lintasan pembawa inuatan bebas melewati ketiga junction, yang akan menghasilkan arus anode yang besar. Thyristor pada kondisi ini disebut dalam keadaan konduksi atau keadaan nyala. Tegangan jatuh yang terjadi akibat resistansi antara empat lapis dan biasanya cukup kecil sekitar 1 V. Pada saat konduksi arus anode dibatasi oleh resistansi atau impedansi luar, RL seperti terlihat pada gambar l-8a. Arus anode harus lebih besar dari suatu nilai yang disebut latching current I L agar diperoleh cukup banyak aliran pembawa muatan bebas yang melewati junction-junction, jika tidak demikian maka akan kembali ke kondisi blocking ketika tegangan anode ke katode berkurang. Latching current II adalah arus anode minimum yang diperlukan agar dapat membuat thyristor tetap pada kondisi nyala walaupun sinyal gale sudah dihilangkan. Gambar 1-8b menunjukkan karakteristik v-i suatu thyristor pada umumnya. Cambar 1-7 Simbol thyristor dan tiga/w-junction

19 Ketika berada pada kondisi nyala, thyristor akan bertindak seperti diode yang tidak dapat dikendalikan. Akan tetapi, jika arus maju anode berada dibawah suatu tingkatan yang disebut dengan holding current I H, maka thyristor akan berada pada kondisi blocking. Holding current berada pada orde miliampere dan lebih kecil dari lacthing current I L (I H > I L ). Holding current I H adalah arus anode minimum untuk mempertahankan thyristor pada kondisi nyala. Ketika tegangan katode lebih positif dari anode, junction J 2 forward bias, akan tetapi junction J 1 dan J 3 akan reverse bias. Maka thyristor akan berada pada kondisi reverse blocking dan arus bocor reverse yang disebut reverse current I R akan mengalir melalui komponen. Gambar 1-8 Rangkaian thyristor dan karakteristik v-i Thyristor akan dapat ainyaiakan dengan menaikkan tegangan maju V AK diatas V BO, akan tetapi kondisi ini bersifat merusak. Dalam prakteknya, tegangan maju harus dipertanankan dibawan VBO dan thyristor dinyalakan dengan memberikan tegangan positif antara gate dengan katode. Hal ini diperiihatkan pada gambar 4-2b dengan

20 garis putus-putus. Begitu tnyristor dinyalakan dengan sinyal gate itu dan arus anode lebih besar dari arus holding, maka thyristor akan konduksi, dan bahkan bila sinyal gate dihilangkan tnyristor masin tetap konduksi (dikategorikan sebagai komponen latching) Model Thyristor Aksi regeneratif afau latching akibat dari feedback positif dapat diperhatikan dengan menggunakan model thyristor dengan dua transistor. Thyristor dapat dianggap sebagai dua transistor yang komplementer, satu pnp, Q 1 dan yang lain npn, Q 2 seperti pada gambar l-9a. Arus koiektor I c dari thyristor secara umum berkaitan dengan arus emitor I E dan arus junction kolektor-basis I CBO adalah Gambarl-9 Model thyristor dengan aua rrasistor I c = αi E + I CBO (1-18) dan penguatan arus common-base yang didefinisikan sebagai α = I C /I E. Pada transistor Q 1, arus emitor adalah arus anode 1 A, dan arus kolektor I c1 dapat diperoleh dari persamaan (1-18) I c1 = α 2 I k + I CBO1 (1-19) Dengan α 1 adalah penguatan arus dan I CBO adalah arus bocor dari Q 1. Pada transistor Q 2, arus kolektor I c2 adalah

21 I c2 = α 2 I k + I CBO2 (1-20) Dengan α 1 adalah penguatan arus dan I CBO2 adalah arus bocor dari Q 2. Dengan mengkombinasikan I c1 dan I c2, diperoleh I A = I c1 + I c2 = α 1 I A + I CBO1 + α2i K + I CBO2 (1-21) Tetapi untuk arus gate I G, I K = I A + I G dan dengan menggunakan persamaan (1-21), akan diperoleh I A adalah (1-22) Penguatan arus α 1 bervariasi sesuai aengan 1 A = I E, dan α 2 bervariasi sesuai dengan I = K I A + I G. Variasi yang umum penguatan arus α dengan arus emitor I E ditunjukkan pada gambar I-10. Jika arus gate I G tiba-tiba meningkat, misalnya dari 0 ke 1 ma, akan menaikkan arus anode 1A secara tiba-tiba juga, selanjutnya α 1 dan α 2 akan meningkat, α 2 akan bergantung pada I A dan 1Q. Peningkatan α 1 dan α 2 akan meningkatkan lebih jauh I A. Sehingga ada pengaruh regeneratif atau feedback positif. Bila (α 1 + α 2 ) cenderung akan menuju liarga satu, maka penyebut persamaan (1-22) akan cenderung mendekati nol, yang menghasilkan nilai arus anode I A yang besar, dan thyristor akan konduksi dengan arus gerbang yang kecil. Gambar 1-10 Variasi penguatan anis yang umum terhadap arus emitor Pada kondisi transien, kapasitansi pn junction seperti pada gambar 1-11 akan mempengaruhi karakteristik thyristor. Jika thyristor berada dalam keadaan blocking, peningkatan tegangan dengan cepat yang diberikan sepanjang komponen akan (1-23)

22 mengakibatkan aliran arus yang besar ke junction kapasitor. Arus yang melalui kapasitor Cj2 dapat dinyatakan sebagai dimana C j2 dan V j2 adalah kapasitansi dan tegangan dari junction J 2, q j2 adalah muatan pada junction tersebut. Jika kecepatan peningkatan tegangan dv/dt cukup besar, maka i j2 akan besar dan akan menghasilkan peningkatan arus bocor I CBO1 dan I CBO2. Menurut persamaan(1-22), nilai bocor I CBOI dan I CBO2 yang cukup besar dapat membuat (α 1 + α 2 ) mendekati kenilai satu dan mengakibatkan thyristor konduksi. Namun, arus besar yang mengalir melalui kapasitor junction akan juga merusak komponen. Gambar 1-11 Model transien thyristor dengan dua transistor Penyalaan Thyristor Thyristor dapat konduksi dengan meningkatkan arus anode. Hal ini dapat dicapai dengan salah satu langkah sebagai berikut: Panas. Jika suhu thyristor cukup tinggi, akan terjadi peningkatan jumlah pasangan elektron-hole, sehingga arus bocor meningkat. Peningkatan ini akan mengakibatkan ai dan a 2 meningkat. Karena aksi regeneratif, (α 1 + α 2 ) akan menuju kenilai satu dan thyristor mungkin akan konduksi. Cara ini dapat menyebabkan thermal runway dan buasanya dihindari.

23 Cahaya. Jika cahaya diijinkan mengenai junction thyristor, pasangan elektron-hole akan meningkat, dan thyristor mungkin konduksi. Cara ini dilakukan dengan membiarkan cahaya mengenai silocon water dari thyristor. Tegangan tinggi. Jika tegangan maju anode ke katode lebih besar dari tegangan maju breakdown V Bo, arus bocor yang dihasilkan cukup untuk membuat thyristor konduksi. Cara ini merusak dan harus dihindari. dv/dt. Dari persamaan (1-23) diperoleh bahwa jika kecepatan peningkatan tegangan anode-katode cukup tinggi, arus pengisian kapasitor junction mubgkin cukup untuk mengkonduksikan thyristor. Nilai arus pengisian yang tinggi akan merusak thyristor, dan komponen diproteksi melawan dv/dt yang tinggi. Manufaktur pembuatan thyristor akan menentukan berapa besar dv/dt yang dapat ditangani oleh suatu thyristor. Arus gate. Bila thyristor diberi tegangan forward bias, injeksi arus gate dengan menerapkan tegangan gate positif antara terminal gate dan katode akan dapat membuat thyristor konduksi. Ketika arus gate dinaikkan, tegangan forward blocking akan menurun sperti pada gambar 1-12 Gambar 1-12 Pengaruh arus gate pada tegangan forward blocking Gambar 1-13 Karakteristik penyalaan Gambar 1-13 menunjukkan bentuk gelombang arus anode, yang diikuti dengan penerapan arus gate. Ada waktu tunda yang dikenal sebagai turn-on time t on antara

24 sinyal gate dan konduksi sebuag thyristor. T on didefinisikan sebagai interval waktu antara 10% nilai arus gate keadaan tunak (0,1I G ) dan 90% dari arus on-state thyristor keadaan tunak (0,9I T ). t on adalah jumlah waktu tunda t d dan waktu naik t r. t d didefinisikan sebagai interval waktu antara 10% arus gate (0,1I G ) dan 10% arus keadaan thyristor konduksi (0,1 I T ). t r adalah waktu yang diperlukan agar arus anoda meningkat dari 10% arus keadaan thyristor konduksi (0,1I t ) ke 90% arus keadaan thyristor konduksi (0,9I T ). Semua waktu tersebut ditunjukkan pada gambar Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika merancang rangkaian kendali gate : 3. Sinyal gate harus dihilangkan setelah thyristor konduksi. Suatu sinyal gate yang kontinyu akan meningkatkan daya yang terbuang pada junction gate. 4. Pada saat thyristor kondisi reverse bias, tidak boleh ada sinyal gate, jika ada sinyal gate, thyristor akan rusak karena meningkatnya arus bocor. 5. Lebar pulsa gate t G harus lebih lama dari waktu yang diperlukan untuk meningkatnya arus anode kenilai arus holding 1 H. Secara praptis, lebar pulsa t G biasanya diambil lebih dari waktu turn-on t on thyristor. Contoh 1-1 Kapasitansi junction J 2 yang mendapatkan reverse bias pada thyristor adalah C j2 = 20 pf dan diasumsikan bebas dari tegangan off-state. Nilai batas yang membuat thyristor konduksi adalah 16 ma. Tentukan nilai kritis dari dv/dt. Solusi: C j2-20 pf dan i j2 = 16 ma. Karena d (C j2 )/dt = 0, kita dapat tentukan nilai kritis dv/dt dari persamaan (1-23) Proteksi di/dt Thyristor memerlukan waktu minimum untuk menyebarkan arus konduksi ke semua junction-nya secara merata. Jika peningkatan arus anode lebih cepat dibandingkan kecepatan penyebaran dari prosen turn-on, titik-titik pemansan akan terjadi pada komponen karena adanya daerah-daerah dengan kepadatan arus yang tinggi dan komponen akan rusak karena suhu yang berlebihan. Gambar 1-14 Rangkaian chopper dengan induktor pembatas di/dt

25 Dalam prakteknya komponen harus diproteksi terhadap di/dt yang tinggi. Sebagai contoh pada gambar 1-14, pada keadaan tunak, D m kondiksi ketika thyristor T j dipadamkan. Jika T 1 dinyalakan ketika D m masih konduksi, di/dt akan sangat tinggi dan dibatasi hanya oleh induktansi penyimpang (stray) dari rangkaian. Dalam prakteknya, di/dt dibatasi dengan menambahkan suatu indikator seri L s, seperti pada gambar di/dt maju menjadi (1-24) dimana L s adalah induktansi seri yang mencakup sembarang induktansi stray Proteksi dv/dt Jika saklar S 1 pada gambar l-15a ditutup pada t = 0, tegangan step akan terasa pada thyristor T j dan dv/dt akan cukup tinggi untuk membuat komponen konduksi. Dv/dt dapat dibatsi dengan menambahkan kapasitor C s seperti pada gambar. Ketika thyristor T j dinyalakan, arus pembuangan kapasitor dibatasi oleh reistor R s seperti pada gambar 1-15b. Gambar 1-15 Rangkaian proteksi dv/dt

26 Dengan rangkaian RC yang dikenal sebagi rangkaian snubber, tegangan kapasitor akan meningkat secara eksponensial seperti pada gambar 1-15c dan rangkaian dv/dt dapat diberikan secara pendekatan sebagai berikut (1-25) Nilai konstanta waktu rangkaian snubber π = R S C S dapat ditentukan dengan persamaan (1-25) untuk nilai dv/dt yang diketahui. Nilai R s diperoleh dari nilai arus pengosongan I TD (1-26) Dapat juga menggunakan lebih dan satu resistor untuk dv/dt dan pengosongan seperti pada gambar 1-15d. Nilai dv/dt dibatasi oleh R 1 dan C s. (R 1 + R 2 ) membatasi arus pengosongan sehingga (1-27) Beban dapat membentuk rangkaian seri dengan rangkaian snubber sperti pada gambar 1-15e. Dari persamaan (2-23) dan (2-24), rasio redaman 8 dari persamaan orde dua adalah (1-28) dimana L s adalah induktansi stray, L dan R adalah induktansi dan resistansi beban. Untuk membatasi tegangan puncak overshoot yang teijadi sepanjang thyristor, damping rasio yang digunakan harus berada pada daerah 0,6 hingga I. Jika induktansi beban tinggi, R s dapat dibuat tinggi dan C s dibuat kecil untuk memperoleh damping rasio pada daerah yang diinginkan. Nilai R s yang tinggi akan mengurangi arus pengosongan, dan nilai C s yang rendah akan mengurangi daya hilang pada rangkaian snubber. Dengan damping rasio diketahui maka nilai R s dan C s dapat ditentukan.

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya!

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya! TUGAS DAN EVALUASI 1. Apa yang dimaksud dengan elektronika daya? Elektronika daya dapat didefinisikan sebagai penerapan elektronika solid-state untuk pengendalian dan konversi tenaga listrik. Elektronika

Lebih terperinci

PENGERTIAN THYRISTOR

PENGERTIAN THYRISTOR PENGERTIAN THYRISTOR Thyristor merupakan salah satu devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika daya.thyristor biasanya digunakan sebagai

Lebih terperinci

Politeknik Gunakarya Indonesia

Politeknik Gunakarya Indonesia THYRISTOR DAN APLIKASI SCR Disusun Oleh : Solikhun TE-5 Politeknik Gunakarya Indonesia Kampus A : Jalan Cutmutiah N0.99 Bekasi Telp. (021)8811250 Kampus B : Jalan Cibarusaah Gedung Centra kuning Blok C.

Lebih terperinci

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : 081910201059 INSTRUMENTASI DAN OTOMASI THYRISTOR Thyristor adalah komponen semikonduktor untuk pensaklaran yang berdasarkan pada strukturpnpn. Komponen ini memiliki kestabilan

Lebih terperinci

THYRISTOR. Gambar 1 Thyristor

THYRISTOR. Gambar 1 Thyristor THYRISTOR Andi Hasad andihasad@yahoo.com Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Islam 45 (UNISMA) Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi 17113 Telp. +6221-88344436, Fax. +6221-8801192 Thyristor

Lebih terperinci

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai pensakelaran, pengubah,

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 2 Silicon Controlled Rectifier (SCR)

Mekatronika Modul 2 Silicon Controlled Rectifier (SCR) Mekatronika Modul 2 Silicon Controlled Rectifier (SCR) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari Silicon Controlled Rectifier (SCR) Tujuan Bagian ini memberikan informasi

Lebih terperinci

semiconductor devices

semiconductor devices Overview of power semiconductor devices Asnil Elektro FT-UNP 1 Voltage Controller electronic switching I > R 1 V 1 R 2 V 2 V 1 V 2 Gambar 1. Pengaturan tegangan dengan potensiometer Gambar 2. Pengaturan

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Simbol Dioda.

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Simbol Dioda. 7 BAB II DASAR TEORI 2.1. Dioda Dioda merupakan piranti dua terminal yang berfungsi untuk menghantarkan / menahan arus. Dioda mempunyai simbol seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Dioda memiliki

Lebih terperinci

Elektronika Daya ALMTDRS 2014

Elektronika Daya ALMTDRS 2014 12 13 Gambar 1.1 Diode: (a) simbol diode, (b) karakteristik diode, (c) karakteristik ideal diode sebagai sakaler 14 2. Thyristor Semikonduktor daya yang termasuk dalam keluarga thyristor ini, antara lain:

Lebih terperinci

THYRISTOR & SILICON CONTROL RECTIFIER (SCR)

THYRISTOR & SILICON CONTROL RECTIFIER (SCR) THYRISTOR & SILICON CONTROL RECTIFIER (SCR) Thyristor merupakan salah satu tipe devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah banyak digunakan secara ekstensif pada rangkaian daya. Thyristor

Lebih terperinci

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom DIODA KHUSUS Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu: mengetahui, memahami dan menganalisis karakteristik dioda khusus Memahami

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR 3.1 Prinsip Kerja Sensor LDR LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu komponen elektronik yang resistansinya berubah ubah tergantung pada intensitas cahaya. Jika intensitas

Lebih terperinci

controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas

controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas SCR, TRIAC dan DIAC Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti pintu'. Dinamakan demikian barangkali karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk

Lebih terperinci

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya - 2 Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya Missa Lamsani Hal 1 SAP Semikonduktor tipe P dan tipe N, pembawa mayoritas dan pembawa minoritas pada kedua jenis bahan tersebut. Sambungan P-N, daerah deplesi

Lebih terperinci

Gambar 11. susunan dan symbol dioda. Sebagai contoh pemassangan dioda pada suatu rangkaian sebagai berikut: Gambar 12. Cara Pemasangan Dioda

Gambar 11. susunan dan symbol dioda. Sebagai contoh pemassangan dioda pada suatu rangkaian sebagai berikut: Gambar 12. Cara Pemasangan Dioda 4.4. Dioda Dioda atau diode adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi terutama sebagai penyearah. Bahan tipe-p akan menjadi sisi anode sedangkan bahan tipe-n akan menjadi katode. Bergantung pada polaritas

Lebih terperinci

DIODA DAYA (Power Diode)

DIODA DAYA (Power Diode) DIODA DAYA (Power Diode) andihasad@yahoo.com TEKNIK ELEKTRO (D-3) UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI Dioda Daya Vs Dioda Sinyal 15A 30A 50A 80A 160A 400A 1000A Perbedaan dioda daya dibandingkan dioda sinyal pn-junction

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 48 BAB I HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. HASIL PERCOBAAN 4.1.1. KARAKTERISTIK DIODA Karakteristik Dioda dengan Masukan DC Tabel 4.1. Karakteristik Dioda 1N4007 Bias Maju. S () L () I D (A) S () L ()

Lebih terperinci

THYRISTOR. SCR, TRIAC dan DIAC. by aswan hamonangan

THYRISTOR. SCR, TRIAC dan DIAC. by aswan hamonangan THYRISTOR SCR, TRIAC dan DIAC by aswan hamonangan Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti pintu'. Dinamakan demikian barangkali karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang

Lebih terperinci

MODUL 1: DIODA DAYA PERCOBAAN 1 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG SATU FASA. Dioda dilambangkan seperti pada gambar di bawah ini :

MODUL 1: DIODA DAYA PERCOBAAN 1 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG SATU FASA. Dioda dilambangkan seperti pada gambar di bawah ini : MODUL 1: DIODA DAYA PERCOBAAN 1 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG SATU FASA I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Melihat bentuk gelombang keluaran dari penyearah setengah gelombang tanpa beban pada sumber satu fasa. 2. Melihat

Lebih terperinci

PTE409/GANJIL-2011 ELEKTRONIKA DAYA TEUM KULIAH 2

PTE409/GANJIL-2011 ELEKTRONIKA DAYA TEUM KULIAH 2 KULIAH 2 1. Sakelar Ideal Gambar 2.1 Sakelar ideal Kriteria sakelar ideal: Tidak ada rugi-rugi daya saat ON maupun OFF Tidak ada rugi-rugi daya saat peralihan dari ON ke OFF ataupun sebaliknya Untuk OFF

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 5 Triode AC (TRIAC)

Mekatronika Modul 5 Triode AC (TRIAC) Mekatronika Modul 5 Triode AC (TRIAC) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari Triode AC (TRIAC) Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan

Lebih terperinci

MAKALAH DASAR TEKNIK ELEKTRO SCR, DIAC, TRIAC DAN DIODA VARAKTOR NAMA : NIM : JURUSAN : PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PRODI : TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH DASAR TEKNIK ELEKTRO SCR, DIAC, TRIAC DAN DIODA VARAKTOR NAMA : NIM : JURUSAN : PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PRODI : TEKNIK ELEKTRO MAKALAH DASAR TEKNIK ELEKTRO SCR, DIAC, TRIAC DAN DIODA VARAKTOR NAMA : NIM : JURUSAN : PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PRODI : TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Lebih terperinci

KONVERTER AC-DC (PENYEARAH)

KONVERTER AC-DC (PENYEARAH) KONVERTER AC-DC (PENYEARAH) Penyearah Setengah Gelombang, 1- Fasa Tidak terkontrol (Uncontrolled) Beban Resistif (R) Beban Resistif-Induktif (R-L) Beban Resistif-Kapasitif (R-C) Terkontrol (Controlled)

Lebih terperinci

KOMPONEN AKTIF TRANSISTOR THYRISTOR TRANDUCER

KOMPONEN AKTIF TRANSISTOR THYRISTOR TRANDUCER KOMPONEN AKTIF KOMPONEN AKTIF TRANSISTOR THYRISTOR TRANDUCER TRANSISTOR Transistor adalah suatu komponen aktif semikonduktor yang bekerjanya menggunakan pengolahan aliran arus elektron di dalam bahan tersebut.

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI 4.1 Umum Seperti yang telah dibahas pada bab III, energi listrik dapat diubah ubah jenis arusnya. Dari AC menjadi DC atau sebaliknya. Pengkonversian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. arus dan tegangan yang sama tetapi mempunyai perbedaan sudut antara fasanya.

BAB II DASAR TEORI. arus dan tegangan yang sama tetapi mempunyai perbedaan sudut antara fasanya. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sumber Tegangan Tiga Fasa Hampir semua listrik yang digunakan oleh industri, dibangkitkan, ditransmisikan dan didistribusikan dalam sistem tiga fasa. Sistem ini memiliki besar arus

Lebih terperinci

BAB 10 ELEKTRONIKA DAYA

BAB 10 ELEKTRONIKA DAYA 10.1 Konversi Daya BAB 10 ELEKTRONIKA DAYA Ada empat tipe konversi daya atau ada empat jenis pemanfatan energi yang berbedabeda Gambar 10.1. Pertama dari listrik PLN 220 V melalui penyearah yang mengubah

Lebih terperinci

A. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

A. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN ELEKTRONIKA DAYA A. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN Setelah mengikuti materi ini diharapkan peserta memiliki kompetensi antara lain sebagai berikut: 1. Menguasai karakteristik komponen elektronika daya sebagai

Lebih terperinci

4.2 Sistem Pengendali Elektronika Daya

4.2 Sistem Pengendali Elektronika Daya 4.2 Sistem Pengendali Elektronika Daya 4.2.1 Pendahuluan Elektronika daya merupakan salah satu bagian bidang ilmu teknik listrik yang berhubungan dengan penggunaan komponen-komponen elektronika untuk pengendalian

Lebih terperinci

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA Prakarya X Ukuran Komponen Elektronika Komponen Elektronika? Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA Semikonduktor Daya 2010 BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai

Lebih terperinci

Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi

Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi Yusuf Nur Wijayanto yusuf@ppet.lipi.go.id Sulistyaningsih sulis@ppet.lipi.go.id Folin Oktafiani folin@ppet.lipi.go.id Abstrak Sistem

Lebih terperinci

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward 1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward C. Karakteristik dioda dibias reverse D. Karakteristik dioda

Lebih terperinci

Pertemuan 10 A. Tujuan 1. Standard Kompetensi: Mempersiapkan Pekerjaan Merangkai Komponen

Pertemuan 10 A. Tujuan 1. Standard Kompetensi: Mempersiapkan Pekerjaan Merangkai Komponen Pertemuan 10 A. Tujuan 1. Standard Kompetensi: Mempersiapkan Pekerjaan Merangkai Komponen Elektronik 2. Kompetensi Dasar : Memahami komponen dasar elektronika B. Pokok Bahasan : Komponen Dasar Elektronika

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROFESI GURU PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

PENDIDIKAN PROFESI GURU PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO PENDIDIKAN PROFESI GURU PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO 2010 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah, penulis

Lebih terperinci

Bagian 4 Karakteristik Junction Dioda

Bagian 4 Karakteristik Junction Dioda Bagian 4 Karakteristik Junction Dioda Junction Diode Switching Times Pada saat keadaan dioda berubah dari kondisi reverse-biased ke kondisi forward-biased, terdapat transien (proses peralihan) pada respon

Lebih terperinci

ANALISIS LANJUTAN. Tingkat Energi & Orbit Elektron. Pita Energi Semikonduktor Intrinsik. Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping

ANALISIS LANJUTAN. Tingkat Energi & Orbit Elektron. Pita Energi Semikonduktor Intrinsik. Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping Tingkat Energi & Orbit Elektron ANALISIS LANJUTAN Pita Energi Semikonduktor Intrinsik Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping Elektronika 1 23 Irwan Arifin 2004 P-N Junction Elektronika 1 24 Irwan Arifin

Lebih terperinci

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ( Hardware) Dalam pembuatan tugas akhir ini diperlukan penguasaan materi yang digunakan untuk merancang kendali peralatan listrik rumah. Materi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB III RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI

BAB III RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI BAB III RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai prinsip kerja rangkaian pemicu dan rangkaian komutasi. Menguasai

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 TEORI DASAR (DIODA)

PERTEMUAN 2 TEORI DASAR (DIODA) PERTEMUAN 2 TEORI DASAR (DIODA) PENGERTIAN DIODA Dioda merupakan komponenelektronikayang mempunyai dua elektroda(terminal), dapat berfungsi sebagai penyearah arus listrik. Dioda merupakanjunction ( pertemuan

Lebih terperinci

PNPN DEVICES. Pertemuan Ke-15. OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd

PNPN DEVICES. Pertemuan Ke-15. OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd PNPN DEVICES Pertemuan Ke-15 OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd 1 TRIAC TRIAC boleh dikatakan SCR adalah thyristor yang unidirectional, karena ketika ON hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua

Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua elektroda yaitu katoda dan anoda. Ujung badan dioda biasanya

Lebih terperinci

Gambar 1 Tegangan bias pada transistor BJT jenis PNP

Gambar 1 Tegangan bias pada transistor BJT jenis PNP KEGIATAN BELAJAR 2 Percobaan 1 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari BJT b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i masukan dan keluaran

Lebih terperinci

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan konverter daya yang efisien dan berukuran kecil terus berkembang di berbagai bidang. Mulai dari charger baterai, catu daya komputer, hingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Sekilas Tentang Pengubahan Daya DC-DC Tipe Peralihan Pengubah daya DC-DC (DC-DC Converter) tipe peralihan atau dikenal juga dengan sebutan DC Chopper dimanaatkan terutama untuk penyediaan

Lebih terperinci

Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika. Sabtu, 15 Maret 2014

Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika. Sabtu, 15 Maret 2014 Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika Sabtu, 15 Maret 2014 1. Pendahuluan: Model Penguat (nilai 15) Rangkaian penguat pada Gambar di bawah ini memiliki tegangan output v o sebesar 100 mv pada saat saklar dihubungkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Segitiga Daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Segitiga Daya 2.1 Daya BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daya merupakan kecepatan melakukan kerja atau kecepatan energi berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya, satuan daya adalah watt atau J/s. (K.G. Jackson,1994). Daya reaktif

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Harmonisa Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan elektronik yang didalamnya banyak terdapat penggunaan komponen semi konduktor pada

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA modul praktikumelektronika daya MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2016

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA modul praktikumelektronika daya MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2016 1 MODUL 1 BRIEFING PRAKTIKUM Briefing

Lebih terperinci

3.1 Pendahuluan Dioda mempunyai dua kondisi atau state: - Prategangan arah maju - Prategangan arah mundur

3.1 Pendahuluan Dioda mempunyai dua kondisi atau state: - Prategangan arah maju - Prategangan arah mundur BAB III Rangkaian Doda Dan Aplikasi 3.1 Pendahuluan 3.2 Metoda Grafis 3.2.1 Analisa Rangkaian DC 3.2.2 Analisa Rangkaian AC 3.3 Metoda Dengan Model 3.3.1 Penggunaan Aproksimasi 3.3.2 Contoh-Contoh Penerapan

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ELEKTRONIKA DASAR KODE / SKS : AK042203 / 2 SKS Pertemuan Pokok Bahasan dan TIU 1 Dasar Elektronika dan pengenalan komponen elektronika Mahasiswa mengetahui pengertian

Lebih terperinci

Mata kuliah Elektronika Analog L/O/G/O

Mata kuliah Elektronika Analog L/O/G/O Mata kuliah Elektronika Analog L/O/G/O Pengertian Transistor Fungsi Transistor Jenis & Simbol Transistor Prinsip kerja Transistor Aplikasi Transistor Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PERCOBAAN

BAB III LANGKAH PERCOBAAN 28 BAB III LANGKAH PERCOBAAN 31 KARAKTERISTIK DIODA 311 Tujuan ahasiswa mengetahui dan memahami karakteristik dioda yang meliputi daerah kerja dioda, dioda dengan masukan gelombang kotak, dan waktu pemulihan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR

BAB III SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR 28 BAB III SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR 3.1 Karakteristik Generator Sinkron Terdapat dua metode untuk dapat mengetahui karakteristik generator sinkron, yaitu Analisis grafis dan pengukuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

Prinsip Semikonduktor

Prinsip Semikonduktor IOA SEMIKONUKTOR Prinsip Semikonduktor PN Junction Tipe-N: Menambahkan Latice Si dengan atom Gol V, menyediakan tambahan elektron (sehingga N untuk negatif) Tipe-P: Menambahakan Latice Si dengan atom Gol

Lebih terperinci

Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor

Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor - 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor Missa Lamsani Hal 1 SAP Pengelompokan bahan-bahan elektrik dari sifat-sifat listriknya. Pengertian resistivitas dan nilai resistivitas bahan listrik : konduktor,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harmonisa Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier dan beban tidak linier. Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-2 DIODA. ALFITH, S.Pd, M.Pd

Pertemuan Ke-2 DIODA. ALFITH, S.Pd, M.Pd Pertemuan Ke-2 DIODA ALFITH, S.Pd, M.Pd DIODA SEMIKONDUKTOR Resistor merupakan sebuah piranti linear karena grafik arus terhadap tegangan merupakan garis lurus. Berbeda dengan dioda. Dioda merupakan piranti

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah Kode / SKS Program Studi Fakultas : Elektronika Dasar : IT012346 / 3 SKS : Sistem Komputer : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa

Lebih terperinci

TRANSISTOR 1. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Politeknik Telkom

TRANSISTOR 1. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Politeknik Telkom TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013 Politeknik Telkom Bandung 2013 www.politekniktelkom.ac.id TRANSISTOR 1 Disusun oleh: Duddy Soegiarto, ST.,MT dds@politekniktelkom.ac.id Hanya dipergunakan

Lebih terperinci

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE SEMIKONDUKTOR Komponen Semikonduktor Di dunia listrik dan elektronika dikenal bahan yang tidak bisa mengalirkan listrik (isolator) dan bahan yang bisa mengalirkan listrik (konduktor). Gbr. 1. Tingkatan

Lebih terperinci

BAB III KOMPONEN ELEKTRONIKA

BAB III KOMPONEN ELEKTRONIKA BAB III KOMPONEN ELEKTRONIKA Komponen elektronika dapat dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Komponen Pasif: merupakan komponen yang dapat bekerja tanpa sumber tegangan. a. Resistor b. Kapasitor c. Induktor 2. Komponen

Lebih terperinci

6.8 Daerah Saturasi ( Saturation Region ) CE

6.8 Daerah Saturasi ( Saturation Region ) CE 6.8 Daerah Saturasi (Saturation Region) E Di dalam daerah saturasi, junction kolektor (juga junction emitor) mendapat bias maju (forward biased) minimal sebesar tegangan cutin. Karena tegangan V E (atau

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA INDUSTRI SOLID-STATE RELAY. Akhmad Muflih Y. D

ELEKTRONIKA INDUSTRI SOLID-STATE RELAY. Akhmad Muflih Y. D ELEKTRONIKA INDUSTRI SOLID-STATE RELAY Akhmad Muflih Y. D411 06 061 SOLID STATE RELAY PENGERTIAN Solid state relay adalah sebuah saklar elektronik yang tidak memiliki bagian yang bergerak. Contohnya foto-coupled

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1: Komponen Elektronika Aktif Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Tujuan Pembelajaran :

Kegiatan Belajar 1: Komponen Elektronika Aktif Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Tujuan Pembelajaran : Kegiatan Belajar 1: Komponen Elektronika Aktif Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Memahami dasar-dasar Elektronika Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 1. Mengenal komponen elektronika aktif 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ELEKTRONIKA DASAR KODE : TSK-210 SKS/SEMESTER : 2/2 Pertemuan Pokok Bahasan & ke TIU 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa mengenal Jenis-jenis

Lebih terperinci

SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA)

SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA) SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA) 1. Komponen elektronik yang berfungsi untuk membatasi arus listrik yang lewat dinamakan A. Kapasitor D. Transistor B. Induktor

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2018 1 MODUL 1 BRIEFING PRAKTIKUM Briefing praktikum dilaksanakan hari

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 213 Universitas Sriwijaya Fakultas Ilmu Komputer Laboratorium LEMBAR PENGESAHAN MODUL PRAKTIKUM

Lebih terperinci

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan transistor. 2.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan MOSFET. 3.Praktikan dapat

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

8 RANGKAIAN PENYEARAH

8 RANGKAIAN PENYEARAH 8 ANGKAIAN PENYEAAH 8.1 Pendahuluan Peralatan kecil portabel kebanyakan menggunakan baterai sebagai sumber dayanya, namun sebagian besar peralatan menggunakan sember daya AC 220 volt - 50Hz. Di dalam peralatan

Lebih terperinci

Pengkonversi DC-DC (Pemotong) Mengubah masukan DC tidak teratur ke keluaran DC terkendali dengan level tegangan yang diinginkan.

Pengkonversi DC-DC (Pemotong) Mengubah masukan DC tidak teratur ke keluaran DC terkendali dengan level tegangan yang diinginkan. Pengkonversi DC-DC (Pemotong) Definisi : Mengubah masukan DC tidak teratur ke keluaran DC terkendali dengan level tegangan yang diinginkan. Diagram blok yang umum : Aplikasi : - Mode saklar penyuplai daya,

Lebih terperinci

meningkatkan faktor daya masukan. Teknik komutasi

meningkatkan faktor daya masukan. Teknik komutasi 1 Analisis Perbandingan Faktor Daya Masukan Penyearah Satu Fasa dengan Pengendalian Modulasi Lebar Pulsa dan Sudut Penyalaan Syaifur Ridzal¹, Ir.Soeprapto,M.T.², Ir.Soemarwanto,M.T.³ ¹Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

DIODA. Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

DIODA. Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto DIODA Pertemuan ke-vii Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu: Menjelaskan cara kerja dan karakteristik dioda Menjelaskan jenis

Lebih terperinci

VERONICA ERNITA K. ST., MT. Pertemuan ke - 5

VERONICA ERNITA K. ST., MT. Pertemuan ke - 5 VERONICA ERNITA K. ST., MT Pertemuan ke - 5 DIODA SEMIKONDUKTOR Resistor merupakan sebuah piranti linear karena grafik arus terhadap tegangan merupakan garis lurus. Berbeda dengan dioda. Dioda merupakan

Lebih terperinci

MAKALAH KOMPONEN ELEKTRONIKA

MAKALAH KOMPONEN ELEKTRONIKA MAKALAH KOMPONEN ELEKTRONIKA DISUSUN OLEH: NAMA: SUBHAN HUSAIN NIM:300014003 JURUSAN: D3 TEKNIK ELEKTRO SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2014 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT Tuhan

Lebih terperinci

Rangkaian Dimmer Pengatur Iluminasi Lampu Pijar Berbasis Internally Triggered TRIAC

Rangkaian Dimmer Pengatur Iluminasi Lampu Pijar Berbasis Internally Triggered TRIAC Rangkaian Dimmer Pengatur Iluminasi Lampu Pijar Berbasis Internally Triggered TRIAC Herlan Bidang Komputer Pusat Penelitian Informatika LIPI herlan@informatika.lipi.go.id Briliant Adhi Prabowo Bidang Komputer

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER)

PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER) PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER) Rangkaian Penyearah Dioda (Diode Rectifier) Peralatan kecil portabel kebanyakan menggunakan baterai sebagai sumber dayanya, namun sebagian besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konverter Elektronika Daya Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan daya elektrik dari satu bentuk ke bentuk daya elektrik lainnya di bidang elektronika

Lebih terperinci

TIN-302 Elektronika Industri

TIN-302 Elektronika Industri TIN-302 Elektronika Industri Komponen elektronik dalam industri Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Komponen Elektronik Komponen elektronik diklasifikasikan menjadi 2: Komponen pasif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inverter dan Aplikasi Inverter daya adalah sebuah perangkat yang dapat mengkonversikan energi listrik dari bentuk DC menjadi bentuk AC. Diproduksi dengan segala bentuk dan ukuran,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM III DAN IV KARAKTERISTIK DIODA DAN TRANSFORMATOR

LAPORAN PRAKTIKUM III DAN IV KARAKTERISTIK DIODA DAN TRANSFORMATOR LAPORAN PRAKTIKUM III DAN IV KARAKTERISTIK DIODA DAN TRANSFORMATOR Disusun untuk Memenuhi Matakuliah Elektronika Dibimbing oleh Bapak I Made Wirawan, S.T., S.S.T, M.T. Asisten Praktikum: Muhammad Arif

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALI BEBAN OTOMATIS PADA PLTMH STAND - ALONE. Slamet

SISTEM PENGENDALI BEBAN OTOMATIS PADA PLTMH STAND - ALONE. Slamet SISTEM PENGENDALI BEBAN OTOMATIS PADA PLTMH STAND - ALONE Slamet Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi slamet@p3tkebt.esdm.go.id S

Lebih terperinci

Karakteristik dan Rangkaian Dioda. Rudi Susanto

Karakteristik dan Rangkaian Dioda. Rudi Susanto Karakteristik dan Rangkaian Dioda Rudi Susanto 1 Pengantar tentang Dioda Resistor merupakan sebuah piranti linier karena arus berbanding terhadap tegangan. Dalam bentuk grafik, grafik arus terhadap tegangan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Rangkaian seri RLC

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Rangkaian seri RLC BAB 2 DASAR TEORI 2.1 GEJALA PERALIHAN (TRANSIEN) Gejala peralihan atau transien merupakan perubahan nilai tegangan atau arus maupun keduanya baik sesaat maupun dalam jangka waktu tertentu (dalam orde

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

PANDUAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK PANDUAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK MODUL I KARAKTERISTIK DIODA I. Tujuan Percobaan Memahami prinsip

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Struktur Dioda

Gambar 3.1 Struktur Dioda 1 1. TEORI DASAR Dioda ialah jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Dioda tabung pertama kali diciptakan oleh seorang ilmuwan dari Inggris yang bernama Sir J.A. Fleming (1849-1945) pada tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Penelitian ini didasarkan pada masalah yang bersifat aplikatif, yang dapat dirumuskan menjadi 3 permasalahan utama, yaitu bagaimana merancang

Lebih terperinci